Pengaruh Padat Tebar Tinggi Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)
M BOBBIE JHORA WAKER 110302031
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015
Universitas Sumatera Utara

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SKRIPSI OLEH: M BOBBIE JHORA WAKER 110302031
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015
Universitas Sumatera Utara

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SKRIPSI
OLEH: M BOBBIE JHORA WAKER
110302031
Skripsi sebagai satu diantara beberapa syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015
Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN


Judul Penelitian
Nama Nim Program Studi

: Pengaruh Padat Tebar Tinggi Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
: M. Bobbie Jhora Waker
: 110302031
: Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si Ketua

Ir. Syammaun Usman MP. Anggota

Mengetahui :

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Universitas Sumatera Utara

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : M Bobbie Jhora Waker NIM : 110302031 Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Pengaruh Padat Tebar Tinggi Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)” benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber dan data informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka diakhir skripsi ini.
Medan, Agustus 2015
M Bobbie Jhora Waker NIM. 110302031
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
M BOBBIE JHORA WAKER. Pengaruh Padat Tebar Tinggi Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Dibimbing oleh YUNASFI dan SYAMMAUN USMAN.
Ikan lele dumbo adalah salah satu jenis ikan konsumsi yang paling diminati. Budidaya intensif dilakukan dengan mengoptimalkan padat penebaran menggunakan sistem padat tebar tinggi. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh padat tebar tinggi terhadap kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan ikan untuk menentukan padat tebar maksimal ikan lele dumbo dengan ukuran panjang ratarata 5 cm dan bobot rata-rata 1,2 gram. Ikan lele dumbo yang digunakan sebanyak 450 ekor. Penelitian dilakukan di Laboratorium Budidaya Perikanan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada bulan April-Mei 2015. Wadah pemeliharaan yang digunakan 9 akuarium ukuran 60 cm x 40 cm x 40 cm dengan volume air 72 liter. Parameter diamati: kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian dan laju pertumbuhan panjang harian. Selama penelitian, ikan diberi pakan buatan untuk ikan ukuran benih diberikan sebanyak 5% dari bobot tubuh ikan. Frekuensi pemberian pakan 2 kali pukul 10.00 18.00. Rancangan percobaan yang digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan yaitu padat tebar 600 ekor/m³ (P1), 700 ekor/m³ (P2) dan 800 ekor/m³ (P3) dan diulang 3 kali. Perlakuan P1 menunjukkan laju pertumbuhan bobot harian dan laju pertumbuhan panjang harian terbaik yaitu sebesar 3,49 % dan 1,21 %. Perlakuan P3 menunjukkan laju pertumbuhan bobot harian dan laju pertumbuhan panjang harian terendah yaitu sebesar 3,25 % dan 1,10 %. Padat tebar berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan panjang harian dan laju pertumbuhan bobot harian namun tidak berpengaruh nyara terhadap kelangsungan hidup. Hasil uji lanjut Tuckey menunjukkan perlakuan P3 berbeda nyata dengan P1 namun P1 dan P3 tidak berbeda nyata dengan P2.
Kata kunci : Clarias gariepinus, Lele Dumbo, Padat Tebar, Sistem Padat Tebar Tinggi, Laju Pertumbuhan, Kelangsungan Hidup.
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
M. BOBBIE JHORA WAKER. The influence of stocking density to the growth of catfish (Clarias gariepinus) Under academic supervised by YUNASFI and SYAMMAUN USMAN.
Catfish is one of the most interest fish consumption to full fill the market demands is needed of intensive cultivation can be done by optimizing the stocking density using high stocking density system. This research aims to determine the effect of nigh stocking densities on the survival and growthrates of catfish as well as to determine the maximum stocking density of fish catfish with an average length of 5 cm and a weight of 1,2 grams. Catfish use as many as 450. The study was conducted in the laboratory cultivation of marine resources management, agricultural faculty of usu field in april – may 2015, maintance container used were aquarium size 60 cm x 40 cm x 40 cm with a water volume of 72 liters each aquarium. The meters were observed for 42 day is the survival rate of growth in weight and length daily, during the reasearch of artificial fish fed as much as 2 daily 5. During the study 10.00, 18.00. The experimental design used is Completely Randomized Design (CRD) is a stocking density of 600 tail/m³ (P1), 700 tail/m³ (P2), and 800 tail/m³ (P3) best daily 3,25% and 1,10%. Stocking density significantly affected the growth rate of the daily length and weight growth rate daily but did not significantly affect survival. Tuckey test result furtner showed significantly different treatment P3, P1 and P3 but not significantly different to P2
Keyword : Clarias gariepinus, Cathfish, Stocking density system of the growth of life
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian dengan judul “PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus).
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih sebesarbesarnya kepada Ayahanda Ir. Joni Waker ARCH, Almarhumah Ibunda Khairani SE dan Kakakku Debbie Jhora Waker A.Md, Adikku M. Budie Rizckyanda Jhora dan Hardella Jhora Waker yang telah memberikan dukungan materi, kasih sayang dan doa kepada penulis. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.Si dan Bapak Ir. Syammaun Usman M.P selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberi arahan berharga kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.Si selaku Ketua Jurusan, seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Disamping itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Chintya Almira, Nadine, Dina Nasuha, Darina Putry Lubis, Khairatun Nisa’, Irfansyah Harahap, Fenlya Pasaribu, Fadil Muhammad Ali Syah, Amos C Meliala, Khairul Saleh S.Pi dan seluruh rekan mahasiswa yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya Bidang Manajemen Sumberdaya Perairan dan Perikanan Budidaya
Medan, Agustus 2015 Penulis
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 02 Juli 1992 sebagai anak kedua dari empat bersaudara pasangan Ir Joni Waker, ARCH dan KHAIRANI, SE.
Pada tahun 2010 penulis lulus SMA N 6 Medan dan pada tahun 2011 melanjutkan pendidikan di program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selain mengikuti perkuliahan penulis juga aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMASPERA) dan pernah menjadi Asisten Praktikum mata kuliah Dasar Ilmu Perairan, mata kuliah Hama Penyakit Ikan.
Penulis pernah melaksanakan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat dari tanggal 15 juli sampai 15 Agustus 2014.
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................

i


RIWAYAT HIDUP ................................................................................

iii

DAFTAR ISI ...........................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

vi

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................

vii

PENDAHULUAN ................................................................................... Latar Belakang ................................................................................ Perumusan Masalah ........................................................................ Kerangka Pemikiran Penelitian ...................................................... Tujuan Penelitian ............................................................................ Manfaat Penelitian ..........................................................................

