Pengaruh Tingkat Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela Laporan keuangan Tahunan Pada perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI

(1)

Of Summary Financial Statements at Manufature Companies in BEI”. Under guidance of Mr. Rizki Zulfikar, SE., M.Si

This research has a purpose to provide empirical evident about factors that profitability and leverage to voluntary disclosure of the financial statement in Bursa Efek Indonesia. In this research the author used three variabels : profitability and leverage as an independent variable (X) and the voluntary disclosure as the dependent variable (Y). The sample in used is financial statments like the balance sheet and financial highlights for 5 (five) years from 2005-2009 at manufacture companies in BEI. Statistical analysis used was multiple linier regression analysis, correlation analysis, coefficient of determination analysis, and hypothesis testing F and T with significant (α) level 5% with the help of the use of the program SPSS 17.0 for windows.

Based on the result of research and discussion suggest that profitability and leverage not influence simultanly on voluntary disclosure, as shown by th magniude of R square of 10,69% while the rest 89,31% is affected by other factors is not included into the study model.


(2)

Pengungkapan Sukarela Laporan Keuangan Tahunan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”.

Dibawah Bimbingan Bapak Rizki Zulfikar, SE., M.Si

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan sukarela laporan keuangan tahunan dengan variabel profitabilitas dan leverage pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga variabel yaitu Profitabilitas dan Leverage sebagai variabel independent (X) dan pengungkapan sukarela laporan keuangan tahunan sebagai variabel dependent (Y). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan yang berupa neraca dan ikhtisar keuangan selama 5 (lima) tahun dari tahun 2005-2009 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda, analisis korelasi, analisis koefisien determinasi, dan pengujian hipotesis uji F dan uji T dengan tingkat signifikan (α) 5% dan dengan bantuan penggunaan program SPSS 17.0 for windows.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa rasio profitabilitas dan leverage secara simultan tidak memberikan pengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela laporan keuangan tahunan, sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya R square sebesar 10,69% sedangkan sisanya 89,31% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian.

Kata Kunci: Profitabilitas, Leverage, dan Pengungkapan Sukarela Laporan Keuangan Tahunan


(3)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Bagi pihak-pihak diluar manajemen suatu perusahaan, laporan keuangan merupakan jendela informasi yang memungkinkan mereka untuk mengetahui kondisi suatu perusahaan pada suatu masa pelaporan. Dimana informasi yang didapat dari suatu laporan keuangan perusahaan tergantung pada tingkat pengungkapan (Disclosure) dari laporan keuangan yang bersangkutan.

Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus memadai agar dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan sehingga menghasilkan keputusan yang cermat dan tepat. Perusahaan diharapkan untuk dapat lebih transparan dalam mmengungkapkan informasi keuangan perusahaannya, sehinnga dapat membantu para pengambil keputusan seperti investor, kreditur, dan pemakai informasi lainnya dalam mengantisipasi kondisi ekonomi yang semakin berubah.

Pengungkapan dalam laporan keuangan dapat dikelompokan menjadi dua bagian yaitu, Pengungkapan wajib ( Mandatory Disclosure) dan pengungkapan sukarela (Voluntary Disclosure) ( Darrrough,1993 & Ainun,2000 dalam Luciana Spica,2007). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku (peraturan mengenai


(4)

pengungkapan laporan keuangan uang dikeluarkan oleh pemerintah melalui keputusan ketua BAPEPAM No. SE-02/PM/2002). Sedangkan pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untuk memberikan informasi keuangan dan informasmi lainnya yang dipandang relevan untuk keputusan oleh para pemakai laporan keuangan tersebut.

Menurut peraturan mengenai laporan keuangan yang ada di Indonesia hal semacam ini diimungkinkan. Penelitian tentang kelengkapan pengungkapan dalam laporan tahunan dan faktor-faktor yang memepengaruhi merupakan hal yang penting dilakukan. Dimana akan memberikan gambaran tentang sifat perbedaan kelengkapan pengungkapan antar perusahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta dapat memberikan petunjuk tentang kondisi perusahaan pada suatu masa pelaporan.

Menurut (Ardi Murdoko, 2007) investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accreation of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalty, dividen, dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan. Investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian utama yaitu investasi dalam bentuk aktiva riil dan aktiva keuangan atau surat berharga (marketable securities). Pihak yang membeli aktiva baik berupa aktiva riil maupun aktiva keuangan dinamakan investor. Investor atau calon investor yang ingin menanamkan dananya di dalam surat berharga perlu


(5)

melakukan analisis surat berharga dan kondisi yang berkaitan dengan pihak yang menerbitkan surat berharga tersebut.

Perusahaan di Indonesia yang melakukan penawaran kepada public atau go public wajib menyampaikan laporan perusahaannya kepada Bapepam. Laporan tersebut dapat berupa laporan keuangan saja maupun laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan rugi laba, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian integral laporan keuangan.

Manajemen perusahaan memikul tanggung jawab utama dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan perusahaan. Sedangkan laporan tahunan, laporan yang diterbitkan sekali setahun, berisi data keuangan (laporan keuangan) dan informasi non-keuangan. Selain laporan laporan tahunan merupakan media bagi manajemen manajemen perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak luar. Informasi yang bersifat wajib dinamakan mandatory disclosure, sedangkan yang yang bersifat sukarela dinamakan voluntary disclosure. Pihak – pihak yang yang berkepentingan terhadap laporan tahunan perusahaan adalah calon investor dan investor, kreditor dan calon kreditor, analisis sekuritas, pemerintah, serikat kerja, pemasok, pelanggan, dan masyarakat.(Ardi Murdoko,2007)

Sebagai dasar pengambilan keputusan investor, kreditor dan pengguna informasi keuangan lainnnya, maka informasi yang disajikan harus dapat dipahamai, dipercaya, relevan dan transparan. Hal tersebut disebabkan kegiatan investasi merupakan suatu keguatan yang mengandung resiko dan ketidakpastian.


(6)

Karena resiko yang melekat ini, maka informasi yang disajikan oleh perusahaan diharapkan dapat mengurangi tingkat resiko dan ketidakpastian yang dihadapi oleh investor. Agar informasi yang ada dapat dipahami maka diperlukan pengungkapan (disclosure) yang memadai. Disclosure yang luas memang dibutuhkan oleh para pengguna informasi khususnya investor dan kreditor, namun tidak bias semua informasi yang dimiliki perusahaan diungkapkan dengan detail dan transparan.

Penulis tertarik dengan topik voluntary disclosure, yaitu berapa banyak informasi yang diungkapkan suatu perusahaan melebihi yang diwajibkan Bapepam. Disclosure merupakan suatu cara untuk mewujudkan transparansi dalam bidang bisnis, selain itu disclosure atas laporan keuangan tahunan dapat dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, leverage, tipe kepemilikian perusahaan, stuktur modal dan banyak hal lainnya. Penulis ingin mengetahui apakah tingkat profitabilitas dan leverage dapat memepengaruhi perusahaan dalam pengungkapan laporan keuangan tahunan, khususnya pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian dengan menganalisis tingkat perkembangan profitabilitas dan leverage perusahaan-perusahaan tersebut dilihat dari laporan keuangannya, dan kemudian dikaitkan dengan voluntary disclosure apakah ada hubungan hubungannya atau tidak.

Pada dasarnya, sejauh ini perusahaan tersebut sudah mempublikasikan laporan keuangan dari tahun ke tahunnya. Baik itu secara online melalui situs resminya,


(7)

maupun mempublikasikannya dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Untuk contoh laporan keuangan perusahaan manufaktur tersebut dapat dilihat pada lampiran.

Berikut ini merupakan data tingkat profitabiltas dan leverage Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.

Tabel 1.1

Perkembangan profitabilitas, leverage, dan voluntary disclosure pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Sumber: Indonesian capital Market Directory

Perusahaan yang memiliki laba tinggi akan melakukan disclosure yang lebih luas, karena manajemen perusahaan ingin meyakinkan bahwa perusahaan dalam posisi persaingan yang kuat dan memperlihatkan kinerja perusahaan juga bagus. Dari tahun ke tahun perusahaan yang memiliki nilai profitabilitas paling tinggi adalah PT. Unilever Indonesia Tbk, namun nilai pengungkapannya tidak selalu


(8)

paling besar. Misalnya pada tahun 2006 PT. Unilever Indonesia, Tbk profitabilitasnya sebesar 37,22 dengan nilai pengungkapan senilai 1,42. Sedangkan PT. Astra Otopart proitabilitasnya hanya sebesar 9,31 tapi nilai pengungkapannya sebesar 1,45, dan merupakan nilai pengungkapan paling bsar diantara perusahaan ynag lain pada periode itu. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal yang seperti itu lebih tinggi (Jensen dan Meckling, 1976) dalam Marwata (2001). Namun pada tahun 2006, perusaahaan yang memiliki nilai leverage paling tinggi adalah PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk yaitu sebesar 0,65 , nilai voluntary disclosurenya lebih kecil dibandingkan dengan PT. Astra Otopart yaitu sebesar 0,35 dengan leverage sebesar 0,45.

Dengan tujuan yang ingin dicapai tersebut, maka penulis mengambil sebuah penelitian dengan judul “ Pengaruh Tingkat Profitabilitas dan Leverage Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela Laporan Keuangan Tahunan Pada Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.1.1 Identifikasi masalah

Identifikasi masalah merupakan rangkuman dari isu masalah yang terjadi biasanya menyangkut masalah kinerja perusahaan,dugaan variable penyebab,


(9)

pembatasan masalah, dan didukung oleh kerangka referensi atau hasil penelitian terdahulu. (Umi Narimawati, 2009:19)

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruhnya tingkat profitabilitas dan leverage terhadap pengungkapan laporan keuangan tahunan secara sukarela (voluntary disclosure) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Laporan keuangan yang dijadikan sampel adalah sepuluh laporan keuangan perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2005 sampai dengan 2009.

1.1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan profitabilitas perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009

2. Bagaimana perkembangan leverage perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009

3. Bagaimana perkembangan pengungkapan laporan keuangan tahunan secara sukarela (voluntary disclosure) perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009

4. Seberapa besar pengaruh tingkat perkembangan profitabilitas dan leverage terhadap voluntary disclosure pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, baik secara simultan maupun parsial.


(10)

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.2.1 Maksud Penelitian

Penelitian dilakukan dengan maksud agar penulis dapat mengumpulkan data dan informasi yang terkait dengan bukti empiris tentang pengaruh tingkat profitabilitas dan leverage perusahaan terhadap luas voluntary disclosure laporan keuangan tahunan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.2.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian ini, maka tujuan penelitian ini adalah sebagi berikut:

1. Untuk mengetahui perkembangan profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk mengetahui perkembangan leverage pada perusahaan manufaktur yangterdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk mengetahui perkembangan pengungkapan laporan keuangan tahunan secara sukarela (voluntary disclosure) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4. Untuk mengetahui pengaruh perkembangan profitabilitas dan leverage terhadap luas voluntary disclosure pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, baik secara simultan maupun parsial.


(11)

1.3 Kegunaan Penelitian 1.3.1 Kegunaan Praktis

Semua informasi yang dihasilkan dan dikumpulkan melalui penelitian dan studi literatur ini, diharapkan dapat memberikan kegunaan baik bagi penulis sendiri maupun bagi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ataupun bagi pihak lainnya.

1.3.2 Kegunaan Akademis 1. Bagi Peneliti

Diharapkan dengan penelitian ini akan menambah pengetahuan penulis dan dapat membandingkan antara teori-teori yang telah dipelajari selama kiliah dengan keadaan sebenarnya, terutama mengenai profitabilitas dan leverage rasio dengan beberapa indikatornya serta untuk mempelajari mengenai luas pengungkapan laporan keuangan secara sukarela atau biasa disebut voluntary disclosure pada suatu perusahaan, yakni perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa efek Indonesia.

2. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan informasi tambahan bagi bagi peneliti lain yang ingin mengkaji dalam bidang yang sama.

3. Bagi Pengembangan Ilmu Manajemen Keuangan

Diharapkan dapat memberikan referensi tentang keterkaitan antara profitabilitas dan leverage terhadap voluntary disclosure.


(12)

1.4 Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa efek Indonesia, mulai sejak bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011.

TABEL 1.2 Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011 Juli 2011 Agustus 2011 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1.

Pra Survei :

a. Persiapan Judul b.Persiapan Teori c.Pengajuan Judul Skripsi d.Mencari Perusahaan 2. Proses Usulan Penelitian : a.Penulisan UP b.Bimbingan UP c.Seminar UP d.Revisi UP

3. Pengumpulan Data

4. Pengolahan Data

5. Proses Penyusunan Skripsi : a. Bimbingan Skripsi b. Pendaftaran Skripsi c.Sidang Skripsi d.Revisi Skripsi e.Pengumpulan Draf Skripsi


(13)

11

HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Laporan Keuangan

2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan

Setiap perusahaan mempunyai laporan keuangan yang bertujuan menyedikan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan secara ekonomi.

Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data keuangan/aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkeppentingan dengan data-data / aktivitas tersebut.

Menurut Soemarsono (2004: 34) menjelaskan bahwa : “Laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan”.


(14)

Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009) bahwa: “Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstuktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk pembuat keputusan secara terstrukturmengenai posisi keuangan dan kinerja keuangan dari hasil usaha perusahaan.

2.1.1.2 Tujuan Laporan Keuangan

Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009) bahwa “Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi”.

Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “dalam rangka mencapai tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi: asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas”. Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.


(15)

2.1.1.3 Pengguna Laporan Keuangan

Laporan keuangan harus disiapkan secara periodik untuk pihak-pihak yang berkepentingan antara lain investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok & kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah, masyarakat dan manajemen perusahaan.

1. Investor

Investor sebagai penanam modal berkepentingan dengan risiko yang mmelekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Informasi keuangan digunakan sebagai informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemagang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

2. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas, profitabilitas perusahaan dan informasi keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memeberikan balas jasa, manfaat pension dan kesempatan kerja.

3. Pemberi pinjaman

Pemberi pinjaman menggunakan data keuangan untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan tersebut dalam membayar kembali hutang dan bunganya pada saat jatuh tempo.


(16)

4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya

Pemasok dan kreditor usaha lainnya membutuhkan informasi keuangan untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.

5. Pelanggan

Para pelanggan memerlukan informasi mengenai kelansungan aktivitas perusahan, terutama jika ada perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung pada perusahaan.

6. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang terkait membutuhkan informasi untuk menagtur aktivitas perusahaan, menetapakan kebijakan pajak dan sebabgai dasar untuk menyusun statistic pendapatan nasional dan statistic lainnya.

7. Masyarakat

Laporan keuangan dapat membatu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya,

8. Manajemen Perusahaan

Manajemen perusahaan memperhatikan dan memenuhi segala peraturan penyusunan laporan keuangan, member kepuasan baik kepada kreditur maupun pemilik serta memantau keadaan perusahaan.


(17)

2.1.1.4 Komponen Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan terdiri dari;

1. Laporan laba Rugi

Laporan laba rugi adalah laporan mengenai penghasilan, biaya, laba/rugi yang diperoleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Pos-pos perkiraan yang dapat dilihat pada laporan laba rugi yaitu:

a. Penjualan kotor/bruto. Penjualan dapat terdiri dari penjualan tunai dan penjualan kkredit. Penjualan kotor adalah kuantitas barang yang terjual dikali harga jual barang.

Penjualan ini merupakan transaksi dari: (PSAK No. 23,1) 1) Penjualan barang

2) Penjualan jasa, dan

3) Pengguanaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalty dan dividen.

b. Penjualan bersih/netto. Merupakan selisih dari penjualan kotor perusahaan dengan pengembalian penjualan (retur) atau potongan penjualan (diskon). Jika ada barang yang dikembalikan (retur), nilainya harus dikurangi dari penjualan kotor pada periode tersebut. Demikian pula sama halnya dengan jika dilakukan penjualan kredit, perusahaan akan menawarkan harga yang lebih


(18)

rendah untuk pembayaran lebih cepat atau ddiberikan diskon. Jika pelanggan menerima diskon, nilai uang dari diskon harus dikurangi dari penjualan. c. Harga pokok penjualan, secara akuntansi dikelompokan sebagai biaya bahan

baku, biaya tenaga kerja, biaya tidak langsung dan biaya lainnya yang berhubungan dengan barang yang dijual perusahaan.

d. Biaya operasi, terdiri dari biaya penjualan, biaya administrasi, dan biaya umum, biaya-biaya ini mendukung kegiatan-kegiatan non-produksi seperti biaya biaya pemasaran,gaji staff, dan biaya lainnya.

e. Biaya bunga, biaya yang tetap dibayar oleh perusahaan atas uang pinjaman. Biaya bungan ini bukan biaya operasi tetapi berhubungan dengan struktur modal perusahaan. Biaya bunga ini mungkin cukup besar untuk perusahaan yang dibiayai dengan hutang dibandingkan dengan perusahaan yang dibiayai dengan ekuitas/modal sendiri.

f. Pajak, adalah biaya atas pendapatan perusahaan yang dibayar kepada pemerintah.

g. Laba kotor/bruto, mengukur langsung laba dari penjualan atau jumlah laba yang diperoleh perusahaan yang merupakan hasil pengurangan antara penjualan dan harga pokok penjualan.

h. Laba operasi/laba, sebelum bunga dan pajak, laba setelah dikurangi biaya-biaya operasi atau pendapatan sebelum pajak diperoleh sesudah semua biaya-biaya operasi dikurangi dari total peneriman atau disebut laba bunga dan pajak.


(19)

i. Laba bersih sebelum pajak, laba setelah dikurangi biaya operasi dan biaya hutang perusahaan. Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan terdiri atas unsure-unsur berikut, yang masing-masing harus diungkapkan pada laporan laba/rugi,yaitu:

1) Laba atau rugi dari aktivitas normal

2) Pos luas biasa. Bersifat tidak normal dan tidak sering terjadi contoh: kerugian akibat gempa bumi, kebakaran, banjir.

j. Laba bersih sesudah pajak, laba akhir sesudah semua biaya, baik biaya operasi maupun biaya hutang dan pajak dibayar.

2. Neraca

Neraca adalah laporan mengenai aktiva, hutang dan modal dari perusahaan pada suaty saat tertentu. Pos-pos yang terdapat neraca adalah:

a. Aktiva, terdiri dari :

1) Aktiva lancar ( kas dan kas setara, surat berharga, piutang, persediaan) 2) Aktiva tetap ( tanah, bangunan, mesin, lain-lain)

3) Aktiva lain-lain (aktiva yg tidak digunakan, piutang kepada pemegang saham)

b. Hutang, terdiri dari: 1) Hutang jangka pendek 2) Hutang jangka panjang


(20)

c. Modal, jenis-jenis modal terdiri dari: 1) Saham preferen

2) Sahan biasa 3) Kapital surplus 4) Laba ditahan 3. Laporan laba ditahan

Laporan laba ditahan merupakan laporan laba yang berasal dari tahun-tahun yang lalu dan tahun berjalan yang tiadak dibagikan sebagai dividen. Dalam laporan dicantumkan pendapatan yang diperoleh pada tahun tertentu, dividen kas yang dibagikan dengan perubahan saldo laba yang ditahan pada wal dan akhir tahun tersebut.

4. Laporan aliran kas

Laporan aliran kas merupakan ringkasan aliran kas untuk suatu periopde tertentu (1 tahun). Laporan ini disebut “laporan sumber dan penggunaan dana” yang menunjukkan aliran operasi perusahaan, investasi dan aliran kas pendanaan serta menunjukkan perubahan kas dan surat berharga selama periode tertentu.

2.1.2 Rasio Keuangan

2.1.2.1 Pengertian Rasio Keuangan

Menurut (Martono,2005) kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaaat bagi berbagai pihak (stakeholders) seperti investor, kreditor, analisis,


(21)

konsultan keuangan, pialang, pemerintah, dan pihak manajemen sendiri. Laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan laba-rugi suatu perusahaan, bila disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yng telah dicapai suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu. Keadaan inilah yang akan digunakan untuk menilai kinerja perusahaan.

Analisis laporan keuangan yang banyak digunakan adalah analisis tentang rasio keuangan. Berdasarkan sumber analisis, rasio keuangan dapat dibedakan menjadi:

1) Perbandingan internal (internal comparison), yaitu membandingkan rasio pada saat ini dengan rasio pada masa lalu dan masa yang akan datang dalam perusahaan yang sama.

2) Perbandingan eksternal (eksternal comparison) dan sumber- sumber rasio industry, yaitu membandingkan rasio perusahaan dengan peruusahaan-perusahaan sejenis atau dengan rata-rata industry pada saat yang sama.

Martono juga mengemukakan Analisis rasio keuangan juga dapat dibedakan berdasarkan laporan keuangan yang analisis, yaitu secara individual dan analisis silang. Analisis Individual dimaksudkan sebagai analisis yang dilakukan pada unsur-unsur yang ada pada salah satu laporan keuangan, misalnya analisis rasio bagi unsure-unsur yang ada pada neraca saja atau laba-rugi saja. Sedangkan analisis silang merupakan analisis ratio yang melibatkan unsur-unsur yang ada pada laporan neraca dan sekaligus yang ada pada


(22)

laba-rugi. Unsur-unsur yang ada pada kedua laporan tersebut digabungkan untuk mendapatkan suatu ratio tertentu.

2.1.2.2 Jenis – Jenis Rasio Keuangan

Martono (2005) mengungkapkan secara garis besar ada 4 jenis rasio yang dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, yaitu:

1. Rasio likuiditas (liquidity ratio), yaitu rasio yang menunjukkan hubungan antara kas perusahaan dan aktiva lancer lainnya dengan hutang lancer. Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi atau kewajiban jangka pendek.

2. Rasio aktivitas (activity ratio), yaitu rasio yang mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan asset-asetnya.

3. Rasio leverage finasial ( financial leverage ratio), yaitu rasio yang mengukur seberapa banyak perusahaan menggunakan dana dari hutang (pinjaman) 4. Rasio Keuntungan (profitability ratio) atau rentabilitas, yaitu rasio yang

menunjukan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya.


(23)

2.1.3 Profitabilitas

2.1.3.1 Pengertian Profitabilitas

Pengukuran kinerja suatu perusahaan merupakan hal yang sangat penting, terutama sekali untuk mengukur kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan, biasanya menggunakan ukuran profitabilitas. Tingkat profitabilitas suatu perusahaan memperlihatkan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari investasi yang dilakukan.

Cara untuk menilai tingkat profitabilitas suatu perusahaan beraneka ragam dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang diperbandingkan satu dengan yang lainnya. Ada beberapa penulis yang menggunakan rentabilitas untuk mengukur profitabilitas perusahaan seperti yang terlihat pada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli mengenai profitabilitas seperti yang dikemukakan berikut ini:

Menurut Munawir (2001: 115) menyatakan bahwa:

Rentabilitas atau profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

Menurut Riyanto (2001:29) menyatakan bahwa:

Cara penilaian rentabilitas suatu perusahaan ada dua yaitu rentabilitas ekonomi dan rentabilitas modal sendiri. Rentabilitas ekonomi adalah kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba, sedangkan rentabilitas modal sendiri


(24)

adalah kemampuan suatu perusahaan dengan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba.

Dari berbagai defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas atau rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau keuntungan selama periode tertentu dibandingkan dengan modal dan aktiva, yang merupakan hasil bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan yang diterapkan oleh manajemen perusahaan. Dengan demikian tidak suatu keharusan bahwa perusahaan yang mempunyai kemampuan keuntungan yang lebih tinggi secara otomatis dapat menyebabkan profitabilitas juga lebih tinggi.

2.1.3.2 Rasio Pengukuran Profitabilitas

Dalam mengukur profitabilitas maka suatu perusahaan dapat menggunakan rasio yaitu profitabilitas yang berhubungan dengan penjualan dan profitabilita yang berhubungan dengan investasi. Kedua rasio tersebut mengidentifikasikan efisiensi operasi perusahaan. Dalam penelitian ini pengukuran profit tersebut digunakan return on investment (ROI).

Analisa return on investment dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh. ROI sebagai analisa terhadap tingkat laba yang diperoleh sudah umum digunakan.


(25)

Rasio ini memberikan gambaran mengenai laba atas setiap rupiah penjualan yang dilakukan perusahaan. Bila laba yang diperoleh tersebut tidak mencukupi maka akan menyulitkan untuk menutupi biaya-biaya tetap, biaya hutang dan membayar deviden kepada pemegang saham. Rasio yang dapat digunakan adalah:

a. Gross Profit Margin

Rasio ini merupakan persentase laba kotor dengan penjualan. Dimana rasio ini menunjukkan hubungan laba dengan penjualan sebelum biaya penjualan dan biaya umum dan administrasi, adapun rasio ini dapat digambarkan sebagai berikut:

100% Penjualan

Penjualan Pokok

Harga Penjualan

arg ProfitM in Gross

100% Penjualan

Kotor Laba

Apabila gross profit margin semakin besar maka semakin baik operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa haega pokok penjualan relatif rendah dibanding penjaulan.

b. Net Profit Margin Ratio

Rasio ini memberikan gambaran tentang keuntungan perusahaan setelah dikurangi dengan semua pengeluaran biaya-biaya dan pajak pendapatan. Rasio ini mengukur hubungan penjualan dengan laba bersih. Jika laba tidak


(26)

mencukupi, tentu perusahaan tidak akan dapat memberikan keuntungan yang layak kepada investor-investornya. Adapun rasionya adalah:

100% Penjualan Pajak Setelah Bersih Laba arg

ProfitM in Net

Senakin tinggi net profit margin maka semakin baik operasi perusahaan. Suatu net profit margin dikatakan baik akan tergantung dari jenis industri dimana perusahaan itu berada.

c. Operating Income Ratio

Rasio ini mencerminkan laba usaha (pure profit) yang dapat dihasilkan dari setiap rupiah penjualan. Rasio ini disebut pure dalan pengertian bahwa jumlah tersebutlah yang benar-benar diperoleh dari hasil operasi perusahaan dengan mengabaikan kewajiban-kewajiban finansialnya berupa bunga serta kewajiban terhadap pemerintah berupa pembayaran pajak. Rasio ini memberikan gambaran mengeani laba operasional sebelum modal asing dan pajak perseroan yang diperoleh perusahaan dalam hubungannya dengan penjualan.

100% Penjualan Pajak dan Bunga Sebelum Operasi Laba Ratio Income Operating 100% Penjualan Usaha Laba


(27)

Semakin tinggi persentase dari rasio ini maka semakin baik pula operasi suatu perusahaan.

d. Operating Ratio

Rasio ini menunjukkan biaya-biaya yang digunakan untuk kegiatan atau operasi penjualan dalam rangka untuk memperoleh hasil penjualan atau setiap rupiah penjualan mempunyai biaya operasi yang banyaknya tergantung pada harga pokok penjaulan dan biaya usahanya. Dengan kata lain berapa biaya per rupiah penjualannya. Rasionya adalah sebagai berikut:

100% Penjualan

Usaha Biaya

Penjualan Pokok

Harga

Ratio Operating

Dimana biaya usaha ini terdiri dari:

- Biaya penjualan

- Biaya Administrasi dan Umum

2. Rasio yang menunjukkan laba sehubungan dengan modal yang digunakan (investasi).

a. Operating Assets Turn Over

Merupakan rasio dari penjualan dengan modal usaha. Rasio ini dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas perusahaan didalam memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menghasilkan output dengan melihat kecepatan perputaran


(28)

modal usaha dalam suatu periode tertentu yang biasanya satu tahun, adapun rasionya adalah sebagai berikut:

100% Usaha

Modal Penjualan

TurnOver Assets

Operating

b. Equity Turn Over

Merupakan perbandingan dari penjualan dan modal sendiri yang perbandingannya dinyatakan dalam persentase. Rasio ini dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan modla sendiri untuk menghasilkan output dengan cara melihat kepada perputaran dari modal sendiri dalam periode tertentu yang biasanya adalah satu tahun.

Rasionya adalah:

100% Sendiri

Modal Penjualan

TurnOver Equity

c. Return On Investment (ROI)

Merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan. Besarnya ROI dipengaruhi oleh dua faktor:

- Turnover dari Operating Assets


(29)

Rasionya adalah sebagai berikut: in M ofit Asset Operating

ROI Pr arg

Penjualan Usaha Laba Penjualan Assets Operating s TotalAsset Tax After ofit NetPr

Dimana semakin tinggi ROI maka semakin baik perusahaan tersebut.

d. Return On Equity(ROE)

ROE merupakan suatu pengukuran dari penghasilan yang tersedia bagi para pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan dalam perusahaan secara umum semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh maka semakin baik kedudukan perusahaan. ROE dapat dihitung dengan cara berikut: Sendiri Modal Pajak Setelah Laba ROE

Rasio profitabilitas merupakan salah satu alat untuk mengukur kondisi keuangan perusahaan. Profitabilitas adalah kemapuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, 1998). Profitabilitas dianggap sebagai alat yang valid dalam mengukur hasil pelaksanaan operasi perusahaan, karena profitabilitas merupakan alat


(30)

pembanding pada berbagai alternative investasi yang sesuai dengan tingkat risiko. Jumlah laba bersih seringkali dibandingkan dengan ukuran kegiatan atau kondisi lainnya seperti penjualan, aktiva, ekuitas pemegang saham untuk menilai kinerja sebagai suatu persentase dari beberapa tingkat akivitas atau investasi. Perbandingan ini disebut rasio profitabilitas (profitability ratio).

Rasio Profitabitas dapat diukur dari dua pendekatan yakni pendekatan penjualan dan pendekatan investasi. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on investment. Return on investment merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan, yaitu dengan membandingkan laba setelah pajak dengan total aktiva. Adapun rumus untuk menghitung return on investment (Martono;2005) adalah

Return on investment (ROI) = Laba bersih setelah pajak Total Aktiva


(31)

2.1.4 Leverage

2.1.4.1 Pengertian Leverage

Dalam manajemen keuangan, leverage adalah penggunaan asset dan sumber dana (source of funds) oleh perusahaan yang memiliki biayatetap (beban tetap) dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham (Sartono,2001).

Perusahaan menggunakan leverage dengan tujuan agar keuntungan yang diperooleh kebih besar daripada biaya asset dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan pemegang saham. (Sartono,2001) juga mengungkapkan, leverage juga meningkatkan variabilitas (risiko) keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya maka penggunaaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham.

2.1.4.2 Kegunaan dari leverage

Menurut (Irawati, 2006) manfaat dari penggunaan leverage dalam perusahaan adalah:

1. Untuk memungkinkan perusahaan agar mengkhususkan pengaruh suatu leverage dalam jumlah penjualan atas laba bagi pemegang saham biasa.

2. Memungkinkan perusahaan untuk menunjukan hybungan satu sama lain antara pengaruh operasi dan pengaruh keuangan.

Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian adalah debt to total asset. Debt to total asset merupakan rasio yang mengukur presentase besarnya dana yang berasal


(32)

dari pinjaman. Semakin tinggi tingkat rasio ini, semakin tinngi risiko keuangan perusahaan.

2.1.4.3. Pengukuran Leverage

Leverage dapat diukur dengan berbagai macam rasio diantaranya: 1)rasio hutang (debt ratio) dan 2)rasio jaminan (coverage ratio).

a. Rasio Hutang,

1. Rasio Hutang terhadap Aktiva (Debt to Asset).

a TotalAktiv

g TotalUtan

Menurut Helfert (1996 :97) rasio ini menunjukkan proporsi ”uang orang lain” dibandingkan dengan total klaim terhadap total aktiva perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, makin besar risiko bagi pemberi pinjaman. Namun, rasio ini tidak harus menjadi indikasi yang sebenarnya mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya. Rasio jumlah hutang-jumlah harta yang lebih tinggi dari 0,5 biasanya dianggap aman hanya untuk perusahaan di industri yang telah mantap, Glueck dan Jauch (1984 :183)

2. Rasio hutang terhadap Kapitalisasi (Debt to Capitalization).

ri ModalSendi

jang gJangkaPan Utan


(33)

Kapitalisasi itu didefinisikan sebagai jumlah klaim jangka panjang terhadap perusahaan, baik hutang maupun ekuitas pemilik, tetapi tidak termasuk kewajiban lancar (jangka pendek). Total ini juga disamakan dengan aktiva bersih.

3. Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity).

Adalah suatu upaya untuk memperlihatkan dalam format lain, proporsi relatif dari klaim pemberi pinjaman terhadap hak kepemilikan dan digunakan sebagai ukuran peranan hutang.

b. Rasio Jaminan, Atmaja (2002) membagi rasio jaminan dalam bukunya sebagai berikut : 1. Tahunan BiayaBunga EBIT estEarned TimesInter

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar bunga setiap tahun.

2. Pajak man PokokPinja Pembayaran Bunga EBIT eCoverage DebtServic 1

Rasio ini mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan untuk membayar biaya bunga dan angsuran pinjaman pokok dengan laba operasi yang dipeeroleh.

ri ModalSendi jang gJangkaPan U jang gJangkaPan U tan tan


(34)

Rasio hutang dan rasio jaminan dapat dihitung berdasarkan: 1) posisi keuangan: perusahaan pada saat ini, dan 2) posisi keuangan perusahaan dengan alternatif-alternatif pendanaan yang ada seperti: 100% hutang, 100% modal sendiri dan sebagainya. Rasio-rasio tersebut kemudian dibandingkan dengan rasio industri. Dari perbandingan tersebut, manajemen dapat menentukan alternatif pendanaan yang paling tepat bagi perusahaan. Hal ini tidak berarti bahwa manajemen harus mempertahankan rasio yang sama dengan rasio industri. Kegunaan perbandingan rasio dengan rasio industri adalah jika memilih rasio hutang dan rasio jaminan yang menyimpang dari rasio industri, perusahaan tersebut harus memiliki alasan yang kuat.

2.1.5. Pengungkapan Dalam Laporan Keuangan (Disclosure)

Sebelum membahas secara mendalam tentang pengungkapan keuangan sukarela atau voluntary disclosure, akan diuraikan dahulu mengenai pengungkapan laporan keuangan secara umum. Ada beberapa pengertian yang dijadikan acuan, tetapi dalam hal ini penulis hanya mengambil beberapa pengertian yang cukup mewakili unsur-unsur yang terkandung dalam pengungkapan laporan keuangan.

Menurut (Hendriksen:1992) salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi guna pengambilan keputusan. Hal ini memerlukan suatu pengungkapan yang layak mengenai data keuangan dan informasi relevan lainnya. Akan tetapi pertanyaannya adalah: (1) untuk siapa pertanyaan itu diungkapkan (2)


(35)

Apa tujuan informasi tersebut dan (3) Berapa banyak informasi itu harus diungkapkan.

Hendriksen (2002) mengungkapkan bahwa pengungkapan dalam artian terluas hanya berarti penyampaian (realese) informasi. Para akuntan cenderung menggunakan pengertian ini dalam artian yang agak lebih terbatas, yaitu penyampaian informasi keuangan tentang suatu perusahaan di dalam laporan keuangan, biasanya laporan tahunan. Pengungkapan dalam artian tersempitnya mencakup hal-hal seperti pembahasan dan analisis manajemen, catatan kaki, dan laporan pelengkap.

Dalam artian luas, pengungkapan berkenaan dengan informasi yang disajikan baik dalam bentuk laporan keuangan maupun media komunikasi pendukung lainnya seperti: catatan kaki, peristiwa sesudah tanggal laporan, analisis manajemen mengenai operasi pada tahun yang akan datang, peramalan keuangan dan operasi serta laporan keuangan tambahan mengenai segmental disclosure dan informasi lain di luar historical cost.

