JENIS-JENIS SPT.
1. SPT Masa adalah SPT yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk
melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak terutang dalam suatu masa pajak suatu saat tertentu.
2. SPT Tahunan adalah SPT yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk
melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak terutang dalam suatu tahun pajak.
Karena di Indonesia menerapkan self assessment system, maka pembayaran
pajak terutang tidak tergantung pada surat tagihan atau surat ketetapan, tetapi ditetapkan sendiri oleh Wajin Pajak dengan jalan mengisi dan
menyampaikan SPT kepada DJP.
PROSEDUR DAN PENGISIAN SPT.
1. Datang sendiri ke KPP mengambil berkas SPT atau mengkopi dari formulir asli resmi menurut perundang-undangan perpajakan.
2. Mengisi SPT sesuai dengan ketentuan yang berlaku kemudian menyerahkan kembali ke KPP dala batas waktu yang sudah ditentukan.
3. Jika terjad kekeliruan, maka Wajib Pajak dapat membetulkan sendiri dengan menyampaikan pernyataan tertulis dalam jangka waktu 2
tahun sesudah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, dengan syarat:
a. Direktur Jendral Pajak belum melakukan pemeriksaan dan pembetulan tersebut menyebabkan utang pajak menjadi lebih
besar, maka dikenakan sanksi 2 sebulan. b. Walaupun sudah dilakukan pemeriksaan tetapi belum dilakukan
penyidikan, Wajib Pajak dapat mengungkapkan ketidakbenaran pengisian SPT.
FUNGSI SPT.
1. Sebagi sarana Wajib Pajak untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan pajak yang sebenarnya
terutang. 2. Sebagai sarana bagi Wajib Pajak untuk melaporkan pambayaran pajak
yang telah dilakukan sendiri atau telah dipungutdipotong oleh pihak lain.
3. Sebagai sarana untuk melaporkan pembayaran dari pemotong tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain
dalam satu masa pajak yang ditentukan oleh peraturan perundang- undangan perpajak yang berlaku
HAL-HAL YANG HARUS TERCANTUM DALAM SPT:
1. Jumlah pajak yang sebenarnya terutang menurut perhitungan yang benar.
2. Jumlah pembayaranpelunasan pajak yang telah dibayar sendiri oleh Wajib Pajak maupun dipotong melalui pihak lain.
3. Jumlah pajak yang masih harus dibayar atas kekurangannya dan jumlah pajak yang lebih dibayar.
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PENGISIAN SPT:
1. BENAR, artinya seluruh objek pajak yang dimiliki harus disajikan dengan benar, baik dalam perhitungan, penerapan tarif, pengkreditan
pajak yang telah dipotong pihak lain maupun dalam pengisian kolom- kolom pada formulir SPT.
2. JELAS, artinya penyajian informasi dalam SPT tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda bagi pihak lainpembaca laporanpeneliti.
3. LENGKAP, artinya dalam penyampaian SPT harus ditandatangani oleh Wajib Pajak, karena jika tidak ditandatangani dianggap tidak lengkap.
Selain itu SPT harus dilampiri dengan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk perhitungan pajak.
KETENTUAN TAMBAHAN YANG BERKAITAN DENGAN PENGISIAN DAN PENYAMPAIAN SPT:
1. Wajib Pajak mengisi dan menyampaikan SPT dengan benar, lengkap, dan menandatnganinya.
2. Jika Wajib Pajak adalah badan, maka SPT harus ditandatangani oleh direksi atau pengurus.
3. Jika SPT diisi dan ditandatangani oleh orang lain bukan Wajib Pajak, maka harus dilampiri surat kuasa khusus.
4. Pengisian SPT Tahunan Pajak Penghasilan oleh Wajib Pajak yang wajib melakukan pembukuan harus dilengkapi dengan laporan keuangan
berupa neraca, dan laporan laba-rugi serta keterangan-keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak
PKP.
5. Tata cara penerimaan dan pengolahn SPT diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.
6. SPT disampaikan langsung oleh Wajib Pajak ke kantor Direktorat Jendral Pajak dan harus diberi tanggal penerimaan oleh pejabat yang
ditunjuk untuk itu, sedangkan untuk SPT Tahunan harus diberikan juga bukti penerimaan.
7. Penyampaian SPT dapat dikirimkan melalui Kantor Pos secara tercatat atau dengan cara lain yang diatur dengan Keputusan Jendral Pajak.
8. Tanda bukti dan tanggal pengiriman untuk penyampaian SPT lewat Kantor Pos telah lengkap dianggap sebagai tanda bukti penerimaan.
PENYAMPAIAN SPT DENGAN MEDIA ELEKTRONIK.
