BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Objek Penelitian
4.1.1. Rodja TV
Rodja dimulai dari sebuah radio FM komunitas yang dirintis sejak awal 2055. Mulai mengudara untuk uji coba pada Maret 2005, dan Radio
Rodja secara resmi mengudara pada frekuensi 756 kHz AM di tahun 2007. Tepatnya pada Mei 2007, Radio Rodja menguji coba siarannya
melalui frekuensi 756 AM. Migrasi ke gelombang AM ini adalah sebuah keputusan yang harus diambil pada saat itu dengan segala kensekuensi
akan kelebihan dan kekurangannya. Seiring berjalannya waktu, sejak mengudara dengan frekuensi 756
AM ini, Radio Rodja mengalami kemajuan pesat. Karakteristik dari sinyal AM ini yang memiliki salah satu kelebihan paling utama yaitu daya
jangkaunya yang jauh lebih luas daripada sinyal FM. Radio Rodja dapat menjangkau pendengar dari berbagai wilayah. Pendengar Radio Rodja
semakin meluap, baik dari radio analog 756 AM maupun radio streaming.
Dengan komitmen untuk menyajikan yang terbaik kepada para pendengar akan ilmu syar’i, Radio Rodja meluncurkan Rodja TV sebagai
stasiun televise dakwah Islam yang mengudara melalui streaming internet TV streaming. Pada 2011 Rodja TV dapat mengudara melalui satelit.
43
Para pemirsa Rodja TV dapat menikmati siaran Rodja TV melalui pesawat televisi mereka, tentunya dengan bantuan set perangkat antena parabola.
Radio Rodja dan Rodja TV menyajikan siaran tilawah Al-Qur’an, hadist-hadist Nabi Muhammad SAW, kajian Islam Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah, juga nasihat para ulama Ahlus Sunnah, sesuai pemahaman para sahabat Nabi Muhammad SAW. Sekarang ini siaran Rodja dapat dinikmati
melalui radio frekuensi 756 AM Jabodetabek dan stasiun relay Rodja di Bandung, Berau, Lampung, Pontianak, dan Tanjung Pinang, radio
streaming, radio satelit, dan TV satelit membutuhkan perangkat antena parabola, dan TV streaming. Tentunya untuk radio streaming dan TV
streaming ini, para pendengar dan pemirsa dapat menikmatinya melalui handphone dan gadget, seperti Blackberry, Android, iPhone iPad,
Windows Phone, dan handphone berbasis Symbian.
4.1.2. Jamaah Salafi
Kata Salafi diambil dari bahasa Arab Salafy atau Salafiyyun,dari kata dasar Salaf. Menurut bahasa, kata Salaf mengandung arti apa yang
telah berlalu dan mendahului. Salaf juga mempunyai pengertian jamaah atau kelompok atau generasi terdahulu. Yang dimaksud dengan Salaf itu
sendiri adalah generasi umat Islam terdahulu yang shalih yang disebut dengan Salafush Shalihin. Terdapat tiga generasi yang masuk dalam
kategori Salaf, yang pertama adalah para sahabat Nabi Muhammad SAW, yang kedua adalah orang-orang yang mengikuti ajaran para sahabat Nabi
44
Muhammad SAW dengan baik yang disebut dengan Tabi’in, dan yang ketiga yaitu orang-orang yang mengikuti ajaran para Tabi’in yang disebut
dengan Tabi’ut Tabi’in. Dalam menjalankan akidahnya, meraka menisbatkan dengan Manhaj Salaf yang berarti suatu faham, ajaran, dan
cara pandang dalam beragama Islam berdasar pada pemahaman para Salafush Shalih.
Dalam Manhaj Salaf telah membuat para pengikutnya Salafy senantiasa merasa betah di dalamnya, dipermudah mengamalkannya, dan
tidak gentar menghadapi lawan-lawannya. Manhaj ini senantiasa bersinar dan tidak pernah pudar menerangi jalan orang-orang yang beriman.
Berbagai masalah, bagaimanapun rumitnya, selalu saja dapat digali dengan akurat, disebabkan penggunaan dalil yang selalu dikembalikan kepada
petunjuk-petunjuk Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih yang terjaga keabsahannya dan kevalidannya. Manhaj ini menutup rapat-rapat jalan dan
argumen yang lemah dari berbagai kerancuan pemahaman ilmu Al- Qur’an, logika pemikiran semata, filsafat, sufisme, dan pemahaman-
pemahaman lain yang bertabrakan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih.
Dewasa ini isitlah Salafy diidentikkan dengan faham Wahabi yang dinilai oleh sebagian masyarakat Indonesia merupakan suatu aliran Islam
yang sesat. Namun para pengikut Manhaj Salaf Salafiyyah menolak keras atas anggapan tersebut. Mereka berpendapat bahwa Muhammad bin
Abdul Wahhab yang dianggap sebagai pendiri faham Wahabi tidak
45
mengajarkan agama aliran baru dalam pemikiran atau penggambaran diri, beliau hanya berusaha memurnikan Islam yang telah bercampur
dengan adat istiadat lokal. Salafy umumnya menisbatkan kepada mahdzab Imam Ahmad Bin
Hambali dan kemudian rujukan pemikiran Ibnu Taimiyah, maka Salafy masih dikategorikan Ahlusunnah Wal Jamaah. Pokok ajaran dari ideologi
dasar salafy adalah bahwa Islam telah sempurna dan selesai pada waktu masa Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, oleh karena itu tidak
dikehendaki adanya inovasi yang telah ditambahkan pada abad nanti karena pengaruh adat dan budaya. Paham ideologi Salafy berusaha untuk
menghidupkan kembali praktik Islam yang lebih mirip dengan agama Nabi Muhammad SAW pertama kali berdakwah.
Para Salafy sangat berhati-hati dalam agama, apalagi dalam urusan aqidah dan fiqh. Salafy sangat berpatokan kepada Salafus Shalih. Bukan
hanya masalah agama saja mereka perhatikan, tetapi masalah berpakaian, salafy sangat suka mengikuti gaya berpakaian seperti zaman Salafus
Shalih seperti memanjangkan jenggot, memakai gamis bagi laki-laki atau memaki celana menggantung tidak melebihi mata kaki, dan juga
memakai cadar bagi beberapa wanita salafy.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian