Isolasi dan Identifikasi Fungi Endofit pada Jaringan Muda Tanaman Gaharu (Aquilaria malaccencis Lamk.)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI ENDOFIT PADA JARINGAN MUDA TANAMAN GAHARU (Aquilaria malaccencis Lamk.)
SKRIPSI
Oleh : RETNO RATIH WAHYUNINGTIAS
081202040 BUDIDAYA HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
Universitas Sumatera Utara

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI ENDOFIT PADA JARINGAN MUDA TANAMAN GAHARU (Aquilaria malaccencis Lamk.)
SKRIPSI
Oleh: RETNO RATIH WAHYUNINGTIAS
081202040 BUDIDAYA HUTAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian
Nama NIM Program Studi


: Isolasi dan Identifikasi Fungi Endofit pada Jaringan Muda Tanaman Gaharu (Aquilaria malaccencis Lamk.)
: Retno Ratih Wahyuningtias : 081202040 : Budidaya Hutan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Nelly Anna S.Hut, M.Si Ketua

Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, M. S Anggota

Mengetahui,

Siti Latifah, S. Hut, M.Si, Ph.D Ketua Program Studi Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
RETNO RATIH WAHYUNINGTIAS. Isolation and Identifying of Endophytic Fungi from Plant Tissues of Agarwood (Aquilaria malaccencis Lamk.). Under guidance of NELLY ANNA and EDY BATARA MULYA SIREGAR.
Endophytic fungi represent a group of fungi which can live in plant tissues with the have symbiosis of mutualism with their host. Research about endophytic fungi of agarwood have never been done previously in Indonesia. Intention of this research is to isolation, identifying, and comparing fungi endofit which live in plant tissues of agarwood ( A. malaccensis Lamk.). Sample which is to used is leaves, small branch, and root which is taken away from Desa Penungkiran Dusun II Durin Jangah Pancur Batu. Isolation and identifying has been done in Laboratorium Bioteknologi Hutan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, which is conducted from October – December 2012.
The result of this research showed that there are six isolat of endophytic fungi from root, that is Cladosporium sp1., Aspergillus sp1., Cladosporium sp3., Aspergillus sp2., Aspergillus sp3., dan Aspergillus sp4.; four isolat from leaves, that is Fusarium sp., Acremonium sp., Cladosporium sp4., dan Aspergillus sp5.; and one isolat from small branch, that is Cladosporium sp2. Marga Cladosporium has found in each plant tissues of agarwood which is isolated and Acremonium used to induce the agarwood is only found in just isolate leaf. Keywords: Endophytic fungi, Sandalwood, Isolation, Identifying
Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
RETNO RATIH WAHYUNINGTIAS. Isolasi dan Identifikasi Fungi Endofit pada Jaringan Muda Tanaman Gaharu (Aquilaria malaccencis Lamk.). Di bawah bimbingan NELLY ANNA dan EDY BATARA MULYA SIREGAR.
Fungi endofit merupakan sekelompok fungi yang dapat hidup di dalam jaringan tanaman dengan bersimbiosis mutualisme dengan tanaman inangnya. Penelitian tentang fungi endofit pada gaharu belum pernah dilakukan sebelumnya di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi, mengidentifikasi, dan membandingkan fungi endofit yang hidup pada jaringan muda tanaman gaharu (A. malaccensis Lamk.). Sampel yang digunakan adalah daun, ranting muda dan akar yang diambil dari Desa Penungkiran Dusun II Durin Jangah Pancur Batu. Isolasi dan identifikasi dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Hutan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, yang dilaksanakan pada bulan Oktober – Desember 2012.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukannya enam isolat fungi endofit pada akar, yaitu Cladosporium sp1., Aspergillus sp1., Cladosporium sp3., Aspergillus sp2., Aspergillus sp3., dan Aspergillus sp4.; empat isolat pada daun, yaitu Fusarium sp., Acremonium sp., Cladosporium sp4., dan Aspergillus sp5.; dan satu isolat pada ranting muda, yaitu Cladosporium sp2. Genus Cladosporium ditemukan pada setiap jaringan muda A. malaccensis Lamk. yang diisolasi dan Acremonium yang digunakan untuk menginduksi gaharu hanya ditemukan pada isolat daun saja.
Kata kunci: Fungi endofit, Gaharu, Isolasi, Identifikasi
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Retno Ratih Wahyuningtias. Dilahirkan di Medan pada tanggal 19 Juni 1989, anak pertama dari pasangan Sugiwahono dan M. Ningrum.
Pada tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidikan di SD Al-Washliyah Medan, pada tahun 2004 menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 16 Medan dan pada tahun 2007 menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 12 Medan. Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Program Studi Kehutanan, minat Budidaya Hutan melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Syiva (HIMAS) USU sebagai anggota, penulis juga mengikuti Organisasi Badan Kenaziran Musholah (BKM) sebagai anggota seksi publikasi dan dokumentasi. Penulis pernah menjadi asisten Praktikum Bioteknologi Hutan pada tahun 2012. Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PEH) di Hutan Dataran Tinggi Gunung Sinabung dan Taman Wisata Alam (TWA) Deleng Lancuk pada Juli 2010. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di KPH Banyumas Barat dari tanggal 1 Februari sampai 1 Maret 2012.
Penulis melaksanakan penelitian pada bulan Oktober–Desember 2012 di Laboratorium Bioteknologi Hutan dengan judul ”Isolasi dan Identifikasi Fungi Endofit pada Jaringan Muda Tanaman Gaharu (Aquilaria malaccencis Lamk.)” di bawah bimbingan Nelly Anna, S. Hut, M. Si dan Dr. Ir. Edy Batara Mulya S, MS.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Isolasi dan Identifikasi Fungi Endofit pada Jaringan Muda Tanaman Gaharu (Aquilaria malaccencis Lamk.)”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi jenis-jenis fungi endofit yang hidup pada jaringan muda tanaman gaharu (A. malaccensis Lamk.) serta membandingkan fungi-fungi tersebut. Skripsi ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat menyelesaikan perkuliahan pada Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Dengan segenap keikhlasan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Kedua orangtua tercinta, Ayahanda Sugiwahono dan Ibunda M. Ningrum
yang telah membesarkan penulis dengan segenap cinta kasih, pengertian, pengorbanan serta do’a yang tiada terputus kepada penulis. Serta kepada adik-adik tersayang (Ridho A. Kusuma, Rahma P. Kusuma, Raghilya P. Kusuma dan Nila A. Nabila) atas dukungan moril kepada penulis. 2. Ibu Nelly Anna, S. Hut, M. Si dan Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya S, MS selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, waktu, perhatian dan saran dalam penyelesaian penelitian dan penyempurnaan skripsi ini. 3. Sahabat-sahabatku Eka Sri Mulyani, Lisdayani, Sri Wulandari, Deane P. Besty, Itonamy Boru Tonga , Hasbi Nurainun, yang telah banyak membantu dan memberi dukungan moril kepada penulis.

