Profenasionalisme guru pendidikan agama Islam SMP Islam al-Fajar kedaung Pamulang (deskripsi analisis penelitian kualitatif)

ABSTRAK
Bakrudin
Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam SMP Islam Al-Fajar Kedaung
Pamulang (Deskripsi Analisis Penelitian Kualitatif) Skripsi, Jakarta: FITK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Skripsi ini berjudul profesionalisme guru pendidikan agama Islam (Deskripsi
Analisis Penelitian Kualitatif). Alasan penulis tertarik dengan judul di atas karena
masih rendahnya profesionalisme guru pendidikan agama Islam. Penelitian ini
bertujuan untuk menjelaskan tingkat profesionalisme guru pendidikan Agama Islam.
Penelitian ini dilakuakan di SMP Islam Al-Fajar Kedaung Pamulang,
Pendekatan dan metode yang dipakai adalah menggunakan pendekatan kuanlitatif dan
metode yang digunakan adalah metode survey, dalam bentuk penelitian deskriptif
analisis.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar guru PAI SMP Islam
Al-Fajar kurang profesional, karena masih banyak kekurangan dalam beberapa
kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai, yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi sosial, kompetensi personal maupun kompetensi profesional.
Sebagaimana tergambar dalam uraian skripsi ini.

i


PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM SMP ISLAM AL-FAJAR KEDAUNG PAMULANG
(DESKRIPSI ANALISIS PENELITIAN KUALITATIF)

SKRIPSI

Oleh

Oleh:

BAKRUDIN
NIM: 104011000006

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M/1432 H


ABSTRAK
Bakrudin
Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam SMP Islam Al-Fajar Kedaung
Pamulang (Deskripsi Analisis Penelitian Kualitatif) Skripsi, Jakarta: FITK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Skripsi ini berjudul profesionalisme guru pendidikan agama Islam (Deskripsi
Analisis Penelitian Kualitatif). Alasan penulis tertarik dengan judul di atas karena
masih rendahnya profesionalisme guru pendidikan agama Islam. Penelitian ini
bertujuan untuk menjelaskan tingkat profesionalisme guru pendidikan Agama Islam.
Penelitian ini dilakuakan di SMP Islam Al-Fajar Kedaung Pamulang,
Pendekatan dan metode yang dipakai adalah menggunakan pendekatan kuanlitatif dan
metode yang digunakan adalah metode survey, dalam bentuk penelitian deskriptif
analisis.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar guru PAI SMP Islam
Al-Fajar kurang profesional, karena masih banyak kekurangan dalam beberapa
kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai, yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi sosial, kompetensi personal maupun kompetensi profesional.
Sebagaimana tergambar dalam uraian skripsi ini.

i


KATA PENGANTAR
Al-Hamdulillah, segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT. atas karuniaNya yang tidak terhingga, sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan. Salawat beriring salam penulis sampaikan kepada Nabi Besar
Muhamad SAW. semoga terlimpah pula pada keluarganya, para sahabatnya dan
kita sebagai umatnya. Semoga kita mendapatkan syafaatnya di hari kiamat kelak.
Amin. ya rabbal’alamin.
Dalam kesempatan yang baik ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih
yang sebanyak-banyaknya kepada berbagai pihak dan instansi lainnya yang telah
membantu, melancarkan dan membimbing serta memberikan saran-saran kepada
penulis dalam penulisan skripsi ini, semoga mereka selalu mendapat keberkahan
serta rahmat yang banyak dari Allah SWT. yaitu antara lain kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Bapak Prof. Dr. Dede
Rosyada, MA, serta para pembantu dekan.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Bapak Drs. Bahrissalim, M.Ag
dan Sekertaris Jurusan Bapak Drs. Sapiudin, M. Ag dan seluruh staf
Jurusan Pedidikan Agama Islam.
3. Para Dosen Jurusan PAI serta para asisten dosen yang telah ikhlas dan
sabar untuk membimbing dan mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan

kepada penulis.
4. Bapak Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M. Phill. Selaku pembimbing skripsi,
yang telah sabar membimbing penulis, memberikan motivasi, saran dan
arahan serta meluangkan waktu dan tenaga serta pemikiran di sela-sela
kesibukannya.
5. Kepala Sekolah SMP Islam Al-Fajar beserta wakil dan jajarannya, serta
seluruh dewan guru khususnya guru pendidikan agama Islam (PAI) yang
telah berpartisipasi dan memberikan konstribusinya dalam berbagi
informasi dan data-data, juga telah meluangkan waktunya kepada penulis
sehingga terselesaikannya skripsi ini.

iii

6. Pimpinan dan para staf administrasi Perpustakaan Utama (PU) UIN
Jakarta dan Perpustakaan FITK UIN Jakarta yang telah melayani pinjaman
buku kepada penulis untuk penulisan skripsi ini.
7. Kepada Ibunda tercinya Ibu Murminah dan ayahhanda Bapak Rakmin
yang telah memberikan doa yang tak pernah putus, perhatian yang tak
pernah surut dan kasih sayang yang setulus-tulusnya kepada penulis yang
dhoif ini. Semoga Allah memberikan ampunan dan kasih sayang kepada

keduanya dan semoga mendapatkan kehormatan yang agung di sisi Allah
SWT.
8. Kepada Bapak H. Dhabas Rahmat, MPd beserta keluarga yang telah
memberikan banyak hal untuk penulis. Semoga Allah memberikan
keberkahan dan perlindungan.
9. Kepada para sahabat yang selalu memberika motivasi dan bantuannya,
yaitu teman-teman Kelas A Jurusan PAI angkatan 2004.
10. Kepada teman-teman kosan Alm. Bapak Wagiman dan sahabat karib yang
di kampung. Semoga Allah membalasnya dengan ampunan dan rizki yang
tak terhingga.
Penulis menyadari bahwa dalam skiripsi ini banyak sekali kekurangan
serta kesalahan. Maka penulis mengharapkan sekali koreksi, saran dan kritik yang
membangun, dengan kerendahan hati penulis terima sehingga dapat lebih
sempurna lagi skripsi ini. Harapan penulis, mudah-mudahan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis pribadi dan bagi siapa saja yang membacanya sebagai
penambah khazanah ilmu pengetahuan serta pendidikan.. Amin

Jakarta, 15 Februari 2011

Penulis


iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK .....................................................................................................

i

KATA PENGANTAR...................................................................................

ii

DAFTAR ISI .................................................................................................

iii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

iv


BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................