SPT Tahunan dapat disampaikan dalam bentuk formulir kertas dan dalam bentuk elektronik e-SPT Tahunan. SPT dalam bentuk kertas adalah SPT
yang diisi dengan caa manual diketik, sedangkan SPT elektronik adalah SPT dalam bentuk digital yang disampaikan melalui jaringan komunikasi data,
sebagai lampiran dari SPT induk. SPT Digital ini digunkan untuk SPT Masa PPh, SPT Masa PPN, dan SPT Tahunan PPH. Mulai tanggal 10 September 2002
Wajib Pajak besar wajib menyampaikan SPT dalam bentuk digital.
Menurut ketentuan Pasal 2 Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP- 338PJ2002 tentang Tata Cara Pembayaran Setoran Pajak melalui Sistem
Pembayaran On-line dan Penyampaian Surat Pemberitahuan Dalam Bentuk Digital diubah dengan Keputusan Direktur Jendral pajak Nomor: KEP-
19PJ2003 dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran setoran pajak melalui sistem pembayaran
on-line sejak tanggal 1 Juli 2002. 2. Wajib Pajak yang melakukan pembayaran setoran pajak melalui unit
pelayanan bank persepsi atau bank devisa persepsi atau PT Pos Indonesia yang telah dapat melakukan adiministrasi penerimaan pajak
secara on-line.
3. Wajib Pajak yang melakukan pembayaran pajak melalui unit pelayanan bank persepsi atau bank devisa perspsi atau Pos Indonesia yang belum
melakukan administrasi penerimaan pajak secara on-line namun masih
berhak menerima pembayaran pajak dapat melakukan pembayaran pada unit tersebut tidak secara
on-line sampai batas waktu 31 Desember 2003.
BENTUK DAN ISI SPT TAHUNAN.
SPT Tahunan Wajib Pajak Badan terdiri dari 7 lembar formulis yang terdiri sebagai berikut:
1. Induk SPT atau Formulir 1771, formulir yang berisi data lengkap Wajib Pajak, jenis usaha, jumlah penghasilan, dan perhitungan pajak
penghasilan. 2. Lampiran I atau Formulir 1771-I, formulir yang berisi jumlah
penghasilan neto fiskal.
3. Lampiran II atau Formuli 1771-II, formulir yang berisi perincian harga pokok penjualan, biaya usaha lainnya, biaya dari luar usaha.
4. Lampiran III atau Formulir 1771-III, formulir yang berisi perhitungan kredit pajak dalam negeri.
5. Lampiran IV atau Formulir 1771-IV, formulir yang berisi daftar PPh Final dan penghasilan yang tidak termasuk objek pajak.
6. Lampiran V atau Formulir 1771-V, formulir yang berisi daftar susunan pemegang sahampemilik modal dan jumlah deviden yang dibagikan
dan daftar susunan pengurus dan komisaris. 7. Lampiran VI atau Formulir 1771-V, formulir yang berisi daftar
penyertaan modal pada perusahaan saham atau perusahaan afiliasi. 8. Lampiran khusus SPT tahunan ada beberapa yaitu:
Surat Setoran Pajak lembar ke-3 PPh Pasal 29.
Laporan keuangan lengkap.
Daftar penyusutan dan amortisasi fiskal.
Perhitungan kompensasi kerugian.
Pernyataan transaksi dalam hubungan istimewa.
Daftar fasilitas penanaman modal.
Daftar cabang utama perusahaan.
Surat Setoran pajak lembar ke-3 PPh Pasal 26.
Perhitungan PPh Pasal 26.
Kredit pajak luar negeri.
Surat kuasa khusu, untuk kontraktor
Production Sharing migas wajib melaporkan Pertamina
Quaterly Report. Sedangkan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi terdiri dari 5 lima
lembar formulir yang terinci sebagai berikut:
1. Induk SPT atau Formulir 1770, merupakan formulir yang berisi data lengkap Wajib Pajak, jenis usaha, alamat, jumlah penghasilan, dan
perhitungan pajak penghasilan. 2. Lampiran I atau Formulir 1770-I, merupakan formulir yang berisi
perhitungan penghasilan neto dalam negeri. 3. Lampiran II atau Formulir 1770-II, merupakan formulir yang berisi
daftar pemotonganpungutan PPh oleh pihak lain, PPh yang ditanggung pemerintah, penghasilan neto dan pajak atas penghasilan yang
dibayardipotongterutang di luar negeri.
4. Lampiran III atau Formulir 1770-III, merupakan formulir yang berisi penghasilan yang telah dikenakan pajak bersifat final, dikenakan pajak
tersendiri, penghasilan pengusaha tertentu serta penghasilan yang termasuk objek pajak.
5. Lampiran IV atau Formulir 1770-IV, merupakan formulir yang berisi daftar harta dan kewajiban pada akhir tahun.
6. Formulir 1770 S berisi lapiran perhitungan angsuran PPh Pasal 25. Lihat Lampiran.
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT DAN SANKSI KETERLAMBATAN.