Universitas Sumatera Utara

4. Teman-teman senasib seperjuangan di Laboratorium Bioteknologi Hutan Mega B. Sianturi, Melva Gultom, Romasli Nadeak, Juliance Munthe, Wahman Saragih dan Vera Wati Manullang, atas semua semangant dan canda tawanya selama pelaksanaan penelitian.
5. Rekan-rekan stambuk 2008, terkhusus Budidaya Hutan 2008, atas kebersamaannya selama mengikuti kegiatan perkuliahan dan praktikum yang menyenangkan.
6. Seluruh pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari segi materi maupun tehnik penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini berguna bagi kita semua, sebagai dasar penelitian selanjutnya dan menyumbangkan ilmu pengetahuan bagi kemajuan dunia pendidikan khususnya dalam bidang kehutanan.
Medan, Januari 2013
Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ....................................................................................................... i ABSTRAK ......................................................................................................... ii RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... iii KATA PENGANTAR....................................................................................... iv DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
PENDAHULUAN Latar Belakang .......................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
TIJAUAN PUSTAKA Fungi Endofit ............................................................................................. 4 Beberapa Jenis Fungi Endofit .................................................................... 6 Interaksi Fungi Endofit dengan Tanaman.................................................. 8 Medium ...................................................................................................... 11 Karakteristik Gaharu.................................................................................. 13
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 15 Bahan dan Alat Penelitian ......................................................................... 15 Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 15 Pengambilan Sampel ............................................................................ 15 Pembuatan Media PDA ........................................................................ 16 Isolasi, Pemurnian dan Identifikasi Fungi Endofit ............................... 13 Dokumentasi......................................................................................... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi Fungi Endofit.................................................................................. 18 Identifikasi Fungi Endofit .......................................................................... 22 Perbandingan Fungi Endofit dan Interaksinya dengan Tanaman .............. 25
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ............................................................................................... 28 Saran .......................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 29
LAMPIRAN....................................................................................................... 31

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
No. Halaman 1. Koloni Aspergillus sp5. setelah berumur 3 hari pada
media PDA (A) dan bentuk mikroskopik (B), konidia (a), konidiofor (b), spora (c) ........................................................ 18 2. Kolo ni Aspergillus sp2. setelah berumur 5 hari pada media PDA (A) dan bentuk mikroskopik (B), konidia (a), konidiofor (b), spora (c) ........................................................................... 19 3. Koloni Cladosporium sp2. setelah berumur 5 hari pada media PDA (A) dan bentuk mikroskopik (B), spora (a), konidiofor (b) ........................................................................................... 20 4. Koloni Fusarium sp. setelah berumur 7 hari pada media PDA (A) dan bentuk mikroskopik (B), konidiofor (a), makrokinidia (b) .............................................................. 20 5. Koloni Acremonium sp. setelah berumur 7 hari pada media PDA dan bentuk mikroskopik (B), konidiofor (a), spora (b) ........................................................................... 21
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
No. Halaman 1. Hasil identifikasi makroskopis dan mikroskopis isolat
fungi endofit dari jaringan daun, ranting muda dan akar dari tanaman A. Malaccensis Lamk. ........................................................ 23 2. Kecepatan pertumbuhan dari isolasi fungi endofit pada jaringan daun, ranting muda, dan akar. .................................................... 24
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
RETNO RATIH WAHYUNINGTIAS. Isolation and Identifying of Endophytic Fungi from Plant Tissues of Agarwood (Aquilaria malaccencis Lamk.). Under guidance of NELLY ANNA and EDY BATARA MULYA SIREGAR.
Endophytic fungi represent a group of fungi which can live in plant tissues with the have symbiosis of mutualism with their host. Research about endophytic fungi of agarwood have never been done previously in Indonesia. Intention of this research is to isolation, identifying, and comparing fungi endofit which live in plant tissues of agarwood ( A. malaccensis Lamk.). Sample which is to used is leaves, small branch, and root which is taken away from Desa Penungkiran Dusun II Durin Jangah Pancur Batu. Isolation and identifying has been done in Laboratorium Bioteknologi Hutan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, which is conducted from October – December 2012.
The result of this research showed that there are six isolat of endophytic fungi from root, that is Cladosporium sp1., Aspergillus sp1., Cladosporium sp3., Aspergillus sp2., Aspergillus sp3., dan Aspergillus sp4.; four isolat from leaves, that is Fusarium sp., Acremonium sp., Cladosporium sp4., dan Aspergillus sp5.; and one isolat from small branch, that is Cladosporium sp2. Marga Cladosporium has found in each plant tissues of agarwood which is isolated and Acremonium used to induce the agarwood is only found in just isolate leaf. Keywords: Endophytic fungi, Sandalwood, Isolation, Identifying
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
RETNO RATIH WAHYUNINGTIAS. Isolasi dan Identifikasi Fungi Endofit pada Jaringan Muda Tanaman Gaharu (Aquilaria malaccencis Lamk.). Di bawah bimbingan NELLY ANNA dan EDY BATARA MULYA SIREGAR.

