EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN : Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung.

(1)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK

MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN

(Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII

Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh :

Anggi Azzi Purnama 0803153

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2012


(2)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK

MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN

Oleh

Anggi Azzi Purnama

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Anggi Azzi Purnama 2012 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2012

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi

TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Oleh

Anggi Azzi Purnama NIM 0805153

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

PEMBIMBING I

Prof. Dr. H. A. Juntika Nurihsan, M.Pd. NIP. 19660601 199103 1 005

PEMBIMBING II

Dra. Chandra Affiandary, M.Pd. NIP. 19570611 198609 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Nandang Rusmana, M.Pd. NIP 19600501 1986031 004


(4)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

ABSTRAK

Anggi Azzi Purnama. (2012). Efektivitas Teknik Self Instruction Untuk Mereduksi Kecemasan Menghadapi Ujian (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung Tahun Akademik 2012/2013).

Penelitian ini bertujuan menguji efektivitas teknik self instruction untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian siswa sekolah menengah pertama. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode pra-eksperimen dan desain penelitian one group pretest posttest design. Penelitian dilakukan di SMPN 40 Bandung dengan mengambil subjek penelitian siswa kelas VII (tujuh) melalui teknik pengambilan sampel secara purposif. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket deteksi gejala kecemasan. Hasil penelitian menunjukkan secara empirik, intervensi konseling melalui teknik self instruction efektif untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian siswa sekolah menengah pertama.

*Kata kunci : kecemasan ujian, teknik self instruction, siswa sekolah menengah pertama


(5)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

ABSTRACT

Anggi Azzi Purnama. (2012). Effectiveness Of Self-Instruction Techniques To

Reduce Test Anxiety (Pre- Experimental Research of the VII Grade Students of Public Junior High School 40 Bandung, Year of Study 2012/2013).

This research aimed to find out the effectiveness of self-instruction techniques to reduce test anxiety in secondary school students. Quantitative approach was used in this research with pre-experimental methods and research design ‘one group pretest -posttest design’. Research was conducted in SMPN 40 Bandung (secondary school) by taking students from seventh grade as research participant using purposive sampling technique. Data was collected by using questionnaire of anxiety symptoms detection. Results indicated empirically that self-instruction counseling techniques effective to reduce test anxiety of secondary school students.

*Keywords : test anxiety, self instruction, junior high school, secondary school students


(6)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

i DAFTAR ISI

Abstrak ………... i

Kata Pengantar……… iii

Ucapan Terima Kasih……….. iv

Daftar Isi……….. vii

Daftar Tabel………. ix

Daftar Gambar………. x

Daftar Lampiran……….. xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian………. 9

C. Tujuan Penelitian………. 11

D. Manfaat Penelitian………... 11

E. Metode Penelitian……… F. Sistematika Penulisan……….. 12 13 BAB II. KONSEPTUALISASI TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN SISWA A. Konsep Kecemasan Ujian……… 15

B. Penanganan Kecemasan Menghadapi Ujian Melalui Teknik Self Instruction……….... 31

C. Karakteristik Siswa SMP………. D. Kerangka Pemikiran ……… 36 38 E. Asumsi dan Hipotesis Penelitian……….. 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Lokasi Penelitian……….. 41


(7)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

ii

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian………. 45 D. Pengembangan Instrumen Penelitian………... 48 E. Langkah- langkah Penelitian………

a. Program Intervensi Sebelum

Judgement……….

52 53

F. Teknik Analisis Data Penelitian………... 90 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian……… 92

B. Pembahasan Hasil Penelitian………... 116 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan………... 132

B. Rekomendasi………... 133

DAFTAR PUSTAKA……… 134


(8)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Populasi Penelitian……… 41 Tabel 3.2 Desain Penelitian One Group Pre-test Post-test Design……….. 44 Tabel 3.3 Skor Penilaian Instrumen ………. 48 Tabel 3.4 Kisi- Kisi Instrumen Gejala Kecemasan Siswa dalam Menghadapi

Ujian………... 49

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas………. 51 Tabel 4.1 Profil Kecemasan Menghadapi Ujian siswa SMPN 40 Bandung

Tahun Akademik 2012/2013……….. 93 Tabel 4.2 Profil Tingkat Kecemasan Menghadapi Ujian pada Masing-Masing

Aspek Siswa SMPN 40 Bandung Tahun Akademik 2012/2013……... 94 Tabel 4.3 Gambaran Indikator Kecemasan Ujian yang Ditunjukkan oleh Siswa

Kelas VII SMPN 40 Bandung Tahun Akademik 2012/2013…………. Tabel 4.4 Contoh Daftar Respon Kognitif dan Self Instruction “Pembenahan

Kognitif”………

96 103 Tabel 4.5 Contoh Daftar Respon Afektif dan Self Instruction “Pembenahan

Afektif……… 107

Tabel 4.6 Contoh Daftar Respon Perilaku Motorik dan Self Instruction

“Pembenahan Perilaku Motorik”………...………….. 111 Tabel 4.7 Tabel Akumulasi Uji Efektivitas Teknik Self Instruction untuk

Mereduksi Tiap Aspek Kecemasan Ujian………. 113 Tabel 4.8 Hasil Uji t Berpasangan Skor Pre test dan Post test………. 116


(9)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Model Dinamika Kecemasan dari Spielberger……… 29 Gambar 2.2 Model Dinamika Kecemasan dari Hiwari………... 29 Gambar 4.1 Diagram Profil Kecemasan Menghadapi Ujian siswa SMPN 40

Bandung Tahun Akademik 2012/2013………... 93 Gambar 4.2 Diagram Profil Tingkat Kecemasan Menghadapi Ujian pada

Masing-Masing Aspek Siswa SMPN 40 Bandung Tahun

Akademik 2012/2013……….. 94

Gambar 4.3 Diagram Penurunan Tingkat Kecemasan Menghadapi Ujian

Sebelum dan Setelah Pemberian Intervensi pada Tiap Aspek……….. 114 Gambar 4.4 Penurunan Tingkat Kecemasan Menghadapi Ujian Subjek


(10)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat-Surat Penelitian ………. 135

Lampiran 2 Uji Validitas Instrumen ………... 138

Lampiran 3 Instrumen Penelitian ………... 170

Lampiran 4 Data Penelitian ……… 177

Lampiran 5 Perhitungan Uji-t ………. 190

Lampiran 6 Program Intervensi ……….. 195


(11)

1

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan tidak terlepas dari pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Surya, 2003:11). Salah satu evaluasi proses belajar di sekolah biasanya dilakukan sebuah tes atau ujian untuk mengukur sejauh mana hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Setiap siswa yang mengikuti pendidikan di sekolah selalu akan menghadapi evaluasi dari hasil belajarnya. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajar yang dapat diukur dari pencapaian standar kompetensi lulusan.

Faktor yang mendukung keberhasilan proses pembelajaran adalah suasana yang tidak membosankan serta aktivitas belajar yang membuat siswa senang dan bahagia (DePorter, 2008:14). Artinya, proses pembelajaran hendaknya sesuai kebutuhan dan harapan siswa, hal ini dapat tercermin dalam bentuk lancarnya proses pembelajaran serta tingginya minat dan prestasi belajar siswa, terhindar dari perasaan stres, cemas dan jenuh dalam peroses pembelajaran.

Disisi lain, Erickson (Santrock, 1996:47) menjelaskan masa remaja merupakan masa pencarian identitas dan dihadapkan pada pertanyaan siapa mereka, mereka sebenarnya apa, dan kemana mereka menuju dalam hidupnya. Kondisi yang dialami oleh remaja menyebabkan remaja mengalami tingkat stres yang tinggi. Pendapat tersebut senada dengan pendapat Hurlock (1980: 212) yang menjelaskan kondisi emosi pada sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Perubahan membuat remaja mengalami konflik diri yang membuat stres dan dituntut untuk dewasa dalam menyikapi setiap permasalahan yang dialaminya. Proses pembelajaran di sekolah seringkali


(12)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

membuat remaja mengalami stres dikarenakan banyaknya tuntutan dan harapan yang harus dipenuhi baik dari lingkungan sekolah maupun keluarga.

Di akhir proses pembelajaran siswa dihadapkan pada suatu evaluasi hasil pembelajaran berupa ujian pada setiap akhir materi, pertengahan semester, akhir semester, dan ujian secara nasional. Nilai akademik yang diperoleh dari sebuah ujian, dianggap sebagai manifestasi prestasi siswa dalam bidang akademik. Jika siswa berhasil melewati ujian dengan nilai yang baik maka siswa dianggap berhasil menjawab tuntutan sekolah dan keluarga di bidang akademiknya. Sedangkan siswa yang memperoleh hasil buruk dari sebuah ujian maka akan melahirkan permasalahan pada diri siswa, terutama pada kurangnya minat pendidikan, Hurlock (1980: 220) berpendapat :

Para remaja yang kurang berminat terhadap pendidikan biasanya ditunjukan dengan berprestasi rendah, bekerja di bawah kemampuan pada setiap mata pelajaran atau dalam mata pelajaran yang tidak disukai, membolos, dan meminta berhenti sekolah sebelum waktunya, hal ini dapat terjadi karena sekolah dipandang sebagai tempat yang tidak menyenangkan dan juga sebagai pengalaman yang merendahkan

Tuntutan mendapat nilai ujian yang baik akan berpengaruh pada persepsi individu atau penilaian kognitif (cognitive appraisal) pada situasi atau stimulus sebagai potensi yang berbahaya atau merugikan. Pada saat seseorang mengakui atau menginterpretasikan suatu situasi sebagai potensi yang merugikan, membahayakan atau mengancam dirinya, maka akan muncul kecemasan (Spielberger, 1979 dalam Ziedner 1998: 23).

