Kapasitas Adsorpsi dan Indeks Kelarutan Logam Berat.

46 Untuk unsur logam non-esensial memiliki nilai rata-rata dibawah 50. Logam Pb memiliki nilai antara 22-26, diikuti oleh Cd dengan rentang nilai antara 1-20 dan Hg dengan nilai antara 56-66. Gambar 23 berikut adalah perbandingan Kapasitas adsorpsi di tiap stasiun pengamatan dari sungai hingga laut yang disajikan dalam bentuk histogram. Gambar 23. Kapasitas Adsorpsi Logam Berat Perhitungan Kapasitas Adsorpsi logam berat non esensial menunjukkan nilai rata- rata untul Pb sebesar 27,71, Cd sebesar 11,29 dan Hg sebesar 63,42. Kapasitas Adsorpsi logam berat non esensial Cd, Hg, dan Pb dari yang terbesar adalah Hg Pb Cd. 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 1 2 3 4 5 6 7 8 P er en ta se Stasiun Cd Cu Hg Zn Pb 47 Gambar 24 Indeks Kelarutan Logam Berat Nilai indeks kelarutan logam berat seperti yang diperlihatkan pada Gambar 24 secara berurutan adalah CdPbHgCuZn. Untuk logam esensial nilai CuZn dan CdPbHg untuk logam non-esensial. Berdasarkan hal diatas, apabila nilai indeks kelarutannya rendah maka kapasitas adsorpsinya semakin tinggi. Dengan demikian unsur yang memiliki indeks kelarutan yang rendah Zn lebih banyak teradsorpsi oleh partikulat yang pada akhirnya akan terendapkan di dasar perairan. Konsentrasi Logam Cd, Cu, Zn, Hg, Pb dalam Sedimen. Kondisi logam berat yang telah teradsorpsi oleh padatan tersuspensi akan mengalami proses pengendapan pada dasar perairan. Gambar 25 berikut ini memperlihatkan konsentrasi logam berat dalam sedimen 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 1 2 3 4 5 6 7 8 P e rse nt a se stasiun Cd Cu Hg Zn Pb 48 Gambar 25. Konsentrasi Logam Berat dalam sedimen Pada gambar tampak bahwa logam Zn memiliki konsentrasi yang tinggi dibandingkan dengan logam lainnya, diikuti oleh Cu, Pb, Cd dan yang terakhir adalah Hg. Seperti diketahui bahwa Cd bervalensi dua adalah bentuk terlarut yang stabil dalam lingkungan perairan laut, terutama pada pH dibawah 8. Logam Pb dalam perairan laut dengan pH 6 didominasi oleh senyawa PbOH terlarut, sehingga dalam sedimenpun kedua unsur logam tadi kandungannya kecil. Pembahasan Umum. Percampuran kedua massa air di estuari akan menyebabkan perubahan konsentrasi logam berat terlarut yang ada di kolom air. Proses yang terjadi antara lain adalah pengenceran, flokulasi, adsorpsi dan desorpsi. Proses pengenceran menyebabkan perubahan konsentrasi logam berat, baik itu bertambah atau berkurang tergantung dari sumber logam tersebut. Apabila sumber logam dari sungai, adanya proses pengenceran oleh air laut mengakibatkan konsentrasi logam akan menurun sepanjang perubahan salinitas, sebaliknya apabila sumber logam berasal dari laut, maka konsentrasi logam berat menjadi naik dengan bertambahnya nilai salinitas Chester 1990. Menurunnya konsentrasi logam berat terlarut di estruari disebabkan juga karena ada proses adsorpsi. Proses adsorpsi adalah proses pengikatan atom, partikel atau molekul suatu zat pada permukaan suatu zat padat. Proses adsorpsi antar partikel tersuspensi dalam kolom air terjadi karena adanya muatan listrik pada permukaan partikel. 0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 1 2 3 4 5 6 7 8 k o n s e n t r a s i stasiun Cd Cu Hg μgg Zn Pb 49 Dengan tipe estuari yang tercampur sebagian, berarti ada perbedaan salinitas antara permukaan hingga kedalaman tertentu di perairan tersebut. Perbedaan salinitas ini tentu saja akan mempengaruhi proses kimiawi unsur logam berat yang masuk. Unsur logam berat esensial Cu dan Zn memperlihatkan konsentrasi yang cenderung menurun dengan semakin tingginya salinitas, baik konsentrasi terlarut maupun teradsorpsi. Untuk logam non-esensial Cd, Hg dan Pb menunjukkan pola yang berbeda. Konsentrasi Pb terlarut dan teradsorpsi meningkat dengan meningkatnya salinitas, sementara Cd dan Hg sebaliknya. Kadar keasaman pH juga mempengaruhi proses adsorpsi dan absorpsi unsur logam berat. Pada kondisi pH diatas 7, Zn justru mengalami hidrolisis dan bersifat tidak larut. Serupa dengan Zn, tembaga Cu pun bersifat tidak larut pada pH basa. Kedua unsur esensial ini banyak teradsorpsi oleh padatan tersuspensi pada lingkungan laut, yang akhirnya akan terendapkan di dasar perairan sebagai sedimen Gambar 26. Unsur terlarut dari kedua logam tersebut banyak dimanfaatkan oleh biota laut. Logam berat Hg non esensial memiliki sifat yang