1

B. Identifikasi Masalah ...........................................................

4

C. Pembatasan Masalah ..........................................................

5

D. Perumusan Masalah ...........................................................


5

E. Tujuan Penelitian ................................................................

5

KAJIAN TEORITIS
A. Profesionalisme Guru

BAB III

1. Pengertian .......................................................................

6

2. Kompetensi Guru ............................................................

15

3. Prinsip-prinsip Profesionalisme Guru .............................


21

B. Guru Pendidikan Agama Islam ..........................................

23

1. Pengertian ......................................................................

23

2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru PAI ...........................

30

C. Kerangka Berfikir...............................................................

35

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................

38

B. Pendekatan dan Metode .....................................................

38

C. Populasi dan Sampel ..........................................................

38

D. Variabel Penelitian .............................................................

39

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................

39


G. Kisi-kisi dan Instrumen ......................................................

40

iv

BAB IV

GAMBARAN UMUM SMP ISLAM AL-FAJAR & HASIL
PENELITIAN

BAB V

A. Gambaran Umum SMP Islam Al-Fajar .............................

42

B. Data Guru, Karyawan dan Siswa .......................................

43

C. Sarana dan Prasarana..........................................................

46

D. Analisis ..............................................................................

49

PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................

57

B. Saran-saran .........................................................................

58

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

59

LAMPIRAN ..................................................................................................

61

v

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Keterangan

Halaman

1

Surat Permohonan Izin Observasi ............................................

65

2

Pengajuan Judul Skripsi ..........................................................

66

3

Surat Bimbingan Skripsi ..........................................................

67

4

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian .......................

68

5

Struktur Organisasi SMP Islam Al-Fajar ................................

69

6

Profil Sekolah ..........................................................................

70

viii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah bagian dari kehidupan manusia, pendidikan yang
berkualitas akan membawa perubahan yang besar dalam pola hidup manusia.
Indonesia yang terdiri dari beribu pulau masih banyak anak bangsanya yang
belum terjamah oleh pendidikan. Sebagai akibatnya terjangkitlah wabah
pengangguran, kemiskinan dan krisis yang merata di segala aspek kehidupan
masyarakat Indonesia. Ini terjadi tidak lain adalah karena masih mengabaikan
pendidikan.
Dalam proses belajar mengajar, guru merupakan orang yang memiliki
peranan penting dalam dunia pendidikan. Guru merupakan unsur yang paling
sering berhubungan langsung dengan anak didik. Ini membuktikan suksesnya
sebuah proses kegiatan belajar mengajar sedikit banyaknya tergantung pada
guru. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki kompetensi dalam mengajar.
Pemerintah juga tidak diam saja dalam menghadapi situasi ini,
pemerintah telah merancang dan menetapkan standar kompetensi, kualifikasi
dan sertifikasi guru sebagai usaha untuk menghasilkan guru profesioal yang
memilkiki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah
khususnya, serta tujuan pendidikan pada umumnya. Dapat diidentifikasikan
beberapa karakteristik guru yang dinilai kompeten secara profesional: (1)
mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik, (2) mampu
melaksanakan peran dan fungsinya dengan tepat, (3) mampu bekerja untuk

1

2

mewujudkan pendidikan di sekolah, (4) mampu melaksanakan peran dan
fungsinya dalam pembelajaran di kelas.1
Jabatan guru adalah sebuah profesi. Ini berarti seorang guru
membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus di bidang pendidikan dan
pengajaran. Tidak hanya itu, guru dituntut memiliki kepribadian yang tinggi,
karena ia dapat mempengaruhi anak didik. Pendidikan tidak hanya membuat
anak didik memiliki intelektual yang tinggi tetapi juga harus memiliki
kepribadian yang baik.
Kondisi yang ada menunjukan, banyak guru yang bukan lulusan
pendidikan keguruan, beberapa pengamat menyatakan bahwa kondisi ini
menjadi penyebab merosotnya mutu pendidikan di Indonesia. Apakah mereka
mengerti berbagai metode, strategi belajar mengajar, memahami KTSP,
menguasai pelajaran dan sebagainya?. Apakah mereka dapat menjalankan
profesinya sebagai guru dengan profesional?, karena apabila mutu hasil
peserta didik rendah, maka pertama yang menjadi sorotan utama adalah guru,
sehingga masih banyak yang memandang rendah profesi guru. A. Malik Fajar
mengungkapkan “Mereka (guru agama) umumnya berlatar belakang
pendidikan non keguruan, di samping keadaannya pun tidak heterogen. oleh
karena itu tidaklah salah apabila masyarakat meragukan para guru ini. Baik
kapasitas maupun metodologi. Keberadaan guru yang kurang menguntungkan
ini menyebabkan proses belajar mengajar tidak dapat berjalan dengan baik.”2
Untuk menjadi seorang guru tidak hanya dibutuhkan pengetahuan tetapi juga
harus memiliki keahlian khusus, sehingga ketika para peserta didik tidak dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi atau tidak memiliki kemampuan yang
baik, maka orang tua tidak akan menyalahkan atau menuding guru tidak
kompeten, tidak berkualitas, tidak profesional dan sebagainya maka sangatlah
penting untuk meningkatkan profesionalisme guru.

1

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2010), cet. Ke7, hal. 38.
2
A. Malik Fajar, Madrasah dan Tantangan Moderinitas, (Bandung: 1999, Mizan),
cet. II, hal. 42.