Wolk (1991) dalam Bambang Irawan (2006) mengemukakan bahwa pengungkapan merupakan informasi yang ada di dalam laporan keuangan maupun komunikasi pelengkap yang mencakup catatan kaki, peristiwa setelah pelaporan, analisis manajemen mengenai operasi yang akan datang, peramalan keuangan dan operasi, dan laporan keuangan tambahan. Laporan keuangan dan komunikasi pelengkap tersebut disebut sebagai pelaporan keuangan (financial reporting).


(36)

Pengungkapan laporan keuangan diperlukan oleh para investor dan pemakai informasi lainnya sebagai sarana untuk pengambilan keputusan. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Statement of financial accounting concept #5 (SFAC) dalam Bambang (2006) bahwa kebutuhan untuk pengambilan keputusan bagi investor, kreditur, dan pemakai informasi lain, meliputi seluruh informasi yang terdapat dalam laporan keuangan, catatan atas laporan keuangan, informasi pelengkap, media pelaporan keuangan lain, dan informasi lain.

Pengungkapan informasi keuangan bermanfaat bagi beberapa kepentingan. Elliot dan Jacobson (1994) dalam Bambang (2006) menunjukkan manfaat pengungkapan bagi perusahaan-perusahaan pencari laba (profit making interpresis) berdasarkan pada tiga kategori kepentingan yaitu, kepentingan perusahaan, kepentingan investor bukan pemilik, dan kepentingan nasional.

Manfaat utama pengungkapan informasi keuangan bagi perusahaan adalah dapat diperolehnya biaya modal yang lebih rendah. Biaya modal yang lebih rendah tersebut diperoleh oleh perusahaan berkaitan dengan berkurangnya risiko informasi bagi investor dan kreditur. Pengungkapan memberikan jaminan bahwa laporan keuangan menjadi lebih lengkap dan akurat sehingga risiko kesalahan pengambilan keputusan yang didasarkan pada laporan keuangan tersebut menjadi berkurang. Dengan demikian, investor dan kreditur bersedia mmembeli sekuritas dengan harga tinggi, dengan harga tinggi tersebut biaya modal peruusahaan menjadi rendah.

Manfaat pengungkapan bagi kepentingan investor adalah berkurangnya risiko informasi. Berkurangnya risiko informasi yang dihadapi investor, akan mengurangi


(37)

kesalahan pembuatan keputusan investasi. Dengan demikian, investor akan percaya terhadap perusahaan yang memberikan pengungkapan secara lengkap, akibaynya sekuritas perusahaan menjadi lebih menarik bagi banyak investor, dan harganya akan naik. Kenaikan harga saham ini, pada akhirnya kan meningkatkan kemakmuran para investor.

Manfaat pengungkapan bagi kepentingan nasional adalah manfaat yang diperoleh sebagi akibat dari adanya biaya modal perusahaan yang rendah dan berkurangnya risiko informasi yang dihadapi investor. Dengan diperolehnya biaya modalyang rendah oleh perusahaan , maka pertumbuhan ekonomi dapat meningkat, kesempatan kerja menjadi lebih luas, dan pada akhirnya standar kehidupan kan meningkat pula. Sebagai akibat berkuarangya risiko informasi yang dihadapi oleh investor, pasar modal menjadi lebih likuid. Likuiditas pasar modal ini, diperlukan oeh perekonomian nasional karena dapat membantu alokasi modal secara efektif (Bambang, 2006).

2.1.5.1. Luas pengungkapan

Imhoff (1992) dalam Bambang (2006) menyatakan kualitas tampak sebagai atribut yang penting dari sebuah informasi akuntansi. Meskipun kualitas akuntansimasih memiliki makna ganda (abigous) banyak peneliti yang menggunakan indeks of disclosure methodology bahwa kualitas pengungkapan dapat diukur dan digunakan untuk menilai mafaat potensial dari laporan keuangan tahunan. Dengan kata lain, Imhoff mengatakan bahwa tingginya kualitas informasi akuntansi sangat berkaitan dengan tingkat kelengkapan.


(38)

Berapa banyak informasi yang harus diugkapkan tidak hanya bergantung pada keahlian pembaca, akan tetapi juga pada standar akuntansi yang dibutuhkan (Hendriksen, 2002). Ada tiga konsep pengungkapan, yaitu:

1. Adequate disclosure (pengungkapan cukup)

Yaitu pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku, dimana angka-angka yang disajikan dapat diinterprestasikan oleh investor dengan benar.

2. Fair disclosure (pengungkapan wajar)

Pengungkapan yang wajar secara tidak langsung merupakan tujuan etis agar memberikan perlakuan yang sama kepada semua pemakai laporan dengan meyediakan informasi yang layak bagi pembaca potensial.

3. Full disclosure (pengungkapan penuh)

Pengungkapan penuh menyangkut kelengkapan penyajian informasi yang diungkap secara relevan. Pengungkapan penuh member kesan penyajian secara melimpah sehingga beberapa pihak mengganggapnya tidak baik (Ainun dan fuad, 2000) dalam Bambang (2006). Bagi beberapa pihak pengungkapan penuh dianggap sebagai penyajian informasi yang berlebihan oleh karena itu disebut tidak layak. Terlalu banyak penyjian akan membahayakan, karena penyajian rinci yang tidak penting justru mengaburkan informasi yang signifikan silit untuk ditafsirkan (Hendriksen, 2002). Dampak negatif lainnya adalah kompetisi yang dinamis dalam pasar produk.


(39)

2.1.5.2. Pengungkapan laporan keuangan sukarela (voluntary disclosure)

Ada 2 jenis ungkapan dalam pelaporan keuangan yang telah ditetapkan oleh badan yang memiliki otoritas pasar modal. Yang pertama adalah ungkapan wajib (mandatory disclosure), yaitu informasi yang harus diungkapkan oleh emiten yang diatur oleh peraturan modal suatu negara. Peraturan mengenai pengungkapan laporan keuangan tahunan di Indonesia diatur melalui keputusan Bapepam No. Kep-06/PM/2000.

Sedangkan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), yaitu pengungkapan yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh standar yang ada (Bambang, 2006). Pengungkapan social yang diungkapkan perusahaan merupakan informasi yang sifatnya sukarela. Oleh karena itu, perusahaan memiliki kebebasan untuk mengungkapkan informasi yang tidak diharuskan oleh badan penyelenggara pasar modal.

Standar pelaporan pertanggungjawaban social sampai saat ini belum mempunyai standar yang baku, hal ini dikarenakan adanya permasalahan yang berhubungan dengan biaya dan manfaat social. Perusahaan dapat membuat sendiri model pelaporan pertangungjawaban sosialnya.

Dalam laporan terakhir, Badan Standar Akuntansi Keuangan (FASB) menjelaskan sebuah proyek FASB mengenai pelaporan bisnis yang mendukung pandangan bahwa perusahaan akan mendapatkan manfaat pasar modal dengan meningkatkan pengungkapan sukarelanya. Lporan ini berisi panduan mengenai


(40)

bagaimana perusahaan dapat menggambarkan dan menjelaskan potensi investasinya kepada para investor (Frederick, 191:2005).

Frederick (2005) juga mengungkapkan karean investor di seluruh dunia menuntut informasi yang lebih detail dan lebih tepat waktu, tingkat pengungkapan sukarela semakin meningkat, baik di negara-negara dengan pasar yang sudah maju maupun pasar yang sedang berkembang. Sejumlah aturan (seperti aturan akuntansi dan pengungkapan) dan pengesahan oleh pihak ketiga (seperti auditing) dapat memperbaiki berfungsinya pasar.

Aturan pengungkapan menetapkan ketentuan-ketentuan untuk memastikan bahwa par pemegang saham menerima informasi yang tepat waktu, lengkap, dan akurat. Meskipun mekanisme ini sangat mempengaruhi parktik yang ada, kadang-kaddang para manajer menyimpulkan bahwa manfaat dari ketidaksesuaian dengan ketentuan pelaporan keuangan melebihi biayanya. Dengan demikian, pilihan-pilihan pengungkapan yang dilakukan para manajer mencerminkan pengaruh gabungan dari ketentuan pengungkapan dan intensif untuk mengungkapkan informasi secara sukarela.

Menurut (Ardi&Lana, 2007) mengungkapkan perusahaan yang mempunyai sumber daya yang besar akan melaukan pengungkapan lebih luas dan mapu membiayai penydiaan informasi untuk keperluan internal. Informasi tersebut sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan informasi kepada pihak eksternal seperti investor dan kreditor, sehingga tidak memerlukan tambahan biaya yang bsar untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas. Dengan demikian


(41)

perusahaan besar mempunyai biaya produksi informasi yang lebih rendah daripada perusahaan kecil. Besar (ukuran) perusahaan dapat dinyatakan dalan total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar.