Fungi endofit merupakan sekelompok fungi yang dapat hidup di dalam jaringan tanaman dengan bersimbiosis mutualisme dengan tanaman inangnya. Penelitian tentang fungi endofit pada gaharu belum pernah dilakukan sebelumnya di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi, mengidentifikasi, dan membandingkan fungi endofit yang hidup pada jaringan muda tanaman gaharu (A. malaccensis Lamk.). Sampel yang digunakan adalah daun, ranting muda dan akar yang diambil dari Desa Penungkiran Dusun II Durin Jangah Pancur Batu. Isolasi dan identifikasi dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Hutan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, yang dilaksanakan pada bulan Oktober – Desember 2012.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukannya enam isolat fungi endofit pada akar, yaitu Cladosporium sp1., Aspergillus sp1., Cladosporium sp3., Aspergillus sp2., Aspergillus sp3., dan Aspergillus sp4.; empat isolat pada daun, yaitu Fusarium sp., Acremonium sp., Cladosporium sp4., dan Aspergillus sp5.; dan satu isolat pada ranting muda, yaitu Cladosporium sp2. Genus Cladosporium ditemukan pada setiap jaringan muda A. malaccensis Lamk. yang diisolasi dan Acremonium yang digunakan untuk menginduksi gaharu hanya ditemukan pada isolat daun saja.
Kata kunci: Fungi endofit, Gaharu, Isolasi, Identifikasi
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Fungi endofit merupakan sekelompok fungi yang sebagian atau seluruh
hidupnya berada dalam jaringan tumbuhan hidup dan biasanya tidak merugikan inangnya. Fungi-fungi endofit umumnya memproduksi metabolit sekunder yang memiliki aktivitas biologis yang bermanfaat seperti misalnya senyawa-senyawa anti kanker, anti virus atau anti bakteri (Noverita et al., 2009).
Hubungan antara fungi endofit dan tumbuhan inangnya merupakan suatu bentuk hubungan simbiosis mutualisme, yaitu sebuah bentuk hubungan yang saling menguntungkan. Fungi endofit dapat memperoleh nutrisi untuk melengkapi siklus hidupnya dari tumbuhan inangnya, sebaliknya tumbuhan inang memperoleh proteksi terhadap patogen tumbuhan dari senyawa yang dihasilkan fungi endofit. Mikroorganisme tersebut memiliki peranan penting di dalam jaringan tanaman inang yang memperlihatkan interaksi mutualistik, yaitu interaksi positif dengan tanaman inangnya dan interaksi negatif terhadap hama serangga dan penyakit tanaman (Prihatiningtias, 2006).
Dreyfuss dan Chapela (1994) memperkirakan sedikitnya ada satu juta fungi endofit. Fungi endofit mampu melindungi tanaman inangnya melawan serangan hama serangga, patogen dan pemakan tumbuhan. Sampai saat ini, hanya sedikit tanaman yang telah diteliti memiliki fungi endofit dan potensinya untuk menghasilkan senyawa bioaktif yaitu metabolisme sekunder. Fungi endofit yang tinggal di dalam tumbuhan inang biasanya hidup dengan aman, tetapi fungi endofit ini juga bertindak sebagai patogen fakultatif pada kondisi tertentu. Salah
Universitas Sumatera Utara

satu peran penting dari fungi endofit adalah mendaur ulang gizi sebagai bahan penting bagi kelangsungan hidup tanaman inang apabila tanaman inang akan mulai mati atau sekarat (Strobel, 2002).
Baru-baru ini, fungi endofit telah dikenali sebagai sumber penghasil senyawa metabolit sekunder aktif yang bermanfaat dalam bidang kedokteran, yaitu sebagai anti kanker, anti mikrobial dan aktivitas lain, dan juga sebagai sumber potensi utama dalam dunia industri dan agrokimia dalam menghasilkan produk baru. Pemilihan tanaman inang adalah faktor penting untuk produksi dari fungi endofit dan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan. De Souza et al. (2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terpenoid dihasilkan dari fungi endofit yang diisolasi dari tanaman inang dan dari aktivitas biologinya.
Nimnoi et al. (2010) menjelaskan bahwa endofit dapat tumbuh baik di daerah sekitar perakaran tanaman pada tanaman A. crassna Pierre, hal ini disebabkan karena fungi ini dapat dengan mudah menginduksi tanaman inang melalui perakaran tanaman. Pada proses isolasinya diketahui bahwa mikroorganisme ini tumbuh dengan baik pada media agar. Walaupun penelitian tentang fungi endofit pada tanaman penghasil gaharu sudah pernah dilakukan sebelumnya di Thailand, tetapi untuk di Indonesia sendiri penelitian sejenis belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal tersebut melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian mengenai keberadaan fungi endofit pada tanaman penghasil gaharu.
Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian ini bertujuan, yaitu:
1. Mengisolasi dan mengidentifikasi jenis-jenis fungi endofit yang hidup pada jaringan muda tanaman gaharu (A. malaccensis Lamk.).
2. Membandingkan fungi endofit yang hidup pada jaringan muda tanaman gaharu (A. malaccensis Lamk.).

Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai
keberadaaan fungi endofit pada tanaman gaharu (A. malaccensis Lamk.).
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Fungi Endofit Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel
tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, bereproduksi seksual dan aseksual. Dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara mendapatkan makanannya berbeda dari organisme eukariotik lainnya, yaitu melalui absorbsi. Sebagian besar tubuh fungi terdiri atas benang-benang yang disebut hifa, yang saling berhubungan menjalin semacam jala, yaitu miselium. Miselium dapat dibedakan atas miselium vegetatif yang berfungsi menyerap nutrien dari lingkungan, dan miselium fertil yang berfungsi dalam reproduksi (Gandjar et al., 1999).
Fungi endofit merupakan mikroorganisme yang hidup dalam jaringan tanaman dan mampu hidup dengan membentuk koloni dalam jaringan tanaman tanpa membahayakan tanaman inangnya. Setiap tanaman tingkat tinggi dapat mengandung beberapa mikroba, salah satunya fungi endofit yang mampu menghasilkan senyawa bioaktif atau metabolit sekunder sebagai akibat transfer genetik dari tanaman inangnya ke dalam fungi endofit (Tan dan Zou, 2001).
Fungi endofit yang dihasilkan dari tumbuhan inang dapat menghasilkan jenis isolat yang berbeda-beda dan bervariasi. Hal ini merupakan mekanisme adaptasi dari endofit terhadap mikroekologi dan kondisi fisiologis yang spesifik dari tumbuhan inang. Bahkan dari satu jaringan hidup suatu tumbuhan dapat diisolasi lebih dari satu jenis fungi endofit (Noverita et al., 2009). Dari berbagai macam eksplan yang ditanam dalam media PDA, fungi endofit hanya tumbuh dari eksplan daun, batang, dan akar. Endofit biasanya bertempat pada bagian tanaman
Universitas Sumatera Utara