3

Guru pendidikan agama Islam yang sangat berperan penting dalam
pembentukan pribadi dan kecerdasan spiritual anak didik, untuk itu diperlukan
kinerja yang profesional, guru pendidikan agama Islam harus memiliki
pengetahuan yang luas serta metode yang efektif dalam penyampaian dan
penerapan materi yang benar tentang agama Islam. Karena setiap tingkah laku
guru menjadi panutan bagi peserta didik.
Pendidikan Islam di Indonesia hingga saaat ini masih mengalami
berbagai tantangan dan kritik dari berbagai pihak, di antara kritik yang patut di
cermati adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan Agama Islam (PAI) lebih terkonsentrasi pada masalahmasalah teoritis keagamaan yang bersifat kognitif dan amalan-amalan
ibadah praktis dan lebih berorientasi pada belajar tentang agama,
kurang concern terhadap persoalan tentang mengubah pengetahuan
agama yang kognitif menjadi “makna” dan ”nilai” yang perlu
diinternalisasikan dalam diri siswa.
2. Metodologi

PAI

tidak

kunjung

berubah

ia

berjalan

secara

konvensional/tradisional dan monoton.
3. Kegiatan PAI kebanyakan bersifat menyendiri, kurang berinteraksi
dengan yang lain, bersifat marginal dan periferal.
4. Pendidikan PAI cenderung normatif, tanpa ilustrasi konteks sosial
budaya.
5. Guru PAI terlalu terpaku pada GBPP mata pelajaran PAI.
6. Guru PAI lebih bernuansa guru spiritual/moral dan kurang diimbangi
dengan nuansa intelektual dan profesional, dan suasana hubungan
antara GPAI dan siswa lebih berperspektif doktriner, kurang tercipta
susana hubungan kritis dinamis yang dapat berimplikasi dan
berkonsentrasi pada peningkatan daya kreatifitas, etos ilmu dan etos
kerja amal.
Berbagai tantangan dan kritik tersebut perlu dicarikan solusi
pemecahannya, mulai dari penggalian kembali akar permasalahan sampai
dengan perbaikan dan penyempurnaan dimensi-dimensi oprasionalnya,

4

menurut hemat penulis diantara akar permasalahanya terletak pada
keprofesionalan Guru Pendidikan agama Islam dalam arti lemahnya semangat
dan cara kerja, sengat keilmuan Guru PAI dalam pengembangan pendidikan
Agama di sekolah, komitmen guru PAI untuk menjadikan siswa mengamalkan
ajaran Agama dan dijadikan sebagai pedoman dasar kehidupan.
Dalam konteks pendidikan agama Haidar Putra Daulay menyatakan
bahwa “Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk
pribadi muslim seutuhnya, membentuk potensi jasmaniyah dan rohaniyah,
menumbuh suburkan hubungan harmonis setiap pribadi dengan Allah,
manusia dan alam semesta.”3 Untuk itu peran guru agama di samping
melaksanakan tugas pengajaran, ia juga harus melaksanakan tugas pendidikan
dan pembinaan bagi anak didik, guru membantu pembentukan kepribadian
akhlak serta menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan ketakwaan
para pesrta didik, maka untuk melaksanakan itu semua, guru agama Islam
dituntut untuk memiliki profesionalisme yang tinggi dan baik.
Untuk menilai seorang guru profesional atau tidak, dapat melibatkan
berbagai kalangan, baik itu kepala sekolah, para guru, anak didik serta
masyarakat yang ada kaitannya dengan pendidikan. Dalam penulisan skripsi
ini penulis melibatkan guru agama untuk mendapatkan hasil penelitian.
Karena guru agama sendirilah yang telah berpengalaman dalam melakukan
berbagai kegiatan dan interkasi dalam masalah pendidikan di sekolah.
Beberapa hal di atas menjadi latar belakang masalah yang akan
diangkat oleh penulis yaitu mengenai “Profesionalisme guru pendidikan
Agama Islam SMP Islam Al-Fajar Kedaung Pamulang (Deskripsi
Analisis Penelitian Kualitatif)”

3

Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam: dalam Sitem Pendidikan Nasional di
Indonesia (Jakarta: Kencana, 2004) hal. 153.

5

B. Identifikasi Masalah
Sebelum melakukan pembahasan masalah, berikut ini penulis
identifikasikan masalah yang berkenaan dengan profesionalisme, antara lain:
1. Minimnya upaya yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam
usaha peningkatan keprofesionalannya.
2. Kurangnya

upaya

yang

dilakukan

sekolah

untuk

meningkatkan

keprofesionalan guru pendidikan agama Islam.
3. Lemahnya penguasaan metode pembelajaran oleh guru pendidikan agama
Islam.
4. Kurang terampilnya guru pendidikan agama Islam dalam mengajar
sehingga proses pembelajaran kurang efektif.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarakan latar belakang masalah di atas maka masalah yang akan
diteliti dibatasi pada masalah:
1. Masih rendahnya profesionalisme guru pendidikan agama Islam.
2. Kurang terampilnya guru pendidikan agama Islam dalam mengajar
sehingga proses pembelajaran kurang efektif.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas penulis merumuskan skripsi
pada masalah mengenai profesionalisme guru agama Islam.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi:
1. SMP Islam Al-Fajar, sebagai bahan rujukan dalam usaha sekolah untuk
mengadakan pengembangan profesionalsime guru PAI
2. Guru,

sebagai

kajian/referensi

dalam

menambah

wawasan

dan

pengetahuan tentang pengembangan profesionalisme guru PAI.
3. Penulis, sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar S-1/Strata Satu
Jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Profesionalisme Guru
1. Pengertian
Istilah profesionalisme berasal dari bahasa Inggris “Profession” yang
berarti pekerjaan, pernyataan. Professional berarti Ahli, Sedangkan
Professionalism berarti sifat profesional3. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia arti profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi bidang keahlian
(keterampilan, kejuruan, dsb) tertentu. Profesional adalah:
1) Bersangkutan dengan profesi.
2) Memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankanya
3) Mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya (lawan
amatir).
Sedangkan arti profesionalisme adalah mutu, kualitas dan tindaktanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang professional. Dan
profesionalitas adalah
1) Perihal Profesi;keprofesian.
2) Kemamupuan untuk bertindak secara professional.4
Dari beberapa pengertian menurut bahasa di atas dapat diketahui
bahwa, profesionalisme ialah akar kata dari profesi, yang artinya suatu bidang
pekerjaan yang dilandasi dengan keahlian yang diperoleh melalui kejuruan,
3

Jhon M. Echols dan Hasan Sadly, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
2006), Cet XXVI, hal. 449.
4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
(Jakarta: Gramedia, 2008) , edisi 4 cet, II, h. 1104.