Kecemasan merupakan ketidakberdayaan neurotik, rasa tidak aman, tidak matang, dan ketidakmampuan dalam menghadapi realitas (lingkungan), kesulitan dan tekanan kehidupan sehari-hari (Yusuf, 2009:43). Kecemasan memang memiliki pengaruh positif pada individu yaitu sebagai sinyal peringatan pada diri untuk melakukan sesuatu untuk menghilangkan kecemasan tersebut. Intensitas kecemasan yang akan timbul sebanding dengan besarnya ancaman yang dihayati. Berlangsung terus atau tidaknya penghayatan itu tergantung lamanya kehadiran rangsangan dan pengalaman menghadapi rangsangan serupa di masa lalu (Hall &


(13)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

Lindzey 1981 dalam Komalasari & Herdi 2010: 3). Dengan kata lain tingkat kecemasan setiap individu bergantung pada persepsi individu masing-masing dalam memandang stimulus penghasil kecemasan.

Banyak faktor pemicu timbulnya kecemasan pada diri siswa antara lain: target kurikulum yang terlalu tinggi, iklim pembelajaran yang kompetitif, pemberian tugas yang sangat padat, serta sistem penilaian yang ketat merupakan faktor penyebab timbulnya kecemasan yang bersumber dari faktor kurikulum. Sikap dan perlakuan guru yang kurang bersahabat dan terlalu tegas juga merupakan sumber penyebab timbulnya kecemasan yang bersumber dari faktor guru. Penerapan disiplin sekolah yang ketat dan lebih mengedepankan hukuman, iklim sekolah kurang nyaman, serta sarana dan prasarana belajar sangat terbatas juga merupakan faktor pemicu terbentuknya kecemasan pada siswa yang bersumber dari faktor manajemen sekolah (Sudrajat, 2009 dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com). Sedangkan faktor penyebab kecemasan yang berasal dari dalam diri siswa dalam menghadapi ujian adalah adanya persepsi siswa bahwa ujian yang dihadapinya dirasa sulit dan tidak sanggup untuk menyelesaikannya dengan baik. Perasaan kurang yakin bisa menjawab tiap butir soal, takut jawabannya salah, takut nilai dan prestasinya turun, takut tidak lulus, malu jika nilainya turun, takut dimarahi orang tua jika nilainya menurun dan alasan lainnya yang membuat siswa merasa cemas. Terlebih siswa SMP kelas VII yang masih dalam proses penyesuaian diri dalam menempati jenjang pendidikan baru untuk menyesuaikan kondisi terhadap proses pembelajaran, interaksi dengan teman maupun guru yang mengajar, taraf kesulitan mata pelajaran, jangkauan standar kelulusan yang tinggi serta kesiapan dalam menghadapi ujian.

Kecemasan yang dialami siswa dapat menimbulkan permasalahan dalam menjalani hidupnya apabila tidak terkondisikan dengan baik. Ketika siswa mempersepsikan apa yang dihadapinya terasa sulit dan hadirnya rasa ketidakmampuan menghadapi evaluasi pembelajaran di sekolah yang umumnya dilakukan berupa ujian harian, ujian tengah semester (UTS), ujian akhir semester


(14)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

(UAS), dan ujian nasional (UN) maka akan timbul kecemasan. Kecemasan yang dialami saat menghadapi ujian akan berbeda antara siswa satu dengan yang lainnya, pada tingkat kecemasan rendah maka kecemasan tersebut akan menjadi sebuah motivasi untuk mendorong siswa mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian.

Sedangkan, menghadapi ujian dengan kecemasan yang tinggi tentu tidak akan menghasilkan hasil yang optimal. Kecemasan dianggap sebagai faktor penghambat dalam belajar yang dapat menggangu kinerja fungsi kognitif siswa, seperti sulit berkonsentrasi, masalah dalam pembentukan konsep, sulit mengingat, dan pemecahan masalah. Pada tingkat kronis, gangguan kecemasan dapat berbentuk gangguan somatik, seperti: gemetar, gangguan pada jantung, pencernaan, sakit kepala, sesak nafas, bahkan pingsan (Sieber et.al, 1977 dalam Ziedner 1998:18).

Dampak negatif kecemasan menghadapi ujian ditunjukan pula oleh Hill (Hasan, D., 2009; http://spiritentete.blogspot.com) yang melakukan studi terhadap 10.000 siswa sekolah dasar dan menengah di Amerika Serikat, hasil penelitian menunjukan sebagian besar siswa yang mengikuti ujian, tidak menampilkan kemampuan mereka yang sebenarnya dikarenakan oleh situasi dan suasana tes yang membuat cemas. Sebaliknya, siswa memperlihatkan hasil yang lebih baik ketika unsur-unsur yang merupakan sumber kecemasan dikurangi.

Fenomena tingginya kecemasan dalam menghadapi ujian pada siswa, sudah barang tentu dapat menghambat tujuan belajar yang ingin dicapai oleh siswa. Penelitian Tresna (2009) menemukan kecemasan menghadapi ujian dipicu oleh kondisi pikiran, perasaan dan perilaku motorik yang tidak terkendali. Manifestasi kognitif yang tidak terkendali menyebabkan pikiran menjadi tegang, manifestasi afektif yang tidak terkendali mengakibatkan timbulnya perasaan akan terjadinya hal buruk, dan perilaku motorik yang tidak terkendali menyebabkan siswa menjadi gugup dan gemetar saat menghadapi ujian. Kondisis cemas yang dialami siswa jika terus menerus dibiarkan maka kecemasan tersebut berakibat pada


(15)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

perilaku negatif siswa terhadap sekolah, seperti: penolakan terhadap sekolah, rendahnya harga diri, menarik diri, enggan tampil, dan tidak percaya diri. Gilbert Sax (Arikunto, 2006: 56) menegaskan bahwa salah satu kelemahan tes adalah tes dapat menimbulkan kecemasan sehingga mempengaruhi belajar siswa.

Terdapat beberapa fakta yang memberikan gambaran bahwa ujian atau tes dapat memicu terjadinya kecemasan pada siswa, seperti Studi Feldhusen (Anisa 2011: 3) mengenai efek ujian mingguan atas sikap dan keberhasilan siswa menunjukan bahwa 80% siswa menganggap ujian membantu mereka dalam belajar lebih banyak, sedangkan 20% menganggap ujian tidak menyebabkan mereka belajar lebih banyak. Studi tersebut memberikan gambaran dengan diadakannya sebuah ujian dapat memberikan stimulus kecemasan sehingga memberikan sinyal waspada untuk mendorong sebagian besar dari mereka untuk lebih banyak lagi belajar.

Penelitian lain menunjukkan bahwa kecemasan secara konsisten memiliki efek negatif terhadap prestasi akademik siswa (Covington, 1992 dalam Zeidner, 1998:23). Kecemasan memberikan efek samping motorik dan viseral dan mempengaruhi proses berpikir, persepsi dan belajar. Kecemasan cenderung menghasilkan kebingungan dan distorsi persepsi, tidak hanya pada ruang dan waktu tetapi pada orang dan arti peristiwa. Distorsi tersebut dapat mengganggu belajar dengan menurunkan kemampuan memusatkan perhatian, menurunkan daya ingat, dan mengganggu kemampuan dalam membuat asosiasi.

Selain itu Hasan, D.C (2009 tersedia: http://spiritentete.blogspot.com) yang mengungkapkan bahwa ujian yang berperan menentukan lulus atau tidaknya seseorang pada jenjang pendidikan tertentu berpotensi besar menimbulkan kecemasan pada siswa yang akan mengikuti ujian tersebut. Bayangan buruk seperti tanggapan-tanggapan dari lingkungan sosial dan malu memperparah efek kecemasan menghadapi ujian tersebut. Sehingga disadari atau tidak, ujian sering kali memicu timbulnya kecemasan baik bagi para pendidik, orang tua, dan bagi para siswanya.


(16)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan berupa observasi terhadap siswa SMPN 40 Bandung, diperoleh data bahwa hampir semua siswa di kelas VII A SMPN 40 Bandung Tahun Akademik 2012/2013 tidak memiliki kesiapan dalam menghadapi ujian khususnya untuk menghadapi ujian nasional (UN), ketidaksiapan tersebut membuat sebagian siswa merasa cemas ketika menghadapi ujian. Hal serupa ditunjukan oleh penelitian Daswia (2006) terhadap SMP pasundan 6 Bandung menunjukan tingkat kecemasan dengan kategori cemas yaitu sebanyak 57,39%, siswa yang berkategori tidak cemas 33,4%, sedangkan siswa pada kategori sangat cemas 9,57%.

Sedangkan Komalasari & Herdi (2011) melakukan penelitian pada siswa kelas XII SMA Negeri di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas XII SMA Negeri di Provinsi DKI Jakarta tahun ajaran 2010/2011 mengalami kecemasan pada tingkat sedang sebesar 60,4% (244 orang), sisanya berada pada tingkat rendah 35,4% (143 orang) dan tinggi 4,2% (17 orang).

