Stabilitas Sifat dan Perkembangan Bunga Hermaprodit pada Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

ABSTRAK
CERY CHINTIA. Stabilitas Sifat dan Perkembangan Bunga Hermaprodit pada Jarak Pagar
(Jatropha curcas L.). Dibimbing oleh TRIADIATI dan DORLY.
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) memiliki bunga hermaprodit yaitu satu bunga
memiliki stamen dan stigma, tetapi jarang ditemukan. Sifat hermaprodit pada J.curcas kurang
stabil. Untuk itu perlu dilakukan penelitian pemacuan stabilitas pembungaan hermaprodit dari biji
yang dihasilkan dari bunga hermaprodit serta mengamati perkembangan bunga hermaprodit.
Pemacuan pembungaan hermaprodit dilakukan dengan zat pengatur tumbuh. Parameter yang
diamati adalah jumlah daun, jumlah cabang, tinggi tanaman, besar sudut percabangan, yang
diamati tiap dua minggu. Pengamatan anatomi bunga hermaprodit dilakukan terhadap sediaan
mikroskopis sayatan membujur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bunga hermaprodit pada
J.curcas stabil ke generasi berikutnya dengan produksi bunga rata-rata 11 bunga hermaprodit dan
136 bunga jantan pada perlakuan kombinasi Giberellin dan Kinetin (50 : 50 ppm) pada 23 hari
pengamatan pembungaan tiap rangkaian. Giberellin konsentrasi 100 ppm berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman J.curcas. Stigma reseptif pada J.curcas terjadi satu hari
sebelum bunga mekar, sedangkan polen menempel pada stigma terjadi pada saat bunga mekar.
Sayatan membujur pada ovul bunga hermaprodit satu hari sebelum bunga mekar, dijumpai sel-sel
subdermal nuselar.
Kata kunci: Jatropha curcas, zat pengatur tumbuh, bunga hermaprodit.

ABSTRACT

CERY CHINTIA. Stability of hermaphrodite Flower and its development in Jatropha
curcas L. Under supervised by of TRIADIATI and DORLY.
Jatropha curcas L. has hermaphrodite flowers which is stamen and pistil in the same flower,
but very rarely found. It was assumed that hermaphrodite flowers unstable in the next generation.
The aims of this study were to evaluate the stability of hermaphrodite flower in the next generation
from the hermaphrodite seedling and to observe the development of hermaphrodite flower. To
obtain the stability of hermaphrodite flower was used by plant growth regulator. The parameters
observed in the study were leaf number, branch number, plant height, angle of branch every two
weeks. Anatomical observation of flower hermaphrodite was done on microscopical slide of
longitudinal section.The results showed that the hermaphrodite flowers of J.curcas was stable in
the next generation. Application of Giberellin and Kinetin (50 : 50 ppm) has the heighest number
of hermaphrodite flower, that is 136 male flowers and 11 hermphrodite flowers until 23 days after
flower initiation. Giberellin 100 ppm has significantly effect on vegetative growth of J.curcas. A
receptive stigma was occurred one day before the flowers anthesis, while the pollen attached on
the stigma occured after the flowers anthesis. Longitudinal section of ovule of hermaphrodite
flowers one day before anthesis, was found subdermal cell of nucellar.
Key words: Jatropha curcas, plant growth regulators, hermaphrodite flowers.

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas
L.) dikenal sebagai tanaman yang memiliki
bunga uniseksual (monocieous) yaitu bunga
jantan atau bunga betina terdapat pada satu
rangkaian yang sama. Kondisi bunga yang
uniseksual memberi peluang pada tanaman
untuk melakukan penyerbukan silang (cross
pollinated). J. curcas ada yang berbunga
hermaprodit, tetapi sangat jarang ditemukan.
Bunga hermaprodit memiliki 2 organ kelamin
yaitu stamen dan stigma dalam satu bunga.
Pada J. curcas yang berbunga hermaprodit
juga ditemukan juga ditemukan bunga jantan
pada satu rangkaian yang sama. Dari segi
pemuliaan tanaman, tanaman hermaprodit
memberikan keuntungan, karena dapat
menghasilkan keturunan yang seragam,
karena berpeluang terjadinya penyerbukan
sendiri (Reale 2008). Pembentukan bunga
hermaprodit pada J.curcas diduga merupakan

interaksi faktor genetik dengan lingkungan
(Hartati 2009).
Produksi bunga dipengaruhi oleh Zat
Pengatur Tumbuh (ZPT) baik endogen
maupun eksogen. Pemacuan dengan ZPT
diharapkan
dapat
meningkatkan
dan
menstabilkan sifat bunga hermaprodit.
Peranan ZPT berupa Giberellin
dapat
meningkatkan produksi bunga jantan pada
J.curcas (Makwana & Shukla 2010).
Benziladenin,
Asam
Triiodobenzoat,
Dikegulat
juga dapat mengendalikan dan
mengatur tingkat pembungaan pada tanaman

J. curcas (Abdelgadir 2009). Beberapa jenis
ZPT yang sering digunakan untuk pemacuan
pembungaan diantaranya auksin (IAA),
giberellin (GA-3), dan sitokinin (kinetin).
Fungsi auksin diantaranya adalah untuk
memacu pengembangan sel, pertumbuhan
akar, dan pembentukan kalus. Giberelin
berfungsi merangsang tanaman menghasilkan
bunga sebelum waktunya, mendorong
tanaman kerdil menjadi tanaman raksasa dan
meningkatkan tinggi tanaman menjadi 3
sampai 5 kali dari yang normal. Kinetin
berfungsi mendukung terjadinya dormansi dan
menghambat absisi (Pharis & King 1985).
J.
curcas
berbunga
hermaprodit
berpotensi dikembangkan menjadi sumber
bibit karena peluang pembentukan buahnya

lebih tinggi dari pada J. curcas berbunga
uniseksual (Triadiati et al. 2010).
Permasalahan dalam budidaya J. curcas
diantaranya belum tersedia benih J. curcas
yang berbunga hermaprodit. Sifat hermaprodit

belum diketahui diwariskan pada generasi
berikutnya,
diduga
munculnya
bunga
hermaprodit karena interaksi faktor genetik
dengan lingkungannya. Waktu pembuahan
pada bunga hermaprodit belum diketahui
terjadi sebelum atau sesudah bunga mekar.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah (1)
mengamati
stabilitas
pembungaan

hermaprodit dari biji yang dihasilkan dari
bunga hermaprodit, (2) mengamati waktu
penyerbukan, dan (3) perkembangan bunga
hermaprodit sebelum mekar.
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan
Desember 2010 sampai Agustus 2011 di
Kebun Percobaan Cikabayan, Laboratorium
Mikroteknik dan Laboratorium Terpadu,
Departemen, Biologi Institut Pertanian Bogor.