6

7

pelatihan, pendidikan dan sebagainya. Profesi juga berarti suatu pekerjaan,
pernyataan, sumpah setia, dsb. Sedangkan profesional ialah pekerjaan yang
memerlukan keahlian atau kepintaran khusus di bidangnya dan memerlukan
pembayaran, lawan dari pada amatir. Orang yang menjabat suatu profesi
mereka akan dibayar atau digaji, seperti petinju profesional ataupun pesepak
bola profesional mereka akan diberikan pembayaran sedangkan pesepak bola
amatir atau yang amatir yang aliannya mereka tidak diberi pembayaran.
Pengertian dasar dari profesionalisme ialah suatu tindakan seseorang pada
suatu bidang pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus di bidangnya dan
didasari dengan pendidikan atau pelatihan sesuai dengan bidangnya tersebut.
Profesionalisme juga bisa diartikan sebagai mutu atau suatu usaha yang telah
berhasil atau memiliki kualitas, yang dijamin bahwa pelaku usaha tersebut
memiliki berbagai kemampuan-kemampuan dan pengalaman-pengalaman
yang merupakan ciri-ciri orang yang memiliki keahlian kemampuan dalam
bidangnya.
Menurut Sikun Pribadi sebagaimana dikutip oleh Oemar Hamalik
bahwa “Profesi itu pada hakekatnya suatu pernyataan atau suatu janji terbuka,
bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau
pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk
menjabat pekerjaan itu”. Kemudian Oemar Hamalik memperjelas definisi di
atas bahwa “Hakikat Profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji yang
terbuka, profesi mengandung unsur pengabdian dan profesi adalah suatu
jabatan atau pekerjaan.”5
1. Hakikat profesi adalah suatu pernyataan atau janji yang terbuka
Pernyataan atau suatu janji yang terbuka dinyatakan oleh tenaga
profesional mengandung makna yang sungguh-sungguh yang keluar dari
dalam lubuk hatinya. Pernyataan yang demikian mengandung norma atau
nilai-nilai etik, janji yang bersifat etik itu mau tak mau akan berhadapan

5

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru; Berdasarkan Pendekatan Sistem (Jakarta: Ikrar
Mandiriabadi, 2006) Cet. 4, hal. 1-3.

8

dengan sanksi-sanksi tertentu, bila ia melanggar janjinya ia akan berhadapan
dengan sanksi-sanksi tersebut.
2. Profesi mengandung unsur pengabdian
Suatu profesi bukan berarti mencari kekayaan bagi dirinya sendiri,
baik dalam arti ekonomis maupun dalam arti psikis tetapi untuk pengabdian
kepada masyarakat,

ini berati profesi tidak boleh sampai merugikan,

merusak, atau menimbulkan malapetaka bagi orang lain dan bagi masyarakat.
Sebaliknya profesi itu harus berusaha menimbulkan kebaikan, keberuntungan
dan kesempurnaan dan kesejateraan bagi masyarakat.
3. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan
Suatu profesi erat kaitannya dengan jabatan atau pekerjaan tertentu
yang dengan sendirinya menuntut keahlian, pengetahuan dan ketrampilan
tertentu pula. Dalam profesi tersirat adanya suatu keharusan kompetensi agar
profesi itu berfungsi dengan sebaik-baiknya, dalam hal ini pekerjaan
profesional berbeda dengan pekerjaan lainnya Oleh sebab mempunyai fungsi
sosial, yakni pengabdian kepada masyarakat.
Jadi, dapat dipahami bahwa profesi ialah suatu pekerjaan yang
memerlukan keahlian khusus di bidangnya, yang dianggap pekerjaan itu
adalah suatu pengabdian kepada masyrakat yang ikhlas, serta rela dalam
bekerja dalam rangka mengembangkannya agar menjadi lebih baik.
Profesionalisme juga diartikan sebagai sikap dan komitmen anggota
profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik
profesinya, yang dilakukan secara terus menerus, ditingkatkan dan
dikembangkan kemapuan profesionalismenya sesuai dengan profesinya itu
atau dapat juga diartikan sebagai derajat penampilan seseorang profesional,
atau suatu profesi ada yang profesionalismenya tinggi, sedang dan rendah.
Dalam Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan

9

keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.6
Dalam pengertian tersebut dapat pahami bahwa: pekerjaan profesional
adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai sumber penghasilan ini berarti
sorang pekerja profesional memahami pekerjaannya itu bukan sebagai
pekerjaan sampingan, yang dilakukan ketika ada waktu senggang, iseng dsb.
Dan pekerjaan profesional juga membutuhkan keahlian khusus di bidangnya,
ini berarti suatu pekerjaan yang tidak dilakukan dengan asal-asalan dan
memerlukan pendidikan serta pelatihan sesuai dengan profesinya tersebut.
Pekerjaan profesional akan selalu membutuhkan kode etik, norma dan cara
yang apabila tidak dipergunakan akan mengakibatkan kekacauan. Pekerjaan
profesional selalu membutuhkan kemampaun-kemampuan yang diperolehnya
melalui pendidikan dan pengalaman yang panjang. Apabila dia seorang
dokter maka memerlukan ilmu kedokteran, maka apabila dia seorang guru
maka memerlukan ilmu kependidikan.
Islam juga telah menjelaskan mengenai profesionalisme, bahwa
apabila suatu pekerjaan yang diamanatkan atau diserahkan kepada orang yang
bukan ahlinya maka terjadilah kiamat atau kehancuran. Hadis di bawah ini
menceritakan bahwa, ada seorang sahabat yang bertanya kepada Nabi
Muhammad SAW. mengenai kapan datangnya hari kiamat maka Rasulullah
SAW. menjawab bahwa terjadinya hari kiamat atau kehancuran itu akan
terjadi apabila suatu amanat diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya.
Sebagaimana hadis dibawah ini:

6

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005, Tentang Guru Dan
Dosen, Pasal. I .(Ciputat Press, 2006), hal. 4.

