PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KADAR AIR DAN JUMLAH MIKROBIA PADA MI BASAH DARI KOMPOSIT TEPUNG UBI JALAR UNGU DAN TEPUNG Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Air Dan Jumlah Mikrobia Pada Mi Basah Dari Komposit Tepung Ubi Jalar Ungu Dan Tepung Ta

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KADAR AIR DAN JUMLAH MIKROBIA
PADA MI BASAH DARI KOMPOSIT TEPUNG UBI JALAR UNGU DAN TEPUNG
TAPIOKA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:
AISYAH SHIDDIIQAH
J 310 120 066

PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KADAR AIR DAN
JUMLAH MIKROBIA PADA MI BASAH DARI KOMPOSIT TEPUNG UBI
JALAR UNGU DAN TEPUNG TAPIOKA
Abstrak
Tepung ubi jalar ungu memiliki karakteristik amilosa dan amilopektin

yang hampir menyerupai tepung terigu sehingga dapat diolah menjadi
produk mi basah.Tepung tapioka dapat digunakan sebagai bahan
perekat adonan mi basah tepung ubi jalar ungu agar adonan tidak
rapuh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
lama penyimpanan terhadap kadar air dan total mikrobia pada mi
basah tepung komposit. Jenis penelitian yang digunakan adalah
eksperimental dengan rancangan acak lengkap.Variasi lama
penyimpanan yaitu 0 jam, 12 jam, 24 jam dan 36 jam. Kadar air diuji
menggunakan metode Thermogravimetri dan pengujian total mikrobia
menggunakan metode Total Plate Count(TPC). Analisis kadar air
menggunakan kruskal wallis dan analisis total mikrobia menggunakan
one way anova dengan taraf signifikansi 95% dan dilanjutkan uji
DuncanMultiple Range Test (DMRT). Kadar air mi basah tepung
komposit tertinggi pada lama penyimpanan jam ke-36 (52,2%),
sedangkan total mikrobia mi basah tepung komposit tertinggi pada
lama penyimpanan jam ke-24 (7,1 log CFU/g). Tidak terdapat
pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air mi basah tepung
komposit (p=0,082). Terdapat pengaruh signifikan antara lama
penyimpanan terhadap total mikrobia mi basah tepung komposit
(p=0,008). Lama penyimpanan mi basah tepung komposit terbaik

adalah sebelum jam ke 24.
Kata kunci: jumlah mikrobia, kadar air, mi basah, tepung tapioka dan
ubi jalar ungu.

Abstracts
Purple sweet potato flour has the characteristics of amylose and
amylopectin which is almost like wheat flour so it can be processed
into a wet noodle. Tapioca flour can be used as an adhesive in wet
noodle dough from purple sweet potato flour so that the dough does
not fragile. The purpose of this research was to determine the effect of
1

storage time on the water content and the number of microbes in a wet
noodle composite flour. This type of research was experimental with a
completely randomized design. Variations in storage time were 0
hours, 12 hours, 24 hours and 36 hours. The water content was tested
using the method Thermogravimetri and total microbial tested using
Total Plate Count (TPC). Statistical analysis of water content was
tested using Kruskal Wallis test and analysis of total microbes tested
one-way ANOVA with a significance level of 95% continued test of

Duncan Multiple Range Test (DMRT). The highest water content of a
wet noodle composite flour was found at 36 hours storage time
(52.2%), while the highest total microbial wet noodles composite flour
was found storage time of 24 hour (7.1 log CFU/g). There was no
significant effect of storage time on the water content of a wet noodle
flour composites (p = 0.082). There was significant influence between
the storage time of the total microbial wet noodle flour composites (p
= 0.008). The acceptable storage time of wet noodle composite flour
was before the 24th hour.
Keywords: the number of microbes, water content, wet noodles,
tapioca flour and purple sweet potato.
1. PENDAHULUAN
Mi merupakan salah satu produk olahan tepung terigu yang cukup populer di
kalangan masyarakat.Sebanyak 3,8% penduduk Indonesia mengonsumsi mi basah ≥1
kali per hari (Riskesdas, 2013). Tingginya konsumsi mi basah mengakibatkan
tingginya komsumsi tepung terigu. APTINDO (Asosiasi Produsen Tepung Terigu
Indonesia) menyebutkan bahwa konsumsi terigu nasional pada tahun 2012 sebesar
5,1 juta ton, meningkat sebanyak 8,93% dibanding tahun 2011. Pada tahun 2013
konsumsi terigu nasional mencapai 5,3 juta ton atau meningkat 3,3% dari tahun 2012
(BPS, 2014).

Dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap terigu, maka perlu
dikembangkan produk mi bebas gluten berbahan dasar pangan lokal.Mi bebas gluten
sangat dianjurkan untuk penyandang Autism Spectrum Disorder (ASD) karena tidak
dapat mencerna gluten dengan baik. Gluten yang tidak tercerna akan terbawa ke otak
dan dianggap sebagai morfin sehingga timbul sifat temperamental dari penderita ASD

2

(Mashabi, 2009). Dalam penelitian ini, dipilih tepung komposit dengan kombinasi
tepung ubi jalar ungu dan tepung tapioka sesuai dengan penelitian Richana (2009)
yaitu menggunakan perbandingan tepung ubi jalar dan tepung tapioka 80:20 sebagai
bahan baku pembuatan mi. Penggunanan tepung ubi jalar ungu pada pembuatan mi
basah karena rasio perbandingan amilosa dan amilopektin pada tepung ubi jalar ungu
mendekati tepung terigu yaitu 1:3 (Muchtadi, 2011).Fungsi penambahan tepung
tapioka untuk bahan baku pembuatan mi basah non gluten selain mengentalkan,
tepung tapioka juga memiliki karakteristik fisikokimia yang mendekati tepung terigu
yaitu ukuran granul, kadar amilosa dan amilopektin (Risti, 2013). Sehingga
diharapkan produk yang dihasilkan memiliki karakteristik adonan yang sama.
Tepung ubi jalar ungu memiliki kandungan protein 2,79% (Karleen, 2010).
Kadar protein pada tepung tapioka berkisar antara 0,5 – 0,7% (Rahman, 2007). Sesuai

dengan penelitian Adeleke (2010) bahwa kapasitas penyerapan air tepung ubi jalar
lebih rendah daripada tepung terigu (2,45 gs-1) yaitu sebesar 1,27 gs-1. Kandungan air
dalam bahan pangan berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba, termasuk mikroba
pembusuk dan patogen maka pangan memiliki tingkat risiko kemanan yang berbeda
sehingga dapat

mempengaruhi lama simpan produk tersebut

(Kusnandar,

2011).Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama
penyimpanan terhadap kadar air dan total mikrobia mi basah tepung komposit.

2. METODE
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 4
perlakuan lama penyimpanan yaitu 0 jam, 12 jam, 24 jam dan 36 jam pada suhu
ruang setiap perlakuan diulangi sebanyak 3 kali. Pembuatan tepung ubi jalar ungu
menggunakan metode penjemuran tanpa proses pengukusan atau perebusan terlebih
dahulu. Tepung tapioka diperoleh dari pasar Gagan, Ngemplak, Boyolali dengan
merk Rose Brand. Pengujian kadar air menggunakan metode Thermogravimetri atau

oven. Pengujian total mikrbia menggunakan metode Total Plate Count (TPC) dengan

3

system penghitungan mengikuti Standar Plate Count.Analisis kadar air menggunakan
kruskal wallis dan analisis total mikrobia menggunakan one way anova dengan taraf

signifikansi 95% dan dilanjutkan uji DuncanMultiple Range Test (DMRT).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Jumlah Mikrobia pada Berbagai Lama Penyimpanan
Mikroorganisme membutuhkan nutrisi untuk pertumbuhannya.Komponen
yang dapat digunakan sebagai nutrisi mikroba adalah karbohidrat, protein, lipida,
mineral dan vitamin (Sopandi, 2014).Hasil uji pengaruh lama penyimpanan terhadap
jumlah mikrobia dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.Jumlah Mikrobia Mi Basah Komposit pada Berbagai Lama
Penyimpanan
Lama
Simpan
0 jam

12 jam
24 jam
36 jam

Min.
4,0
5,3
6,4
6,2

Kadar air (%)
Maks.
Rata-rata ± SD
5,8
4,8 ± 0,92a
5,6
5,4 ± 0,17a
7,5
7,1 ± 0,60b
7,4

6,6 ± 0,66b

p

0,008

Keterangan:
Notasi huruf pada kolom menunjukkan ada beda dari hasil analisis
Duncan.

