Analisis Sosial Ekonomi Usaha Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan

(1)

DI KOTA PALEMBANG, PROVINSI SUMATERA SELATAN

SRI DIAH NOVITA

SKRIPSI

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

ANALISIS SOSIAL EKONOMI USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA PALEMBANG, PROVINSI SUMATERA SELATAN

Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2008

Sri Diah Novita C44104074


(3)

SRI DIAH NOVITA. Analisis Sosial Ekonomi Usaha Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.

Dibimbing oleh WAWAN OKTARIZA dan TARYONO

Usaha warung tenda mengenalkan masyarakat Palembang dengan menu baru yaitu pecel lele. Perubahan selera masyarakat Palembang dari pindang patin ke pecel lele mulai terlihat dari tahun 1994 ditandai dengan meningkatnya jumlah usaha warung tenda di lokasi-lokasi strategis di Palembang. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui profil pedagang, konsumen, dan usaha warung tenda,

menganalisis pendapatan usaha warung tenda, menganalisis permintaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pecel lele, mengetahui elastisitas harga, elastisitas silang dan elastisitas pendapatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil pedagang warung tenda sebagian besar yaitu laki-laki, kisaran umur 29 sampai 36 tahun, pendidikan terakhir SMP, berasal dari Lamongan Jawa Timur dengan pengalaman berdagang kurang dari 7 tahun dan mempunyai tanggungan keluarga sampai 7 orang. Profil konsumen warung tenda sebagian besar yaitu wanita, pendidikan terakhir di perguruan tinggi, berasal dari Palembang, memiliki jumlah tanggungan keluarga 1 sampai 4 orang, dan pendapatan disposible kurang dari Rp 601.550. Usaha

warung tenda didirikan dengan modal yang berbeda-beda berdasarkan tahun berdirinya usaha. Sebagian besar didirikan pada tahun 2004 dengan modal rata-rata Rp 6.633.333, tenaga kerja yang dimiliki 3 sampai 5 orang dengan upah Rp 638.500 sampai Rp 800.000 dan usaha warung tenda dimulai dari pukul 17.00 sampai 24.00. Permintaan pecel lele oleh konsumen yaitu berkisar1246 – 2520 porsi/bulan. Pendapatan bersih pedagang warung tenda rata-rata yaitu Rp. 18.169.300 per bulan dengan R/C 1,55.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pecel lele pada warung tenda di Palembang yaitu harga pecel lele, harga pecel ayam, pendapatan disposible, umur dan Dummy lokasi usaha. Berdasarkan kriteria ekonomi,

statistik, dan ekonometrika bahwa model tersebut baik digunakan untuk menduga permintaan lele pada warung tenda pecel lele di Palembang.

Nilai elastisitas harga yang didapat yaitu -3,783, nilai elastisitas

pendapatan yaitu 0,758, dan nilai elastisitas silang yaitu 1,316. Dengan demikian lele merupakan barang normal dan pecel ayam merupakan makanan substitusi dari pecel lele.


(4)

© Hak cipta milik Sri Diah Novita, Tahun 2008 Hak Cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari

Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya.


(5)

DI KOTA PALEMBANG, PROVINSI SUMATERA SELATAN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

SRI DIAH NOVITA C44104074

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(6)

Judul Penelitian : Analisis Sosial Ekonomi Usaha Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan

Nama Mahasiswa : Sri Diah Novita Nomor Pokok : C44104074

Program Studi : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Wawan Oktariza, M.Si Taryono, S.Pi, M.Si NIP. 131 963 528 NIP. 132 169 278

Diketahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya M.Sc NIP. 131 578 799


(7)

Penulis dilahirkan di Palembang, Sumatera Selatan tanggal 14 November 1986 sebagai putri kelima dari lima bersaudara pasangan Bapak Mugiono dan Ibu Choiriyah. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMU Negeri 1 Palembang pada tahun 2001-2004. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) pada tahun 2004. Penulis memilih Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama masa kuliah penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan yaitu sebagai pengurus BEM TPB IPB 2004/2005, FKM-C (Forum Keluarga Muslim FPIK) 2004/2008, HIMASEPA 2005/2006, dan BEM FPIK 2006/2007. Penulis juga aktif sebagai asisten Pendidikan Agama Islam 2005/2007.

Penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Sosial Ekonomi Usaha Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dibawah bimbingan Ir. Wawan Oktariza M.Si dan Taryono S.Pi. M.Si.


(8)

Halaman

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan Masalah ...3

1.3 Tujuan Penelitan...4

1.4 Manfaat Penelitian ...4

II. TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1 Deskripsi Ikan Lele ...6

2.2 Jenis dan Sifat Ikan Lele ...7

2.3 Permintaan ...8

2.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Permintaan ...9

2.3.2 Elastisitas Permintaan ...11

2.4 Penerimaan dan Pendapatan...13

2.5 Warung Tenda Pecel Lele ...13

2.6 Deskripsi Proses Produksi Lele...14

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... ... 15

IV. METODOLOGI ... 17

4.1 Metode Penelitian...17

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 17

4.3 Metode Pengambilan Contoh...18

4.4 Metode Analisis Data...19

4.4.1 Analisis Deskriptif ...20

4.4.2 Analisis Pendapatan ...20

4.4.3 Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya...20

4.4.4 Analisis Regresi ...20

4.4.5 Evaluasi Model Persamaan Penduga...22

4.4.6 Analisis Elastisita Permintaan ...26

4.5 Waktu dan Tempat Penelitian...26

. 4.6 Batasan dan Pengukuran ...27

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...28

5.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian ...28

5.2 Karakteristik Pedagang Warung Tenda Pecel Lele...29

5.2.1 Umur dan Jenis Kelamin...29

5.2.2 Pendidikan...30


(9)

5.2.4 Pengalaman Berdagang...31

5.2.5 Jumlah Tanggungan Keluarga ...32

5.3 Karakteristik Konsumen Warung Tenda Pecel Lele...33

5.3.1 Umur dan Jenis Kelamin...33

5.3.2 Pendidikan...33

5.3.3 Asal Daerah...34

5.3.4 Jumlah Tanggungan Keluarga ...35

5.3.5 Pendapatan Disposible Konsumen...36

5.4 Karakteristik Usaha Warung Tenda Pecel Lele ...37

5.4.1 Modal Usaha ...37

5.4.2 Pengalaman Usaha Warung Tenda ...38

5.4.3 Waktu Usaha ...38

5.4.4 Tenaga Kerja ...38

5.4.5 Upah Tenaga Kerja ...39

5.4.6 Permintaan Pecel Lele...40

5.5 Analisis Pendapatan Pedagang Warung Tenda...40

5.6 Analisis Permintaan Pecel Lele...42

5.7 Evaluasi Model Persamaan Penduga Permintaan Pecel Lele ...44

5.7.1 Kriteria Statistik ...44

5.7.2 Kriteria Ekonometrika...45

5.7.3 Kriteria Ekonomi...47

5.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan ...48

5.9 Analisis Elastisitas ...49

VI KESIMPULAN DAN SARAN ...51

6.1 Kesimpulan ...51

6.2 Saran...52

DAFTAR PUSTAKA...53


(10)

Halaman

1. Produksi Ikan Air Tawar Provinsi Sumatera Selatan 2004 dan 2005

Departemen Kelautan dan Perikanan (2004) ... ....1

2. Sifat-sifat Ikan Lele Berdasarkan BRPBAT ... 9

3. Jenis dan Sumber Data... 17

4. Tempat Terpilih dan Jumlah Sampel yang Diambil di 10 Kecamatan

Terpilih di Kota Palembang...19

5. Produksi Perikanan Kota Palembang Tahun 2006 (dalam Ton)... 28

6. Produksi Ikan Budidaya Kolam Menurut Jenis Ikan di Kabupaten/Kota

Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2006 (dalam Ton) ... 29

7. Umur dan Jenis Kelamin Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 29

8. Tingkat Pendidikan Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 30

9. Asal Daerah Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang... 31

10.Pengalaman Berdagang Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 32

11. Jumlah Tanggungan Keluarga Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 32

12. Umur dan Jenis Kelamin Konsumen Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 33

13. Tingkat Pendidikan Konsumen Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 34

14 Asal Daerah Konsumen Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 35

15. Jumlah Tanggungan Keluarga Konsumen Warung Tenda Pecel Lele

di Kota Palembang ... 35

16. Pendapatan Disposible Konsumen Warung Tenda Pecel Lele di


(11)

DI KOTA PALEMBANG, PROVINSI SUMATERA SELATAN

SRI DIAH NOVITA

SKRIPSI

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(12)

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

ANALISIS SOSIAL EKONOMI USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA PALEMBANG, PROVINSI SUMATERA SELATAN

Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2008

Sri Diah Novita C44104074


(13)

SRI DIAH NOVITA. Analisis Sosial Ekonomi Usaha Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.

Dibimbing oleh WAWAN OKTARIZA dan TARYONO

Usaha warung tenda mengenalkan masyarakat Palembang dengan menu baru yaitu pecel lele. Perubahan selera masyarakat Palembang dari pindang patin ke pecel lele mulai terlihat dari tahun 1994 ditandai dengan meningkatnya jumlah usaha warung tenda di lokasi-lokasi strategis di Palembang. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui profil pedagang, konsumen, dan usaha warung tenda,

menganalisis pendapatan usaha warung tenda, menganalisis permintaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pecel lele, mengetahui elastisitas harga, elastisitas silang dan elastisitas pendapatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil pedagang warung tenda sebagian besar yaitu laki-laki, kisaran umur 29 sampai 36 tahun, pendidikan terakhir SMP, berasal dari Lamongan Jawa Timur dengan pengalaman berdagang kurang dari 7 tahun dan mempunyai tanggungan keluarga sampai 7 orang. Profil konsumen warung tenda sebagian besar yaitu wanita, pendidikan terakhir di perguruan tinggi, berasal dari Palembang, memiliki jumlah tanggungan keluarga 1 sampai 4 orang, dan pendapatan disposible kurang dari Rp 601.550. Usaha

warung tenda didirikan dengan modal yang berbeda-beda berdasarkan tahun berdirinya usaha. Sebagian besar didirikan pada tahun 2004 dengan modal rata-rata Rp 6.633.333, tenaga kerja yang dimiliki 3 sampai 5 orang dengan upah Rp 638.500 sampai Rp 800.000 dan usaha warung tenda dimulai dari pukul 17.00 sampai 24.00. Permintaan pecel lele oleh konsumen yaitu berkisar1246 – 2520 porsi/bulan. Pendapatan bersih pedagang warung tenda rata-rata yaitu Rp. 18.169.300 per bulan dengan R/C 1,55.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pecel lele pada warung tenda di Palembang yaitu harga pecel lele, harga pecel ayam, pendapatan disposible, umur dan Dummy lokasi usaha. Berdasarkan kriteria ekonomi,

statistik, dan ekonometrika bahwa model tersebut baik digunakan untuk menduga permintaan lele pada warung tenda pecel lele di Palembang.