Perusahaan yang memiliki banyak pemegang saham juga mempengaruhi disclosure laporan keuangan. Hal yang mendasari adalah perusahaan dengan jumlah pemegang saham yang besar akan menjadi sorotan publik, akan mendapatkan tekanan dari pemegang saham dan analisis untuk meminimalkan tekanan dari pembuat peraturan (pemerintah) maka perusahaan akan melakukan disclosure yang lebih baik.

Perusahaaan akan selalu mempertimbangkan biaya dan manfaat yang diperolehnya dengan melakukan disclosure informasi terutama voluntary disclosure. Menurut (Suripto, 1998) dalam (Ardi&lana, 2007), biaya pengungkapan yang harus dipertimbangkan adalah:

1. Biaya langsung, meliputi biaya pengumpulan data, biaya pemrosesan data, biaya pengauditan, dan baiya penyebaran informasi.

2. Baiya tiadak langsung, meliputi biaya litigasi atau biaya hokum, biaya kerugian persaingan dan biaya politik.

Jika voluntary disclosure memberikan manfaat melebihi biaya yang dikeluarkan perusahaan, maka perusahaan akan mengungkapkannya.

Instrumen yang digunakan dalam pengukuran luas voluntary disclosure adalah: Indeks = Jumlah skor voluntary disclosure terpenuhi


(42)

2.1.5.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi voluntary disclosure

Berdasarkan beberapa pendapat dan penelitian yang telah dilakukan oleh penelitian-penelitian sebelumnya, maka penelitian ini mengkombinasaikan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan penentuan struktur keuangan seperti yang digunakan pada penelitian-penelitian tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan laporan tahunan antara lain:

1. Kepemilikan manajemen

Semakin besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan. Manajer perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan image perusahaan, meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Gray, et. Al., (1998)

2. Leverage

Semakin tinggi tingkat leverage (rasio hutang/ekuitas) semakin besar kemungkinan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi (Belkaoui dan Karpik (1989), supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi biaya-biaya (termasuk biaya-biaya untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial).

3. Ukuran Perusahaan (Size)

Terdapat beberapa penjelasan mengenai pengaruh ukuran perusahaan (Size) terhadap kualitas ungkapan, namun sebenarnya landasan teoritis mengenai pengaruh size ini tidaklah terlalu jelas. Walaupun begitu, berbagai penelitian


(43)

empiris yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pengaruh total aktiva hampir selalu konsisten dan secara statistik signifikan. Beberapa penjelasan yang mungkin dapat menjelaskan fenomena ini adalah bahwa perusahaan besar mempunyai biaya informasi yang rendah, perusahaan besar juga mempunyai kompleksitas dan dasar pemilikan yang lebih luas dibanding perusahaan kecil (Cooke, 1989). Size perusahaan merupakan variabel independen yang banyak digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan keuangan perusahaan.

4. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kapada pemegang saham (Heinze (1976) dalam Hackston&Milne (1996)), hubungan antara profitabilitas dan tingkat pengungkapan pertanggungjawaban sosial adalah bahwa ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan tersebut. Sebaliknya ketika tingkat profitabilitas rendah perusahaan akan berharap pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja perusahaan.


(44)

2.1.6 Keterkaitan antara variabel penelitian 2.1.6.1 Hubungan Profitabilitas dengan leverage

Menurut Susan Irawati (2006:1850), menjelaskan bahwa:

“Manfaat dari penggunaan leverage dalam perusahaan adalah memungkinkan untuk menspesifikasikan pengaruh suatu leverage adalam jumlah penjualan atas laba bagi pemegang saham biasa dan memungkinkan perusahaan untuk menunjukan hubungan satu sama lain anntara pengaruh operasi dan pengaruh keuangan”.

Dari keterangan diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa profitabilitas (laba) mempunyai hubungan dengan leverage.

2.1.6.2.Pengaruh tingkat profitabilitas terhadap luas pengungkapan sukarela Menurut Eldon S. Hendriksen ( 2000:342), menjelaskan bahwa:

“Banyak perusahaan menganggap bahwa harga saham mereka akan dimaksimasimisasi jika laba bersih bertumbuh pada tingkat yang konstan tiap tahun. Akibatnya, mereka memilih kebijakan dan prosedur akuntansi yang tersedia untuk melaporkan laba yang memenuhi tujuan ini atau melaporkan angka laba per saham yang akan menciptakan permintaan yang lebih baik atas saham mereka. Perataan angka laba yang dilaporkan sepanjang waktu seringkali merupakan suatu sasaran yang didasarkan pada premis bahwa investor akan membayar lebih banyak untuk saham jika laba yang dilaporkan menyimpang sedikit sekali sepanjang waktu dari tren konstan atau pertumbuhan daripada jika laba yang dilaporkan banyak bervariasi dari tahun ke tahun”.

Perusahaan yang menghasilkan laba akan melakukan disclosure yang lebih luas. Hal tersebut disebabkan manajemen perusahaan ingin meyakinkan bahwa perusahaan dalam posisi yang kuat akan dan memperlihatkan bahwa kinerja perusahaan juga bagus. Selain dari pihak manajemen, perusahaan juga ingin agar investor dan kreditur yakin bahwa perusahaan berada dalam posisi persaingan yang


(45)

kuat dan operasi perusahaan berjalan efisien. Oleh karena itu, perusahaan ingin melakukan disclosure laporan keuangan.

Dari keterangan diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa profitabilitas (laba) mempunyai hubungan dengan pengungkapan laporan keuangan (voluntary disclosure).

2.1.6.3 Pengaruh tingkat leverage terhadap luas pengungkapan sukarela

Menurut Bambang Irawan, dalam skripsinya yang berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, leverage merupakan perbandingan antara hutang dengan aktiva. Perusahaan dengan leverage yang tinggi akan menanggung biaya pengawasan yang tinggi. Jika menyediakan informasi secara lebih komprehensif akan membutuhkan biaya lebih tinggi, maka perusahaan dengan leverage tinggi akan menyediakan informasi lebih komprehensif.

Struktur permodalan perusahaan biasanya terdiri dari modal internal dan eksternal. Modal yang diperoleh dari pihak eksternal berupa pinjaman dari kreditor. Penggunaan pinjaman tersebut tentunya menuntut adanya pertanggungjawaban perusahaan baik dalam pemakaian maupun pengembalian pinjaman. Pihak kreditor akan selalu memantau dan memerlukan informasi mengenai keadaan finansial debitor untuk meyakinkan bahwa debitor akan mendapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Seiring dengan tuntutan kreditor akan informasi tersebut, maka


(46)

perusahaan dengan rasio hutang (leverage) yang tinngi akan melakukan disclosure yang lebih luas ( Naim dan Rakhman,2000; Gunawan, 2001)

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa leverage dapat berpengaruh terhadap voluntary disclosure.

2.1.6.4 Pengaruh tingkat profitabilitas dan leverage terhadap luas pengungkapan sukarela

Volountary disclosure yaitu merupakan berapa banyak informasi yang diungkapkan suatu perusahaan melebihi yang diwajibkan oleh Bapepam. Disclosure merupakan suatu cara untuk mewujudkan transparansi dalam bidang bisnis, selain itu disclosure atas laporan keuangan tahunan juga dapat meningkatkan kepercayaan investor dan pengguna laporan lainnya. Disclosure laporan keuangan tahunan dapat dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, leverage, dan tipe kepemilikan perusahaan mempengaruhi perusahaan dalam pengungkapan laporan keuangan tahunan (Ardy&Lana, 2007).

2.2 Kerangka Pemikiran

Bagi pihak-pihak diluar manajemen suatu perusahaan, laporan keuangan merupakan jendela informasi yang memungkinkan mereka untuk mengetahui kondisi suatu perusahaan pada suatu masa pelaporan. Dimana informasi yang didapat dari suatu laporan keuangan perusahaan bergantung pada tingkat pengungkapan (disclosure) dari laporan keuangan yang bersangkutan. Pengungkapan infor,asi dalam laporan keuangan harus memadai agar dapat digunakan sebagai dasar pengambilan


(47)

keputusan sehingga menghasilkan keputusan yang cermat dan tepat. Perusahaan diharapkan untuk dapat lebih transparan dalam mengungkapkan informasi keuangan perusahaannya, sehingga dapat membantu para pengambil keputusan seperti investor, kreditur, dan pemakai informasi lainnya dalam mengantisipasi kondisi ekonomi yang semakin berubah.

Pengungkapan dalam laporan keuangan dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku ( peraturan mengenai pengungkapan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui keputusan ketua BAPEPAM No. SE-02/PM/2002). Sedangkan pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk keputusan oleh para pemakai laporan keuangan tersebut. Menurut peraturan mengenai laporan keuangan yang ada di Indonesia hal semacam ini dimungkinkan (Spica, 2007).

Singvi dan desai (1989) dalam Luciana Spica (2007) mengutarakan bahwa rentabilitas dan profit margin yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang terinci.

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemapuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, dan modal. Rumus rasio profitabilitas adalah:


(48)

ROI = Laba bersih setelah pajak Total Aktiva

Semakin tinggi profit margin maka akan semakin tinggi pengungkapannya. Shingvi dan desai (1971) dalam Spica (2007) menjelaskan bahwa profit margin yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih terperinci, sebab mereka ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas perusahaan dan kompensasi terhadap manajemen.

