Kajian Serbuk Sabut Kelapa (Cocopeat) sebagai Media Tana

KAJIAN SERBUK SABUT KELAPA (COCOPEAT) SEBAGAI
MEDIA TANAM

HASRIANI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Serbuk Sabut
Kelapa (Cocopeat) sebagai Media Tanam adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2013
Hasriani
F44090075

ABSTRAK
HASRIANI. Kajian Serbuk Sabut Kelapa (Cocopeat) sebagai media tanam.
Dibimbing oleh DEDI KUSNADI KALSIM dan ANDI SUKENDRO.
Serbuk sabut kelapa merupakan produk samping hasil pengolahan buah
kelapa dan dapat digunakan sebagai media tanam. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kapasitas simpan air serbuk sabut kelapa terhadap
pertumbuhan tanaman kehutanan. Daya simpan air serbuk sabut kelapa sebesar
695,4%. Media serbuk sabut kelapa memiliki bobot isi kering yang rendah sebesar
0,08 g/cm3. Tanaman sengon dan mahoni dengan perlakuan serbuk sabut kelapa
lebih lama mengalami kekeringan. Sengon mengalami kekeringan pada hari ke-25
dan mahoni pada hari ke-55.
Kata kunci: serbuk sabut kelapa, daya simpan air, bobot isi kering, sengon,
mahoni

ABSTRACT
HASRIANI. Study of cocopeat as planting media. Supervised by DEDI

KUSNADI KALSIM and ANDI SUKENDRO.
Cocopeat is a by product of the coconut’s processing and can be used as a
planting medium. This research aims to know the effect of water storing ability of
cocopeat used as planting media to the growth of forest’s trees. Water holding
capacity of cocopeat is 695,4%. Cocopeat has a low dry bulk density of 0.08
g/cm3. Sengon and mahogany planted using cocopeat showing wilt for 25 days
and 55 days dry spell, respectively.
Keywords: cocopeat, water holding capacity, bulk density, sengon, mahogany

KAJIAN SERBUK SABUT KELAPA (COCOPEAT) SEBAGAI
MEDIA TANAM

HASRIANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Kajian Serbuk Sabut Kelapa (Cocopeat) sebagai Media Tanam
Nama
: Hasriani
NIM
: F44090075

Disetujui oleh

Ir. Dedi Kusnadi Kalsim, M. Eng., Dipl. HE
Pembimbing I

Ir. Andi Sukendro, M. Si
Pembimbing II


Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M. Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah serbuk sabut
kelapa, dengan judul Kajian Serbuk Sabut Kelapa (Cocopeat) sebagai Media
Tanam.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Dedi Kusnadi Kalsim, M.
Eng., Dipl. HE dan Bapak Ir. Andi Sukendro, M. Si selaku pembimbing. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Trisnadi dari
Laboratorium Mekanika dan Fisika Tanah, Fakultas Teknologi Pertanian, dan
Bapak Tatang dari Rumah Kaca Laboratorium, Departemen Silvikultur, Fakultas
Kehutanan, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa
dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2013
Hasriani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

1

METODE

2

Bahan


2

Alat

2

Rancangan Percobaan

2

Pelaksanaan Penelitian

2

Pengamatan

3

Prosedur Kerja


3

PEMBAHASAN

5

Pengamatan Umum Penelitian

5

Evaporasi (E), Transpirasi (T), Layu, dan Kering

7

Pertumbuhan Tanaman

10

Kadar Air Media


12

Bobot Isi (Bulk Density) Media

13

Kapasitas Simpan Air (Water Holding Capacity ) Media

13

SIMPULAN DAN SARAN

15

Simpulan

15

Saran


15

DAFTAR PUSTAKA

16

RIWAYAT HIDUP

24

DAFTAR GAMBAR
1

Suhu dan kelembaban udara maksimum.