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan untuk penelitian
ini adalah biji J. curcas dari tanaman induk
berbunga hermaprodit aksesi Dompu.
Tanaman induk J. curcas hermaprodit
sebelumnya ditanam di Cikampek. Bahan lain
yang digunakan adalah polibag, tanah, ZPT
yang terdiri dari sitokinin (kinetin), giberellin

(GA-3), dan auksin (IAA). Bahan yang
digunakan pada pengamatan anatomi adalah
alkohol, FAA (Formaldehyde Acetic-acid
Alcohol), seri larutan johansen, parafin , xilol ,
akuades, safranin, fast green, dan entellan.
Alat yang digunakan untuk pengamatan
fisiologi adalah penggaris, busur derajat,
kamera digital, sedangkan pengamatan
anatomi alat yang digunakan adalah tabung
film, pinset, gelas piala, gelas ukur, kaca
preparat, gelas penutup, mikroskop stereo, dan
mikroskop cahaya.
Metode Percobaan
Pengamatan Fisiologi.
Perlakuan
pemacuan
pembentukan
bunga hermaprodit dari biji yang berasal dari
bunga hermaprodit tertera pada Tabel 1.


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas
L.) dikenal sebagai tanaman yang memiliki
bunga uniseksual (monocieous) yaitu bunga
jantan atau bunga betina terdapat pada satu
rangkaian yang sama. Kondisi bunga yang
uniseksual memberi peluang pada tanaman
untuk melakukan penyerbukan silang (cross
pollinated). J. curcas ada yang berbunga
hermaprodit, tetapi sangat jarang ditemukan.
Bunga hermaprodit memiliki 2 organ kelamin
yaitu stamen dan stigma dalam satu bunga.
Pada J. curcas yang berbunga hermaprodit
juga ditemukan juga ditemukan bunga jantan
pada satu rangkaian yang sama. Dari segi
pemuliaan tanaman, tanaman hermaprodit
memberikan keuntungan, karena dapat
menghasilkan keturunan yang seragam,
karena berpeluang terjadinya penyerbukan

sendiri (Reale 2008). Pembentukan bunga
hermaprodit pada J.curcas diduga merupakan
interaksi faktor genetik dengan lingkungan
(Hartati 2009).
Produksi bunga dipengaruhi oleh Zat
Pengatur Tumbuh (ZPT) baik endogen
maupun eksogen. Pemacuan dengan ZPT
diharapkan
dapat
meningkatkan
dan
menstabilkan sifat bunga hermaprodit.
Peranan ZPT berupa Giberellin
dapat
meningkatkan produksi bunga jantan pada
J.curcas (Makwana & Shukla 2010).
Benziladenin,
Asam
Triiodobenzoat,
Dikegulat

juga dapat mengendalikan dan
mengatur tingkat pembungaan pada tanaman
J. curcas (Abdelgadir 2009). Beberapa jenis
ZPT yang sering digunakan untuk pemacuan
pembungaan diantaranya auksin (IAA),
giberellin (GA-3), dan sitokinin (kinetin).
Fungsi auksin diantaranya adalah untuk
memacu pengembangan sel, pertumbuhan
akar, dan pembentukan kalus. Giberelin
berfungsi merangsang tanaman menghasilkan
bunga sebelum waktunya, mendorong
tanaman kerdil menjadi tanaman raksasa dan
meningkatkan tinggi tanaman menjadi 3
sampai 5 kali dari yang normal. Kinetin
berfungsi mendukung terjadinya dormansi dan
menghambat absisi (Pharis & King 1985).
J.
curcas
berbunga
hermaprodit

berpotensi dikembangkan menjadi sumber
bibit karena peluang pembentukan buahnya
lebih tinggi dari pada J. curcas berbunga
uniseksual (Triadiati et al. 2010).
Permasalahan dalam budidaya J. curcas
diantaranya belum tersedia benih J. curcas
yang berbunga hermaprodit. Sifat hermaprodit

belum diketahui diwariskan pada generasi
berikutnya,
diduga
munculnya
bunga
hermaprodit karena interaksi faktor genetik
dengan lingkungannya. Waktu pembuahan
pada bunga hermaprodit belum diketahui
terjadi sebelum atau sesudah bunga mekar.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah (1)
mengamati
stabilitas
pembungaan
hermaprodit dari biji yang dihasilkan dari
bunga hermaprodit, (2) mengamati waktu
penyerbukan, dan (3) perkembangan bunga
hermaprodit sebelum mekar.
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan
Desember 2010 sampai Agustus 2011 di
Kebun Percobaan Cikabayan, Laboratorium
Mikroteknik dan Laboratorium Terpadu,
Departemen, Biologi Institut Pertanian Bogor.

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan untuk penelitian
ini adalah biji J. curcas dari tanaman induk
berbunga hermaprodit aksesi Dompu.
Tanaman induk J. curcas hermaprodit
sebelumnya ditanam di Cikampek. Bahan lain
yang digunakan adalah polibag, tanah, ZPT
yang terdiri dari sitokinin (kinetin), giberellin
(GA-3), dan auksin (IAA). Bahan yang
digunakan pada pengamatan anatomi adalah
alkohol, FAA (Formaldehyde Acetic-acid
Alcohol), seri larutan johansen, parafin , xilol ,
akuades, safranin, fast green, dan entellan.
Alat yang digunakan untuk pengamatan
fisiologi adalah penggaris, busur derajat,
kamera digital, sedangkan pengamatan
anatomi alat yang digunakan adalah tabung
film, pinset, gelas piala, gelas ukur, kaca
preparat, gelas penutup, mikroskop stereo, dan
mikroskop cahaya.
Metode Percobaan
Pengamatan Fisiologi.
Perlakuan
pemacuan
pembentukan
bunga hermaprodit dari biji yang berasal dari
bunga hermaprodit tertera pada Tabel 1.

2

Tabel 1 Perlakuan ZPT
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Zat Pengatur tumbuh
Kontrol
Kinetin
GA-3
GA-3 : Kinetin
IAA : GA-3
IAA : Kinetin
IAA

Perlakuan diberikan pada saat tanaman
berdaun minimal lima helai. Perlakuan
diberikan dengan menyemprotkan ZPT di
permukaan bawah daun pada pagi hari.
Parameter yang diamati sebelum bunga
anthesis adalah tinggi tanaman, jumlah bunga,
jumlah cabang, dan besar sudut percabangan.
Pengamatan dilakukan dalam selang waktu 2
minggu, sejak 6 Februari sampai 29 Mei 2011.
Jika telah terlihat kuncup yang mencirikan
bunga hermaprodit maka diamati saat
munculnya bunga hermaprodit dan jantan
serta menghitung jumlahnya per infloresen
dan diamati sampai bunga itu mekar.
Pembuatan sediaan mikroskopis
Pembuatan preparat segar. Bunga
hermaprodit satu hari sebelum mekar (H-1)
dan saat mekar (H0) diambil, masing-masing
2 ulangan. Pengamatan menggunakan
mikroskop stereo dengan beberapa perbesaran
(1,0 x 2,5; 4,0 x 2,5; dan 5,0 x 2,5). Parameter
yang diamati pada bunga H-1 ada tidaknya
celah pada kuncup bunga, kondisi stigma yang
reseptif dan saat polen anthesis, sedangkan
pada bunga H-0 adalah menempelnya polen
pada stigma.
Pembuatan
preparat
permanen.
Metode yang digunakan dalam pembuatan
preparat permanen adalah metode parafin
(Johansen 1940). Bunga yang mencirikan
bunga hermaprodit diambil dari beberapa fase,
yaitu kuncup kecil, kuncup menengah, dan
satu hari sebelum mekar masing-masing 3
ulangan. Bunga difiksasi dengan larutan FAA
(formaldehid : asam asetat glasial : alkohol
70% = 5 : 5 : 90) selama tiga hari. Tahap
selanjutnya bunga dicuci menggunakan
alkohol 50% sebanyak 3x ulangan. Tahapan
dilanjutkan dengan dehidrasi dan penjernihan
menggunakan
seri
larutan
Johansen
(Lampiran 1). Proses selanjutnya adalah
penanaman sampel dalam parafin (embeding).
Blok yang berisi sampel, dilunakkan dengan
lautan Gifford (Lampiran 2) selama ± 1-3
minggu. Blok parafin yang telah lunak,

