Perilaku Kewirausahaan Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Kerukunan Keluarga Besar Siman Jaya (KKBSJ) di Jakarta

PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG WARUNG
TENDA PECEL LELE KERUKUNAN KELUARGA BESAR
SIMAN JAYA (KKBSJ) DI JAKARTA

RINA FAUZAH
H34090039

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

vii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perilaku
Kewirausahaan Warung Tenda Pecel Lele Kerukunan Keluarga Besar Siman Jaya
(KKBSJ) di Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Rina Fauzah
NIM H34090039

ix

ABSTRAK
RINA FAUZAH. Perilaku Kewirausahaan Pedagang Warung Tenda Pecel Lele
Kerukunan Keluarga Besar Siman Jaya (KKBSJ) di Jakarta. Dibimbing oleh Anna
Fariyanti.
Sejarah membuktikan pasca krisis ekonomi Indonesia tahun 1997, para
pelaku usaha kecil salah satunya adalah pedagang warung tenda pecel lele
kelompok KKBSJ, berhasil menjadi agen perubahan perekonomian Indonesia yang
berpihak pada rakyat. Namun di dalam serangkaian aktivitas usahanya, para
pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ pastinya menghadapi berbagai macam

permasalahan usaha. Berdasarkan beberapa permasalahan yang dihadapi tersebut,
faktor karakteristiklah yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan pedagang
dalam mengelola usahanya, yang kemudian dapat meningkatkan motivasi
pedagang untuk terus berwirausaha hingga mencapai sasaran yang diinginkan
pedagang, yaitu meningkatkan taraf dan kualitas hidup pedagang dan keluarganya
di masa depan. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan
karakteristik kewirausahaan pedagang, dan menganalisis perilaku kewirausahaan
pedagang serta hubungan antara keduanya. Metode penentuan sampel yang
digunakan pada penelitian ini adalah unproportional cluster random sampling
dengan metode pengumpulan data berupa survei, dan alat analisis yang digunakan
adalah uji Chi Square dan korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa usia pedagang antara 51-62 tahun, tingkat pendidikan lulusan SMP serta
mengikuti pengajian, pengalaman berwirausaha 27-40 tahun, jumlah tanggungan
keluarga 3-5 orang, dan memiliki 3-4 motivasi. Sebanyak 20 persen pedagang
berdagang di daerah Kota dan memiliki 1 warung tenda yang dioperasionalkan
selama 6-8 jam/hari dalam 7 hari. Pembelian bahan baku di pasar tradisional, modal
usaha Rp 22 708 775-Rp 53 717 525/bulan dan penerimaan usaha Rp 27 870 000Rp 86 880 000/bulan, pencatatan keuangan dan pembagian keuangan usaha tidak
dilakukan, merekrut 1-4 karyawan dengan gaji Rp 900 000-Rp 1 200 000/bulan,
serta pedagang tidak mendapatkan peluang pembinaan usaha. Sebanyak 83.33
persen pedagang memiliki perilaku kewirausahaan dalam kategori tinggi.

Berdasarkan hasil uji Chi Square dan korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa
terdapat beberapa karakteristik pedagang memiliki hubungan nyata dengan unsurunsur perilaku kewirausahaannya pada taraf α = 0.01 dan α = 0.05. Karakteristik
tersebut adalah usia, pendidikan non formal, pengalaman berwirausaha, sumber
bahan baku, modal usaha/bulan, penerimaan usaha/bulan, pencatatan keuangan,
dan jumlah karyawan.
Kata kunci: karakteristik pedagang, kewirausahaan, pedagang warung tenda pecel
lele, perilaku kewirausahaan

xi

ABSTRACT
RINA FAUZAH. Entrepreneurial behavior of traders pecel lele Kerukunan
Keluarga Besar Siman Jaya (KKBSJ) in Jakarta. Supervised by Anna Fariyanti.
History proves that Indonesian economic after the crisis in 1997, small
business owners such as the traders of pecel lele on KKBSJ group, managed to
become agents of change in the Indonesian economy in favor of the people.
However, in a series of business activity, the traders of pecel lele KKBSJ certainly
face numerous business problems. Based on some of the problems faced,
characteristics is a factor that influence entrepreneurial behavior of traders in
managing their business, which can increase the motivation of traders to continue

entrepreneurship until achieve the desires goals of traders, is improving standard
and quality of traders and their families lives in the future. This study was aimed to
describe the characteristics of entrepreneurial traders and analyzing their
entrepreneurial behavior of traders and the relationship between them. Sampling
methods used in this study was Unproportional Cluster Random Sampling with
survey methods of data collection, and analysis tools used is the Chi Square test and
Spearman Rank correlation. The results showed that the traders between 51-62
years of age, junior high school graduates and follow the recitation, 27-40 years of
entrepreneurship experience, number of dependents 3-5 people, and has a 3-4
motivations. As many as 20 percent of traders to trade in Kota and have 1 stall tent
which operated for 6-8 hours/day within 7 days. Raw material purchase in the
traditional markets, capital of Rp 22 708 775 and Rp 53 717 525/month and
acceptance of Rp 27 870 000-Rp 86 888 000/month, financial records and financial
separation business is not recorded, hire 1-4 employees with salary Rp 900 000-Rp
1 200 000/month, and traders do not get the business coaching opportunities. A total
of 83.33 percent of traders have entrepreneurial behavior in high category. Based
on the results of the Chi Square test and Spearman rank correlation, there are some
characteristics of traders have a relationship with the elements of entrepreneurial
behavior at the level of α = 0.01 and α = 0.05 level. These characteristics are age,
non-formal education, entrepreneurial experience, sources of raw materials,

business capital/month, business acceptance/month, financial records, and number
of employees.
Keywords: characteristics of traders, entrepreneurial behavior, entrepreneurship,
traders of pecel lele

PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG WARUNG
TENDA PECEL LELE KERUKUNAN KELUARGA BESAR
SIMAN JAYA (KKBSJ) DI JAKARTA

RINA FAUZAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2013

xiii

Judul Skripsi : Perilaku Kewirausahaan Pedagang Warung Tenda Pecel Lele
Kerukunan Keluarga Besar Siman Jaya (KKBSJ) di Jakarta
Nama
: Rina Fauzah
NIM
: H34090039

Disetujui oleh

Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

xv

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, serta shalawat dan
salam kepada Nabi Muhammad SAW atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan April hingga Mei 2013 ialah kewirausahaan,dengan
judul Perilaku Kewirausahaan Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Kerukunan
Keluarga Besar Sman Jaya (KKBSJ) di Jakarta.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS selaku
pembimbing skripsi dan Ir. Burhanudin, MM selaku dosen kewirausahaan.
Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada H. Amin Jabir dan Maksum
Fediyanto selaku pengurus kelompok KKBSJ (Kerukunan Keluarga Besar Siman
Jaya), serta para pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ yang bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan informasi dan ilmu kepada penulis.
Penghargaan terbesar penulis hadiahkan kepada papa dan mama tercinta,

