TEKNIK RELAKSASI KESADARAN INDERA DAN SELF TALK UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN DITINGGALKAN PASANGAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia dalam kehidupannya mengalami berbagai permasalahan yang dapat
mempengaruhi kondisi kejiwaannya, apabila permasalahan yang dihadapi
dirasakan oleh dirinya merupakan sesuatu yang berat, hal ini akan berdampak
pada kondisi yang akan mempengaruhi keseimbangan jiwanya (Purwaningtyas,
2010). Permasalahan-permasalahan tersebut merupakan stressor dan respon yang
paling umum terhadap suatu stressor adalah kecemasan.
Tiap manusia pasti mempunyai rasa cemas, rasa cemas ini biasanya terjadi
pada saat adanya kejadian atau peristiwa tertentu, maupun dalam menghadapi
suatu hal. Misalkan, orang merasa cemas, ketika tampil dihadapan banyak orang
atau ketika sebelum ujian berlangsung, dan masih banyak lagi. Kecemasan yang
dimiliki seseorang seperti di atas adalah normal bahkan kecemasan ini perlu
dimiliki oleh manusia. Akan tetapi kecemasan berubah menjadi abnormal ketika
kecemasan yang ada dalam diri individu menjadi berlebihan atau melebihi dari
kapasitas umumnya.
Banyak pemicu munculnya kecemasan, salah satunya jika ditinggalkan
pasangan. Setiap orang yang hidup dalam perkawinan sebaiknya mempersiapkan
diri karena pada suatu hari akan meninggalkan atau ditinggalkan oleh pasangan

hidupnya karena kematian atau perceraian. Tidak ada orang yang pernah
menginginkan kehilangan orang yang dicintai, apa lagi orang itu adalah pasangan
hidupnya dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Ditinggalkan pasangan yang

1

2

disebabkan karena atau perceraian merupakan pengalaman paling menghancurkan
dan meremukkan hati yang paling dalam. Kehilangan orang yang dicintai
menimbulkan rasa sakit dan kesedihan. Perasaan sedih menyebabkan seseorang
menjadi lupa diri. Dihadapan siapapun yang ia jumpai menangis dan lupa
merawat diri karena terlalu banyak menangis dan tak terurus. Ada juga yang
sampai jatuh pingsan atau kemarahan, dan mengalami kecemasan karena takut hal
ini terjadi pada individu tersebut.
Jika dilihat dari hasil Survey terkini, dimana di Amerika terdapat 15-33%
pasien yang berobat ke dokter merupakan pasien dengan gangguan mental. Dari
jumlah tersebut minimal sepertiganya menderita gangguan kecemasan. Sehingga
saat ini kecemasan merupakan penyakit yang mulai menjadi perhatian di bidang
kesehatan masyarakat. Dibanding laki-laki wanita lebih sering mengalami

gangguan kecemasan. Prevalensi kecemasan pada wanita 30,5% lebih tinggi dari
laki-laki 19,2%, 25% tidak menikah, lebih dari 35% memerlukan perawatan dan
sekitar 10% melakukan bunuh diri (Dugue, 2002).
Kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya prasaan takut dan
kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan
Davison & Neale (2006). Kaplan, Sadock, & Grebb (1994) mengemukakan takut
dan cemas merupakan dua emosi yang berfungsi sebagai tanda akan adanya suatu
bahaya. Rasa takut muncul jika terdapat ancaman yang jelas, berasal dari
lingkungan dan tidak menimbulkan konflik bagi individu sedangkan kecemasan
muncul jika bahaya berasal dari dalam diri, tidak jelas, atau menyebabkan konflik
bagi individu. Menurut Davison & Neale (2006) gangguan cemas berbeda dengan
kecemasan normal dalam hal intensitas durasi serta dampaknya bagi individu.

3

Kecemasan disini mempunyai tiga komponen, yaitu emosional, kognitif, dan
fisiologis. Dalam komponen emosional, individu mengalami perasaan takut yang
intens dan disadari. Dalam komponen kognitif, peningkatan rasa takut akan
mengacaukan kemampuan individu untuk berpikir jernih. Dalam komponen
fisiologis, tubuh merespon ketakutan dengan memobilisasi diri untuk bertindak,