Nilai elastisitas harga yang didapat yaitu -3,783, nilai elastisitas

pendapatan yaitu 0,758, dan nilai elastisitas silang yaitu 1,316. Dengan demikian lele merupakan barang normal dan pecel ayam merupakan makanan substitusi dari pecel lele.


(14)

© Hak cipta milik Sri Diah Novita, Tahun 2008 Hak Cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari

Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya.


(15)

DI KOTA PALEMBANG, PROVINSI SUMATERA SELATAN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

SRI DIAH NOVITA C44104074

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(16)

Judul Penelitian : Analisis Sosial Ekonomi Usaha Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan

Nama Mahasiswa : Sri Diah Novita Nomor Pokok : C44104074

Program Studi : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Wawan Oktariza, M.Si Taryono, S.Pi, M.Si NIP. 131 963 528 NIP. 132 169 278

Diketahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya M.Sc NIP. 131 578 799


(17)

Penulis dilahirkan di Palembang, Sumatera Selatan tanggal 14 November 1986 sebagai putri kelima dari lima bersaudara pasangan Bapak Mugiono dan Ibu Choiriyah. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMU Negeri 1 Palembang pada tahun 2001-2004. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) pada tahun 2004. Penulis memilih Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama masa kuliah penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan yaitu sebagai pengurus BEM TPB IPB 2004/2005, FKM-C (Forum Keluarga Muslim FPIK) 2004/2008, HIMASEPA 2005/2006, dan BEM FPIK 2006/2007. Penulis juga aktif sebagai asisten Pendidikan Agama Islam 2005/2007.

Penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Sosial Ekonomi Usaha Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dibawah bimbingan Ir. Wawan Oktariza M.Si dan Taryono S.Pi. M.Si.


(18)

Halaman

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan Masalah ...3

1.3 Tujuan Penelitan...4

1.4 Manfaat Penelitian ...4

II. TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1 Deskripsi Ikan Lele ...6

2.2 Jenis dan Sifat Ikan Lele ...7

2.3 Permintaan ...8

2.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Permintaan ...9

2.3.2 Elastisitas Permintaan ...11

2.4 Penerimaan dan Pendapatan...13

2.5 Warung Tenda Pecel Lele ...13

2.6 Deskripsi Proses Produksi Lele...14

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... ... 15

IV. METODOLOGI ... 17

4.1 Metode Penelitian...17

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 17

4.3 Metode Pengambilan Contoh...18

4.4 Metode Analisis Data...19

4.4.1 Analisis Deskriptif ...20

4.4.2 Analisis Pendapatan ...20

4.4.3 Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya...20

4.4.4 Analisis Regresi ...20

4.4.5 Evaluasi Model Persamaan Penduga...22

4.4.6 Analisis Elastisita Permintaan ...26

4.5 Waktu dan Tempat Penelitian...26

. 4.6 Batasan dan Pengukuran ...27

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...28

5.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian ...28

5.2 Karakteristik Pedagang Warung Tenda Pecel Lele...29

5.2.1 Umur dan Jenis Kelamin...29

5.2.2 Pendidikan...30


(19)

5.2.4 Pengalaman Berdagang...31

5.2.5 Jumlah Tanggungan Keluarga ...32

5.3 Karakteristik Konsumen Warung Tenda Pecel Lele...33

5.3.1 Umur dan Jenis Kelamin...33

5.3.2 Pendidikan...33

5.3.3 Asal Daerah...34

5.3.4 Jumlah Tanggungan Keluarga ...35

5.3.5 Pendapatan Disposible Konsumen...36

5.4 Karakteristik Usaha Warung Tenda Pecel Lele ...37

5.4.1 Modal Usaha ...37

5.4.2 Pengalaman Usaha Warung Tenda ...38

5.4.3 Waktu Usaha ...38

5.4.4 Tenaga Kerja ...38

5.4.5 Upah Tenaga Kerja ...39

5.4.6 Permintaan Pecel Lele...40

5.5 Analisis Pendapatan Pedagang Warung Tenda...40

5.6 Analisis Permintaan Pecel Lele...42

5.7 Evaluasi Model Persamaan Penduga Permintaan Pecel Lele ...44

5.7.1 Kriteria Statistik ...44

5.7.2 Kriteria Ekonometrika...45

5.7.3 Kriteria Ekonomi...47

5.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan ...48

5.9 Analisis Elastisitas ...49

VI KESIMPULAN DAN SARAN ...51

6.1 Kesimpulan ...51

6.2 Saran...52

DAFTAR PUSTAKA...53


(20)

Halaman

1. Produksi Ikan Air Tawar Provinsi Sumatera Selatan 2004 dan 2005

Departemen Kelautan dan Perikanan (2004) ... ....1

2. Sifat-sifat Ikan Lele Berdasarkan BRPBAT ... 9

3. Jenis dan Sumber Data... 17

4. Tempat Terpilih dan Jumlah Sampel yang Diambil di 10 Kecamatan

Terpilih di Kota Palembang...19

5. Produksi Perikanan Kota Palembang Tahun 2006 (dalam Ton)... 28

6. Produksi Ikan Budidaya Kolam Menurut Jenis Ikan di Kabupaten/Kota

Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2006 (dalam Ton) ... 29

7. Umur dan Jenis Kelamin Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 29

8. Tingkat Pendidikan Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 30

9. Asal Daerah Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang... 31

10.Pengalaman Berdagang Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 32

11. Jumlah Tanggungan Keluarga Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 32

12. Umur dan Jenis Kelamin Konsumen Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 33

13. Tingkat Pendidikan Konsumen Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 34

14 Asal Daerah Konsumen Warung Tenda Pecel Lele di

Kota Palembang ... 35

15. Jumlah Tanggungan Keluarga Konsumen Warung Tenda Pecel Lele

di Kota Palembang ... 35

16. Pendapatan Disposible Konsumen Warung Tenda Pecel Lele di


(21)

Halaman

17. Modal Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang ... 37

18. Pengalaman Usaha Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang... 38

19. Jumlah Tenaga Kerja Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang ... 39

20. Upah Tenaga Kerja Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang ... 39

21. Permintaan pecel lele Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang... 40

22. Pendapatan Rata-rata Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang ... 42

23. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Lele di Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang ... 43

24 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Lele di Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang ... 44

25. Besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance ...46


(22)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Ikan Lele Dumbo dan Lele Lokal ... 6 2. Kurva Permintaan Dihubungkan dengan Harga Barang Bersangkutan ... 8 3. Sifat-sifat Elastisitas Permintaan ... 13 4. Pecel Lele (www.Wikipedia.org) ...14 5 Skema Kerangka Pemikiran ...16 6. Histogram untuk Uji Normalitas ...45 7. Grafik Normal Probability ...45 8. Scatterplot untuk Uji Heteroskedasitas ...46


(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta Kota Palembang ...56 2. Profil Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Palembang ...57 3. Profil Konsumen Pecel Lele di Warung Tenda Pecel Lele Palembang ...58 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pecel Lele ...62 5. Hasil Regresi Linier Berganda ...66 6. Analisis Pendapatan Pedagang Warung Tenda Peces Lele di Palembang ...71 7. Kuisioner Pedagang Warung Tenda ...74 8. Kuisioner Konsumen Warung Tenda...77


(24)

I.

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sektor kelautan dan perikanan di Provinsi Sumatera Selatan berperan sebagai sumber mata pencaharian penduduk, meningkatkan penyerapan tenaga kerja,

memberikan kontribusi peningkatan pendapatan, pemenuhan gizi masyarakat dan menjadi sumber pemasukan pendapatan daerah dan devisa negara. Sumatera Selatan memiliki potensi daerah perairan yang baik karena sebagian besar daerahnya

merupakan rawa-rawa, sungai, dan danau sebagai habitat dan tempat hidup berbagai jenis ikan khususnya ikan air tawar. Pembangunan perikanan di Sumatera Selatan menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Selatan (2006) ditekankan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perikanan budidaya. Produksi ikan berdasarkan jenis Ikan air tawar di Sumatera Selatan tahun 2004 hingga tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi Ikan Air Tawar Provinsi Sumatera Selatan 2004 dan 2005 Produksi (ton)

No Jenis Ikan

2004 2005

1 Gabus 15.284 5.220

2 Toman 11.718 1.941

3 Sepat Siam 8.584 4.502

4 Tambakan 8.189 3.007

5 Lele 6.098 2.309

6 Tawes 6.451 512

7 Salab/Lampan 2.484 2.884

8 Patin Jambal 2.048 2.281

9 Lais 1.104 1.277

10 Ikan lainnya 22.214 18.238

Jumlah 84.174 43.188


(25)

Total produksi ikan air tawar di Sumatera Selatan berdasarkan Tabel 1 pada tahun 2004 yaitu 84.174 ton sedangkan tahun 2005 yaitu 43.188 ton. Hal ini

menunjukkan penurunan produksi ikan air tawar sebesar 48,6%. Ikan Lele merupakan produksi kelima terbesar dalam produksi ikan air tawar di Sumatera Selatan. Produksi Ikan Lele pada tahun 2004 yaitu 6.098 ton dan pada tahun 2005 mengalami penurunan 62% menjadi 2.309 ton. Penurunan produksi Ikan Lele lebih kecil dari penurunan produksi Ikan Gabus (65,8%), Toman (83,4%), dan Tembakan (63,2%). Hal ini menunjukkan bahwa produksi Ikan Lele di Sumatera Selatan masih berperan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat Sumatera Selatan. Penurunan produksi ikan air tawar menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Selatan (2006) disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak yang

mempengaruhi kenaikan harga pakan ikan sampai 50 % sehingga para pembudidaya kembali ke usaha budidaya tradisional.

Ikan Lele menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2006) mempunyai rasa yang khas dan kandungan gizi yang baik terutama kandungan protein yang tinggi (37 %) dan kandungan lemak yang relatif rendah. Setiap 100 gr daging lele,

kandungan lemaknya hanya 2 gr. Hal ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan kandungan lemak pada daging sapi (14 gr) dan daging ayam (25 gr). Selain itu, Ikan Lele memiliki daya tarik tersendiri dalam hal budidaya karena pertumbuhan lele yang cepat, relatif tahan terhadap penyakit, teknologi budidaya lele relatif mudah dikuasai masyarakat, dapat dipelihara dengan padat tebar yang tinggi dalam lahan terbatas di kawasan marginal dan hemat air. Selain menguntungkan dalam membudidayakannya, Ikan Lele menguntungkan jika diolah lebih lanjut.