1 1 3 3 5 5


TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus.) ......................................... Padat Penebaran .............................................................................. Sistem Padat Tebar Tinggi ............................................................. Pertumbuhan ................................................................................... Kelangsungan Hidup ...................................................................... Kualitas Air ..................................................................................... Suhu .......................................................................................... Oksigen Terlarut ....................................................................... pH (Potensial of Hidrogen) ...................................................... Ammonia ..................................................................................

6 6 9 9 10 11 12 12 13 14 14

METODE PENELITIAN ...................................................................... Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... Alat dan Bahan ............................................................................... Metode Penelitian ........................................................................... Rancangan Percobaan ............................................................... Prosedur Penelitian ......................................................................... Persiapan Bahan dan Alat ........................................................ Persiapan Air Media Pemeliharaan ......................................... Sistem Padat Tebar Tinggi ...................................................... Pemberian Pakan ..................................................................... Pengamatan Penelitian ............................................................. Pengumpulan Data ..........................................................................

16 16 16 16 16 17 17 17 18 19 19 20

Universitas Sumatera Utara

Laju Pertumbuhan Panjang Harian .......................................... Laju Pertumbuhan Bobot Harian ............................................. Tingkat Kelangsungan Hidup .................................................. Kualitas Air .............................................................................. Analisis Data ............................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN . ............................................................. Hasil ................................................................................................. Kelangsungan Hidup ................................................................. Laju Pertumbuhan Bobot Harian .............................................. Laju Pertumbuhan Panjang Harian ........................................... Kualitas Air ............................................................................... Pembahasan ......................................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. Kesimpulan ...................................................................................... Saran .................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

20 20 21 21 22
23 23 23 24 25 27 28
38 38 38


Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No.

Teks

Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian...........................................................

3

2. Ikan Lele (Clarias gariepinus)............................................................

6

3. Diagram Batang Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele Pada Setiap Perlakuan dan Ulangan Selama Masa Pemeliharaan ...............


23

4. Diagram Batang Laju Pertumbuhan Bobot Harian Ikan Lele Pada Setiap Perlakuan Selama Pengamatan ...............................................

24

5. Grafik Pertumbuhan Bobot (gram) Ikan Lele yang dipelihara Pada Setiap Perlakuan Selama 42 Hari .......................................................

25

6. Diagram Batang Laju Pertumbuhan Panjang Harian Ikan Lele Pada Setiap Perlakuan Selama Pengamatan ...............................................

26

7. Grafik Pertumbuhan Panjang (Cm) Ikan Lele yang dipelihara dengan kepadatan P1, P2, dan P3. ......................................................

26

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

No.

Teks

Halaman

1. Foto-Foto Penelitian...........................................................................

43

2. Bagan Percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) .........................

46

3. Tabel Pemberian Pakan .....................................................................

47


4. Data Pengamatan Jumlah Ikan Mati (Ekor) Pada Perlakuan P1, P2,

dan P3 ................................................................................................

51

5. Data Analisis Pertambahan Berat ikan lele dengan SPSS ................

52

6. Data Analisi Pertambahan Panjang Ikan Lele dengan SPSS ............

54

7. Nilai Kisaran dan Rata - Rata Parameter Kualitas Air Pada Perlakuan P1, P2, dan P3 Selama Pemeliharaan ...............................