Hasil analisis one way anova menunjukkan bahwa perlakuan lama
penyimpanan (0 jam, 12 jam, 24 jam dan 36 jam) menunjukkan pengaruh nyata (p <
0,05) terhadap total mikrobia mi basah tepung komposit dengan nilai p = 0,008. Oleh
karena ada beda nyata maka dilanjutkan dengan uji beda Duncan.
Total mikrobia mi basah tepung komposit mengalami peningkatan pada lama
penyimpanan jam ke-0 hingga jam ke-24 dan mengalami penurunan pada jam ke-36.
Nilai total mikrobia berturut-turut dari jam ke 0, 12, 24 dan 36 yaitu 4,8 log CFU/g;
5,4 log CFU/g; 7,1 log CFU/g; dan 6,6 log CFU/g. Total mikrobia pada mi basah

4


mengalami peningkatan pada lama penyimpanan 24 jam kemudian menurun pada
lama penyimpanan 36 jam.
Berdasarkan Tabel 1 diperoleh bahwa rata-rata total mikrobia terendah
terdapat pada mi basah tepung komposit dengan lama penyimpanan 0 jam yaitu
sebesar 4,8 log CFU/g. Sedangkan rata-rata total mikrobia tertinggi terdapat pada mi
basah tepung komposit dengan lama penyimpanan 24 jam yaitu sebanyak 7,1 log
CFU/g.
Mikrobia membutuhkan waktu untuk membelah diri atau memperbanyak diri
yang disebut sebagai waktu generasi.Waktu yang dibutuhkan oleh mikrobia untuk
membelah diri sangat bervariasi bergantung pada kondisi lingkungan.Sebagian besar
mikrobia mempunyai waktu generasi 1-3 jam (Radji, 2011). Secara teoretis, siklus
pertumbuhan mikrobia dikelompokkan dalam empat fase yaitu fase lag, fase log, fase
stasioner dan fase kematian (Radji, 2011).
Fase lag yaitu fase penyesuaian dengan lingkungan baru. Fase ini merupakan
fase awal pertumbuhan mikrobia ketika mikrobia masih berjumlah sedikit dan belum
mengalami pembelahan pada media baru. Fase lag dapat berlangsung selama 1 jam
atau beberapa hari bergantung pada spesies mikrobia yang tumbuh serta kondisi
lingkungan (Radji, 2011).
Selanjutnya, mikrobia akan mengalami fase log. Sel mulai membelah dan

mengalami penambahan sel secara eksponensial. Mikrobia mensintesis material baru
secara konstan, tetapi material baru mengkatalitik dirinya sendiri dan peningkatan
massa terjadi secara eksponensial. Hal ini berlanjut sampai nutrisi habis atau terjadi
akumulasi metabolik toksik sehingga menghambat pertumbuhan (Brooks, 2005).
Setelah melewati fase log, mikrobia akan mengalami fase stasioner. Jumlah
populasi mikrobia pada mi basah tepung komposit mencapai puncak.Beberapa
populasi mikrobia bertahan pada fase stasioner hanya dalam jangka waktu beberapa
jam, atau bahkan beberapa hari (Nester, 2012).
Tahap terakhir, mikrobia akan mengalami fase kematian. Laju kematian sel
terjadi lebih cepat daripada laju petumbuhan sel baru (Irianto, 2014). Sejumlah kecil
5

mikrobia yang masih tumbuh akan memakai nutrisi yang dilepaskan oleh sel yang
mati dan lisis. Fase ini akan terus berlanjut sampai populasi mikrobia menyusut atau
mati secara keseluruhan. Selanjutnya produk pangan akan mengalami kebusukan.
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI), produk mi basah memiliki
ambang batas TPC sebesar 1 ᵡ 106 CFU/g atau 6 log CFU/g. Analisis jumlah mikrobia
diperlukan untuk mengetahui lama penyimpanan terbaik pada produk mi basah
tepung komposit sebelum mencapai ambang batas yang telah ditentukan. Tabel 1
menunjukkan mi basah tepung komposit melewati batas aman berdasarkan penetapan