Salah satu usaha pengolahan Ikan Lele yang memberikan kontribusi cukup besar dalam perekonomian masyarakat yaitu usaha warung tenda pecel lele. Pedagang warung tenda pecel lele melihat peluang usaha yang menjanjikan karena kesibukan masyarakat di kota sehingga menimbulkan kebiasaan baru untuk makan di luar rumah dengan alasan lebih praktis dan tidak menyita waktu. Warung tenda pecel lele di Palembang hampir ditemukan di sepanjang jalan raya dan tempat strategis yang dekat dengan pusat pertokoan, perkantoran dan hiburan.

Perkembangan usaha warung tenda pecel lele di Palembang tidak terlepas dari permintaan masyarakat Palembang terhadap pecel lele. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen pecel lele pada usaha warung tenda pecel lele di Palembang.


(26)

1.2Perumusan Masalah

Ikan Lele merupakan komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan di Palembang. Palembang menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Selatan (2006) merupakan salah satu daerah pusat budidaya lele yang terus

dikembangkan sebagai lumbung pangan. Berbagai program yang telah dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Selatan antara lain yaitu

GEMARIKAN, pembekalan dan pelatihan bagi pembudidaya ikan di Sumatera Selatan khususnya di kota Palembang.

Pemasaran Ikan Lele yang cukup efektif saat ini bagi pemasar yaitu menjual lele siap konsumsi yang rata-rata ukurannya yaitu 7-8 ekor/kg ke warung tenda pecel lele. Hasil wawancara dengan salah satu pemasok lele warung tenda bahwa pemasok tersebut sering kekurangan stock Ikan Lele karena harus menyiapkan lele minimal 150 kg/hari untuk 8 pedagang langganannya. Hal ini menandakan permintaan terhadap pecel lele mulai meningkat pada warung tenda di sepanjang jalan raya dan pusat kegiatan masyarakat di Palembang.

Permintaan terhadap pecel lele berdasarkan pengamatan mulai meningkat pada tahun 1994 khususnya pada warung tenda di Palembang. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah pedagang warung tenda pecel lele di sepanjang jalan raya dan pusat kegiatan masyarakat di Palembang. Permintaan masyarakat Palembang terhadap pecel lele tidak terlepas dari harga pecel lele, harga barang lain, selera dan preferensi masyarakat, jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat. Pada tahun 1992

pembudidaya lele dan pedagang warung tenda pecel lele masih sedikit ditemukan. Hal ini sangat berbeda dengan pembudidaya patin dan masakan pindang patin sebagai makanan khas daerah Palembang dan mudah ditemukan di berbagai warung makan di Palembang. Harga Ikan Lele di Palembang pada tahun 1992 relatif murah yaitu Rp 2.400,00/kg dibandingkan dengan harga Ikan Patin Rp 4.000,00/kg. Harga Ikan Lele dari pemasok mengalami perubahan cukup signifikan pada awal tahun 2007 dari Rp 12.000,00 meningkat menjadi Rp 15.000,00 pada awal tahun 2008. Harga Ikan Patin tidak mengalami perubahan yang signifikan dari Rp 6.000,00 pada awal tahun 2007 hanya meningkat menjadi Rp 7.800,00 pada awal tahun 2008. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1) Bagaimana profil pedagang, konsumen dan usaha warung tenda pecel lele di kota Palembang?


(27)

2) Berapa besar rata-rata pendapatan usaha pedagang warung tenda pecel lele di Palembang?

3) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap Ikan Lele pada usaha warung tenda pecel lele di kota Palembang?

4) Bagaimana respon (elastisitas) dari fluktuasi harga lele maupun harga barang lain dan elastisitas pendapatan konsumen terhadap permintaan Ikan Lele?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1) Mengetahui profil pedagang, konsumen dan usaha warung tenda pecel lele di Palembang.

2) Menganalisis pendapatan usaha warung tenda pecel lele di Palembang. 3) Menganalisis permintaan pecel lele dan faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan pecel lele oleh konsumen warung tenda pecel lele di Palembang. 4) Mengetahui elastisitas harga, elastisitas pendapatan, dan elastisitas silang lele.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi mahasiswa, sebagai tugas akhir dan syarat memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Perikanan-Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 2. Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi produsen lele untuk menyusun

strategi memasarkan produknya.

3. Para pedagang warung tenda dapat mengevaluasi usaha yang dilakukannya dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usahanya.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Ikan Lele

IkanLele merupakan salah satu komoditas perairan yang dibudidayakan di air tawar. Sejak tahun 1986 Ikan Lele jenis Clarias fuscus telah diimpor dari Taiwan yang dikenal dengan nama lele dumbo (Hernowo dan Suyanto 2007).

Klasifikasi Ikan Lele berdasarkan taksonomi yang dikemukakan oleh Weber de Beaufort diacu dalam Suyanto (2007) yaitu sebagai berikut :

Filum : Chordata Kelas :Pisces Sub kelas : Teleostei Ordo : Ostariophys Subordo : Siluroidae Famili :Clariidae

Genus : Clarias Spesies : Clarias batrachus (ikan lele lokal)

Clarias gariepinus (hibrida : ikan lele dumbo)

Gambar 1. Ikan Lele Dumbo (bawah) dan lele lokal (atas) Sumber : Prihartono (2002)

Ikan Lele lokal (Clarias batrachus) di Indonesia memiliki variasi warna tubuh yaitu hitam agak kelabu (gelap), bulai (putih), merah, belang hitam putih, dan hitam merah. Warna hitam agak kelabu yang paling banyak di Indonesia. Ciri-ciri Ikan Lele yang menjadi pembeda dengan ikan lainnya yaitu badannya memanjang dengan kepala pipih di bawah (depresed), mulut berada di ujung atau terminal dengan empat pasang sungut, sirip ekor dan sirip perut membundar dan tidak bergabung dengan sirip anal dan Ikan Lele memiliki senjata yang sangat ampuh dan berbisa berupa sepasang


(29)

patil yang digunakan untuk melompat atau berjalan di atas tanah (walking catfish) (Suyanto 2007).

2.2 Jenis dan Sifat Ikan Lele

Ikan Lele di Indonesia menurut Suyanto (2007) terdiri dari beberapa jenis (spesies) yaitu Clarias batrachus, Clarias gariepinus, Clarias leiacanthus, Clarias nieuwhofi dan Clarias teesmanii.Clarias batrachus merupakan ikan asli Indonesia yang paling banyak dijumpai di Indonesia. Sementara itu, Clarias leiacanthus, Clarias nieuwhofi dan Clarias teesmanii terdapat di perairan Indonesia tetapi sudah langka dan tidak ada keterangan yang jelas mengenai penyebab kelangkaannya. Clarias gariepinus merupakan Ikan Lele hibrida hasil kawin silang antara induk betina asli Taiwan dengan induk lele jantan asal Kenya, Afrika. Clarias gariepinus dikenalkan ke Indonesia dari Taiwan pada bulan November 1986. Ikan lele memiliki nama-nama yang berbeda di setiap daerahnya yaitu Ikan Lele (Jawa), Ikan Kalang (Sumatera), pintet (Kalimantan) dan Ikan Keling (Makassar). Nama lele dumbo berasal dari kata dhomba (bahasa Jawa) yang artinya ikan lele berbadan besar dan cepat tumbuh seperti domba.

Ikan Lele menurut Suyanto (2007) memiliki habitat di semua perairan air tawar baik di air yang mengalir (sungai) dan air yang tenang (waduk, danau, telaga, rawa). Ikan lele bersifat nokturnal atau aktif pada malam hari dan menyukai tempat yang gelap. Pada siang hari, lele lebih suka hidup di lubang-lubang dan air yang tidak terlalu deras.

Sifat-sifat Ikan Lele menurut Suyanto (2007) berdasarkan penelitian Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar (BRPBAT) di Bogor dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Sifat-sifat Ikan Lele Berdasarkan BRPBAT Sifat-sifat

Lele dumbo (Clarias gariepinus) Lele lokal (Clarias batrachus) - Warna badan berubah menjadi

loreng-loreng saat stres - gerakan lebih agresif - patil tidak beracun - tidak merusak pematang

- Warna gelap

- gerakan biasa -patil beracun

- merusak pematang dengan membuat lubang

Sumber : Suyanto (2007)


(30)

Permintaan menurut Lipsey et al (1995) adalah keseluruhan hubungan antara harga dan kuantitas komoditi tertentu yang akan dibeli konsumen selama periode waktu tertentu dengan asumsi bahwa setiap faktor kecuali harga komoditi itu sendiri dipertahankan konstan (Cateris paribus).

Permintaan menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) menunjukkan beberapa banyak suatu barang akan dibeli oleh individu atau sejumlah individu pada berbagai harga, dengan menganggap bahwa ada hubungan berlawanan arah (Inverse

relationship) antara jumlah yang diminta dengan harga. Hal ini berarti jika harga lebih tinggi maka jumlah barang yang dibeli lebih sedikit dan jika harga lebih rendah maka jumlah yang dibeli lebih banyak. Barang-barang ekonomi menurut Mubyarto (1989) adalah barang yang memiliki permintaan dan penawaran. Suatu barang memiliki permintaan karena barang yang bersangkutan berguna, sedangkan barang tersebut memiliki penawaran karena jumlahnya terbatas.

Permintaan konsumen menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) yaitu jumlah barang yang akan dibeli oleh konsumen akhir di suatu pasar eceran pada harga dan waktu tertentu. Permintaan turunan yaitu permintaan tidak langsung misalnya permintaan di pasar grosir dan permintaan di tingkat pedagang perantara. Istilah permintaan sering digunakan sebagai sinonim untuk konsumsi. Pengertian konsumsi adalah penggunaan barang untuk memenuhi kebutuhan manusia (konsumen).