baik dikehendaki ataupun tidak. Respon fisiologis ini merupakan hasil kerja
sistem saraf otonom yang mengendalikan berbagai otot dan kelenjar tubuh
(Turangan, 2011).
Respon fisiologis ketika terjadi kecemasan antara lain detak jantung
meningkat, irama napas lebih cepat, pupil mata melebar, proses pencernaan
terhenti, pembuluh darah menyempit, tekanan darah naik, kelenjar adrenalin
dalam darah meningkat. Itu semua menyebabkan individu menjadi tegang dan
siap melakukan tindakan menyerang atau melarikan diri dari situasi yang ada
(Turangan, 2011).
Seperti fenomena yang ada dimana subyek bercerita dan mengeluhkan
kondisi yang dirasakan sangat mengganggu akhir-akhir ini. Subyek merasakan
adanya debaran jantung yang kencang, susah untuk memulai tidur, bahkan susah
untuk kembali tidur ketika terbangun. Subyek merasakan ketakutan, gelisah,
gugup dan kebingungan yang luar biasa. Subyek tidak mampu untuk mengontrol
dirinya ketika itu yang ia rasakan adanya ketakutan dan kecemasan yang luar
biasa.
Menurut subyek hal ini biasa terjadi malam hari dengan waktu yang lama,
sehingga menggangu aktivitas keesokan harinya dengan reaksi gelisah dan gugup.
Begitu juga ketika suaminya ingin berangkat kerja, ia merasa kecemasan yang


4

luar biasa dengan menunjukkan reaksi fisik seperti gemetaran, keringat dingin,
dan jantung berdetak cepat. Ketakutan dan kecemasan dihubungkan subyek
dengan mengingat peristiwa ketika ayah subyek meninggalkan mendiang ibu
untuk menikah lagi. Apa yang dilakukan ayah dikarenakan ibu meninggal karena
penyakit kanker rahim. Hal inilah yang kemudian menimbulkan kecemasan yang
luar biasa untuk subyek. Menurut subyek, ia sangat mencintai suaminya karena
sebelum menikah subyek susah untuk mendapatkan pasangan hidup. Subyek
selalu ditolak karena alasan utama yaitu fisik subyek yang tidak seperti wanita
biasanya, sehingga ia tidak ingin jika suaminya pergi meniggalkannya. Peristiwa
lain yang memperkuat kecemasan subyek adalah ia memiliki kista dalam
rahimnya. Subyek mencoba meyakinkan penyakitnya dengan memeriksakan ke
dokter kandungan. Dari kelima dokter yang dikunjungi, hampir beberapa dokter
mengatakan jika subyek memiliki kista yang disebabkan oleh pikiran dan hormon.
Setelah diagnosa dari beberapa dokter subyek mulai merasakan kecemasan yang
luar biasa terutama terhadap siklus menstruasi. Jika terlambat atau jika
mengeluarkan darah yang tidak seharusnya maka subyek akan menjadi cemas dan
gelisah. Kemudian malam harinya subyek tidak bisa tidur dengan nyenyak bahkan
ia terus menggunakan obat penenang yang diberikan dokter bahkan ketika obat

sudah habis subyek berusaha mencarinya di apotek. Hal ini dirasakan subyek
sudah cukup lama, dan kecemasan ini semakin mengganggu pada beberapa bulan
terakhir ini. Menurut subyek ketika dia selalu mencemaskan segala sesuatu pasti
akan membuat tubuhnya bereaksi dengan cepat, seperti nafas terasa sesak, jantung
berdetak cepat, keringat dingin, kepala sakit, dan sulit berpikir tentang apapun.

5

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti, diketahui subyek mengalami
kondisi kecemasan ditinggalkan pasangan. Setiap situasi yang ada selalu
ditanggapi dengan kecemasan sehingga mengganggu aktivitasnya dalam beberapa
bulan terakhir. Individu yang mengalami kondisi seperti ini bisa dikatakan
mengalami ketakutan yang berlebihan dan sifatnya tidak rasional. Subyek
memiliki ketakutan jika ditinggalkan suaminya, takut mati karena suami akan
meninggalkannya dan menikah dengan wanita lain sama seperti yang dilakukan
ayah subyek. Disisi lain, pemikiran subyek mengenai bentuk tubuh yang kurang
ideal membuat suami lebih mudah untuk meninggalkannya. Adanya topik
pembicaraan mengenai mantan pacar suami semakin memperparah kondisi
subyek dengan memunculkan reaksi kecemasan karena didukung dengan tingkat
keyakinan subyek mengenai distorsi kognitifnya.

Adanya ketakutan tersebut merupakan pemikiran tidak rasional dalam diri
individu. Kecemasan atau anxietas ini mengganggu aktivitas dalam kehidupan
dari diri individu tersebut, salah satunya terganggunya fungsi sosial dalam diri
individu. Misalnya menghambat untuk menjalin hubungan akrab antar individu
maupun kelompoknya. Kondisi seperti ini mengganggu stabilitas kehidupan
pribadi dan sosial subyek, sehingga kondisi seperti ini dibutuhkan suatu
penanganan untuk membantu subyek mengatasi atau mengurangi simtom
kecemasan dan adanya ketakutan tidak rasional yang dialaminya. Karena jika
tidak segera diatasi, akan dikhawatirkan membawa dampak negatif pada subyek
dan semakin mengganggu kehidupan subyek.
Pada kasus ini, penderita selalu merasakan kecemasan pada kondisi yang
tidak mampu dikontrolnya, sehingga akan membuat reaksi kecemasan muncul.