serupa dengan Zn dan Cu, yaitu tidak larut pada pH basa. Kondisi pH perairan juga berpengaruh terhadap logam berat non-esensial lainnya, yaitu Cd dan Pb. Selain pH, pengaruh kehadiran bahan organik dan inorganik ikut mempengaruhi kapasitas adsorpsi logam berat. Logam Cu. di perairan bebas terdapat dalam keadaan terlarut atau partikulat. Logam Cu juga berikatan dengan ligan organik maupun inorganik Sanusi, 2006. Logam Cd juga membentuk ikatan kompleks dengan bahan organik terutama di perairan dengan pH basa. 50 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 5 10 15 20 25 30 35 Pb Cu Zn Cd Hg 51 Gambar 28. Kapasitas Adsorpsi, Kandungan Bahan Organik, Salinitas dan pH di Stasiun 1, 2, 4, dan 7. Dari gambar 28 diatas, perubahan salinitas dari sungai hingga laut tampak sekali pada logam Cd. Kapasitas adsorpsi Cd bertambah sejalan dengan bertambahnya nilai salinitas. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi Cd sangat dipengaruhi oleh salinitas. Karena logam Cd memiliki bentuk terlarut yeng stabil, maka nilai kapasitas adsorpsinya juga rendah dibandingkan dengan ke empat kogam berat lainnya. Kapasitas adsorpsi logam Pb tidak menunjukkan perubahan yang signifikan dengan bertambahnya salinitas. Sementara itu, logam Hg menunjukkan nilai kapasitas adsorpsi tinggi di estuari. 20 40 60 80 100 org pH salinitas Cd Cu Hg Zn Pb Inorg Kapasitas Adsorpsi , Persentase Bahan Organik, pH, dan Salinitas di Stasiun 1, 2, 4,7 stasiun 1 stasiun 2 stasiun 7 stasiun 4 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan Berdasarkan karakter fisik sebaran melintang salinitas, suhu, kecepatan arus dan tipe pasang surut perairan estuari di Muaragembong, diketahui bertipe tercampur sebagian Partially Mixed Estuary. Salinitas perairan bertambah secara gradual dari permukaan ke dasar perairan, temperatur menurun seiring dengan bertambahnya kedalaman. Kecepatan arus bervariasi, mulai 6,2 cmdt hingga 7,9 cmdt dengan rata- rata debit sungai sebesar 76,68 m 3 Konsentrasi logam berat teradsorpsi rata-rata lebih besar dibandingkan dengan kandungan logam berat terlarut, kecuali unsur Cd dan Pb. Hal ini disebabkan karena kedua unsur tersebut memiliki bentuk terlarut yang stabil dalam perairan dengan pH antara 7 – 8. Kapasitas Adsorpsi logam berat secara berurutan dengan nilai terbesar adalah Zn99,16Cu90,52Hg63,42Pb24,71Cd11,29. Unsur logam esensial, ZnCu. Untuk unsur logam non esensial secara berurutan, kapasitas adsorpsinya adalah HgPbCd. Tingginya nilai kapasitas adsorpsi Cu, Zn, dan Hg menunjukkan kecenderungan ketiga unsur itu akan terendapkan di dasar perairan disebabkan arus di daerah penelitian cenderung melemah kearah laut. Hal ini terlihat pada data konsentrasi Cu, Zn, dan Hg yang tinggi pada sedimen dibandingkan dengan logam berat lainnya Cd dan Pb. Perubahan salinitas dari sungai hingga laut tampak sekali pada logam Cd. Kapasitas adsorpsi Cd bertambah sejalan dengan bertambahnya nilai salinitas. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi Cd sangat dipengaruhi oleh salinitas. Karena logam Cd memiliki bentuk terlarut yang stabil, maka nilai kapasitas adsorpsinya juga rendah dibandingkan dengan ke empat kogam berat lainnya. Kapasitas adsorpsi logam Pb tidak menunjukkan perubahan yang signifikan dengan bertambahnya salinitas dt Tipe pasang surut semidiurnal dengan 2 kali pasang dan 2 kali surut. Dissolve Transpor Index DTI atau nilai kelarutan logam berat secara berurutan adalah Cd88,71Pb75,29Hg36,58Cu9,48Zn0,84. Untuk logam esensial nilai CuZn dan CdPbHg untuk logam non-esensial. Indeks kelarutan ini berbanding terbalik dengan kapasitas adsorpsi. 56 Apabila logam berat Cu, Zn, dan Hg memiliki persentase yang tinggi dalam sedimen dan memiliki efek racun terutama pada organisme bentik, maka logam Cd dan Pb yang memiliki indeks kelarutan tinggi memiliki kecenderungan toksisitas yang tinggi pula dan berbahaya bagi organisme di kolom air. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang melihat konsentrasi logam berat yang terkandung dalam partikulat organik dan atau inorganik, sehingga dapat diketahui dengan pasti besarnya kapasitas adsorpsi oleh partikulat tersebut dan peran partikulat tersebut dalam proses adsorpsi. Perlu penambahan stasiun di sungai sebagai pembanding dengan stasiun di estuari dan stasiun laut. Hal ini berkenaan dengan peran salinitas dalam proses adsorpsi.