yang berada di atas tanah, seperti daun, batang, kulit batang, tangkai daun, dan alat reproduktif (Purwanto, 2011). Hal ini berhubungan dengan banyaknya paparan sinar matahari yang diterima bagian tersebut (Faeth dan Fagan, 2002). Beberapa fungi endofit hanya membentuk koloni di salah satu bagian dalam jaringan tanaman, sehingga tidak semua jaringan tanaman yang ditanam secara acak terjadi pertumbuhan fungi endofit (Johnston et al., 2006).
Asosiasi fungi endofit dengan tumbuhan inangnya, digolongkan dalam dua kelompok, yaitu mutualisme konstitutif dan induktif. Mutualisme konstitutif merupakan asosiasi yang erat antara fungi dengan tumbuhan terutama rumputrumputan. Pada kelompok ini fungi endofit menginfeksi ovula (benih) inang, dan penyebarannya melalui benih serta organ penyerbukan inang. Mutualisme induktif adalah asosiasi antara fungi dengan tumbuhan inang, yang penyebarannya terjadi secara bebas melalui air dan udara. Jenis ini hanya menginfeksi bagian vegetatif inang dan seringkali berada dalam keadaan metabolisme inaktif pada periode yang cukup lama (Haniah, 2008).
Bukti yang menunjukkan bahwa endofit mempunyai peran dalam hasil interaksi antara tanaman dan patogen menunjukan peningkatan pada beberapa tahun terakhir. Mekanisme berbeda yang digunakan untuk menetralkan pengembangan patogen telah diamati. Sebagai contoh, beberapa jenis endofit dapat mempengaruhi mekanisme pertahanan tumbuhan yang menetralkan serangan patogen, yang lain menghasilkan antibiotik yang menghalangi pertumbuhan patogen, persaingan untuk ruang tanaman dan sumber daya juga terjadi antara endofit dan patogen yang datang; akhirnya, beberapa parasit dari patogen tanaman bertindak sebagai endofit. Sebagai contoh, kebanyakan jaringan
Universitas Sumatera Utara

tersedia untuk infeksi mungkin telah diduduki, atau endofit mungkin memproduksi zona yang membatasi masuknya fungi lain. Infeksi endofit dapat mengubah biokimia tanaman dengan cara mempengaruhi mekanisme pertahanan terhadap patogen (Zabalgogeazcoa, 2008).
Beberapa Jenis Fungi Endofit Aspergillus umum ditemukan di tanah, beberapa juga terdapat diisolasi
dari rizosfir tanaman. Secara mikroskopis Aspergillus mudah dikenali karena memiliki konidiofor yang tegak, tidak bersepta, tidak bercabang dan ujung konidiofor membengkak membentuk vesikel. Aspergillus yang diisolasi, secara visual koloninya tampak memiliki lapisan basal berwarna putih hingga kuning dengan lapisan konidiofor yang lebat berwarna coklat tua hingga hitam. Tangkai konidiofor (stipe) tidak berornamentasi/berdinding halus dan berwarna transparan (hialin). Kepala konidia berwarna hitam dan berbentuk bulat. Konidia berbentuk bulat hingga semi bulat, berwarna coklat tua. Konidia terbentuk dari fialid yang menumpang pada metula (tipe biseriate) dan membentuk formasi sikat melingkar (radiate collumnar) (Ilyas, 2006).
Penicillium secara mikroskopis memiliki bentuk konidiofor yang khas. Konidiofor muncul tegak dari miselium, sering membentuk sinnemata, dan bercabang mendekati ujungnya. Ujung konidiofor memiliki sekumpulan fialid dengan konidia berbentuk globus atau ovoid, tersusun membentuk rantai basipetal. Secara makroskopis, kapang Fusarium memiliki bentuk miselium seperti kapas. Miseliumnya tumbuh cepat dengan bercak-bercak berwarna merah muda, abuabu, atau kuning. Di bawah mikroskop, konidiofor Fusarium tampak bervariasi, bercabang atau tidak bercabang. Beberapa jenis Fusarium memiliki dua bentuk

Universitas Sumatera Utara

dasar konidia yaitu mikrokonidia dan makrokonidia, konidia berwarna transparan, dan bersepta. Secara mikroskopis marga tersebut dapat dikenali dari bentuk sporanya (makrokonidia) yang melengkung seperti bulan sabit dan memiliki sel kaki (pedicellate) yang jelas (Ilyas, 2006).
Cunninghamella diperoleh dari rizosfir akar jagung, kacang tanah, tebu, dan wortel. Secara makroskopis Cunninghamella memiliki miselium berwarna putih, tumbuh cepat dalam kultur. Secara mikroskopis hifa Cunninghamella tidak bersekat, konidiofor sederhana atau bercabang, ujung konidiofor menghasilkan kepala konidia (sporangia) yang khas. Konidia berwarna bening, tersusun atas 1 sel, berbentuk globus (Gambar 1C). Kapang tersebut bersifat saprofit dan merupakan kapang tanah yang umum (Barnett dan Hunter, 1998).
Trichoderma yaitu pada akar jagung dan tebu. Kapang Trichoderma mudah dikenali secara visual dari pertumbuhan koloninya yang sangat cepat dengan bantalan konidianya yang berwarna kehijauan. Kapang tersebut bersifat saprofitik di tanah dan kayu yang membusuk, namun beberapa jenis bersifat parasit pada kapang jamur lain (Barnett dan Hunter, 1998). Trichoderma yang diisolasi memiliki miselia transparan, kemudian menjadi putih kehijauan, dan selanjutnya berwarna hijau tua terutama pada bagian yang banyak konidianya. Sebalik koloni tidak berwarna/transparan. Konidiofor bercabang membentuk formasi piramida. Konidia transparan, berbentuk semibulat hingga oval, dan terbentuk pada ujung-ujung fialid (Ilyas, 2006).
Ciri-ciri dari Fusarium sp. memiliki konidia hyaline yang terdiri dari dua jenis yaitu makrokonidia berbentuk sabit, umumnya bersekat tiga, berukuran 30–40 x 4,5–5,5 μm, mikrokonidia bercel-1, berbentuk bulat telur atau lonjong,
Universitas Sumatera Utara

terbentuk secara tunggal atau berangkai-rangkai, membentuk massa yang berwarna putih atau merah jambu (Sunarmi, 2010).
Interaksi Fungi Endofit dengan Tanaman Fungi endofit bersifat simbiosis mutualisme dengan tanaman inangnya.
Manfaat yang diperoleh dari tanaman inang yakni meningkatkan laju pertumbuhan tanaman inang, tahan terhadap serangan hama, penyakit dan kekeringan. Selain itu, fungi endofit dapat membentu proses penyerapan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk proses fotosintesis dan hasil fotosintesis dapat digunakan oleh fungi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hubungan yang erat antara fungi endofit dan tanaman inangnya yakni transfer materi genetik satu dengan lainnya (Hidayahti, 2010).
Hubungan antara fungi endofit dan tumbuhan inang dapat terjadi melalui infeksi yang tidak menimbulkan gejala penyakit sampai hubungan simbiosis mutualisme. Mikroba endofit dalam jaringan tanaman memperoleh nutrisi dan perlindungan dari inang, sebaliknya mikroba endofit membantu kehidupan inang dengan cara memproduksi metabolit yang dibutuhkan inang tersebut. Tanaman yang mengandung endofit sering tumbuh lebih cepat dari tanaman yang tidak terinfeksi. Efek ini terjadi karena endofit memproduksi fitohormon seperti indole3-acetic acid (IAA), sitokinin, dan senyawa pemacu pertumbuhan lain. Selain itu endofit dapat membantu inang dalam mengambil nutrisi seperti nitrogen dan fosfor (Tan dan Zou, 2001).
Mikroba endofit juga mampu meningkatkan kemampuan adaptasi inang terhadap stress lingkungan dan ketahanan terhadap fitopatogen, herbivora, cacing, serangga pemakan inang, serta bakteri dan fungi patogen. Endofit yang tumbuh
Universitas Sumatera Utara