6

Respon yang ditimbulkan oleh kecemasan dapat dimanifestasikan oleh aktivitas
saraf otonom (simpatis dan parasimpatis). Respon simpatis akan menyebabkan
pelepasan epineprin, adanya peningkatan epineprin mengakibatkan denyut jantung
cepat, pernafasan cepat dan dangkal, tekanan pada arteri meningkat. Kecemasan
juga berdampak negatif pada fisiologi tubuh manusia antara lain dampak pada

kardiovaskuler, sistem respirasi, gastro intestinal, neuromuskular, traktus
urinarius, kulit, dampak pada perilaku, kognitif dan afektif. Sampai kepada
dampak terhadap sistem respirasi dan kardiovaskuler yang dapat menyebabkan
kesulitan bernafas, nafas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada dan
peningkatan tekanan darah (Stuart dan Sundeen, 1995).
Jika dilihat secara umum, relaksasi merupakan keterampilan coping yang
aktif jika digunakan untuk mengajar individu kapan dan bagaimana menerapkan
relaksasi dibawah kondisi yang menimbulkan kecemasan. Goldfriend dan Trier
(dalam Subandi, 2002) menunjukkan efektifitas latihan relaksasi yang disajikan
sebagai self control coping skill. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa subyek
yang diberi latihan relaksasi yang disajikan sebagai active coping skill secara
signifikan menunjukkan pengurangan kecemasan yang lebih besar daripada
subyek yang diberi latihan relaksasi yang disajikan sebagai prosedur otomatis
untuk mengurangi kecemasan. Burn (dalam Subandi, 2002) juga melaporkan
beberapa keuntungan yang diperoleh dari latihan relaksasi dimana salah satunya
adalah untuk mengurangi tingkat kecemasan. Ada beberapa bukti bahwa individu
dengan tingkat kecemasan yang tinggi dapat menunjukkan efek fisiologis positif
melalui latihan relaksasi. Selain itu juga, relaksasi dapat mengurangi
kemungkinan gangguan yang berhubungan dengan stress, dan mengontrol


7

anticipatory anxiety sebelum situasi yang menimbulkan kecemasan, seperti pada
pertemuan penting, wawancara dan sebagainya.
Melihat kondisi subyek yang mengalami kecemasan ditinggal pasangan
dengan memunculkan reaksi fisiologis dan emosi, serta subyek memiliki riwayat
gangguan pernafasan sehingga dilakukan relaksasi dengan menggunakan relaksasi
kesadaran indera. Teknik relaksasi kesadaran indera sangat efektif digunakan bagi
penderita yang mengalami kecemasan khususnya kesulitan pernafasan. Karena
dasar dari teknik ini adalah dengan membayangkan indera dan menggunakan
pernafasan, walau menyerupai meditasi namun pada relaksasi kesadaran indera ini
individu diberikan stimulus berupa pertanyaan (Judyth, 2008). Sehingga teknik
relaksasi kesadaran ini dirasa cukup mampu mereduksi kecemasan.

Begitu juga dengan pemikiran negatif yang mengganggu keseharian subyek,
dimana adanya ketakutan jika kehilangan suami, takut jika mati karena penyakit
yang dideritanya sehingga subyek berfikir jika mati maka suami akan
meninggalkannya, dan merasa takut jika sendiri di rumah tanpa suami, didukung
dengan keyakinan dirinya mengenai bentuk tubuh yang kurang ideal sehingga
memperparah kecemasan subyek. Menurut peneliti yang menganalisa 4000

pasangan menyebutkan, mereka yang patah hati ditinggal kekasih atau pasangan
cenderung lebih merana, tertekan, dan mengalami kecemasan yang berlebihan,
terutama pada mereka yang akan berstatus janda atau duda (Wilson, 2008).
Kondisi seperti ini memicu subyek menjadi ketakutan yang berlebihan dan apabila
hal ini dibiarkan maka akan mempengaruhi kognitif sehingga memperparah
tingkat keyakinan dan semakin berdampak pada kecemasan subyek. Maka untuk

8

mengurangi pemikiran negatif

disertakan juga terapi self talk agar lebih

komprehensif dalam mereduksi kecemasan.
Menurut Prawitasari (dalam Subandi, 2002) berbagai teknik relaksasi, seperti
kesadaran indera dapat menurunkan keluhan-keluhan fisik yang biasa terjadi
dalam keadaan cemas atau stres. Teknik relaksasi kesadaran indera ini telah
diketahui efektif menurunkan kecemasan untuk perawatan dan pencegahan gangguan
pernafasan, hiperventilasi, nafas pendek. Karena menurunkan ketegangan dan
perubahan kesadaran (Judyth, 2008).