Penelitian lain yang menunjukan kecemasan pada siswa juga dilakukan oleh (Tresna, 2009) terhadap siswa kelas X SMA Negeri 2 Singaraja diperoleh profil kecemasan menghadapi ujian pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Singaraja tahun ajaran 2010/2011 berdasarkan hasil penyebaran kuesioner (pretest), kecemasan menghadapi ujian berada pada kategori sangat cemas. Dari 34 siswa pada kelompok eksperimen, 27 orang (79,41%) berada pada katagori sangat cemas, 5 orang (14,71%) berada pada katagori cukup cemas, sisanya 2 orang siswa (5,88%) tidak mengalami kecemasan dalam menghadapi ujian. Pada kelompok kontrol, 22 orang siswa (64,71%) berada pada katagori sangat cemas, 7 orang siswa (20,59%) berada pada katagori cukup cemas dan 5 orang siswa (14,71%) tidak mengalami kecemasan dalam menghadapi ujian.

Fakta- fakta tersebut menguraikan bahwa selalu ada siswa yang merasa cemas dalam menghadapi ujian, yang ditunjukkan dengan tingkat persentase kecemasan yang dialami oleh siswa. Suatu hal yang mustahil jika kecemasan menghadapi ujian tidak dimiliki oleh siswa, dapat dipastikan bahwa setiap siswa


(17)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

sebagai individu yang normal pasti memiliki rasa cemas, tentunya masih dalam batas wajar atau normal. Jika siswa tidak menyadari dan melakukan upaya untuk mengatasinya, maka kecemasan akan meningkat dan menimbulkan masalah dalam kehidupannya sebagai siswa. Kondisi tersebut akan terus berkembang dan tentunya akan menimbulkan masalah yang lebih kompleks. Sangat dibutuhkan upaya kuratif (pengentasan masalah) untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian pada siswa. Konselor sebagai tenaga utama bimbingan dan konseling yang bertugas menangani permasalahan siswa dan meningkatkan mutu pendidikan, tentunya memiliki kewajiban untuk menangani masalah kecemasan ujian yang dialami oleh siswa.

Bimbingan dan konseling merupakan sebuah bagian yang terintegrasi dari sistem pendidikan yang berada pada ranah pengembangan potensi siswa. Penyesuaian diri merupakan aspek fundamental dalam proses bimbingan dan konseling. Pendidikan pada umumnya dan bimbingan pada khususnya bertujuan membantu siswa mengembangkan suatu sistem penyesuaian diri yang adekuat untuk memperoleh perkembangan diri yang optimal (Kartadinata, 2011: 41). Menurut Cole (1953), adekuasi penyesuaian diri sebagai wujud kepribadian yang normal, mengandung tiga dimensi perkembangan yaitu (1) afektif- emosional, (2) intelektual, dan (3) sosial. Ujian merupakan sesuatu yang harus dilewati oleh para siswa oleh karena itu dibutuhkan sebuah penyesuaian terhadap pengendalian kecemasan yang dialami siswa dalam menghadapi ujian. Sehingga salah satu indikator penyesuaian diri dari siswa di bidang akademik adalah terbebasnya siswa dari perasaan cemas terhadap ujian.

Peran guru bimbingan dan konseling di dalam menangani permasalahan siswa terletak pada bagaimana upaya bimbingan dan konseling itu mengoptimalkan potensi siswa dari berbagai aspek yang ada dalam diri siswa, baik akademik, pribadi-sosial dan karir. Kecemasan menghadapi ujian merupakan salah satu wujud masalah akademik siswa yang tentunya merupakan bidang kajian bimbingan dan konseling untuk bisa mereduksinya.


(18)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

Layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa yang mengalami kecemasan dalam menghadapi ujian adalah bimbingan belajar. Nurihsan (2005:31) menjelaskan layanan bimbingan dan konseling belajar adalah bimbingan yang diarahkan untuk membantu individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik. Adapun strategi yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan teknik konseling baik dilakukan secara individual maupun kelompok. Kegiatan konseling untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian merupakan salah satu tujuan dari layanan bimbingan dan konseling belajar yaitu upaya membantu konseli mengatasi kesulitan belajar, mengembangkan cara belajar efektif, membantu konseli sukses dalam belajar dan mampu menyesuaikan diri dengan tunntutan pendidikan.

Intervensi bimbingan dan konseling dalam menangani kecemasan menghadapi ujian memerlukan sebuah pendekatan teori untuk menggunakan teknik yang tepat dan aplikatif dalam mereduksi kecemasan. Teknik yang digunakan peneliti untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian adalah teknik self instruction yang merupakan salah satu teknik dalam konseling kognitif-perilaku.

Konseling kognitif perilaku merupakan konseling yang banyak digunakan untuk menyembuhkan masalah-masalah emosi (Safaria, 2004: 55). Hal ini dipertegas oleh Butler et al (Oemarjoedi, 2003:11) yang menyatakan terapi kognitif perilaku banyak digunakan dalam proses penyembuhan gangguan kecemasan.

Menurut Ramli (Suganda, 2010: 7). Secara garis besar, konseling kognitif-perilaku adalah suatu bentuk konseling yang memadukan prinsip dan prosedur konseling kognitif dan konseling perilaku dalam upaya membantu konseli mencapai perubahan perilaku yang diharapkan. Perubahan struktur kognitif pada diri siswa yang mengalami kecemasan menghadapi ujian merupakan intervensi yang utama dalam konseling kognitif perilaku. Meichenbaum (Dobson & Dozois, 2001: 6) menjelaskan perubahan kognitif pada individu bisa diubah dengan


(19)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

menggunakan verbalisasi diri. Teknik yang biasa digunakan dengan menggunakan pola pernyataan verbalisasi diri adalah self instruction training. Bryant dan Budd (1982: 259) menambahkan teknik self instruction merupakan teknik yang tepat untuk menangani masalah emosional dan perilaku.

Meichenbaum & Goodman (1971) pada awalnya mengembangkan pelatihan self instructional untuk membantu anak mengontrol perilaku impulsif. Meichenbaum (1986) kemudian menggunakan strategi pelatihan self instructional untuk membantu klien mengembangkan keterampilan coping dalam menghadapi situasi pemicu stres yang sebagian besar berada di luar kendali mereka. Teknik self instructional ini menekankan pada upaya mengajari konseli untuk mengendalikan emosi negatif dari pada semata-mata menghilangkannya. Kemudian melalui modeling dan gladi perilaku, klien mempelajari instruksi diri yang tepat untuk melawan pernyataan diri yang negatif ketika menghadapi situasi pemicu stres salah satunya adalah situasi ketika menghadapi ujian.

Sejumlah besar penelitian mengindikasikan bahwa strategi pelatihan self instruction efektif untuk beberapa permasalahan yang relatif spesifik seperti pengendalian impulsivitas, pengembangan asertifitas, dan peningkatan keterampilan mengelola waktu (Meichenbaun, 1986; Spiegler & Guevremont, 2003).

Hatzigeorgiadis et al (2010) menemukan bahwa pemberian motivasi melalui verbalisasi diri dapat meningkatkan kepercayaan diri dan mengurangi kecemasan pemain tenis pada saat akan mengikuti kejuaraan tenis. Penelitian lain yang dilakukan Kanfer (Safaria 2004:95) menggunakan prosedur self instruction untuk mengatasi anak yang takut terhadap malam hari dan mempunyai dampak yang besar dalam menurunkan tingkat ketakutan anak.

Berdasarkan beberapa pendapat dan penelitian tersebut, teknik self instruction dipandang dapat menjadi salah satu intervensi yang tepat dalam mereduksi kecemasan menghadapi ujian. Oleh karena itu penelitian ini difokuskan


(20)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

untuk menguji efektivitas teknik self instruction untuk mereduksi kecemasan siswa dalam menghadapi ujian.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian

Kecemasan dapat dialami siapapun dan dimanapun, termasuk juga oleh para siswa di sekolah. Kecemasan dianggap sebagai faktor penghambat dalam belajar yang dapat menggangu kinerja fungsi kognitif seseorang, seperti dalam berkonsentrasi, mengingat, pembentukan konsep, dan pemecahan masalah, sehingga pada akhirnya kecemasan menghadapi ujian ini berpotensi menimbulkan underachievement, menurunkan kepercayaan diri dan penghindaran dari sekolah (Ziedner, 1998:157).

Beradasarkan hasil studi pendahuluan di SMPN 40 Bandung kelas VII A Tahun Akademik 2012-2013, diketahui 12 dari 38 siswa teridentifikasi mengalami perasaan takut ketika menghadapi ujian, 10 diantaranya pernah menangis ketika dihadapkan pada sebuah ujian tertulis yang diadakan sekolah. Tuntutan dari orang tua harus mendapat nilai yang baik, takut pada pengawas dan perasaan malu dianggap siswa bodoh merupakan hal utama yang memicu terjadinya kecemasan menghadapi ujian.