Selain itu menurut beberapa penelitian terdahulu, rasio leverage juga dapat mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan suatu perusahaan. Rasio leverage merupakan proporsi total hutang tergadap rata-rata ekuitas pemegang saham. Rumus rasio leverage adalah :

Total Utang Debt to total asset =

Total Aktiva

Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu hutang (Dwi prastowo:84 dalam Spica, 2007). Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan


(49)

lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan stuktur modal yang seperti itu lebih tinggi (Jensen dan Meckling, 1976) dalam Marwata (2001).

Tabel 2.1

Matrik Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Kesimpulan Perbedaan Persamaan

1. Bambang

Irawan (2006) “Faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Hasil penelitian bahwa dari variable-varaible tersebut yaitu leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi saham public, ukuran perusahaan, status perusahaan, dan umur perusahaan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan. Likuditas, porsi saham publik, ukuran perusahaan, status perusahaan, umur perusahaan. Leverage dan profitabilitas.

2. Hardhina Rosmarsita (2007) “Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan sosial (social disclosure) dalam laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur di Bursa efek Jakarta ”.

Hasil penelitiannya menunjukan bahwa kepemilikan manajemen,

leverage, ukuran perusahaan (Size), dan profitabilitas secara bersama-sama memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pengungkapan sosial dalam laporan tahunan Kepemilikan manajemen, ukuran perusahaan (size).

Profitabilitas dan leverage.


(50)

perusahaan Manufaktur .

3. Luciana Spica (2007) “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Dalam Laporan Tahuna Perusahaan Manufaktur yag Terdaftar di BEJ”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel rasio likuiditas, ukuran perusahaan, dan status perusahaan berpengaruh signifikan. Sedangkan variabel leverage, net profit margin tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan sukarela. Ukuran perusahaan, status perusahaan, likuiditas. Profitabilitas, leverage, pengungkapan sukarela.

4. Ardi Murdoko (2007) “Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan tipe kepemilikan perusahaan terhadap luas voluntary disclosure laporan keuangan tahunan”. Hasil penelitian ini didapat bahwa variabel ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas dan tipe kepemilikan tidak berpengaruh terhadap luas voluntary

disclosure laporan tahunan.

Ukuran perusahaan

dan tipe

kepemilikan.

Leverage, profitabilitas, luas voluntary disclosure.

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat profitabilitas dan leverage dapat mempengaruhi luas voluntary disclosure.Berdasarkan hal tersebut maka dikembangkan pada skema kerangka pemikiran sebagai berikut :


(51)

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Pengaruh Tingkat Profitabilitas dan Leverage Terhadap Luas Voluntary Disclosure

Laporan Keuangan

Profitabilitas

ROI = Laba setelah pajak Total Aktiva (Martono, 2005:60)

Leverage

(Debt to total asset)

= Total hutang Total aktiva (Martono, 2005:58)

Luas voluntary disclosure

Jumlah skor voluntary disclosure terpenuhi Jumlah skor maksimal (33)


(52)

. 2.3. Hipotesis

Menurut Umi Narimawati (2008:63) “Hipotesis adalah kesimpulan penelitian yang belum sempurna sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian.”

Dalam penelitian ini hipotesis yang akan diuji yaitu hipotesis penelitian yang berkaitan dengan berpengaruh atau tidaknya tingkat profitabilitas dan leverage terhadap luas voluntary disclosure laporan keuangan tahunan.

Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis penelitian adalah terdapat pengaruh antara tingkat profitabilitas dan leverage terhadap luas voluntary disclosure laporan keuangan tahunan baik secara parsial maupun secara simultan.


(53)

51

BAB III

OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Adapun yang menjadi objek penelitian ini sebagai variabel bebas (independent variable) pertama (X1) adalah profitabilitas perusahaan dan variable bebas kedua adalah leverage (X2). Sedangkan objek yang merupakan variabel terikat (dependent variable) adalah luas pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)yang di lihat pada laporan keuangan per tahun.

Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak sepuluh perusahaan. Berdasarkan objek penelitian ini maka dapat dianalisis mengenai pertama, gambaran perkembangan profitabilitas, leverage, dan luas pengungkapan sukarela perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009. Kedua, seberapa besar hubungan profitabilitas dan leverage dengan luas pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara untuk mencari, mendapatkan, mengumpulkan, mencatat dan menganalisis data yang digunakan untuk menentukan suatu kebenaran dari data-data yang diperoleh.


(54)

Menurut Narimawati (2008:9) pengertian metodologi penelitian adalah: “Metodologi penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.”

Sedangkan menurut Sugiyono (2010:2) metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan suatu cara-cara yang masuk akal, dapat diamati, dan menggunakan langkah-langkah yang bersifat logis untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu.

Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif (kualitatif) dan metode verifikatif (kuantitatif). Menurut Sugiyono (2010:14) :

“Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi subyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi.”

Dalam penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan perkembangan profitabilitas, leverage, dan voluntary disclosure sehingga dapat diperoleh gambaran mengenai perkembangan profitabilitas, leverage, dan voluntary disclosure perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009.

Metode penelitian verifikatif menurut Sugiyono (2010:13) adalah:

“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, dan analisis data bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.“


(55)

Dalam penelitian ini metode verifikatif bertujuan untuk menguji pengaruh antara profitabilitas, leverage, dan voluntary disclosure baik secara parsial maupun secara simultan.

3.2.1 Desain Penelitian

Narimawati (2008:26) menyatakan bahwa proses penelitian harus disajikan dalam suatu rancangan penelitian. Rancangan tersebut berupa rencana, struktur dan strategi.

Desain penelitian juga dapat diartikan sebagai rencana struktur, dan strategi. Sebagai rencana dan struktur, desain penelitian merupakan perencanaan penelitian, yaitu penjelasan secara rinci tentang keseluruhan rencana penelitian mulai dari perumusan masalah, tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai rancangan analisis data, yang dituangkan secara tertulis ke dalam bentuk usulan atau proposal penelitian. Sebagai strategi, desain penelitian merupakan penjelasan rinci tentang apa yang akan dilakukan peneliti dalam rangka pelaksanaan penelitian sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.

Berdasarkan proses penelitian yang dijelaskan diatas, maka desain penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya menetapkan judul penelitian;

Pada penelitian ini, permasalahan yang terjadi adalah ketidaksesuaian antara teori dengan fakta yang terjadi di lapangan berdasarkan data-data yang diperoleh. Sehingga penulis menetapkan judul penelitian yaitu “Pengaruh


(56)

Profitabilitas dan Leverage Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela Laporan Keuangan Tahunan (Voluntary Disclosure) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdatar Di Bursa Efek Indonesia”.

2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi;

Menjelaskan permasalahan dari fenomena yang terjadi berdasarkan data yang diperoleh. Pada Penelitian ini fenomena yang diambil oleh penulis adalah ketidaksesuaian antara perkembangan profitabilitas, leverage, dan voluntary disclosure dengan teori yang menjelaskan hubungan tersebut.

3. Menetapkan rumusan masalah;

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Pada penelitian ini masalah-masalah dirumuskan melalui suatu pertanyaan, yang akan diuji dengan cara yang relevan dan penemuan yang relevan. Rumusan masalah tersebut diantaranya adalah bagaimana perkembangan profitabilitas, leverage, dan voluntary disclosure. Dan seberapa besar pengaruh profitabilitas, leverage, terhadap voluntary disclosure pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI baik secara parsial maupun simultan.

4. Menetapkan tujuan penelitian;

Tujuan penelitian dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah. Tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan profitabilitas, leverage, dan voluntary disclosure. Dan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, leverage, terhadap voluntary disclosure pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.


(57)

5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori; Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat pada penelitian ini adalah profitabilitas dan leverage memiliki dampak terhadap voluntary disclosure.

6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang digunakan;

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Profitabilitas (X1) dan Leverage (X2) sebagai variabel bebas, dan Voluntary disclosure sebagai variabel terikat. Sementara itu, skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah ratio.

7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan data;

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu laporan keuangan, rasio keuangan, dan profil perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di BEI. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang go public di BEI, sedangkan teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling sehingga ditentukan sampel penelitian ini adalah sepuluh perusahaan dengan kriteria kekontinuitasan usahanya dalam menerbitkan laporan keuangan tahunan.


(58)

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengumpulan data dengan dokumen, peneliti menyelidiki benda tertulis seperti laporan keuangan, rasio keuangan, serta dokumen lain yang relevan dengan kepentingan penelitian.

8. Melakukan analisis data;

Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode verifikatif. Metode deskriptif dilakukan untuk menggambarkan perkembangan profitabilitas, leverage, dan voluntary disclosure. Sedangkan, metode verifikatif bertujuan untuk menguji pengaruh antara profitabilitas, leverage, terhadap voluntary disclosure baik secara parsial maupun secara simultan. Untuk menguji adanya hubungan dari Profitabilitas (Variabel Independen “X1”) dan Leverage (Variabel Independen “X2”) terhadap Voluntary Disclosure (Variabel dependen “Y”) digunakan korelasi analisis regresi berganda, dan untuk menguji pengaruh dari Profitabilitas (Variabel Independen “X1”) dan Leverage (Variabel Independen “X2”) terhadap Voluntary Disclosure (Variabel dependen “Y”) digunakan koefisien determinasi.

