BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu bangsa sangat di tentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Sedangkan sumber daya manusia tergantung pada kualitas
pendidikannya. Fathurahman, dkk 2012: 1 mendefinisikan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha pengaruh perlindungan dan bantuan
yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu dalam melaksanakan tugas hidupnya. Peran pendidikan sangat penting untuk
menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan suatu bangsa.
Kemajuan bangsa Indonesia dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Fathurahman, dkk 2012: 39-41 menyatakan
bahwa pendidikan akan maju dan berkembang dengan cara meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan profesionalisme guru dan pendidik.
Selain itu, untuk mencapai tujuan tersebut, pembaharuan pendidikan di Indonesia perlu terus dilakukan untuk menciptakan dunia pendidikan yang
lebih maju. Kualitas pendidikan juga dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran.
Berbagai upaya
telah ditempuh
untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran, seperti pembaharuan dalam kurikulum, pengembangan
model pembelajaran, perubahan sistem penilaian, dan lain sebagainya. 1
2
Salah satu unsur yang sering dikaji dalam hubungannya dengan kedisiplinan dan prestasi belajar siswa adalah model yang digunakan guru
dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Dengan adanya model pembelajaran yang menarik dan sesuai, siswa akan lebih mudah
memahami materi pelajaran. Dewasa ini Sekolah Menengah Kejuruan SMK banyak diminati
masyarakat, sebab SMK tidak hanya menyelenggarakan pendidikan saja tetapi juga ikut serta memberikan bekal dalam berbagai program keahlian
sesuai dengan dunia kerja saat ini atau dengan kata lain siswa yang telah lulus SMK diharapkan siap kerja. Hal tersebut berdasarkan Permendiknas
Nomor 22 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan siswa untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya.
Berdasar uraian tersebut, siswa SMK harus dapat menyelesaikan seluruh mata pelajaran dan program diklat sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2006 mata pelajaran di SMK dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok normatif,
adaptif, dan produktif. Kelompok normatif adalah mata pelajaran yang dialokasikan secara tetap yang meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, serta Seni Budaya.
3
Kelompok adaptif terdiri atas mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Keterampilan Komputer dan Pengelolaan
Informasi, dan Kewirausahaan. Selain itu, kelompok produktif terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang dikelompokkan dalam Dasar Kompetensi
Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan. Matematika sendiri merupakan salah satu mata pelajaran dalam kelompok adaptif yang dimaksudkan untuk
menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi, membentuk kompetensi, kecakapan, kedisiplinan dan kemandirian kerja.
Matematika juga
berperan penting
dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Menurut Yoges Sharma 2014: 1 menyatakan bahwa creative thinking is rapidly becoming a common
purpose throughout the world and students has become an important trend in educational revolution. Perkembangan pendidikan di Indonesia
masih rendah, hal ini dikarenakan kemampuan berpikir kritis masyarakat Indonesia masih kurang. Oleh karena itu, matematika dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritis masyarakat khususnya siswa, sehingga semakin meningkat kemampuan berpikir kritis siswa maka
perkembangan pendidikan kedepannya akan semakin baik.
Siswa dibekali mata pelajaran matematika dengan tujuan untuk menyiapkan lulusan menjadi tenaga kerja terampil dan memiliki bekal
penguasaan profesi. Materi matematika yang dipilih harus disesuaikan dengan memperhatikan struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi, sifat
esensial materi, dan kegunaannya dalam dunia kerja. Tidak hanya ditinjau
4
dari segi materi, dalam pembelajaran matematika juga dikaitkan dengan dunia kerja atau dunia bisnis yang nantinya diharapakan akan ditekuni
oleh siswa setelah lulus dari SMK. Kenyataannya prestasi dan kualitas belajar matematika di
Indonesia saat ini masih rendah. Data Trends in International Mathematics and Science Study TIMSS menyatakan nilai rerata prestasi
belajar matematika siswa yang diambil sampel di Indonesia pada tahun 2011 adalah 397, sedangkan nilai rerata internasional yaitu 500 Puspendik
2012. Selama keikutsertaan Indonesia dalam TIMSS, prestasi belajar matematika siswa di Indonesia yang diambil sampel tidak ada perubahan
yang signifikan dan selalu berada pada kriteria bawah. Pada tahun 1999 prestasi belajar matematika siswa di Indonesia berada pada peringkat ke-
34 dari 38 negara, sedangkan pada tahun 2003 prestasi belajar matematika siswa Indonesia berada pada peringkat ke-35 dari 46 negara. Tidak jauh
berbeda dengan periode sebelumnya, diperiode selanjutnya berada pada peringkat ke-36 dari 49 negara, dan tahun 2011 terletak pada peringkat 64
dari 65 negara. Tidak berbeda jauh dengan data TIMSS, hasil studi Programme for
International Student Assesment PISA pada tahun 2012 menyimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa di Indonesia yang di ambil
sebagai sampel berada pada peringkat ke-64 dari 65 negara yang ikut berpartisipasi. Skor rerata matematis internasional yaitu 500, sedangkan
Indonesia hanya mampu memperoleh skor rerata 371 Puspendik 2012.
5
Selama Indonesia ikut serta dalam PISA selalu berada pada peringkat 10 terbawah.