Konsentrasi (ppm)
100
100
50 : 50
50 : 50
50 : 50
100
dipotong dengan menggunakan mikrotom
Yamato RV-240 dengan ketebalan 10 µm.
Pita parafin yang dihasilkan, diletakkan pada
gelas objek yang telah diolesi dengan
albumin-gliserin dan ditetesi air. Selanjutnya
gelas objek berisi pita dipanaskan di atas
hotplate selama ± 12 jam agar pita parafin
melekat. Pewarnaan menggunakan pewarna
ganda safranin 2 % dalam air – fastgreen 0,5
% dalam alkohol 95 %, kemudian ditutup
dengan media entellan.
Analisis Data
Hasil yang diperoleh dari pengaruh ZPT
terhadap parameter pertumbuhan sebelum
bunga mekar, jumlah bunga hermaprodit dan
jantan pada tanaman J.curcas dianalisis
dengan Analisis sidik ragam (ANOVA)
menggunakan program SPSS 16.0. Jika hasil
uji sidik ragam signifikan dilanjutkan dengan
uji Duncan Multiple Range Test (DMRT)
pada taraf 5 %.

HASIL
Pertumbuhan vegetatif yang dapat
diamati sebelum bunga mekar adalah jumlah
daun, tinggi batang, besar sudut cabang, dan
jumlah cabang. Hasil pengamatan yang
dilakukan dalam selang waktu dua minggu
dapat dilihat pada Gambar 1, sedangkan
perlakuan
pemberian
ZPT
pada
pertumbuhannya dapat dilihat pada Tabel 2.
Pada Tabel 2 terlihat bahwa perlakuan
Giberelin berbeda nyata dengan perlakuan
ZPT yang lainnya pada parameter jumlah
cabang, jumlah daun, dan tinggi tanaman,
sedangkan pada parameter besar sudut
percabangan menunjukkan pengaruh yang
tidak berbeda nyata (Lampiran 3).
Tanaman J. curcas yang diamati,
dijumpai dalam satu tanaman terdiri dari
beberapa rangkaian bunga. Rangkaian bunga
tersebut menghasilkan bunga hermaprodit dan
bunga jantan. Jumlah bunga hermaprodit dan
bunga jantan dapat dilihat pada Tabel 3 dan
Lampiran 4. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa

2

Tabel 1 Perlakuan ZPT
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Zat Pengatur tumbuh
Kontrol
Kinetin
GA-3
GA-3 : Kinetin
IAA : GA-3
IAA : Kinetin
IAA

Perlakuan diberikan pada saat tanaman
berdaun minimal lima helai. Perlakuan
diberikan dengan menyemprotkan ZPT di
permukaan bawah daun pada pagi hari.
Parameter yang diamati sebelum bunga
anthesis adalah tinggi tanaman, jumlah bunga,
jumlah cabang, dan besar sudut percabangan.
Pengamatan dilakukan dalam selang waktu 2
minggu, sejak 6 Februari sampai 29 Mei 2011.
Jika telah terlihat kuncup yang mencirikan
bunga hermaprodit maka diamati saat
munculnya bunga hermaprodit dan jantan
serta menghitung jumlahnya per infloresen
dan diamati sampai bunga itu mekar.
Pembuatan sediaan mikroskopis
Pembuatan preparat segar. Bunga
hermaprodit satu hari sebelum mekar (H-1)
dan saat mekar (H0) diambil, masing-masing
2 ulangan. Pengamatan menggunakan
mikroskop stereo dengan beberapa perbesaran
(1,0 x 2,5; 4,0 x 2,5; dan 5,0 x 2,5). Parameter
yang diamati pada bunga H-1 ada tidaknya
celah pada kuncup bunga, kondisi stigma yang
reseptif dan saat polen anthesis, sedangkan
pada bunga H-0 adalah menempelnya polen
pada stigma.
Pembuatan
preparat
permanen.
Metode yang digunakan dalam pembuatan
preparat permanen adalah metode parafin
(Johansen 1940). Bunga yang mencirikan
bunga hermaprodit diambil dari beberapa fase,
yaitu kuncup kecil, kuncup menengah, dan
satu hari sebelum mekar masing-masing 3
ulangan. Bunga difiksasi dengan larutan FAA
(formaldehid : asam asetat glasial : alkohol
70% = 5 : 5 : 90) selama tiga hari. Tahap
selanjutnya bunga dicuci menggunakan
alkohol 50% sebanyak 3x ulangan. Tahapan
dilanjutkan dengan dehidrasi dan penjernihan
menggunakan
seri
larutan
Johansen
(Lampiran 1). Proses selanjutnya adalah
penanaman sampel dalam parafin (embeding).
Blok yang berisi sampel, dilunakkan dengan
lautan Gifford (Lampiran 2) selama ± 1-3
minggu. Blok parafin yang telah lunak,

Konsentrasi (ppm)
100
100
50 : 50
50 : 50
50 : 50
100
dipotong dengan menggunakan mikrotom
Yamato RV-240 dengan ketebalan 10 µm.
Pita parafin yang dihasilkan, diletakkan pada
gelas objek yang telah diolesi dengan
albumin-gliserin dan ditetesi air. Selanjutnya
gelas objek berisi pita dipanaskan di atas
hotplate selama ± 12 jam agar pita parafin
melekat. Pewarnaan menggunakan pewarna
ganda safranin 2 % dalam air – fastgreen 0,5
% dalam alkohol 95 %, kemudian ditutup
dengan media entellan.
Analisis Data
Hasil yang diperoleh dari pengaruh ZPT
terhadap parameter pertumbuhan sebelum
bunga mekar, jumlah bunga hermaprodit dan
jantan pada tanaman J.curcas dianalisis
dengan Analisis sidik ragam (ANOVA)
menggunakan program SPSS 16.0. Jika hasil
uji sidik ragam signifikan dilanjutkan dengan
uji Duncan Multiple Range Test (DMRT)
pada taraf 5 %.

