1.5.3. Permukiman
Permukiman menurut UU No. 4 th 92 diartikan sebagai bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan
yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Secara garis besar, rumah
sebagai tempat bermukim memiliki empat fungsi pokok sebagai tempat tinggal yang layak dan sehat bagi manusia, yaitu : 1 rumah harus memenuhi kebutuhan pokok
jasmani manusia, 2 rumah harus memenuhi kebutuhan pokok rohani manusia, 3 rumah harus melindungi manusia dari penularan penyakit, dan 4 rumah harus
melindungi manusia dari gangguan luar Kurniasih, 2007. Pengembangan dan pembuatan permukiman hendaknya berpedoman kepada
empat fungsi pokok rumah di atas. Selain itu, permukiman yang berada di daerah bencana juga akan lebih baik manakala berkesesuaian dengan karakteristik bencana
yang terdapat pada daerah tersebut.
Volcanological Survey of Indonesia
2011, telah membuat ketentuan bagi rumah yang berada di sekitar gunungapi agar tahan terhadap
bencana gunungapi. Model rumah di sekitar gunungapi dibuat untuk mengantisipasi letusan
gunungapi atau yang disebut dengan
ashfall
yang berisi pasir, abu vulkan, dan kerikil. Rumah di sekitar gunungapi dibuat dengan atap yang mempunyai kemiringan 45
⁰ atau lebih curam lagi, kemudian tiang penopang atap dibuat lebih kerap dibantu dengan tiang
diagonal, dan atap terbuat dari seng agar tahan panas dan tahan lontaran batu pijar
Volcanological Survey Indonesia
, 2011. Gambar 1.2. di bawah ini menampilkan model rumah di sekitar gunung api.
Gambar 1.2. Model Rumah di Sekitar Gunungapi
Volcanological Survey of Indonesia, 2011
1.5.4. Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai analisis kerusakan permukiman akibat banjir lahar di sebagian Kabupaten Magelang ini merupakan penelitian yang pertama dilakukan.
Beberapa penelitian sejenis telah dilakukan, namun masing – masing memiliki lokasi
dan atau sudut pandang penelitian yang berbeda – beda. Penelitian terdahulu dilakukan
oleh Deliana 2011 di lapangan golf merapi, kemudian Satrio 2011 di Desa Argomulyo, Cangkringan, Sleman, kemudian Kumalawati, Lisditya dan Rijal 2012
mengenai zonasi lahar, persepsi masyarakat terhadap lahar dan valuasi ekonomi di Sub DAS Putih.
Deliana 2011 melakukan penelitian di lapangan golf merapi, Kabupaten Sleman, dengan tujuan melakukan kajian terhadap arah lahar dan tingkat bahaya yang
ditimbulkan. Metode yang digunakan adalah klasifikasi dan skoring. Teknik sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu
purposive sampling
. Analisis dengan pendekatan spasial, temporal, kompleks wilayah dan geomorfologi. Hasil penelitian
berupa peta tingkat bahaya lahar yang mengancam lapangan golf dan sekitarnya. Satrio 2011 mengambil daerah penelitian di Desa Argomulyo, Cangkringan,
Sleman bertujuan melakukan kajian terhadap arah luberan banjir lahar dan melakukan penilaian kerusakan lahan dan analisis daerah yang terkena resiko banjir lahar. Metode
yang digunakan adalah
overlay
peta dengan skoring dan pembobotan. Analisis hasil dengan pendekatan spasial, temporal, kompleks wilayah dan resiko banjir lahar. Hasil
penelitian adalah peta luberan banjir lahar, penilaian kerusakan lahan dan peta resiko banjir lahar di Desa Argomulyo.
Kumalawati, Lisditya dan Rijal 2012 mengambil daerah penelitian di Sub DAS Putih. Penelitian dilakukan guna mengetahui zonasi lahar, persepsi masyarakat terhadap
lahar dan valuasi ekonomi. Metode yang digunakan adalah zonasi bahaya lahar dengan
cross section
,
tracking
area terdampak dan interpolasi kontur. Penilaian persepsi dengan menggunakan korelasi produk momen. Valuasi ekonomi dampak kerusakan akibat
banjir lahar dilakukan dengan pengisian kuesioner dan pengambilan sampel menggunakan teknik
purposive sampling.
Hasil dari penelitian adalah Peta tingkat
bahaya banjir lahar, tabel nilai indeks korelasi, dan tabel valuasi ekonomi jumlah kerugian.