Ali Muhtar, S.Ag dan Uhrul Istihanik, atas limpahan do’a; kesabaran; semangat;
motivasi serta kasih sayangnya yang selalu mendampingi penulis dan senantiasa
memberikan ilmu, curahan waktu dan materi kepada penulis selama proses
pengerjaan skripsi, serta kedua saudara penulis Muhammad Najih dan Muhammad
Nateq Nuri. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh keluarga besar
mama dan papa tercinta yang turut serta membantu kelancaran proses penelitian,
Dhia Ulhaq Al-a’zami dan Ria Meitasari atas do’a; motivasi; dan semangatnya
dalam mendampingi penulis mengerjakan skripsi, dan Siti Khoirul Umami yang
sudah menemani dan menyediakan tempat tinggal untuk penulis selama proses
pengerjaan skripsi di Bogor. Serta kepada kak Frandy Taqwa Subachtiar dan kak
Mia Amalia yang telah banyak membantu penulis dalam proses pengolahan data
penelitian.
Seluruh teman-teman terkasih Agribisnis 46_squad dan teman-teman
sebimbingan skripsi (Fadila Jzuqynova Burhani, Putri Larasati, Nesya Mulia
Pinasti, dan Novita Dewi Ratnasari) serta teman-teman kostan Puri Fikriyah beserta
keluarga Ibu Wiwin yang telah membantu kelancaran proses pengerjaan skripsi di
Bogor.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2013


Rina Fauzah

vi

vi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan
Manfaat
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Individu Wirausaha Kecil Agribisnis Indonesia
Karakteristik Usaha Wirausaha Kecil Agribisnis Indonesia

Perilaku Kewirausahaan Wirausaha Kecil Agribisnis Indonesia
Keterkaitan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian yang akan Dilakukan
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis, Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
Metode Penentuan Sampel
Metode Analisis Data
Definisi Operasional
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Wilayah DKI Jakarta
Sejarah Singkat Kelompok Pedagang Warung Tenda Pecel Lele KKBSJ
Struktur Organisasi KKBSJ
Produk Pedagang Warung TendaPecel Lele KKBSJ
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Pedagang Warung Tenda Pecel Lele KKBSJ
Perilaku Kewirausahaan Pedagang Warung Tenda Pecel Lele KKBSJ
Hubungan antara Karakteristik dengan Perilaku Kewirausahaan Pedagang

Warung Tenda Pecel Lele KKBSJ
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
viii
viii
1
1
6
8
8
8
9
9
9
10
11
12
12
24
27
27
27
28
29
36
38
38
41
43
44
45
45
65
69
87
87
88
89
93

vii

DAFTAR TABEL
1 Penduduk Indonesia menurut jenis kegiatan pada Agustus 2008 hingga
Agustus 2012 (juta orang)
2 Penduduk Indonesia 15 tahun ke atas menurut status pekerjaan utama pada
Agustus 2008 hingga Agustus 2012 (juta orang)
3 Jumlah unit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan Usaha Besar
di Indonesia tahun 2011 hingga tahun 2012 (ribu unit)
4 Atribut perilaku wirausaha pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ di
Jakarta berdasarkan unsur-unsur perubahan perilaku wirausaha
5 Kriteria penilaian unsur-unsur perubahan perilaku wirausaha
6 Kriteria skor penilaian unsur-unsur perubahan perilaku wirausaha
7 Profil usaha UKM menurut kategori dan tenaga kerja di DKI Jakarta tahun
2010
8 Penyebaran lokasi PKL menurut wilayah dan jenis lahan di Provinsi DKI
Jakarta tahun 2010 (unit)
9 Penyebaran usaha PKL menurut kategori lokasi dan wilayah di Provinsi
DKI Jakarta tahun 2011
10 Distribusi pedagang dan rataan skor perilaku kewirausahaan pedagang
berdasarkan kelompok usia pada Mei 2013
11 Distribusi pedagang dan rataan skor perilaku kewirausahaan pedagang
berdasarkan tingkat pendidikan formal pada Mei 2013
12 Distribusi pedagang dan rataan skor perilaku kewirausahaan pedagang
berdasarkan pendidikan non formal pada Mei 2013
13 Distribusi pedagang dan rataan skor perilaku kewirausahaan pedagang
berdasarkan pengalaman berwirausaha pada Mei 2013
14 Distribusi pedagang dan rataan skor perilaku kewirausahaan pedagang
berdasarkan jumlah tanggungan keluarga pada Mei 2013
15 Distribusi pedagang dan rataan skor perilaku kewirausahaan pedagang
berdasarkan jumlah motivasi pada Mei 2013
16 Distribusi pedagang dan rataan skor perilaku kewirausahaan pedagang
berdasarkan lokasi usaha pada Mei 2013
17 Distribusi pedagang dan rataan skor perilaku kewirausahaan pedagang
berdasarkan jumlah warung tenda pada Mei 2013
18 Distribusi pedagang dan rataan skor perilaku kewirausahaan pedagang
berdasarkan lamanya jam buka usaha per hari pada Mei 2013
19 Distribusi pedagang dan rataan skor perilaku kewirausahaan pedagang
berdasarkan hari usaha per minggu pada Mei 2013
20 Distribusi pedagang dan rataan skor perilaku kewirausahaan pedagang
berdasarkan sumber bahan baku pada Mei 2013
21 Distribusi pedagang dan rataan skor perilaku kewirausahaan pedagang
berdasarkan jumlah modal per bulan pada Mei 2013
22 Distribusi pedagang dan rataan skor perilaku kewirausahaan pedagang
berdasarkan penerimaan usaha per bulan pada Mei 2013
23 Distribusi pedagang dan rataan skor perilaku kewirausahaan pedagang
berdasarkan pencatatan keuangan pada Mei 2013

1
2
3
31
32
32
40
40
41
45
47
48
49
50
50
52
52
53
54
55
57
58
59

viii

viii

24 Distribusi pedagang dan rataan skor perilaku kewirausahaan pedagang
berdasarkan pembagian keuangan pada Mei 2013
25 Distribusi pedagang dan rataan skor perilaku kewirausahaan pedagang
berdasarkan jumlah tenaga kerja pada Mei 2013
26 Distribusi pedagang dan rataan skor perilaku kewirausahaan pedagang
berdasarkan gaji karyawan pada Mei 2013
27 Distribusi pedagang dan rataan skor perilaku kewirausahaan pedagang
berdasarkan peluang pembinaan pada Mei 2013
28 Rataan hitung skor perilaku kewirausahaan pedagang warung tenda pecel
lele KKBSJ pada Mei 2013
29 Sebaran pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ berdasarkan perilaku
kewirausahaan pedagang pada Mei 2013
30 Hubungan karakteristik dengan perilaku wirausaha pedagang warung
tenda pecel lele KKBSJ pada Mei 2013

