Karakteristik Organisasi Pembalak Tradisional dalam Pembalakan Ilegal di KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah

RINCKASAN SKRIPSI

Soedaryanto, E02496016. KARAKTERISTIK ORGANISASI PEMBALAK TRADISIONAL

DALARI

PERIBALAKAN

ILEGAL

DI

KPH

CEPU

PERUM

PERHUTANI

UNIT I JAWA TENGAH. Dibawah bimbingan ir. Bramasto Nugroho, IMS dan Dr. ir. Hariadi

Kartodihardjo, MS.
Pembalakan ilegal atau yang sering disebut pencurian kayu m e ~ p a k a nsalah satu masalah
yang besar dan sangat sulit untuk dipecahkan oleh Perum Perhutani. Kegiatan pembalakan ilegal ini
dilahkan oleh kelompok-kelompok pembalak yang diduga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidup mereka sehari-hari. Untuk memecahkan permasalahan tersebut maka ha1 yang terpenting yang
perlu diketahui adalah informasi atau data yang akurat khususnya mengenai karakteristik kelompokkelompok pembalak yang melakukan pembalakan ilegal.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui profil dan kineja kelompok pembalak dalam
~iielakukanpembalakan ilegal, serta mengetahui biaya produksi dan peiidapatan dari pembalakan ilegal
oleh kelompok-kelompok pembalak.
Bentuk penianfaatan hasil hutan kayu yang sebagian besar masih menggunakan teknologi
sederhana adalah sistem pemanenan yang dilakukan oleh kelompok pembalak tradisional. Kelompok
pemhalak yang teridentitikasi pada saat penelitian ini. dalam waktu kurang lebili dari 2 jam mereka
dapat menebang rata-rata 4 pohon berdiameter rata-rara 30 cm dan sudah merubahnya menjadi kayu
perse2i dalani bentuk sortimen-sortimen yang sudah siap diangkut.

Peralatan !fang digunakanpun

sangat sederhana yaitu kapakfsir7gIc bit); gergaji manual jenis segi tiga datar dan kadang-kadang
sepeda sebagai angkutan.


Kayu jati hasil dari penibalakan tersebut dibagi sesuai dengan panjang

sonimen yang dipesa~ioleh pembeli sebelumnya.
Dua faktor yang mendorong kelompok pembalak untuk melakukan pe~nlialakanilegal, paitu
faktor illtern (niat dan kesempatan melakukan pembalakan ilegal ununt memenuhi kebutuhan ekonomi
kelompok pembalak). dan faktor elistern (adanya konsumen yaitu pembeli yang kebanyakan
masyarakat umum dan pengmpul yang biasanya pemilik sawmill legal yang niembutuhkan bahan
baku). Pekerjaan lain tidak cukup memenuhi kebutuhan hidup mereka untuk it11 niereka melakukan
pernhalakan ilegal. Dilihat dari segi kriminologi, maka sesungguhnya

suatu perbuatan melawan

hukuni lianya bisa tejadi apabila terdapat dua unsur yaitu unsur niat dan uiisur kesempatan. Sekalipun
ada niat tetapi tidak ada kesempatan maka pembalakan ilegal tidak akan terjadi (Pusdik Kehutanan
Cepu. [975), karena ada niat dan peluang itulah mereka melakukan pembalakan ilegal, ditambah
dengan kebutuhan akan ekonomi dan kemudahan pemasaran kayu ke konsumen. sehingga aksi yang
mereka lakukan mengarah ke perilaku krirninal. Persepsi kelompok pembalak terhadap kepemilikan

hutan sangat mereka pahami. walaupun tingkat pendidikan mereka kebanyakan SD atau tidak pernah
merasakan bangku sekolah. Jadi bukan karena persepsi yang salah terhadap kepemilikan hutan