Dokumen yang terkait

Organologi Akustika Gitar Bass Solid Elektrik Fretless oleh Bapak Zulkarnaen Lubis di Jalan Bridgen Katamso No.89 Kelurahan Kampung Baru Kota Medan

5 92 114

Analisis Total Zat Padat Terlarut (Total Dissolved Solid) Dan Total Zat Padat Trsuspensi (Total Suspended Solid) Pada Air Badan Air Khususnya Air Sungai

6 85 39

Analisis Total Zat Padat Terlarut (Total Dissolved Solid) Dan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) Pada Air Limbah Industri

6 61 40

Analisis Kandungan Aluminium (Al), Sulfida, Bod, Cod, Total Padatan Tersuspensi (TSS) Dan pH Dari Air Sungai Kapal Keruk Di Desa Karang Anyer Kec. Secanggang Kab. Langkat

5 63 102

Heavy metal adsorption by suspended solid In Muaragembong, Bekasi

0 8 80

BAD IMPRESSION OF HEAVY METAL CULTURE REFLECTED IN METAL: A HEADBANGER’S Bad Impression Of Heavy Metal Culture Reflected In Metal: A Headbanger’s Journey Directed By Sam Dunn (2008): A Sociological Approach.

0 4 18

BAD IMPRESSION OF HEAVY METAL CULTURE REFLECTED ON METAL: A HEADBANGER’S JOURNEY Bad Impression Of Heavy Metal Culture Reflected In Metal: A Headbanger’s Journey Directed By Sam Dunn (2008): A Sociological Approach.

0 3 14

HEAVY METALS ADSORPTION BY XANTHATE OF FOOD PROCESSING WASTE

0 0 5

Investigation of heavy metal adsorption in binary system by nanocrystalline cellulose – Bentonite nanocomposite: Improvement on extended Langmuir isotherm model. - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 12

Investigation of heavy metal adsorption in binary system by nanocrystalline cellulose – Bentonite nanocomposite: Improvement on extended Langmuir isotherm model. - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 13