HASIL
Pertumbuhan vegetatif yang dapat
diamati sebelum bunga mekar adalah jumlah
daun, tinggi batang, besar sudut cabang, dan
jumlah cabang. Hasil pengamatan yang
dilakukan dalam selang waktu dua minggu
dapat dilihat pada Gambar 1, sedangkan
perlakuan
pemberian
ZPT
pada
pertumbuhannya dapat dilihat pada Tabel 2.
Pada Tabel 2 terlihat bahwa perlakuan
Giberelin berbeda nyata dengan perlakuan
ZPT yang lainnya pada parameter jumlah
cabang, jumlah daun, dan tinggi tanaman,
sedangkan pada parameter besar sudut
percabangan menunjukkan pengaruh yang
tidak berbeda nyata (Lampiran 3).
Tanaman J. curcas yang diamati,
dijumpai dalam satu tanaman terdiri dari
beberapa rangkaian bunga. Rangkaian bunga
tersebut menghasilkan bunga hermaprodit dan
bunga jantan. Jumlah bunga hermaprodit dan
bunga jantan dapat dilihat pada Tabel 3 dan
Lampiran 4. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa

3

perlakuan Giberelin : Kinetin menunjukkan
pengaruh yang berbeda nyata dari pemberian
ZPT lainnya untuk jumlah bunga hermaprodit,
sedangkan untuk jumlah bunga jantan tidak
menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata.
Hal ini dapat dilihat dari produksi bunga
hermaprodit dengan menghasilkan rata-rata 11
bunga hermaprodit dan 136 bunga jantan.

A

C

Bunga
hermaprodit
pada
H-1
menunjukkan bunga hermaprodit dalam
keadaan kuncup (Gambar 2 A). Pada bunga
H0
menunjukkan keadaan anther sudah
merekah, polen sudah anthesis dan menempel
pada stigma (Gambar 2 B).

B

D

Gambar 1 Pertumbuhan tanaman J.curcas hermaprodit yang diberi ZPT pada 46 Hari Setelah
Tanam(HST) terdiri dari: (A) jumlah cabang , (B) jumlah daun, (C) tinggi tanaman, dan
(D) besar sudut cabang.
Keterangan : K (Kinetin), G (Giberelin), G:K (Giberelin : Kinetin), A:G (Auksin : Giberelin), A :
K (Auksin : Kinetin), Ko (Kontrol), dan A (Auksin).

Tabel 2 Pengaruh ZPT terhadap parameter pertumbuhan sebelum bunga anthesis pada minggu
ke- 9
Jumlah daun
Tinggi tanaman
Besar sudut cabang
Perlakuan
Jumlah cabang
(helai)
(cm)
(◦)
Kontrol
7±3a
158 ± 84 a
71,75 ± 8,68 a
47,87 ± 4,01
Kinetin
7±3a
108 ± 22 a
66,50 ± 6,26 a
45,25 ± 2,76
46,00 ± 4,57
GA-3
12 ± 5 b
254 ± 20 b
91,12 ± 20,02 b
GA-3 : Kinetin
8±1a
147 ± 38 a
71,25 ± 5,92 a
46,25 ± 3,28
IAA : GA-3
7±1a
137 ± 67 a
64,37 ± 7,65 a
48,12 ± 3,72
IAA : Kinetin
7±1a
144 ± 25 a
62,25 ± 5,20 a
48,75 ± 3,53
IAA
6±2a
109 ± 14 a
60,87 ± 2,95 a
47,25 ± 2,37
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji
DMRT taraf 5%. Data menunjukkkan nilai rata-rata ± SD.

4

Tabel 3 Perbandingan bunga jantan dan bunga hermaprodit dalam satu rangkaian bunga pada 23
hari setelah inisiasi awal
Perlakuan
Hermaprodit (H)
Jantan (J)
Nisbah H : J
Kontrol
10 ± 1 c
100 ± 13c
10 : 100
Kinetin
7±3c
100 ± 10 c
7 : 100
GA-3
7±2c
90 ± 10 b
7 : 90
136 ± 34 c
11 : 136
GA-3 : Kinetin
11 ± 2 d
IAA : GA-3
9±1c
127 ± 4 c
9 : 127
IAA : Kinetin
9±1c
128 ± 11 c
9 : 128
IAA
4±1b
59 ± 10 b
4 : 59
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji
DMRT taraf 5%. Data menunjukkkan nilai rata-rata ± SD.

h

st

b

s

A

B

Gambar 2 Bunga Hemaprodit dan Bunga jantan pada H-1 (A) dan Bunga Hermaprodit pada H-0
(B): (h) bunga hermaprodit, (b) bunga jantan , (st) stamen, dan (s) stigma.

c

p
s

s

Gambar 3 Preparat segar bunga hermaprodit terdiri dari (A) Bunga hermaprodit pada H-1, (B)
celah pada kuncup bunga hermaprodit pada H-1, (C) Bunga hermaprodit pada H-1(D)
Kondisi stigma yang reseptif pada H-1, dan (E) Penyerbukan pada H0: (c) celah, (s)
stigma, dan (p) polen .
Pengamatan celah kuncup bunga
(Gambar 3 A dan B) pada preparat segar
menunjukkan kondisi kuncup yang masih
tertutup. Kondisi stigma yang reseptif
ditunjukkan pada gambar 3 C dan D. Stigma
yang reseptif terjadi satu hari sebelum bunga
mekar dan masa reseptif stigma dapat diamati
2-3 hari. Keadaan ini ditandai dengan adanya
kondisi stigma yang mengkilap dan sekresi
lendir. Sedangkan polen anthesis terjadi pada
saat bunga mekar.
Preparat segar diamati untuk melihat
penyerbukan (Gambar 3 E). Penyerbukan
terjadi pada H0. Pada penyerbukan ini

ditunjukkan keadaan polen merekah dan
menempel di stigma.
Pengamatan sayatan membujur bunga
hermaprodit, pada stadia bunga kuncup kecil
(Gambar 4 A) menunjukkan keadaan anther
yang belum merekah dengan polen yang
sudah matang. Pada stadia kuncup bunga yang
sama juga belum terbentuk ovari. Pada stadia
bunga kuncup menengah (Gambar 4 B)
menunjukkan belum terlihat perkembangan
ovul di dalam ovari.
Pada bunga H-1 (Gambar 4 C) ovul
sudah dijumpai di dalam ovari. Pada bunga ini
juga menunjukkan telah terbentuknya kelenjar
nektar di samping ovari. Di samping itu, pada

5

stadia bunga yang sama juga telah
menunjukkan keadaan polen yang sudah
dewasa dan anther belum anthesis (Gambar 4
D). Pada Gambar 4E ovul yang terlihat ada
dua buah. Pada bunga H-1, pada ovul tidak

terlihat integumen, nuselus dan mikrofil. Di
dalam ovul terlihat sel-sel subdermal nuselar,
namun gametofit betina tidak terlihat (Gambar
4 F).

pt

st

o

st

(A)
(B)

sp
st

o
ov

st

kn
20 um

(C)

(D)

ov

sn

20 um

(E)

(F)

Gambar 4 Sayatan membujur bunga hermaprodit J. curcas yang terdiri dari (A) Bunga
hermaprodit kuncup kecil, (B) Bunga Hermaprodit kuncup menengah, (C) Bunga
Hermaprodit H-1, (D) Stamen H-1, (E) Bunga Hermaprodit H-1, dan (F) ovul H-1 (F):

6

(st) stamen, (sp) sepal, (pt) petal, (o) ovari, (ov) ovul, (sn) subdermal nuselar dan (kn)
kelenjer nektar.