P

(harga)

Q

(Jumlah barang yang dibeli) Gambar 2. Kurva permintaan dihubungkan dengan harga barang bersangkutan Sumber : Hanafiah dan Saefuddin (1983)

2.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Banyaknya komoditi yang akan dibeli rumah tangga pada periode tertentu menurut Lipsey et al (1995) dipengaruhi oleh beberapa variabel, yaitu (1) harga komoditi itu sendiri, (2) rata-rata penghasilan rumah tangga, (3) harga komoditi yang


(31)

berkaitan, (4) selera konsumen, (5) distribusi pendapatan di antara rumah tangga dan (6) besarnya populasi. Permintaan seseorang atau suatu masyarakat atas sesuatu barang menurut Sukirno (1995) ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor terpenting yaitu (1) harga barang itu sendiri, (2) harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut, (3) pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat, (4) corak distribusi pendapatan dalam mayarakat, (5) citarasa

masyarakat, (6) jumlah penduduk dan (7) ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang.

a) Faktor Harga Barang Itu Sendiri

Harga didefinisikan sebagai ukuran nilai dari barang-barang atau jasa-jasa (Mubyarto 1989). Suatu hipotesis dasar menurut Lipsey et al (1995) bahwa harga suatu komoditi dan kuantitas yang akan diminta berhubungan secara negatif dengan faktor lain tetap sama (cateris paribus) sehingga semakin rendah harga suatu komoditi maka jumlah yang akan diminta untuk komoditi itu akan semakin besar, dan semakin tinggi harga semakin rendah jumlah yang diminta.

b)Faktor Harga Lainnya

Kaitan antara suatu barang dengan berbagai jenis barang lain menurut Sukirno (1985) dibedakan menjadi tiga golongan yaitu barang lain yang merupakan pengganti (substitusi), barang lain yang merupakan pelengkap (komplementer), dan barang lain yang tidak mempunyai kaitan sama sekali dengan barang pertama.

Barang substitusi menurut Lipsey et al (1995) adalah komoditi lain yang dapat memuaskan kebutuhan atau keinginan yang sama. Kenaikan harga barang substitusi komoditi tertentu akan menggeser kurva permintaan untuk komoditi itu ke kanan sehingga akan lebih banyak jumlah barang yang dibeli pada setiap tingkat harga.

Barang komplementer menurut Lipsey et al (1995) adalah komoditi yang cenderung digunakan bersama-sama dengan yang lainnya. Penurunan harga suatu komoditi komplementer akan menyebabkan lebih banyak komoditi yang akan dibeli pada setiap tingkat harga.

Barang yang tidak berkaitan dengan barang lainnya menurut Sukirno (1985) yaitu barang yang tidak mempunyai kaitan yang erat dengan barang lain sehingga perubahan permintaan barang tersebut tidak akan mempengaruhi permintaan barang lainnya.


(32)

Selera berpengaruh besar terhadap keinginan orang untuk membeli (Lipsey et al 1995). Tiap-tiap konsumen menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) mempunyai preferensi berbeda-beda terhadap barang. Kriteria yang akan berpengaruh terhadap preferensi adalah ras, agama, tempat tinggal penduduk, pendidikan, pergaulan, dan tahayul (pantangan) bagi masyarakat tertentu.

d) Faktor Pendapatan disposible Rumah Tangga Konsumen

Pendapatan disposible (Disposible income) yaitu pendapatan konsumen setelah dikurangi pajak pribadi atau pendapatan yang dapat dipergunakan untuk membeli pangan, sandang, dan bayar jasa-jasa (pendidikan, kesehatan dan

sebagainya), dan untuk ditabung. Pendapatan disposible menentukan daya beli atau kemampuan beli konsumen (Hanafiah dan Saefuddin, 1986).

Pendapatan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan permintaan suatu barang. Tingkat pendapatan menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) merupakan sumber dari daya atau kemampuan memberi (purchasing power) dari konsumen dan perbedaan dalam pendapatan menunjukkan perbedaan dalam macam, mutu, dan jumlah barang yang akan dibeli konsumen. Jika rumah tangga menerima rata-rata pendapatan yang lebih besar, maka mereka dapat diperkirakan akan membeli lebih banyak komoditi pada tingkat harga yang sama (Lipsey et al, 1995).

Jenis barang menurut Sukirno (1985) dapat dibedakan berdasarkan sifat perubahan permintaan yang akan berlaku jika pendapatan berubah yaitu (1) barang normal merupakan barang yang mengalami kenaikan permintaan jika mengalami kenaikan pendapatan dan (2) barang inferior merupakan barang yang mengalami penurunan permintaan jika mengalami kenaikan pendapatan.

e) Faktor Distribusi Pendapatan

Perubahan dalam distribusi pendapatan akan menyebabkan naiknya

permintaan untuk komoditi yang dibeli terutama oleh rumah tangga yang memperoleh tambahan pendapatan tersebut, tetapi perubahan dalam distribusi pendapatan juga akan mengakibatkan berkurangnya permintaan untuk komoditi

yang dibeli terutama oleh rumah tangga yang berkurang pendapatannya (Lipsey et al 1995).


(33)

f) Faktor Jumlah Penduduk

Pertumbuhan jumlah penduduk belum secara langsung menyebabkan permintaan baru. Penduduk yang bertambah harus memiliki daya beli sebelum permintaan berubah sehingga kenaikan jumlah penduduk akan menyebabkan lebih banyak komoditi yang dibeli pada setiap tingkat harga (Lipsey et al 1995).

g) Ramalan Mengenai Masa Datang

Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan masa yang akan datang menurut Sukirno (1985) dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan para konsumen bahwa harga-harga akan menjadi bertambah naik di masa depan mendorong konsumen untuk membeli lebih banyak pada masa sekarang dan menghemat pengeluaran di masa yang akan datang.

2.3.2 Elastisitas Permintaan

Elastisitas permintaan menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) adalah rasio dari perubahan relatif dalam jumlah barang yang dibeli konsumen dan perubahan relatif dalam harga barang tersebut. Konsep elastisitas yang berhubungan dengan permintaan adalah 1) Elastisitas harga (Eh) yaitu perbandingan antara persentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perubahan harga 2) Elastisitas Pendapatan (Ep) yaitu perubahan jumlah yang diminta disebabkan oleh perubahan pendapatan dari konsumen dan 3) Elastisitas silang (Es) adalah perubahan jumlah barang yang diminta diakibatkan oleh perubahan harga barang lain (Mubyarto 1989)

Permintaan terhadap suatu barang menurut Sukirno (1985) memiliki berbagai sifat yaitu 1) Elastis jika perubahan harga suatu barang mempengaruhi perubahan permintaan dengan persentase yang melebihi persentase perubahan harga (koefisien elastisitas bernilai lebih dari satu) 2) Tidak elastis jika persentase perubahan harga lebih besar daripada persentase perubahan permintaan (koefisien elastisitas bernilai antara nol dan satu) 3) Elastisitas sempurna jika pada suatu harga tertentu, pasar sanggup membeli semua barang yang ada (koefisien elastistitas bernilai tak terhingga) 4) Tidak elastis sempurna jika perubahan harga suatu barang tidak akan merubah permintaan barang tersebut (koefisien elastisitas bernilai nol) 5) Elastisitas uniter jika persentase perubahan harga suatu barang sama dengan persentase perubahan


(34)

P P

Q Q

(i) Kurva permintaan barang elastis (ii) Kurva permintaan barang inelastis

P

Q Q (iii) Kurva permintaan barang elastis

sempurna

(iv) Kurva permintaan barang inelastis sempurna

P

Q

(v) Kurva permintaan barang uniter

Gambar 3. Sifat-sifat Elastisitas Permintaan Sumber : Sukirno (1985)


(35)

2.4 Penerimaan dan Pendapatan

Hasil penjualan total (total revenue) menurut Sugiarto et al (2002) adalah seluruh penghasilan yang diterima oleh perusahaan dari hasil penjualan seluruh komoditas produksinya. Bila harga persatuan komoditasnya adalah P dan penjual tersebut menjual sebanyak Q maka Total Revenue (TR) yaitu P x Q.

Keuntungan atau kerugian menurut Sukirno (1998) adalah perbedaan diantara hasil penjualan dan ongkos produksi. Keuntungan diperoleh apabila hasil penjualan lebih besar dari ongkos produksi dan kerugian diperoleh apabila hasil penjualan lebih sedikit dari ongkos produksi. Keuntungan maksimum dicapai apabila perbedaan hasil penjualan dan ongkos produksi mencapai tingkat yang paling besar.

2.5 Warung Tenda Pecel Lele

Warung tenda menurut (Sidabutar 1999 dalam Astuti 2003) merupakan salah satu usaha perdagangan di bidang makanan dengan menggunakan tenda yang terdapat di sepanjang jalan dan lokasi. Warung tenda memiliki ciri khas tertentu seperti menu yang unik (tradisional), suasana santai, harga yang lebih murah, tempat strategis, pelayanan yang lebih cepat dan penjualannya dilakukan pada malam hari. Ciri khas tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen yang berasal dari berbagai golongan. Unsur paling utama dari komponen

penjualan produk makanan dan minuman yang menjadi perhatian konsumen yaitu suasana, kenyamanan, pelayanan dan lokasi.

Warung tenda menurut (Sidabutar 1999 dalam Astuti 2002) merupakan salah satu wirausaha bidang pangan yang dikelola untuk mencari terobosan baru yang menjadi trend atau suatu mode.Warung-warung tersebut biasanya

menyajikan menu pecel lele, pecel ayam, bebek goreng, burung dara goreng, soto, tahu dan tempe, makanan laut (Seafood), masakan khas Cina, Jepang, dan


(36)

2.6 Deskripsi Proses Produksi Pecel Lele

Pecel lele menurut Najiyati (1998) terbuat dari bahan-bahan sebagai berikut : 2 ekor lele, kol, ketimun, kemangi, dan selada. Bumbu pecel lele terdiri dari : bawang putih (1 siung), garam, cabai merah (sesuai selera), bawang merah (3 siung), bawang putih (1 siung), jeruk lemon (1 buah), gula merah, terasi, dan garam. Cara memasak pecel lele yaitu bawang putih dan garam dihaluskan lalu dilumurkan pada lele yang sudah dibersihkan. Selanjutnya lele digoreng. Semua bumbu kecuali jeruk lemon ditumbuk halus, lalu diberi air jeruk lemon. Sambal ini dihidangkan di piring kecil atau cobek.

Gambar 4. Pecel lele


(37)

III KERANGKA PEMIKIRAN

Budidaya lele merupakan salah satu usaha budidaya perikanan air tawar yang sedang berkembang di Palembang. Lele sebagai ikan konsumsi yang sedang digemari masyarakat Palembang membuka peluang besar bagi kebanyakan para pedagang untuk mendirikan warung tenda di tempat-tempat strategis. Warung tenda sebagai saluran pemasaran akhir ke konsumen memberikan kemudahan dan kesan tersendiri bagi konsumen antara lain suasana santai, menu tradisional, harga lebih murah dan tempat strategis.