56

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
M BOBBIE JHORA WAKER. Pengaruh Padat Tebar Tinggi Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Dibimbing oleh YUNASFI dan SYAMMAUN USMAN.
Ikan lele dumbo adalah salah satu jenis ikan konsumsi yang paling diminati. Budidaya intensif dilakukan dengan mengoptimalkan padat penebaran menggunakan sistem padat tebar tinggi. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh padat tebar tinggi terhadap kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan ikan untuk menentukan padat tebar maksimal ikan lele dumbo dengan ukuran panjang ratarata 5 cm dan bobot rata-rata 1,2 gram. Ikan lele dumbo yang digunakan sebanyak 450 ekor. Penelitian dilakukan di Laboratorium Budidaya Perikanan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada bulan April-Mei 2015. Wadah pemeliharaan yang digunakan 9 akuarium ukuran 60 cm x 40 cm x 40 cm dengan volume air 72 liter. Parameter diamati: kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian dan laju pertumbuhan panjang harian. Selama penelitian, ikan diberi pakan buatan untuk ikan ukuran benih diberikan sebanyak 5% dari bobot tubuh ikan. Frekuensi pemberian pakan 2 kali pukul 10.00 18.00. Rancangan percobaan yang digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan yaitu padat tebar 600 ekor/m³ (P1), 700 ekor/m³ (P2) dan 800 ekor/m³ (P3) dan diulang 3 kali. Perlakuan P1 menunjukkan laju pertumbuhan bobot harian dan laju pertumbuhan panjang harian terbaik yaitu sebesar 3,49 % dan 1,21 %. Perlakuan P3 menunjukkan laju pertumbuhan bobot harian dan laju pertumbuhan panjang harian terendah yaitu sebesar 3,25 % dan 1,10 %. Padat tebar berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan panjang harian dan laju pertumbuhan bobot harian namun tidak berpengaruh nyara terhadap kelangsungan hidup. Hasil uji lanjut Tuckey menunjukkan perlakuan P3 berbeda nyata dengan P1 namun P1 dan P3 tidak berbeda nyata dengan P2.
Kata kunci : Clarias gariepinus, Lele Dumbo, Padat Tebar, Sistem Padat Tebar Tinggi, Laju Pertumbuhan, Kelangsungan Hidup.
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
M. BOBBIE JHORA WAKER. The influence of stocking density to the growth of catfish (Clarias gariepinus) Under academic supervised by YUNASFI and SYAMMAUN USMAN.
Catfish is one of the most interest fish consumption to full fill the market demands is needed of intensive cultivation can be done by optimizing the stocking density using high stocking density system. This research aims to determine the effect of nigh stocking densities on the survival and growthrates of catfish as well as to determine the maximum stocking density of fish catfish with an average length of 5 cm and a weight of 1,2 grams. Catfish use as many as 450. The study was conducted in the laboratory cultivation of marine resources management, agricultural faculty of usu field in april – may 2015, maintance container used were aquarium size 60 cm x 40 cm x 40 cm with a water volume of 72 liters each aquarium. The meters were observed for 42 day is the survival rate of growth in weight and length daily, during the reasearch of artificial fish fed as much as 2 daily 5. During the study 10.00, 18.00. The experimental design used is Completely Randomized Design (CRD) is a stocking density of 600 tail/m³ (P1), 700 tail/m³ (P2), and 800 tail/m³ (P3) best daily 3,25% and 1,10%. Stocking density significantly affected the growth rate of the daily length and weight growth rate daily but did not significantly affect survival. Tuckey test result furtner showed significantly different treatment P3, P1 and P3 but not significantly different to P2
Keyword : Clarias gariepinus, Cathfish, Stocking density system of the growth of life
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Budidaya ikan lele dumbo akhir-akhir ini semakin mendapat perhatian dan
mulai berkembang di indonesia, terutama karena mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi, bernilai ekonomis relatif mahal, mudah di pelihara dan tumbuh cepat. Intensifikasi budidaya dicirikan dengan adanya peningkatan kepadatan ikan dan pakan tambahan dari luar. Pada lingkungan yang baik dan pakan yang mencukupi, peningkatan kepadatan akan di sertai oleh peningkatan hasil (Hepher dan Pruginin, 1981). Namun masalah yang di hadapi dalam budidaya secara intensif adalah meningkatnya limbah hasil ekskresi akibat pengaruh padat penebaran yang tinggi (Sheperd dan Bromage, 1989).
Meningkatnya minat konsumsi ikan dalam masyarakat maka diperlukan penambahan jumlah hasil produksi perikanan. Hasil perikanan tersebut sebagian besar diperoleh dari kegiatan budidaya dan didukung oleh usaha penangkapan ikan di laut maupun sungai. Berkurangnya hasil tangkapan dari perairan umum diharapkan adanya suatu usaha pembudidayaan benih beserta pembudidayaan ikan konsumsi yang dapat berperan serta dalam menutupi kebutuhan akan ikan konsumsi maupun kebutuhan terhadap benih ikan (Suyanto, 1986).
Ekskresi ikan berasal dari katabolisme protein pakan dan di keluarkan dalam bentuk amonia dan urea. Amonia merupakan salah satu bentuk N anorganik yang berbahaya bagi ikan. Menurut Chen dan Kou (1993), air yang mengandung amonia tinggi bersifat toksik karena akan menghambat ekskresi ikan.
Universitas Sumatera Utara


Meminimalkan penyortiran merupakan hal yang sangat penting dalam budidaya sistem padat tebar tinggi. Penyortiran sebenarnya menyebabkan ikan stres dan membutuhkan waktu untuk pemulihan. Akibatnya, masa budidaya lebih panjang dan terjadi pemborosan pakan. Dengan teknik padat tebar ini hanya merekomendasikan tiga kali penyortiran, yakni di awal, tengah, dan akhir penelitian selama masa budidaya.
Beberapa cara dapat dilakukan untuk memperoleh benih siap tebar, antara lain melalui usaha pembenihan. Sayangnya usaha pembenihan ikan lele dewasa ini masih di hadapkan pada kesulitan mengatasi tingginya angka kematian, sedikitnya 50%, setelah benih lepas sarang yang terjadi terutama karena predasi, pakan yang tidak memadai dan kualitas media yang buruk. Predasi dapat di hindarkan dan kualitas air dapat di perbaiki melalui pemeliharaan benih terkendali dalam ruangan. Dengan demikian pakan akan memegang peran utama dan penting dalam menentukan kelangsungan hidup benih ikan. Oleh karena itu mengatasi masa kritis tersebut benih ikan perlu diberi pakan yang sesuai dan terkendali, tepat jumlah, mutu dan waktu sehingga benih ikan mampu tumbuh dengan cepat (Timmons dan Lososordo, 1994).
Menurut Setiawan (2009) peningkatan padat penebaran akan mengganggu proses fisiologis dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang pada akhirnya akan dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis ikan. Akibat lanjut dari proses tesebut adalah penurunan pemanfaatan makanan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup mengalami penurunan. Sehingga peningkatan padat penebar harus sesuai dengan daya dukung.
Universitas Sumatera Utara

Perumusan Masalah
1. Apakah sistem pemeliharaan padat tebar tinggi tanpa penggunaan nitrobacter dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) ?
2. Berapakah padat penebaran optimal benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) pada sistem padat tebar tinggi tanpa penggunaan nitrobacter ?
Kerangka Pemikiran
Sistem padat tebar tinggi dapat mengubah atau memperbaiki kualitas air dalam wadah pemeliharaan menjadi lebih baik. Sistem padat tebar tinggi dapat meningkatkan nilai (DO) Disolved Oksigen atau nilai oksigen terlarut, kadar pH, kandungan Amoniak (NH3) yang merupakan salah satu parameter utama dalam budidaya perikanan. Dengan sistem padat tebar tinggi dan padat penebaran yang sesuai akan mengoptimalkan lahan sempit sehingga memiliki pengaruh terhadap efisiensi produksi.
Permintaan pasar ikan lele yang tinggi mengakibatkan perlu dilakukannya budidaya intensif. Mengoptimalkan padat penebaran benih ikan lele sangat diperlukan untuk mengimbangi permintaan pasar yang tinggi. Dengan bantuan sistem padat tebar tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan hidup ikan dan tanpa menggangu pertumbuhan optimum dari ikan lele. Dari Penelitian Solehudin (2006) menyatakan bahwa padat penebaran dengan sistem padat tebar tinggi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ikan konsumsi. Sehingga perlu juga dilakukan penelitian terhadap padat tebar optimum benih ikan lele dumbo (C.
Universitas Sumatera Utara

gariepinus). Secara ringkas, kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Permintaan Pasar Ikan Lele Tinggi
Budidaya Ikan Lele