Guru bimbingan dan konseling, pada umumnya sudah dapat menangani berbagai permasalahan sesuai dengan bidang kajiannya, baik bimbingan pribadi, sosial, akademik dan karir. Salah satunya adalah menangani masalah kecemasan siswa dalam menghadapi ujian. Adapun upaya bimbingan dan konseling yang sudah dilakukan untuk mereduksi kecemasan adalah melalui pemberian layanan informasi tentang kiat-kiat untuk tidak cemas ketika menghadapi ujian, seperti lebih sering berdoa, berupaya untuk berpikir yang tenang dan berupaya mengkondisikan diri supaya tidak cemas. Namun, yang diberikan tersebut hanyalah dalam bentuk layanan informasi tidak dilakukan secara aplikatif terhadap siswa yang mengalami kecemasan, hal ini membuat siswa tetap mengalami kesulitan memahami kiat mereduksi kecemasan ujian, terlebih lagi tidak adanya evaluasi mengenai efektif atau tidaknya layanan tersebut. Kesulitan


(21)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

yang sering dialami konselor sekolah adalah dalam menentukan teknik penanganan untuk mereduksi kecemasan ujian yang telah teruji seberapa besar tingkat penurunan kecemasan yang dialami siswa. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah teknik yang tepat untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian.

Teknik self instruction dapat menjadi salah satu intervensi yang dipandang tepat dalam mereduksi kecemasan menghadapi ujian. Kecemasan merupakan sebuah kondisi tidak menyenangkan siswa sebagai hasil dari penilaian kognitif terhadap sesuatu yang mengancam dalam hal ini ujian, ancaman tersebut datang dari adanya tuntutan yang tinggi baik dari dirinya ataupun dari luar dirinya dengan demikian dalam pelaksanaan ujian hendaknya siswa mereduksi terlebih dahulu kecemasannya. Perubahan kognitif dalam memandang stimulus penghasil kecemasan dilakukan melalui verbalisasi diri seperti yang diutarakan Meichenbaum (Dobson & Dozois, 2001: 6) menjelaskan perubahan kognitif pada individu bisa diubah dengan menggunakan verbalisasi diri. Teknik self instruction dapat menjadi kunci dalam melakukan treatment terhadap peserta didik yang mengalami kecemasan menghadapi ujian. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka masalah utama yang akan diteliti adalah “Seperti apa teknik Self Instruction yang efektif untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian pada siswa SMP?”

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka masalah utama dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana profil kecemasan menghadapi ujian pada siswa Kelas VII SMP Negeri 40 Bandung Tahun Akademik 2012/2013?

2. Seperti apa rancangan intervensi teknik self instruction untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian pada siswa Kelas VII SMP Negeri 40 Bandung Tahun Akademik 2012/2013?

3. Bagaimana efektivitas teknik Self Instruction untuk mereduksi kecemasan ujian pada siswa Kelas VII SMP Negeri 40 Bandung Tahun Akademik 2012/2013?


(22)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah menghasilkan teknik Self Instruction yang efektif untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian siswa kelas VII SMPN 40 Bandung Tahun Akademik 2012/2013.

2. Tujuan Khusus

Adapun secara khusus tujuan penelitian ini adalah:

a. Mengetahui profil kecemasan menghadapi ujian pada siswa Kelas VII SMP Negeri 40 Bandung Tahun Akademik 2012/2013.

b. Menemukan rancangan intervensi teknik self instruction untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian pada siswa Kelas VII SMP Negeri 40 Bandung Tahun Akademik 2012/2013

c. Mengetahui efektivitas teknik self instruction untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian pada siswa Kelas VII SMP Negeri 40 Bandung Tahun Akademik 2012/2013.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapakan dapat menambah wawasan keilmuan dan memperkaya teori-teori bimbingan dan konseling, terutama dalam pemanfaatan konseling kognitif perilaku dengan teknik Self Instruction untuk mereduksi kecemasan siswa menghadapi ujian.

2. Manfaat secara Praktis

a. Manfaat bagi Siswa

Siswa memiliki keterampilan mereduksi kecemasannya dengan menggunakan Self Instruction, serta mampu mengaplikasikannya sendiri setelah mengikuti latihan Self Instruction.


(23)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

Dengan semakin berkurangnya tingkat kecemasan ketika ujian memungkinkan prestasi siswa akademik secara keseluruhan akan meningkat.

c. Manfaat bagi Konselor

Penelitian ini akan sangat bermanfaat sebagai landasan untuk mengetahui penyebab serta mengidentifikasi siswa yang mengalami permasalahan cemas dalam menghadapi ujian dan dapat memberikan pemecahan masalah dengan mengupayakan teknik Self Instruction.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006: 12). Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh data mengenai gambaran umum kecemasan siswa dalam menghadapi ujian, serta perubahan kecemasan dalam menghadapi ujian siswa setelah diberikan perlakuan berupa penggunaan teknik self-instruction. Selain itu pendekatan kuantitatif digunakan dengan mempertimbangkan waktu yang tersedia bagi peneliti untuk penelitian keefektifan self-instruction untuk menangani siswa yang mengalami kecemasan menghadapi ujian.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah pra-eksperimen dengan desain one group pretest-postest design. Desain penelitian ini tidak ada kelompok pembanding, hanya kelompok yang telah dibentuk diberi sebuah perlakuan dan diberi tes pada awal dan akhir, hasil kedua tes tersebut lalu dibandingkan, perbedaanya menunjukan dampak dari perlakuan tersebut.

3. Teknik Pengupulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui instrument berupa angket mengenai tingkat kecemasan menghadapi ujian yang dialami oleh siswa dengan


(24)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

menggunakan angket pengungkap gejala kecemasan yang dikembangkan dari definisi operasional variabel kecemasan ujian.

4. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130). Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan maka untuk populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 40 Bandung Tahun Akademik 2012/2013.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang di teliti (Sugiyono, 2012: 118). Populasi penelitian adalah Siswa SMP Negeri 40 Bandung Tahun Akademik 2012/2013 kelas VII yang berada pada usia remaja. Pengambilan sampel penelitian yang terlibat dalam intervensi digunakan teknik purposive sampling, yaitu hanya melibatkan siswa-siswa yang memiliki kecemasan tinggi dan bersedia mengikuti sesi intervensi.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk menguji keefektifan teknik self-instruction dalam menangani kecemasan dalam menghadapi ujian digunakan ukuran gejala pusat dan uji perbedaan dua rerata (uji t).

F. Sistematika Penulisan

Berikut sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian.

Bab I Pendahuluan, mencakup latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi dan hipotesis penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Konsep Kecemasan ujian dan Teknik Self-Instruction.

Bab III Metode Penelitian, mencakup subjek dan lokasi penelitian, pendekatan dan desain penelitian, definisi operasional variabel Penelitian, pengembangan


(25)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

instrumen penelitian, langkah- langkah penelitian, program intervensi sebelum judgement, teknik analisis data penelitian.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, mencakup hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.


(26)

42

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMPN 40 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013. Beradasarkan hasil studi pendahuluan di SMPN 40 Bandung kelas VII A Tahun Ajaran 2012-2013, diketahui 10 dari 38 siswa teridentifikasi mengalami perasaan takut ketika menghadapi ujian. Kelas ini dianggap sebagai kelas yang mewakili kondisi kecemasan ujian kelas VII SMPN 40 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013. Subjek penelitian yaitu siswa kelas VII dengan karakteristik sebagai berikut.

1. Berada pada rentang usia siswa SMP yakni 12-15 tahun (remaja awal). 2. Teridentifikasi mengalami kecemasan ujian dengan intensitas tinggi. 3. Tercatat sebagai siswa SMP Negeri 40 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.

Asumsi didasarkan pada siswa kelas VII yang masih dalam proses penyesuaian diri dalam menempati jenjang pendidikan baru untuk menyesuaikan kondisi terhadap proses pembelajaran, interaksi dengan teman maupun guru yang mengajar, taraf kesulitan mata pelajaran, keinginan standar kelulusan yang tinggi serta kesiapan dalam menghadapi ujian memungkinkan terpicunya kecemasan ujian.

Adapun banyaknya populasi dalam penelitian ini adalah berjumlah 364 orang siswa yang terbagi pada sebelas kelas. Adapun rincian setiap kelasnya disajikan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No Kelas Jumlah Siswa

1 VII A 34

2 VII B 33

3 VII C 33

4 VII D 32

5 VII E 32

6 VII F 34

7 VII G 33

8 VII H 35


(27)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

10 VII J 33

11 VII K 31

Jumlah 364

Pengambilan sampel pada penelitian menggunakan teknik purposive sampling, yang di mana pengambilan sampel dilakukan hanya atas dasar pertimbangan penelitinya saja yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil. Teknik purposive sampling yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 2009: 97). Jadi dalam penelitian pra-eksperimen ini pengambilan sampel menggunakan subjek kelompok yang memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dengan merujuk pada hasil pengolahan data yang diambil dari penyebaran instrument gejala kecemasan menghadapi ujian. Sementara itu, siswa yang dijadikan sampel adalah :

1. Siswa kelas VII SMP N 40 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013;

2. Siswa yang diberikan perlakuan (treatment) adalah 15 siswa yang mengalami kecemasan ujian dengan skor yang tinggi. Pertimbangan menentukan jumlah berdasarkan perspektif bimbingan kelompok bahwa jumlah anggota kelompok yang efektif adalah 8-15 orang (Winkel, 1997; Natawidjaja, 1987; ABKIN, 2008);

3. Siswa bersedia mengikuti proses perlakuan (treatment).

B. Pendekatan dan Desain Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah Pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif sebagai pendekatan ilmiah didisain untuk menjawab pertanyaan penelitian atau hipotesis secara spesifik dengan penggunaan statistik dianggap relevan oleh peneliti sebagai pendekatan yang digunakan untuk mengetahui efektivitas teknik self instruction mereduksi kecemasan ujian. Salah satu penggunaan pendekatan kuantitatif digunakan apabila peneliti ingin


(28)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

mengetahui perlakuan atau treatment tertentu terhadap yang lain (Sugiyono, 2012: 34).

