Latar Belakang Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr.

1 I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber daya air menjadi isu penting dalam dua dekade terakhir di Indonesia, dan pengelolaannya untuk kelangsungan sumber daya air tersebut masih menghadapi banyak kendala dan bahkan memunculkan masalah baru yaitu kelangkaan air, kekeringan dan banjir dan banyak persoalan air lain yang terkait seperti konflik penggunaan air. Persoalan yang semakin berat ditinjau dari sisi permintaan adalah terjadinya peningkatan yang semakin besar karena meningkatnya jumlah penduduk dan meluasnya diversifikasi penggunaan air di berbagai sektor. Konsumen terbesar yang semula dari sektor pertanian, sekarang mengalami diversifikasi ke industri, domestik, penggelontoran kota untuk keperluan taman, toilet, menyiram tanaman, dan pemadam kebakaran, dan lain- lain. Ditinjau dari pemerataan konsumsinya, sumber daya air juga masih mengalami ketimpangan antara konsumsi kelompok yang memiliki pendapatan tinggi dengan yang berpendapatan rendah. Dari sisi suplai, sumber daya air mengalami penyusutan akibat kerusakan lingkungan di wilayah tangkapan air akibat alih fungsi lahan dan pencemaran. Sehingga mengakibatkan menurunnya kapasitas tampung DAS baik secara kuantitas maupun kontinyuitas sehingga pasokan air semakin terbatas. Dengan semakin meningkatnya permintaan terhadap air terutama air tawar untuk keperluan rumah tangga di perkotaan dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan adanya persaingan di antara pengguna air, maka suplai air menjadi masalah yang krusial di suatu wilayah. Karena air telah memiliki nilai ekonomi dalam semua persaingan penggunaannya sehingga trend permintaan terhadap air menjadi lebih cepat dibandingkan pertumbuhan suplainya Seragelgin, 1994. Berdasarkan data survei sosial ekonomi melalui wawancara mendalam dengan masyarakat menunjukkan bahwa walaupun sumber daya air berlimpah, tetapi ketika musim kemarau sumber daya air berkurang tidak tersedia sepanjang tahun sehingga sumur-sumur dan sawah menjadi kering. Puluhan perusahaan air minum mulai dari yang relatif besar seperti Aqua, Ades, dan 2Tang, sampai pada industri skala lebih kecil banyak mengeksplorasi air di daerah ini dimana pada 2 musim kemarau produksinya meningkat sehingga penggunaan airnya semakin intensif. Survei di lapangan juga menunjukkan bahwa banyak warga di DAS Cicatih khususnya di Kecamatan Cicurug dan Cidahu yang terpaksa menggunakan limpahan air irigasi sawah untuk keperluan hidup sehari-hari karena kekurangan air bersih. Data menunjukkan bahwa perusahaan air tidak hanya memanfaatkan mata air dan air permukaan, tetapi juga mengebor airbumi ground water sehingga terjadi penurunan muka air tanah. Sumur- sumur menjadi semakin dalam dibandingkan sepuluh tahun lalu dengan debit yang cenderung menurun. Survei kedalaman sumur berdasarkan data sekunder dan pengukuran menunjukkan bahwa sepuluh tahun yang lalu kedalaman sumur kurang dari 5 m, tetapi pengukuran tahun 2009 menunjukkan kedalaman sumur sudah lebih dari 8 m, bahkan di beberapa tempat sudah lebih dari 10 m. Selain perusahaan AMDK, di wilayah ini juga terdapat puluhan perusahaan yang produksinya berbasis air, misalnya teh botol dan susu cair. Sehingga semakin banyak perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan potensi air yang ada. Survei menunjukkan bahwa sejak sepuluh tahun terakhir, saluran irigasi selalu kering saat musim kemarau sehingga penduduk hanya bisa menanam padi sekali setahun. Sebelumnya dengan adanya saluran irigasi masyarakat di wilayah ini pasokan air masih terjamin walaupun