untuk kebutuhan sehari-hari, makin kecil risiko anak terkena penyakit kurang gizi Soekirman, 2000. Higienitas makanan adalah Tindakan nyata dari ibu anak
balita dalam kebersihan dalam mengelola bahan makanan, penyimpanan sampai penyajian makanan balita
2.2.7. Jumlah Anggota Keluarga
Seandainya anggota keluarga bertambah, maka pangan untuk setiap anak berkurang. Usia 1 -6 tahun merupakan masa yang paling rawan. Kurang
energi protein berat akan sedikit dijumpai pada keluarga yang jumlah anggota keluarganya lebih kecil Winarno 1990 dalam Ernawati 2006.
2.2.8. Tingkat Pendapatan
Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi pertama pada kondisi yang umum di masyarakat Latief dkk 2000 dalam Ernawati 2006.
Batas kriteria UMR Upah mimimum regional menurut BPS untuk daerah pedesaan adalah Rp.1.375.000,-
2.2.9. Tingkat Pendidikan Ibu
Pendidikan sangat mempengaruhi penerimaan informasi tentang gizi. Masyarakat dengan pendidikan yang rendah akan lebih mempertahankan tradisi-
tradisi yang berhubungan dengan makanan sehingga sulit menerima informasi baru di bidang Gizi. Selain itu tingkat pendidikan juga ikut menentukan mudah
tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, akan semakin mudah dia menyerap informasi yang
diterima termasuk pendidikan dan informasi gizi yang mana dengan pendidikan gizi tersebut diharapkan akan tercipta pola kebiasaan yang baik dan sehat
Universitas Sumatera Utara
Handayani 1994 dalam Ernawati 2006. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan
menginplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan perbaikan gizi. Tingkat pendidikan dapat disederhanakan
menjadi pendidikan tinggi tamat SMA- lulusan PT dan pendidikan rendah tamat SD
– tamat SMP. Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk daerah wajib belajar 12 tahun Nuh, 2013 .
2.2.10. Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
Pengetahuan tentang kadar gizi dalam berbagai bahan makanan, kegunaan makanan bagi kesehatan keluarga dapat membantu ibu memilih bahan
makanan yang harganya tidak begitu mahal akan tetapi nilai gizinya tinggi Soekanto 2002 dalam Yusrizal 2008. Kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi
berakibat pada rendahnya anggaran untuk belanja pangan dan mutu serta keanekaragaman makanan yang kurang. Keluarga lebih banyak membeli barang
karena pengaruh kebiasaan, iklan, dan lingkungan. Selain itu, gangguan gizi juga disebabkan karena kurangnya kemampuan ibu menerapkan informasi tentang gizi
dalam kehidupan sehari-hari Winarno 1990 dalam Ernawati 2006.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
3.1. Kerangka Konsep
Kerangka konseptual dari penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan status gizi balita dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan dan
pelayanan kesehatan saja Supariasa, 2002. Menurut beberapa teori bahwa ada faktor status gizi balita yang bisa dijadikan sebagai variabel penelitian.
Faktor-faktor tersebut adalah: tingkat pendidikan orangtua, tingkat pendapatan keluarga, riyawat penyakit infeksi, konsumsi makanan,
higienitas makanan, jumlah anak, dan tingkat pengetahuan ibu tentang keadaan gizi balita.
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita
Tingkat pendidikan orangtua Tingkat pendapatan keluarga
Riwayat penyakit infeksi Konsumsi makanan
Higienis makanan Jumlah anak
Pengetahuan ibu tentang keadaan
gizi balita
Skema 1 : Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita C
Status Gizi Balita
Kurang Baik
Lebih
Universitas Sumatera Utara
3.2. Defenisi Operasional
Tabel 1. Defenisi operasional penelitian No
Variabel Defenisi Operasional
Alat Ukur Skala Hasil Ukur
1 Faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi balita
a. Tingkat pendidikan
orangtua Jenjang pendidikan
tertinggi yang pernah dicapai oleh responden
berdasarkan pendidikan formal
Kuesioner yang berisikan dengan
jenjang tingkat pendidikan keluarga
sesui wajib belajar 12 tahun. Jika
pendidikan ibu SD –
SMP maka dikatakan pendidikan rendah
sedangkan jika SMA – lulusan PT maka
dikatakan pendidikan tinggi
Ordinal Hasil:
1. Pendidikan rendah
2. Pendidikan tinggi
b. Tingkat pendapatan
keluarga Jumlah pendapatan
tetap dan sampingan dari kepala keluarga,
ibu, dan anggota keluarga lain dalam 1
bulan Kuesioner yang
berisikan jumlah pendapatan
berdasarkan UMR yaitu Rp.
1.375.000,- . Jika pendapatan
dibawah Rp.1.375.000,-
maka dikatakan dibawah UMR dan
jika lebih dari Rp.1.375.000,-
maka dikatakan
Ordinal 1.
Dibawah UMR 2.