60
61
62
64
65
66
70

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Dari manajer ke entrepreneur
Dari status imigran hingga menjadi entrepreneur
Dari kondisi pensiun atau menganggur ke entrepreneurhip
Diagram sebuah situasi yang memotivasi, yang diperluas
Perubahan perilaku manusia
Kerangka pemikiran operasional perilaku kewirausahaan pedagang warung
tenda pecel lele KKBSJ di Jakarta
7 Peta Jakarta
8 Peta Kabupaten Lamongan, Jawa Timur
9 Struktur kepengurusan kelompok KKBSJ di Jakarta

16
16
17
19
19
26
39
41
43

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil uji validitas
2 Data karakteristik individu pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ di
Jakarta pada bulan Mei 2013
3 Data karakteristik usaha pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ di
Jakarta pada bulan Mei 2013
4 Skor responden terhadap perilaku wirausaha dan unsur-unsurnya pada
bulan Mei 2013
5 Dokumentasi

93
96
97
99
101

ix

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan situasi ketenagakerjaan Indonesia saat ini, menunjukkan
perubahan ke arah yang lebih baik. Beberapa indikasinya adalah dengan adanya
penurunana tingkat pengangguran serta peningkatan angkatan kerja yang bekerja
setiap tahunnya. Berdasarkan data Badan Pusat Stasitika (BPS) (2013), jumlah
pengangguran di Indonesia menunjukkan penurunan rata-rata 6.28 persen atau ratarata turun 537 390 orang setiap tahunnya, yakni dari 9 394 515 orang pada Agustus
2008 menjadi 8 962 617 orang pada Agustus 2009 dan terus menurun menjadi 7
244 956 orang pada Agustus 2012. Perkembangan jumlah angkatan kerja Indonesia
yang bekerja juga menunjukkan pertumbuhan rata-rata 1.96 persen atau tumbuh 2
063 851 orang setiap tahunnya. Penduduk Indonesia menurut jenis kegiatannya
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Penduduk Indonesia menurut jenis kegiatan pada Agustus 2008 hingga
Agustus 2012 (juta orang)
No
1
2

3

Jenis
Kegiatan
Penduduk
Berumur 15
Tahun Ke Atas
Angkatan
Kerja
Bekerja
Pengangguran
Terbuka *)
Bukan
Angkatan
Kerja

2008
166.641

2009
169.328

2010
172.070

2011
171.756

2012
173.927

Rata - Rata
Pertumbuhan
(%)
1.08

111.947

113.833

116.528

117.370

118.053

1.34

102.553
9.395

104.871
8.963

108.208
8.320

109.670
7.700

110.808
7.245

1.96
-6.28

54.694

55.495

55.543

54.386

55.874

0.55

Tahun

Sumber: Badan Pusat Statistik 2013, diolah
*) Pengangguran Terbuka: Mencari Pekerjaan, Mempersiapkan Usaha, Merasa Tidak Mungkin
Mendapat Pekerjaan, Sudah Punya Pekerjaan tetapi belum dimulai

Pada umumnya generasi muda Indonesia tidak dibesarkan dalam budaya
wirausaha. Sebagian besar para lulusan perguruan tinggi dipersiapkan untuk
bekerja di sektor formal bukan menjadi wirausahawan. Hal itu terbukti pada hasil
penelitian Kasmir (2007) menunjukkan bahwa sekitar 76 persen dari 500
mahasiswa menjawab akan menjadi pegawai. Berdasarkan data Badan Pusat
Stasitika (BPS) (2013) juga membuktikan bahwa mayoritas angkatan kerja
Indonesia bekerja sebagai karyawan/pegawai dan setiap tahunnya mengalami
peningkatan rata-rata 9.45 persen atau rata-rata meningkat 3 026 953 orang setiap
tahunnya, yakni dari 28 183 773 orang pada Agustus 2008 menjadi 29 114 041
orang pada Agustus 2012 dan terus meningkat menjadi 40 291 583 orang pada
Agustus 2012.
Padahal pangsa pasar tenaga kerja di sektor formal Indonesia sendiri tidak
sepenuhnya dapat menyerap jumlah angkatan kerja Indonesia yang ada. Bahkan
sekarang ini struktur perusahaan sudah mengarah pada bentuk organisasi yang lebih

2

ramping dengan sedikit pekerja. Status pekerjaan utama pada sektor formal, yaitu
sebagai karyawan/pegawai hanya mampu menyerap 36.36 persen dari total
angkatan kerja yang bekerja sebanyak 110 808 154 orang pada Agustus 2012. Data
tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Penduduk Indonesia 15 tahun ke atas menurut status pekerjaan utama
pada Agustus 2008 hingga Agustus 2012 (juta orang)
2008
20.922
21.773

2009
21.046
21.934

2010
21.031
21.682

2011
19.416
19.662

2012
18.441
18.761

Rata-Rata
Pertumbuhan
(%)
-3.04
-3.58

3.015

3.033

3.262

3.718

3.873

6.57

28.184

29.114

32.522

37 .772

40.292

9.45

5.991

5.879

5.815

5.476

5.340

-2.82

5.292

5.671

5.132

5.640

6.202

4.38

17.375

18.194

18.765

17.986

17.899

0.80

Total
102.553 104.871
Sumber: Badan Pusat Statistik 2013, diolah

108.208

109.670

110.808

1.96

No
1
2

3

4
5
6
7

Status
Pekerjaan
Utama
Berusaha Sendiri
Berusaha Dibantu
Buruh Tidak
Tetap/Buruh
Tidak Dibayar
Berusaha Dibantu
Buruh
Tetap/Buruh
Dibayar
Karyawan/
Pegawai
Pekerja Bebas di
Pertanian
Pekerja Bebas di
Non Pertanian
Pekerja
Keluarga/Tidak
Dibayar

Tahun

Oleh karena itu, salah satu upaya guna mengurangi jumlah pengangguran
yang ada dan memperbanyak kesempatan kerja adalah dengan mendorong
peningkatan jumlah angkatan kerja untuk berwirausaha secara mandiri di bidang
apa pun. Apalagi kesempatan kerja dengan berwirausaha dapat dimanfaatkan secara
maksimal oleh semua jenjang karakteristik angkatan kerja Indonesia, sehingga
selain mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan menyerap angkatan kerja
Indonesia yang semakin meningkat setiap tahunnya, keberadaan para
wirausahawan juga dapat mengentaskan kemiskinan, menyejahterakan
masyarakatnya, serta sebagai generator pembangunan ekonomi negara.
Sejarah pun membuktikan para wirausahawanlah yang sering kali menjadi
motor perubahan perekonomian, tidak hanya pada saat perekonomian negara
sedang berjaya, melainkan juga ketika perekonomian negara sedang berada pada
saat-saat sulit (Harefa dan Siadari 2006). Pasca krisis ekonomi Indonesia tahun
1997, perekonomian nasional mengalami krisis dengan dampak yang sangat parah
(Saragih 2010), yang menyebabkan banyaknya perusahaan mengalami
kebangkrutan sehingga para karyawan yang bekerja di perusahaan-perusahaan
tersebut terpaksa menjadi pengangguran.
Namun bagi mereka yang memiliki jiwa dan semangat wirausaha, justru saat
itulah mereka memulai karirnya sebagai seorang wirausahawan dengan membentuk
perusahaan skala mikro dan kecil secara mandiri. Survey Angkatan Kerja Nasional
(SAKERNAS) tahun 1998 menyebutkan sekitar 1.4 juta orang kehilangan
pekerjaan di sektor formal, sementara pekerjaan di sektor informal bertambah
sebesar 3.6 juta menjadi 57.3 juta orang (Riyanti 2003). Hal tersebut juga turut
mendorong munculnya wirausaha-wirausaha baru di Indonesia, dimana mereka