Relaksasi kesadaran indera ini dikembangkan oleh Golfried

yang

dipelajarinya dari Weitzman (Gordfried & Davison, 1976). Relaksasi kesadaran
indera ini memfokuskan individu untuk bisa merasakan tubuhnya sendiri
khususnya panca indera sehingga individu bisa merasakan ketenangan. Dalam
teknik ini individu diberi satu seri pertanyaan yang tidak untuk dijawab secara
lisan, tetapi untuk dirasakan sesuai dengan apa yang dapat atau tidak dapat
dialami individu pada waktu instruksi diberikan.
Sedangkan teknik self talk disertakan untuk menangani pikiran-pikiran
negatif. Self talk merupakan bagian dari Rational Emotive Behavior Therapy
(REBT) yang bertujuan mengubah ide-ide tidak rasional menjadi ide yang
rasional sehingga dapat mengubah pandangan negatif mengenai perasaan dan
keinginan (Hartini, 2005). Albert Ellis merancang REBT lebih dari 40 tahun yang
lalu, dimana REBT merupakan treatment yang dilakukan untuk restrukturisasi
kognitif mengubah pemikiran irasional yang menyebabkan masalah psikologis
seperti kecemasan, deppresion, kemarahan, dan rasa bersalah (Spiegler &
Guevremont, 2003). Self talk dalam REBT berfungsi untuk merubah keyakinan-


9

keyakinan yang awalnya negatif menjadi positif sehingga bisa berfikir lebih
rasional.
Menurut Luciani (2001), self talk merupakan teknik untuk meyakinkan diri
sendiri dari pemikiran negatif dan tidak aman sehingga menjadi alternatif yang
sehat bagi individu. Individu akan membangun keyakinan diri dengan memilih
untuk menghilangkan pemikiran negatif dengan lebih obyektif, memilih rencana
yang lebih baik dengan berfikir rasional. Self talk dikategorikan menjadi dua jenis
yaitu positif dan negatif. Self talk yang positif dapat meningkatkan rasa percaya
diri, kebahagiaan, dan memotivasi diri seseorang. Sedangkan self talk yang
negatif dapat membuat seseorang putus asa, ketakutan, cemas, dan sedih.
Self talk bekerja secara bertahap sehingga memengaruhi pikiran bawah sadar
seseorang. Pertama, self talk mempengaruhi tindakan individu tersebut, lalu lamakelamaan tindakan tersebut berubah menjadi kebiasaan. Setelah tindakan tersebut
menjadi kebiasaan, kemudian menyatu dengan karakter/sifat individu tersebut,
dan setelah menyatu dengan sifat individu, self talk awal mulai menjadi realitas
dalam kehidupan seseorang, yang akhirnya membuat seseorang percaya bahwa
keyakinan itu memang benar. Self talk awal seseorang akan diperkuat oleh self
talk baru yang senada namun lebih kuat lagi. Kemudian, self talk seseorang akan
bekerja secara bertahap seperti pada siklus pertama, namun dengan pengaruh yang
semakin kuat. Begitulah seterusnya self talk bekerja memengaruhi diri seseorang
tanpa henti. Self talk yang positif dan dilakukan secara terus-menerus, akan
mempengaruhi seseorang tersebut

menjadi

jauh lebih

positif

daripada

sebelumnya. Sebaliknya, self talk yang negatif juga bekerja dengan cara yang
sama untuk membuat diri seseorang menjadi sangat negatif (Dodi, 2010).

10

Dari uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwasanya teknik relaksasi
kesadaran indera dapat menurunkan simptom emosional dan terlebih lagi fisik,
namun demikian kecemasan yang dimiliki seseorang ketika takut ditinggalkan
pasangan akan lebih sempurna jika diberikan terapi dengan teknik self talk karena
ketika seseorang tidak mampu berfikir rasional yang mempengaruhi kognitif dan
mengkondisikan dirinya pada simtom-simtom kecemasan yang muncul seperti
reaksi fisiologis dan emosi tersebut, diharapkan teknik ini mampu mereduksi
kecemasan. Maka dengan pemberian intervensi teknik relaksasi kesadaran indera
yang disertai dengan self talk diharapkan dapat membantu subyek dalam
menurunkan kecemasan serta dapat mengontrol pemikiran yang tidak rasional.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui Teknik Relaksasi Kesadaran
Indera dan Self Talk Dalam Mereduksi Kecemasan ditinggalkan pasangan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan
yang akan dijawab dalam penelitian ini yaitu, apakah teknik relaksasi kesadaran
indera dan self talk dapat mereduksi kecemasan ditinggalkan pasangan.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah teknik relaksasi
kesadaran indera dan self talk dapat mereduksi kecemasan ditinggalkan pasangan.