Sesuai dengan Undang-Undang Pajak Nomor 16 Tahun 2000 batas waktu penyampaian SPT:
1. Surat Pemberitahuan Masa paling lambat 20 dua puluh hari setelah akhir Masa Pajak.
2. Surat Pemberitahuan Tahuan paling lambat 2 tiga bulan setelah skhir Tahun Pajak.
Namun demikian Direktur Jendral Pajak atas permohonan waktu Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
paling lama 6 enam bulan. Permohonan tersebut harus diajukan tertulis disertai Surat Pernyataan mengenai perhitungan sementara pajak terutang
dalam satu Tahun Pajak dan bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang. Sedangkan pembayaran SSP untuk PPh Pasal 29 sisa pajak
terutang batas akhirnya sampai 25 Maret tahun takwim berikutnya setelah tahun pajak berakhir.
Jika penyampaian SPT tidak sesuai dengan batas waktu ysng telah ditetapkan atau batas waktu perpanjangan, maka diterbitkan Surat Teguran.
Bentuk dan isi Surat Pemberitahuan serta keterangan dan atau dokumen yang harus dilampirkan ditetapkan dengn Keputusan Menteri Keuangan.
Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan apabila tidak ditandatangani atau tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan atau
dokumen.
Jika SPT tidak disampaikan sesuai dengan batas waktu dan perpanjangan yang telah ditentukan, maka untuk keterlambatan SPT tersebut wajib pajak
dikenakan sanksi administrasi berupa denda administrasi sebesar RP50.000,00 untuk SPT Masa, sedangkan untuk SPT Tahunan Rp100.000,00.
Pengenaan sanksi administrasi berupa denda tersebut dilakukan terhadap Wajib Pajak tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.
PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN.
Penyampaian SPT tahunan dapat dilakukan tidak pada batas waktu penyampaian yaitu 31 Maret tahun pajak berikutnya, namun Wajib Pajak
berhak melakukan permohonan perpanjangan. Permohonan perpanjangan penyampaian SPT Tahunan ini disampaikan tertulis kepada KPP dengan
menggunakan Formulir 1770-Y untuk Wajib Pajak Orang Pribadi, sedangkan Formulir 1771-Y untuk Wajib Pajak Badan. Berdasarkan Surat Edaran
SE04PJ.331998 syarat-syarat pengajuan perpanjangan penyampaian SPT Tahunan adalah:
1. Permohonn diajukan sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan berakhir dengan menyebutkan alasan-alasan.
2. Menyampaikan perhitungan sementara Pajak Penghasilan PPh terutang dan dilampiri Laporan Keuangan sementara tahun pajak yang
berkenaan. 3. Melampirkan bukti pelunasan atas kekurangan pajak yang terutang.
4. Permohonan menggunakan formulir 1770Y1771Y1721Y. Dalam hal pengambilan keputusan atas permohonan perpanjangan jangka
waktu SPT Tahunan yang berwenang adalah Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar. Kepala Kantor Pelayanan Pajak KPP wajib
memberikan keputusan persetujuanpenolakan atas permohonan Wajib Pajak selambat-lambatnya 7 tujuh hari sejak permohonan diterima lengkap. Jika
sampai 7 tujuh hari Kepala KPP tidak memberikan keputusan, maka permohonan Wajib Pajak dianggap diterima. Penundaan biasanya akan
diberikan paling lama 3 tiga bulan sejak saat berakhirnya batas waktu penyampaian SPT tersebut.
Sanksi yang diberikan atas permohonan peranjangan batas waktu penyampaian SPT Tahunan ini akan dikenakan denda 2 sebulan. Dihitung
dari saat berakhirnya kewajiban menyampaikan SPT sampai dengan tanggal dibayarkannya kekurangan pembayaran tersebut dan bagian dari bulan
dihitung penuh 1 satu bulan.
LAMPIRAN-LAMPIRAN DALAM SURAT PERMBERITAHUAN SPT.
Beberapa lampiran yang harus ada dalam SPT Tahunan: 1. Neraca dan Laporan Laba-Rugi bagi Wajib Pajak yang menggunakan
pembukuan lengkap. 2. Perhitungan Angsuran PPh Pasal 25 tahun pajak berkutnya untuk Wajib
Pajak tertentu yang mengisi kotak pada angka 14 huruf b pada induk SPT Formulir 1771.
3. Formulir SSP sebagai bukti pembayaranpenyetoran PPh Pasal 29. 4. Kelengkapan lain-lain: m
a. Daftar nominatif piutang tak tertagih. b. Perhitungan biaya kantor pusat yang dialoksikan pada seluruh
perusahaan, termasuk Bentuk Usaha Tetap BUT di Indonesia. c. Ijin penggunaan pembukuan dalam mata uang asing.
d. Daftar Nominatif biaya representatifentertaiment, dan lain-lain.
TATA CARA PEMEBTULAN SPT.