PEMBAHASAN
Jumlah cabang, jumlah daun, dan tinggi
tanaman (Gambar 1) menunjukkan bahwa
pemberian giberellin berbeda dengan ZPT
lainnya. Dapat dikatakan bahwa giberellin
memberi pengaruh yang signifikan terhadap
pertumbuhan vegetatif tanaman J. curcas
hermaprodit, kecuali pada besar sudut
percabangan (Gambar 1 D). Giberellin
berperan
dalam
pemacuan
elongasi
(pertambahan panjang) sel (Ghosh et al,
2010), sehingga sel-sel batang lebih
memanjang pada tanaman yang diberi
giberellin dan memberikan pengaruh pada
pertambahan tinggi tanaman J. curcas.
Kombinasi perlakuan Giberellin dengan
Kinetin
dapat
menghasilkan
bunga
hermaprodit yang lebih banyak pada 23 hari
setelah inisiasi, tetapi hal ini belum dapat
mencerminkan produksi bunga hermaprodit.
ZPT adalah senyawa-senyawa organik
tanaman yang dalam konsentrasi rendah
mempengaruhi
proses-proses
fisiologis
(Sumiati 2009). Selain itu kombinasi ZPT
juga menghasilkan jumlah bunga yang lebih
banyak dibandingkan menggunakan satu
macam ZPT seperti yang terlihat pada hasil di
Tabel 3. Bunga hermaprodit yang dihasilkan
oleh tanaman ini stabil dari satu generasi ke
generasi
berikutnya.
Pada
perlakuan
kombinasi Giberellin dan Kinetin dapat
menghasilkan satu rangkaian bunga rata-rata
11 bunga hermaprodit dan 136 bunga jantan
hingga 23 hari pengamatan sejak inisiasi
bunga.
ZPT
yang diberikan
sangat
mempengaruhi
munculnya
bunga
hermaprodit. Tanaman yang diberi ZPT
mempunyai waktu berbunga lebih lama
dibanding kontrol, kecuali perlakuan kinetin.
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa
ZPT yang berpengaruh pada pertumbuhan
vegetatif adalah Giberellin, sedangkan untuk
pertumbuhan generatif adalah Giberellin :
Kinetin. Perlakuan ZPT pada masing-masing
tanaman memiliki respon yang berbeda.
Menurut Rosliani (2004) bahwa perlakuan
ZPT tidak berpengaruh nyata terhadap
pembungaan tanaman bawang merah.
Pemberian ZPT mepiquat klorida (ZPT yang

menghambat biosintesis Giberellin) tidak
mampu menstimulasi induksi pembungaan
pada tanaman bawang merah, tetapi waktu
tanam berpengaruh
nyata terhadap
pertumbuhan, pembungaan, dan pembijian
bawang
merah.
Kushartoyo
(1980)
menyatakan
bahwa
Ethephon
cepat
memberikan respon dalam merangsang
pembungaan
pada
tanaman
nenas.
Keberhasilan dari penggunaan Ethephon
(1000 ppm) pada pembungaan dipengaruhi
oleh konsentrasi, cara penggunaan, varietas
dan macam bibit yang ditanam.
Perkembangan
bunga
hermaprodit
J.curcas dari inisiasi awal memerlukan waktu
± 21-23 hari dan akan mekar pada umur 20 23 hari. Bunga yang dihasilkan pada masingmasing perlakuan berbeda, pada perlakuan
kombinasi
Giberellin
dan
Kinetin
menunjukkan hasil yang lebih baik, yaitu
dalam 1 rangkaian bunga dalam waktu 23 hari
dapat menghasilkan ± 11 bunga hermaprodit
dan 136 bunga jantan. Utomo (2008)
melaporkan bahwa perkembangan kuncup
bunga betina J. curcas memerlukan waktu 1621 hari, diikuti dengan periode bunga mekar
sekitar 14-21 hari. Dalam satu malai periode
bunga jantan mekar mencapai 21 hari,
sedangkan bunga betina dan hermaprodit
hanya 7 hari. Dalam satu hari bunga jantan
mekar lebih awal sekitar pukul 07.00-08.00,
sedangkan bunga betina sekitar pukul 08.0009.00.
Rasio
jumlah
bunga
betina/
hermaprodit dengan bunga jantan sebesar 1:12
dan berkorelasi dengan jumlah buah yang
dihasilkan tiap malai.
Pengamatan terhadap preparat segar
bunga hermaprodit, menunjukkan bahwa tidak
terdapat celah pada kuncup bunga sebelum
bunga
mekar.
Hal
ini
mengurangi
kemungkinan terjadinya penyerbukan dengan
serbuk sari bunga
lain, sehingga akan
memberi peluang menghasilkan keturunan
yang
seragam.
Tanaman
berbunga
hermaprodit memberikan keuntungan, karena
dapat menghasilkan keturunan yang seragam,
karena berpeluang terjadinya penyerbukan
sendiri (Reale 2008). Selain itu, peluang
terjadinya pembuahan akan lebih tinggi pada

7

bunga hermaprodit dibandingkan dengan
bunga betina.
Keadaan
bunga
yang
reseptif
menunjukkan bahwa stigma siap untuk
diserbuki. Stigma dikatakan reseptif dengan
ciri mengkilap dan sekresi cairan di stigma
(Raju &Ezradanam 2002). Bunga reseptif
akan mengeluarkan cairan yang mengandung
karbohidrat, protein, lemak, enzim, dan asam
amino (Sedgley & Griffin 1989) dan akan
menarik datangnya serangga untuk membantu
penyerbukan. Pada bunga hermaprodit cairan
tersebut diperlukan untuk perkecambahan
polen. Informasi mengenai periode reseptif
stigma sangat penting, karena pada periode
tersebut merupakan waktu yang tepat untuk
melakukan penyerbukan. Hal itu terkait
dengan perbaikan mutu tanaman maupun
produksi benih.
Sayatan membujur bunga hermaprodit J.
curcas menunjukkan perkembangan bunga
pada beberapa tingkatan (Gambar 4). Pada
sayatan bunga H-1 terlihat adanya sepasang
ovul. Ovul merupakan perkembangan dari
plasenta di dalam ovari, tempat pembentukan
megaspora dan tempat berkembangnya
kantung embrio. Ovul terdiri dari nuselus,
satu atau dua integumen, dan funikulus (Esau
1965). Nuselus akan berkembang menjadi selsel subdermal nuselar. Salah satu sel pada
subdermal nuselar, akan berkembang menjadi
megasporofit (Reiser & Fischer 1993 ), tetapi
pada sayatan ini megasporofit belum terlihat.
Tiga zona primordium (dermal 1, 2, dan 3)
pada ovul diinisiasi oleh pembelahan
antiklinal dan periklinal.
Zona ke-tiga
pembelahan berasal dari meristem plasenta
dengan pembelahan secara periklinal,
sedangkan dua lapis terluar tergolong pada
pembelahan antiklinal. Ketiga zona ini
ditemukan pada banyak famili, diantaranya
Euphorbiacea, Berberidaceae, Betulaceaea,
dan Cistaceae (Johri 1984).
Ovul bunga hermaprodit pada hasil
pengamatan sayatan membujur terlihat dua
buah, sedangkan ovul yang terdapat pada
tanaman J. curcas 2 sampai 3 buah. Buah
J.curcas terdiri dari 3 ruang yang masingmasing ruang berisi 1 biji (Hambali et al.
2005).