9. Melakukan pelaporan hasil penelitian;

Hasil dari penelitian kemudian disusun kedalam draft skripsi yang digunakan untuk pelaporan dalam sidang skripsi dan penyempurnaan laporan.


(59)

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Berdasarkan judul penelitian “Pengaruh Profitabilitas dan Leverage Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela Laporan Keuangan Tahunan (Voluntary Disclosure) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”, dapat diketahui bahwa variabel-variabel penelitian yang dapat dioperasionalisasikan untuk diteliti sebagai berikut:

1. Variabel bebas (independent variable)

Suatu variabel digolongkan sebagai variabel bebas apabila dalam hubungannya dengan variabel lain berfungsi menerangkan atau mempengaruhi keadaan variabel terikat tersebut. Dalam hal ini yang merupakan variabel bebas pertama adalah Profitabilitas (X1) dan Leverage (X2) sebagai variable bebas kedua.

2. Variabel terikat (dependent variable)

Suatu variabel digolongkan variabel terikat atau tidak bebas apabila dalam hubungannya dengan variabel lain, keadaan variabel tersebut diterangkan atau dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam hal ini yang merupakan variabel terikat adalah Voluntary Disclosure (Y).


(60)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel dan Skala Pengukuran

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala

Profitabilitas (X1)

Rasio Keuntungan (profitability ratio) atau rentabilitas, yaitu

rasio yang menunjukan

kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya.

(Martono, 2005:53)

ROI = Laba bersih setelah pajak Penjualan bersih

Rasio

Leverage (X2)

Rasio leverage finasial

(financial leverage ratio), yaitu rasio yang mengukur seberapa

banyak perusahaan

menggunakan dana dari hutang (pinjaman).

(Martono, 2005:53)

Total Utang

Debt to total asset =

Total Aktiva Rasio Voluntary Disclosure (Y) Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), yaitu pengungkapan laporan keuangan yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa

diharuskan oleh standar yang ada.

(Bambang, 2006)

Indeks = Jumlah skor V.disclosure terpenuhi Jumlah skor maksimal (33)

Rasio

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Penulis melakukan penelitian ini untuk mendapatkan data mengenai objek yang akan diteliti, data tersebut dapat dikelompokkan kedalam dua jenis data :


(61)

1. Data Primer

Menurut Narimawati (2007:76) data primer merupakan data yang diambil dari responden secara langsung yang dikumpulkan melalui survei lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan tertentu yang dibuat untuk itu.

2. Data Sekunder

Menurut Narimawati (2007:76) data sekunder merupakan data penunjang yang digunakan untuk mendukung penelitian, dalam penelitian ini meliputi informasi mengenai karakteristik organisasi, jumlah karyawan, data hasil evaluasi karyawan, penelitian terdahulu, serta materi perkuliahan yang berhubungan dengan objek data yang akan diteliti oleh penulis.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder yaitu profil perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar di BEI, laporan keuangan, dan rasio-rasio keuangan, perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2005-2009. Data sekunder didapatkan dari berbagai sumber yaitu literatur, artikel, serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2010:115) pengertian populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.


(1)

119

teringgi terjadi pada tahun 2005 sebesar 0,418. penyumbangkan tertinggi tiap tahun disumbangkan oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, sedangkan sumbangan terkecil PT. Mustika Ratu Tbk. Secara keseluruhan perkembangan Leverage mengalami penurunan sebesar 6,22% dihitung dari periode 2005 sampai akhir periode 2009.

3. Perkembangan voluntary disclosure pada Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009 mengalami Fluktuasi. Rata- rata rasio voluntary disclosure tahun 2005 sebesar 1,373, pada tahun 2006 menurun sebesar 0,87% menjadi 1,361. pada tahun 2007 meningkat sebesar 0,88% menjadi 1,373 kembali, kemudia tahun 2008 menurun sebesar 1,31% menjadi 1,355 dan meningkat lagi pada tahun berikutnya sebesar 0,66% menjadi 1,364. Rata- rata teringgi terjadi pada tahun 2005 dan tahun 2007 sebesar 1,373, sedangkan rata- rata terendah terjadi pada tahun 2008. Secara keseluruhan raso voluntary disclosure mengalami penurunan sebesar 0,66% pertahun dihitung dari periode 2005 sampai akhir periode 2009.

4. Secara simultan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio profitabilitas dan leverage terhadap voluntary disclosure dengan pengaruh hanya sebesar 10,69% dan sisanya sebesar 89,31% merupakan variabel lain yang tidak diteliti.


(2)

120

secara signifikan terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dengan besar pengaruh hanya sebesar -0,028%.

5.2Saran

Berikut ini merupakan beberapa saran mengenai penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Perusahaan harus melakukan usaha agar tingkat profitabilitasnya tetap stabil, misalnya dengan meningkatkan penjualan.

2. Manajer yang menginginkan peningkatan profitabilitas saat ini perlu mengurangi biaya ekspansi.

3. Kebijakan perusahaan dalam menentukan tingkat leverage yang terlalu besar justru tidak menguntungkan bagi perusahaan. Oleh karena itu manaler perlu melakukan kebijakan untuk memperbaiki rasio leverage atau tingkat struktur modalnya agar tidak membawa efek yang membahayakan bagi perusahaan. 4. Penelitian selanjutnya agar menggunakan jenis perusahaan yang berbeda


(3)

PENGARUH TINGKAT PROFITABILITAS DAN LEVERAGE

TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA

LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

The Influence Of The Profitability And Leverage To Voluntary Disclosure Of

Summary Financial Statements At Manufacture Companies In BEI

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Dalam menempuh Jenjang Strata Satu

Program Studi Manajemen

Oleh :

NAMA

: NIKITA ATMALI

NIM

: 21207149


(4)

121

DAFTAR PUSTAKA

Almilia, L. S & Retrinasari, I. (2007). Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEJ. Proceeding Seminar Nasional

Choi, Frederick D.S & Meek, G. K. (2005). Akuntansi Internasional. Jakarta: Salemba Empat

Hendriksen, E. S. & Van Breda, M. F. (2000). Teori Akunting Edisi Kelima, Buku Satu. Batam: Interaksa

Hendriksen, E.S. (1982). Teori Akuntansi Edisi Keempat, Jilid Dua. Jakarta: Erlangga

Irawan, B. (2006). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Yogyakarta, Skripsi Universitas Islam Indonesia

Irawati, S. (2006). Manajemen Keuangan. Bandung: Pustaka

Nicoleta, P. D. (1998). Voluntary Disclosure And Performance In Time Of Economic Instability. The Case Study Of Turism Felix Company. University of Oradea, Faculty of Economics


(5)

122

Rosmarsita, H. (2007). Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) Dalam Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta. Yogyakarta, Skripsi Universitas Islam Indonesia

Sudarmadji, A. M. & Sularto, L. (2007). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan. Proceeding PESAT, vol.2

http://www.component.astra.co.id/profile.asp?cat=1000231&id=1000693&lang=

EN&intro=1

http://id.wikipedia.org/wiki/Bata_%28perusahaan%29

http://utamiadp06.blog.com/2009/01/10/profil-pt-mustika-ratu/


(6)

CURICULUM VITAE

2011

Nama : Nikita Atmali

Tempat / Tanggal Lahir : Padang, 4 Juli 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Cigadung Selatan V no.2 Bandung 40191

Pendidikan Formal

1. SD Negeri Sukarela 3 Bandung Tahun 1995-2001 2. SMP Negeri 1 Ciawi TSM Tahun 2001-2004 3. SMA Negeri 1Ciawi TSM Tahun 2004-2007

.

Bandung, Juli 2011


Dokumen yang terkait

PENGARUH STATUS PERUSAHAAN DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

1 20 21

PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TELAH TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 9 106

PENDAHULUAN PENGARUH TINGKAT LIKUIDITAS, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN PORSI KEPEMILIKAN SAHAM OLEH PUBLIK TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 3 14

PENUTUP PENGARUH TINGKAT LIKUIDITAS, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN PORSI KEPEMILIKAN SAHAM OLEH PUBLIK TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 5 20

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKKAN PUBLIK, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA DALAM LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 3 24

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA DALAM LAPORAN TAHUNAN (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI).

0 6 30

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KEUANGAN DAN NON KEUANGAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 0 8

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DENGAN LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA DALAM LAPORAN HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DENGAN LUAS PENGUNGKAPAN SUKARELA DALAM LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JA

0 2 15

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela Laporan Tahunan pada Perusahaan non Keuangan yang Terdaftar di BEI.

0 11 132

Pengaruh struktur modal, likuiditas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan terhadap luas pengungkapan sukarela laporan tahunan : studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006 - USD Repository

0 0 129