Diatas UMR
Universitas Sumatera Utara
diatas UMR
c. Riwayat penyakit
infeksi Riwayat penyakit yang
pernah diderita balita pada saat ini dan tiga
bulan terakhir seperti diare dan ispa
Kuesioner yang berisikan pertanyaan
dengan dua kemungkina jawaban
dengan ya dan tidak.. Jika balita pernah
mengalami penyakit ispa maupun diare
pada saat ini dan tiga bulan terakhir maka
dikatakan “Ada” dan jika balita tidak
mengalami ispa maupun diare saat ini
dan tiga bulan terakhir maka
dikat akan “Tidak”.
Ordinal 1.
Ada 2.
Tidak
d. Konsumsi makanan Frekuensi konsumsi
sejumlah bahan makanan atau
makanan jadi untuk balita selama periode
tertentu Kuesioner
menggunakan metode food
frequency yang memuat daftar
makanan dengan enam pertanyaan dan
empat kemungkinan jawaban 3xhari
dengan nilai 4, 2xhari bernilai 3,
1xhari bernilai 2, 4- 6xminggu bernilai
1. Skor tertinggi adalah 24. Jika skor
Ordinal 1.
Kurang 2.
Baik
Universitas Sumatera Utara
6-14 maka dikatakan kurang dan jika skor
15-24 maka dikatakan baik.
e. Higienis makanan
Tindakan nyata dari ibu anak balita dalam
kebersihan dalam mengelola bahan
makanan, penyimpanan sampai
penyajian makanan balita
Kuesioner yang berisikan pernyataan
dengan empat kemungkinan
jawaban menurut skala likert dengan
nilai 1-4. Skor tertinggi adalah 40.
Jika skor 10-24 maka dikatakan kurang dan
jika skor 25-40 maka dikatakan baik.
Ordinal 1.
Kurang 2.
Baik
f. Jumlah anak
Jumlah anak yang merupakan
tanggungan kepala keluarga
Kuesioner yang berisikan pertanyaan
jumlah anak dalam keluarga inti. Jika
jumlah anak dibawah atau sama dengan
dua orang makan dikatakan ≤2 orang
dan jika jumlah anak lebih dari dua orang
maka dikatakan 2 orang.
Ordinal 1.
≤2 orang 2.
2 orang
g. Pengetahuan
Tingkat pemahaman ibu tentang
pertumbuhan balita, pemberian makan
balita dan makanan Kuesioner yang
berisikan pertanyaan dengan dua
kemungkinan jawaban dengan
Ordinal 1.
Kurang 2.
Baik
Universitas Sumatera Utara
bergizi untuk balita Pertanyaaan postif
maka jawaban benar diberi nilai 1 dan
salah diberi nilai 0 dan pertanyaan
negatif maka jawaban benar diberi
nilai 0 dan salah diberi nilai 1 dengan
skor tertinggi adalah 20. Jika skor
dibawah 15,2 maka dikatakan kurang dan
jika skor lebih atau sama dengan 15,2
maka dikatakan baik 2
Status gizi balita Rasio berat badan dan
tinggi badan. Gizi lebih dikatakan apabila
BBTB berada pada skor +2SD, gizi baik
dikatakan jika BBTB berada pada skor -2SD
sd +2SD sedangkan gizi kurang dikatakan
jika BBTB berada pada skor -2SD.
Timbangan berat badan dan meteran
tinggi badan dan dilakukan dua kali
pengukuran Nominal
e. Gizi kurang
-2SD f.
Gizi baik: -2SD sd +2SD
g. Gizi lebih:
+2 SD
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran status gizi balita dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya di wilayah Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara Suyanto, 2011.
4.2. Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling 4.2.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah balita yang berusia 12-60 bulan yang bertempat tinggal di Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara yang terdiri dari
Sembilan Desa. Populasi penelitian keseluruhan sebanyak 1262 orang.
4.2.2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah ibu dan balitanya. Karena jumlah populasi lebih dari 100 maka besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Zα
2
x P x Q dengan, Z = Ketetapan Z skor berdasarkan kepercayaan
n = α = Nilai Alfa
d
2
d = Nilai presisi P = Proporsi
Q = 1- Proporsi n = Jumlah sampel
berdasarkan survei awal bahwa belum ada penelitian sebelumnya di Kecamatan Afulu tersebut, oleh karena itu belum ada penelitian sebelumnya maka peneliti
menetapkan nilai P sebesar 50. Nila 50 dipilih karena perkalian PxQ akan
Universitas Sumatera Utara
maksimal. Jika P = 50 alfa sebesar 5 sehingga Zα = 1,96 dengan presisi d 10 Dahlan, 2010.
Maka besar sampel dalam penelitian ini adalah 1,96
2
x 0,5 x 0,5 n =
0,10
2
n = 96 orang. Kriteria Inklusi sampel adalah:
Ibu yang mempunyai Anak usia 12-60 bulan yang bertempat tinggal di Kecamatan Afulu
Ibu yang dapat berkomunikasi Balita yang bersedia dilakukan penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan Ibu yang bersedia menjadi responden.
Keluarga Inti Kriteria Eksklusi sampel adalah:
Ibu dan balita yang di di wilayah Kecamatan Afulu kurang dari 1 tahun dan lebih dari 5 tahun
Tidak dapat berkomunikasi Tidak bersedia menjadi responden.
4.2.3. Teknik sampling