SIMPULAN
Bunga hermaprodit yang dihasilkan oleh
tanaman J.curcas stabil dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Hal ini dapat dibuktikan
oleh produksi bunga pada masing-masing
rangkaian bunga menghasilkan rata-rata 11
bunga hermaprodit dan 136 bunga jantan

hingga 23 hari sejak inisiasi awal perlakuan
kombinasi Giberellin dan Kinetin (50 : 50
ppm). Perlakuan Giberellin pada konsentrasi
100 ppm dapat memberi pengaruh yang
signifikan terhadap pertumbuhan vegetatif
tanaman J.curcas. Bunga reseptif terjadi satu
hari sebelum bunga mekar, sedangkan polen
anthesis terjadi saat bunga mekar. Sayatan
membujur pada bunga hermaprodit H-1,
menunjukkan bunga sudah memiliki ovul
yang terdapat dalam ovari. Di dalam ovul
dapat terlihat sel-sel yang merupakan
perkembangan dari nuselus berupa subdermal
nuselar.

SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk
mengetahui
produksi
bunga
hermparodit pada J.curcas. Di samping itu,
juga diharapkan untuk dilakukan pengamatan
setelah bunga mekar, untuk mengetahui
pembentukan dan perkembangan embrio pada
tanaman J.curcas.

DAFTAR PUSTAKA
Abdelgadir HA, Jager AK, Johnson SD,
Staden VJ. 2009. Influence of plant
growth regulators on flowering,
fruiting, seed oil content and oil quality
of Jatropha curcas. South African 516:
1-2.
Esau K. 1965. Anatomy of Seed Plants 2nd
Edition. California: University of
California Santa Barbara.
Ghosh A, Chikara J, Chaudhary DR. 2010.
Diminution of economic yield efeected
by
prunning
and
chemical
manipulation of Jatropha curcas .
Biomass and Bioenergy 5: 1021 –
1029.
Hambali E, Dadang, Prawitasari T, Suryani A,
Haryadi.
2005.
Development of
Jatropha curcas Linn for Biodiesel.
Bahan presentasi Pengembangan Jarak
Pagar
untuk Biodiesel (English
version). SBRC, LPPM-IPB.
Hartati S. 2009. Jarak Pagar Hermaprodit,
Informasi Genetik dan Lingkungan.
Bogor : Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan, Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Pertanian 1: 4.
Johansen DA. 1940. Plant Microtechnique.
New York: McGraw-Hill.
Johri
BM.
1984.
Embriology
of
Angiospermae.
Tokyo:
Springer
Verlag.

7

bunga hermaprodit dibandingkan dengan
bunga betina.
Keadaan
bunga
yang
reseptif
menunjukkan bahwa stigma siap untuk
diserbuki. Stigma dikatakan reseptif dengan
ciri mengkilap dan sekresi cairan di stigma
(Raju &Ezradanam 2002). Bunga reseptif
akan mengeluarkan cairan yang mengandung
karbohidrat, protein, lemak, enzim, dan asam
amino (Sedgley & Griffin 1989) dan akan
menarik datangnya serangga untuk membantu
penyerbukan. Pada bunga hermaprodit cairan
tersebut diperlukan untuk perkecambahan
polen. Informasi mengenai periode reseptif
stigma sangat penting, karena pada periode
tersebut merupakan waktu yang tepat untuk
melakukan penyerbukan. Hal itu terkait
dengan perbaikan mutu tanaman maupun
produksi benih.
Sayatan membujur bunga hermaprodit J.
curcas menunjukkan perkembangan bunga
pada beberapa tingkatan (Gambar 4). Pada
sayatan bunga H-1 terlihat adanya sepasang
ovul. Ovul merupakan perkembangan dari
plasenta di dalam ovari, tempat pembentukan
megaspora dan tempat berkembangnya
kantung embrio. Ovul terdiri dari nuselus,
satu atau dua integumen, dan funikulus (Esau
1965). Nuselus akan berkembang menjadi selsel subdermal nuselar. Salah satu sel pada
subdermal nuselar, akan berkembang menjadi
megasporofit (Reiser & Fischer 1993 ), tetapi
pada sayatan ini megasporofit belum terlihat.
Tiga zona primordium (dermal 1, 2, dan 3)
pada ovul diinisiasi oleh pembelahan
antiklinal dan periklinal.
Zona ke-tiga
pembelahan berasal dari meristem plasenta
dengan pembelahan secara periklinal,
sedangkan dua lapis terluar tergolong pada
pembelahan antiklinal. Ketiga zona ini
ditemukan pada banyak famili, diantaranya
Euphorbiacea, Berberidaceae, Betulaceaea,
dan Cistaceae (Johri 1984).
Ovul bunga hermaprodit pada hasil
pengamatan sayatan membujur terlihat dua
buah, sedangkan ovul yang terdapat pada
tanaman J. curcas 2 sampai 3 buah. Buah
J.curcas terdiri dari 3 ruang yang masingmasing ruang berisi 1 biji (Hambali et al.
2005).

SIMPULAN
Bunga hermaprodit yang dihasilkan oleh
tanaman J.curcas stabil dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Hal ini dapat dibuktikan
oleh produksi bunga pada masing-masing
rangkaian bunga menghasilkan rata-rata 11
bunga hermaprodit dan 136 bunga jantan

hingga 23 hari sejak inisiasi awal perlakuan
kombinasi Giberellin dan Kinetin (50 : 50
ppm). Perlakuan Giberellin pada konsentrasi
100 ppm dapat memberi pengaruh yang
signifikan terhadap pertumbuhan vegetatif
tanaman J.curcas. Bunga reseptif terjadi satu
hari sebelum bunga mekar, sedangkan polen
anthesis terjadi saat bunga mekar. Sayatan
membujur pada bunga hermaprodit H-1,
menunjukkan bunga sudah memiliki ovul
yang terdapat dalam ovari. Di dalam ovul
dapat terlihat sel-sel yang merupakan
perkembangan dari nuselus berupa subdermal
nuselar.

SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk
mengetahui
produksi
bunga
hermparodit pada J.curcas. Di samping itu,
juga diharapkan untuk dilakukan pengamatan
setelah bunga mekar, untuk mengetahui
pembentukan dan perkembangan embrio pada
tanaman J.curcas.

DAFTAR PUSTAKA
Abdelgadir HA, Jager AK, Johnson SD,
Staden VJ. 2009. Influence of plant
growth regulators on flowering,
fruiting, seed oil content and oil quality
of Jatropha curcas. South African 516:
1-2.
Esau K. 1965. Anatomy of Seed Plants 2nd
Edition. California: University of
California Santa Barbara.
Ghosh A, Chikara J, Chaudhary DR. 2010.
Diminution of economic yield efeected
by
prunning
and
chemical
manipulation of Jatropha curcas .
Biomass and Bioenergy 5: 1021 –
1029.
Hambali E, Dadang, Prawitasari T, Suryani A,
Haryadi.
2005.
Development of
Jatropha curcas Linn for Biodiesel.
Bahan presentasi Pengembangan Jarak
Pagar
untuk Biodiesel (English
version). SBRC, LPPM-IPB.
Hartati S. 2009. Jarak Pagar Hermaprodit,
Informasi Genetik dan Lingkungan.
Bogor : Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan, Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Pertanian 1: 4.
Johansen DA. 1940. Plant Microtechnique.
New York: McGraw-Hill.
Johri
BM.
1984.
Embriology
of
Angiospermae.
Tokyo:
Springer
Verlag.