10

7

“Muhammad ibn Sinan menceritakan kepada kami Berkata:
Fulaih menceritakan kepada kami Ibrahim ibn Mundzir berkata:
menceritakan kepada kami Muhammad ibn Fulaih berkata:
menceritakan pada kami Bapak saya menceritakan pada kami
Hilal ibn „Ali bin A‟tha bin Yasar, dari Abi Hurairah ra. Ia
berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Apabila amanat (jujuran)
telah diabaikan, maka nantikanlah hari kiamat”, Seorang Badui
bertanya, “Bagaimana mengabaikan amanat (kejujuran) itu, wahai
Rasulullah? Beliau menjawab, “Apabila suatu urusan diserahkan
kepada seseorang yang bukan ahlinya (dalam bidangnya), maka
nantikanlah hari kiamat”. (HR. Bukhari)8
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum
profesionalisme diartikan sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan
pendidikan lanjutan yang digunakan sebagai perangkat dasar untuk
diimplementasikan dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat. Pekerjaan
profesional akan senantiasa menguanakan teknik dan kode etik yang berpijak
pada landasan intelektual yang harus dipelajari dengan sengaja, terencana dan
kemudian dipergunakan dan diimplementasikan demi kemaslahatan bersama.
Pendidikan, pelatihan, dan kejuruan sangat dianjurkan dalam
meningkatkan profesionalitas seseorang, agar mempunyai kemampuankemampuan dan teknik-teknik yang diharapkan mampu diterapkan dalam
pekerjaanya itu. Seperti yang diungkapkan oleh Beckerbahwa “Training as
focusing on the development of technical that abilities that are linked to
specific vocations or are generic across on the development the field of
employment.”9Pelatihan adalah usaha dalam mengembangkan kemampuankemampuan suatu teknik yang dapat dihubungkan secara langsung pada
kesempatan kerja. Meskipun ada orang yang profesional dalam bidang
tertentu dan benar-benar ahli dibidangnya tersebut dan tidak memiliki
7

Imam al-Hafizd Abi Abdillah bin Ismail al-Bukhary, Shahih Bukhary (Bairut: alMaktabah al-Asy’ariyah, 1997) Juz 1, h. 22.
8
Zainudin Hamidy, Dkk. Terjemah Shahih Bukhari (Semarang: CV. Wicaksana,
1992) Jilid. 1, h.40.
9
Jhon Sharp, dkk, Educatonal Studies (Exeter: Learning Matter, 2006), hal. 2.

11

pengalaman pekerjaan akan terlihat perbedaan dengan orang yang profesional
tetapi melalui pendidikan dan latihan, yaitu orang yang memilki sifat
profesional atau profesionalisme tersebut lebih memilki kode etik dan norma
yang relevan dengan bidangnya itu dan tidak didedikasikan atau diabdikan
kepada masyarakat. mungkin karena orang tersebut telah terbiasa dalm
pekerjaan tersebut, seperti terkutip dalam pepatah yang mengatakan bahwa
“Bisa karena biasa”.
Setelah dijelaskan secara panjang lebar mengenai profesionlasime
maka selanjutnya akan dipaparkan tentang profesionalsime guru.

Secara

sederhana profesionalisme guru merupakan suatu pandangan mengenai orang
yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan,
sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai guru
dengan baik dan profesional.
Untuk menunjukan tuntutan akan guru profesional, maka seorang guru
dituntut memiliki lima hal yang akan menjadi ciri dari guru profesional, yaitu:
a. Guru memiliki komitmen pada siswa dalam proses pembelajarannya.
b. Guru menguasai secara mendalam bahan mata pelajaran yang akan
diajarkannya kepada siswa.
c. Guru bertanggung jawab menilai hasil belajar siswa memalui berbagai
teknik evaluasi.
d. Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang akan dilakukannya
dan belajar dari pengalamannya.
e. Guru idealnya adalah sebagai bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkungan profesinya.10
Guru merupakan pekerjaan profesional, untuk dapat melaksanakan
tugas tersebut dengan baik, selain harus memiliki komitmen, menguasai
bahan pelajaran yang akan diajarkan, memiliki sikap tanggung jawab
terhadap siswa dan mengabdi kepada masyarakat, guru juga harus memiliki
ilmu dan kecakapan-kecakapan keguruan. Ilmu dan kecakapan-kecakapan
tersebut diperoleh selama menempuh pelajaran di lembaga keguruan.

10

M. Ali 7 Mukti Ali, Kapita Selekta Penddidikan Islam ( Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 2003) Cet. I, hal. 83.

12

Selain pengetahuan dan kecakapan-kecakapan di atas, ada beberapa
sifat dan sikap yang harus dimiliki oleh guru profesional, yaitu: fleksibel,
bersikap terbuka, berdiri sendiri, peka, tekun, realistik, melihat ke depan,
rasa ingin tahu, ekspresif, menerima diri.11
a. Fleksibel, Seorang guru adalah orang yang telah memilki pegangan
hidup, telah punya prinsip, pendirian dan keyakinan sendiri, baik di
dalam nilai-nilai maupun ilmu pengetahuan. Dalam menyatakan dan
menyampaikan prinsip dan pendiriannya, ia harus fleksibel, tidak
kaku, disesuaikan dengan situasi, tahap perkembangan, kemampuan
sifat serta latar belakang siswa. Guru harus bisa bertindak bijaksana,
yaitu menggunakan cara atau pendekatan yang tepat terhadap orang
yang tepat dalam situasi yang tepat.
b. Bersikap terbuka, seorang guru hendaknya memiliki sifat terbuka,
baik untuk menerima kedatangan siswa, untuk ditanya oleh siswa,
untuk diminta bantuan, juga untuk mengoreksi diri. Kelemahan atau
kesulitan yang dihadapi oleh para siswa adakalanya disebabkan karena
kelemahan dan kesalahan oleh para guru. Untuk memperbaiki
kelemahan siswa, terlebih dalu harus didahului oleh perbaikan pada
diri guru. Upaya ini menuntut keterbukaan pada pihak guru.
c. Berdiri sendiri, seorang guru adalah orang yang telah dewasa, ia telah
sanggup berdiri sendiri, baik secara intelektual, sosial maupaun
emosional. Berdiri sendiri secara intelektual berarti ia telah mempuyai
pengetahuan yang cukup untuk mengajar, juga telah mampu
memberikan pertimbangan-pertimbangan rasional dalam mengambil
suatu keputusan atau pemecahan masalah. Berdiri sendiri secara sosial
berarti ia telah menjalin hubungan sosial yang wajar, baik dengan
siswa, sesama guru, orang tua serta petugas-petugas lain yang terlibat
dalam kegiatan di sekolah. Berdiri sendiri secara emosional berarti

11

Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: Rosada Karya,
2007) cet. 4, hal. 256.