3

mencoba menciptakan lapangan kerja bagi dirinya dan juga orang lain (Harefa dan
Siadari 2006).
Saat ini jumlah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia
setiap tahunnya mengalami peningkatan, dimana pertumbuhan rata-rata 2.40 persen
atau rata-rata tumbuh 1 281 245 unit setiap tahunnya, yakni dari 51 409 612 unit
pada tahun 2008 menjadi 52 764 603 unit pada tahun 2009 dan terus meningkat
menjadi 56 534 592 unit pada tahun 2012. Jumlah tersebut mampu menyerap tenaga
kerja sebesar 107 657 509 orang pada tahun 2012 (Depkop 2013).
Dengan demikian, secara keseluruhan pangsa pasar UMKM mencapai 99
persen dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 97.16 persen, sementara sisa
pangsanya dimiliki oleh Usaha Besar. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Hal
itu semakin kuat membuktikan bahwa lapangan kerja pada sektor UMKM semakin
terbuka lebar dan keberadaan UMKM seperti ini justru merupakan investasi jangka
panjang bagi pemerintah.
Tabel 3 Jumlah unit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan Usaha
Besar di Indonesia tahun 2011 hingga tahun 2012 (ribu unit)
Rata-Rata
Pertumbuhan

Tahun
Skala usaha
2008

2009

2010

2011

2012

(%)

A. UMKM

51 409.61

52 764.60

53 823.73

55 206.44

56 534.59

2.40

Usaha mikro

50 847.77

52 176.80

53 207.50

54 559.97

55 856.18

2.38

522.12

546.68

573.60

602.20

629.42

4.78

Usaha menengah

39.72

41.13

42.63

44.28

48.99

5.43

B. Usaha besar
Unit Usaha
(A+B)

4.65

4.68

4.84

4.95

4.97

1.68

51 414.26

52 769.28

53 828.57

55 211.40

56 539.56

2.40

Usaha kecil

Sumber : Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2013, diolah

Peluang untuk meningkatkan UMKM masih memiliki prospek yang cukup
besar, khususnya melalui sektor-sektor ekonomi yang banyak digeluti pelaku
UMKM itu sendiri (yaitu sektor pertanian yang menduduki peringkat pertama
dengan proporsi 58.76 persen dan pada peringkat kedua terdapat sektor
perdagangan dengan proporsi 22.82 persen) dan dilihat dari aspek komoditas
produk unggulan UMKM yang masih dikembangkan dengan teknologi yang
sederhana, merupakan lahan utama yang berpotensi untuk menumbuhkan
wirausaha baru dan juga memberikan peluang untuk meningkatkan dan
mengembangkan daya saing produk-produk Indonesia (Rafinaldy 2006), terutama
produk-produk pertanian Indonesa yang melimpah.
Salah satu UMKM yang tetap menekuni produk unggulannnya dan masih
dikembangkan dengan teknologi sederhana adalah usaha warung tenda pecel lele.
Usaha warung tenda pecel lele banyak memanfaatkan komoditi perikanan ikan lele
yang menjadi bahan baku salah satu menu hidangan utama usaha tersebut yaitu
pecel lele yang ditawarkan kepada para konsumennya. Sehingga dapat dikatakan
bahwa para pedagang warung tenda pecel lele adalah wirausahawan yang berbasis
agribisnis karena menggerakkan usaha bisnisnya dalam lingkup basis pertanian,
lebih tepatnya pada subsistem agroindustri dalam sistem agribisnis, jika kita melihat
sektor pertanian dalam arti luas (Pasaribu 2012).

4

Pengertian agroindustri itu sendiri merupakan kegiatan ekonomi yang
mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk-produk olahan, baik produk
antara maupun produk akhir, baik dalam bentuk yang siap untuk dimasak atau siap
untuk disaji atau siap untuk dikonsumsi beserta kegiatan perdagangaannya (Saragih
2010 dan Pasaribu 2012). Sehingga dapat dikatakan pula usaha warung tenda pecel
lele bergerak pada bidang usaha kuliner karena produk yang dihasilkan dapat
dikonsumsi.
Usaha warung tenda pecel lele sebagai usaha agroindustri ikan lele
merupakan salah satu usaha yang memiliki peluang yang sangat baik, juga sangat
berperan dan menjadi pendukung subsistem agribisnis ikan lele lainnya. Hal itu
terbukti keberadaan pedagang warung tenda pecel lele dapat membantu
meningkatkan prospek pasar dan daya saing dari ikan lele itu sendiri.
Ikan lele merupakan salah satu ikan yang tergolong murah dan mudah untuk
diperoleh, hampir di seluruh wilayah Indonesia memiliki potensi budidaya ikan
lele. Berdasarkan Data Departemen Kelautan dan Perikanan (2005), perkembangan
produksi ikan lele secara nasional mengalami kenaikan sebesar 24.05 persen dari
60 000 ton tahun 2004 menjadi 79 000 ton pada tahun 2005. Hal itu disebabkan
permintaan ikan lele, baik konsumsi maupun benih, terus meningkat. Bahkan,
hingga kini permintaan ikan lele konsumsi untuk pasar lokal saja belum dapat
terpenuhi, khususnya untuk warung tenda pecel lele dan restoran padang. Untuk
pasar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), permintaannya
tidak kurang dari 75 ton/hari atau 2 250 ton/bulan dengan nilai perputaran uang
sekitar Rp 20 miliar/bulan (Mahyuddin 2007).
Jumlah keberadaan usaha warung tenda pecel lele saat ini sangatlah banyak
dan sebarannya pun sangat luas di berbagai pelosok Indonesia, hampir di setiap
sudut jalan raya dapat dijumpai tidak terkecuali kota Jakarta sebagai ibukota
Indonesia dan pusat perekonomian negara. Di DKI Jakarta sendiri pada Agustus
2012, sektor perekonomian yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah
sektor perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi yang mencapai 1 595.66
ribu orang atau 32.98 persen dari angkatan kerja yang bekerja yaitu 4 838.60 ribu
orang (BPS DKI Jakarta 2012).
Berdasarkan hasil sensus ekonomi tahun 2006 di DKI Jakarta tercatat ada
sebanyak 1 124 675 UMKM dengan penyerapan tenaga kerja 2 554 264 orang.
Dilihat dari sisi skala usaha, usaha kaki lima warung tenda pecel lele, termasuk ke
dalam kelompok usaha mikro. Pada tahun 2010, jumlah usaha kaki lima/mikro di
DKI Jakarta mencapai 92 715 unit (Diskumdag DKI Jakarta 2013). Berdasarkan
data pemkot Jaktim, pada tahun 2012 diperkirakan jumlah pedagang kaki lima di
DKI Jakarta sekitar 500 ribu (Jaya 2012), hal itu mengindikasikan semakin ramai
dan mudahnya seseorang membuka usaha kecil kaki lima, khususnya usaha warung
tenda pecel lele yang bergerak di bidang makanan/kuliner dan boleh dibilang tidak
ada matinya meskipun banyak juga pesaingnya (Sugiyo 2012).
Usaha kuliner warung tenda pecel lele merupakan salah satu usaha
pemenuhan kebutuhan pokok/dasar manusia secara langsung yaitu pangan, karena
selama manusia hidup maka selama itu pula mereka membutuhkan makanan.
Sehingga hal itu merupakan sebuah peluang yang tidak dapat diabaikan khususnya
bagi para pedagang warung tenda pecel lele itu sendiri, ditambah melihat jumlah
penduduk Indonesia saat ini mencapai 237 641 326 jiwa dan akan terus meningkat
setiap tahunnya.