Jika Wajib Pajak akan membetulkan SPT yang telah diserahkan dapat dilakukan dengan cara:
1. Menyatakan pernyataan tertulis dalam jangka waktu 2 dua tahun sesudah berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
dengan syarat Direktur Jendral Pajak belum melakukan pemeriksaan. 2. Jika pembetulan sendiri yang dilakukan Wajib Pajak mengakibatkan
utang pajak lebih besar, maka akan dikenakan sanksi administrasi 2 dua persen sebulan atas jumlah pajak yang kurang bayar, dihitung
sejak saat penyampaian SPT berakhir sampai dengan tanggal pembayaran karena pembetulan SPT itu.
3. Jika Direktorat Jendral Pajak terlanjur melakukan pemeriksaan sepanjang belum terjadi tindakan penyidikan atas ketidakbenaran
penyajian SPT, maka Wajib Pajak dapat dengan kesadaran sendiri melakukan pengungkapan atas ketidakbenaran pengisian SPT tersebut
disertai dengan pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi 2 dua kali jumlah
pajak yang kurang bayar.
4. Sekalipun jangka waktu pembetulan SPT sudah berakhir, dengan syarat Direktur Jendral Pajak belum menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
SKP, maka Wajib Pajak dapat melakukan pengungkapan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian SPT yang telah
disampaikan yang mengakibatkan:
a. Pajak-pajak yang masih haus dibayar menjadi lebih besar atau; b. Rugi berdasarkan ketentuan perpajak menjadi lebih kecil atau;
c. Jumlah harta menjadi lebih besar, atau; d. Jumlah modal menjadi lebih besar.
5. Pajak yang kurang bayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT harus dilunasi Wajib
Pajak sebelum laporan tersendiri tersebut disampaikan diserta dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50 lima puluh persen
dari pajak yang kurang bayar.
SURAT KETETAPAN PAJAK SKP.
Surat Ketetapan Pajak ini muncul jika dalam jangka waktu lima tahun sesudah saat terutangya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak terjadi hal-hal sebagai berikut:
1. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak terutang kurang atau tidak dibayar.
2. Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat 3 dan setelah ditegur secara
tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana dalam Surat Teguran.
3. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai Pajak Pertambahan Nilai PPN Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah
ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak, tidak seharusnya dikenakan tarif 0 atau tidak seharusnya diberikan
pengembalian pajak.
4. Apabila kewajiban tidak dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dan Pasal 29 sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak
terutang.
Jika kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak pada poin 1 ditambah dengan sanksi administrasi 2 dua persen sebulan unutk
selama-lamanya dua puluh empat bulan, dihitung mulai saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak
sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak.
Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak sebagaimana dimaksud dalam poin 2, 3, dan 4 ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar:
a. 50 lima puluh persen dari Pajak Penghasilan yang kurang atau tidak dibayar dalam satu Tahun Pajak.
b. 100 seratus persen dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetorkan,
dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan. c. 100 seratus persen dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan barang Mewah yang tidak atau kurang bayar. Jumlah Pajak Penghasilan PPh yang dipotong atau dipungut oleh pihak
ketiga untuk satu tahun pajak, jumlah Pajak Penghasilan yang dibayar sendiri, pajak yang ditagih dalam Surat Tagihan Pajak untuk Tahun Pajak
tersebut, serta pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri untuk tahun pajak yang bersangkutan, dikreditkan dari jumlah Pajak
Panghasilan yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak.
SKP adalah Surat Ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB, Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan SKPKBT, Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar SKPLB, dan Surat Ketetapan Pajak Nihil SKPN.
JENIS-JENIS SKP.
Jenis-jenis SKP ada 4 yaitu: SKPLB, SKPKB, SKPBT, dan SKPN yang diuraikan sebagai berikut:
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak terutang, jumlah kredit
pajak, kekurangan pembauaran pokok pajak, sanksi administrasi, dan denda yang masih harus dibayar. SKPKN diterbitkan oleh Dirjen Jendral
Pajak 10 tahun sejak saat terutangnya pajak.
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan. SKPKBT dikeluarkan jika diketahui ternyata berdasarkan data baru ada pajak yang belum terungkap pada saat mengeluarkan
SKPKB sebelumnya. SKPKBT ditrbutkan oleh Direktur Jendral Pajak dalam jangka waktu 10 sepuluh tahun sesudah saat pajak terutang,
berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak jika ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap
yang mengakibatkan penambahan jumla pajak terutang. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPKBT ditambah sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 100 seratus persen dari jumlah kekurangan pajak tersebut. Jika jangka waktu telah lewat 10
sepuluh tahun maka SKPKBT tetap diterbitkan ditambahn sanksi administrai 48 empat puluh delapan persen dari jumlah pajak yang
tidak atau kurang bayar.