Warung tenda menyediakan berbagai menu antara lain pecel lele, pecel ayam, burung dara goreng, bawal bakar, dan aneka masakan seafood. Pecel lele merupakan salah satu menu favorit yang diminta oleh konsumen di Palembang. Peningkatan permintaan terhadap pecel lele menyebabkan meningkatnya jumlah warung tenda pecel lele yang tersebar di kecamatan di Palembang. Pedagang warung tenda memiliki latar belakang pribadi yang berbeda seperti daerah asal, pendidikan, umur, pengalaman usaha dan jumlah tanggungan keluarga. Selain itu, pedagang warung tenda juga memiliki latar belakang usaha yang berbeda seperti modal awal, upah tenaga kerja, sewa lokasi usaha dan jumlah hari kerja. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui identitas pribadi pedagang warung tenda dan identitas usaha warung tenda. Analisis pendapatan digunakan untuk

mengetahui pendapatan pedagang warung tenda.

Permintaan lele oleh konsumen warung tenda dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain harga pecel lele, harga barang substitusi, pendapatan, umur, pendidikan, daerah asal konsumen dan faktor lokasi usaha. Analisis yang

digunakan untuk mengetahui fungsi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan lele yaitu analisis regresi berganda. Selain itu, analisis elastisitas digunakan untuk mengukur derajat kepekaan jumlah permintaan lele terhadap perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya. Analisis elastisitas yang digunakan yaitu analisis elastisitas harga, elastisitas silang dan elastisitas pendapatan. Penjelasan kerangka pendekatan studi tersebut dapat dilihat dari Gambar 5.


(38)

Gambar 5 Skema Kerangka Pendekatan Studi Keterangan :

Ruang lingkup penelitian

Faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan konsumen :

- Faktor harga ikan lele - Faktor harga barang

substitusi

- Pendapatan konsumen - Jumlah anggota

keluarga

- Faktor lokasi usaha - Umur

- Pendidikan

- Daerah asal konsumen Identitas pribadi

pedagang, konsumen, Identitas usaha dan

Pendapatan usaha

- Analisis Permintaan konsumen warung tenda (regresi berganda) - Analisis Elastisitas harga - Analisis elastisitas pendapatan

konsumen

- Analisis elastisitas silang Profil pedagang, profil

konsumen, profil usaha warung tenda dan Analisis Pendapatan pedagang warung tenda

Permintaan l l Warung tenda

Pecel ayam Bebek goreng

Pecel Lele

Burung dara goreng

Bawal bakar


(39)

IV METODOLOGI

4.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode survei menurut Singarimbun (1989) adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Metode survei bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang mewakili daerah itu dengan benar sehingga tidak semua individu di dalam populasi diamati, melainkan hanya suatu fraksi (bagian) dari populasi yang disebut contoh (sample).

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian yaitu data primer dan data sekunder. Data primer menurut Nazir (2005) adalah sumber-sumber dasar yang merupakan bukti atau saksi utama dari kejadian yang lalu atau data primer adalah tempat penyimpan yang orisinal dari data sejarah. Data sekunder adalah catatan tentang adanya suatu peristiwa atau catatan-catatan yang jaraknya telah jauh dari orisinal. Jenis data yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis dan Sumber Data

No Data Jenis

Data

Sumber Data

1 Monografi Kota Palembang Sekunder Dinas Pemerintah Kota Palembang 2 Jumlah pedagang warung tenda di

Palembang

Primer Pedagang warung tenda

3 Karakteristik pedagang warung tenda Primer Pedagang warung tenda

4 Karakteristik usaha warung tenda Primer Pedagang warung tenda

5 Karakteristik konsumen warung tenda Primer Konsumen warung tenda

Data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik pedagang,

karakteristik usaha, karakteristik konsumen yaitu berupa umur dan jenis kelamin, pendidikan, asal daerah, pengalaman berdagang, jumlah tanggungan keluarga. Selain karakteristik pribadi responden dikumpulkan juga karakteristik usahanya


(40)

yaitu berupa modal usaha, lokasi usaha, lama berdiri usaha, waktu usaha, upah tenaga kerja, dan jumlah tenaga kerja. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi monografi kota Palembang.

4.3 Metode Pengambilan Contoh

Metode pengambilan contoh yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pengambilan contoh kelompok bertahap secara sengaja (Triplestage cluster purposive sampling) untuk mengambil contoh 32 pedagang warung tenda dan metode Accidental untuk mengambil contoh 160 konsumen warung tenda. Metode Triplestage cluster purposive sampling merupakan pengambilan sampel dengan 3 tahap. Pertama, diambil 10 kecamatan dari 14 kecamatan yang ada di kota Palembang yaitu Ilir Barat I, Kemuning, Ilir Timur I, Ilir Timur II, Bukit Kecil, Kalidoni, Sukarame, Sako, Seberang Ulu I dan Seberang Ulu II. Kedua, 10 kecamatan terpilih diambil lokasi yang banyak didirikan warung tenda dengan populasi yang berbeda-beda. Ketiga, dari populasi tersebut diambil sampel

warung tenda dan sampel konsumen warung tenda. Populasi warung tenda tempat terpilih tersebut merupakan tempat dengan daya beli tinggi, dekat dengan pusat perbelanjaan, perkantoran, perumahan dan tempat hiburan

Metode pengambilan contoh untuk konsumen warung tenda menggunakan metode Accidental. Metode Accidental menurut Teguh (2001) merupakan metode penarikan contoh dengan pihak pencacah atau interviewer melakukan

pengumpulan data melalui siapa saja, kapan saja dan dimana saja objek yang ditemuinya. Responden penelitian ini terdiri dari pedagang warung tenda pecel lele yang ada di kota Palembang dan konsumen warung tenda pecel lele. Sampel yang diambil sebanyak 32 pedagang warung tenda pecel lele dan 160 konsumen warung tenda pecel lele.

Penentuan sampel dengan analisis statistik parametrik harus memiliki sampel yang besarnya lebih dari 30 sampel dan terdistribusi secara normal (Singarimbun, 1989). Pengambilan sampel pedagang warung tenda yaitu 32 pedagang dan disesuaikan dengan kriteria pemilihan tempat yang diteliti. Pengambilan sampel pada konsumen yaitu 160 konsumen warung tenda. Pada setiap warung tenda yang diteliti dilakukan wawancara pada 5 konsumen. Satuan


(41)

penelitian atau unit analisisnya adalah pedagang warung tenda pecel lele dan konsumen pecel lele pada warung tenda pecel lele tersebut. Berikut ini data tempat terpilih dan jumlah sampel yang diambil dari 10 kecamatan terpilih di kota Palembang.

Tabel 4. Jumlah Populasi, Sampel Warung Tenda, dan Sampel Konsumen Warung Tenda Menurut Kecamatan.

No Kecamatan Lokasi Warung tenda

Populasi Sampel warung tenda

Sampel konsumen warung tenda 1 Ilir Barat I Jl. Demang Lebar

daun

10 3 15

Jl. Kampus (POM IX)

11 3 15

Jl. Parameswara 5 2 10

2 Ilir Timur I Jl. Dempo 2 1 5

Jl. Veteran 4 1 5

Jl. Jenderal Sudirman

5 2 10

3 Kemuning Jl. Basuki Rahmat 10 3 15 4 Bukit Kecil Jl. Radial 6 2 10 5 Sukarame Jl. Kol. H. Burlian 6 2 10

6 Sako Jl. Perumnas 3 1 5

7 Kalidoni Jl. Celentang 5 2 10 8 Ilir Timur II Jl. R. Sukamto 7 2 10

Jl. Dr. M. Isa 2 1 5

Jl. Lemabang-Pusri 4 1 5

Jl. Residen A. Rozak

3 1 5

9 Seberang Ulu I

Jl. A. Yani 7 2 10

10 Seberang Ulu II

Jl. Kertapati 7 2 10

Jumlah 97 32 160

Sumber : Diolah dari data primer (2008)

4.4 Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data yang telah didapatkan baik data primer maupun data sekunder selanjutnya dianalisis.


(42)

4.4.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan profil pedagang serta usahanya. Analisis digunakan terhadap simpangan baku dan persentase.

4.4.2 Analisis Pendapatan

Analisis laba atau rugi menurut Effendi dan Oktariza (2006) bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan atau kerugian dari usaha yang dikelola. Suatu usaha yang menguntungkan akan memiliki nilai penerimaan lebih besar daripada total pengeluaran. Keuntungan atau pendapatan bersih dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keuntungan = Penerimaan – (Total biaya tetap + Total biaya variabel)

4.4.3 Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya (R-C Rasio)

Analisis R-C rasio adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya (Soekartawi, 1995). Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana dari hasil yang diperoleh dalam kegiatan usaha selama periode tertentu. Rumus R-C rasio , secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

luaran TotalPenge

imaan TotalPener Crasio

R/ =

Dimana : R = Revenue (Penerimaan) C = Cost (biaya)

4.4.4 Analisis Regresi

Model regresi menurut Arief (1993) adalah suatu cara untuk mengetahui ketergantungan antara variabel yang tidak bebas (independen) misalnya Y dengan variabel bebas (dependen) misalnya X yang merupakan variabel penentu nilai Y. Bentuk hubungan matematika dari model analisis fungsi linier menurut Arief (1993) adalah :

Y = β1 + β2X2i + β3X3i +...+ βkXki +ei

Dimana : β1 = elemen konstan

β2 sampai βk = koefisien-koefisien regresi e = stocastic disturbance term


(43)

i = jumlah observasi N = besar populasi

Analisis regresi di atas digunakan untuk menganalisis permintaan ikan lele dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Model analisis fungsi linear yang digunakan adalah :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 +Da + Dl+ e

Keterangan :

Y = Jumlah total permintaan ikan lele (ekor/bulan) a = Intersep

b1 = Koefisien regresi variabel ke-i (i = 1,2,…n)

X1 = Harga pecel lele (Rp/porsi)

X2 = Harga pecel ayam (Rp/porsi)

X3 = Pendapatan disposible konsumen (Rp/bulan)

X4 = Jumlah anggota keluarga (porsi /bulan)

X5 = Umur konsumen

X6 = Pendidikan

Da= Daerah asal konsumen 0 = Jawa

1 = luar Jawa

Dl = Dummy lokasi usaha 0 = non strategis 1 = strategis e = Galat

Lokasi usaha dibagi menjadi dua, yaitu lokasi strategis dan tidak strategis. Pembagian lokasi ini berdasarkan pandangan konsumen. Lokasi strategis dicirikan dekat dengan pusat hiburan, perkantoran, pertokoan. Lokasi tidak strategis karena tidak menyediakan tempat parkir khusus dan di lokasi tersebut hanya berdiri usaha warung tenda sehingga konsumen tidak melakukan aktivitas lain selain makan di warung tenda tersebut


(44)

4.4.5 Evaluasi Model Persamaan Penduga

Evaluasi model dugaan bertujuan untuk mengetahui apakah model yang diperoleh telah terpenuhi secara teori dan statistik. Untuk itu digunakan kriteria ekonomi, statistik, dan ekonometrika.