13

guru telah dapat mengendalikan emosinya, telah dapat dengan tepat
kapanpun di manapun ia menyatakan suatu emosi.
d. Peka, seorang guru harus peka atau sensitif terhadap penampilan para
siswanya. Peka atau sensitif berbeda dengan mudah tersinggung. Peka
atau sensitif berarti cepat mengerti, memahami atau melihat dengan
perasaan apa yang diperlihatkan oleh siswa. Dari ekspresi muka atau
suara, gerak gerik, jalan nafasnya dsb. Guru hendaknya memahani apa
yang dialami oleh siswa. Meskipun seorang siswa melakukan suatu
kesalahan hendaknya jangan dulu diberi tindakan atas kesalahannya,
apabila ia masih memperlihatkan tanda-tanda kelelahan, ketakutan,
kesedihan dan kemarahan dsb.
e. Tekun. Pekerjaan seorang guru membutuhkan ketekunan, baik di
dalam

mempersiapkan,

menyempurnakan

melaksanakan,

pengajaran.

Di

sekolah

menilai
guru

tidak

maupun
hanya

berhadapan dengan anak-anak pandai tetapi juga anak kurang pandai.
Mereka membutuhkan bantuan yang tekun sedekit demi sedikit dan
penuh kesabaran. Tugas guru bukan hanya dalam bentuk interaksi
dengan siswa di kelas, tetapi menyiapkan bahan pelajaran serta
memberi penilaian atas semua pekerjaan siswa. Semua tugas-tugas
tersebut menuntut ketekuanan.
f. Realistik, seorang guru hendaknya bisa berfikir dan berpandangan
realistik, artinya melihat kenyataan, melihat apa adanya. Kita
mengharapkan semua siswa adalah pandai-pandai, rajin-rajin, tekuhtekun, lancar perkembangannya, sopan-sopan, bertutur kata baik,
berprilaku baik dsb. Tetapi dalam kenyataanya tidak selalu demikian.
Guru hendaknya dapat memahami situasi yang demikian, dapat
menerimanya dan terus memperbaikinya. Banyak tuntutan yang
ditunjukan kepada guru baik dalam melaksanaan tugas maupun
tuntutan nilai tetapi juga guru menghadapi kenyataan-kenyataan yang
membatasinya, baik keterbatasan kemampuan dirinya maupun
keterbatsan fasilitas yang ada di sekolah. Dalam menghadapi situasi

14

demikian guru tidak boleh mundur, ia harus berupaya mengerjakan
yang terbaik yang dapat ia kerjakan.
g. Melihat kedepan, tugas guru adalah membina siswa sebagai generasi
penerus bagi kehidupan di masa yang akan datang. Karena tugasnya
yang demikian, maka ia harus melihat ke depan, kehidupan bagaimana
yang akan dimasukai para siswanya kelak, tuntutan apa yang dihadapi
oleh para siswa dalam kehidupan tersebut, hal-hal apa yang dapat ia
berikan kepada siswa untuk menghadapi masa yang akan datang.
h. Rasa ingin tahu, guru berperan sebagai penyampai ilmu pengetahuan
dan tekologi kepada para siswa. Agar ilmu dan tekologi yag
disampaikan sejalan dengan perkembangan zaman, maka ia dituntut
agar terus belajar, mencari dan menemukan sendiri. Untuk itu ia
memerlukan rasa ingin tahu atau curiousity yang besar. Ia belajar
bukan hanya untuk kemajuan dirinya tetapi juga untuk kemajuan
siswanya.
i. Ekspresif. Belajar merupakan suatu tugas yang tidak ringan, menuntut
semangat dan suasana yang menyenangkan. Guru harus berusaha
menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Salah satu faktor
penting dalam menciptakan kelas yang menyenangkan adalah
penapilan guru yang menyenangkan, yang memancarkan emosi dan
perasaan yang menarik. Untuk itu diperlukan ekspresi yang tepat.
Baik eksprsi dalam wajah, gerak-gerik maupun bahasa dan suara.
Guru hendaknya eksresif dapat menyatakan ekspresi yang tepat dan
menarik, guru tidak boleh bebal, datar dan tawar. Penampilan yang
datar dan tawar akan sangat membosankan para siswanya.
j. Menerima diri, seorang guru selain bersikap realistis, ia juga harus
seorang yang menerima keadaan dan kondisi dirinya. Manusia adalah
makhluk

yang memiliki

kondisi

kelebihan

dan kekurangan-

kekurangan. Sebagai guru ia harus memahami semua kelebihan dan
kekurangan tersebut dan kemudian dapat menerimanya dengan wajar.

15

2. Kompetensi Guru
a. Pengertian
Agar guru dapat menunaikan dan melaksanakan tugasnya dengan baik
dan bertindak sebagai tenaga pengajar yang profesional, maka ia harus
memiliki berbagai kompetensi keguruan dalam melaksanakan fungsinya
sebagai guru tersebut. Sebelum menjelaskan macam-macam kompetensi yang
harus dikuasai guru terlebih dalu akan dijelaskan apa itu kompetensi.
Kompetensi dalam bahasa Inggris “competence” yang berarti
kecakapan, kompetensi dan kewenangan.12 Sedangkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kompetensi berarti kewenangan (kekuasaan) untuk
menentukan (memutuskan suatu).

13

Pengertian dasar kompetensi yakni

kemampuan atau kecakapan. Seseorang dinyatakan kompeten di bidang
tertentu adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian
selaras dengan tuntunan bidang kerja yang bersangkutan.14
Menurut Abdul Majid, sebagaimana dikutip oleh Pupuh Fathurrahman
dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar bahwa kompetensi adalah
seperangkat tindakan intelligen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas
dalam bidang pekerjaan tertentu.15
Menurut Calvin S. Hall dkk. Sebagaimana dikutip oleh Hamzah B.
Uno, bahwa Salah satu teori yang dapat dijadikan landasan terbentuknya
kompetensi seseorang adalah teori medan yang dirintis oleh Kurt Lewin.
Asal teori medan itu sendiri berangkat dari teori psikologi Gestal yang
dipelopori oleh tiga psikolog Jerman, yakni Max Wartheimer, Kohler dan
Kofka, di mana dalam teori mereka disebutkan bahwa kemampuan seseorang
12

Jhon M. Echols & Hasan Shadily, Kamus Inggis Indonesia, (Cetakan Awal di
New York, Cornell University,1975)&( cet. XXVIII di Jakarta: Gramedia, 2006) hal. 132
13
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2008) ed. 4, Cet 1, Hal. 719-720.
14
Hamzah B. Uno, Profesi Pendidikan: Problema,Solusi dan Reformasi Pendidikan
di Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) Cet. 3, hal. 62.
15
Pupuh Fathurahman & M. Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi
mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam
(Bandung: Refika Aditama, 2007) hal. 44