5

Semakin menjamurnya usaha kaki lima warung tenda pecel lele di setiap
sudut jalan kota Jakarta menunjukkan pula adanya peningkatan jumlah wirausaha
yang bekerja secara mandiri, mampu menciptakan lapangan kerja baru dimana tiap
usaha warung tenda umumnya mempekerjakan beberapa orang karyawan, serta
mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat secara luas karena
keberadaannya yang strategis dan mudah diakses masyarakat. Usaha warung tenda
pecel lele ini sebenarnya juga cukup membantu pemerintah, khususnya pemda DKI
Jakarta, dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan hidup; mengurangi masalah
pengangguran; memutar roda perekonomian daerah; serta membantu memberikan
nilai tambah dan daya saing pada produk pertanian lokal Indonesia. Oleh karena
itu, keberadaan usaha kecil warung tenda pecel lele ini sepantasnya tetap diberikan
penghargaan serta dukungan berupa kebijakan dari pemerintah DKI Jakarta yang
berpihak pada usaha-usaha kecil sejenis, dan bukan hanya dianggap sebagai
penyebab kemacetan maupun biang kesemrawutan kota Jakarta saja.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, sebagian besar pedagang warung tenda
pecel lele yang tersebar berasal dari Lamongan, Jawa Timur dan terdapat beberapa
kelompok pedagang kaki lima Lamongan yang merantau dan telah menetap di DKI
Jakarta. Kelompok-kelompok tersebut masih berskala masing-masing desa yang
ada di Lamongan. Diantaranya yaitu kelompok pedagang warung tenda pecel lele
KKBSJ (Kelompok Kerukunan Besar Siman Jaya), kelompok pedagang warung
tenda pecel lele Al-Mubarokah, kelompok pedagang warung tenda pecel lele AlIslah, kelompok pedagang warung tenda pecel lele desa Kembangan-Lamongan,
serta PUALAM (Putra Asli Lamongan). Dan kelompok pedagang warung tenda
pecel lele yang paling menonjol dan mendominasi adanya pedagang kaki lima
adalah kelompok KKBSJ.
Kelompok KKBSJ sendiri merupakan kelompok yang dibentuk oleh para
pedagang warung tenda pecel lele asal Desa Siman dan merupakan kelompok sosial
warga Desa Siman; Lamongan; Jawa Timur. Tujuan dibentuknya kelompok ini
adalah untuk mengumpulkan dana sumbangan yang berasal dari warga desa Siman
(baik yang ada di Jabodetabek maupun yang masih menetap di desa Siman
tersebut), yang kemudian dana sumbangan tersebut akan disalurkan untuk berbagai
macam keperluan sosial dan pembangunan desa. Hal itu secara tidak langsung juga
memberikan kontribusi yang cukup baik bagi sektor pertanian desa Siman itu
sendiri, yaitu melalui perbaikan infrastruktur Desa Siman, dimana mayoritas profesi
warga desa Siman adalah sebagai petani. Dana sumbangan yang terkumpul
umumnya berasal dari penerimaan usaha warung tenda yang telah disisihkan oleh
pedagang, karena pedagang pun baru bersedia menjadi anggota kelompok KKBSJ
setelah pedagang berhasil memiliki sebuah usaha warung tenda secara mandiri.
Adapun alasan pedagang memilih status pekerjaan sebagai seorang wirausaha
dan mendirikan usaha warung tenda pecel lele adalah karena sebagian besar
pedagang berasal dari keluarga petani penggarap di desa asalnya dan juga adanya
faktor keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Hal itu mendorong pedagang
bertekad menciptakan pekerjaan bagi dirinya sendiri dan bekerja keras guna
memperbaiki dan meningkatkan taraf dan kualitas hidup pedagang beserta
keluarganya di masa depan dengan cara mendirikan usaha warung tenda pecel lele
secara mandiri di daerah rantauannya, kota Jakarta dan sekitarnya. Tekad tersebut
didukung pula dengan bukti nyata kesuksesan/peningkatan kesejahteraan hidup
yang telah diraih oleh beberapa pedagang kaki lima desa Siman yang terlebih

6

dahulu bergelut pada usaha warung tenda pecel lele, serta adanya peluang bisnis
yang cukup menjanjikan tanpa disertai keterampilan-keterampilan khusus untuk
memulai usaha warung tenda pecel lele tersebut.
Perilaku pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ dalam berwirausaha
merupakan reaksi yang timbul berupa serangkaian aktivitas kewirausahaan
(pengetahuan, sikap, dan keterampilan kewirausahaan) yang dilakukan pedagang
karena adanya impian/sasaran yang ingin dituju melalui usaha warung tenda yang
digeluti pedagang dan dapat dipengaruhi oleh karakteristik pedagang itu sendiri
dimana hal itu dapat menghambat atau memotivasi pedagang dalam meraih
impiannya tersebut. Pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ pastinya memiliki
perilaku kewirausahaan tertentu yang menarik untuk dikaji, karena dapat dikatakan
pedagang memiliki motivasi yang sangat besar untuk berwirausaha, yaitu
memperbaiki dan meningkatkan taraf dan kualitas hidupnya.
Hal itu dapat dilihat dari sikap kegigihan dan keuletan pedagang tanpa
mengenal lelah dalam menekuni usahanya, waktu yang seharusnya digunakan
untuk beristirahat, pedagang gunakan untuk berwirausaha. Pedagang
mengoperasionalkan usahanya dari jam 3 sore hingga jam 11 malam, setiap hari
dalam seminggu, bahkan ada yang sampai jam 1 pagi. Serta sebagian besar
pedagang telah menekuni usaha warung tendanya relatif lama, dengan lamanya
pengalaman berwirausaha belasan hingga puluhan tahun. Pengalaman
berwirausaha yang relatif lama membuat pedagang semakin termotivasi untuk
menekuni usahanya tersebut, terlebih lagi orientasi utama mereka berwirausaha
adalah untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya. Oleh karena itu,
analisis terhadap karakteristik dan perilaku kewirausahaan pedagang warung tenda
pecel lele KKBSJ sangat diperlukan agar dapat membantu pedagang dalam
meningkatkan motivasi mereka dalam berwirausaha dan menjadi wirausaha sukses.