SNI di antara jam ke-12 hingga jam ke-24. Keracunan makanan merupakan salah satu
risiko kesehatan yang sering muncul akibat mengkonsumsi makanan yang
terkontaminasi.
Riandi (2007) menyebutkan bahwa mi basah dengan komposisi 100% tepung
terigu mengalami kerusakan secara mikrobiologis pada lama penyimpanan 24
jam.Pada mi basah tepung komposit, kerusakan mikrobiologis terjadi pada lama
penyimpanan di atas 12 dan setelahnya. Lama waktu simpan mi basah tepung
komposit lebih singkat daripada mi basah dengan komposisi 100% tepung terigu pada
penelitian Riandi (2007).
Secara fisik, terjadi perubahan pada tekstur mi basah sebagi akibat dari
aktivitas metabolik mikrobia yang tumbuh. Pada jam ke-0 hingga jam ke-12, mi
basah tepung komposit belum menunjukkan adanya penyimpangan. Tekstur mi basah
mulai melunak dan muncul lendir di jam ke-24, dan mulai tercium bau asam. Pada
jam ke-36, lendir semakin banyak dan bau asam semakin menyengat. Mikrobia
mendekomposisi nutrisi pada mi basah sehingga menyebabkan perubahan tekstur
juga penyimpangan organoleptik produk (Pahrudin, 2006). Pengamatan fisik cukup
mudah dilakukan untuk mengetahui batas aman pangan yang akan dikonsumsi,
namun diperlukan pengamatan mikrobiologis untuk memastikan batas aman pangan
yang lebih akurat.
3.2 Kadar Air pada Berbagai Lama Penyimpanan

6

Adanya kandungan air dalam bahan pangan sering dikaitkan dengan mutu
bahan pangan, sebagai penentu indeks kestabilan selama penyimpanan (Andarwulan,
2011). Stabilitas dan kualitas pangan dipengaruhi secara langsung oleh kadar air
(Sundari, 2015). Air juga merupakan salah satu zat yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme dalam pertumbuhannya (Jay, 2005). Hasil uji kadar air mi basah
komposit pada berbagai lama penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.Kadar Air Mi Basah Komposit pada Berbagai Lama Penyimpanan
Lama
Simpan
0 jam
12 jam
24 jam
36 jam

Kadar air (%)
Maks.
Rata-rata ± SD
39,1
37,9 ± 0,98
39,6
38,2 ± 1,19
38,3
38,3 ± 0,05
54,5
52,2 ± 2,74

Min.
37,3
37,5
38,2
49,1

p

0,082

Berdasarkan hasil uji statistik kruskal wallis pada Tabel 2 diperoleh nilai p
yaitu 0,082 (>0,05). Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan pada
lama penyimpanan terhadap kadar air mi basah tepung komposit maka tidak
dilanjutkan dengan uji beda. Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata kadar air terendah
terdapat pada mi basah tepung komposit dengan lama simpan 0 jam yaitu sebesar
37,9%. Rata-rata kadar air tertinggi terdapat pada mi basah tepung kompsit terdapat
dengan lama simpan 36 jam yaitu sebesar 52,2%.
Perubahan kadar air yang tinggi berakibat pada kestabilan produk pangan.
Pada penelitian ini, tidak ada pengaruh yang signifikan antara lama penyimpanan
dengan kadar air pada mi basah tepung komposit. Hal ini disebabkan karena kondisi
penyimpanan mi basah tepung komposit dalam keadaan tertutup rapat sehingga tidak
terjadi migrasi uap air dari lingkungan ke bahan atau sebaliknya meskipun terjadi
perubahan kelembapan (RH) sesuai dengan penelitian yang dilakukan Pahrudin
(2006).
Perubahan kadar air dapat terjadi karena adanya proses absorbs uap air dari
udara ke produk selama masa penyimpanan (Solihin, 2015). Hal ini akan terjadi