pada rerumputan biasanya menambah toleransi terhadap kekeringan (Faeth dan Fagan, 2002).
Banyak endofit menginfeksi lokal bagian tanaman, yang terbatas pada jaringan kecil tanaman. Hal ini didukung oleh fakta bahwa seringnya beberapa spesies endofit menyembuhkan bagian berbeda dari tanaman yang sama. Dalam kontrasnya, spesies Neotyphodium dan Epichlöe secara sistematis menginfeksi ruang interseluler dari daun, batang reproduktif, dan benih dari tanaman inangnya. Endofit dapat menginfeksi tanaman dengan pertolongan transmisi horizontal, ketika inokulumnya diangkut ke bagian tanaman lain, atau secara vertikal ketika endofit menginfeksi benih dari tanaman yang terinfeksi. Studi membuktikan bahwa hasil dari serangan beberapa patogen mungkin tergantung pada asosiasi endofit dengan inangnya. Oleh karena itu, sekumpulan jenis endofit ditentukan oleh kehadiran organisme dengan aplikasi potensial untuk mengendalikan penyakit pada jenis tanaman yang sama. Oleh karenanya, endofit mungkin memiliki suatu peranan penting dalam adaptasinya tumbuhan kepada kondisi lingkungan tertentu. Sebagai tambahan, mereka menghadirkan suatu kelompok organisme dengan potensi sangat baik yang diaplikasikan untuk meningkatkan dan mengendalikan penyakit tanaman. Beberapa contoh yang sudah (yaitu Neotyphodium dan Epichlöe menyebar di hamparan rumput dan makanan hewan dari beberapa rerumputan), aplikasi lain mungkin akan nampak di masa datang (Zabalgogeazcoa, 2008).
Kemampuan mikroba endofit memproduksi senyawa metabolit sekunder sesuai dengan tanaman inangnya merupakan peluang yang sangat besar dan dapat diandalkan untuk memproduksi metabolit sekunder dari mikroba endofit yang
Universitas Sumatera Utara


diisolasi dari tanaman inangnya tersebut. Sehingga apabila endofit yang diisolasi dari suatu tanaman obat dapat menghasilkan alkaloid atau metabolit sekunder sama dengan tanaman aslinya atau bahkan dalam jumlah yang lebih tinggi, maka kita tidak perlu menebang tanaman aslinya untuk diambil sebagai simplisia, yang kemungkinan besar memerlukan puluhan tahun untuk dapat dipanen. Beberapa diantaranya adalah (Strobel et al, 2002): 1. Mikroba endofit yang menghasilkan antibiotika. Cryptocandin adalah
antifungi yang dihasilkan oleh mikroba endofit Cryptosporiopsis quercina yang berhasil diisolasi dari tanaman obat Tripterigeum wilfordii, dan berhasiat sebagai antijamur yang patogen terhadap manusia yaitu Candida albicans dan Trichopyton spp. 2. Mikroba endofit yang menghasilkan metabolit sebagai antikanker. Paclitaxel dan derivatnya merupakan zat yang berkhasiat sebagai antikanker yang pertama kali ditemukan yang diproduksi oleh mikroba endofit. Paclitaxel merupakan senyawa diterpenoid yang didapatkan dalam tanaman Taxus. Senyawa yang dapat mempengaruhi molekul tubulin dalam proses pembelahan sel-sel kanker ini, umumnya diproduksi oleh endofit Pestalotiopsis microspora, yang diisolasi dari tanaman Taxus andreanae, T. brevifolia, dan T. wallichiana. Saat ini beberapa jenis endofit lainnya telah dapat diisolasi dari berbagai jenis Taxus dan didapatkan berbagai senyawa yang berhasiat sebagai antitumor. Demikian pula upaya untuk sintesisnya telah berhasil dilakukan. 3. Endofit yang memproduksi antioksidan. Pestacin dan isopestacin merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh endofit P. microspora. Endofit ini
Universitas Sumatera Utara

berhasil diisolasi dari tanaman Terminalia morobensis, yang tumbuh di Papua New Guinea. Baik pestacin ataupun isopestacin berhasiat sebagai antioksidan, dimana aktivitas ini diduga karena struktur molekulnya mirip dengan flavonoid.
Medium yang digunakan Secara umum, harus tersedia semua nutrien yang dibutuhkan oleh mikroba
untuk memperoleh energi, pertumbuhan, bahan pembentuk sel dan biosintesis produk. Dalam pemeriksaan laboratorium mikrobiologi penggunaan media sangat penting untuk isolasi, identifikasi maupun diferensiasi. Media merupakan kumpulan zat makanan (nutrisi) yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba dengan syarat-syarat tertentu. 1. Medium umum untuk mengisolasi fungi umumnya menggunakan Potato
Dextrose Agar (PDA), Malt Extract Agar (MEA), Czapek Dox Agar (CDA), Carrot Agar (CA), Oat Meal Agar (OA), Dichloran Rose Bengal Chloramphenicol Agar (DRBC), Taoge Extract 6% Sucrose Agar (TEA). 2. Medium khusus mempunyai komposisi yang khusus sesuai dengan fungi yang akan diisolasi. Ada yang dapat dibuat sendiri ada yang sudah tersedia komersial. (Gandjar et al, 2006).
Beberapa kriteria yang biasa digunakan dalam pengklasifikasian media adalah komposisi kimia, bagian fisika dan kegunaannya. Sebenarnya, setiap media dibuat untuk penggunaan tertentu dan sebab itulah karakteristik kimia dan fisika harus disesuaikan dengan penggunaan dan fungsinya. Berdasarkan kegunaannya, media dikelompokkan dalam beberapa jenis:
Universitas Sumatera Utara