Data profil kecemasan menghadapi ujian yang dihasilkan dalam penelitian ini menjadi landasan untuk perumusan layanan teknik self instruction sebagai teknik dalam mereduksi kecemasan menghadapi ujian. Dimana memungkinkan dilakukannya pencatatan data hasil penelitian secara nyata dalam bentuk angka berupa tingkat kecemasan ujian siswa yang diungkap dengan instrumen kecemasan menghadapi ujian, sehingga memudahkan proses analisis dan penafsiran dengan menggunakan perhitungan statistik. Adapun perhitungan yang dilakukan adalah dengan menguji keefektifan teknik self instruction dengan uji-t dan pengujian perubahan tingkat kecemasan menghadapi ujian siswa dilihat dari perbandingan tingkat kecemasan menghadapi ujian siswa pada saat pre-test dengan post-test yang kemudian penafsirannya digunakan untuk mengungkap tentang efektivitas teknik self instruction untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian siswa kelas VII SMPN 40 Bandung.

2. Desain Penelitian

Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2012:72). Dalam hal ini penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui perlakuan teknik self instruction untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian.

Dalam penelitian-penelitian sosial khususnya pendidikan, penelitian eksperimen yang digunakan untuk penelitian akan sulit mendapatkan hasil yang akurat, karena banyak variabel luar yang berpengaruh dan sulit mengontrolnya oleh sebab itu peneliti menggunakan desain pra-eksperimen. Desain pra eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati eksperimen. Penelitian pra eksperimen merupakan penelitian yang masih terdapatnya variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak adanya variabel kontrol (Sugiyono, 2012 :109).


(29)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

Adapun desain penelitian yang digunakan adalah dengan mengunakan one group pretest posttest design, Sugiyono (2012:110) menyebutkan bahwa desain penelitian one group pretest posttest design yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding.

Jadi one group pre-test post-test design adalah salah satu desain pra eksperimen yang di mana dilakukan pre-test untuk mengetahui keadaan awal/profil kecemasan menghadapi ujian siswa SMPN 40 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013 kemudian dibandingkan dengan hasil postest setelah mendapatkan perlakuan/treatment yang dalam hal ini adalah teknik self instruction.

Perbedaan antara hasil pre-test (O1) dengan hasil post-test (O2) merupakan pengaruh dari perlakuan yang diberikan (Sugiyono 2011: 74).

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pre-test post-test design. Secara bagan, desain penelitian yang digunakan digambarkan sebagai berikut :

Tabel 3.2

Desain Penelitian One Group Pre-test Post-test Design

Pre-tes Treatmen Pos-tes

O1 X O2

Keterangan :

O1 : Tes awal (pretest) pada kelompok eksperimen sebelum teknik diberikan. O2 : Tes akhir (posttest) pada kelompol eksperimen setelah teknik diberikan. X : Teknik self instruction pada kelompok eksperimen.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Terdapat dua variabel utama dari tema penelitian yaitu kecemasan ujian dan teknik self instruction. Definisi operasional variabel diuraikan sebagai berikut:

1. Kecemasan Menghadapi Ujian

Kecemasan ujian dalam penelitian ini didefinisikan sebagai gejala psikologis dan fisiologis berupa respon kognitif, afektif, dan perilaku motorik


(30)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

yang tidak terkendali dengan intensitas tinggi dialami siswa kelas VII SMPN 40 Bandung ketika menghadapi ujian tertulis yang diadakan sekolah. Adapun penjelasan indikator dari ke tiga respon kecemasan menghadapi ujian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Respon Kognitif yang Tidak Terkendali

Adalah munculnya kecemasan sebagai akibat dari cara berpikir siswa yang tidak terkondisikan yang seringkali memikirkan tentang kejadian buruk yang akan terjadi dalam menghadapi ujian dan pikiran tentang buruknya penilaian diri yang negatif dengan membandingkan dengan orang lain. Adapun indikator aspek kognitif dalam kecemasan menghadapi ujian yaitu: penilaian yang melemahkan diri, sulit konsentrasi, bingung dan mental blocking.

Penilaian yang melemahkan diri dalam menghadapi ujian merupakan hasil pemikiran diri sendiri yang timbul sebagai akibat sebuah persepsi yang membandingkan diri sendiri lebih buruk dari pada orang lain.

Sulit konsentrasi dalam menghadapi ujian adalah suatu aktivitas berpikir siswa yang tidak bisa fokus terhadap masalah yang akan diselesaikannya dalam menghadapi ujian. Sulit konsentrasi dalam ujian ditunjukkan dengan kesulitan dalam membaca dan memahami pertanyaan ujian, kesulitan berpikir secara sistematis, kesulitan mengingat kata kunci dan konsep saat menjawab pertanyaan.

Bingung adalah perasaan yang timbul saat siswa harus mengambil suatu keputusan yang sulit dalam menjawab soal ujian oleh karena terdapat beberapa laternatif jawaban yang menurutnya benar atau salah karena pikirannya. Dalam kondisi pikiran yang bingung tersebut sehingga tidak dapat memilih jawaban yang benar.

Mental blocking adalah hambatan secara mental/psikologis yang menyelubungi pikiran siswa saat ujian sehingga dianggap sebagai ketidakmampuan untuk mengingat atau memikirkan sesuatu yang biasanya dapat lakukan. Aspek (kemunculan) mental blocking ditunjukkan dengan


(31)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

pertanda bahwa saat membaca pertanyaan ujian, tiba-tiba pikiran seperti kosong (blank).

b. Respon Afektif yang Tidak Terkendali

Adalah kecemasan muncul sebagai akibat siswa merasakan perasaan yang berlebihan saat menghadapi ujian yang diwujudkan dalam bentuk perasaan khawatir, gelisah dan takut dalam menghadapi ujian terutama pada mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa.

Rasa khawatir adalah perasaan tidak nyaman akan kesulitan hidup yang sedang dialami atau yang dibayangkan akan terjadi. Khawatir dalam menghadapi ujian adalah perasaan terganggu akibat bayangan/pikiran buruk yang dibuat oleh siswa sendiri dan dibayangkan akan terjadi saat menghadapi ujian. Bayangan dan pikiran buruk yang dimaksud yaitu merasa khawatir apabila soal ujian terlalu sulit untuk dijawab, perkiraan antara apa yang dipelajari tidak keluar dalam ujian.

Takut adalah suatu perasaan tidak berani menghadapi sesuatu yang pada perasaannya akan mendatangkan bencana bagi siswa saat menghadapi ujian. Rasa takut tersebut membuat siswa menjadi tidak berdaya untuk berpikir dengan baik karena selalu dibayangi oleh bencana yang dibayangkan karena kemungkinan tidak bisa mendapatkan nilai yang memuaskan, takut tidak lulus, dan takut duduk paling depan sehingga tidak bisa tenang dalam ujian.

Gelisah adalah perasaan tidak nyaman yang dialami siswa saat ujian sehingga membuatnya tidak percaya diri untuk bisa menghadapi ujian. Rasa gelisah dalam menghadapi ujian muncul karena siswa tidak bisa menemukan jawaban pada soal yang sulit, waktu yang disediakan dirasa tidak cukup dan merasa gelisah ketika ada siswa yang sudah mendahului selesai mengerjakan soal ujian.


(32)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

Adalah gerakan tidak menentu seperti gemetar dan mengalami gejala- gejala fisiologis dari rasa cemas seperti perasaan tegang pada otot-otot, telapak tangan berkeringat, mual, dan pusing.

2. Teknik Self Intruction

Secara operasional teknik self instruction didefinisikan sebagai suatu upaya pemberian bantuan kepada individu yang teridentifikasi memiliki kecemasan menghadapi ujian dengan intensitas tinggi di sekolah menengah pertama yang dilakukan dalam suasana kelompok dan melibatkan penggunaan sejumlah pedoman atau prosedur secara spesifik untuk mengubah pikiran irasional menjadi lebih rasional melalui instruksi diri. Adapun pedoman atau prosedur yang digunakan untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian dengan mengikuti langkah-langkah adalah sebagai berikut :

a. Tahapan pertama adalah pemberian informasi yang berkaitan dengan kecemasan ujian. Pada tahapan pertama membantu konseli untuk lebih sensitif terhadap pikiran, perasaan, perbuatan, dan reaksi fisiologis terhadap kecemasan ujian.

b. Tahapan kedua adalah memfasilitasi siswa mengenali dan mengubah kesalahan dalam aspek kognitif yang menyebabkan kecemasan ujian.

c. Tahapan ketiga adalah melakukan perubahan langsung dengan menggunakan ungkapan diri (self statement). Selanjutnya, konseli melakukan verbalisasi diri secara langsung terhadap situasi yang membuat kecemasan ujian sehingga lebih produktif dalam belajar.

D. Pengembangan Instumen Penelitian

Instrumen kecemasan menghadapi ujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen yang disusun sendiri oleh peneliti dan belum terstandarisasikan. Arikunto (2009: 166) menyatakan bahwa salah satu tujuan uji coba instrumen penelitian adalah untuk diperolehnya informasi mengenai kualitas


(33)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

instrumen yang digunakan, apakah sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan layak tidaknya instrumen tersebut.