4.4.5.1 Kriteria Ekonomi

Kriteria ekonomi yang ada diuji berdasarkan teori ekonomi. Dalam teori ekonomi, hukum permintaan menyatakan bahwa jumlah komoditas yang dibeli akan semakin banyak dengan semakin rendahnya harga, cateris paribus.

Berdasarkan teori permintaan, dikembangkan hipotesis untuk model permintaan lele pada warung tenda pecel lele di Palembang sebagai berikut : b1 < 0 : Semakin rendah harga pecel lele, maka semakin besar kemungkinan untuk

menaikkan permintaan lele oleh konsumen, cateris paribus.

b2 > 0 : Semakin tinggi harga pecel ayam sebagai barang substitusi pecel lele,

maka semakin besar kemungkinan untuk menaikkan permintaan lele oleh konsumen, cateris paribus.

b3 > 0 : Semakin tinggi pendapatan disposible konsumen, maka semakin besar

kemungkinan untuk menaikkan permintaan lele oleh konsumen, cateris paribus.

b4 > 0 : Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin besar

kemungkinan untuk menaikkan permintaan lele oleh konsumen, cateris paribus.

b5 < 0 : Semakin tinggi umur konsumen maka tidak menyebabkan meningkatnya

permintaan lele oleh konsumen, cateris paribus. Hal tersebut dikarenakan lokasi warung tenda, kebersihan, dan jenjang karier konsumen yang meningkat bersamaan dengan meningkatnya usia sehingga menyebabkan pendapatan yang meningkat.

b6 > 0 : Semakin tinggi pendidikan konsumen maka semakin besar kemungkinan

untuk menaikkan permintaan lele oleh konsumen, cateris paribus. Da < 0 : Konsumen berasal dari Jawa


(45)

4.4.5.2 Kriteria Statistik

Model terbaik menurut Santoso (2000) yang dipilih dalam membahas permasalahan ini terdiri dari koefisien determinasi yang telah disesuaikan (R2 adjusted), pengujian parameter secara serentak (Fhitung), pengujian parameter

secara tunggal (thitung), kesesuaian tanda dan besar parameter regresi. Pengujian

parameter regresi dilakukan secara serentak dan tunggal. 1) Pengujian secara tunggal

Pengujian secara tunggal dilakukan untuk mengetahui apakah secara terpisah Xi, berpengaruh nyata terhadap permintaan ikan lele (Y). Pengujian secara tunggal dilakukan dengan uji-t yaitu dengan membandingkan thitung dengan ttabel.

t = b1

Ŝ1

Pengambilan keputusan :

H0 : koefisien regresi tidak signifikan

H1 : koefisien regresi signifikan

Jika : thitung < ttabel maka H0 diterima, Xi tidak berpengaruh nyata terhadap Y.

thitung > ttabel maka tolak H0, H1 diterima; X1 berpengaruh nyata terhadap Y.

2) Pengujian secara serentak

Pengujian secara serentak dilakukan untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat (Y). Pengujian dilakukan dengan uji-F yaitu dengan membandingkan antara Fhitung

dengan Ftabel.

F = R2 / (k-1) (1 – R2) / (N – k) Pengambilan keputusan :

H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = 0 H1 : paling sedikit salah satu bi ≠ 0

Jika : Fhitung < Ftabel maka H0 diterima, semua variabel bebas secara bersama-sama

tidak berpengaruh nyata terhadap Y.

Fhitung > Ftabel maka tolak H0, H1 diterima; semua variabel bebas secara


(46)

4.4.5.3 Kriteria Ekonometrika

Uji asumsi yang perlu diterapkan untuk mengetahui model tersebut baik atau tidak digunakan harus sesuai dengan kriteria ekonometrika , yaitu sebagai berikut:

1) Normalitas

Model regresi yang baik menurut Santoso (2000) adalah model regresi yang variable dependent dan variable independent atau keduanya mempunyai distribusi normal. Uji normalitas menurut Santoso (2000) lebih baik

menggunakan scatterplot grafik sebaran normal (normal probability plot) karena scatterplot lebih jelas menggambarkan distribusi data dari model yang digunakan dibandingkan menggunakan histogram.

Cara mendeteksi normalitas menurut Santoso (2000) adalah dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :

1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 2) Homoskedastisitas

Model regresi harus memenuhi asumsi homoskedastisitas yaitu varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain harus konstan, jika tidak maka terjadi homoskedastisitas. Model yang baik adalah model yang tidak mengalami heteroskedastisitas (Santoso, 2000). Situasi heteroskedastisitas menurut Arief (1993) akan menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien. Hasil taksiran dapat menjadi kurang atau melebihi dari yang seharusnya.

Scatterplot menurut Santoso (2000) digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya pola tertentu dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Yprediksi – Y residual) yang telah di-studentized, dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut :


(47)

a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (poin-poin) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian

menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas.

b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Jika model telah bebas heteroskedastisitas atau homoskedastisitas maka model layak untuk memprediksi permintaan ikan lele di warung tenda pecel lele di kota Palembang.

3) Multikolinearitas

Variabel X (independen) menurut Santoso (2000) tidak boleh saling berkolerasi atau tidak boleh terjadi hubungan linier yang sempurna. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.

Multikolinearitas di antara variable-variabel bebas menurut Arief (2003) akan menyebabkan koefisien regresi masing-masing variable bebas secara statistik dan tidak signifikan sehingga variable bebas yang mempengaruhi dependent variable tidak dapat diketahui.

Cara mendeteksi multikolinearitas menurut Santoso (2000) adalah sebagai berikut :

a) Besaran VIF (Variance inflation factor) dan Tolerance. Pedoman suatu regresi yang bebas multikolinearitas adalah mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 dan angka toleransi mendekati 1. Cara mendapatkan besaran VIF adalah 1/Tolerance.

b) Besaran korelasi antar variabel independen. Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah koefisien korelasi antar variabel independen harus lemah (dibawah 0,5). Jika korelasi kuat maka terjadi multikolinearitas.

4.4.6 Analisis Elastisitas Permintaan

Analisis elastisitas permintaan menurut Sugiarto et al (2000) merupakan suatu ukuran kuantitatif yang menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga atau faktor-faktor lainnya terhadap perubahan permintaan suatu komoditas. Secara umum, elastisitas permintaan dibagi menjadi elastisitas permintaan


(48)

terhadap harga, elastisitas permintaan terhadap pendapatan, dan elastisitas silang. Elastisitas pada funsi linear menurut Sarwoko (2005) dapat diukur dengan rumus:

Є = ß1 (Xi/Yi)

Keterangan :

Є = Elastisitas ß = Koefisien

Xi = Rata-rata variabel bebas Yi = Rata-rata variabel tak bebas

4.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Palembang, Sumatera Selatan. Pengumpulan data dimulai pada akhir bulan Maret sampai dengan akhir bulan April 2008.

4.6 Batasan dan Pengukuran

1) Pecel lele yaitu paket satu porsi masakan ikan lele dengan bumbu khas yang kemudian diolah dengan dibakar atau digoreng yang disajikan dengan sambal khusus, nasi, dan lalapan .

2) Warung tenda adalah salah satu jenis tempat untuk menjual produk pecel lele. Dinamakan warung tenda karena tempat ini menggunakan tenda yang sifatnya tidak permanen, dapat dibongkar pasang dan dipindahtempatkan sesuai dengan kebutuhan.

3) Harga pecel lele yaitu harga penjualan pecel lele dengan satuan Rupiah/ porsi. 4) Harga barang substitusi yaitu harga penjualan produk pecel lele yang dijual oleh pedagang warung tenda seperti pecel ayam dan seafood.

5) Jumlah penjualan pecel lele yaitu kuantitas porsi pecel lele yang dijual oleh pedagang warung tenda dalam satu bulan.

7) Penerimaan yaitu perkalian antara harga jual per unit dengan total produksi yang dinyatakan dalam satuan rupiah.

8) Keuntungan atauPendapatan bersih pedagang warung tenda yaitu selisih antara penerimaan total dengan biaya total dan dinyatakan dalam satuan rupiah. 9) Biaya total yaitu keseluruhan biaya yang dikeluarkan pedagang warung tenda untuk membiayai seluruh produksi satu bulan yang lalu. Total biaya terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap.


(49)

10) Biaya variabel yaitu biaya yang jumlah pengeluarannya tergantung pada volume produksi dan dinyatakan dalam rupiah.

11) Biaya tetap yaitu biaya yang jumlah pengeluarannya tidak tergantung pada volume produksi dan dinyatakan dalam rupiah. Contoh biaya yang dikeluarkan pedagang warung tenda untuk pembayaran upah tenaga kerja, sewa tempat, listrik, air, transportasi, penyusutan dan lain-lain selama satu bulan yang lalu.

12) Pendapatandisposible yaitu pendapatan konsumen warung tenda setelah dikurangi pajak pribadi atau pendapatan yang dapat dipergunakan untuk membeli pangan, sandang, dan bayar jasa-jasa (pendidikan, kesehatan dan sebagainya), dan untuk ditabung.

13) Aspek sosial ekonomi terdiri dari penelitian mengenai profil pedagang, konsumen, usaha warung tenda dan permintaan konsumen terhadap pecel lele.


(50)

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian

Secara geografis Palembang terletak di antara 2°52’- 3°5’ LS dan 104°37’ - 104°52’ BT dengan luas daerah 400,61 km2. Palembang berbatasan dengan kabupaten Muara Enim dan kabupaten Ogan Ilir di bagian selatan dan kabupaten Banyuasin di bagian utara, timur, dan barat. Palembang memiliki iklim tropis dan basah. Suhu terendah pada bulan Januari yaitu 26,4°C dan suhu maksimal pada bulan Oktober yaitu 28,9°C. Jenis tanah di kota Palembang yaitu berlapis aluvial, liat dan berpasir yang terletak pada lapisan muda. Tanah banyak mengandung minyak bumi. Palembang sering digenangi air pada musim hujan karena tanah relatif rendah dan datar (BPS Kota Palembang, 2007).

Wilayah administrasi kota Palembang terdiri dari 14 kecamatan, 3 desa, dan 100 kelurahan. Kepadatan penduduk pada pertengahan tahun 2006 yaitu 1.369.239 jiwa. Jumlah usia penduduk terbesar berkisar antara 15 tahun sampai 19 tahun sebesar 149.103 jiwa (BPS Kota Palembang, 2007).