Rendahnya prestasi belajar juga di alami oleh siswa SMK Muhammadiyah Delanggu tahun 20132014 yang dinyatakan pada tabel
sebagai berikut. Tabel 1.1
Prestasi Belajar Siswa SMK Muhammadiyah Delanggu pada Ujian Nasional Tahun 20132014
Nilai Ujian
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
Matematika Kompetensi Jumlah Nilai
Klasifikasi A
B C
A B
Rata-rata 7.88
7.17 5.86
7.91 28.82
Terendah 4.50
5.40 4.10
7.10 23.00
Tertinggi 9.20
8.60 8.70
8.60 34.00
Standar Deviasi
0.67 0.53
0.82 0.40
1.73 Sumber: Dinas Pendidikan Jawa Tengah
Berdasarkan tabel di atas, hasil ujian nasional SMK Muhammadiyah Delanggu tahun 20132014 pada mata pelajaran
matematika masih tergolong rendah dengan rerata 5,86. Menurut guru matematika SMK Muhammadiyah Delanggu, materi pokok yang masih
sulit diterima oleh siswa yaitu program linear. Terutama pada kompetensi dasar membuat grafik himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan
linear, menyusun model matematika dari soal cerita dan menentukan nilai optimum dari suatu sistem pertidaksamaan linear.
6
Informasi dari guru matematika SMK Muhammadiyah Delanggu menyebutkan secara garis besar prestasi belajar matematika siswa rendah
di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu minat belajar siswa rendah, model pembelajaran masih belum sesuai sehingga siswa kurang aktif, tingkat
motivasi rendah, kurangnya fasilitas belajar dan kedisiplinan siswa dalam belajar masih rendah.
Tingkat motivasi siswa SMK Muhammadiyah Delanggu dalam mengikuti pembelajaran matematika masih rendah. Hal tersebut diketahui
ketika proses pembelajaran matematika siswa kurang memperhatikan guru saat memberi penjelasan tentang mata pelajaran matematika, misalnya
materi pokok program linear. Padahal motivasi sangat penting bagi siswa dalam memahami suatu pelajaran, sehingga guru bertugas sebagai
motivator bagi siswa. Di SMK Muhammadiyah Delanggu fasilitas belajar dalam kelas
masih kurang. Hal tersebut diketahui ketika pembelajaran dikelas guru tidak menggunakan LCD, alat peraga maupun laptop. Sehingga tingkat
pemahaman siswa untuk beberapa materi pokok matematika masih kurang, misal materi pokok program linear. Selain itu, kedisiplinan belajar siswa
dalam kegiatan pembelajaran masih terlihat rendah. karena masih banyak di temukan siswa yang kurang disiplin dalam mengerjakan tugas dari guru
maupun kegiatan belajar dalam kelas. Siswa yang terbiasa disiplin dalam belajar maka siswa tersebut mencerminkan mempunyai sikap kemandirian
dan tanggung jawab yang tinggi.
7
Mengingat adanya perbedaan tingkat kedisiplinan belajar siswa, penerapan model pembelajaran tertentu mungkin sesuai untuk siswa satu,
namun belum tentu sesuai untuk siswa yang lain. Model pembelajaran yang dilakukan untuk membuat siswa aktif diantaranya model
pembelajaran project based learning dan discovery learning. Model pembelajaran project based learning merupakan suatu
model pembelajaran dimana siswa aktif dengan proyek yang dibuat. Jason dan Karen berpendapat bahwa project based learning presents student
with real world, multidisciplinary problems that demand critical thinking, engagement, and collaboration 2012: 2. Sedangkan Warsono 2012:
153 menyatakan bahwa dengan model pembelajaran project based learning siswa merasakan adanya masalah, merumuskan masalah serta
menerapkan situasi dalam kehidupan nyata dengan cara membuat proyek. Sehingga dengan model project based learning siswa membangun
pengetahuannya sendiri melalui kegiatan proyek dalam permasalahan nyata, kemudian dilaksanakan secara berkelompok.
Model pembelajaran discovery learning merupakan pembelajaran aktif dengan proses menemukan. Ali Gunay 2009: 2 berpendapat bahwa
discovery is a way from the unknow to the unknow to the known by the learners themselves, with discovery learning in wich students are active
and are guide by teacher. Sehingga, dalam discovery learning siswa dihadapakan pada pengalaman belajar secara langsung melalui kegiatan
diskusi dan penyelidikan dimana guru sebagai pembimbing dan fasilitator.
8
Saminanto 2012: 23 mendefinisikan bahwa kedisiplinan merupakan tindakan ketaatan seseorang terhadap peraturan dan tata tertib.
Kedisiplinan siswa bermacam-macam, ada yang memiliki tingkat kedisiplinan belajar rendah, sedang, dan tinggi. Oleh karena itu, untuk
menciptakan kedisiplinan yang baik perlu diterapkan peraturan di sekolah maupun dirumah. Kedisiplinan belajar siswa diantaranya meliputi
kedisiplinan dalam masuk sekolah, kedisiplinan dalam mengerjakan tugas, kedisiplinan dalam mengikuti pelajaran, dan menaati segala tata tertib
yang berlaku. Sehingga siswa yang disiplin dalam berbagai hal seperti kedisiplinan dalam belajar akan memberikan prestasi belajar yang baik.
Dengan mengetahui perbedaan tingkat kedisiplinan belajar siswa dan model pembelajaran yang sesuai untuk masing-masing siswa dengan
tingkat kedisiplinan berbeda, diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, serta prestasi belajar matematika siswa semakin
baik. Sehingga perlu dilakukan penelitian dengan judul “Eksperimentasi
Model Pembelajaran Project Based Learning dan Discovery Learning Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Tingkat Kedisiplinan
iswa Kelas X SMK Muhammadiyah Delanggu Tahun Ajaran 20142015”.
B. Identifikasi Masalah