5

2

Suhu dan kelembaban udara minimum


6

3

Berat awal media tanam untuk sengon pada kondisi kapasitas lapang

6

4

Berat awal media tanam untuk mahoni pada kondisi kapasitas lapang

7

5

ETa, T, dan E harian pada tanaman sengon

8

6

ETa, T, dan E harian pada tanaman mahoni

8

7

Periode waktu layu pada tanaman sengon dan mahoni

9

8

Periode waktu kering pada tanaman sengon dan mahoni

9

9

Pertambahan tinggi pada tanaman sengon

10

10 Pertambahan tinggi pada tanaman mahoni

11

11 Jumlah daun pada tanaman sengon

11

12 Jumlah daun pada tanaman mahoni

12

13 Kadar air media tanam serbuk sabut kelapa

12

14 Bobot isi media tanam serbuk sabut kelapa

13

15 Kapasitas ismpan air (KSA) media

14

DAFTAR LAMPIRAN
1

Pengaruh perlakuan terhadap kelayuan pada sengon dan mahoni

17

2

Pengaruh perlakuan terhadap kekeringan pada sengon dan mahoni

18

3

Kondisi kelayuan pada tanaman sengon dan mahoni

19

4

Kondisi kekeringan pada tanaman sengon dan mahoni

20

5

Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman sengon dan mahoni

21

6

Pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun sengon dan mahoni

22

7

Pengaruh perlakuan terhadap kapasitas simpan air media

23

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki potensi
agroindustri kelapa yang cukup besar, tetapi belum dapat dimanfaatkan dengan
maksimal. Luas areal kebun kelapa di Indonesia adalah yang terbesar di dunia,
yaitu 3,76 juta hektar (Setiadi, 2001). Negara penghasil serat dan serbuk kelapa
terbesar adalah India dan Sri Lanka. Produksi serat sabut berasal dari India (120
kiloton/tahun), Sri Lanka (73 kiloton/tahun), Thailand dan Filipina masing-masing
memproduksi 15 kiloton/tahun. India menguasai pasar dunia (41,9%) dan Sri
Lanka yang kedua (24,9%).
Umumnya pemanfaatan kelapa di Indonesia sebagian besar masih tertumpu
pada produk olahan kopra dan minyak kelapa, sehingga nilai ekonomi yang
terdapat pada kelapa belum sepenuhnya dapat dinikmati. Limbah hasil
pengupasan buah kelapa antara lain tempurung dan sabut kelapa yang terdiri atas
serat dan serbuk sabut kelapa. Menurut BPS (1992) dalam Adiyati (1999), limbah
buah kelapa hasil pengolahan atau pengupasan yang dihasilkan per tahunnya
mencapai sekitar 19,046 juta m3 yang terdiri atas 35% serat dan 65% serbuk sabut
kelapa.
Salah satu hasil sampingan yang diperoleh dari pengolahan sabut kelapa
adalah serbuk sabut kelapa. Serbuk sabut kelapa tersebut dapat digunakan sebagai
media tanam karena memiliki sifat daya serap air yang tinggi antara 6 sampai 8
kali bobot keringnya dan mengandung banyak unsur hara (Tyas, 2000).
Pengolahan serbuk sabut kelapa menjadi media tanam juga merupakan usaha
untuk memperoleh media tanam yang ramah lingkungan.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kapasitas simpan air
serbuk sabut kelapa dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman kehutanan.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi untuk
menjamin pertumbuhan tanaman bibit pohon pada program rehabilitasi lahan
kritis.

2

METODE
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman sengon
(Paraserianthes falcataria) dan mahoni (Swietenia macrophylla), serbuk sabut
kelapa serta tanah.

Alat
Alat yang digunakan untuk keperluan penanaman antara lain polybag,
timbangan kapasitas 15 kg, meteran 150 cm, bak plastik, alat ukur thermohygrometer, dan alat tulis. Alat laboratorium yang digunakan antara lain
timbangan analitik, ring sampel, cawan, oven, dan desikator.

Rancangan Percobaan
Penelitian ini dilakukan di dalam rumah kaca dengan menggunakan metode
rancangan acak lengkap (RAL). Percobaan terdiri atas 3 kombinasi perlakuan dan
3 ulangan, maka terdapat 9 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdapat 5
tanaman, maka total tanaman sebanyak 45 untuk masing-masing tanaman. Dengan
demikian, total seluruh tanaman yang diamati sebanyak 90 tanaman. Adapun
perlakuan yang diberikan :
P0 = tanah; P1 = serbuk sabut kelapa + tanah; P2 = serbuk sabut kelapa
Model linier aditif yang digunakan pada percobaan ini adalah :
Yij = μ+τi +εij ................................................... (1)

dimana :
Yij
= pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ
= rataan umum
τi
= pengaruh perlakuan media tanam ke-i
εij
= pengaruh galat percobaan
i
= 1,2,3
j
= 1,2,3

Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu persiapan bahan dan
alat, pemindahan bibit tanaman ke dalam polybag, dan pemeliharaan. Bibit
tanaman sengon dan mahoni yang telah disemai berumur 3 sampai 4 bulan,
dipindahkan ke dalam polybag yang telah diisi dengan media sesuai dengan
perlakuan. Pemeliharaan yang dilakukan selama tanaman di dalam polybag adalah
penyiraman.

3
Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari selama satu minggu. Setelah
satu minggu, tanaman disiram hingga mencapai jenuh dan didiamkan selama 24
jam hingga kadar air di dalam polybag mencapai kapasitas lapang. Setelah
mencapai kapasitas lapang, diambil 3 contoh dari masing-masing perlakuan untuk
ditimbang sehingga diperoleh bobot awal media. Selanjutnya contoh ditimbang
setiap 5 hari sekali untuk mengetahui perubahan bobot dari masing-masing media.