Kota Palembang menurut BPS Kota Palembang (2007) memiliki potensi perikanan yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari besarnya produksi

perikanan dan daerah perairan yang cukup luas dengan mengalirnya sungai Musi tepat di pusat Kota Palembang. Produksi perikanan di kota Palembang 53% berasal dari perikanan budidaya ikan air tawar. Produksi Perikanan Kota Palembang disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Produksi Perikanan Kota Palembang Tahun 2006 (dalam Ton)

Sektor Perikanan Jumlah produksi ikan (Ton)

Perikanan Laut 2.211

Perikanan Darat

- Ikan sungai 825

- Budidaya ikan air tawar 3.372

Jumlah 6.408 Sumber : BPS Kota Palembang (2007)

Secara umum Peningkatan produksi perikanan di Sumatera Selatan dari hasil tangkapan dan budidaya tahun 2006 dibandingkan tahun 2005 yaitu 11,79% atau 178.684,6 ton (BPS Sumatera Selatan, 2007).


(51)

Tabel 6. Produksi Ikan Budidaya Kolam Menurut Jenis Ikan di

Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2006 (dalam Ton)

No Kabupaten/Kota Mas Tawes Mujair Patin Nila Lele

1 OKU 2.678,3 47,8 426,2 301,8 1548,9 129,7

2 OKI 24,8 - - - 38,4 40,4

3 Muara Enim 650,2 20,5 118,6 - 681,8 45,0

4 Lahat 1726,1 - - - 2735,5 -

5 Musi Rawas 2.222,5 3,8 6,5 86,1 4625,8 63,0

6 Musi Banyuasin 103,9 - 29,1 - 47,2 115,9

7 Banyuasin 148,4 - 43,7 - 88,3 151,5

8 OKU Selatan 1314,1 27,2 245,9 - 800,8 62,6

9 OKU timur 2514,4 38,0 334,2 - 1583,3 135,4

10 Ogan Ilir 15,5 - - 13,0 28,6 10,7

11 Palembang 43,0 - - 159,4 142,7 696,7

12 Prabumulih 220,8 20,4 110,2 - 313,3 43,6

13 Pagar Alam 1261,5 - - - 2034,6 -

14 Lubuk Linggau 1569,7 3,1 4,3 213,5 2570,6 49,8 Jumlah 14.493,20 160,80 1.318,70 773,80 17.239,80 1.544,30 Sumber : BPS Sumatera Selatan (2007)

Berdasarkan Tabel 6 di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2006 produksi lele terbesar di Sumatera Selatan berasal dari Palembang yaitu 696,7 ton. Hal ini dapat menunjukkan bahwa permintaan konsumen terhadap lele sangat besar di Palembang.

5.2 Karakteristik Pedagang Warung Tenda Pecel Lele 5.2.1 Umur dan Jenis Kelamin

Jumlah responden yang diamati yaitu 32 pedagang warung tenda. Total responden pedagang warung tenda terdiri dari 9% wanita dan 91% laki-laki. Hasil pengolahan data menunjukkan sebaran pedagang berdasarkan umur dan jenis kelamin ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah Responden Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Total Kelompok umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%)

< 29 9 31,0 - - 9 28,1

29 - 36 12 41,4 2 66,7 14 43,8

> 36 8 27,6 1 33,3 9 28,1

Jumlah 29 100,0 3 100,0 32 100,0


(52)

Sebaran umur responden berdasarkan Tabel 7 dibagi menjadi tiga kelompok umur. Kelompok umur kisaran dominan yaitu 29 sampai 36 tahun dengan total responden 14 orang. Kisaran ini terdiri dari responden laki-laki 12 orang dan perempuan 2 orang. Responden wanita menjalankan usaha warung tenda untuk memenuhi kebutuhan keluarga karena suami sudah meninggal dunia. Responden laki-laki sebagian besar menjalankan usaha warung tenda karena pengalaman sebelumnya menjadi pekerja di warung tenda milik saudara. Responden laki-laki berdasarkan Tabel 7 lebih banyak jika dibandingkan responden wanita. Hal ini disebabkan waktu penyelenggaraan warung tenda dilakukan pada malam hari. Responden wanita hanya sampai sekitar pukul 22.00 malam dan usaha selanjutnya dipercayakan pada keluarga dekat yang ikut

mengelola warung tenda.

5.2.2 Pendidikan

Tingkat pendidikan tertinggi pedagang warung tenda pecel lele di Palembang yaitu perguruan tinggi. Tingkat pendidikan terendah yaitu sekolah dasar. Hasil pengolahan data menunjukkan sebaran pedagang berdasarkan tingkat pendidikan ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Responden Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan

Jumlah Pedagang

(orang) Persentase (%)

SD 2 6,3

SMP 17 53,1

SMA 12 37,5

PT 1 3,1

Jumlah 32 100,0

Sumber : Diolah dari data primer ( 2008)

Tingkat pendidikan responden berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa 53,1% pedagang yaitu lulusan SMP dengan total responden 17 orang dan hanya 1 pedagang lulusan perguruan tinggi. Pedagang lulusan SD dan SMP tidak

meneruskan pendidikan karena biaya dan tuntutan untuk membiayai keluarga. Pedagang bekerja dengan saudara yang memiliki usaha warung tenda kemudian belajar dari pengalaman dan mendirikan usaha warung tenda. Pedagang lulusan


(53)

SMA dan perguruan tinggi mendirikan usaha warung tenda pecel lele karena melihat sebagai salah satu bisnis yang menguntungkan.

5.2.3 Asal Daerah

Pedagang warung tenda pecel lele sebagian besar berasal dari Jawa Timur tepatnya daerah Lamongan. Berdasarkan wawancara dengan 32 responden pedagang bahwa pecel lele berasal dari Lamongan Jawa Timur. Para pedagang merantau ke berbagai daerah sehingga pecel lele dapat diterima oleh konsumen di berbagai daerah termasuk di Palembang. Hasil pengolahan data sebaran pedagang berdasarkan asal daerah ditunjukkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Responden Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di kota Palembang Berdasarkan Asal Daerah

Sumber : Diolah dari data primer (2008)

Asal daerah pedagang berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa 24 responden berasal dari Jawa Timur dan hanya 1 responden berasal dari Sumatera Barat. Pedagang warung tenda yang berasal dari Jawa Timur merantau ke

Palembang dengan membawa keluarga dekat laki-laki untuk membantu usaha warung tenda. Pedagang yang berasal dari luar Jawa Timur mendirikan usaha warung tenda karena melihat kemajuan yang pesat dalam bisnis ini. Setelah responden belajar dari pengalaman usaha dan didukung pula oleh peluang usaha yang besar maka para pedagang mendirikan cabang usaha warung tenda yang baru di lokasi yang berbeda.

5.2.4 Pengalaman Berdagang

Pengalaman berdagang yaitu pengalaman pedagang melakukan usaha dari sebelum mendirikan usaha warung tenda pecel lele sampai pedagang tersebut

Asal Daerah

Jumlah Pedagang

(orang) Persentase (%)

Sumatera Selatan 3 9,4

Sumatera Barat 1 3,1

Jawa Barat 2 6,3

Jawa Tengah 2 6,3

Jawa Timur 24 75,0


(54)

melakukan usaha pecel lele. Hasil pengolahan data sebaran pedagang berdasarkan pengalaman berdagang ditunjukkan pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah Responden Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang Berdasarkan Pengalaman Berdagang

Pengalaman berdagang (tahun) Jumlah Pedagang (orang) Persentase(%)

< 7 12 37,5

7 – 11 9 28,1

> 11 11 34,4

Jumlah 32 100,0

Sumber : Diolah dari data primer, 2008

Sebaran pedagang berdasarkan pengalaman berdagang pada Tabel 10 menunjukkan bahwa 12 responden telah berpengalaman dalam berdagang yaitu kurang dari 7 tahun. Berdasarkan wawancara dengan 32 responden pedagang bahwa sebelum mendirikan usaha warung tenda pecel lele, 20 responden bekerja di warung tenda milik saudara responden dan 12 responden yang berdagang bakso atau makanan lainnya.

5.2.5 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga pedagang warung tenda pecel lele

dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama kurang dari 5 orang merupakan keluarga yang terdiri dari keluarga inti (suami, istri, dan anak), kelompok kedua 5 sampai 7 orang merupakan keluarga besar yang menanggung istri, anak, orang tua. Kelompok terakhir yaitu pedagang dengan jumlah

tanggungan keluarga lebih dari 7 orang yang terdiri dari istri, anak, orang tua, dan saudara atau keluarga dekat yang tinggal satu rumah. Hasil pengolahan data sebaran pedagang berdasarkan jumlah tanggungan keluarga ditunjukkan pada Tabel 11.

Tabel 11. Jumlah Responden Pedagang Warung Tenda Pecel Lele di Kota Palembang Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) Jumlah Pedagang (orang) Persentase (%)

< 5 11 34,4

5 – 7 11 34,4

> 7 10 31,3

Jumlah 32 100,0


(1)

Lanjutan lampiran 5

Histogram

Plot regresi normal

Scatterplot

Regresi parsial antara permintaan dan harga pecel

lele

Regresi Parsial

Hubungan permintaan dan harga ayam Hubungan permintaan dan pendapatan disposible

Regresi parsial antara permintaan dan harga pecel ayam Regresi parsial antara permintaan dan pendapatan

3 2 1 0 -1 -2

Regression Standardized Predicted Value

4 3 2 1 0 -1 -2 -3 Regressio n Stud enti zed R esidual

Dependent Variable: Y Scatterplot 4 3 2 1 0 -1 -2 -3 Regression Standardized 30 25 20 15 10 5 0

F

reque

ncy

Mean = 7.07 E-16...