Intensif

Ekstensif

Mengoptimalkan Padat Penebaran

Penambahan Hormon

Sistem Padat Tebar Tinggi
Laju Pertumbuhan dan kelangsungan hidup

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari peneilitian ini adalah 1. Untuk mengetahui pengaruh padat tebar tinggi tanpa penggunaan nitrobacter terhadap kelangsungan hidup, panjang harian ikan dan laju pertumbuhan bobot ikan lele (C. gariepinus). 2. Menentukan padat penebaran optimum dalam pemeliharaan ikan lele dumbo tanpa penggunaan nitrobacter.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini di harapakan dapat memberikan informasi kepada
petani budidaya ikan lele tentang padat penebaran optimum ikan lele dengan sistem padat tebar tinggi, serta untuk menambah informasi tentang pengaruh padat penebaran dengan sistem padat tebar tinggi terhadap kelangsungan hidup, panjang harian ikan dan laju pertumbuhan bobot ikan lele dumbo (C. gariepinus).
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi ikan lele menurut Djatmika (1986) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Pisces

Ordo

: Ostariophysi

Famili

: Claridae

Genus

: Clarias

Spesies

: C. gariepinus

Ikan lele dumbo memiliki morfologi tubuh memanjang, warna tubuh

bagian atas gelap, daerah perut dan sisi bawah kepala terang, kadang-kadang

terdapat garis bintik-bintik terang pada sisi badan (Najiyati, 1992; Murniarti

dkk.,2004), jika terkena sinar matahari, warna tubuh lele berubah menjadi pucat

dan jika terkejut atau stres warna tubuhnya menjadi loreng seperti mozaik hitam

putih (Djatmika dan Rusdi, 1986; Viveen dkk., 1987; Suyanto, 1995).

Memiliki kulit licin tidak bersisik dan mengeluarkan mucus, kepala pipih

berbentuk segitiga atau setengah lingkaran, dilindungi lempengan tulang kepala

yang keras. Bagian badan silindris sedangkan bagian ekor pipih, memiliki mata

yang kecil sehingga indra penglihatan kurang baik. Sebagai gantinya, ikan lele

mempunyai alat peraba berupa empat pasang sungut, yaitu satu pasang sungut

hidung, satu pasang sungut maksilar dan dua pasang sungut mandibula (Viveen

dkk., 1987; Najiyati, 1992). Menurut Handojo dkk. (1986) dalam Utomo (2006),

Universitas Sumatera Utara

ikan lele mempunyai dua buah alat olfaktori yang terletak dekat sungut hidung berfungsi untuk mengenali mangsa melalui perabaan dan penciuman.
Gambar 2. Ikan Lele Dumbo (C. gariepinus)
Insang ikan lele berukuran kecil dan terletak pada kepala bagian belakang (Najiyati, 1992) dan terdiri atas dua dinding berkantung tipis yang disatukan oleh tabung melintang (Jayaram, 1981 dalam Utomo, 2006), hal ini menyebabkan ikan lele kadang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan oksigen di perairan sehingga kekurangan ini dilengkapi oleh alat pernapasan tambahan pada lembar insang kedua dan keempat, merupakan modifikasi insang berbentuk seperti bunga karang disebut arborescent organ yang penuh dengan pembuluh darah kapiler. Arborescent organ memungkinkan ikan lele dapat mengambil oksigen langsung dari udara sehingga mampu hidup diperairan yang kandungan oksigennya rendah (Susanto, 1989; Angka dkk., 1990; Suyanto, 1992) maupun perairan yang kadar CO2 tinggi (Puspowardoyo dan Djarijah, 2002). Organ pernapasan tambahan ini hanya berfungsi saat insang tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen (Handojo dkk., 1986 dalam Utomo, 2006).
Universitas Sumatera Utara

Pada kondisi lembab, ikan lele dapat tetap hidup di luar perairan (Susanto, 1989; Murhananto, 2002). Alat genital dekat anus tampak sebagai tonjolan. Pada ikan jantan tonjolan berbentuk lancip sedangkan pada ikan betina tonjolan relatif membundar (Angka dkk., 1990).
Habitat ikan lele adalah semua perairan tawar. Di sungai yang airnya tidak terlalu deras atau di perairan yang tenang seperti danau, waduk, telaga, rawa serta genangan-genangan kecil seperti kolam. Ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk mendukung pertumbuhannya. Hal ini dimungkinkan oleh adanya kemampuan ikan tersebut untuk mengambil oksigen langsung dari udara melalui organ arborescent yang dimilikinya, sehingga pada perairan yang tidak mengalir, perairan yang kotor dan berlumpur dengan kandungan oksigen rendah, ikan lele masih bisa hidup (Soetomo, 1989; Suyanto, 1992).
Ikan lele termasuk ikan omnivora, juga cenderung bersifat karnivora. Di alam bebas, makanan alami ikan lele terdiri fitoplankton dari jenis alga dan zooplankton yang berupa jasad-jasad renik seperti kutu air, cacing rambut, rotifera, jentik-jentik nyamuk, ikan kecil serta sisa bahan organik yang masih segar (Simanjuntak, 1989; Najiyati, 1992). Ikan lele juga senang makanan yang membusuk sehingga termasuk golongan pemakan bangkai dan bersifat kanibal saat jumlah makanan kurang tersedia (Simanjuntak, 1989).
Padat Penebaran Padat penebaran ikan adalah jumlah ikan atau biomassa yang ditebar
persatuan luas atau volume wadah pemeliharaan (Effendi, 2004).Menurut Bardach dkk. (1972) tingkat padat penebaran akan mempengaruhi keagresifan ikan. Ikan
Universitas Sumatera Utara