musim kemarau sehingga masih bisa menanam padi dua kali atau bahkan tiga kali setahun. Ironisnya kendati jutaan meter kubik air tanah telah di eksplorasi oleh industri-industri air, pemerintah setempat hanya mendapat pemasukan yang kecil dari pajak penggunaan air. Uang hasil pajak penggunaan air ini yang seharusnya diperuntukan untuk kesejahteraan masyarakat dan pembangunan infrastruktur, tidak digunakan sesuai peruntukakan. Hal ini terlihat dari masyarakat sekitar perusahaan AMDK tersebut tetap hidup miskin dan infrastruktur lingkungan seperti jalan desa yang juga rusak parah. Survei lapangan menunjukkan bahwa usaha ikan air tawar di kolam-kolam yang dulu marak, sekarang sudah banyak yang menutup usaha perikanannya karena kekurangan air setiap kali musim kemarau. Sedangkan di sisi lain pada musim kemarau, perusahaan-perusahaan pengguna air justru meningkatkan produksinya karena peningkatan permintaan pasar. 3 Terjadinya persaingan dalam penggunaan air antar pengguna air baik domestik, pertanian, maupun industri berpotensi memunculkan konflik antar pengguna air. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian tentang pengembangan model optimasi alokasi air yang berkaitan dengan kebutuhan, potensi dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya air, terutama dalam mendukung pertanian berkelanjutan di masa datang. Pendekatan model ketersediaan dan kebutuhan air telah banyak dikembangkan. Sutoyo 2005 membuat model ketersediaan dan kebutuhan air berbasis Daerah Aliran Sungai DAS menggunakan model STELLA untuk mengevaluasi antara ketersediaan air permukaan dan kebutuhan air dalam suatu kawasan DAS. Wallingford 2003 melakukan pendekatan melalui penilaian dan peramalan assessment and forecast kebutuhan air permukaan untuk lingkungan, pertanian, domestik pedesaan, perkotaan, dan industri di Sahara Afrika dalam upaya pengelolaan sumber daya air di Sub DAS dan DAS. Amarasinghe 2005 menghitung prakiraan pasokan air permukaan dan permintaan air yang kemudian digunakan untuk membuat akuntansi account total sumber daya air terbarukan di DAS di Srilangka. Hasil parameter akuntansi air digunakan untuk menentukan indikator tingkatan perkembangan air, fraksi deplesipenipisan air yang dikembangkan, tingkat abstraksi air tanah dan produksi biji-bijian dan non biji- bijian surplus atau defisit. Sehingga indikator ini dapat digunakan untuk mengklasifikasikan DAS menjadi salah satu dari empat kategori yaitu: 1 air langkamakanan kurang, 2 air langkasurplus makanan, 3 surplus air defisit makanan, dan surplus airsurplus makanan. Sedangkan yang secara komprehensif mengembangkan program tentang optimasi ketersediaan air air permukaan, air tanah, dan mata air dan kebutuhan air di DAS belum banyak dilakukan. Program komputer untuk optimasi kebutuhan air yang dikembangkan dikemas dalam perangkat lunak OptiWaSh Optimal Water Sharing untuk menghitung alokasi kebutuhan air optimal antara stakeholders domestik, pertanian, industri. Hasil optimasi akan mampu menjawab apakah tren ketersediaan air saat ini dan akan datang mampu untuk memenuhi kebutuhan air domestik, pertanian, dan industri secara optimal berdasarkan perkembangan penduduk dan perkembangan industri. Selain itu apakah optimasi ketiga kebutuhan tersebut masih menyisakan air untuk AMDK, sampai kapan?. Apakah pertanian 4 dapat menghemat penggunaan air apabila diaplikasikan irigasi intermittent di lahan sawah?. Bagaimana kondisi neraca ketersediaan dan kebutuhan air pada saat terjadi tren perubahan iklim?. Sampai kapan ketersediaan air masih mencukupi kebutuhan air untuk masing-masing pengguna?.

1.2 Perumusan Masalah