Agar data yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan dan dapat menunjang tujuan penelitian, maka teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen angket. Data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu data tentang kecemasan siswa SMPN 40 Bandung dan pengaruh teknik self instruction untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian siswa. Oleh sebab itu dalam pengumpulan data dilakukan dalam dua kali, yaitu pretest dan posttest.

Instumen yang digunakan berupa instrumen yang dirancang berbentuk angket berskala likert dengan bentuk kontinuum. Variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel yang dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen mempunyai gradiasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari beberapa pernyataan negatif dengan tiga pilihan jawaban, yaitu 3 untuk Selalu, 2 untuk Kadang- kadang, dan 1 untuk Tidak Pernah.

Pemberian skor pada setiap item pernyataan, tergantung pada pilihan jawaban siswa dan sifat dari setiap pernyataan dengan skor rentang 3, 2 dan 1. Secara jelas skor penilaian setiap item pernyataan dapat dilihat pada tabel :

Tabel 3.3

Skor Penilaian Instrumen

Pilihan Skor

Selalu 3

Kadang-kadang 2

Tidak Pernah 1

Adapun kisi-kisi instrumen untuk mengungkap kecemasan menghadapi ujian pada siswa kelas VII SMPN 40 Bandung dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.4

Kisi- Kisi Instrumen Gejala Kecemasan Siswa dalam Menghadapi Ujian


(34)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

1. Aspek Kognitif yang tidak terkendali

a. Penilaian yang

melemahkan diri

1,2,3,4

b. Sulit Konsentrasi 5,6,7,8,9

c. Bingung 10,11,12,13,14

d. Mental Blocking 15,16 2. Aspek Afektif yang tidak

terkendali

a. Khawatir 17,18,19,20,21

b. Takut 22,23,24,25,26

c. Gelisah 27,28,29,30

3. Aspek perilaku motorik yang tidak terkendali

a. Gemetar 31,32

b. Mengalami gejala- gejala fisiologis dari rasa cemas seperti perasaan tegang pada otot-otot, telapak tangan berkeringat, mual, dan pusing.

33,34,35,36, 37,38,39,40

Instrumen yang telah disusun selanjutnya ditimbang/judgement oleh tiga orang ahli dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen baik dari segi bahasa, isi dan konstruk dari setiap item pernyataan. Penimbang instrumen kecemasan ujian siswa terdiri dari satu pakar ahli pengukuran dan dua pakar bimbingan dan konseling di Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Hasil penilaian dari ketiga penimbang pada instrumen akan memberikan sebuah pertimbangan yang menjadikan instrumen layak digunakan dalam penelitian ini dan dijadikan landasan dalam penyempurnaan alat pengumpul data yang dibuat. Penimbangan instrumen yang dikembangan mengalami revisi, baik dari konstruk, isi/materi maupun redaksional.

1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian a. Uji Keterbacaan Item


(35)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

Uji keterbacaan dilakukan pada siswa kelas VII yang tidak menjadi sampel penelitian. Uji keterbacaan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana instrumen yang telah dibuat dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa baik dari segi penggunaan bahasa dan maksud dari pernyataan-pernyataan yang ada.

Hasil dari uji keterbacaan yang dilakukan oleh 5 orang siswa kelas VII secara umum tidak mendapatkan kesulitan yang berarti, dalam arti para siswa cukup mengerti akan pernyataan-pernyataan yang ada di dalam instrumen.

b. Uji Validitas Item

Langkah uji validitas instrumen kecemasan menghadapi ujian adalah dengan menghitung koefisien korelasi skor setiap butir item dengan rumus Product Moment Correlation, yaitu :

  

 

 

  2 2 2 2 . Y Y n X X n Y X XY n rxy Keterangan : xy

r = Koefisien Korelasi antara variabel X dan variabel Y n = Jumlah responden

XY = Jumlah hasil kali skor X dan Y setiap responden

X = Jumlah skor X

Y = Jumlah skor Y

 

2

X = Kuadrat jumlah skor X

 

2

Y = Kuadrat jumlah skor Y

Setelah menghitung nilai koefisien korelasi setiap item dalam instrumen gejala kecemasan, maka dilanjutkan pada langkah membandingan besar nilai hitung rhitung terhadap nilai rtabel dengan kriteria kelayakan sebagai berikut:


(36)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

Jika rhitung < rtabel berarti tidak valid

Pengujian validitas instrumen kecemasan menghadapi ujian siswa dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 terhadap 40 item pernyataan dalam instrumen dengan jumlah subjek sebanyak 34 siswa dengan r tabel=0,3. Dari 40 butir item instrumen diperoleh item pernyataan yang valid sebanyak 36 item dan sebanyak 4 item pernyataan yang tidak valid pada tingkat kepercayaan 95%.

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas

KESIMPULAN ITEM JUMLAH

Memadai 1,2,3,5,6,7,8,9,10,12,13,14,15,16,17,18, 19,20,21,22,23,24,26,27,28,30,31,32, 33,34,35,36,37,38,39,40

36

Buang 4,11,25,29 4

c. Uji Reliablitas Instrumen

Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran (Syaodih, 2005). Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai apabila digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama. Instrumen yang dapat dipercaya akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Dalam pengukuran reliabilitas, derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi varians skor perolehan subjek. Skor perolehan terdiri dari skor murni dan skor kekeliruan galat pengukuran. Reliabilitas instrumen secara operasional dinyatakan sebagai koefisien korelasi (r).

Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen diolah dengan rumus Cronbach’s Alpha (a) secara statistik memakai program komputer Microsoft Excel 2003 dan SPSS 16.0 for windows.

Guilford (Furqon, 1999) menyatakan harga reliabilitas berkisar antara -1 sampai dengan +1, harga reliabilitas yang diperoleh berada di


(37)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

antara rentangan tersebut. Semakin tinggi harga reliabilitas instrumen maka semakin kecil kesalahan yang terjadi, semakin rendah harga reliabilitas instrumen maka semakin besar kesalahan yang terjadi. Sebagai tolak ukur koefisien reliabilitasnya, digunakan kriteria dari Guilford, yaitu: < 0,20 : Derajat keterandalannya sangat rendah

0,21 - 0,40 : Derajat keterandalannya rendah 0,41 – 0,70 : Derajat keterandalannya sedang 0,71 – 0,90 : Derajat keterandalannya tinggi 0,91 – 1,00 : Derajat keterandalannya sangat tinggi

Berdasarkan hasil perhitungan statistik untuk mengetahui realibilitas instrumen deteksi gejala kecemasan ujian, diperoleh nilai realibilitas sebesar 0.906. Sesuai dengan kriteria Guilford, maka reliabilitas instrumen ini berada pada kategori tinggi artinya instrumen andal atau dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data.

E. Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian pra eksperimen adalah sebagai berikut :

1. Pre-Test (Tes Awal)

Penyebaran angket yang dilakukan di kelas VII SMPN 40 Bandung. Kegiatan dilakukan sebagai tes awal (pre-test) dan untuk mendapatkan data mengenai gambaran umum kecemasan ujian siswa digunakan teknik pengumpulan data melalui angket gejala kecemasan menghadapi ujian.

2. Treatment (Perlakuan)

Pemberian perlakuan (treatment) teknik Self instruction terhadap siswa yang mengalami kecemasan ujian berdasarkan hasil pre-test. Rancangan intervensi teknik Self instruction dalam mereduksi kecemasan ujian disusun berdasarkan hasil pre-test gejala kecemasan menghadapi ujian.


(38)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

PROGRAM SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN

A. Rasional

Keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan tidak terlepas dari pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah. Salah satu evaluasi proses belajar di sekolah biasanya dilakukan sebuah tes atau ujian untuk mengukur sejauh mana hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Setiap siswa yang mengikuti pendidikan di sekolah selalu akan menghadapi evaluasi dari hasil belajarnya. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajar yang dapat diukur dari pencapaian standar kompetensi lulusan. Nilai dari sebuah ujian dianggap sebagai manifestasi kemampuan siswa setelah melakukan pembelajaran sehingga pada akhirnya lingkungan membentuk sebuah stereotif dalam menentukan siswa yang pintar dan bodoh dengan melihat nilai dari sebuah ujian. Situasi ini membuat sebagian siswa yang dihadapkan pada situasi ujian menjadi cemas karena menganggap sebuah ujian sebagai beban yang harus dicapai dengan nilai tinggi. Pada tingkat kecemasan yang normal, kecemasan tersebut menjadikan siswa yang merasa cemas melakukan tindakan tertentu untuk menghilangkan kecemasan tersebut, seperti belajar bersungguh- sungguh, mempersiapkan materi dan lain sebagainya.

Sedangkan kecemasan dengan intensitas tinggi, kecemasan tersebut dianggap sebagai faktor penghambat dalam belajar yang dapat menggangu kinerja fungsi- fungsi kognitif seseorang, seperti dalam berkonsentrasi, mengingat, pembentukan konsep, dan pemecahan masalah, sehingga pada akhirnya kecemasan menghadapi ujian ini berpotensi menimbulkan underachievement, menurunkan kepercayaan diri dan penghindaran dari sekolah (Ziedner, 1998 : 157). Dalam penelitiannya mengenai kecemasan Hill dan wigfield (Ziedner 1990 :6) menemukan jika individu mengalami kecemasan dan tidak tertangani maka kecemasan tersebut akan terus berkembang sesuai dengan tingkat sekolah atau tingkatan ujian selanjutnya. Penelitian tersebut menunjukan betapa perlunya kecemasan ujian untuk ditangani secara segera, karena jika siswa dibiarkan


(39)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

mengalami kecemasan ujian secara terus menerus maka siswa tersebut akan mengalami kecemasan bertingkat pada ujian yang dianggap lebih penting ataupun juga pada jenjang sekolah selanjutnya.