3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar SKPLB adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah
kredit pajak lebih besar dari pajak terutang. Dari jumlah kelebihan pajak tersebut dapat dikembalikan atau Wajib Pajak mempunyai utang
pajak, maka dapat diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak tersebut. Pengembalian kelebihan pembayaran pajak
dilakukan paling lama sebulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sehubungan dengan
diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar SKPLB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 atau sejak diterbitkannya Surat
Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak. Jika pengembalian kelebihan pembayaran pajak setelah jangka waktu
sebulan, maka pemerintah harus memberikan bunga 2 sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pajak, dihitung dari saat
berlakunya batas waktu sampai dengan saat dilakukannya pembayaran kelebihan. Tata cara perhitungan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.
4. Surat Ketetapan Pajak Nihil SKPN adalah surat keputusan yang menentukan jumlah pajak terutang sama besarnya dengan jumlah
kredit pajak tidak ada kekurangan atau kelebihan bayar.
FUNGSI SKP.
Surat-surat ketetapan pajak tersebut diatas secara umum berfungsi sebagai: 1. Alat koreksi atas pajak terutang menurut SPT Wajib Pajak.
2. Sarana dalam pengenaan sanksi oleh KPP. 3. Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar.
4. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak terutang. 5. Sarana untuk menagih pajak.
SKP diterbitkan oleh Direktur Jendral Pajak dalam jangka waktu lima tahun sesudah saat pajak terutang, berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak,
dan Tahun Pajak apabila ditemukan data baru dan atay data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang
terutang. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Tambahan, ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar 100 seratus persen dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
Kenaikan 100 seratus persen tersebut tidak dikenakan apabila Surat Ketetapan Pajak Tambahan itu diterbitkan berdasarkan keterangan tertulis
oleh Wajib Pajak atas kehendak sendiri, sepanjang Direktur Jendral Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan. Jika atas pajak yang terutang pada
saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar atau kurang bayar, maka atas pajak tidak bayar atau kurang bayar itu dikenakan denda bunga sebesar 2
sebulan untuk seluruh masa, yang dihitung dari jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran dan bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan.
Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak, maka dikenakan bunga sebesar 2 sebulan. Jika Wajib
Pajak diperbolehkan menunda penyampaian Surat Pemberitahuan dan ternyata perhitungan sementara pajak terutang sebagaimana dimaksud
diatas kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya terutang, maka atas kekurangan pembayaran pajak tersebut dikenakan bunga sebesar 2 dua
persen sebulan dihitung dari saat berakhirnya kewajiban menyampaikan SPT sampai dengan hari dibayarnya kekurangan pembayaran tersebut.
SURAT TAGIHAN PAJAK STP.
STP adalah surat untuk melakukan penagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda bagi Wajib Pajak. STP diterbitkan
jika:
1. PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar. 2. Dari penelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran karena salah
hitung. 3. Wajib Pajak dikenakan denda administrasi berupa denda dan atau
bunga. 4. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, tetapi tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
PKP.
5. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai PKP tetapi telah membuat faktur pajak, atau sebaliknya.
6. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP tidak membuat atau membuat faktur pajak tetapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi
selengkapnya faktur pajak.
Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Surat Ketetapan Pajak. Jumlah pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak
STP, ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 sebulan paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak atau
Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak sampi dengan diterbitkannya Surat Tagihan Pajak.
Jumlah Pajak terutang berdasarkan Surat Tagihan Pajak STP, Surat Ketetapan Pajak SKPatau Surat Ketetapan Pajak Tambahan, Putusan
Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, yang tidak dibayarkan oleh penanggung pajak, maka ditagih dengan Surat
Paksa. Yang dikecualikan dari penagihan tersebut dan ditagih sekaligus dalam hal:
1. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama- lamanya atau berniat untuk itu,
2. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan
perusahaan atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia. 3. Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan
badan usahanya, atau menggabungkan usahanya atau memekarkan usahanya atau memindahtangankan perusahaan yang dimilikinya tau
dikuasainya atau melakukan perubahan bentuk lainnya.
4. Badan usaha akan dibubarkan oleh Negara, atau 5. Terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau
terdapat tanda-tanda kepailitan.
Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perturan perundang-undangan yang berlaku.
PEMBUKUAN DALAM PERPAJAKAN PEMBUKUAN.
Pembayaran pajak oleh Wajib Pajak didasarkan pada transaksi atau kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak selama periode tertentu yang disesuaikan
dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Menurut Pasal 28 UU KUHP kegiatan pembukuan adalah suatu proses pencatatan
dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data atau informasi keuangan yang meliputi harta, kewajian, modal, penghasilan, dan biaya seta jumlah
harga perolehan dan penyerahan barang dan jasa yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba-rugi pada
setiap tahun pajak berakhir. Pembukuan ini wajib dilakukan oleh orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas di
Indonesia harus mengadakan pembukuan yang dapat menyajikan keterangan-keterangan yang cukup untuk menghitung Penghasilan kena
Pajak atau harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, guna perhitungan jumlah pajak terutang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Bagi Wajib Pajak yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dibebaskan dari kewajiban untuk mengadakan pembukuan, maka
sekurang-kurangnya harus menyelenggarakan pencatatan untuk dijadikan dasar pengenaan pajak terutang. Pencatatan tersebut berisi peredaran atau
penerimaan bruto dalam suatu tahun pajak.