1. Media biasa. Media ini dilengkapi dengan kompleks material-material dasar tanaman atau hewan seperti ekstrak ragi, ekstrak gandum, pepton dan lainnya, dan semuanya berperan dalam perkembangan dan pemeliharaan dari perluasan perkembangan fungi.
2. Media penyubur. Media ini dipersiapkan menggnakan media biasa dengan beberapa bahan khusus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dari beberapa bagian terpilih dari suatu organisme untuk pertumbuhannya.
3. Media terpilih. Media ini memudahkan proses isolasi dari jaringan-jaringan organisme atau spesies dari beberapa inokulum. Seperti media yang berisi material yang menghambat semua pertumbuhan organisme kecuali pertumbuhan dari organisme yang ingin untuk ditumbuhkan.
4. Media diferensial. Bahan tambahan dengan reaksi kimia khusus, media ini membantu dalam proses diferensiasi antara berbagai jenis organisme atas dasar pertahanan yang ditunjukkan pada pola pertumbuhannya. Akan tetapi, media ini sering digunakan pada penelitian bakteriologi.
5. Media uji. Media tipe ini bekerja lebih spesifik untuk pengujian vitamin, asam amino, antibiotik, disinfektan, dan susunan lainnya.
6. Media biokimia. Seperti media yang umum digunakan dalam proses diferensiasi mikroorganisme yang berbasis pada aktivitas biokimianya dan halhal yang membantu dalam proses metabolismenya.
(Bilgrami dan Verma, 1981).
Universitas Sumatera Utara


Karakteristik Tanaman Gaharu

Gaharu (A. malaccensis Lamk.) merupakan salah satu komoditi Hasil

Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang dihasilkan oleh beberapa spesies pohon gaharu.

Proses pembentukan gubal pada gaharu hingga saat ini masih harus diteliti.

Gaharu terbentuk sebagai respon pohon gaharu (Aquilaria spp.) terhadap infeksi

patogen yang mengakibatkan keluarnya resin. Resin yang terbentuk tidak

dikeluarkan dari pohon, melainkan disimpan dalam jaringan kayu, sehingga

jaringan kayu yang putih dan bertekstur halus berubah menjadi gelap dan keras.

Gaharu dibentuk sebagai akibat infeksi cendawan. Acremonium sp. dan Fusarium

sp. adalah cendawan yang sering dipergunakan untuk induksi pembentukan gubal.


Kedua cendawan ini sering diisolasi dari satu gejala gubal (Rahayu et al, 2009).

Taksonomi tanaman gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) adalah :

Kingdom : Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Class

: Dicotyledonae

Sub Class : Dialypetale

Ordo


: Myrtales

Family

: Thymeleaceae

Genus

: Aquilaria

Species

: Aquilaria malaccensis Lamk.

(Tarigan, 2004).

Tinggi tanaman mencapai 40-60 m dan diameter 60 cm. Kulit kayu muda

berwarna cokelat terang dengan rambut-rambut halus, sedangkan kulit kayu yang

Universitas Sumatera Utara

lebih tua dengan warna yang keputih-putihan. Kayu tanpa resin berwarna putih, ringan dan lembut, ketika kayu memiliki resin menjadi lebih keras, berwarna gelap dan berat. Susunan daunnya alternate, berbentuk elips, lebarnya 3-3,5 cm dan panjangnya 6-8 cm dengan 12-18 daun pasang setiap ranting. Susunan bunganya terminal atau axillary. Bunga bersifat hermaprodit, dengan panjang lebih dari 5 mm, harum, dan berwarna hijau kekuningan atau putih kekuningan (Adelina, 2004).
Pohon gaharu dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis pada ketinggian beberapa meter hingga 750 meter di atas permukaan laut. Jenis Aquilaria tumbuh baik pada jenis tanah Ultisol atau Inceptisol, dengan tekstur lempung berpasir, drainase sedang sampai baik, iklim A-B, kelembaban 80%, suhu 220-280C, curah hujan 2000-4000 mm per tahun. Pohon penghasil gaharu tidak baik tumbuh di tanah tergenang, rawa, ketebalan solum tanah kurang dari 50 cm, pasir kwarsa, pH tanah kurang dari 4 (Rauf, 2009).
Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober - Desember 2012.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun, ranting muda dan
akar dari tanaman gaharu (A. malaccensis Lamk.) yang memiliki umur di bawah 2 tahun, media PDA, alkohol 70%, spirtus, clorox, kertas label.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), otoklaf, cawan petri, jarum ose, bunsen, pinset, scalpel, pinset, erlenmeyer, mikroskop, kaca preparat dan cover glass.
Pelaksanaan Penelitian Pengambilan Sampel
Sampel penelitian diperoleh dari Desa Penungkiran Dusun II Durin Jangah Pancur Batu. Bagian tanaman A. malaccensis yang diambil meliputi daun, ranting muda dan akar.
Pembuatan Media PDA Timbang 19,5 gr serbuk media PDA, masukkan ke dalam erlenmeyer 500
mL kemudian tambahkan akuades hingga 500 mL. Tutup erlenmeyer dengan kapas dan aluminium foil. Panaskan di atas kompor sampai serbuk media PDA
Universitas Sumatera Utara

larut. Sterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. Pada saat akan dipakai, panaskan dan cairkan dahulu media PDA padat di atas kompor. Dinginkan dalam suhu kamar hingga suhunya mencapai + 40oC, segera tuang secara aseptis ke dalam cawan petri sebanyak + 10 mL. Biarkan media PDA dalam cawan petri menjadi dingin dan memadat sebelum digunakan.
Isolasi, Pemurnian, dan Identifikasi Fungi Endofit Fungi endofit diisolasi dari akar, ranting muda dan daun tanaman A.
malaccensis. Sterilisasi permukaan pada ketiga eksplan dilakukan dengan menggunakan clorox 2% selama 2 menit sebanyak tiga kali, kemudian dibilas dengan menggunakan aquadest steril sebanyak tiga kali. Setelah dilakukan sterilisasi permukaan, akar, ranting muda dan daun A. malaccensis dipotongpotong sepanjang 1,0 - 1,5 cm. Kemudian diletakkan pada cawan petri yang berisi media Potato Dextrose Agar (PDA) yang telah diberi antibiotik untuk menghindari kontaminasi oleh bakteri
Fungi yang tumbuh, masing-masing dipindahkan ke dalam cawan petri yang berisi media PDA dan diinkubasi pada suhu 250C, kemudian diberi tanda. Fungi endofit yang telah tumbuh pada media isolasi PDA kemudian secara bertahap dimurnikan satu persatu. Masing-masing isolat murni fungi endofit yang diperoleh kemudian dipindahkan ke dalam media PDA dalam cawan Petri. Pemurnian ini bertujuan untuk memisahkan koloni endofit dengan morfologi berbeda untuk dijadikan isolat tersendiri. Pengamatan morfologi dilakukan kembali setelah inkubasi selama 5-7 hari, dan apabila masih ditemukan pertumbuhan koloni yang berbeda secara makroskopik maka harus dipisahkan
Universitas Sumatera Utara