yang dipelihara dalam kepadatan yang rendah akan lebih agresif, sedang ikan yang dipelihara dalam kepadatan yang tinggi akan lambat pertumbuhannya karena tingginya tingkat kompetisi dan banyaknya sisa-sisa metabolisme yang terakumulasi dalam media air.
Menurut Suresh dan Lin (1992) bahwa kualitas air menurun seiring peningkatan padat tebar yang diikuti dengan penurunan tingkat pertumbuhan. Namun jika kondisi lingkungan dapat dipertahankan dengan baik dan pemberian pakan yang cukup, kepadatan ikan yang tinggi akan meningkatkan produksi. Padat penebaran tinggi sangat mempengaruhi pertumbuhan, kelangsungan hidup, dan efisiensi pakan. Oksigen yang semakin berkurang dapat ditinggkatkan dengan pergantian air dan pemberian aerasi (Goddard, 1996). Menurut Wedemeyer (1996), padat penebaran yang sangat tinggi bahkan melebihi batas toleransi dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan dan fisiologi ikan. Oleh karena itu, agar hal tersebut tidak terjadi maka peningkatan padat penebaran terutama pada budidaya intensif, harus diimbangi dengan pemberian pakan berkualitas dengan kuantitas yang cukup dan fisika-kimia air yang terkontrol.
Sistem Padat Tebar Tinggi Ikan yang digunakan adalah ikan yang berasal dari pembudidaya ikan lele
(C. gariepinus) di kota medan. Sebelum ditebar kedalam akuarium dilakukan beberapa tahapan perlakuan terlebih dahulu. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut Ikan sebaiknya diaklimatisasi sebelum dimasukkan kedalam akuarium perlakuan. Kemudian dilakukan pengukuran kualitas air media pemeliharaan di akuarium yang akan digunakan sebagai data awal pada tahapan akhir dilakukan pengukuran panjang dan berat ikan kemudian dimasukkan
Universitas Sumatera Utara

kedalam 9 akuarium, dengan kepadatan masing-masing 600 ekor/m³ , 700 ekor/m³ , dan 800 ekor/m³ selama penelitian atau 45 hari akan dilakukan meminimalkan penyortiran merupakan hal yang sangat penting dalam budidaya sistem padat tebar tinggi. Penyortiran sebenarnya menyebabkan ikan stres dan membutuhkan waktu untuk pemulihan. Akibatnya, masa budidaya lebih panjang dan terjadi pemborosan pakan.
Pertumbuhan Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu
waktu, sedangkan pertumbuhan bagi populasi adalah pertambahan jumlah. Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang digolongkan menjadi dua bagian yang besar yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam umumnya adalah faktor yan sukar di kontrol seperti keturunan sex, umur, parasit dan penyakit. Faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan ialah makanan dan suhu (Effendie, 2002)
Peningkatan kepadatan akan diikuti dengan penurunan pertumbuhan dan jika telah sampai pada batas tertentu pertumbuhannya akan terhenti. Hal tersebut dapat dicegah dengan penentuan padat penebaran yang sesuai dengan daya dukung lingkungan (Setiawan, 2009). Sedangkan Wicaksono (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan terjadi apabila ikan hidup pada lingkungan yang optimum (suhu, pH dan oksigen) serta kebutuhan makanan yang mencukupi.
Kelangsungan Hidup Menurut Effendie (2002) derajat kelangsungan hidup adalah persentase
ikan yang hidup dari seluruh ikan yang dipelihara dalam suatu wadah. Menurut
Universitas Sumatera Utara

Hepher dan Pruginin (1981) diacu dalam Setiawan (2009) tingkat kelangsungan hidup ikan adalah nilai persentase jumlah yang hidup selama masa pemeliharaan tertentu. Padat penebaran ikan yang tinggi dapat mempengaruhi lingkungan budidaya dan interaksi ikan. Peningkatan padat penebaran akan menggangu proses fisiologi dan tingkah laku ikan yang pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan. Akibat lanjut dari proses tersebut adalah penurunan pemanfaatan makanan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Penyakit dan kekurangan oksigen akan mengurangi jumlah ikan secara drastis, terutama ikan yang berukuran kecil.
Menurut Wicaksono (2005) kebutuhan oksigen ikan bervariasi tergantung jenis, umur dan kondisi alami. Ikan kecil biasanya mengkonsumsi oksigen yang lebih besar dibandingkan ikan dewasa. Penurunan kelarutan oksigen secara kronis dapat menyebabkan stress pada ikan. Sedangkan Wedemeyer (1996) diacu dalam Irliyandi (2008) menyatakan bahwa respon stres terjadi dalam tiga tahap yaitu tanda adanya stres, bertahan, dan kelelahan. Ketika ada stres dari luar ikan mulai mengeluarkan energinya untuk bertahan dari stres. Stres meningkat cepat ketika batas daya tahan ikan telah tercapai atau terlewati. Dampak stres ini mengakibatkan daya tahan tubuh ikan menurun dan selanjutnya terjadi kematian. Gejala ikan sebelum mati yaitu warna tubuh menghitam, gerakan tidak berorientasi, dan mengeluarkan lendir pada permukaan kulitnya.
Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor penting dalam budidaya ikan karena
diperlukan sebagai media hidup ikan. Beberapa perubah fisika dan kimia yang
Universitas Sumatera Utara