Pembukuan dan pencatatan harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang
sebenarnya. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan yang dikerjakan secara teratur tentang keadaan kas dan bank, daftar piutang-
utang, dan daftar persediaan barang dan pada setiap tahun pajak yang berakhir Wajib Pajak harus menutup pembukuannya dengan membuat
neraca dan perhitungan laba-rugi berdasarkan prinsip pembukuan yang taat asas konsisten dengan tahun sebelumnya.
Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan
disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diijinkan oleh Menteri Keuangan. Pembukuan atau pencatatan dan dokumen yang
menjadi dasarnya serta dokumen lain yang berhubungan dengan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak harus disimpan selama sepuluh tahun.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembukuan adalah dalam penyelenggaraannya harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
2. Kegiatan usaha diselenggarakan di Indonesia. 3. Menggunakan huruf Latin dan angka Arab.
4. Menggunakan satuan mata uang asing atau Rupiah dengan seijin
Menteri Keuangan. 5. Disusun dalam bahasa Indonesia atau Asing dengan seijin Menteri
Keuangan. 6. Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dengan stelsel akrual atau
kas. Stelsel akrual adalah suatu metode perhitungan penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang. Jadi
tidak tergantung kapan penghasilan itu diterima dan biaya yang dibayar secara tunai. Menurut stelsel kas penghasilan dianggap
sebagai penghasilan jika benar-benar diterima tunai demikian juga dengan biaya.
7. Perubahan atas penggunaan metode pembukuan harus seijin Direktur Jendral Pajak.
Jika tidak memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang menimbulkan kerugian pada Negara akan dikenai sanksi administrasi pidana
selama-lamanya 6 tahun, dan denda administrasi 4 kali jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang bayar.
Perubahan metode pembukuan akan mengakibatkan perubahan dalam prinsip taat asas yang dapat meliputi perubahan metode dari kas ke akrual
atau sebaliknya atau perubahan pengunaan metode pengakuan penghasilan atau pengkuan biaya itu sendiri. Dengan adanya pembukuan yang lengkap
mencatat juga harga perolehan, nilai impor atau ekspor suatu Barang Kena Pajak, dan harga jual, maka tidak hanya Pajak Penghasilan saja yang dapat
dihitung tetapi juga Pajak Pertambahan Nilai PPh dan Pajak Penjualan Baran Mewah PPnBM.
PENCATATAN.
Pencatatan dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas meliputi kegiatan usaha dan pekerjaan bebas yang meliputi
peredaran atau penerimaan bruto dan penerimaan penghasilan lainnya. Namun jika Wajib Pajak yang semata-mata menerima penghasilan dari luar
usaha dan pekerjaan bebas pencatatannya hanya mengenai penghasilan bruto, pengurang, dan penghasilan neto yang merupakan Objek Pajak
Penghasilan. Selain itu pencatatan meliputi pula penghasilan yang bukan Objek Pajak dan atau yang dikenakan pajak yang bersifat final.
Berdasarkan KEP-520PJ2000 bagi Wajib Pajak yang memiliki lebih dari satu jenis usaha dan atau tempat usaha, pencatatan harus dapat
menggambarkan jumlah peredaran atau peneriman bruto dari masing- masing jenis usaha atau tempat usaha yang bersangkutan.
Wajib Pajak menyelenggarakan pencatatan, maka perhitungan Pajak Penghasilannya menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan Neto Pasal
14 UU PPh.
PEMBAYARAN PAJAK.
Berdasarkan KEP-169PJ2000 Jo KEP-101PJ2003 Jo KEP-194PJ2003 Jo KEP384PJ2003 pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kas
Negara melalui Kantor Penerima Pembayaran dengan menggunakan Surat Setoran Pajak. Bank Penerima Pembayaran adalah Kantor Pos dan atau Bank
BUMND atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk Bnak Persepsi. Secara umum alat pembayaran pajak dibagi menjadi beberapa jenis:
1.
SSP Standar adalah surat setoran pajak yang dapat digunakan untuk pembayaran semua jenis pajak yang dibayar melalui Kantor Penerima
Pembayaran yang belum terhubung secara on-line tapi masih berhak
menerima pembayaran pajak, dan untuk penyetoranpemungutan PPh Pasal 22 Bendahawaran dan atau PPN Bendaharawan.
SSP Standar dibuat 5 lima rangkap; Lembar 1 untuk arsip Wajib Pajak, Lembar 2 untuk KPP Kantor Pelayanan Pajak, Lembar 3
untuk dilaporkan oleh Wajib Pajak ke KPP, Lembar 4 untuk arsip Kantor Penerima Pembayaran, Lembar 5 untuk arsip Wajib Pajak atau
pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.