7

apabila produk dibiarkan dalam kondisi terbuka. Adanya aktivitas mikrobia yang
tumbuh juga dapat menyebabkan perubahan kadar air pada produk pangan. Mikrobia
menghasilkan H2O atau uap air sebagai salah satu produk metabolisme(Sopandi,
2014).
Metabolisme adalah proses kimiawi yang terjadi di dalam sel hidup untuk
kelangsungan hidup sel (Radji, 2011).Mikroorganisme aeorb serta beberapa fakultatif
anaerob dalam kondisi aerob dapat menggunakan molekul oksigen sebagai penerima
elektron akhir selama metabolisme karbohidrat, untuk menghasilkan piruvat melalui
satu jalur utama metabolisme.Piruvat yang dihasilkan dapat dioksidasi secara lengkap
melalui dekarboksilasi oksidasi untuk menghasilkan CO2, H2O dan sejumlah ATP
(Adenosine Trifosfat). Jalur siklus krebs juga menghasilkan produk antara yang
dimanfaatkan untuk sintesis material sel dimana pada tahap transfer elektron akan
dihasilkan H2O sebagai produk akhir bila sitokrom oksidase (cyt.a) mentransfer dua
pasang elektron pada molekul oksigen. Bila cyt.a hanya mentransfer satu pangan
elektron maka produk yang dihasilkan adalah H2O2 yang selanjutnya dihidrolisis oleh
katalase mikroba menjadi H2O dan O2.Setiap piruvat berpotensi menghasilkan 15
molekul ATP (Sopandi, 2014).

4. PENUTUP
Kadar air mi basah tepung komposit pada lama penyimpanan 0 jam, 12 jam,
24 jam, dan 36 jam berturut-turut adalah 37,9 %; 38,2 %; 38,3 %; dan 52,2 %. Tidak
ada pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air mi basah tepung komposit. Total
mikrobia mi basah tepung komposit pada lama penyimpanan 0 jam, 12 jam, 24 jam,
dan 36 jam berturut-turut adalah 5,3 log CFU/g; 5,4 log CFU/g; 7,7 log CFU/g; dan
6,4 log CFU/g. Mi basah tepung komposit melewati batas SNI secara mikrobiologis
di antara jam ke-12 hingga jam ke-24. Disarankan untuk meneliti parameter lain
seperti pH, kelembapan, aktivitas air, serta jenis dan kondisi penyimpanan yang dapat

8

berpengaruh terhadap daya simpanmi basah tepung komposit sehingga dapat
dijadikan acuan utnuk mempertahankan mutu mi basah tepung komposit.
DAFTAR PUSTAKA
Adeleke, R.O dan Odedeji, J.O. 2010.Functional Properties of Wheat and Sweet
Potato Flour Blends.Pakistan Journal of Nutrition. 9 (6): 535-538.
Andarwulan, N., Kusnandar, F., Herawati, D. 2011.Analisis Pangan. Jakarta: Dian
Rakyat.
BPS.2014. Distribusi Perdagangan Komoditi Tepung Terigu Indonesia 2014 . Badan
Pusat Statistik, Statistics Indonesia.
Brooks, G.F., Butel, J.S., dan Morse, S.A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran (Medical
Mikrobiology). Penerjemah: Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga. Jakarta: Salemba Medika.
Irianto, K. 2014. Bakteriologi, Mikologi dan Virologi – Panduan Medis dan Klinis.
Bandung: Alfabeta.
Jay, J.M., Loessner, M.J., Golden, D.A. 2005. Modern Food Microbiology (7thed).
United States of America: Springer.
Karleen, S. 2010. Optimasi Proses Pembuatan Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomoea
batatas (L.) Lam) dan Aplikasinya dalam Pembuatan Keripik Simulasi
(Simulated Chips). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Kusnandar, F. 2011. Kimia Pangan, Komponen Makro. Jakarta: Dian Rakyat.
Mashabi, N.A dkk.2009. Hubungan Antara Pengetahuan Gizi Ibu dengan Pola
Makan Anak Autis.Makara Kesehatan Vol. 13. 2009. 84-86.
Muchtadi, T., Sugiyono, Ayustaningwarno, F. 2011.Ilmu Pengetahuan Bahan
Pangan. Bandung: Alfabeta.
Nester, E.W., Anderson, D.G., Roberts, C.E., Nester, T.N. 2012.Microbiology: A
Human Perspective (7thed). New York: McGraw-Hill.
Pahrudin.2006. Aplikasi Bahan Pengawet untuk Memperpanjang Umur Simpan Mie
Basah Matang.Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Radji, M. 2011. Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Jakarta: EGC.