dapat mempengaruhi hidup ikan adalah suhu, oksigen terlarut, CO2 bebas, pH, alkalinitas, amoniak, nitrit , dan nitrat (Weatherley, 1972). Semakin tinggi tingkat padat penebaran dalam suatu wadah budidaya, maka kualitas air pada wadah tersebut cenderung mengalami penurunan seiring waktu pemeliharaan. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan cara intensif, yang dilakukan dengan wadah indoor, kualitas air akan lebih mudah terkontrol, baik parameter fisika, biologi maupun kimia. Kualitas air merupakan faktor utama yang mempengaruhi kelangsungan hidup serta pertumbuhan dari segala jenis ikan. Menurut Effendie (2002) ada banyak parameter fisika dan kimia kualitas air yang mempengaruhi diantaranya:
Suhu Ikan lele mudah beradaptasi dengan lingkungan yang tergenang air, dan
bila sudah dewasa dapat diadaptasikan pula dengan lingkungan perairan yang mengalir (Puspowardoyo dan Djarijah, 2002). Suhu merupakan faktor yang mempengaruhi laju metabolisme dan kelarutan gas dalam air (Zonneveld dkk.,1991). Suhu yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele dumbo adalah 25 OC – 30 OC, di atas suhu tersebut nafsu makan lele dumbo akan berkurang. Selain itu, tingginya temperatur air akan menyebabkan meningkatnya aktivitas metabolisme dari organisme yang ada. Dengan tingginya aktivitas metabolisme ini, kandungan gas terlarut akan berkurang. Rendahnya kandungan gas terlarut dalam kurun waktu yang lama akan menyebabkan ikan lele lemas, bahkan mati. Sehingga perlu adanya pengaturan tingkat kepadatan benih ikan lele dalam wadah pemeliharaan, agar sesuai dengan laju metabolisme komponen perairan yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara

Oksigen Terlarut Pada umumnya ikan lele hidup normal pada kandungan oksigen terlarut 4
mg per liter, jika persediaan oksigen di bawah 20 % dari kebutuhan normal, lele dumbo akan lemas dan menyebabkan kematian (Murhananto, 2002). Jika dalam suatu perairan budidaya populasi terlalu padat dapat menyebabkan berkurangnya oksigen terlarut (DO) dan akan mempengaruhi nafsu makan ikan. Menurut Boyd (1990), tingkat DO yang rendah dalam wadah budidaya dibarengi dengan nitrit yang tinggi dapat merangsang pembentukan methemoglobin, sehingga mengakibatkan menurunnya transportasi oksigen dalam darah yang dapat mengakibatkan stres dan kematian pada ikan. Kandungan O2 yang terlalu tinggi akan menyebabkan timbulnya gelembung-gelembung pada jaringan tubuh ikan lele, dan sebaliknya penurunan kandungan O2 secara tiba-tiba dapat menyebabkan kematian (Najiyati, 2001). Oksigen penting bagi ikan dan organisme lainnya untuk respirasi dan melakukan proses metabolisme. Tersedianya oksigen terlarut menjadi faktor pembatas yang penting dalam budidaya intensif ikan (Goddard, (1996), Lossordo dkk., (1998)), sehingga perlunya diketahui tingkat padat tebar yang sesuai pada benih ikan lele, agar terjadi proses metabolisme yang sempurna, dan tidak mengganggu proses pertumbuhan benih ikan lele.
pH ( Potensial of hidrogen) Pada umumnya pH yang baik untuk pertumbuhan ikan lele yaitu antara 6,5
sampai 9,0. pH kurang dari 5 sangat buruk bagi kehidupan ikan lele, karena dapat menyebabkan penggumpalan lendir pada insang dan dapat menyebabkan kematian. Sedangkan pH di atas 9 dapat menghambat pertumbuhan, karena
Universitas Sumatera Utara

menimbulkan nafsu makan yang kurang bagi ikan lele (Murhananto, 2002). Ishio dalam Wardoyo (1975), mengatakan bahwa pH 4 dan 11 merupakan titik lethal (death point) bagi ikan. Tinggi rendahnya pH dalam suatu perairan salah satunya dipengaruhi oleh jumlah kotoran dalam lingkungan perairan, khususnya sisa pakan dan hasil metabolisme. Semakin tinggi padat penebaran dalam wadah budidaya akan semakin tinggi pula bahan organik dan sisa metabolisme yang dihasilkan, namun dengan pengaturan pemberian pakan, alkalinitas merupakan perubah yang berhubungan dengan pH. Air yang memiliki alkalinitas tinggi akan menerima asam dalam jumlah yang lebih besar tanpa menyebabkan penurunan pH secara nyata (Vesilind dkk., 1993). Dengan demikian semakin tinggi padat penebaran yang menimbulkan limbah semakin tinggi akan mempengaruhi dan berbanding lurus terhadap nilai pH dan alkalinitas. Menurut Boyd (1990), menyatakan bahwa di perairan alami, alkalinitas total berkisar antara 5-500 mg CaCO3 /l. Alkalinitas minimum yang mampu ditolelir benih ikan lele adalah 0.1 mg CaCO3/l (Khairuman dan Amri, 2002).
Amoniak Amoniak merupakan hasil akhir metabolisme protein dan dalam
bentuknya yang tidak terionisasi dan merupakan racun bagi ikan sekalipun pada konsentrasi yang sangat rendah. Konsentrasi amoniak terlarut itu sendiri di dalam air bergantung pada pH dan suhu (Masser dkk., 1999). Semakin tinggi pH dan suhu dalam perairan, maka kandungan amoniak akan semakin tinggi pula. Amoniak adalah zat utama dari senyawa nitrogen yang diekskresikan oleh kebanyakan hewan akuatik (Spotte, 1979). Selain penguraian bahan organik sisa metabolisme yang kurang sempurna. Amoniak juga berpengaruh terhadap
Universitas Sumatera Utara

pertumbuhan yaitu menurunkan konsumsi oksigen akibat kerusakan pada insang, penggunaan energi yang lebih akibat stres yang ditimbulkan, dan menggangu proses osmoregulasi (Boyd, 1990). Kandungan maksimum amoniak dalam suatu wadah pemeliharaan untuk benih ikan lele yang masih dapat ditolelir adalah 1 mg/ liter (Khairuman dan Amri, 2002).
Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2015, di
Laboratorium Budidaya Perikanan, Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain akuarium dengan ukuran 60 cm x 40 cm x 40 cm sebanyak 9 buah, pH meter, DO , thermometer, ammoniak tes kit, kertas milimeter, ember, kertas milimeter, kamera digital, kertas label, pipet tetes, spidol, aerator, tisu, tanggok dan, timbangan digital
Sedangkan bahan – bahan yang digunakan antara lain air, ikan lele ukuran panjang rata-rata 5 cm/ekor dan bobot rata-rata 1,2 gram/ekor sebanyak 450 ekor dan pakan dapat dilihat pada lampiran 1. Metode Penelitian Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali, yaitu : Perlakuan P1 dengan padat tebar 600 ekor/m³ Perlakuan P2 dengan padat tebar 700 ekor/m³ Perlakuan P3 dengan padat tebar 800 ekor/m³
Universitas Sumatera Utara