11

D. Manfaat Penelitian
1. Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada subyek,
agar subyek mampu mengatasi kecemasannya, juga untuk membantu
subyek dalam mengatasi ketakutan yang dirasakanya.
2. Diharapkan dari penelitian ini dapat memperkaya khasanah keilmuan
psikologi klinis, terutama terkait dengan penerapan psikoterapi dalam
menangani kasus-kasus klinis.
3. Penelitian berbasis psikoterapi ini diharapkan dapat mengasah dan
menambah kemampuan serta keilmuan bagi peneliti yang sekaligus
bertindak sebagai terapi agar nantinya dapat diaplikasikan dalam
menangani kasus-kasus yang sama.

i

TEKNIK RELAKSASI KESADARAN INDERA DAN
SELF TALK UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN
DITINGGALKAN PASANGAN
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
untuk mencapai derajat Sarjana S-2
Program Studi Profesi Psikologi

Diajukan oleh:

Shofi Mirwani
NIM 09820024

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

TESIS
Dipersiapkan dan disusun oleh

Shofi mirwani
Nim: 09820024

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 27 Januari 2012

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua

: Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si, Psi

Sekretaris

: M. Salis Yuniardi, M.Psi

Penguji I

: Dr. Diah Karmiyati, M.Si, Psi

Penguji II

: Hudaniah, M.Si, Psi

ii

TEKNIK RELAKSASI KESADARAN INDERA DAN SELF TALK
UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN DITINGGALKAN PASANGAN

Yang diajukan oleh :
Shofi Mirwani
Nim : 09820024

Telah disetujui
Tanggal, 1 Februari 2012

Pembimbing Utama

Pembimbing Pendamping

Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si, Psi

M. Salis Yuniardi, M.Psi

Direktur
Program Pascasarjana

Ketua Program Studi
Magister Profesi Psikologi

Dr. Latipun, M.Kes

Yudi Suharsono, S.Psi, M.Si, Psi

iii

PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya
Nama

: Shofi Mirwani

NIM

: 09820024

Program Studi : Magister Profesi Psikologi

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa :
1. Tesis dengan judul TEKNIK RELAKSASI KESADARAN INDERA DAN SELF
TALK UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN
Adalah hasil karya saya dan dalam naskah Tesis ini tidak terdapat karya ilmiah
yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akedemik di suatu
Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian ataupun keseluruhan, kecuali yang
secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan
daftar pustaka.
2. Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur
PLAGIASI, saya bersedia Tesis ini DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK
YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.
3. Tesis ini dapat dikadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS
ROYALTY NON EKSLUSIF.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Malang, 18 Januari 2012
Yang menyatakan

Shofi Mirwani

iv

Ucapan Terimakasih
Bismillahirrohmanirrohiim...
Assallamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahi Robil’ Alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan Rahmad, Taufik, Hidayah dan dengan izin-Nya
penulis dapat menyelesaikan tulis akhir berupa Tesis yang berjudul ”TEKNIK
RELAKSASI KESADARAN INDERA DAN SELF TALK UNTUK MEREDUKSI
KECEMASAN DITINGGALKAN PASANGAN”.
Tesis ini guna memperoleh Gelar Strata 2 (S2) Magister Profesi Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang. Pada kesempatan kali ini, tidak lupa penulis
mengucapkan banyak terima kasih yang setulusnya atas terselesaikannya tugas akhir
kepada :
1. Yudi Suharsono, M.Psi, selaku ketua Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Malang yang telah memberi masukan mengenai proses
dalam melakukan Tesis, terima kasih atas masukannya sehingga penulis bisa
menyelesaikan dengan baik.
2. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, memberi petunjuk dan saran sehingga
tesis ini dapat tersusun dengan baik dan terima kasih atas kesabarannya.
3. M. Salis Yuniardi, S.Psi, M.Psi, selaku dosen pembimbing II yang telah
banyak membantu dalam kegiatan penulisan tesis dan atas bimbingan serta
pengarahan kepada penulis sehingga dapat membuka fikiran dan wawasan
penulis dalam penyusunan tesis hingga selesai.
4. Subyek GM yang telah membantu kelancaran tesis ini dengan turut
berpartisipasi dalam penelitian ini, terima kasih atas bantuan dan
kerjasamanya selama penelitian.
5. Ayahanda dan Ibunda ku tersayang yang telah memberikan doa dan kasih
sayangnya, terima kasih atas dukungan sepenuhnya baik materil dan
segalanya yang telah diberikan kepada penulis “semoga hasil yang kecil ini
bisa membuat kalian Bahagia”.

v

6. Kakak-kakakku tercinta (Ka Yayuk dan Mas Arif, Ka Debut dan Mba Eva)
yang selalu memberiku semangat dan dukungan selama ini dalam
penyusunan tesis, serta keponakanku yang selalu membuatku tertawa.
7. Anton yang selalu memberi dukungan, terima kasih atas pengertian serta
kasih sayangnya juga semangat serta doa yang selalu diberikan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis dengan baik. Serta Bapak, Ibu dan Ivi,
terima kasih atas dukungan dan perhatiannya serta telah banyak membantu
penulis dalam melaksanakan penelitian.
8. Teman-teman “Mapro 09’ yang selalu menjadi motivasi dan tempat
mengeluarkan semua perasaan baik dari awal kita bertemu, saat mengerjakan
tugas, ketika PKL bahkan saat melakukan Tesis. Mari kita wujudkan untuk
menjadi ‘Magister’.
9.

