hingga 30°C, sedangkan larvanya ditemukan terbatas pada suhu minimal 25°C Collette Nauen 1983, Matsumoto et al.1984.
Gambar 2 Ikan cakalang Katsuwonus pelamis Linnaeus 1758. Sumber: Collette dan Nauen 1983
Cakalang memiliki tendensi untuk bergerombol di permukaan perairan yang biasanya berasosiasi dengan keberadaan burung, obyek terapung, hiu, paus
atau spesies tuna lainnya. Ikan ini termasuk perenang cepat yang senang melawan arus, memiliki sifat makan yang rakus dan mencari makanan berdasarkan
penglihatan. Cakalang bermigrasi di sekitar pulau maupun dalam jarak jauh. Pada siang hari ditemukan mulai dari permukaan perairan hingga kedalaman 260 m,
dan terbatas dekat permukaan perairan pada malam hari Matsumoto et al. 1984. Migrasi adalah setiap jenis pergerakan yang sistematik dari individu-
individu yang termasuk dalam suatu stok Sparre Venema 1998. Cakalang termasuk spesies yang melakukan migrasi yang jauh highly migratory species.
Pergerakan lokal cakalang berukuran panjang kurang dari 45 cm pada malam hari berkisar 25 hingga 106 km dari posisi awal dan kembali ke tempat semula di pagi
hari. Pergerakan dalam jarak yang besar dapat dilihat dari hasil tagging cakalang di Samudera Pasifik yang tertangkap kembali 30 hari setelah dilepaskan dan
sebagian besar yaitu 95 tertangkap di perairan yang berjarak 1.350 mil dari posisi pelepasannya Sibert Hampton 2003. Selanjutnya IOTC 2008b
melaporkan hasil tangging cakalang di Samudera Hindia yang menunjukkan bahwa spesies ini memiliki mobilitas tinggi dengan rataan jarak migrasi yang
sangat jauh yaitu 640 mil.
2.2.2 Pendugaan Stok Cakalang
Charles 2001 menyatakan bahwa dalam dinamika populasi yang disebut biomas untuk tahun sekarang adalah kombinasi dari 1 jumlah ikan yang bertahan
hidup dari tahun sebelumnya setelah dikalikan dengan laju pertumbuhan individu, beserta 2 jumlah ikan hasil rekruitmen pada tahun ini yang berasal dari proses
reproduksi tahun sebelumnya setelah dikurangi laju kematian. Selanjutnya disebutkan bahwa untuk keperluan pengelolaan perikanan, stok adalah suatu sub
kelompok dari satu spesies yang dapat diperlakukan sebagai suatu stok jika perbedaan-perbedaan dalam kelompok tersebut dan pencampuran dengan
kelompok lain mungkin dapat diabaikan tanpa membuat kesimpulan yang salah Gulland 1983 in Sparre Venema 1998.
Pengkajian stok harus dilakukan secara terpisah untuk setiap stok ikan kemudian hasilnya dapat digabung ke dalam suatu pengkajian perikanan multi-
spesies Sparre Venema 1998. Hasil tagging cakalang di Samudera Hindia menunjukkan bukti pergerakan yang cepat dalam skala sangat luas yang
mendukung dugaan terkini bahwa cakalang di samudera ini merupakan stok tunggal IOTC 2009a; Huntington et al. 2010. Selanjutnya dikatakan bahwa stok
ikan yang bermigrasi dimanfaatkan oleh berbagai negara, sehingga pengkajian stoknya tidak boleh terikat oleh batas geografi yang dibuat manusia. Pengkajian
stoknya akan lebih baik bila dilakukan melalui kerjasama antar negara Sparre Venema, 1998.
Cakalang adalah spesies tuna terkecil yang dieksploitasi secara komersial, namun memiliki pertumbuhan paling cepat dan dapat mencapai umur dewasa
dalam waktu kurang dari setahun. Estimasi panjang berdasarkan data tagging menunjukkan panjang total antara 45-85 cm untuk ikan berumur 1 tahun
Hampton 2000. Kisaran ukuran panjang cakalang maksimum adalah 80 cm dengan berat berat 8-10 kg hingga ukuran 108 cm dengan berat 34,5 kg Collette
Nauen 1983. Fekunditas cakalang betina yang berukuran panjang total 41 cm hingga 87 cm berkisar antara 80.000 hingga 2 juta telur Matsumoto et al. 1984.