Rancangan ini digunakan karena keragaman kondisi lingkungan, alat, bahan dan media yang digunakan adalah homogen atau letak posisi masingmasing unit tidak mempengaruhi hasil-hasil percobaan, dan percobaan ini dilakukan pada kondisi terkendali atau setiap unit percobaan secara keseluruhan memiliki peluang yang sama besar untuk menempati percobaan atau dapat dilihat pada bagan lampiran 2 (Hanafiah, 2012).
Prosedur Penelitian Persiapan Bahan dan Alat
Alat yang digunakan seperti akuarium cuci terlebih dahulu dengan larutan desinfektan yang di perbolehkan bagi perikanan kemudian bilas dengan menggunakan air bersih. Setelah cuci bersih alat tersebut di keringkan. Hal ini di maksudkan untuk menghilangkan atau memutus mata rantai bibit penyakit pada alat yang akan digunakan. Sedangkan pada bahan yang digunakan pastikan berada pada kondisi terbaiknya. Pada ikan lele yang akan digunakan adaptasi terlebih dahulu di dalam akuarium . Hal ini di maksudkan agar ikan tidak stres dan dapat menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan.
Persiapan Air Media Pemeliharaan
Dalam pemeliharaan ikan air sebagai media hidup ikan sangat penting untuk di jaga. Sehingga di perlukan media air yang baik sebelum di lakukan nya penelitian. Hal ini agar ikan tetap dalm kondisi yang sehat. Adapun tahapan yang dilakukan untuk persiapan media air pemeliharaan selama penelitian ialah pertama air bersih yang berasal dari lokasi penelitian di tampung dalam ember besar. Kemudian air tersebut di endapkan agar terhindar dari zat-zat berbahaya dalam
Universitas Sumatera Utara

air. Proses selanjutnya air yang berada dalam ember penampung di aerasi selama 3 hari. Sebelum di aerasi ukur terlebih dahulu pH sebagai data awal dan setelah 3 hari diukur kembali pH sehingga diketahui pH optimum, tahapan ini bertujuan untuk menguapkan senyawa organik yang berkaitan dengan rasa dan bau, serta mengurangi kandungan konsentrasi zat terlarut yang dapat membahayakan kelangsungan hidup ikan. Selanjutnya, air dapat digunakan untuk pemeliharaan ikan dalam akuarium.
Sistem Padat Tebar Tinggi Ikan yang digunakan adalah ikan yang berasal dari pembudidaya ikan lele
dumbo (C. gariepinus) di kota medan. Sebelum ditebar kedalam akuarium dilakukan beberapa tahapan perlakuan terlebih dahulu. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Ikan diaklimatisasi sebelum dimasukkan kedalam akuarium perlakuan agar ikan beradaptasi dan tidak mengalami stres, kemudian dilakukan pengukuran kualitas air media pemeliharaan di akuarium yang akan digunakan sebagai data awal, pada tahapan akhir dilakukan pengukuran panjang dan berat ikan kemudian dimasukkan kedalam 9 akuarium, dengan kepadatan masing – masing 600 ekor/m³, 700 ekor/m³, dan 800 ekor/m³. Penelitian dilakukan selama 42 hari, setiap 7 hari sekali pengamatan dilakukan seperti laju pertumbuhan bobot harian, dan 14 hari sekali pengamatan dilakukan seperti laju pertumbuhan panjang harian, tingkat kelangsungan hidup dan kualitas air.
Universitas Sumatera Utara

Pemberian Pakan
Pakan yang digunakan adalah pakan buatan (pelet), dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali dalam satu hari yaitu pukul 10.00 WIB, 18.00 WIB dan dengan jumlah pemberian pakan 5% dari bobot ikan per hari dapat di lihat pada bagan Lampiran 3.
Pengamatan Penelitian
Selama pemeliharaan berlangsung, dilakukan pengamatan terhadap beberapa parameter yaitu berat, panjang dan jumlah ikan yang mati serta kualitas air. Pengamatan perubahan berat dan panjang benih ikan dilakukan untuk mengetahui laju pertumbuhan individu dan pertumbuhan panjang mutlak benih ikan selama masa pemeliharaan, pengamatan jumlah ikan yang mati dilakukan untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup benih ikan selama masa pemeliharaan, serta pengamatan kualitas air dilakukan untuk mengetahui kondisi perairan pemeliharaan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan benih ikan yang dilakukan selama masa pemeliharaan.
Pengamatan dilakukan selama 42 hari untuk mengetahui laju pertumbuhan ikan dilakukan pengambilan contoh (sampling) setiap 7 hari sekali dengan cara menimbang bobot dan setiap 14 hari sekali mengukur panjang ikan. Setiap sampling, benih ikan lele yang diambil sebanyak 10% dari jumlah total ekor/akuarium. Sedangkan tingkat kelangsungan hidup dapat di ketahui dengan cara menghitung jumlah ikan yang mati setiap hari selama masa pemeliharaan berlangsung. Parameter lain yang diamati yaitu parameter fisika dan kimia air di lakukan setiap 14 hari sekali.
Universitas Sumatera Utara