Pengamatan
Untuk mengetahui pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan tanaman,
peubah yang diukur dan diamati adalah :
1. Tinggi tanaman, diamati setiap 5 hari setelah ditanam di dalam polybag dengan
mengukur dari pangkal batang tepat di atas permukaan media sampai ke titik
tumbuh.
2. Jumlah daun, diamati setiap hari setelah ditanam di dalam polybag.
3. Suhu di dalam rumah kaca, diamati setiap hari pagi, siang, dan sore.
4. Kelembaban di dalam rumah kaca, diamati setiap hari pagi, siang, dan sore.
5. Kadar air media.
6. Kapasitas simpan air (water holding capacity) media.
7. Bobot isi media.
Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Laboratorium Silvikultur, Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, sedangkan pengukuran kadar air, kapasitas
simpan air, dan bobot isi media dilakukan di Laboratorium Mekanika dan Fisika
Tanah, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Prosedur Kerja
Kadar Air
Masing-masing contoh dimasukkan ke dalam cawan yang telah ditimbang
berat kosongnya (W3), kemudian contoh ditimbang untuk mendapatkan berat
media sebelum di oven (W1). Selanjutnya contoh dimasukkan ke dalam oven
selama 24 jam dengan suhu (110 ± 5)° C atau sampai berat tetap. Setelah 24 jam,
contoh dikeluarkan dari oven kemudian didinginkan di dalam desikator. Setelah
dingin contoh kemudian ditimbang (W2). Kadar air dihitung berdasarkan
persamaan :
Kadar air =

W1 - W2
W2 -W3

×100 %

................................. (2)

dimana :
W1= berat cawan + tanah basah; W2 = berat cawan + tanah kering; W3 = berat
cawan kosong

4
Kapasitas Simpan Air
Masing-masing contoh terlebih dahulu direndam dengan air bersih dan
disaring menggunakan kertas saring, kemudian didiamkan selama 24 jam hingga
kadar air di dalam contoh mencapai kapasitas lapang. Selanjutnya contoh
ditimbang untuk mendapatkan berat media basah kapasitas lapang. Kemudian
contoh dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu (110 ± 5)° C.
Setelah 24 jam, contoh dikeluarkan dari oven kemudian didinginkan di dalam
desikator. Setelah dingin contoh kemudian ditimbang. Kapasitas simpan air
dihitung berdasarkan persamaan :
KSA=

berat contoh kapasitas lapang-berat contoh kering
berat contoh kering

× 100 % .................................... (3)

Bobot Isi Kering (Dry Bulk Density)
Masing-masing contoh dimasukkan ke dalam ring sampel yang telah
diketahui volumenya. Selanjutnya contoh dimasukkan ke dalam oven selama 24
jam dengan suhu (110 ± 5)° C. Setelah 24 jam, contoh dikeluarkan dari oven
kemudian didinginkan di dalam desikator. Setelah dingin contoh kemudian
ditimbang. Bobot isi kering dihitung berdasarkan persamaan :
BIK=

Bk
Vtanah

.............................................. (4)

dimana :
BIK = bobot isi kering (g/ml); Bk = berat kering (g); Vtanah = volume tanah (ml)
Bobot Isi Basah (Wet Bulk Density)
Masing-masing contoh dimasukkan ke dalam ring sampel yang telah
diketahui volumenya. Selanjutnya contoh ditimbang untuk mendapatkan berat
media basah. Bobot isi basah dihitung berdasarkan persamaan :
BIB=

Bb
Vtanah

.............................................. (5)

dimana :
BIB = bobot isi basah (g/ml); Bb = berat basah (g); Vtanah = volume tanah (ml)

5

PEMBAHASAN
Pengamatan Umum Penelitian
Parameter lingkungan yang diukur dalam penelitian meliputi suhu dan
kelembaban udara di dalam rumah kaca yang disajikan pada Gambar 1 dan
Gambar 2. Suhu dan kelembaban udara tersebut merupakan parameter lingkungan
harian selama penelitian.
Grafik pada Gambar 1 merupakan suhu dan kelembaban udara maksimum
harian di dalam rumah kaca yang diukur setiap pagi, siang, dan sore. Kisaran suhu
maksimum secara berurutan pada pagi, siang, dan sore adalah 27,6º C, 37,7º C,
dan 30,6º C, sedangkan kisaran kelembaban maksimal adalah 80,5%, 48,3%, dan
68,1%.
Grafik pada Gambar 2 merupakan suhu dan kelembaban udara minimum
harian di dalam rumah kaca yang diukur setiap pagi, siang, dan sore. Kisaran suhu
minimum secara berurutan pada pagi, siang, dan sore adalah 28,4º C, 38,2º C, dan
30,6º C, sedangkan kisaran kelembaban minimum adalah 77,6%, 45%, dan 70,7%.
Hal ini menunjukkan bahwa kelembaban udara di dalam rumah kaca relatif
tinggi pada pagi dan sore hari, sedangkan suhu udara relatif tinggi pada siang hari.
Semakin tinggi suhu udara maka kelembaban udara akan semakin rendah,
demikian pula sebaliknya. Suhu dan kelembaban berkaitan dengan besarnya
evapotranspirasi di dalam rumah kaca dan mempengaruhi kadar air media.
Semakin tinggi suhu dan atau semakin rendah kelembaban di dalam rumah kaca,
maka kadar air media akan semakin cepat turun karena tingginya laju
evapotranspirasi (Melati, 2010).