STABILITAS SIFAT DAN PERKEMBANGAN BUNGA
HERMAPRODIT PADA Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

CERY CHINTIA

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

8

Kushartoyo D. 1980. Penggunaan Ethephon
Secara Praktis Pada Beberapa Tanaman
Pertanian. Yogyakarta: Departemen
Agronomi Fakultas Pertanian UGM.
Makwana V, Shukla P, Robin S. 2010. GA
Aplication induces alteration in sex
ratio and cell death in Jatropha curcas.
Springer DOI 10.1007/s10725-0109457-x.
Paris RP, King RW . 1985. Gibberellins and
reproductive development in seed
plants. Ann Rev Plant Physiol 36: 517–
568.
Raju S, Ezradanam V. 2002. Pollination
ecology and fruiting behaviour in a
monoecious spesies, Jatropha curcas L.
(Euphorbiaceae). Curr Sci 83: 13951398.
Reale L, Korwar GR, Shanker AK,
Ramakrishna Y. 2008. Morphological
and cytological development and
starch accumulation in hermaphrodite
and staminate flowers of olive. Journal
of Arid Environments 73: 877–884.
Reiser L, Fischer R L. 1993. The Ovul and the
Embryo Sac. The Plant Cell 5 : 12911301.
Rosliani R, Suwandi, dan Sumarni N. 2005.
Pengaruh Waktu Tanam dan Zat
Pengatur Tumbuh Mepiquat Klorida
terhadap Pembungaan dan Pembijian
Bawang Merah. J Hort 15:192-198.
Sedgley M, Griffin 1989. Sexual Reproduction
of Tree Crops. Australia: Departement
of Plant Physiology.
Sumiati, E. 2009. Pengaruh zat pengatur
tumbuh terhadap hasil curd broccoli
(Brassica oleraceae) kultivar Green
Comet. Bul Penel Hort 18: 4-5.
Triadiati, Hamim, Pranowo D, Dasumiati.
2010. Pemacuan Pembentukan Bunga
Hermaprodit (300 %) Menggunakan
Zat Pengatur Tumbuh Pada Tanaman
Jarak Pagar (Jatropha curcas) dan
Seleksinya
Terhadap
Kekeringan
(curah hujan ±10 mm/bl) dengan
Produktivitas 8 ton /ha. Laporan
Penelitian. Bogor: Institut Pertanian
Bogor Bekerjasama dengan Sekretariat
Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.
Utomo BP. 2008. Fenologi pembungaan dan
pembuahan jarak pagar (Jatropha
curcas L.). Skripsi. Program Studi
Pemuliaan Tanaman dan Teknologi
Benih. Fakultas Pertanian. Bogor:
Institut Pertanian Bogor

STABILITAS SIFAT DAN PERKEMBANGAN BUNGA
HERMAPRODIT PADA Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

CERY CHINTIA

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

ABSTRAK
CERY CHINTIA. Stabilitas Sifat dan Perkembangan Bunga Hermaprodit pada Jarak Pagar
(Jatropha curcas L.). Dibimbing oleh TRIADIATI dan DORLY.
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) memiliki bunga hermaprodit yaitu satu bunga
memiliki stamen dan stigma, tetapi jarang ditemukan. Sifat hermaprodit pada J.curcas kurang
stabil. Untuk itu perlu dilakukan penelitian pemacuan stabilitas pembungaan hermaprodit dari biji
yang dihasilkan dari bunga hermaprodit serta mengamati perkembangan bunga hermaprodit.
Pemacuan pembungaan hermaprodit dilakukan dengan zat pengatur tumbuh. Parameter yang
diamati adalah jumlah daun, jumlah cabang, tinggi tanaman, besar sudut percabangan, yang
diamati tiap dua minggu. Pengamatan anatomi bunga hermaprodit dilakukan terhadap sediaan
mikroskopis sayatan membujur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bunga hermaprodit pada
J.curcas stabil ke generasi berikutnya dengan produksi bunga rata-rata 11 bunga hermaprodit dan
136 bunga jantan pada perlakuan kombinasi Giberellin dan Kinetin (50 : 50 ppm) pada 23 hari
pengamatan pembungaan tiap rangkaian. Giberellin konsentrasi 100 ppm berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman J.curcas. Stigma reseptif pada J.curcas terjadi satu hari
sebelum bunga mekar, sedangkan polen menempel pada stigma terjadi pada saat bunga mekar.
Sayatan membujur pada ovul bunga hermaprodit satu hari sebelum bunga mekar, dijumpai sel-sel
subdermal nuselar.
Kata kunci: Jatropha curcas, zat pengatur tumbuh, bunga hermaprodit.

ABSTRACT
CERY CHINTIA. Stability of hermaphrodite Flower and its development in Jatropha
curcas L. Under supervised by of TRIADIATI and DORLY.
Jatropha curcas L. has hermaphrodite flowers which is stamen and pistil in the same flower,
but very rarely found. It was assumed that hermaphrodite flowers unstable in the next generation.
The aims of this study were to evaluate the stability of hermaphrodite flower in the next generation
from the hermaphrodite seedling and to observe the development of hermaphrodite flower. To
obtain the stability of hermaphrodite flower was used by plant growth regulator. The parameters
observed in the study were leaf number, branch number, plant height, angle of branch every two
weeks. Anatomical observation of flower hermaphrodite was done on microscopical slide of
longitudinal section.The results showed that the hermaphrodite flowers of J.curcas was stable in
the next generation. Application of Giberellin and Kinetin (50 : 50 ppm) has the heighest number
of hermaphrodite flower, that is 136 male flowers and 11 hermphrodite flowers until 23 days after
flower initiation. Giberellin 100 ppm has significantly effect on vegetative growth of J.curcas. A
receptive stigma was occurred one day before the flowers anthesis, while the pollen attached on
the stigma occured after the flowers anthesis. Longitudinal section of ovule of hermaphrodite
flowers one day before anthesis, was found subdermal cell of nucellar.
Key words: Jatropha curcas, plant growth regulators, hermaphrodite flowers.

STABILITAS SIFAT DAN PERKEMBANGAN BUNGA
HERMAPRODIT PADA Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

CERY CHINTIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Judul

: Stabilitas Sifat dan Perkembangan Bunga Hermaprodit pada
Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)
: Cery Chintia
: G34070004

Nama
NIM

Menyetujui:
Pembimbing I,

(Dr. Triadiati, M.Si)
NIP. 196002241986032001

Pembimbing II,

(Dr.Ir. Dorly, M.Si)
NIP. 196404161991032002

Mengetahui:
Ketua Departemen Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

(Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si)
NIP. 196410021989031002

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji syukur kepada ALLAH SWT atas rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai
Agustus 2011 dengan judul Stabilitas Sifat dan Perkembangan BungaHermaprodit Pada Jarak
Pagar ( Jatropha curcas L.).
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Triadiati, M.Si dan Ibu Dr. Ir. Dorly, M.Si
atas bimbingan, masukan, dan arahan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dra. Taruni
Sri Prawasti M.Si selaku penguji atas masukan dan arahan yang diberikan kepada penulis. Terima
kasih kepada Ibu, Abah, dan adik yang telah memberikan dorongan secara moral, material, dan
spiritual kepada penulis dalam melaksanakan penelitian ini. Terima kasih juga penulis ucapkan
kepada seluruh staf Laboratorium Mikroteknik, Kebun Percobaan Cikabayan, Laboratorium
Terpadu dan rekan-rekan yang melaksanakan penelitian di Laboratorium Mikroteknik dan Kebun
Percobaan Cikabayan atas dukungan yang diberikan. Selain itu, terima kasih kepada DIKTI yang
telah memberikan beasiswa sejak tahun 2007 sampai tahun 2011 sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan di IPB. Terima kasih pula penulis ucapkan kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pengumpulan data karya ilmiah ini serta seluruh rekan Biologi angkatan 44
atas kebersamaan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya dan
berharap masukan dari berbagai pihak.