kembali sampai diperoleh isolat murni. Fungi endofit diinkubasi pada suhu kamar selama 3-5 hari sesuai dengan pertumbuhannya.
Pengamatan dilakukan terhadap kecepatan pertumbuhan, warna koloni, konidiofor dan spora yang dihasilkan. Selanjutnya diidentifikasi menggunakan buku identifikasi fungi Gandjar et al (1999). Dokumentasi
Biakan fungi kemudian didokumentasi untuk menunjukkan strukturnya, dokumentasi dilakukan terhadap satu biakan atau lebih untuk membandingkan bentuk dari beberapa jenis fungi tersebut.
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolasi Fungi Endofit Media dan substrat yang digunakan mempengaruhi pertumbuhan fungi
selain pengaruh dari kelembaban dan suhu lingkungan di sekitarnya. Bilgrami dan Verma (1981) menyatakan ada beberapa media yang dikelompokkan berdasarkan kegunaannya, salah satunya adalah media penyubur. Media ini dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dari beberapa bagian terpilih dari suatu mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu, pemilihan media sangat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan fungi endofit ini. Dalam Purwanto (2011) juga dijelaskan bahwa fungi ini hidup di atas tanah, seperti daun, batang, tangkai daun, dan alat reproduksi. Karena endofit berasosiasi secara mutualisme dengan tumbuhan inangnya. Zabalgogeazcoa (2008) menjelaskan bahwa infeksi dari endofit dapat mempengaruhi mekanisme pertahanan tumbuhan yang menetralkan serangan patogen dengan cara mengubah biokimia tanaman. Selain itu juga menghasilkan antibiotik yang menghalangi pertumbuhan patogen.
AB
c a
b
Gambar 1. Koloni Aspergillus sp5. setelah berumur 3 hari pada media PDA (A) dan bentuk mikroskopik (B), konidia (a), konidiofor (b), spora (c)
Universitas Sumatera Utara

Koloni Aspergillus sp5. ini berwarna putih pada media PDA dan berubah menjadi hitam ketika konidia terbentuk. Pada Gambar 1 (A) terlihat bahwa warna koloni sudah mulai menghitam, hal tersebut disebabkan karena konidia sudah terbentuk dengan perincian kepala konidia berbentuk bulat dan berwarna hitam seperti yang terlihat pada Gambar 1 (B). Jenis Aspergillus ini dalam proses pertumbuhannya membutuhkan oksigen yang cukup atau dalam kondisi yang aerobik, hal ini yang menyebabkan Aspergillus dapat tumbuh dengan cepat. Menurut Ilyas (2006) Aspergillus yang diisolasi, secara visual koloninya tampak memiliki lapisan dasar berwarna putih dengan lapisan konidiofor yang lebat berwarna hitam. Aspergillus ini secara mikroskopis juga mudah dikenali karena memiliki konidiofor yang tegak, tidak bersepta, tidak bercabang dan ujung konidiofor membengkak membentuk vesikel.
AB b
a c
Gambar 2. Koloni Aspergillus sp2. setelah berumur 5 hari pada media PDA (A) dan bentuk mikroskopik (B), konidia (a), konidiofor (b), spora (c)
Bila dilihat secara makroskopis, koloni dari Aspergillus sp2. ini memiliki koloni berwarna hijau kebiruan karena lebatnya konidiofor yang panjang-panjang. Pada Gambar 2 (B) terlihat bahwa spesies ini memiliki konidofor yang tegak dan bercabang, spora yang dihasilkan berbentuk bulat. Spesies ini pertumbuhannya
Universitas Sumatera Utara

agak sedikit lambat dari spesies Aspergillus yang lainnya seperti spesies Aspergillus sp5.
AB a
b
Gambar 3. Koloni Cladosporium sp2. setelah berumur 5 hari pada media PDA (A) dan bentuk mikroskopik (B), spora (a), konidiofor (b)
Koloni Cladosporium sp2. seperti yang terlihat pada Gambar 3 (A) ini berwarna hijau tua redup yang memiliki penampakan seperti beludru dan seperti tepung karena banyaknya konidia yang terbentuk. Spora yang dihasilkan seperti yang terlihat pada Gambar 3 (B) berbentuk bulat dan membentuk rantai panjang yang bergerombol. Spesies ini umumnya ditemukan pada tanaman baik yang masih hidup ataupun pada tanaman yang sudah mati. Beberapa spesies ada yang bersifat patogen, beberapa bersifat parasit pada tanaman dan beberapa merupakan kelompok fungi.
AB
a
b
Gambar 4. Koloni Fusarium sp. setelah berumur 7 hari pada media PDA (A) dan bentuk mikroskopik (B), konidiofor (a), mikrokinidia (b)
Universitas Sumatera Utara

Karakteristik dari Fusarium sp. berupa struktur tubuhnya yang memiliki miselium yang bercabang dan bersepta. Makrokonidia di bentuk dari fialin, memiliki struktur tubuh halus serta berbentuk silindris dan terdiri dari 2 atau lebih sel yang memiliki dinding sel tabal. Mikrokonidia umumnya terdiri 1-3 sel, berbentuk bulat atau silinder, tersusun menjadi rantai atau gumpalan. Koloninya berwarna putih seperti yang terlihat pada Gambar 4 (A), dan memiliki konidiofor yang semula tidak bercabang tetapi kemudian bercabang seperti pada Gambar 4 (B).
AB
a b
Gambar 5. Koloni Acremonium sp. setelah berumur 7 hari pada media PDA dan bentuk mikroskopik (B), konidiofor (a), spora (b)
Pada Gambar 5 (A) terlihat bahwa Acremonium sp. ini memiliki warna koloni putih sampai kekuningan, miselium seperti kapas dan tebal di tengah koloni. Konidiofornya seringkali bercabang seperti yang terlihat pada Gambar 5 (B), pertumbuhan koloninya juga lambat. Genus ini dapat diisolasi dari jaringan tanaman dan juga dari tanah, Acremonium sp. juga berperan dalam pembentukan gubal gaharu seperti halnya Fusarium sp. Menurut Rahayu et al (2009) Acremonium sp. dan Fusarium sp. adalah fungi yang berperan dalam induksi pembentukan gubal gaharu, biasanya diisolasi dari salah satu gejala gubal. Jonhston et al (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa beberapa fungi endofit hanya membentuk koloni di salah satu bagian dalam jaringan tanaman,
Universitas Sumatera Utara