90

RH Maksimum (%)

80

70

Variable
RHPagi * TPagi
RHSiang * TSiang
RHSore * TSore

60

50

40

30
25

30

35

40

45

Suhu Maksimum (° C)

Gambar 1 Suhu dan Kelembaban udara maksimum

6

90

RH Minimum (%)

80

Variable
RHPagi * TPagI
RHSiang * TSiang
RHSore * TSore

70

60

50

40

30
25,0

27,5

30,0

32,5

35,0

37,5

40,0

42,5

Suhu Minimum (° C)

Gambar 2 Suhu dan Kelembaban udara minimum
Jenis tanaman yang diamati adalah sengon dan mahoni. Pada awal
penelitian, tanaman tumbuh dengan baik karena masih mendapatkan perlakuan
yang sama yaitu disiram setiap hari. Hal ini bertujuan agar tanaman dapat
beradaptasi dengan media tanam yang baru.
Histogram pada Gambar 3 dan 4 menunjukkan banyaknya air yang diserap
pada kapasitas lapang oleh media tanam. Banyaknya air yang diserap masingmasing media secara berurutan untuk S0, S1, dan S2 adalah 1,38, 1,38, dan 1,56
kg, sedangkan untuk M0, M1, dan M2 adalah 1,38, 1,32, dan 1,47 kg.
Berat awal media (W0) secara berurutan untuk S0, S1, dan S2 adalah 2,28,
2,07, dan 1,78 kg, sedangkan untuk M0, M1, dan M2 adalah 2,27, 1,98, dan 1,68
kg. Berat awal media (W0) adalah bobot media dan tanaman beserta air yang
diserap media pada waktu kapasitas lapang. Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa dengan bobot yang ringan, S2 dan M2 mampu menyerap air lebih banyak
dibandingkan dua media lainnya.

Berat (Kg)

3

2,28

2,07

2

1,38

1,78

1,56

1,38

1
0
S0

S1
Perlakuan
Bobot Awal (W0) (Kg)

S2
Berat Air (Kg)

S0 : Tanah, S1 : Serbuk sabut kelapa + tanah, S2 : Serbuk sabut
kelapa

Gambar 3 Berat awal media tanam untuk sengon pada kondisi kapasitas lapang

7
3
Berat (Kg)

2,27
2

1,98
1,38

1,68
1,32

1,47

1
0
M0

M1
M2
Perlakuan
Bobot Awal (W0) (Kg)
Berat Air (Kg)
M0 : Tanah, M1 : Serbuk sabut kelapa + tanah, M2 : Serbuk sabut
kelapa

Gambar 4 Berat awal media tanam untuk mahoni pada kondisi kapasitas lapang

Evaporasi (E), Transpirasi (T), Layu, dan Kering
Suhu yang tinggi dengan kelembaban yang rendah di dalam rumah kaca
menyebabkan tingginya evapotranspirasi (ET) tanaman yang ditandai dengan
besarnya penurunan bobot media tanam. Kadar air media menunjukkan besarnya
air tersedia tanaman untuk melakukan pertumbuhan dengan cara bertranspirasi (T)
hingga batas di mana air menjadi tidak tersedia dan tanaman mengalami layu dan
kering. Evapotranspirasi (ET) merupakan penjumlahan dari transpirasi (T) dan
evaporasi (E).
Defisit evapotranspirasi merupakan selisih antara evapotranspirasi potensial
(ETp) dengan evapotranspirasi aktual (ETa). ETp tejadi pada kondisi air kapasitas
lapang sampai RAM (ready available moisture), sedangkan ETa terjadi pada
kondisi air tersedia di bawah RAM. ETa diukur dengan cara menimbang polybag
tanaman setiap 5 harian. Hasil pengamatan ETa, T, dan E pada setiap periode
pengamatan 5 harian disajikan pada Gambar 5 dan Gambar 6.
ETa sengon dengan perlakuan P0 terjadi pada periode 5 hari pertama
sebesar 7,04 mm/hari, sedangkan periode selanjutnya hanya E (0-0,75 mm/hari)
karena tanaman sudah layu dan kering T=0. Dengan perlakuan P1, nilai ETa pada
5 hari ke-1 sampai ke-2 berurutan sebesar 8,54 dan 2,01 mm/hari, sedangkan
periode selanjutnya hanya E (0-1,26 mm/hari). Dengan perlakuan P2, nilai ETa
pada periode 5 hari ke-1 sampai ke-5 berurutan sebesar 9,80, 4,77, 2,01, 1,76; dan
1,51 mm/hari, sedangkan periode selanjutnya E=0.
ETa mahoni dengan perlakuan P0 terjadi pada periode 5 hari ke-1 sampai
ke-2 sebesar 4,52 dan 2,51 mm/hari, sedangkan periode selanjutnya hanya E (01,26 mm/hari) karena tanaman sudah layu dan kering T=0. Dengan perlakuan P1,
nilai ETa pada 5 hari ke-1 sampai ke-4 berurutan sebesar 5,78, 3,27, 1,26; dan
1,76 mm/hari, sedangkan periode selanjutnya hanya E (0-0,75 mm/hari). Dengan
perlakuan P2, nilai ETa pada periode 5 hari ke-1 sampai ke-8 berurutan sebesar
4,27, 2,29, 2,22, 2,14, 2,33, 1,11, 0,61, dan 1,47 mm/hari, sedangkan periode
selanjutnya E=0.