Estimasi mortalitas menunjukkan bahwa mortalitas alami pada cakalang berukuran 21
–30 cm lebih tinggi dari cakalang berukuran 51–70 cm Kirby et al. 2003.
Catch per unit effort CPUE adalah cara sederhana untuk memprediksi
kondisi biomas ikan di perairan dengan cara melihat perbandingan antara hasil tangkapan dengan jumlah upaya yang dilakukan. Biomas stok ikan yang baik
akan menunjukkan nilai CPUE yang terus meningkat dengan pertambahan upaya tangkap. IOTC 2008a melaporkan bahwa tren CPUE perikanan cakalang dengan
purse seine tahun 2008 di Samudera Hindia Somalia dan Sisilia menunjukkan data yang bervariasi tetapi menunjukkan hasil tangkapan yang cenderung
meningkat setiap tahun. Beragamnya ukuran tangkapan pada data yang diperoleh selama bertahun-
tahun menunjukkan laju pertumbuhan cakalang yang bervariasi IOTC 2009c. Dengan menggunakan pembacaan otolith didapatkan hasil bahwa cakalang di
bagian timur Samudera Hindia bisa mencapai ukuran panjang total 45 cm dalam waktu satu tahun, dan panjang total 50 hingga 55 cm dalam waktu satu setengah
tahun. Kematangan seksual cakalang dicapai pada umur satu tahun dan dapat hidup 8 - 12 tahun Huntington et al. 2010, dengan rataan siklus hidup yang
relatif pendek yaitu 4 tahun Sibert Hampton 2003.
Dinamika stok cakalang sangat bergantung kepada rekruitmen recruitment driven
yang disebabkan siklus hidupnya yang pendek serta kemampuannya untuk bereproduksi sepanjang tahun sehingga proses rekruitmen juga terjadi sepanjang
tahun.
Produktifitas yang tinggi serta siklus hidup yang relatif pendek menyebabkan cakalang memiliki ketahanan terhadap overfishing
IOTC 2009a; IOTC 2011.
Hasil analisis terhadap data tagging tahun 2008 menunjukkan rekruitmen cakalang yang masih besar di Samudera Hindia sebelah barat
walaupun tingkat eksploitasinya tinggi IOTC 2010. Mayoritas cakalang yang tertangkap di Samudera Hindia berasal dari ikan berukuran 40 cm sehingga
kemungkinannya telah melakukan pemijahan sebelum tertangkap IOTC 2011. Prosedur pengkajian stok terdiri dari elemen input data perikanan dan
berbagai asumsi menyangkut data dan metodologi, proses analisis data, dan output perkiraaan parameter populasi atau sistem. Output yang dihasilkan berisi
prediksi dan berbagai alternatif yang merupakan input bagi proses berikutnya. Pengulangan proses akan menghasilkan output akhir yang berisi strategi
pengelolaan berupa optimalisasi hasil atau tujuan-tujuan lainnya Saila Galucci
1996 in Charles 2001. Salah satu metode yang paling banyak digunakan dalam pengkajian stok adalah analisis statistik data deret waktu antara hasil dan upaya
tangkap yang menghasilkan indeks hasil tangkap per upaya tangkap atau catch per unit effort
CPUE. Metode ini sangat berguna dalam memberikan indikator kelimpahan stok bila tidak tersedia data lengkap mengenai ukuran, berat dan umur
ikan. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa kelimpahan stok berkorelasi positif dengan dengan laju penangkapan Charles 2001.
IOTC 2009c melaporkan bahwa hasil pengkajian secara menyeluruh terhadap stok cakalang di Samudera Hindia belum tersedia hingga saat ini, namun
diperkiran masih jauh dari maximum sustainable yield MSY atau belum mencapai over fishing, namun demikian dibutuhkan upaya monitoring yang
cermat. Selanjutnya dikatakan bahwa beberapa indikator populasi yang tersedia belum menunjukkan tanda terjadinya masalah dalam populasi cakalang, seperti
berikut: 1. Tren peningkatan kegiatan penangkapan dalam jumlah besar sejak
pertengahan era 80-an sebagai akibat dari ekspansi perikanan tangkap yang menggunakan fish aggregating devices di Samudera Hindia.