16

ditentukan oleh medan psikofisis yang terorganisasi yang hampir sama
dengan medan gravitasi. Perhatian utama dalam teori ini adalah masalah
persepsi, belajar dan berfikir. Selanjutnya Kurt Lewin mengembangkan teori
ini dengan memposisikan seseorang akan memperoleh kompetensi karena
medan gravitasi disekitarnya yang turut membentuk potensi sesorang secara
individu. Artinya, kompetensi individu dipengaruhi dan dibentuk oleh
lingkungannya yang dalam teknologi pembelajaran lingkungan tersebut
diposisikan sebagai sumber belar. Selain itu, sistem informasi yang diperoleh
secara empiris melalui observasi, pendidikan ilmiah yang diterimanya dari
pendidikan formal, dan keterampilan yang dilakukannya secara mandiri turut
mewarnai terbentuknya kompetensi dirinya. Dengan kompetensi yang
dimiliki individu, ia dapat melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan dan
kehendaknya. Meskipun demikian, kehendak individu tersebut tetap
didasarkan kepada aturan yang berlaku.16
Lebih lanjut Spencer and Spencer membagi lima karakteristik
kompetensi sebagai berikut:
1) Motif,
yaitu sesuatu yang seorang pikirkan dan inginkan
menyebabkan sesuatu.
2) Sifat, yaitu karakteristik tanggapan konsisten terhadap stuasi atau
informasi.
3) Konsep diri, yaitu sikap nilai dan image diri seseorang.
4) Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang
tertentu.
5) Keterampilan, yaitu kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang
berkaitan dengan fisik dan mental.17
Setelah membahas berbagai teori dan pandangan para ahli tentang
kompetensi, selanjutnya bagaimana kompetensi guru itu? Kompetensi guru
adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya pendidikan dan
pembelajaran di sekolah, namun kompetensi guru tidak berdiri sendiri, tetapi
dipengaruhi oleh faktor latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar dan
lamanya mengajar.

16
17

Hamzah B. Uno, hal. 65.
Hamzah B. Uno, hal. 63.

17

Menurut Mohammad Yamin sebagimana dikutip oleh Hamzah B.
Uno, Kompetensi guru pada hakekatnya tidak bisa dilepaskan dari konsep
hakikat guru dan hakikat tugas guru. Kompetensi guru mencerminkan tugas
dan kewajiban guru yang harus dilakukan sehubungan dengan arti jabatan
guru yang menuntut suatu kompetensi tertentu sebagaimana telah disebutkan.
Begitu juga Ace Suryadi mengemukakan bahwa untuk mencapai taraf
kompetensi, sorang guru memerlukan waktu lama dan biaya mahal. Status
kompetensi yang profesional tidak diberikan oleh siapapun, tetapi harus
dicapai dalam kelompok profesi bersangkutan. Awalnya tentu harus dibina
melalui

penguatan

landasan

profesi,

misalnya

pembinaan

tenaga

kependidikan yang sesuai, pengembangan infrastruktur, pelatihan jabatan (in
sevice training) yang memadai, efesien dalam sistem perancanaan serta
pembinaan administrasi dan pembinaan kepegawaian.18
Jadi

kompetensi

guru

merupakan

seperangkat

pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan
diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan
kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Kompetensi yang
dimiliki oleh setiap guru akan menunjukan kualitas guru dalam mengajar.
Kompetensi tersebut akan terwujud dalam penguasaan pengetahuan dan
profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Artinya guru bukan
saja harus pitar, tetapi juga harus pandai mentransfer ilmunya kepada peserta
didik. Sebagai seorang pendidik, guru bertugas mengajar dan menanamkan
nilai-nilai dan sikap kepada siswanya. Untuk melaksanakn tugas tersebut
diperlukan berbagai kemampuan dan kepribadian. Sebab guru juga dianggap
contoh oleh para siswanya sehingga ia harus memiliki kepribadian yang baik
sebagai seorang guru.19

18

Hamzah B. Uno, Profesi Pendidikan: Problema,Solusi dan Reformasi Pendidikan
di Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) Cet. 3, hal. 62
19
Pupuh Fathurahman & M. Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi
mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam
(Bandung: Refika Aditama, 2007) hal. 44.

18

Seorang guru yang kompeten ialah guru yang telah berkorban cukup
lama dan mengeluarkan biaya yang besar. Kompetensi guru tidak hanya
didapat begitu saja. Perlu pengabdian dan pengorbanan yang banyak.
Kompetensi guru sangat erat kaitannya dengan tugas, fungsi dan tanggung
jawab guru. Apabila tugas dan tanggung jawab dan fungsi guru ini dijalankan
dengan baik maka baru bisa dikatakan guru itu telah memilki kompetensi
yang profesional.

b. Pembagian Kompetensi
Abuddin Nata20 dan Zakiyah Darajat21 mengungkapkan hal yang sama
mengenai kompetensi guru, bahwa pada dasarnya guru harus memiliki tiga
kompetensi, yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi penguasaan bahan
pengajaran dan kompetensi dalam cara-cara mengajar.
1. Kompetensi kepribadian
a) Mengenal dan mengakui harkat dan potensi dari setiap individu
atau murinya di kelas.
b) Membina suasana sosial yang meliputi interaksi belajar mengajar
sehingga amat bersifat menunjang secara moral (batiniyyah)
terhadap murid bagi terciptanya kesepahaman arah dalam
pemikiran serta perbuatan murid dan guru.
c) Membina suatu perasaan saling menghormati, saling bertanggung
jawab dan saling percaya mempercayai antara guru dan murid.
2. Kompetensi penguasaan bahan pengajaran
a) Menguraikan ilmu pengetahuan atau kecakapan dan apa-apa yang
harus diajarkannya kedalam bentuk komponen-komponen dan
informasi yang sebenarnya dalam bidang ilmu atau kecakapan
yang bersangkutan.
b) Menyusun komponen-komponen atau informasi-informasi
sedemikian rupa sehingga akan memudahkan murid untuk
mempelajari pelajaran yang diterimanya.
3. Kompetensi dalam cara mengajar
a) Merencanakan atau menyusun setiap program satuan pelajaran,
demikian pula merencanakan atau menyusun keseluruhan
kegiatan untuk satu satuan waktu.