ETa, T, dan E (mm/hari)

8
10
8
6
4
2
0
1

2

3
4
5
6
7
8
Waktu Pengamatan (5 hari ke)
S0
S1
S2
S0 : Tanah, S1 : Serbuk sabut kelapa + tanah, S2 : Serbuk sabut
kelapa

ETa, T, dan E (mm/hari)

Gambar 5 ETa, T, dan E harian pada tanaman sengon
6
4
2
0
1

2

3
4
5
6
7
Waktu Pengamatan (5 hari ke)

8

M0
M1
M2
M0 : Tanah, M1 : Serbuk sabut kelapa + tanah, M2 : Serbuk sabut
kelapa

Gambar 6 ETa, T, dan E harian pada tanaman mahoni
Pada Gambar 7 dan 8, tanaman sengon dengan perlakuan P0 layu dan kering
pada hari ke 5 dan ke 15. Perlakuan P1 pada hari ke 13 dan ke 15. Perlakuan P2
pada hari ke 23 dan ke 25. Untuk tanaman mahoni dengan perlakuan P0 menjadi
layu dan kering pada hari ke 10 dan ke 15. Perlakuan P1 pada hari ke 18 dan ke 20.
Perlakuan P2 pada hari ke 41 dan ke 55.
Hasil uji F pada taraf kesalahan 5% menunjukkan bahwa, faktor perlakuan
media berpengaruh nyata terhadap kelayuan pada sengon dan mahoni. Analisis
lanjut menggunakan uji Tukey menunjukkan bahwa faktor perlakuan media
berbeda nyata antara perlakuan S0, S1, dan S2 maupun M0, M1, dan M2
(Lampiran 1).
Hasil uji F pada taraf kesalahan 5% menunjukkan bahwa, faktor perlakuan
media berpengaruh nyata terhadap kekeringan pada sengon dan mahoni. Analisis
lanjut menggunakan uji Tukey menunjukkan bahwa faktor perlakuan media tidak
berbeda nyata antara perlakuan S0 dan S1, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan
S2. Untuk mahoni, analisis lanjut menggunakan uji Tukey menunjukkan bahwa

9

Kelayuan (hari)

faktor perlakuan media berbeda nyata antara perlakuan M0, M1, dan M2
(Lampiran 2).
50

41

40
30
20
10

10

5

13

18

23

0
P0

P1
Perlakuan

P2

Sengon
Mahoni
P0 : Tanah, P1 : Serbuk sabut kelapa + tanah, P2 : Serbuk sabut
kelapa

Kekeringan (hari)

Gambar 7 Periode waktu layu pada tanaman sengon dan mahoni
60
50
40
30
20
10
0

55

15

15

15

20

25

P0

P1
P2
Perlakuan
Sengon
Mahoni
P0 : Tanah, P1 : Serbuk sabut kelapa + tanah, P2 : Serbuk sabut
kelapa

Gambar 8 Periode waktu kering pada tanaman sengon dan mahoni
Air yang dapat ditahan oleh media tanam terus menerus akan diserap oleh
akar tanaman atau menguap, sehingga media tanam semakin lama akan mengering.
Pada suatu ketika tanaman tidak dapat lagi menyerap air yang terkandung di
dalam media tanam tersebut, sehingga tanaman mengalami layu (daun berwarna
coklat). Kondisi titik layu permanen, yaitu kandungan air tanah dimana akar-akar
tanaman mulai tidak mampu lagi menyerap air dari tanah, sehingga tanaman
mengalami layu permanen dalam arti sukar disembuhkan kembali meskipun telah
ditambahkan sejumlah air yang mencukupi (Febriansyah, 2012).
Berdasarkan hasil pengamatan kelayuan menunjukkan tanaman dengan
perlakuan P2 mengalami kekeringan yang lama, sedangkan tanaman dengan
perlakuan P0 lebih cepat mengalami kekeringan. Hal tersebut selain dipengaruhi
oleh penurunan kadar air media, dipengaruhi pula oleh karakteristik tanaman.
Sengon termasuk jenis tanaman yang cepat tumbuh. Sengon memiliki sifat-sifat
fisik yang memungkinkan untuk berevapotranspirasi lebih besar dengan memiliki