Teman-teman FF 1 (Sonah, Mba Ambo, Sude, Andre, Paung), terima kasih
karena kalian selalu menjadi tempat pelampiasan, tempat tertawa serta doa
kalian yang selalu menjadi motivasi penulis.

10. Mba Vita dan keluarga di Nganjuk, yang sudah bersedia mengijinkan penulis
untuk tinggal bersama kalian selama penelitian. Terima kasih sebesarbesarnya.
Dengan segala kerendahan hati penulis, menyadari bahwa dalam penulisan
tesis ini tidak lepas dari adanya kekurangan dan kesalahan dalam penulisan. Pada
kesempatan ini penulis meminta maaf karena “tidak ada yang sempurna di dunia ini
melainkan Allah SWT”.
Akhir kata, penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Malang, Januari 2012

Penulis

vi

INTISARI

Mirwani, Shofi. 2012. Teknik Relaksasi Kesadaran Indera dan Self Talk Untuk
Mereduksi Kecemasan Ditinggalkan Pasangan. Tesis, Magister Profesi Psikologi,
Universitas Muhammadiyah Malang.
Pembimbing: (1) Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si, ; (2) M. Salis Yuniardi, S.Psi,
M.Psi.
Kata kunci: Kecemasan, Relaksasi Kesadaran Indera, Self Talk

Kecemasan merupakan suatu respon emosi normal dimiliki seseorang ketika
menghadapi situasi tertentu, namun banyak pemicu munculnya kecemasan dan salah
satunya ketika seseorang berfikir pasangan akan meninggalkannya. Jika seseorang
dihadapkan pada kecemasan dan memberikan respon secara berlebihan maka akan
berubah menjadi abnormal karena melebihi dari kapasitas umumnya. Jika dilihat
pada tiga komponen dari kecemasan yaitu kognitif, emosional dan fisiologis, maka
ketika pemikiran negatif muncul dengan adanya ketakutan berlebihan akan
ditinggalkan pasangan menyebabkan seseorang menjadi lupa diri hingga ada yang
jatuh pingsan atau marah, dan mengalami beberapa reaksi fisik seperti mual, pusing
serta berkeringat dingin dan akhirnya akan menimbulkan kecemasan. Oleh karena itu
peneliti ingin melihat apakah teknik relaksasi kesadaran indera dan self talk dapat
mereduksi kecemasan ditinggalkan pasangan yang dirasakan subyek.
Penelitian ini menggunakan single case dengan rancangan penelitian case
study. Adapun subyek dalam penelitian ini seorang wanita mengalami kecemasan
dengan memunculkan reaksi fisik dan emosi karena memiliki keyakinan yang kuat
mengenai pemikiran negatifnya. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara semi terstrukstur, observasi dan self monitoring yang dilakukan pada pra
terapi, selama proses terapi, setelah proses terapi, dan tindak lanjut atau follow up.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik relaksasi kesadaran indera dan
self talk dapat mereduksi kecemasan ditinggalkan pasangan. Relaksasi kesadaran
indera dapat menurunkan kecemasan dari segi fisik dan emosi sehingga membantu
subyek untuk dapat lebih nyaman dan rileks. Penurunan ini dapat dilihat dari hasil
SUDs, hasil pra terapi adalah 90 dan pada pasca terapi adalah 5. Begitu juga pada
TMAS, hasil pra terapi adalah 35 sedangkan pasca terapi adalah 16. Sedangkan self
talk mampu membantu subyek dalam mengatasi pemikiran negatif menjadi
pemikiran yang rasional dan positif. Dilihat dari hasil proses terapi yang
menunjukkan perubahan bentuk pikiran secara bertahap.

vii

ABSTRACK

Mirwani, Shofi. 2012. Senses Awareness Relaxation technique and Self Talk to
Reduce Leaving by Partner Anxiety. Tesis. Master of Psychology Profession.
University of Muhammadiyah Malang
Advisors: (1) Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si, ; (2) M. Salis Yuniardi, S.Psi,
M.Psi.
Keywords: anxiety, relaxation, senses awareness, Self Talk