Pengumpulan Data Laju Pertumbuhan Panjang Harian
Pada ikan lele ukuran panjang menjadi penentu harga ikan. Sehingga laju pertumbuhan menjadi parameter utama dalam budidaya ikan lele. Pengukuran panjang dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kertas milimeter. Dengan pengambilan contoh ikan sampel sebanyak 10% dari jumlah ikan uji pada setiap wadah percobaan. Pertumbuhan panjang harian dihitung dengan menggunakan rumus menurut Busacker dkk. (1990) diacu Widyiantara (2009) sebagai berikut :
Ph = [(ln Lt – ln L0)/t] x 100%
Keterangan: Ph = Pertumbuhan panjang harian (%) Lt = Panjang rata-rata akhir (cm) L0 = Panjang rata-rata awal (cm) t = Lama pemeliharaan (hari)
Laju Pertumbuhan Bobot Harian Pengukuran pertumbuhan bobot dilakukan pada awal dan akhir penelitian
dengan pengambilan contoh ikan sampel sebanyak 10% dari jumlah ikan uji pada
Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Kualitas Air Parameter kualitas air media pemeliharaan ditentukan dengan mengukur
parameter kualitas air selama penelitian yang terdiri dari parameter fisika dan kimia yang telah ditentukan yaitu pH, Ammonia, DO, Suhu. Data ini digunakan untuk menentukan kelayakan kualitas air media pemeliharaan selama penelitian.
Pengukuran Suhu, DO, dilakukan setiap 14 hari sekali, pengukuran kandungan Ammonia dan pH menggunakan Ammonia tes kit dan PH meter. Analisis Data
Untuk mengetahui apakah pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diamati berpengatuh nyata atau tidak kemudian dilakukan uji analisis ragam (ANOVA) dan uji F. Pada parameter pengamatan yang menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata, dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada selang kepercayaan 95%. Selanjutnya data akan disajikan dalam bentuk Tabel dan Grafik.
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data berupa kelangsungan hidup
(%), laju pertumbuhan bobot harian (%), laju pertumbuhan panjang harian (%), serta data hasil pengamatan parameter fisika-kimia air selama pemeliharaan. Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup ikan lele yang dipelihara selama 42 hari berkisar 75,44% - 77,78%. Nilai tertinggi dicapai pada perlakuan P1 sebesar 81,75% dan nilai terendah pada perlakuan P3 75,44% dan P2 sebesar 77,78% atau untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4. Dari hasil analisis data (ANOVA) dan uji F, diperoleh hasil bahwa pada perlakuan 600 ekor/m³, 700 ekor/m³, dan 800 ekor/m³ tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan lele seperti pada Lampiran 4.

Tingkat Kelangsungan Hidup (%)

100 90 81,75 80 70 60 50 40 30 20 10 0
P1

77,78
P2 Perlakuan

75,44 P3

Gambar 3. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele Pada Setiap Perlakuan dan Ulangan Selama Pengamatan.

P1 P2 P3

Universitas Sumatera Utara

Laju Pertumbuhan Bobot Harian Laju pertumbuhan bobot harian atau laju pertumbuhan spesifik yang dii
pelihara pada setiap tingkat kepadatan 600 ekor/m³, 700 ekor/m³, dan 800 ekor/m³ berturut-turut adalah 3,49%, 3,42% ,dan 3,25%. Laju pertumbuhan bobot harian pada perlakuan P1 menunjukkan nilai terbesar yaitu 3,49%. Sedangkan laju pertumbuhan bobot harian terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu 3,25% untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.

Laju Pertumbuhan Bobot Harian (%)

4,00 3,49
3,50
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00 P1

3,42
P2 Perlakuan

3,25 P3

P1 P2 P3

Gambar 4. Laju Pertumbuhan Bobot Harian Ikan Lele Pada Setiap Perlakuan Selama Pengamatan.

Berdasarkan pengamatan dan sampling yang dilakukan setiap tujuh hari, peningkatan padat penebaran yang diberikan terhadap ikan lele mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan bobot harian ikan lele selama masa pemeliharaan 42 hari seperti Gambar 5 di bawah ini. Grafik menunjukkan pada setiap sampling dilakukan nilai bobot tertinggi diperoleh pada perlakuan 600 ekor/m³ kemudian diikuti perlakuan 700 ekor/m³ dan perlakuan 800 ekor/m³ yang memiliki bobot terendah.

Universitas Sumatera Utara

Berat rata-rata (Gram)

50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
0

7 14 21 28 35 42 Hari

P1 P2 P3

Gambar 5. Pertumbuhan Bobot (gram) Ikan Lele yang dipelihara Pada Setiap Perlakuan Selama 42 Hari.

Dari hasil analisa data (ANOVA) dan uji F menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan bobot harian atau pertumbuhan spesifik ikan lele dan berdasarkan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) atau uji Tuckey dengan selang kepercayaan 95% untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

Laju Pertumbuhan Panjang Harian Laju pertumbuhan panjang harian ikan lele yang dipelihara selama 42 hari
pada setiap perlakuan 600 ekor/m³, 700 ekor/m³, 800 ekor/m³ berturut-turut adalah 1,21%, 1,18%, dan 1,10%. Laju pertumbuhan panjang harian tertinggi terdapat pada perlakuan 600 ekor/m³ yaitu sebesar 1,21% sedangkan laju pertumbuhan panjang harian terkecil terdapat pada perlakuan 800 ekor/m³ sebesar 1,10% seperti pada Gambar 6.

Universitas Sumatera Utara

Laju Pertumbuhan Panjang Harian (%)

1,40 1,21
1,20
1,00
0,80
0,60
0,40
0,20
0,00 P1

1,18
P2 Perlakuan

1,10 P3

P1 P2 P3

Gambar 6. Petumbuhan Panjang Harian Ikan Lele Pada Setiap Perlakuan Selama Pengamatan.

Berdasarkan pengamatan peningkatan padat penebaran yang diberikan terhadap ikan lele juga mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan panjang harian ikan lele selama pemeliharaan 42 hari seperti pada Gambar 7. Grafik menunjukan pada setiap sampling dilakukan nilai panjang terbesar diperoleh pada perlakuan 600 ekor/m³ kemudian diikuti perlakuan 700 ekor/m³ dan perlakuan 800 ekor/m³ yang memilik