10
tajuk berbentuk menyerupai payung yang rimbun, sehingga proses transpirasi
menjadi lebih besar. Ciri fisik yang lainnya yaitu memiliki akar tunggang yang
cukup kuat menembus ke dalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak
rimbun, dan tidak menonjol ke permukaan tanah sehingga kemampuan dalam
menyerap air menjadi lebih tinggi.
Berbeda halnya dengan mahoni, di mana mahoni termasuk jenis tanaman
yang lambat tumbuh. Mahoni merupakan tanaman yang menyukai tempat yang
cukup sinar matahari langsung dan termasuk jenis tanaman yang mampu bertahan
hidup di tanah gersang. Walaupun tidak disiram selama berbulan-bulan, mahoni
masih mampu untuk bertahan hidup. Oleh sebab itu, mahoni lebih lama
mengalami kelayuan dan kekeringan dibandingkan sengon. Kondisi kelayuan dan
dan kekeringan pada tanaman sengon dan mahoni dapat dilihat pada Lampiran 3
dan Lampiran 4.

Pertumbuhan Tanaman

Tinggi tanaman (cm)

Data pertumbuhan tanaman yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah
daun. Hasil uji F pada taraf kesalahan 5%, menunjukkan bahwa faktor perlakuan
media berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman sengon. Hal tersebut diduga
karena tanaman yang digunakan mempunyai tinggi yang berbeda-beda. Analisis
lanjut menggunakan uji Tukey menunjukkan bahwa faktor perlakuan media tidak
berbeda nyata antara perlakuan S0 dan S2, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan
S1 (Lampiran 5).
Berbeda halnya dengan mahoni, dimana hasil uji F pada taraf kesalahan 5%,
menunjukkan bahwa faktor perlakuan media tidak berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman. Analisis lanjut menggunakan uji Tukey menunjukkan bahwa
faktor perlakuan media tidak berbeda nyata antara perlakuan M0, M1, dan M2
(Lampiran 5). Pertambahan tinggi pada tanaman sengon dan mahoni disajikan
pada Gambar 9 dan Gambar 10.

80
70
60
50
40
30
20
10
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

Waktu Pengamatan (5 hari ke)
S0

S1

S2

S0 : Tanah, S1 : Serbuk sabut kelapa + tanah, S2 : Serbuk sabut
kelapa

Gambar 9 Pertambahan tinggi pada tanaman sengon

Tinggi tanaman (cm)

11
60
50
40
30
20
10
0
1

2

3
4
5
6
7
8
9
Waktu Pengamatan (5 hari ke)
M0 M1 M2
M0 : Tanah, M1 : Serbuk sabut kelapa + tanah, M2 : Serbuk
sabut kelapa

Gambar 10 Pertambahan tinggi pada tanaman mahoni
Untuk jumlah daun, hasil uji F pada taraf kesalahan 5% menunjukkan
bahwa faktor perlakuan media tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun
pada sengon dan mahoni. Analisis lanjut menggunakan uji Tukey juga
menunjukkan bahwa faktor perlakuan media tidak berbeda nyata antara perlakuan
S0, S1, dan S2 maupun M0, M1, dan M2 (Lampiran 6). Histogram pada Gambar
11 dan Gambar 12, menunjukkan jumlah daun gugur paling tinggi adalah pada
sengon dan paling rendah pada mahoni.

Jumlah daun

5
4
3
2
1
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

Waktu pengamatan (5 hari ke)
S0 S1 S2
S0 : Tanah, S1 : Serbuk sabut kelapa + tanah, S2 : Serbuk sabut
kelapa

Gambar 11 Jumlah daun pada tanaman sengon

Jumlah daun

12
16
14
12
10
8
6
4
2
0
1

2

3
4
5
6
7
8
9
Waktu Pengamatan (5 hari ke)
M0 M1 M2
M0 : Tanah, M1 : Serbuk sabut kelapa + tanah, M2 : Serbuk
sabut kelapa

Gambar 12 Jumlah daun pada tanaman mahoni

Kadar Air Media

Kadar Air (%)

Kadar air merupakan salah satu sifat fisik dari bahan yang menunjukkan
banyaknya air yang terkandung di dalam bahan. Kemampuan partikel suatu media
untuk menahan dan menyerap air, menentukan kadar air dalam media. Persentase
kadar air media serbuk sabut kelapa pada kondisi pasar dan kapasitas lapang
masing-masing sebesar 119% dan 695%. Pada penelitian ini dilakukan pula
pengujian kadar air media serbuk sabut kelapa dengan cara penjemuran, dengan
waktu penjemuran selama 5, 10, dan 15 hari seperti yang terlihat pada Gambar 13.
Persentase kadar air media serbuk sabut kelapa dengan lama waktu
penjemuran 5, 10, dan 15 hari masing-masing sebesar 27,1%, 19,3%, dan 0,11%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin lama waktu penjemuran, kadar air
media serbuk sabut kelapa semakin rendah.
800
700
600
500
400
300
200
100
0

695

119
0
Oven

0,11

19,30

27,08

15 h jemur 10 h jemur 5 h jemur

pasar

Gambar 13 Kadar air media tanam serbuk sabut kelapa

kap lap

13
Bobot Isi (Bulk Density) Media

Bobot Isi Kering dan Basah
(g/cm3)