Relaxation is a normal emotion response provides by someone when facing
certain situation. However, there are many factors triggered the anxiety, and one of
them is when someone think the partner will leave her. If someone faces anxiety and
give too many response, it would be abnormal since it’s more than its general
capacity. Viewed from three components of anxiety, which are cognitive,emotional,
and physiology, when the negative thought appears by extreme fear to be left by
partner, will make someone become unconscious, so that they can pass out or angry,
and experiences some physical reaction like nausea, dizzy, and sweating and finally
caused anxiety. That’s why the researcher eager to know whether senses awareness
relaxation technique and self talk would be able to reduce leaving by partner anxiety
felt by subject
The research uses single case with case study research. Subject in this
research is, a woman, has anxiety with physical and emotional reaction because she
has strong belief about her negative thought. Data collection technique used is semistructured interview, observation, and self-monitoring done in pre therapy, along
therapy process, post therapy process, and follow up.
Research shows that senses awareness relaxation technique and self talk is
able to reduce leaving by partner anxiety. Senses awareness relaxation is able to
reduce anxiety in physical and emotional so it supports subject to be more
comfortable and relax. The decreasing can be seen from SUD’s result, pre therapy is
90 and post therapy is 5. there’s also happened to TMAS, pre therapy is 35, while
post therapy is 16. while self-talk is able to help subject in overcome negative
thought into rational and positive. It can be seen from therapy process which showed
gradation change.

viii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................

i

LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................

ii

LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................

iii

LEMBAR PERNYATAAN..........................................................................

iv

UCAPAN TERIMA KASIH........................................................................

v

INTISARI......................................................................................................

vii

ABSTRACK..................................................................................................

viii

DAFTAR ISI.................................................................................................

ix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR............................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................

xii

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................

1

B. Rumusan Masalah............................................................

10

C. Tujuan Penelitian............................................................

10

D. Manfaat Penelitian...........................................................

11

TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan...............................................

12

2. Perspektif Teori Kecemasan .....................................

14

3. Faktor-Faktor Kecemasan..........................................

16

4. Gejala Kecemasan.....................................................

18

5. Dampak Kecemasan..................................................

19

B. Relaksasi
1. Pengertian Relaksasi..................................................

22

2. Macam-Macam Relaksasi..........................................

22

3. Pengertian Relaksasi Kesadaran Indera.....................

24

4. Langkah-Langkah Relaksasi Kesadaran Indera........

25

5. Persiapan-Persiapan Dalam Latihan Relaksasi..........

25

ix

C. Self Talk
1. Pengertian Self Talk...................................................

26

2. Kegunaan Self Talk....................................................

27

3. Langkah-langkah Self Talk........................................

28

D. Relaksasi Kesadaran Indera Dan Self Talk Untuk

BAB III

BAB IV

BAB V

Mereduksi Kecemasan Ditinggalkan Pasangan...............

29

E. Kerangka Berfikir............................................................

32

F. Hipotesis..........................................................................

33

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian................................................................

34

B. Variabel Penelitian..........................................................

35

C. Definisi Operasioal..........................................................

35

D. Subyek Penelitian............................................................

36

E. Metode Pengumpulan Data.............................................

37

F. Prosedur Penelitian .........................................................

42

G. Rancangan Intervensi......................................................

45

H. Metode Penilaian dan Pengukuran..................................

52

I. Rancangan Analisa Data..................................................

54

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Identitas Subyek Penelitian.............................................

56

B. Gambaran Kasus..............................................................

56

C. Pelaksanaan Terapi..........................................................

58

D. Pasca Terapi....................................................................

73

E. Follow Up........................................................................

74

F. Hasil dan Analisa Hasil Terapi........................................

76

G. Pembahasan.....................................................................

85

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan......................................................................

90

B. Saran................................................................................

90

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

92

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................

95

x

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
3.1

Self monitorning, kecemasan (Diary Form)........................................

45

3.2

Rancangan Pelaksanaan Relaksasi Kesadaran Indera dan Self Talk...

49

4.1

Identitas Subyek..................................................................................

56

4.2

Hasil Asesmen Pra Terapi...................................................................

59

4.3

Pemikiran Negatif Subyek..................................................................

60

4.4

Hasil Pemikiran Negatif Subyek........................................................

77

4.5

Hasil Penurunan Tingkat Kecemasan Subyek (SUDs).......................

80

4.6

Hasil Penurunan Tingkat Kecemasan Subyek (TMAS)......................

82

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1

Kerangka Berfikir................................................................

32

Gambar 4.1

SUDs (Subjective Units of Disorder Scale)........................

61

Grafik

Penurunan Tingkat Kecemasan Subyek..............................

82

4.1

xi

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
1. Modul Relaksasi Kesadaran Indera dan Self talk................................

96

2. Ketentuan dan norma penelitian.........................................................

99

3. Lembar Persetujuan Partisipan...........................................................

100

Lampiran B
1. Daftar Riwayat Hidup........................................................................

101

2. Pedoman Wawancara Pra Terapi........................................................

103

3. Pedoman Wawancara Selama Terapi..................................................

104

4. Pedoman Wawancara Pasca Terapi....................................................

105

5. Pedoman Wawancara Follow Up.......................................................

106

6. Pedoman Observasi............................................................................

107

7. Hasil Try Out.....................................................................................

108

8. Instruksi Latihan Relaksasi Kesadaran Indera..................................

110

9. Instruksi Latihan Self Talk..................................................................

114

Lampiran C
1. Tabel Kegiatan Pelaksanaan Relaksasi Kesadaran Indera dan Self
Talk.....................................................................................................