2. Tren catch per unit effort CPUE atau hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan untuk alat purse seine dari tiga wilayah utama penangkapan
cakalang di Samudera Hindia, yaitu Somalia timur, barat daya Sesilia, dan terusan Mozambiq menunjukkan nilai yang bervariasi tetapi umumnya
memperlihatkan jumlah tangkapan yang meningkat dengan pertambahan upaya tangkap.
3. Rataan ukuran tangkapan dengan berbagai alat tangkap menunjukkan kondisi populasi yang stabil. Purse seine serta pole and line terbanyak menangkap
ikan yang berukuran 40-65 cm sementara gillnet terbanyak menangkap ikan yang berukuran 70-80 cm.
2.3 Perikanan Cakalang Samudera Hindia
Menurut Matsumoto et al. 1984 daerah penangkapan cakalang biasanya tersebar di perairan sekitar benua atau pulau-pulau besar dimana seringkali terjadi
upwelling atau fenomena oseanografi yang menyebabkan terjadinya konsentrasi
ikan cakalang di bagian permukaan perairan. Penyebaran cakalang di Samudra
Hindia meliputi wilayah bagian barat yaitu Teluk Aden, Somalia, pantai timur dan selatan Afrika, serta wilayah bagian timur yaitu barat Australia, sebelah selatan
Kepulauan Nusa Tenggara, sebelah selatan Pulau Jawa, sebelah barat Sumatra, Laut Andaman, Bombay, dan Ceylon, Jones Silas 1962. Menurut Uktolseja et
al. 1991 penyebaran cakalang di Samudra Hindia dalam wilayah Indonesia
meliputi perairan barat Sumatra, selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Perikanan tuna di Samudera Hindia didominasi oleh hasil tangkapan
cakalang Katsuwonus pelamis Miyake et al. 2010. Selanjutnya Lewis dan Williams 2001 menyatakan bahwa secara umum produksi tangkap cakalang
Samudera Hindia menunjukkan nilai yang terus meningkat sejak tahun 1970, meningkat dua kali lipat pada era 80-an dan cenderung stabil mulai tahun 1990.
Produksi cakalang di Samudera Hindia bagian barat mencapai hampir setengah dari tangkapan tuna dari wilayah ini. Spesies ini merupakan target dari perikanan
pelagis yang menggunakan alat tangkap purse seine, gillnet dan pole and line. Perikanan tangkap cakalang di Samudera Hindia secara umum
menunjukkan nilai yang terus meningkat sejak tahun 50-an dan mencapai produksi 50.000 ton pada akhir tahun 70-an mengggunakan alat tangkap pole and
line . Selanjutnya terjadi peningkatan tajam pada awal era 80-an dengan
diperkenalkannya alat tangkap purse seine. Saat tersebut cakalang menjadi kegiatan perikanan utama di samudera ini. Nilai produksinya terus meningkat di
tahun 90-an dengan total produksi melebihi 400.000 ton, dan mencapai puncaknya pada tahun 2006 yaitu 622.600 ton. Nilai produksi ini menurun menjadi 440.600
ton pada tahun 2009 IOTC 2011. Penangkapan cakalang di Samudera Hindia menunjukkan hasil yang terus meningkat walaupun upaya tangkap bertambah.
Penurunan hasil tangkap tahun 2007-2009 diduga dipengaruhi oleh penurunan upaya di perairan Somalia akibat banyaknya perompak IOTC 2009b.
Hasil tangkapan cakalang dapat dibagi antara yang tertangkap sebagai gerombolan bebas, dan yang tertangkap di sekitar fish aggregating device. Data
hasil penelitian penangkapan cakalang di Samudera Hindia menunjukkan nilai yang lebih besar tertangkap di sekitar rumpon yaitu sebesar 6.110 ton dan hanya
1.195 ton tertangkap dari gerombolan bebas Duery Oliver 2007.