Bobot isi kering (dry bulk density) merupakan perbandingan berat kering
oven media terhadap volumenya. Menurut Hardjowigeno (1992) dalam Tyas
(2000), nilai bobot isi yang semakin besar menunjukkan media tersebut semakin
padat dan sulit meneruskan air atau ditembus oleh akar tanaman.
Hasil analisi bobot isi media serbuk sabut kelapa menujukkan hasil yang
berbeda-beda seperti yang terlihat pada Gambar 14. Bobot isi kering media serbuk
sabut kelapa sebesar 0,08 g/cm3, sedangkan bobot isi basah media serbuk sabut
kelapa pada kondisi pasar dan kapasitas lapang masing-masing sebesar 0,17 g/cm3
dan 0,62 g/cm3. Adapun bobot isi basah media serbuk sabut kelapa berdasarkan
lama waktu penjemuran selama 5, 10, dan 15 hari masing-masing sebesar 0,10
g/cm3, 0,09 g/cm3, dan 0,08 g/cm3.
0,70

0,623

0,60
0,50
0,40
0,30
0,172

0,20
0,10

0,08

0,078

0,093

0,100

DBD

15 h
jemur

10 h
jemur

5 h jemur

0,00
pasar

kap lap

Gambar 14 Bobot isi media tanam serbuk sabut kelapa

Kapasitas Simpan Air (Water Holding Capacity ) Media
Kapasitas simpan air air didefinisikan sebagai kemampuan suatu bahan
untuk menyerap dan menyimpan air pada kondisi kapasitas lapang. Nilai kapasitas
simpan air suatu media tanam ditunjukkan oleh kadar air media tanam tersebut.
Air yang diberikan pada media tanam akan ditahan dalam pori-pori media tanam,
sehingga berapa besar air yang dapat ditahan media tanam tergantung pada
distribusi ukuran pori media tanam. Kapasitas simpan air suatu media dipengaruhi
pula oleh bobot isi media tersebut.
Hasil uji F pada taraf kesalahan 5%, menunjukkan bahwa faktor perlakuan
media berpengaruh nyata terhadap kapasitas simpan air media. Analisis lanjut
menggunakan uji Tukey menunjukkan bahwa faktor perlakuan media tidak
berbeda nyata antara perlakuan P0 dan P1, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan
P2 (Lampiran 7).
Histogram pada Gambar 15, menunjukkan nilai rataan persen KSA secara
berurutan pada media P0, P1, dan P2 adalah 154,1%, 201%, dan 695,4%. Nilai
rataan persen KSA paling tinggi ditunjukkan oleh P2 yaitu 695,4% dan persen

14

WHC (% Berat Kering Oven)

KSA paling rendah yaitu P0 154,1%. Hal ini menunjukkan P0 memiliki
ketersediaan air yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan P2. Hal tersebut
menyebabkan tanaman sengon dan mahoni dengan perlakuan P0 lebih cepat
mengalami kekeringan.
800

695,45

700
600
500
400
300
200

154,07

201,05

100
0
P0
P1
P2
P0 : Tanah, P1 : Serbuk sabut kelapa + tanah, P2 : Serbuk
sabut kelapa

Gambar 15 Kapasitas simpan air (KSA) media
Keuntungan menggunakan media serbuk sabut kelapa adalah memiliki daya
simpan air yang tinggi dan bobot isi yang ringan serta padat. Media tanam yang
dipasarkan dalam keadaan kering dan padat akan lebih efisien, karena bobotnya
lebih ringan dan tidak voluminous. Selain efisien, media tanam dengan bobot yang
ringan dan padat akan mempermudah pada saat transportasi dan pendistribusian
bibit tanaman ke lapangan. Hasil uji pemadatan media tanam serbuk sabut kelapa
menjadi bricket serbuk sabut kelapa, diperoleh bobot isi kering media sebesar 0,18
g/cm3 pada kadar air 0,11% dan bobot isi basah sebesar 0,177 g/cm3. Pemadatan
adalah proses di mana udara pada pori-pori media dikeluarkan dengan suatu cara
mekanis (digilas/ditumbuk). Tujuan pemadatan adalah agar butir-butir media rapat
dan volume berkurang. Semakin ringan dan padat media tumbuh, maka semakin
mudah dan murah pengangkutannya.

15

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1.

2.

3.

4.

5.

6.