Perumusan Masalah
Kelompok KKBSJ terbentuk pada tahun 1980, hal itu menunjukkan bahwa
pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ telah menggeluti usahanya selama
hampir 33 tahun. Namun, pedagang KKBSJ pastinya mengalami berbagai masalah
dalam menjalankan usaha warung tenda pecel lelenya tersebut.
Masalah yang dihadapi para pedagang usaha warung tenda pecel lele KKBSJ
antara lain: pertama, pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ sering dihadapkan
dengan adanya ancaman gangguan usaha seperti penggusuran lokasi usaha yang
dilakukan oleh Pemda setempat. Hasil observasi menunjukkan sebagian besar
pedagang KKBSJ hanya memiliki 1 warung tenda yang dioperasionalkan di
pinggiran/badan jalan dan pernah mengalami penggusuran lokasi usaha, sehingga
mau tidak mau pedagang harus memindahkan lokasi usahanya tersebut dan
memulai usahanya kembali secara mandiri tanpa adanya pembinaan dari Pemda
setempat (dari mulai mencari lokasi usaha yang strategis; meminta perizinan
dengan birokrasi setempat; menentukan jumlah produksi; dan sebagainya).
Kedua, pedagang mempunyai kelemahan dalam memanajemen keuangan
usaha. Hasil obesrvasi menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang tidak
melakukan pencatatan pembukuan dan pembagian keuangan usaha. Pedagang
hanya memperkirakan keuntungan usaha dari besarnya penerimaan dikurangi

7

modal yang dikeluarkan dalam satu periode (1 periode = sehari) dan tidak
memisahkan antara keuangan usaha dengan keuangan keluarga/pribadi. Hal itu
menyebabkan pedagang tidak dapat mengetahui dengan pasti perkembangan
usahanya per periode.
Meskipun begitu, pedagang tetap mampu mengelola usahanya agar
memperoleh keuntungan dengan berdasarkan pengalaman berwirausaha, dimana
dari keuntungan usaha yang diperoleh pedagang dapat meningkatkan kesejahteraan
hidup dirinya beserta keluarga. Sebagian besar pedagang berhasil memberikan
pendidikan tinggi kepada anak-anaknya, melakukan pembangunan dan renovasi
tempat tinggal di daerah rantauan maupun desa asal, dan mampu menunaikan haji.
Ketiga, saat ini pedagang juga harus dihadapkan dengan tingginya intensitas
keluar masuk karyawan yang bekerja. Padahal di dalam mengoperasionalkan usaha
warung tenda pecel lele, pedagang KKBSJ sangat membutuhkan paling sedikit dua
orang pegawai untuk membantu menyelesaikan pekerjaan pedagang. Hal itu
disebabkan operasional usaha warung tenda terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu
bagian pengolahan bahan baku menjadi produk setengah jadi pada pagi hingga
siang hari yang umumnya dilakukan di rumah pedagang dan bagian menjalankan
usaha warung tenda pada sore hingga malam hari, seperti bongkar pasang tenda;
mengolah produk setengah jadi hingga menjadi produk yang siap dikonsumsi
pembeli; serta pelayanan pembeli.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa ada tidaknya karyawan yang bekerja,
usaha warung tenda pecel lele milik pedagang harus tetap berjalan. Pedagang tetap
mampu menjalankan usahanya dari pagi hingga malam hari dan setiap hari,
terkadang pedagang juga dibantu oleh istri dan anak-anaknya yang telah dewasa.
Hal itu karena adanya tuntutan kebutuhan hidup pedagang beserta keluarga yang
harus dipenuhi.
Karakteristik pedagang merupakan ciri atau sifat pedagang yang
berhubungan dengan aspek lingkungan kehidupan bisnis. Berdasarkan beberapa
permasalahan yang dihadapi pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ, faktor
karakteristik, baik karakteristik individu maupun karakteristik usaha, diperkirakan
mempengaruhi perilaku kewirausahaan pedagang dalam mengelola usahanya.
Sebagai pelaku utama usahanya, pedagang berperan langsung dalam
menghadapi permasalahan berwirausaha warung tenda pecel lelenya. Peranan
utama yang harus dimiliki pedagang adalah kemampuan dalam berperilaku
kewirausahaan terdiri dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan kewirausahaan.
Perilaku kewirausahaan tersebut yang kemudian dapat meningkatkan motivasi
pedagang untuk terus berwirausaha hingga mencapai sasaran yang diinginkan
pedagang.
Adanya peranan perilaku wirausaha tersebut, pedagang diperkirakan mampu
menguasai manajemen usaha warung tenda pecel lele yang ditekuninya dengan
baik, dari proses pendirian usaha; pengoperasionalan usaha; pemasaran usaha; dan
mempertahankan pelanggan yang telah dimiliki. Serta dengan adanya
hubungan/pengaruh antara karakteristik dan perilaku kewirausahaan pedagang,
pedagang juga dapat meningkatkan motivasi dirinya menjadi wirausaha sukses dan
penerimaan serta keuntungan usaha yang diperoleh mampu meningkatkan
kesejahteraan keluarga pedagang. Oleh karena itu perlu diketahui karakteristik dan
perilaku wirausaha pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ di Jakarta.

8

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini
antara lain:
1. Mengapa pedagang KKBSJ dapat terus bertahan menjalankan dan mengelola
usaha warung tenda pecel lelenya selama hampir puluhan tahun, padahal
pedagang sering dihadapkan dan pernah mengalami penggusuran lokasi usaha?
2. Mengapa kesejahteraan hidup pedagang KKBSJ beserta keluarga semakin
meningkat sementara terdapat kelemahan manajemen keuangan usaha warung
tenda pecel lele yang dikelola pedagang?
3. Mengapa pedagang beserta keluarga tetap mampu menjalankan usahanya dan
penerimaan usaha yang diperoleh dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
keluarga, padahal intensitas keluar masuk karyawan yang bekerja di usaha
warung tenda pecel lele KKBSJ sangat tinggi?

Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian
mengenai Perilaku Kewirausahaan Pedagang Warung Tenda Pecel Lele KKBSJ di
Jakarta adalah:
1. Mendeskripsikan karakteristik individu dan usaha pedagang warung tenda pecel
lele KKBSJ di Jakarta
2. Menganalisis perilaku kewirausahaan pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ
di Jakarta
3. Menganalisis hubungan antara karakteristik pedagang warung tenda pecel lele
KKBSJ di Jakarta dengan perilaku kewirausahaannya.