Rijal 2012 melakukan penelitian di sepuluh desa di sebagian Kecamatan Magelang yang terkena banjir lahar. Sepuluh desa tersebut adalah Gulon, Sucen,
Jumoyo, Seloboro, Sirahan Kecamatan Salam, Blongkeng Kecamatan Ngluwar, Ngrajek Kecamatan Mungkid, Adikarto, Tamanagung, Gondosuli Kecamatan
Muntilan. Penelitian ditujukan untuk mengetahui luapan banjir lahar, penilaian tingkat kerusakan permukiman, dan analisis pola sebaran kerusakan permukiman akibat banjir
lahar didaerah penelitian. Metode yang digunakan untuk mengetahui luapan banjir lahar di masing
– masing desa adalah dengan
gps tracking
, sedangkan metode yang digunakan untuk menilai kerusakan rumah adalah dengan wawancara dan pengampilan
sampel dengan teknik
stratified random sampling
. Hasil yang diharapkan dari penelitian berupa peta luapan banjir lahar per desa, tabel penilaian tingkat kerusakan rumah, dan
peta sebaran kerusakan permukiman akibat banjir lahar di masing – masing desa.
Analisis yang digunakan adalah pola spasial yang dapat menjelaskan sebaran kerusakan permukiman yang terkena banjir lahar. Perbandingan penelitian sebelumnya dan
penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada tabel 1.3. di bawah ini.
12 Tabel 1.3. Penelitian Sebelumnya
Nama dan Tahun Penelitian
Judul Tujuan
Metode Hasil
Risky Nurwidiati
Deliana A. S. 2011 Tingkat Bahaya Lahar Gunung
Merapi Terhadap Lapangan Golf
Merapi, Kabupaten
Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Kajian arah lahar dan tingkat bahaya yang ditimbulkan
Metode klasifikasi dan pemberian skor melalui sistem skoring.
Teknik sampling yangdigunakan dalam pengambilan sampel yaitu
purposive sampling
. Analisis
hasil dengan
pendekatan spasial, temporal, kompleks wilayah dan geomorfologi.
Peta tingkat bahaya lahar yang mengancam lapangan
golf dan sekitarnya.
Dinky Satrio P. 2011 Zonasi Luberan Banjir Lahar
untuk Analisis Resiko Bencana Pasca Erupsi Merapi 2010 di
Desa Argomulyo, Cangkringan, Sleman, DIY
Kajian arah luberan banjir lahar, melakukan penilaian terhadap
kerusakan lahan dan analisis daerah yang terkena resiko
banjir lahar di Desa Argomulyo. Overlay peta dengan metode skoring
dan pembobotan. Analisis hasil dengan pendekatan spasial, temporal, kompleks
wilayah dan resiko banjir lahar. Peta luberan banjir lahar,
penilaian kerusakan lahan dan peta resiko banjir lahar
di Desa Argomulyo.
Rosalina Kumalawati,
Afrinia Lisditya
P., Seftiawan Samsu Rijal
2012 Pengelolaan
Daerah Bahaya
Lahar Pasca Erupsi Gunungapi Merapi 2010 di Kali Putih
Kabupaten Magelang,
Jawa Tengah
Kajian zonasi bahaya lahar, penilaian
terhadap persepsi
masyarakat tentang
lahar, valuasi
ekonomi dampak
kerusakan akibat banjir lahar Zonasi bahaya lahar ditentukan dengan
cross section
,
tracking
area terdampak dan
interpolasi kontur.
Penilaian persepsi dengan menggunakan korelasi
produk momen. Valuasi ekonomi dampak kerusakan akibat banjir lahar
dilakukan dengan pengisian kuesioner dan pengambilan sampel menggunakan
teknik
purposive sampling.
1. Peta tingkat bahaya
banjir lahar 2.
Tabel nilai indeks korelasi
3. Tabel valuasi ekonomi
jumlah kerugian
Seftiawan Samsu Rijal 2012
Analisis Kerusakan Permukiman Akibat Banjir Lahar Pasca
Erupsi Gunungapi Merapi 2010 di
Sebagian Kabupaten
Magelang Mengetahui luapan banjir lahar,
penilaian tingkat
kerusakan permukiman, dan analisis pola
sebaran kerusakan permukiman akibat banjir lahar didaerah
penelitian Mengetahui luapan banjir lahar di
masing – masing desa dengan
gps tracking
, menilai
kerusakan rumah
dengan wawancara dan pengampilan sampel
per tingkat bahaya dengan teknik
stratified random sampling
1. Peta luapan banjir
lahar 2.
Tabel penilaian tingkat kerusakan rumah
3. Peta sebaran kerusakan
permukiman akibat
banjir lahar di masing – masing desa
1.6. Kerangka Penelitian