9

Rahman, A.M. 2007. Mempelajari Karakteristik Kimia dan Fisik Tepung Tapioka
dan Mocal (Modified Cassava Flour) sebagai Penyalut Kacang pada Produk
Kacang Salut.Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Riandi, A.N. 2007.Pengaruh Penambahan Ekstrak Temu Kunci (Boesenbergia
pandurata (Roxb.) Schlect.)dan Garam Dapur (NaCl) Terhadap Mutu Simpan
Mi Basah Matang. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Richana, N dan Widaningrum.2009. Penggunaan Tepung dan Pasta dari Beberapa
Varietas Ubi Jalar Sebagai Bahan Baku Mi. Jpascapanen. 6 (1) : 43 – 53.
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar . Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kemenkes RI.
Risti, Y dan Rahayuni, A. 2013.Pengaruh Penambahan Telur Terhadap Kadar
Protein, Serat, Tingkat Kekenyalan dan Penerimaan Mie Basah Bebas Gluten
Berbahan Baku Tepung Komposit (Tepung Komposit: Tepung Mocaf, Tapioka
dan Maizena). Journal of Nutrition College.Vol. 2, No. 4, Tahun 2013.
Solihin, Muhtarudin, dan Sutrisna, R. 2015. Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap
Kadar Air Kualitas Fisik dan Sebaran Jamur Wafer Limbah Sayuran dan
Umbi-Umbian. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. Vol. 3 (2): 48 – 54.
Sopandi, T dan Wardah. 2014. Mikrobiologi Pangan – Teori dan Praktik.
Yogyakarta: ANDI.
Sundari, D., Almasyhuri dan Lamid, A. 2015.Pengaruh Proses Pemasakan Terhadap
Komposisi Zat Gizi Bahan Pangan Sumber Protein.Media Litbangkes . Vol. 5
(4) : 235 – 242.

10

Dokumen yang terkait

Karakteristik Fisikokimia dan Fungsional Tepung Komposit Berbahan Dasar Tepung Ubi Jalar, Pati Jagung, Tepung Kedelai dan Xanthan Gum

0 34 102

Pembuatan Mie Ciam Wortel dengan Menggunakan Tepung Komposit dari Tepung Terigu, Pati Ubi Jalar, dan Tepung Kedelai yang Digerminasi

1 65 218

PENGARUH KOMPOSIT TEPUNG UBI JALAR UNGU DAN TEPUNG TERIGU TERHADAP KUALITAS INDERAWI PASTEL PANGGANG

0 12 108

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KADAR AIR DAN JUMLAH MIKROBIA PADA MI BASAH DARI Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Air Dan Jumlah Mikrobia Pada Mi Basah Dari Komposit Tepung Ubi Jalar Ungu Dan Tepung Tapioka.

0 2 18

PENDAHULUAN Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Air Dan Jumlah Mikrobia Pada Mi Basah Dari Komposit Tepung Ubi Jalar Ungu Dan Tepung Tapioka.

0 2 6

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Air Dan Jumlah Mikrobia Pada Mi Basah Dari Komposit Tepung Ubi Jalar Ungu Dan Tepung Tapioka.

0 4 4

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG UBI UNGU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KADAR AIR DAN JUMLAH TOTAL Pengaruh Substitusi Tepung Ubi Ungu dan Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Air dan Jumlah Total Mikrobia Pada Bolu Kukus.

0 3 15

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG UBI UNGU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KADAR AIR DAN JUMLAH TOTAL MIKROBIA Pengaruh Substitusi Tepung Ubi Ungu dan Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Air dan Jumlah Total Mikrobia Pada Bolu Kukus.

0 2 17

PENDAHULUAN Pengaruh Substitusi Tepung Ubi Ungu dan Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Air dan Jumlah Total Mikrobia Pada Bolu Kukus.

0 7 5

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Substitusi Tepung Ubi Ungu dan Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Air dan Jumlah Total Mikrobia Pada Bolu Kukus.

0 5 4