SSP Khusus adalah surat setoran pajak yang dicetak oleh Kantor Penerima Pembayaran yang telah mengadakan kerjasama
Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak MP3 dengan Direktorat Jendral Pajak.
Kantor Penerima Pembayaran yang telah terubung secara on-line
dengan sistem MP3 dengan Direktorat Jendral Pajak dapat melayani pembayaran atau penyetoran menggunakan SSP Khusus.
3. SSPCP Surat Setoran Pabean, Cukai, dan Pajak Dalam Rangka
Impor adalah SSP yang digunakan untuk melakukan penyetoran penerimaan Negara dalam rangka impor. SSPCP dibuat rangkap 8
delapan; Lembar 1a untuk Kantor Pelayanan Bea dan Cukai KPBC, Lembar 1b untuk PenyetorWajib Pajak, Lembar 2a untuk Kantor
Pelayanan Bea dan Cukai KPBC melalui Kantor Pembendaharaan dan Kas Negara KPKN, Lembar 2b dan 2c untuk KPP melaui KPKN,
Lembar 3a dan 3b untuk KPP melaui PenyetorWajib Pajak atau Kantor Pelayanan Bea Cukai KPBC, Lembar 4 untuk Bank Devisa Persepsi,
Bank Persepsi, atau PT Pos Indonesia.
4.
SSCP Surat Setoran Cukai atas Barang Kena Cukai dan PPN Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri adalah SSP yang digunakan
untuk melakukan penyetoran penerimaan Negara dari cukai atas Barang Kena Cukai dan PPN hasil tembakau buatan Dalam negeri.
SSCP dibuat Rangkap 6 enam; Lembar 1a untuk Kantor Pelayanan Bea dan Cukan KPBCmelalui PenyetorWajib Pajak, Lembar 1b untuk
PenyetorWajib Pajak, Lembar 2a dan 2b untuk Kantor Pembendaharaan dan Kas Negara KPKN, Lembar 3 untuk KPP
melalui PenyetorWajib Pajak, dan Lembar 4 untuk Bank Persepsi atau PT Pos Indonesia.
TEMPAT DAN SISTEM PEMBAYARAN.
Berdasarkan Pasal 10 UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan KUP pembayaran pajak dapat dilakukan dimanapun tempat pembayaran di
seluruh Indonesia. Tempat pembayaran adalah:
1. Kantor Pos atau Bank-bank yan ditunjuk oleh Direktur Jendral Pajak. Pembayaran dengan menggunakan SSP.
2. Pembayaran Fiskal Luar Negeri selain tempat-tempat tersebut diatas dapat dilakukan pada loket-loket pembayaran pajak melalui bank atau
Kantor Pos.
Pembayaran pajak juga dapat dilakukan dengan on-line yang wajib
dilakukan semua Wajib Pajak sejak 01 Januari 2003. Pembayaran dengan on-
line dapat dilakukan dengan cara: 1. Melalui
teller. 2. Melalui fasilitas transaksi bank seperti ATM
, internet banking, dsb. 3.
Cash management service CMS dapat dilayani jika sistem yang menangani terhubungnya sistem pembayaran pajak secara
on-line. Meskipun telah melakukan pembayaran pajak secara
on-line, Wajib Pajak tetap harus melaporkan SSP atas bukti transaks ATM ke KPP.
PENGERTIAN, DAN PERBEDAAN ANTARA PEMERIKSAAN, PENELITIAN DAN PENYIDIKAN.
PEMERIKSAAN.
Direktur Jendral Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan Pajak adalah kegiatan mengumpulkan dan
mengolah data yang dilakukan KPP dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan untuk menguji keptuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan serta untuk tujuan lain.
Sasaran pemeriksaan oleh KPP adalah: 1. Kesalahan dalam penafsiran Undang-Undang Perpajakan.
2. Kesalahan hitung. 3. Pelaporan penghasilan yang tidak sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya penggelapan. 4. Pemotongan atau pemungutan dan pembebanan biaya lain.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktur Jendral Pajak adalah untuk menetapkan besarnya jumlah pajak yang terutang dan untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Untuk keperluan pemeriksaan, petugas pemeriksaan harus
dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan dan harus memperlihatkan kepada Wajib Pajak yang diperiksa.
Sedangkan Wajib Pajak yang diperiksa Wajib: 1. Memperlihatkan dan meminjamkan pembukuan atau pencatatan
dokumen yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib
Pajak,
2. Memberi kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
3. Memberi keterangan yang diperlukan. Dalam pengungkapan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta
keterangan yang diminta, Wajib Pajak yang kerikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan sesuatu, maka kewajiban untuk merahasiakan itu
ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan seusai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tata cara
pemeriksaan diatur lebih lanjut oleh Peraturan Pemerintah.