Manfaat
Penelitian mengenai Perilaku Kewirausahaan Pedagang Warung Tenda Pecel
Lele di Jakarta ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Bagi usaha kecil, penelitian ini diharapkan dapat memberi referensi dalam
mengembangkan perilaku kewirausahaan, sehingga dapat mengatasi masalah
ataupun kelemahan yang dihadapi dan memotivasi pelaku usaha kecil untuk
meraih keberhasilan dalam berwirausaha
2. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan sebagai sarana
penerapan ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan
3. Bagi kalangan umum, khususnya bagi pihak-pihak yang membutuhkan,
diharapkan sebagai bahan informasi/referensi mengenai perilaku kewirausahaan
4. Bagi pemerintah, diharapkan sebagai bahan masukan dalam menetapkan
kebijakan pengembangan agribisnis usaha kecil makanan dan minuman,
khususnya usaha kecil warung tenda di pinggir jalan

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah DKI Jakarta dan difokuskan kepada
pedagang warung tenda pecel lele di Jakarta, lebih tepatnya terhadap pedagang

9

warung tenda pecel lele KKBSJ di Jakarta sehingga memiliki batasan untuk
menganalisis karakteristik dan perilaku kewirausahaan pedagang warung tenda
pecel lele yang ada di Jakarta. Model yang dibangun dalam skripsi ini adalah terkait
karakteristik, unsur-unsur perubahan perilaku kewirausahaan yang terdiri dari
pengetahuan; sikap; dan keterampilan, serta hubungan antara perilaku dengan
karakteristik yang dimiliki pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ.

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Individu Wirausaha Kecil Agribisnis Indonesia
Rahadian (2002) melakukan penelitian mengenai peternak Garut.
Karakteristik individu peternak meliputi usia, pendidikan formal, pendidikan non
formal, pekerjaan utama, tujuan beternak, besarnya alokasi keuntungan, asal modal,
dan pengalaman beternak. Alat analisis yang digunakan adalah korelasi Rank
Spearman. Karakteristik individu sebagian besar waita peternak Bogor meliputi
usia, pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan
usaha ternak, dan motivasi berusaha (Ramanti 2006).
Berbeda pada karakteristik individu pedagang kaki lima pemakai gerobak
usaha makanan meliputi usia, pendidikan formal, pendidikan non formal,
pengalaman berusaha, dan motivasi (Sapar 2006). Karakteristik individu pedagang
bakso sapi keliling meliputi jenis kelamin, usia, asal daerah, tingkat pendidikan,
jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berdagang, dan pekerjaan utama
(Yuliadini 2000). Sedangkan pada karakteristik individu pedagang martabak manis
kaki lima meliputi usia, asal daerah, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan
keluarga. Alat analisis yang digunakan adalah korelasi Rank Spearman dan Chi
Square (Hardian 2011).
Berbeda juga dengan karakteristik individu pemilik warung tenda pecel lele
di Kota Bogor yang diteliti yaitu asal daerah, jenis kelamin, usia, status pekerjaan,
dan pendidikan (Idris 2004). Sedangkan karakteristik individu pemilik warung
tenda pecel lele di Kota Palembang meliputi asal daerah, jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan, pengalaman berdagang, dan jumlah tanggungan keluarga (Novita
2008).

Karakteristik Usaha Wirausaha Kecil Agribisnis Indonesia
Idris (2004) dalam penelitiannya karakteristik usaha pemilik warung tenda
pecel lele di Kota Bogor meliputi tahun berdirinya usaha warung tenda, lokasi
pemasaran, waktu operasional, sumber penerangan/listrik dan air, sumber modal,
modal usaha pertama kali, jumlah pegawai, dan sumber bahan baku. Sedangkan
karakteristik usaha pemilik warung tenda pecel lele di Kota Palembang meliputi
tahun didirikan dan berkembangnya usaha, pengalaman berusaha warung tenda
pecel lele di Kota Palembang, waktu operasional, tenaga kerja yang dimiliki, dan
upah tenaga kerja (Novita 2008).

10

Berbeda dengan karakteristik usaha pada pedagang martabak manis kaki lima
meliputi pemilikan usaha, pengalaman berdagang, lama berdagang, pasoka tepung
terigu, dan penerimaan usaha (Hardian 2011). Karakteristik usaha pedagang bakso
sapi keliling meliputi pengelolaan usaha, pengalaman usaha lain, alat usaha yang
digunakan, lama menjalankan usaha, alasan memilih berwirausaha, dan pencatatan
pembukuan usaha (Yuliadini 2000). Sedangkan karakteristik usaha pedagang kaki
lima pemakai gerobak usaha makanan meliputi modal, lingkungan tempat kerja,
peluang pembinaan usaha, dan ketersediaan bahan. Alat analisis yang digunakan
adalah korelasi Rank Spearman (Sapar 2006).

Perilaku Kewirausahaan Wirausaha Kecil Agribisnis Indonesia
Perilaku menunjukkan pola tindakan yang diperlihatkan seseorang dan
merupakan hasil kombinasi pengetahuan, sikap, dan keterampilannya. Perubahan
perilaku dipengaruhi oleh internal seseorang dan faktor lingkungan dimana
seseorang berinteraksi sosial (Dirlanudin 2010).
Proses belajar manusia dewasa ke arah perubahan perilaku hendaknya
digerakkan melalui usaha perubahan sikap baru, memberinya pengetahuan baru,
melatih keterampilan baru, dan dalam hal tertentu disertai dengan penyediaan
material baru (Ramanti 2006). Perubahan perilaku individu tidak terlepas dari
proses pembelajaran yang terjadi. Dengan dukungan dari ligkungan pembelajaran
yang terjadi secara formal maupun informal maka akan terjadi perubahan perilaku
(Dirlanudin 2010).
Perilaku kewirausahaan adalah kegiatan-kegiatan ekonomi dan bisnis yang
polanya dicirikan oleh unsur-unsur kewirausahaan yaitu inovasi, kepemimpinan,
akumulasi modal, manajerial dan keberanian menanggung risiko. Pendidikan,
pengalaman usaha, motivasi, dan lokasi usaha berpengaruh terhadap perilaku
wirausaha pedagang (Yuliadini 2000).
Perilaku wirausaha pada pedagang meliputi pengetahuan, sikap mental, dan
keterampilan serta sikap kewaspadaan yang merupakan perpaduan unsur
pengetahuan dan sikap mental terhadap masa yang akan datang. Pengetahuan
sebagian besar pedagang berada dalam kategori sangat tinggi, sikap berada pada
kategori tinggi, sedangkan keterampilan berada dalam kategori rendah, dan perilaku
wirausaha berada dalam kategori tinggi. Unsur-unsur perilaku wirausaha yang
dominan terhadap perilaku wirausaha pedagang adalah pengetahuan dan sikap
wirausaha pedagang itu sendiri (Hardian 2011).
Perilaku wirausaha merupakan aspek-aspek yang terinternalisasi dalam diri
pengusaha kecil yang ditunjukkan oleh pengetahuan, sikap, dan keterampilannya
untuk melakukan usaha dengan inovatif, inisiatif, berani mengambil risiko dan
berdaya saing. Perilaku wirausaha merupakan sikap mental, gaya hidup, dan pola
tindak yang didasarkan atas pengetahuan, keahlian, pengalaman, dan kebutuhannya
dalam upaya mengkaji peluang dan pertumbuhan bisnis serta tindakannya berusaha
mencari kreatifitas, menunjukkan keuletan, bersikap mandiri, dan berani
mengambil risiko dengan perhitungan yang matang (Dirlanudin 2010).
Adanya perilaku wirausaha dalam mencari dan menerapkan informasi
usahaternak maka diharapkan pendapatan keluarga mengalami peningkatan.
Sebagian besar perilaku wirausaha dalam mencari dan menerapkan informasi

