Dengan bergerak akan merangsang peristaltik usus kembali normal. Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula.
b. Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk ibu merawat
anaknya. Perubahan yang terjadi pada ibu pasca operasi akan cepat pulih misalnya kontraksi uterus, dengan demikian ibu akan cepat merasa sehat dan
bisa merawat anaknya dengan cepat. c.
Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi sirkulasi darah normallancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan
tromboemboli dapat dihindarkan.
5. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi
a. Peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uterus yang tidak baik
sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah satu dari tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh.
b. Perdarahan yang abnormal. Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik
sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang
terbuka. c.
Involusi uterus yang tidak baik, Tidak dilakukan mobilisasi secara dini akan menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan
terganggunya kontraksi uterus.
6. Tahap-tahap Mobilisasi Dini
Universitas Sumatera Utara
Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap berikut ini akan dijelaskan tahap mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea :
a. Setelah operasi, pada 6 jam pertama ibu pasca seksio sesarea harus tirah
baring dulu. Mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki,
mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki.
b. Setelah 6-10 jam, ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan
mencegah trombosis dan trombo emboli. c.
Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk. d.
Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan Kasdu, 2003.
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini
a. Faktor fisiologis
1 Demam puerperalis didefinisikan sebagai peningkatan suhu mencapai
38,5
o
C pasca bedah. Demam pasca bedah hanya merupakan sebuah gejala bukan sebuah diagnosis, yang menandakan adanya suatu komplikasi
serius Cunningham dkk, 2005. 2
Perdarahan masa nifas pasca seksio sesarea didefinisikan sebagai kehilangan darah lebih dari 1000 ml. Dalam hal ini perdarahan terjadi
akibat kegagalan mencapai hemoestasis di tempat insisi uterus maupun pada placental bed akibat atonia uteri. Atonia uteri merupakan sebagian
besar penyebab terjadinya perdarahan pasca bedah. Ada beberapa keadaan yang menjadi predisposisi terjadinya atoni uteri, yaitu distensi
Universitas Sumatera Utara
dinding rahim yang berlebihan kehamilan ganda, polihidramnion atau makrosomia janin, pemanjangan masa persalinan dan grandemultiparitas.
3 Keberadaan nyeri
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, universal dan bersifat individual. Dikatakan bersifat individual karena respon individu terhadap sensasi
nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya. a
Pengukuran intensitas nyeri Menurut Perry dan Potter 1993, nyeri tidak dapat diukur secara
objektif misalnya dengan X-Ray atau tes darah. Namun tipe nyeri yang muncul dapat diramalkan berdasarkan tanda dan gejalanya. Kadang-
kadang hanya bisa mengkaji nyeri dengan berpatokan pada ucapan dan prilaku klien. Klien kadang-kadang diminta untuk menggambarkan
nyeri yang dialaminya tersebut sebagai nyeri ringan, nyeri sedang, atau berat. Bagaimanapun makna dari istilah tersebut berbeda. Tipe nyeri
tersebut berbeda pada setiap waktu. Gambaran skala nyeri merupakan makna yang lebih objektif yang dapat diukur. Gambaran skala nyeri
tidak hanya berguna dalam mengkaji beratnya nyeri, tetapi juga dapat mengevaluasi perubahan kondisi klien.
Ada tiga cara mengkaji intensitas nyeri yang biasa digunakan antara lain :
1 skala intensitas nyeri deskriptif
Universitas Sumatera Utara
2 Skala identitas nyeri numerik
3 Skala analog visual
4 Skala nyeri menurut bourbanis
Intensitas nyeri mengacu kepada kehebatan nyeri itu sendiri, untuk menentukan derajat nyeri, dapat menanyakan klien tentang nyeri
yang dirasakan dengan menggunakan skala numerik 0-10 atau skala yang serupa lainnya yang membantu menerangkan bagaimana
intensitas nyerinya. Cara mengkaji nyeri yang digunakan adalah 0-10
Universitas Sumatera Utara
angka skala intensitas nyeri. Intensitas nyeri dibedakan menjadi empat dengan menggunakan skala numerik yaitu :
: Tidak nyeri 1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi
dengan baik 4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat terkontrol: secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas
panjang dan distraksi 10
: Nyeri sangat berat tidak terkontrol : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
b. Faktor Emosional
Yang mempengaruhi mobilisasi adalah cemas ansietas Ansietas merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan
sesuatu diluar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan Asmadi, 2008
1 Tingkat Kecemasan
Peplau membagi tingkat kecemasan ada empat Stuart, 2001 yaitu : a
Kecemasan ringan yang berhubungan dengan ketegangan dalam
Universitas Sumatera Utara
kehidupan sehari-hari. Kecemasan ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat
memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. b
Kecemasan sedang yang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain. Kecemasan ini
mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian individu mengalami tindak perhatian yang selektif namun dapat brfokus pada
lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya. c
Kecemasan berat yang sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta
tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan
untuk berfokus pada area lain. d
Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena
mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup
diorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang
lain, pesepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini sejalan dengan kehidupan, jika
berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian. Gejala-gejala tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tingkat Tanda Fisik
Intelektual Sosail dan
Universitas Sumatera Utara
Kecemasan Emosional
Minimal mendekati 0
Kecemasan Ringan +1
Kecemasan Sedang +2
Tekanan darah, nadi, respirasi dalam batas
normal. Pupil kontraksi, otot
relaksasi sedikit atau tidak ada tahanan pada
gerakan pasif. Rangsangan sistem
simpatik pada tingkat rendah, ketengan otot
skeletal mulai ringan sampai moderat, tubuh
relaksasi, pergerakan lambat dan
mempunyai arti. Kontak mata
dipertahankan, suara tenang dan intonasi
baik. Sistem saraf simpatis
aktif : Tekanan darah meningkat, denyut
jantung meningkat, pernafasan meningkat,
Sistem saraf simpatis aktif : tekanan darah
meningkat, pernafasan meningkat, pupil
dilatasi. Peningkatan tegangan otot
bersamaan dengan penekanan
penginderaan, dan gerakan tidak
menentu. Suara menunjukkan kesan
perhatian dan ketertarikan masalah
yang terjadi. Kecepatan bicara
meningkat, nada suara meningkat,
kewaspadaan Aktifitas kognitif
minimal, sikap mengabaikan
stimulus dari lingkungan, tidak
berusaha aktif terhadap proses
informasi, kesadaran tidak berubah.
Lapangan perseptual terbuka, mampu
merubah fokus perhatian, sadar akan
lingkungan luar, berfikir positif pada
dirinya, perhatian rendah terhadap
sesuatu yang tak terduga atau hal yang
negatif. Persepsi sempit,
fokus perhatian khusus pada stimulus
eksternal atau internal. Berusaha
menyadari proses informasi.
Pikiran terpusat pada diri sendiri, pikiran
tentang kemampuan diri sendiri, berusaha
mendapatkan sumber-sumber
penting untuk pemecahan masalah.
Hasil positif pemecahan masalah
belum tentu dicapai. Tidak ada interaksi
sosial, tidak ada usaha menghadapi
stimulus dari lingkungan, aktifitas
emosional minimal, mengabaikan
situasi, merasa kuat dan merasa puas
Tingkah laku spontan.
Perasaan positif dan nyaman, percaya
diri dan puas. Aktifitas
menyendiri. Meningkatkan
kemampuan dalam belajar menganalisa
masalah, pengaturan kognitif dan
gerakan, Meningkatkan
kemampuan dalam belajar menganalisa
masalah, pengaturan kognitif dan
gerakan, merasa ada tantangan dalam
menyelesaikan dilemamasalah.
Rasa percaya diselingi rasa takut.
Harga diri rendah dan kemungkinan
tidak mampu. Perilaku lari fligh
dari masalah dimanifestasikan
dengan menarik diri,
Universitas Sumatera Utara
Berat +3 meningkat.
Respon berjuang atau lari dari masalah.
Sistem saraf simpatis dihambat secara
umum. Rangsangan pada medulla adrenal
ditandai dengan peningkatan
katekolamin, denyut jantung cepat,
palpitasi, gluko sa darah meningkat,
aliran darah ke sistem pencernaan menurun,
aliran darah ke otot rangka meningkat,
penegangan otot berlebihan, kaku,
hiperventilasi, reaksi fisik meningkat,
agitasi, gerakan tidak menentu, meremas
tangan, resah, gemetar, terpaku
tidak bergerak. Nafsu makan hilang,
mual. Efek verbal : gagap,
cepat, nada suara meningkat, berbicara
putus-putus, ragu- ragu.
Ekspresi wajah : Kontak mata sedikit,
gerakan mata ratamanatap,
menggeretakkan gigi, rahang kaku.
Kapasitas persepsi sangat sempit,
perhatian yang berlebihan pada satu
stimulus, penyelesaian
masalah tidak efektifsulit, tidak
perduli pada ancaman,
mengingkari masalah, disorientasi
waktu dan tempat. Kemungkinan
berfikir secara negatif, aktualisasi
diri rendah. mengingkari dan
depresi. Ancaman pada diri
meningkat, mengalami
disosiasi.
c. Faktor perkembangan
Faktor yang mempengaruhi adalah umur dan paritas Potter, 2006 : 9.
Universitas Sumatera Utara
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang wanita dan umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak
dilahirkan.
B. Seksio Sesarea 1. Pengertian