115

2. Self Monitoring Selama Terapi...........................................................

116

3. Penentuan Subyek Penelitian.............................................................

118

4. Hasil Asesmen Pra Terapi...................................................................

119

5. Hasil Asesmen, observasi dan pengukuran sesi 1..............................

121

6. Hasil Asesmen, observasi dan pengukuran sesi 2..............................

122

7. Hasil Asesmen, observasi dan pengukuran sesi 3..............................

123

8. Hasil Asesmen, observasi dan pengukuran sesi 4..............................

125

9. Hasil Pasca Terapi..............................................................................

126

10. Hasil Follow Up.................................................................................

127

xii

DAFTAR PUSTAKA

Beck, A. T., & Weishaar, M. E. (1989). Cognitive therapy. Illinois : F. E. Peacock
Publishers, Inc
Davison, G.C & Neale, K.(2006). Psikologi abnormal. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Daradjat,Z. (2000). Kesehatan mental cetakan 16. Jakarta: Haji Masagung
Hawari, D. (2000). Manajemen stress, cemas dan depresi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI
Dugue, M. dan Neugroschi, J. (2002) Anxiety disorder: Helping patiens regain
stability and calm, Geriatrics,57(August):27-31
Dodi. (2010). The poser of self talk. diakses 29 September 2011 dari http://thepower-of-self-talk.htm/
Duran, V.M., & Barlow, D.H. (2006). Psikologi abnormal. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Emmelkamp, V., & Kamphuis. (2007). Handbook of evidence-based
psychotherapies:a guide for research and practice. Edited by C.Freeman&
M.Power.John Wiley & Son,Ltd.
Gordfried & Davison (1976). Clinical behavior therapy. Holt, Rinehart & Winstor:
USA
Hartini, N. (2005). pengaruh pelatihan dan evaluasi self talk terhadap penurunan
tingkat body dissatisfaction pengaruh pelatihan dan evaluasi self talk
terhadap penurunan tingkat body-dissatisfaction. vol. 7 - no. 3 / august2005. artikel media insan media psikologi
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan; Suatu pendekatan rentang
kehidupan edisi kelima. Jakarta: Erlangga
Kazdin, A.E.(1998). Research design in clinical psychology. Washington DC :
America Psychological Association.

92

Luciani, J.J. (2001). Self Coaching How to heal Anxiety and depression Published by
John Wiley & Sons, Inc.
Kaplan, H,I, Sadock, B.S (1994). Sinopsis psikiatri jilid 2. Alih Bahasa: Widjaja
Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara
Kerlinger, Fred N. 1990 Asas-asas penelitian behavioural. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Martin, G., & Pear, J. (2003). Behavior modification principle and procedures.
Wodsword: USA
Moleong. (2002). Metode penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Nevid, J.S., Rathus, S.A., Green, E.B. (2005). Psikologi abnormal. Jakarta: Erlangga
Poerwanti, E. (1998). Dimensi-dimensi riset ilmiah. Malang: UMM Press
Purwaningtyas, l. a. (2010). Pengaruh relaksasi progresif terhadap tingkat
kecemasan pada pasien skizofrenia di rumah sakit jiwa daerah Surakarta.
(Skripsi). Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rahayu, T (2004). Observasi dan wawancara. Jawa Timur: Bayumedia Publishing

Romadhon, Y.A. (2002). Gambaran klinik psikofarmaka pada penderita gangguan
kecemasan. Cermin dunia kedokteran. 135.
Stuart, & Sudeen. (1995). Principles & practice of psychiatric nursing. 5th ed.
Publisher: Mosby, Incorporated.
Steketee, G & Neziroglu, F. (2003). Assesment of obsesive compulsive disorder and
spectrum disorder. Brief treatment and crisis intervention. Vol. 3 No.2
169-185
Subandi, M.A (Ed). (2002). Psikoterapi pendekatan konvensional dan kontemporer.
Pustaka pelajar: Yogyakarta
Sutardjo,A. W. Prof. (2004). Pengantar psikologi klinis. Bandung: PT. Refika
Aditama
Spiegler, M.D., & Guevremont, D.C. (2003). Contemporary behavior therapy,
Fourth Edition. Thompson Wadsworth. USA.

93

Taylor (1995). Pengertian kecemasan. diakses tanggal 12 Oktober 2011 dari
http://psikologi.or.id
Turangan. (2011).Mengatasi Kecemasan. diakses 29 September 2011 dari
http://www.preventionindonesia.com/.
Trull, T.J., & Phares, J.E. (2001). Clinical psychology concepts, methods,and
profession. Sixth Edition.Wadsworth Thompson Learning : USA.
Wilson, S. (2008). Patah hati perpendek usia. diakses tanggal 13 Nopember 2011
dari http://www.kapanlagi.com/patah.hati.perpendek.usia/

94