Data penelitian menunjukkan profil kecemasan ujian siswa kelas VII SMPN 40 Bandung, yakni sebesar 12,64% dari keseluruhan siswa yang menjadi sampel penelitian memiliki tingkat kecemasan terhadap ujian pada kategori tinggi dengan karakteristik tingginya respon kognitif, afektif dan perilaku motorik yang tidak terkendali ketika ujian sehingga kemampuan siswa tidak optimal ketika ujian karena terhambatnya siswa pada saat persiapan dan ketika ujian, 59,34% memiliki tingkat kecemasan terhadap ujian pada kategori sedang dengan karakteristik mulai adanya indikator-indikator yang tidak terkendali pada setiap aspek, hal ini dirasakan tidak terlalu mengganggu bahkan cenderung membuat siswa lebih giat lagi mempersiapkan ujian, dan 28,02% memiliki tingkat kecemasan terhadap ujian pada kategori rendah dengan karakteristik hanya memiliki sedikit respon kecemasan yang tidak terkendali sehingga dianggap tidak mengganggu ujian siswa.

Kecendrungan tertinggi siswa yang mengalami kecemasan ujian ditunjukan pada respon kognitif siswa yang berakibat pada penilaian yang melemahkan diri, kesulitan berkonsentrasi, kebingungan, dan mengalami mental blocking. Selanjutnya diikuti oleh respon afektif yang mengakibatkan pada siswa mengalami rasa khawatir, gelisah dan takut dalam ujian. Kecendrungan terakhir yaitu ditunjukan oleh perilaku motorik yang berakibat pada gerakan tertentu yang tidak terkedali seperti gemetar karena tegangnya otot, mual, pusing, dan keringat berlebihan. Meskipun kecemasan siswa yang masuk pada kategori sangat tinggi masih kecil, namun sebagai sebuah kecenderungan dalam jangka waktu selanjutnya potensial menimbulkan hasil ujian yang buruk, ganguan dalam kemampuan kognitif, underachievement dan stress (Ziedner et.al 1990 :4).

Guru bimbingan dan konseling, pada umumnya sudah dapat menangani berbagai permasalahan sesuai dengan bidang kajiannya, baik bimbingan pribadi, sosial, akademik dan karir. Salah satu bantuan yang diberikan pada masalah akademik siswa adalah menangani masalah kecemasan siswa dalam menghadapi


(40)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

ujian. Adapun upaya bimbingan dan konseling yang sudah dilakukan untuk mereduksi kecemasan adalah melalui pemberian layanan informasi tentang kiat-kiat untuk tidak cemas ketika menghadapi ujian, seperti lebih sering berdoa, berupaya untuk berpikir yang tenang dan berupaya mengkondisikan diri supaya tidak cemas. Namun, yang diberikan tersebut hanyalah dalam bentuk layanan informasi tidak dilakukan secara aplikatif terhadap siswa yang mengalami kecemasan, hal ini membuat siswa tetap mengalami kesulitan memahami kiat mereduksi kecemasan ujian, terlebih lagi tidak adanya evaluasi mengenai efektif atau tidaknya layanan tersebut. Kesulitan yang sering dialami konselor sekolah adalah dalam menentukan teknik penanganan untuk mereduksi kecemasan ujian yang telah teruji seberapa besar tingkat penurunan kecemasan yang dialami siswa. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah teknik yang tepat untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian.

Teknik self instruction dapat menjadi salah satu intervensi yang cocok dalam mereduksi kecemasan menghadapi ujian. Kecemasan merupakan sebuah kondisi tidak menyenangkan siswa sebagai hasil dari penilaian kognitif terhadap sesuatu yang mengancam dalam hal ini ujian, ancaman tersebut datang dari adanya tuntutan yang tinggi baik dari dirinya ataupun dari luar dirinya dengan demikian dalam pelaksanaan ujian hendaknya siswa mereduksi terlebih dahulu kecemasannya. Perubahan kognitif dalam memandang stimulus penghasil kecemasan dilakukan melalui verbalisasi diri seperti yang diutarakan Meichenbaum (1977) menjelaskan perubahan kognitif pada individu bisa diubah dengan menggunakan verbalisasi diri. Teknik self instruction dapat menjadi kunci dalam melakukan treatment terhadap peserta didik yang mengalami kecemasan menghadapi ujian.

B. Tujuan

Secara umum, tujuan intervensi konseling melalui teknik self-instruction adalah mereduksi kecemasan menghadapi ujian pada siswa Sekolah Menengah Pertama. Secara khusus tujuan intervensi konseling melalui teknik self-instruction yakni untuk memfasilitasi siswa/konseli agar mampu:


(41)

Anggi Azzi Purnama, 2013

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN (Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung)

1. Memahami dan mengimplementasikan teknik self instruction untuk mereduksi kecemasan dalam menghadapi ujian dengan cara melakukan retrukturisasi sistem berpikir melalui perubahan pola verbalisasi diri yang positif sehingga memperoleh perilaku baru yang adaptif.

2. Mengembangkan keterampilan siswa untuk menumbuhkan dan memelihara respon kognitif yang terkendali ketika menghadapi ujian. 3. Mengembangkan keterampilan siswa untuk menumbuhkan dan

memelihara respon afektif yang terkendali ketika menghadapi ujian. 4. Mengembangkan keterampilan siswa untuk menumbuhkan dan

memelihara respon psikomotorik yang terkendali ketika menghadapi ujian.

C. Asumsi Dasar

1. Pendekatan konseling kognitif- perilaku memandang secara integratif bahwa faktor pikiran, perasaan, perilaku dan konsekuensi lingkungan berperan terhadap timbulnya kecemasan ujian;

2. Teknik self instruction efektif dalam menurunkan masalah- masalah emosional dan perilaku melalui verbalisasi diri terhadap situasi yang tidak adaptif;

3. Hardy et al. (1996) berpendapat bahwa percakapan diri juga dapat efektif dalam mengontrol kecemasan dan memicu tindakan yang tepat;

4. Pelaksanaan program self instruction adalah sebuah proses berulang- ulang yang disajikan dalam setting kelompok, dengan demikian memiliki sesi intervensi;

D. Kompetensi Konselor

Implementasi teknik self-instruction oleh konselor memerlukan penguasaan seperangkat kompetensi berikut.

1. Memahami terbentuknya asumsi dasar dan keyakinan dasar konseli dalam perspektif teori belajar dan sistem kerja memori.

2. Memahami interaksi pikiran, perasaan, tindakan, reaksi fisik dan kondisi lingkungan belajar individu.


(1)

Anggi Azzi Purnama, 2013

Sport Performance: A Meta-Analysis. Journal Of Sport & Exercise

Psychology, 2003, 25: 44-65.

Daswia. (2006). Hubungan Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Tes Dengan

Prestasi Belajar Berdasarkan Jenis Kelamin. Skripsi Jurusan PPB-FIP

UPI.(Tidak Diterbitkan).

DePorter, Bobbi & Mike Hernacki. (2008). Quantum Learning : Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Alih Bahasa oleh Alwiyah

Abdurrahman. Bandung : Penerbit Kaifa.

Dobson, Keith. (2001). Handbook of Cognitive-Behavioral Therapies. New York : The Guilford Press.

Dobson, K.S. & David J.A. Dozois. (2001). Historical and Philospohical Bases of

The Cognitive Behavioal Therapies. Dalam Keith S. Dobson, Handbook of Cognitive Behavioral Therapies. New York : The Guilford Press.

Englert, C. Bertrams, A. & Dickhäuser, C. (2011). Dispositional Self-Control

Capacity and Trait Anxiety as Relates to Coping Styles. Journal University of

Mannheim, School of Social Sciences, Department of Psychology 2011, Vol.2, No.6: 598-604.

Eisner, Lori R. Johnson, Sheri L. & Carver, Charles S. (2009). Positive affect regulation in anxiety disorders. Journal of Anxiety Disorders 23 (2009): 645– 649.

Farooqi, Y. N. Ghani, R. & Spielberger,C.D. (2012). Gender Differences in Test

Anxiety and Academic Performance of Medical Students. International

Journal of Psychology and Behavioral Sciences 2012, 2(2): 38-43.

Firmansyah, Rifki. (2012). Efektivitas Teknik Self Instruction dalam Mereduksi

Kejenuhan Belajar. Bandung: Skripsi Jurusan PPB-FIP UPI. (Tidak

DiterbitkanAdeleyna, Novianti. (2008). Analisis Insomnia pada Mahasiswa

Melalui Model Pengaruh Kecemasan Tes. Jakarta: Skripsi Jurusan FPSI UI.

(Tidak Diterbitkan).

Frederick J.; Borkovec, T. D. (1983). "Relaxation-Induced Anxiety: Paradoxical

Anxiety Enhancement Due to Relaxation Training". Journal of Consulting and


(2)

Furqon. (1999). Statistika Terapan untuk Peneltian. Bandung: Alfabeta.