Dependent Variable: Y

Histogram

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Exp ected Cu m Pr ob

Dependent Variable: Y

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual 2,500 2,000 1,500 1,000 500 0 -500 -1,000 -1,500 Plele 20 15 10 5 0 -5 -10 Y

Dependent Variable: Y Partial Regression Plot

1,500 1,000 500 0 -500 -1,000 -1,500 Payam 15 10 5 0 -5 -10 Y

Dependent Variable: Y Partial Regression Plot

1,000,000 500,000 0 -500,000 DI 20 15 10 5 0 -5 -10 Y

Dependent Variable: Y Partial Regression Plot


(2)

Lanjutan lampiran 5

Regresi parsial Hubungan permintaan dan umur Regresi parsial Hubungan permintaan dan lokas

30

20 10 0 -10 -20

umur

15 10 5 0 -5 -10

Y

Dependent Variable: Y Partial Regression Plot

0.25 0.00 -0.25 -0.50 -0.75 -1.00

lokasi

15 10 5 0 -5 -10

Y

Dependent Variable: Y Partial Regression Plot


(3)

Keterangan Fajri Ilyas Ilyas, Sumadianto Aji Ilyas Sugi M Suyadi Ari Tatang Suroto Mulyat aji Sukri

Penerimaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Pecel lele 37800000 9450000 15120000 18900000 6720000 9450000 13230000 18900000 15120000 18900000 11340000 11760000 42000000

Pecel ayam 13200000 8400000 9600000 15840000 4800000 2400000 15120000 3000000 13200000 13200000 10560000 8400000 15840000

Udang 4500000 2700000 2700000 6300000 1950000 3600000 30000000 1500000 3900000 7800000 720000 3900000 6750000

Kepiting 18240000 2250000 11250000 9000000 4500000 4500000 5400000 2250000 8700000 14400000 2025000 2700000 22680000

Cumi-cumi 2340000 1800000 3000000 3000000 450000 3000000 3000000 750000 3600000 1650000 1500000 3000000 3510000

Gurame 13680000 2250000 2250000 6750000 1800000 2250000 7200000 2250000 4050000 4860000 2430000 1800000 5220000

Jumlah 89760000 26850000 43920000 59790000 20220000 25200000 73950000 28650000 48570000 60810000 28575000 31560000 96000000

Pengeluaran Biaya Tetap

Upah/gaji 3600000 1350000 2700000 2000000 900000 1350000 2000000 1500000 2350000 2000000 1500000 1800000 5250000

Air + listrik 150000 100000 100000 100000 100000 100000 150000 100000 150000 110000 100000 100000 100000

Sewa tempat 500000 300000 300000 300000 500000 600000 350000 500000 250000 300000 450000 100000

Biaya Variabel

Lele 9000000 2250000 3600000 4500000 1800000 2250000 3150000 4500000 3600000 2700000 2700000 3150000 9000000

Ayam 7500000 4200000 4320000 6270000 2280000 1140000 3780000 1500000 5550000 6000000 4800000 4200000 7200000

Udang 900000 2250000 4500000 4500000 1500000 1800000 7500000 1500000 3000000 6000000 750000 3000000 5400000

Kepiting 4200000 1050000 3150000 2100000 1050000 2100000 2700000 900000 2100000 4800000 525000 900000 8400000

Cumi-cumi 900000 1800000 1740000 1800000 450000 900000 1800000 450000 1800000 900000 1800000 3000000 2925000

Gurame 3600000 900000 900000 2700000 900000 900000 2700000 900000 1800000 1800000 900000 900000 1800000

Beras 2250000 2400000 2550000 2250000 1800000 2100000 3000000 2400000 1800000 3000000 1200000 2550000 3300000

M. Sayur 2340000 1950000 1950000 1560000 1170000 780000 1950000 1950000 1170000 1560000 1560000 2730000 2730000

M. Tanah 1800000 720000 720000 1500000 240000 480000 1800000 1200000 600000 2400000 960000 1200000 2400000

B. Merah 1350000 900000 1350000 450000 225000 450000 450000 225000 675000 225000 225000 675000 675000

B putih 480000 120000 480000 240000 120000 120000 240000 120000 240000 240000 720000 120000 240000

Cabai rawit 600000 1800000 1200000 600000 300000 600000 1800000 600000 600000 600000 300000 1200000 1200000

Terasi 120000 126000 60000 60000 30000 60000 180000 2000 180000 120000

timun 600000 480000 480000 600000 120000 720000 600000 600000 600000 630000 600000 840000 1200000

Kemangi 135000 90000 90000 112500 112500 112500 112500 180000 112500 112500 135000 135000 225000

kol 720000 180000 180000 90000 120000 120000 270000 360000 90000 270000 720000 360000 720000

tomat 960000 960000 960000 1200000 360000 960000 1200000 600000 1200000 1200000 960000 480000 2400000

biaya tak terduga 500000 350000 350000 300000 350000 300000 350000 350000 300000 350000 350000 350000 500000

Jumlah 42205000 24150000 31620000 32998500 14257500 17782500 36212500 20315000 28297500 35327500 21107000 28320000 55885000

Pendapatan/bln 47555000 2700000 12300000 26791500 5962500 7417500 37737500 8335000 20272500 25482500 7468000 3240000 40115000


(4)

Lanjutan lampiran 6

Keterangan nartam kawi Mbak Sum Yana Ibu Lestari Zahroni Bani ja'far

perumnas

ja'far kakak ja'far karjuli I karjuli II larno

Penerimaan 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Pecel lele 14700000 13230000 11550000 8400000 14700000 6720000 8400000 47250000 13230000 18900000 21000000 42000000 11550000

Pecel ayam 12000000 6000000 6600000 7200000 7200000 3600000 3300000 24000000 6000000 8400000 6600000 13200000 15120000

Udang 585000 1650000 6300000 4500000 6750000 1080000 1080000 18720000 9360000 9360000 4500000 7800000 3900000

Kepiting 8100000 5400000 9000000 8700000 13050000 2250000 2250000 21600000 4680000 9450000 18000000 24300000 14850000

Cumi-cumi 1755000 1170000 3000000 2250000 5400000 720000 720000 12600000 5400000 3600000 3000000 4500000 330000

Gurame 2250000 4500000 6750000 7200000 4860000 1530000 1530000 10500000 6300000 6300000 9450000 22050000 5400000

Jumlah 39390000 31950000 43200000 38250000 51960000 15900000 17280000 1.35E+08 44970000 56010000 62550000 1.14E+08 51150000

Pengeluaran Biaya Tetap

Upah/gaji 2600000 2500000 3000000 1800000 3500000 1000000 600000 5600000 2500000 2500000 4500000 6750000 1400000

Air + listrik 100000 100000 100000 150000 200000 100000 100000 150000 100000 150000 100000 100000 100000

Sewa tempat 200000 200000 500000 600000 500000 250000 300000 30000000 500000 500000 5000000 166666.7 250000

Biaya Variabel

Lele 3150000 3150000 2175000 2250000 3045000 1800000 2250000 9750000 2730000 3900000 4500000 9000000 2250000

Ayam 3000000 3000000 3000000 11400000 3000000 1575000 1312500 12000000 3000000 4200000 1650000 6000000 15120000

Udang 450000 1500000 900000 3000000 4500000 375000 375000 12000000 4500000 4500000 3000000 6000000 1800000

Kepiting 4500000 2100000 4200000 2100000 3150000 900000 900000 7200000 3600000 3150000 4200000 8100000 9900000

Cumi-cumi 750000 750000 900000 870000 2700000 1050000 1050000 6300000 2700000 3000000 3000000 2250000 855000

Gurame 2700000 2100000 3600000 1800000 2700000 750000 750000 4500000 2100000 4200000 3150000 6300000 1800000

Beras 1320000 1320000 2250000 1500000 2700000 825000 825000 3900000 1800000 2250000 2250000 6000000 1800000

M. Sayur 1560000 1560000 1950000 1170000 1950000 450000 300000 3900000 1365000 2340000 1170000 3120000 1050000

M. Tanah 1800000 1800000 220000 480000 1000000 480000 600000 2400000 600000 600000 600000 1200000 580000

B. Merah 900000 675000 675000 675000 450000 112500 112500 1350000 675000 900000 675000 1350000 120000

B putih 240000 240000 120000 240000 240000 60000 60000 360000 240000 360000 240000 240000 8000

Cabai rawit 1500000 900000 1800000 600000 1800000 600000 600000 2100000 900000 1200000 1200000 1500000 300000

Terasi 120000 120000 225000 60000 60000 72000 90000 180000 120000 180000 8000 24000

timun 480000 600000 600000 360000 600000 240000 240000 1200000 600000 840000 720000 1440000 720000

Kemangi 112500 90000 112500 90000 112500 67500 67500 180000 112500 135000 135000 225000 180000

kol 240000 360000 90000 180000 270000 120000 120000 450000 270000 360000 360000 720000 360000

tomat 480000 480000 1200000 720000 1200000 360000 360000 720000 480000 720000 600000 960000 600000

biaya tak terduga 350000 350000 300000 300000 350000 300000 300000 500000 350000 350000 350000 500000 250000

Jumlah 26552500 23895000 27917500 30345000 34027500 11487000 11312500 1.05E+08 29242500 36335000 37408000 61945667 39443000

Pendapatan/bln 12837500 8055000 15282500 7905000 17932500 4413000 5967500 29930000 15727500 19675000 25142000 51904333 11707000


(5)

Lanjutan lampiran 6

Keterangan kasmiran

pusri

kasmiran rozak

agus Sulam II Sulam I Agus

alghozali

Penerimaan 27 28 29 30 31 32

Pecel lele 9450000 9450000 42000000 8400000 11760000 13440000

Pecel ayam 8400000 7200000 29700000 3600000 4800000 9240000

Udang 7500000 7500000 3000000 1950000 1950000 3240000

Kepiting 9000000 5400000 21000000 10800000 10800000 2700000

Cumi-cumi 4500000 4500000 3900000 6000000 3000000 2700000

Gurame 5400000 5400000 10125000 2250000 4500000 4050000

Jumlah 44250000 39450000 109725000 33000000 36810000 35370000

Pengeluaran Biaya Tetap

Upah/gaji 800000 800000 4050000 1350000 900000 2100000

Air + listrik 100000 100000 100000 100000 100000

Sewa tempat 350000 200000 500000 1000000 200000 300000

Biaya Variabel

Lele 2250000 2250000 11250000 2250000 3150000 3600000

Ayam 3990000 3420000 13500000 1710000 2280000 3990000

Udang 1500000 1500000 3000000 1500000 1500000 2250000

Kepiting 2100000 2100000 4200000 3150000 3150000 1050000

Cumi-cumi 1800000 1800000 1800000 900000 1800000 1350000

Gurame 1800000 1800000 4725000 1050000 2100000 1575000

Beras 1500000 1500000 6000000 1200000 1500000 1500000

M. Sayur 1170000 975000 2550000 1200000 1500000 1170000

M. Tanah 900000 900000 3600000 600000 840000 1200000

B. Merah 450000 450000 900000 450000 450000 225000

B putih 240000 240000 360000 120000 120000 120000

Cabai rawit 600000 600000 1200000 600000 600000 300000

Terasi 60000 60000 180000 120000 120000 9000

timun 360000 360000 1920000 480000 600000 720000

Kemangi 90000 90000 135000 90000 90000 202500

kol 180000 180000 480000 240000 240000 480000

tomat 1200000 1200000 960000 480000 480000 960000

biaya tak terduga 350000 350000 350000 350000 350000 350000

Jumlah 21790000 20875000 61760000 18940000 22070000 23451500

Pendapatan/bln 22460000 18575000 47965000 14060000 14740000 11918500


(6)