kelompok pembalak melakukar~aksinya.
Pengalaman menjadi kelompok pembalak beraneka ragam, kelompok I dan III mempunyai
pengalaman 9 - 12 tahun dan 7 - 14 tahun, sehingga profesi sebagai pembalak ilegal sudah menjadi
pekerjaan utama mereka. Ada sekitar 20 - 25 kelompok pembalak di seluruh wilayah KPH Cepu untuk
jenis kelompok ini. Kelompok TI, lV, V dan VI mempunyai pengalaman 3 - 4 tahun. Mereka muncul
pada saat gejolak ekonomi terjadi tahun 1997, pada awal tahun 1997 ada sekitar 50 kelompok tetapi
untuk sekarang ini diperkirakan tinggal20 kelompok diseluruh wilayah KPH Cepu.
Hubungan antara kelompok pembalak dengan konsumen hanya sebatas hubungan jual beli,
tanggung jawab dan resikonya ditanggung sendiri-sendiri. Kelompok pembalak dalam perekmtan
anggotanya cenderung men~pakansatu kerabat keluarga dan berdomisili di satu desa, ha1 ini dinilai
kelompok pembalak adalah ha1 yang efektif untuk mengantisipasi besamya resiko dalam kegiatan
pembalakan ilegal yang mereka lakukan. Dan fenomena ini maka tidak mengherankan bahwa banyak
desa-desa di kawasan KPH Cepu menunjukkan indikator bahwa hampir semua penduduknya
~nempakananggota kelompok penibalak tradisional.
Sistem angkutan untuk mengeluarkan kayu dari hutan yang digunakan oleh kelornpok
pembalak terbagi menjadi dua cara yaitu cara manual dan cara semi mekanis dengan menggunakan
sepeda.

Semua kelompok pembalak men~_rmnakancara penganghtan manual, walaupon jarak


.
angkutannya dari areal kerja menuju rumah kelompok pembalak berkisar antara 6 - 10 k n ~ Kelompok
111 dan VI menggunakan juga sepeda untuk alat angkutannya.
Pengolaban kayu jati persegi lhasil pembalakan ilegal menjadi bentuk papan, kusen. usuk;
reng dan lain-lain dilakukan dengan 2 cara yaitu mekanis, dengan menyewa sawmill ilega!.
Kepemilikan sawmill ilegal ini terpisah dengan kelompok pembalak, ha1 ini disebabkan karena resiko
yang tinggi.

Produktivitasnya berkisar antara 7

Rp 1.000,OOhoah. untuk reng Rp 500;00/buah.

-

S papantjam. Untuk membuat papan seharga

Sawmill ini merupakan rakitan sendiri dari mesin

diesel jenis kubota. dengan gergaji circle. Manual dengan gergaji jenis segi tiga datar. Cara ini lebih
aman dan lebih banyak digunakan oleh kelonlpok pembalak. Produktivitas alat ini lebih rendah yaitu

2 -:
papanljam.
L'rutan pembalakan ilesal yang dilakukan oleh kelompok pembalak meliputi :
1.

Persiapan, dengan melakukan survey lapangan, dengan maksud untuk mendapatkan hasil yang
maksimal sesuai dengan pesanan konsumen. Pohon yang akan dijadikan target tebangan biasanya
berdiameter lebih besar dari 30 cm dan disesuaikan dengan pesanan konsumen.

2.

Penebangan, pada intinya cara penebangan yang akan dilakukan menitikberatkan pada keamanan
kelompok pembalak, dalam artian pohon diharapkan sudah roboh dalam waktu yang singkat dan

cepat.

Untuk it11 cara penebangan yang dilakukanpun unik yaitu takik tebang d a ~ itakik balas

dibuat secara bersamaan oleh dua anggota pe~nbalakdengan menggunakan kapak.
3.


Pembagian Batang, setelah polion roboh. seorang anggota pembalak Inelnotong ta.jtik trnttlk
~nenghasilka~i
batang bebils cabang. Bersamaan dengan it11 anggota yang lain membagi batang

-

nienjadi 2 sortimen dengan panjang 2.5

4 n ~ .sedangkan anggota yang tersisa menjadikan

sorrinien tersebut ~iienjadikayu persegi yang sudali siap diangkut.
4.

Pengangkutan. pengangkutan dapat dilakukan secara manual maupun semi mekanis dengan alat
bantu sepeda.
I