Bogor, 4 Agustus 2011

Cery Chintia

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Andaleh pada tanggal 28 Maret 1989 dari ayahanda Ardinal dan ibunda
Nofrida Yenti. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Tahun 1995 penulis lulus
dari TK Pertiwi Andalas, tahun 2001 penulis lulus dari SD Negeri 47 Andalas Bawah, tahun 2004
penulis lulus dari SMP Negeri 1 Sei. Kamuyang, tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 1
Lareh Sago Halaban. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswi program studi
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun 2007-2008 penulis terdaftar sebagai penerima
beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dan tahun 2008 – 2011 penulis terdaftar sebagai
penerima beasiswa Bantuan Beasiswa Mahasiswa (BBM) dari DIKTI.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa organisasi kemahasiswaan dan
berbagai kepanitian yang diselenggarakan di IPB. Penulis pernah menjadi staf divisi Biosains
Himabio IPB tahun 2008-2009, bendahara pada kepanitiaan Revolusi Sains 1 dan Workshop
Karya Ilmiah Populer, Lomba Cepat Tepat Biologi (LCTB), bendahara Departemen Keuangan
Dewan Keluarga Masjid (LDK) Al-Hurriyah, bendahara Seminar Nasional Al-qur’an dan Sains
(SNQS), sekretaris Paket Qiyamu Ramadhan (PQR), sekeretaris Serambih Ruhiyah Mahasiswa
FMIPA (SERUM-G), mewakili Serum-G dalam Musyawarah Kerja Wilayah III Jaringan Rohis
MIPA Nasional, staf divisi Penanggung Jawab Keluarga (PJK) dalam kepanitiaan Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKBM) tahun 2008 yang diselenggarakan oleh BEM
TPB, serta beberapa kepanitiaan lainnya. Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum Biologi
Dasar pada tahun ajaran 2009/2010 dan 2010/2011, Fisologi Tumbuhan tahun ajaran 2010/2011,
Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan tahun ajaran 2011/2012, dan Anatomi Tumbuhan
tahun ajaran 2011/2012.
Pada tahun 2009, penulis melaksanakan studi lapang di Wana Wisata Cangkuang, Sukabumi
dengan judul laporan “Strategi Pertahanan Serangga di Wana Wisata Cangkuang” di bawah
bimbingan Bapak Ir. Tri Heru Widarto, M.Sc. Pada tahun 2010, penulis melaksanakan praktik
lapangan di Laboratorium Kebun Raya Bogor dengan judul laporan “Manajemen Kebun Raya
Bogor dalam Usaha Peningkatan Ekowisata di Kebun Raya Bogor” di bawah bimbingan Ibu Dr.
Nunik Sri Ariyanti, M.Si. dan Ibu Ir. Rismita Sari, M.Sc.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
Latar Belakang .....................................................................................................1
Tujuan ..................................................................................................................1
Waktu dan Tempat ...............................................................................................1
BAHAN DAN METODE ........................................................................................1
Bahan dan Alat .....................................................................................................1
Metode Percobaan ................................................................................................1
Pengamatan Fisiologi .......................................................................................1
Pembuatan sediaan mikroskopis ......................................................................2
HASIL ......................................................................................................................2
PEMBAHASAN ......................................................................................................6
SIMPULAN .............................................................................................................7
SARAN ....................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................7
LAMPIRAN .............................................................................................................9

DAFTAR TABEL
1
2
3

Halaman
Perlakuan ZPT......................................................................................................................
2
Pengaruh ZPT terhadap perameter sebelum bunga anthesis pada minggu ke9............................................................................................................................................
3
Perbandingan bunga jantan dan bunga hermaprodhit dalam satu rangkaian bunga 23 hari
setelah inisiasi awal...............................................................................................................
3

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Halaman
Pertumbuhan tanaman J.curcas hermaprodit yang diberi ZPT, dapat diamati dalam (A) 4
jumlah cabang, (B) jumlah daun, (C) tinggi tanaman, dan (D) besar sudut cabang .............
Bunga hermaprodit dan jantan H-1 (A) dan Bunga Hermparodit H0 4
(B)...........................................................................................................................................
Preparat segar bunga hermaprodit terdiri dari (A) Celah pada kuncup bunga hermaprodit 4
H-1, (B) kondisi stigma yang reseptif H-1, dan (C) penyerbukan pada H-0.........................
Sayatan membujur bunga hermaprodit J.curcas yang terdiri dari (A) Bunga hermaprodit
kuncup kecil, (B) bunga hermaprodit kuncup menengah, (C) bunga hermaprodit H-1, (D) 5
stamen H-1, (E) bunga hermaprodit H-1, dan (F) Ovul H-1..................................................

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4

Halaman
Komposisi larutan dehidran dan clearing seri Johansen.................................................... 10
Komposisi larutan Gifford................................................................................................. 10
Analisis sidik ragam (ANOVA) pengaruh ZPT terhadap parameter
pertumbuhan....................................................................................................................... 11
Analisis sidik ragam (ANOVA) perbandingan jumlah bunga jantan dan bunga
hermaprodit........................................................................................................................ 12

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas
L.) dikenal sebagai tanaman yang memiliki
bunga uniseksual (monocieous) yaitu bunga
jantan atau bunga betina terdapat pada satu
rangkaian yang sama. Kondisi bunga yang
uniseksual memberi peluang pada tanaman
untuk melakukan penyerbukan silang (cross
pollinated). J. curcas ada yang berbunga
hermaprodit, tetapi sangat jarang ditemukan.
Bunga hermaprodit memiliki 2 organ kelamin
yaitu stamen dan stigma dalam satu bunga.
Pada J. curcas yang berbunga hermaprodit
juga ditemukan juga ditemukan bunga jantan
pada satu rangkaian yang sama. Dari segi
pemuliaan tanaman, tanaman hermaprodit
memberikan keuntungan, karena dapat
menghasilkan keturunan yang seragam,
karena berpeluang terjadinya penyerbukan
sendiri (Reale 2008). Pembentukan bunga
hermaprodit pada J.curcas diduga merupakan
interaksi faktor genetik dengan lingkungan
(Hartati 2009).
Produksi bunga dipengaruhi oleh Zat
Pengatur Tumbuh (ZPT) baik endogen
maupun eksogen. Pemacuan dengan ZPT
diharapkan
dapat
meningkatkan
dan
menstabilkan sifat bunga hermaprodit.
Peranan ZPT berupa Giberellin
dapat
meningkatkan produksi bunga jantan pada
J.curcas (Makwana & Shukla 2010).
Benziladenin,
Asa