11

usahaternak (pengetahuan, sikap, dan keterampilan wirausaha) berada dalam
kategori sedang (Ramanti 2006).
Meskipun secara langsung tidak ada kaitan antara pengetahuan/pendidikan
dengan semangat wirausaha, dalam menjalankan usahanya seorang peternak perlu
memiliki pengetahuan dasar yang memdai agar usahanya berhasil. Perilaku
wirausaha peternak yang meliputi pengetahuan peternak umumnya sudah berada
dalam kategori sedang, kecuali kelompok pemula yang masih mempunyai
pengetahuan wirausaha kategori kurang. Sikap mental wirausaha anggota
kelompok menunjukkan kategori sedang, sedangkan keterampilan wirausaha masih
terbilang kurang pada kelompok pemula, kelompok lainnya dapat dikategorikan
berketerampilan sedang (Rahadian 2002).

Keterkaitan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian yang akan Dilakukan
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian yang dimodifikasi dari
beberapa penelitian terdahulu mengenai perilaku wirausaha pedagang usaha kecil
kaki lima dan wirausahawan lainnya yang menunjang subsistem agribisnis.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, peneliti dapat menentukan obyek
penelitian yang akan diteliti, dimana mayoritas pedagang warung tenda pecel lele
berasal dari Lamongan dan diantara pedagang warung tenda pecel lele Lamongan
tersebut terdapat beberapa kelompok dimana kelompok yang paling menonjol dan
mendominasi adanya pedagang warung tenda pecel lele adalah kelompok pedagang
warung tenda pecel lele KKBSJ.
Peneliti juga dapat menentukan karakteristik-karakteristik pedagang yang
disesuaikan dengan kondisi atau permasalahan pedagang warung tenda pecel lele
KKBSJ yang akan diteliti, dimana diperkirakan berpengaruh terhadap perilaku
kewirausahaan pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ tersebut. Karakteristik
individu pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ terdiri dari usia, pendidikan
formal, pendidikan non formal, pengalaman berwirausaha, keluarga, dan motivasi.
Sementara karakteristik usaha pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ terdiri dari
lokasi usaha, jumlah warung tenda, jam buka usaha per hari, hari usaha per minggu,
sumber bahan baku, modal usaha per bulan, penerimaan usaha per bulan,
pencatatan keuangan, pembagian keuangan, jumlah tenaga kerja, gaji tenaga kerja
per bulan, dan peluang pembinaan.
Unsur-unsur perilaku kewirausahaan pedagang warung tenda pecel lele
KKBSJ yang dianalisis adalah pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ketiga unsur
perilaku kewirausahaan tersebut berperan langsung terhadap masalah-masalah
yang dihadapi pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ dalam berwirausaha.
Adanya peranan perilaku wirausaha tersebut, pedagang mampu menguasai
manajemen usaha warung tenda pecel lele yang ditekuninya, dari proses pendirian
usaha; pengoperasionalan usaha; pemasaran usaha; serta mempertahankan
pelanggan yang telah dimiliki. Dengan demikian pedagang dapat meningkatkan
motivasi dirinya menjadi wirausaha sukses serta memperoleh penerimaan dan
keuntungan, sehingga dapat menyejahterakan keluarga pedagang warung tenda
pecel lele KKBSJ itu sendiri.
Peneliti juga dapat menentukan alat analisis yang digunakan pada penelitian
ini yaitu analisis deskriptif serta analisis korelasi Rank Spearman dan Chi Square.

12

Selain penelitian Hardian (2011) dan Sapar (2006) mengenai pedagang kaki lima
yang menggunakan analisis deskriptif serta analisis korelasi Rank Spearman dan
Chi Square, analisis ini juga digunakan dalam penelitian lainnya seperti Rahadian
(2002) dan Ramanti (2006) mengenai perilaku wirausaha peternak. Analisis
deskriptif serta analisis korelasi Rank Spearman dan Chi Square pada penelitian ini
digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik pedagang warung tenda pecel lele
KKBSJ dan menganalisis perilaku kewirausahaannya serta hubungan antara
karakteristik dan perilaku kewirausahaan pedagang warung tenda pecel lele
KKBSJ.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Karakteristik Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia
Sektor informal adalah semua kegiatan usaha yang tidak memiliki ikatanikatan organisatoris secara formal kelembagaan (seperti mereka yang menjadi
pegawai dan bekerja di kantor-kantor) atau tidak serupa dengan organisasi
perkantoran, dan dapat diidentikkan dengan UMKM (usaha mikro, kecil, dan
menengah), dimana termasuk ke dalam badan usaha milik swasta. Akses atau pintupintu untuk memasuki sektor informal dalam bentuk UMKM relatif sangat terbuka,
terutama bagi mereka yang mampu melihat peluang usaha yang dilihat dari
kebutuhan/keinginan sekelompok pembeli (segmen pasar) (Nitisusastro 2009).
Pelaku usaha yang bergerak di UMKM Indonesia sendiri secara keseluruhan
mencapai 99 persen pelaku usaha yang ada di Indonesia pada tahun 2012 (Depkop
2013).
Usaha kecil adalah para pelaku UMKM yang dapat disebut sebagai
wirausahawan. Karena para pelaku wirausaha UMKM mampu melihat dan
menangkap peluang usaha yang ada di pasar, memiliki unsur-unsur bakat, sejumlah
sifat, atau pembawaan sebagai seorang wirausahawan seperti kemauan dan rasa
percaya diri yang tinggi; fokus pada sasaran; mau bekerja keras; mengambil risiko;
berani bertanggung jawab; dan mampu berinovasi. Siropolis (1994) memberikan
gambaran bahwa yang masuk dalam kategori usaha kecil antara lain adalah usaha
yang dijalankan oleh pasangan suami istri, seperti warung makan atau toko-toko di
sekitar perumahan.
Usaha kecil dengan karakteristik usahanya yang serba terbatas memiliki
sejumlah kekuatan dan kelemahan. Kekuatan usaha kecil yang dimaksud adalah
usaha kecil mampu mengembangkan kreativitas usaha baru, melakukan i