Kebiasaan Makanan Udang Windu (Penaeus monodon Fabr.) di Tambak Tradisional Sylvofishery Desa Karangsong Kecamatan Indramayu, Jawa Barat.

Agus Hermansah. C 31.1395. Kebiasaan Makanan Udang Windu (Penrrerrs
rnortodort Fabr.) di Tambak Tradisional Sylvofislzery Desa Karangsong
K e c a m a t a ~ .Indramayu, Jawa Barat. Dibavvah Bimbingan Dr. Ir. Ridwan
Affandi dan Ir. Niken T. M. Prati~vi,M.Si.
Tambak sylvojishery merupakan tambak dengan sistem pengelolaan
semiintensifltradisional sehingga pakan alami merupakan salah satu faktor yang
sangat penting dalam usaha budidaya udang di tambak tersebut. Pada kenyataanya
tidak semua jenis pakan yang tersedia dapat dimanfaatkan, karena tergantung kepada
kemampuan udang dalam memanfaatkan pakan tersebut. Kemampuan udani
memanfaatkan suatu jenis pakan alami tergantung dari ukuran udang, dan ukurin
udang di tambak berkaitan erat dengan umur tebar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makanan udang windu
pada berbagai umur tebar, yaitu umur 1 hari, 4 hari, 7 hari, 14 hari, 30 hari, dan 60
hari. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dasar bagi
pengembangan pengelolaan pakan alami pada budidaya udang di tambak.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 1998 - Pebruari 1999 di
tambak tradisional yang meng,wakan tandon tambak sylvojishery di Desa
Karangsong Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Tambak yang
dijadikan sebagai lokasi pengambilan contoh terdiri dari dua petak. Pada masingmasing petak diambil contoh udang sebanyak 30 ekor setiap pengambilan contoh.
Kemudian diambil juga contoh air, p l d q o n , dan makrozoobenthos di tiga titik
pengambilan contoh, yaitu inlet, tengah dan outlet. Analisis data meliputi parameter

fisika dan kimia air, kelimpahan plankton dan kepadatan benthos, indeks of
preponderance (IP), luas dan tumpang tindih relung, pertumbuhan dan falctor kondisi
udang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama pengamatan diperoleh niiai
kisaran suhu air sebesar 26 - 3 0 ' ~di kedua tambak. Salinitas berkisar antara 11 20%0di TZinbalC 1~daii 7 --15%0 di T a 6 a k 2. KiSarM nilai pH diTambak 1a8alah6
- 8,5 dan 6 - 8 untuk di Tambak 2. Konsentrasi oksigen terlarut berkisar antara 6 - 8
mgll di Tambak 1 dan 6,4 - 8,8 mg/l di Tambak 2. Kisaran parameter-parameter
tersebut cukup baik untuk udang. Konsentrasi nitrat berkisar antara 0,0045 - 0,145 1
mg/l di Tambak 1 dan 0,0228 - 0,104 mg/l di Tambak 2. Nilai orthofosfat berkisar
antara 0,013 - 0,4351 mg/l di Tambak 1 dan 0,026 - 0,3247 mg/l di Tambak 2. Nilai
kisaran tersebut tergolong rendah, dan rendahnya kandungan nitrat dan orthofosfat
ternyata berdampak terhadap rendahnya kelimpahan plankton.
Berdasarkan analisis isi lambung diperoleh jenis makanan udang windu terdiri
dari Bacillariophyceae, Cyanophyceae, Copepoda, Polychaeta, Gastropoda dan
Monogononta. Dari nilai IP diketahui bahwa udang windu (Penaeus monodon Fabr.)
umur 1 hari sampai 14 hari memakan zooplankton. Zooplankton yang cenderung
lebih disukai oleh udang pada umur tersebut adalah Copepoda, dengan nilai IP yang

semakin meningkat. Dari kelompok fitoplankton, jenis yang cenderung lebih disukai
adalah Bacillariophyceae. Nilai IP Bacillariophyceae semakin turun dengan

bertambahnya ukuran udang. Pada umur 30 hari, walaupun cenderung masih lebih
menyukai zooplankton tetapi sudah mulai memakan makanan yang berukuran lebih
besar, yaitu Gastropoda. Pada hari ke-60, udang telah beralih menjadi pemakan
makrozoobenthos. Hal ini terlihat dari nilai IP Gastropoda yang berada pada
peringkat tertinggi.
Luas relung makanan udang windu pada berbagai umur tebar tersebut ternyata
sempit. Keadaan ini menunjukkan bahwa udang cenderung menyukai jenis makanan
tertentu. Tumpang tindih relung makanan terjadi di antara udang yang berumur tebar
1 - 14 hari dan udang umur tebar 30 hari dengan 60 hari. Hal ini menunjukkan
bahwa jenis makanan udang umur 1 - 14 hari cenderung sama, sedangkan udang
umur tebar 30 hari cenderung sama dengan udang umur tebar 60 hari.
Kebiasaan makanan tersebut ternyata dipengaruhi oleh ketersediaan makanan
tersebut di perairan. Komposisi plankton yang diperoleh selama penelitian terdiri
dari sembilan kelompok, yaitu Bacillariophyceae, Cyanophyceae, Chlorophyceae,
Dinophyceae, dan Chrysophyceae yang tergolong fitoplankton, serta Copepoda,
Sarcodina, Nematoda, dan Monogononta yang tergolong zooplankton. Sedangkan
dari golongan makrozoobenthos hanya diperoleh Gastropoda, yaitu Syncera. Jika
dibandingkan antara Tambak 1 dan Tambak 2 temyata di Tambak 2 ketersediaan
makanan alaminya lebih baik.
Pertumbuhan udang mulai terlihat pesat setelah hari ke-14 sejak penebaran.

Jika dibandingkan antara Tambak 2 dengan Tambak 1, pertumbuhan di Tambak 2
lebih baik dibandingkan di Tambak 1.