Media serbuk sabut kelapa memiliki daya simpan air yang tinggi
dibandingkan media tanah dan media campuran serbuk sabut kelapa + tanah.
Serbuk sabut kelapa memiliki kadar air dan daya simpan air yang tinggi, yaitu
masing-masing 119% dan 695,4%.
Tanaman sengon dan mahoni dengan perlakuan serbuk sabut kelapa lebih
lama mengalami kekeringan (dry spell). Sengon mengalami kekeringan pada
hari ke-25 dan mahoni pada hari ke-55.
Media serbuk sabut kelapa lebih cocok digunakan untuk kegiatan rehabilitasi
lahan kritis di daerah beriklim kering dengan hari kering berturutan (dry
spell) kurang dari 55 hari. Untuk memperbesar daya simpan air sehingga
tahan kekeringan (dry spell) lebih dari 55 hari diperlukan tambahan jumlah
serbuk sabut kelapa lebih dari 0,5 kg per lubang tanam.
Bobot isi kering media tanam serbuk sabut kelapa lebih rendah dibandingkan
dua media lainnya, sehingga akan mempermudah pada saat transportasi dan
pendistribusian ke lapangan. Semakin rendah bobot isi media tanam, maka
semakin ringan dan praktis untuk dipindahkan. Di pasaran bobot isi kering
serbuk sabut kelapa yaitu 0,08 g/cm3 dan bobot isi basah 0,17 g/cm3.
Dengan melakukan penjemuran 15 hari, bobot isi kering serbuk sabut kelapa
0,10 g/cm3 atau bobot isi basah 0,105 g/cm3. Hal ini akan mempermudah
transportasi.
Dengan menambah serbuk sabut kelapa sekitar 0,5 kg per tanaman pada
waktu tanam, diperlukan tambahan biaya sekitar Rp.1.136/tanaman.

Saran
Penelitian selanjutnya disarankan untuk dilakukan pembuatan bricket serbuk
sabut kelapa.

16

DAFTAR PUSTAKA
Adiyati, NM. 1999. Kajian Komposisi dan Finansial pada Pemanfaatan Serbuk
Sabut Kelapa sebagai Media Tanam Lempengan [skripsi]. Bogor: Program
Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Febriansyah, Akhir. 2012. Pengaruh Cekaman Kekeringan dan Penambahan
Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas
beberapa Rumput Tropika (Chloris gayana, Paspalum dilatatum, dan
Paspalum notatum) [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Melati. 2010. Induksi Pembungaan dan Biologi Bunga pada Tanaman Jahe Putih
Besar (Zingiber officinale Rose) [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Setiadi, Anton. 2001. Kajian Teknologi dan Finansial Proses Pengolahan Sabut
Kelapa di Mitra PT Sukaraja Putra Sejati, Jawa Barat [skripsi]. Bogor:
Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Tyas, SIS. 2000. Netralisasi Limbah Serbuk Sabut Kelapa (Cocopeat) sebagai
Media Tanam [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

17
Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap kelayuan pada sengon dan mahoni
Perlakuan
S0
S1
S2
M0
M1
M2
a

Kelayuan Tanaman
4,67c
11,67b
21,33a
7,67c
17,67b
39,67a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang Tukey).

18
Lampiran 2 Pengaruh perlakuan terhadap kekeringan pada sengon dan mahoni
Perlakuan
S0
S1
S2
M0
M1
M2
a

Kekeringan Tanaman
11,67b
13,67b
23,67a
13,0c
18,67b
53,0a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang Tukey).

19
Lampiran 3 Kondisi kelayuan pada tanaman sengon dan mahoni

(a)

(d)

(b)

(e)

(c)

(f)

Keterangan : Sengon dengan perlakuan P0 (a), perlakuan P1 (b), dan perlakuan P2
(c), dan mahoni dengan perlakuan P0 (d), perlakuan P1 (e), dan
perlakuan P2 (f).

20
Lampiran 4 Kondisi kekeringan pada tanaman sengon dan mahoni

(a)

(d)

(b)

(e)

(c)

(f)

Keterangan : Sengon dengan perlakuan P0 (a), perlakuan P1 (b), dan perlakuan P2
(c), dan mahoni dengan perlakuan P0 (d), perlakuan P1 (e), dan
perlakuan P2 (f).

21
Lampiran 5 Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman sengon dan mahoni
Perlakuan
S0
S1
S2
M0
M1
M2
a

Tinggi Tanaman (cm)
59,24b
75,15a
59,27b
52,33a
39,84a
46,41a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang Tukey).

22
Lampiran 6 Pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun sengon dan mahoni
Perlakuan
S0
S1
S2
M0
M1
M2
a

Jumlah Daun
3,14a
2,60a
3,69a
11,03a
10,88a
12,41a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang Tukey).

23
Lampiran 7 Pengaruh perlakuan terhadap kapasitas simpan air media
Perlakuan
P0
P1
P2
a

Kapasitas Simpan Air (%)
154,0b
201,9b
708,2a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang Tukey).

24

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Merauke, Papua pada tanggal 10 April 1990 dari ayah
Saparuddin dan ibu Hj. Halipa. Penulis adalah putri ketiga dari tiga bersaudara.
Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Merauke dan pada tahun yang sama
penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur BUD
(Beasiswa Utusan Daerah) dan diterima di Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, pada tahun 2011 penulis pernah menjadi
panitia Pondasi 2011. Bulan Juni-Agustus 2012 penulis melaksanakan Praktik
Lapangan di PT Wedu Merauke, Papua dengan judul Sistem Pengolahan dan
Distribusi Air Baku di PT Wedu Merauke, Papua.