PENELITIAN.
Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak KPP dalam rangka menguji ketelitian Wajib Pajak dalam
Pengisian Surat Pemberitahuan SPT.
Peneliti dalam hal ini berwenang: 1. Melakukan penelitian atas data Wajib Pajak seperti yang tertuan dalam
SPT. 2. Menelitimembandingkan antara data dalam SPT dan data yang
sebenarnya. 3. Meminta keterangan atas data yang dilaporkan dalam SPT.
PENYIDIKAN.
Penyidikan adalah serangkaian kegiatan menyidik untuk mencari serta mengumpukan bukti yang diperlukan sehingga dapat membuat terang
tentang tindak pidana di bidang perpajak dan untuk menemukan tersangka, serta mengetahui pajak terutang.
Penyidikan dilakuakan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Direktorat Jendral Pajak yang diangkat oleh pejabat yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dan yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk
melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajaka sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana. Penyidik dalam hal ini berwenang:
1. Melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan yang berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan.
2. Melakukan penelitian terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana perpajakan.
3. Meminta keterangan dan bahan bukti tindak pidana di bidang perpajakan.
4. Melakukan pemeriksaan atas pembukuan, pencatatan, dan dokumen- dokumen lain yang berkenaan dengan tindan pidana di bidang
perpajakan. 5. Melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdpat bahan
bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti yang dapat dijadikan bukti
dalam perkara tindak pidana di bidang perpajakan, dan.
6. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.
Penyidik memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
KEBERATAN DAN BANDING.
Keberatan dilakukan oleh Wajib Pajak jika tidak menyetujui atas suatu: a. Surat Pemberitahuan.
b. Surat Ketetapan Pajak. c. Surat Ketetapan Pajak Tambahan.
d. Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran. e. Pemotongan atau Pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan
ketentuan perundang-undangan perpajakan. Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan
menyatakan alasan-alasan dengan jelas. Kebratan diajukan dalam jangka waktu 3 tiga bulan sejak tanggal surat, tanggal pemotongan, atas
pungutan, kecuali jika Wajib Pajak dapat menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya. Pengajuan
keberatan ini tidak menunda kewajiban pembayaran pajak oleh Wajib Pajak.
Direktur Jendral Pajak harus memberi keputusan keberata yang diajukan oleh Wajib Pajak paling lama 12 dua belas bulan sejak Surat Keberatan diterima.
Jika telah melewati masa tersebut, maka keberatan tersebut dianggap diterima. Sebelum keputusan oleh Direktur Jendral Pajak, amak Wajib Pajak
dapat menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis. Dalam hal keberata Wajib Pajak, maka Direktur Jendral Pajak berhak menerima
seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya jumlah pajak yang terutang.
Banding adalah tindakan yang dilakukan Wajib Pajak jika tidak menyetujui atas keputusan keberatan dan melakukan banding kepada badan peradilan
pajak. Putusan badan peradilan pajak bukan merupakan keputusan tata usaha Negara. Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia dengan alasan yang jelas dalam waktu 3 tiga bulan sejak keputusan diterima dilampiri salinan dari surat keputusan tersebut.
Pengajuan permohonan banding ini tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. Pengajuan banding ini tidak
menunda kewajiban membayar pajak.
KETENTUAN KHUSUS KUP.
Ketentuan-ketentuan dalam KUP yang bersifat khusus, seperti: wakil atau kuasanya Wajib Pajak dalam menjalankan hak dan pemenuhan kewajiban
perpajakan, larangan bagi pejabat dan kewajiban merahasiakan pokok-pokok ketentuan khusus, seperti:
1. Dalam menjalankan hak dan pemenuhan kewajiban menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, Wajib Pajak
diwakili dalam hal: a. Badan oleh pengurus.
b. Badan dalam pembubaran atau pailit oleh orang atau Badan yang dibebani dengan pemberesan.
c. Suatu warisan yang belum terbagi oleh salah seorang ahli warisnya, pelaksana wasiatnya atau yang mengurus harta
peninggalannya. d. Anak yang belum dewasa atau orang yang berada dalam
pengampunan oleh wali atau pengampunya. 2. Wakil Wajib Pajak yang dimaksud dalam poin 1 bertanggung jawab
secara pribadi dan atau secara renteng atas pembayaran pajak yang terutang kecuali apabila dapat membuktikan dan menyatakan kepada
Direktur Jendral Pajak, bahwa mereka dalam kedudukannya benar- benar tidak mungkin untuk dibebani tanggung jawab atas pajak yang
terutang tersebut.
3. Orang atau Badan dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa untuk menjalankan hak dan kewajiban menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-Undang ini, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Ketentuan-Ketentuan dalam Undang-
undang.
RANGKUMAN.
1. Istilah-istilah dalam KUP: Wajib Pajak: orang pribadibadan yang