2
1. PENDAHULUAN
Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja Bakta, 2006. Badriah 2011 menyebutkan
masalah gizi yang banyak terjadi pada remaja khususnya remaja putri adalah kurang zat gizi besi atau anemia. Anemia merupakan kelanjutan dampak kekurangan zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, lemak dan kurang
zat gizi mikro yaitu vitamin dan mineral. Dampak anemia pada remaja putri yaitu pertumbuhan terhambat, tubuh pada masa pertumbuhan mudah terinfeksi, mengakibatkan kebugarankesegaran tubuh berkurang,
semangat belajar atau prestasi menurun. Dampak rendahnya status besi Fe dapat mengakibatkan anemia dengan gejala pucat, lesulelah, sesak nafas dan kurang nafsu makan serta gangguan pertumbuhan Barasi,
2009. Prevalensi yang mengalami anemia di Indonesia yaitu 21,7 , laki-laki 18,4 dan perempuan lebih
tinggi yaitu 23,9. Proporsi anemia menurut usia 15-24 tahun yaitu 18,4 Riskesdas, 2013. Hasil penelitian Mulyawati 2003 prevalensi anemia pada wanita lebih besar dibandingkan dengan
pria. Dalam penelitian tersebut ditemukan hampir 60 orang dari 72 responden wanita, menderita anemia dengan rentang usia antara 15 sampai 35 tahun.
Departemen gizi dan kesehatan masyarakat 2007 menyebutkan vitamin C dan protein hewani mengandung asam amino pengikat zat besi untuk meningkatkan absorbsi besi. Long 1996 menyebutkan
kekurangan vitamin B12, asam folat, vitamin C dan zat besi dapat mengakibatkan pembentukan sel darah merah tidak efektif sehingga menimbulkan anemia. Pada remaja anemia dapat menimbulkan berbagai dampak
antara lain menurunnya konsentrasi belajar, menurunnya stamina dan produktifitas kerja Hardinsyah dkk, 2007.
Hasil penelitian Permaisih dalam Sulistyoningsih 2011 menyebutkan prevalensi anemia pada remaja sebesar 25,5 dengan rincian 21 pria dan 30 pada wanita. Hal ini dikarenakan pada usia remaja terjadi
peningkatan kebutuhan zat besi akibat pertumbuhan, adanya menstruasi, serta sering membatasi konsumsi makan. Bila asupan makanan kurang maka cadangan zat besi banyak yang dipecah. Keadaan seperti
ini dapat mempercepat terjadinya anemia, yang dapat menyebabkan aktivitas fisik pada siswi menurun. Anemia yaitu suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin Hb di dalam darah lebih rendah dari nilai normal
untuk kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin, pada wanita hemoglobin normal adalah 12 grdl dengan eritrosit 3,5-4,5 jtmm Adriani dkk, 2012.
Hasil penelitian yang dilakukan Kirana 2011, menyebutkan prevalensi anemia pada remaja putri di SMA N 2 Semarang sebanyak 36,7. Sebagian besar remaja putri memiliki tingkat kecukupan asupan protein,
vitamin A, dan vitamin C di atas angka kecukupan, yaitu protein 62, vitamin A 53,2, dan vitamin C 41,8. Hasil uji korelasi menunjukkan menunjukkan ada hubungan asupan protein p=0,01, vitamin A p =0,031,
vitamin C p =0,026, dan zat besi p=0,000 dengan kejadian anemia p0.05.
3 World Health Organization 2011 menyebutkan anemia adalah suatu kondisi jumlah sel darah merah
tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh. Kebutuhan fisiologis seseorang bervariasi berdasarkan usia, jenis kelamin, tempat tinggal, perilaku merokok dan tahap kehamilan. Penyebab anemia
umumnya karena kekurangan zat besi, kekurangan asam folat, vitamin B12 dan vitamin A. Peradangan akut dan kronis, infeksi parasit, kelainan bawaan yang mempengaruhi sintesis hemoglobin, kekurangan produksi sel
darah merah dapat menyebabkan anemia. Masalah anemia yaitu kekurangan zat besi Fe menjadi masalah gizi terutama pada remaja terutama pada remaja putri karena remaja putri mengalami menstruasi Febry dkk, 2013.
Berdasarkan survei penelitian pendahuluan pada bulan Januari 2015 di SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar terdapat siswi yang mengalami anemia mencapai 50 dari total siswi mulai kelas XI
dan XII sebanyak 54 siswi. Berdasarkan latar belakang peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara
asupan protein dan vitamin C dengan kejadian anemia pada siswi SMK Penerbangan Bina Dhirgantara Karanganyar.
2. METODE