Hall, C. S. & Lindzey, G.(1995). Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Cet. Ke-3. Penerjemah; Yustinus. Editor: Supraktiknya. Yogyakarta : Kanisius.

Hatzigeorgiadis, A. Zourbanos, N. Mpoumpaki, S. & Theodorakis, Y. (2009). Mechanisms underlying the self-talk–performance relationship: The effects of motivational self-talk on self-confidence and anxiety. Psychology of Sport and Exercise, 2009. 10: 186–192.

Hasan, D.C. (2009).Tersedia: http:// spiritentete.blogspot.com/2009/06/sisi-lain-dari-ujian-nasional.html.

Hawari, Dadang. (2006). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Gaya Baru. Haynes. C.R, Marx. R.W, Martin. J.W, Merrick. R, & Einarson. T. (1993).

Rational-Emotive Counselling And Self-Instruction Training For Test Anxious High School Students.Journal Canadian Counsellor & Conseiller Canadien. Vol.

18, 1983, No. 1: 31-38

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Alih Bahasa oleh Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga.

Ilfiandra. (2008). Model Konseling Kelompok Berbasis Pendekatan Kognitif Perilaku Untuk Mengurangi Gejala Prokrastinasi Akademik (Disertasi). Bandung : PPS UPI.

Juliantine, Tite.(2008). Kontribusi Pembelajaran Latihan Konsentrasi-Rileksasi dan Self-Talk terhadap Penurunan Tingkat Ketegangan pada Atlet Tenis. ). Bandung : EPOK UPI.

Jung, Chang T. (2006). The Effect of Self Instruction Strategy on the Time Spent on Putting on Shoes Behavior in One Student With Cerebral Palsy. Journal Of Chang Gung Institute Of Technology.Vol 6: 75-84.

Kartadinata, Sunaryo. (2011). Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling Sebagai

Upaya Pedagogis.Bandung: UPI PRESS.

Komalasari, Gantina & Herdi. (2011). Coping Skills untuk Mengatasi Kecemasan


(3)

Anggi Azzi Purnama, 2013

Provinsi DKI Jakarta.Jakarta: Publikasi Program Studi Jurusan Bimbingan

dan Konseling Universitas Negeri Jakarta.

Lavelle, Tara L. Metalsky, Gerald I. & Coyne, James C. Learned Helplessness, Test

Anxiety, and Acknowledgment of Contingencies. Journal of Abnormal

Psychology 1979, Vol. 88, No. 4: 381-387.

Liebert, R. M., & Morris, L. W. (2000). Cognitive and emotional components of test

anxiety: A distinction and some initial data. Journal of Psychological Vol.20,

975-978.

Lufi, Dubi. Okasha, Susan., dan Cohen, Arie. (2004). Test Anxiety and Its Effect on the Personality of Students with Learning Disabilities. Journal of Learning

Disability Quarterly, Vol. 27, No. 3, 176-184.

Martin, Garry & Joseph Fear. (2005). Behavior Modification : What It Is and How To

Do it. New Jersey : Pearson Prentice Hall.

McDonald, A.S. (2001). The prevalence and effects of test anxiety in school children.

Article Educational Psychology, 21(1): 89101.

Nana, Syaodih. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda. Nasution, Indri Kemala. (2007). Stress Pada Remaja. Medan : Publikasi Program

Studi Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Nieto, Miguel Á P. Delgado, Marta M Mateos, R. Leticia L. & Bueno, N. (2010).

Cognitive Control and Anxiety Disorders: Metacognitive Beliefs and Strategies of Control Thought in GAD and OCD. Clínica y Salud Vol. 21, n.°

2, 2010: 159-166.

Nurihsan, A. Juntika (2005). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama.

Nurihsan, A. juntika dan Yusuf, Syamsu. (2008). Landasan Bimbingan dan

Konseling. Bandung : Rosda Karya.

Oemarjoedi, A. Kasandra (2004), Pendekatan Cognitive Behavior Dalam


(4)

Poerwadarmita,W.J.S.(1986). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Kebudayaan.

Ramli, A. (2005). Terapi Kognitif Perilaku. Bandung : Rizqi Press.

Richard, B. Perkins, S. Holder, R. Robbins, M. Gray, M. & Allison, S H. (2001). The

Cognitive and Emotional Phenomenology of Depression and Anxiety: AreWorry and Hopelessness the Cognitive Correlates of NA and PA. Cognitive Therapy and Research, Vol. 25, No. 6, December 2001 (°c 2001), pp. 829–838.

Rojas, S.L., Bartlett, J.C., Thomas, N.K. Donnelly, K.A., & Barchard, K.A. (2008).

The relationship between social anxiety and emotional expressivity. Paper

presented at the Western Psychological Association Annual Convention, Irvine, CA.

Safaria, Triantoro. (2004). Terapi Kognitif Perilaku Untuk Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Santrock, Jhon W. (1996). Life-Span Develompment : Perkembangan Masa Hidup. Jakarta : Erlangga.

Sleight. (1997). Self instruction in basic life support - Is this the answer to the problem of poor training.[online] tersedia di International Life Saving Federation.htm

Spielberger, Charles D. (1972). Anxiety Current Trends in Theory and Research. London: Academic Press.

Stamm, E., J., P., Gollwitzer, P, M,. Oettingen, G. (2010). journal homepage: www.elsevier.com/locate/lindif: Learning and Individual Differences 20 (2010): 30–33.

Sudrajat, Akhmad.(2009). Upaya Mencegah Kecemasan Di Sekolah.[online]. Tersedia:http://leoriset.blogspot.com/2009/01/upaya.mencegah.kecemasan.di sekolah.html. [19 Desember 2009].


(5)

Anggi Azzi Purnama, 2013

Sugara, Gian S. (2010). Efektivitas Teknik Self Instruction dalam Mereduksi

Kejenuhan Belajar. Bandung: Skripsi Jurusan PPB-FIP UPI. (Tidak

Diterbitkan).

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : CV. Alfabeta.

Supriyantini, Sri. (2010) Perbedaan Kecemasan Ujian Antara Siswa Program

Reguler dengan Siswa Program Akselerasi. [Online]. Tersedia: http://leoriset.blogspot.com/2009/01/upaya.mencegah.kecemasan.disekolah.h tml. [27 Maret 2010].

Surya, Mohammad. (2003). Psikologi Pembelajaran. Bandung : Penerbit Aksara. Tresna, Gede I.(2011). Efektivitas Konseling Behavioral dengan Teknik Desentisasi

Sistematis Untuk Mereduksi Kecemasan Menghadapi Ujian.Bandung:

Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. (Tidak diterbitkan)

Tooranposhti, Marzieh Gholami. (2011). A New Approach for Test Anxiety

Treatment, Academic Achievement and Met cognition. International Journal of

Information and Education Technology, Vol. 1, No. 3, August 2011: 221-230. Vintere, Parsla et.al,.(2004). Gross- Motor Skill Acquisition By Preschool Dance

Student Under Self Instruction Procedures. Journal of Applied Behavior Analysis. Vol. 37 (3), 305-322.

Woodman, Tim. & Hardy, Lew. (2003). The relative impact of cognitive anxiety and self-confidence upon sport performance: a meta-analysis. Journal of Sports Sciences, 2003, 21: 443–457.

Yousefi, Fayegh. Redzuan, Ma rof. Bte, Mariani. BteJuhari, Rumaya. & Talib, Mansor A. (2010). The Effects of Family Income on Test-Anxiety and

Academic Achievement among Iranian High School Students. Asian Social

Science Vol. 6, No. 6; June 2010: 89-93.

Yusuf LN, Syamsu. (2001). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Zafar, Shahila. (2010). The Effects of Anxiety on Cognitive Processing in English

Language Learning. English Language Teaching Vol. 3, No. 2; June 2010:


(6)

Ziedner, Moshe. (1998). Test Anxiety:The State of the Art. New York: Plenum Press. .(2009) http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/03/teori-kecemasan.html


Dokumen yang terkait

Gambaran Strategi Self Regulated Learning Siswa Sekolah Menengah Pertama di Masyarakat Pesisir Percut Sei Tuan

2 53 133

EFEKTIVITAS TEKNIK RESTRUKTURISASI KOGNITIF UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA: Pra- Eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

29 142 86

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONSUMTIF: Penelitian Pra-Eksperimen Terhadap Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

6 18 48

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPK TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN SELF EFFIACAY AKADEMIK SISWA : Studi Eksperimen Kuasi di Kelas X Sekolah Menengah Atas Laboratorium Unversitas Pendidikan Indonesia Bandung.

1 9 89

BIMBINGAN MEREDUKSI KECEMASAN AKADEMIK PESERTA DIDIK MELALUI TEKNIK SELF AFFIRMATION : Penelitian Pra-Eksperimen Terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Lab-School UPI Bandung Tahun Ajaran 2011/2012.

1 2 37

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL BERBASIS EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER HUMANIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA:Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas IX SMP Salman Al Farisi, Bandung, Tahun Ajaran 2011-2012.

0 0 48

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA : Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Cicalengka-Bandung Tahun Ajaran 2010/2011.

0 0 44

EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL DENGAN TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN: Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Singaraja Tahun Ajaran 2010/2011.

4 12 65

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA REGULER DAN AKSELERASI DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 WONOGIRI.

0 0 1

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN SOSIAL PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 11 BANDUNG - repository UPI S PPB 1100156 Title

0 0 3