sehingga tidak semua jaringan tanaman yang ditanam secara acak terjadi pertumbuhan fungi endofit.
Identifikasi Fungi Endofit Fungi endofit merupakan sekelompok fungi yang dapat hidup di dalam
jaringan tanaman dengan bersimbiosis mutualisme dengan tanaman inangnya. Seperti yang dikatakan oleh Tan dan Zou (2001) bahwa setiap tanaman tingkat tinggi dapat mengandung beberapa mikroba salah satunya adalah fungi endofit yang mampu menghasilkan senyawa metabolit sekunder. Penelitian ini menggunakan beberapa jaringan muda dari tanaman A. malaccensis Lamk., seperti daun, ranting muda, dan akar. Dari penggunaan beberapa sampel tanaman A. malaccensis Lamk. dihasilkan lebih dari satu jenis isolat yang berbeda-beda dan bervariasi. Noverita et al (2009) mengatakan bahwa yang menyebabkan jenis isolat yang berbeda tersebut adalah karena adanya mekanisme adaptasi dari endofit terhadap mikroekologi dan kondisi fisiologis spesifik dari tumbuhan inang.
Hasil isolasi fungi endofit dari beberapa sampel (daun, ranting dan akar) diperoleh sebanyak 11 isolat disajikan pada Tabel. 1. Dari 11 isolat diperoleh sebanyak empat genus fungi, yaitu dengan perincian genus Aspergillus, Fusarium, Acremonium, dan Cladosporium. Pada jaringan ranting muda hanya terdapat satu isolat, setelah diidentifikasi didapatkan genus Cladosporium. Untuk jaringan pada daun didapatkan sebanyak empat isolat fungi, setelah diidentifikasi didapatkan ada empat macam genus yaitu Fusarium, Acremonium, Cladosporium, dan Aspergillus. Sedangkan pada jaringan akar terdapat enam isolat fungi, setelah
Universitas Sumatera Utara

diidentifikasi didapatkan dua jenis genus yaitu Cladosporium dan Aspergillus.

Cladosporium juga terdapat pada jaringan ranting muda dan pada daun.

Tabel.1. Hasil identifikasi makroskopis dan mikroskopis isolat fungi endofit dari jaringan daun, ranting muda dan akar dari tanaman A. Malaccensis Lamk.

Identifikasi

No. Sampel 1. DT 2 2. A2 3. DM1
4. A1a

Makroskopis

Warna koloni

Kecepatan

pertumbuhan

Koloni berwarna Fungi mulai

putih, miselium

muncul pada hari

seperti kapas serta ketiga setelah

menyebar merata sampel ditanam

dan tebal di tepi

Koloni berwarna Fungi mulai

hijau

muncul pada hari

kedua setelah

sampel ditanam

Koloni berwarna Fungi mulai

putih sampai

muncul pada hari

kekuningan,

ketiga setelah

miselium seperti

sampel ditanam

kapas dan tebal di

tengah koloni

Koloni berwarna Fungi mulai

coklat muda

muncul pada hari

kedua setelah

sampel ditanam

5. B3 6. A1b 7. DT1a 8. A2 9. A1a 10. A1b 11. DM2

Koloni berwarna hijau
Koloni berwarna hijau kekuningan
Koloni berwarna putih keabu-abuan
Koloni berwarna hijau
Koloni berwarna abu-abu kecoklatan
Koloni berwarna coklat
Koloni berwarna hitam dan menyebar rata

Fungi mulai muncul pada hari ketiga setelah sampel ditanam Fungi mulai muncul pada hari kedua setelah sampel ditanam Fungi mulai muncul pada hari ketiga setelah sampel ditanam Fungi mulai muncul pada hari kedua setelah sampel ditanam Fungi mulai muncul pada hari kedua setelah sampel ditanam Fungi mulai muncul pada hari kedua setelah sampel ditanam Fungi mulai muncul pada hari ketiga setelah sampel ditanam

Mikroskopis

Bentuk

Spora yang

konidifor dihasilkan

Bercabang Spora

dan berbentuk

bersepta

silindris

Hasil Identifikasi Fusarium sp.

Konidiofor bercabangcabang

Berbentuk bulat dan seperti rantai

Cladosporium sp1.

Konidiofor Berbentuk bercabang bulat

Acremonium sp.

Konidiofor brercabang
Konidiofor bercabang

Spora berbentuk bulat dan berwarna hitam Berbentuk bulat dan bergerombol

Aspergillus sp1. Cladosporium sp2.

Bercabang, Bulat dan panjang dan bergerombol sangat tipis seperti rantai

Cladosporium sp3.

Konidiofor bercabang
Konidiofor bercabang

Berbentuk bulat dan bergerombol seperti rantai Spora bulat

Cladosporium sp4. Aspergillus sp2.

Konidiofor bercabang

Spora berbentuk bulat

Konidiofor Spora panjang dan berbentuk bercabang bulat

Konidiofor tegak dan lurus

Spora berbentuk bulat dan berwarna hitam

Aspergillus sp3. Aspergillus sp4. Aspergillus sp5.

Universitas Sumatera Utara

Genus Aspergillus lebih sering ditemukan pada sampel jaringan akar yaitu

dengan ditemukannya empat (4) jenis spesies yang berbeda. Hal tersebut

disebabkan karena umumnya Aspergillus lebih sering di daerah rhizosfir (daerah

sekitar perakaran tanaman) dan memiliki persebaran yang lebih luas. Seperti yang

dikemukakan Ilyas (2006) bahwa Aspergillus biasanya ditemukan di tanah dan

juga dapat diisolasi dari daerah rhizosfir.

Tabel. 2. Kecepatan pertumbuhan dari isolasi fungi endofit pada jaringan daun,

ranting muda, dan akar.

No. Sampel Muncul Hari Ke-

No. Sampel Muncul Hari Ke-

1 DT1

3

11 B1

3

2 DT2

3

12 B2

3

3 DT3

3

13 B3

3

4 DT4

3

1