20

Abuddin Nata & Fauzan, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, (Jakarta, UIN
Jakarta Press, 2005) hal.215.
21
Zakiyah Darajat dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,(Jakarta: Bumi
Aksara, 2008) Cet. 4. Hal. 263.

19

b) Menggunakan dan mengembangkan media pendidikan (alat bantu
atau alat peraga) bagi murid dalam proses belajar yang
dipergunakan.
c) Mengembangkan dan mempergunakan semua metode-metode
mengajar sehingga terjadilah kombinasi dan variasi yang efektif.
Ketiga aspek di atas harus berkembang secara selaras dan tumbuh
terbina kedalam kepribadian guru. Kemudian itu dapat diharapkan dari
padanya untuk mengarahkan segala kemampuan guru dalam mengajar secara
profesional dan efektif.
Menurut

Muhibbin

Syah

sebagaimana

dikutip

oleh

Pupuh

Fathurahman bahwa, ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dimilki guru
dalam upaya peningkatan keberhasilan belajar mengajar, yaitu: menguasai
bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan
media atau sumber belajar, menguasai landasan-landasan pendidikan,
mengelola interaksi belajar mengajar, menialai prestasi siswa untuk
pendidikan dan pengajaran, mengenal fungsi dan program pelayanan
bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi
sekolah, memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan
guna keperluan pengajaran.22
Dalam UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan
kompetensi guru meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi

bahwa

kepribadian, kompetensi social dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi.23Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah RI No.
74 Tahun 2008 tentang Guru. Pasal (3) lebih lanjut dijelaskan tentang
beberapa kompetensi yang disebutkan di atas, bahwa:

22

Pupuh Fathurahman & M. Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi
mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam
(Bandung: Refika Aditama, 2007) hal. 46.
23
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005, Tentang Guru Dan
Dosen,,pasal 10 ayat 1.

20

1. Yang

dimaksud

dengan

kompetensi

pedagogik

merupakan

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang
sekurang-kurangnya meliputi:
a) Pemahaman wawasan atau landasan pendidikan;
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)

pemahaman terhadap peserta didik;
pengembangan kurikulum atau silabus;
perancangan pembelajaran;
pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
pemanfaatan teknologi pembelajaran;
evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai
potensi yang dimilikinya.

2. Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian
yang:
a) Beriman dan bertaqwa;
b) berakhlak mulia;
c) arif dan bijaksana;
d) demokratis;
e) mantap;
f) berwibawa;
g) stabil;
h) dewasa;
i) jujur;
j) sportif;
k) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat;
l) secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan
m) mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
3. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai dari
masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:
a) berkomunikasi lisan, tulis dan isyarat secara santun.
b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional;
c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik;
d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan
mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku;
e) menerapkan sistem persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.

21

4. Kompetensi

profesional

merupakan

kemampuan

guru

dalam

menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau
seni dan budaya yang diampunya meliputi penguasaan.
a) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar
isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok
mata pelajaran yang akan diampu;
b) konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang
relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan
program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok
mata pelajaran yang akan diampu.24
Dalam penjabaran tentang kompetensi guru di atas dapat dipahami
bahwa, guru adalah sebuah profesi yang tidak hanya harus menguasai materi
tetapi seorang guru harus mempunyai beberapa kemampuan-kemampuan lain
yang diharapkan dapat dilaksanakan agar proses pembelajaran sesuai dengan
yang diharapkan.
Kemampuan profesional dikelompokan secara sistemtis oleh M. Uzer
Usman, secara sistematis dikelompokan sebagai berikut:
1. Menguasai landasan kependidikan
a) Mengenal Tujuan Pendidikan
b) Mengenal fungsi sekolah dalam Masyarakat
c) Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapay
dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar.
2. Menguasai Bahan Pengajaran
a) Menguasai bahan Pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan
menengah.
b) Menguasai Bahan pengajaran
3. Menyusun Program pengajaran
a) Menetapkan tujuan pembelajaran
b) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar
c) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai
24

Peraturan Pemerintan R.I. No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, (Jakarta: BP: Cipta
Jaya, 2009)Pasal 3. hal. 6-8.

22

d) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar
4. Melaksanakan program pengajaran
a) Menciptakan iklim belajar mengajar yang tenang
b) Mengatur ruang kelas
c) Mengelola interaksi belajar mengajar
5. Menilai Hasil dalam proses belajar Mengajar
a) Menilai prestasi murid untuk kepentingan pembelajaran
b) Menilai proses belajar pembelajaran yang telah dilaksanakan.25

Kompetensi seorang guru lebih menekankan pada keahlian yang harus
dimiliki oleh sorang guru, seperti menguasai landaan kependidikan,
menguasai bahan pengajaran, menyusun program pengajaran, melaksanakan
program pengajaran dan menilai hasil proses belajar mengajar. Itu semua ada
yang dilakukan sebelum guru mengajar yaitu harus menguasai bahan
pelajaran serta menyusun progam pengajaran, ada juga yang dilakukan ketika
proses belajar mengajar berlangsung, seperti melaksanakan program
pengajaran yaitu menciptakan iklim belajar yang tenang, mengatur ruang
kelas dan sebagainya. Sedangkan yang dilakukan ketika proses belajar
mengajar berlangsung maupun setelah selesai proses belajar mengajar yaitu
menilai hasil dan proses belajar pembelajaran seperti menilai prestasi siswa.
Profesionalsime guru selain menuntut semua kompetensi yang telah
disebutkan di atas, juga harus diikuti oleh beberapa hal yaitu kerajinan,
sungguh-sungguh

dan

tekun.

Karena

tanpa

beberapa

itu

semua,

profesonalisme guru tidak akan mencapai tingkat yang baik, terlebih lagi
seorang guru pendidikan agama Islam yang menjadi panutan bagi siswanya.

25

M. Uzer Usman, Menjadi Guru profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2002, h. 97.

23

3. Prinsip-prinsip Profesionalisme
Setinggi apapun idealisme dan rasa keterpanggilan jiwa seseorang
untuk mengajar, tanpa disertai prinsip profesionalitas maka pekerjaanya akan
sia-sia, bahkan berbuah kehancuran dan dosa.26 Dalam Undang-undang No.
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 7 ayat (1) menerangkan bahwa:
Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme;
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia;
c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas;
d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas;
e. Memiliki tanggung jawab atas pelakasanaan tugas keprofesionalan;
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi
kerja;
g. Memiliki kesempatan