15. Menyiapkan vena yang akan ditusuk dan pasang tourniquet.
16. Pilih vena yang baik dengan cara:
a. Hindari lokasi yang tidak diinginkan seperti ada infeksi.
b. Gunakan ekstremitas yang dominan jika mampu.
c. Hindari jika ada distensi vena
17. Sementara lepaskan tourniquet dan gunakan anastesi topikal yang
diperlukan. 18.
Bersihkan dengan antiseptik yang tepat dan biarkan kering. 19.
Pasang kembali tourniquet 4-5 cm dari vena yang akan ditusuk dan kunci kembali klem.
20. Lakukan penusukan dengan posisi 10-30
21. Amati apakah ada darah kembali atau tidak, rendahkan jarum sampai
hamper rata dengan kulit. 22.
Jaga kestabilan selang infus kemudian lepaskan tourniquet dengan tangan yang lain.
23. Buka klem dan alirkan secara perlahan.
24. Selang infus aman dan lakukan plester.
25. Amati tanda-tanda pembengkakan.
26. Menuliskan labe yaitu tanggal pemasangan, waktu, jumlah tetesan dan
nama pemasang. 27.
Instruksikan pasien untuk didak mencabut IV apabila mau bergerak. 28.
Amati setiap 1-2 jam untuk memastikan infus. 29.
Amati respon pasien terhadap terapi infus.
J. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Pemasangan Infus
Menurut Sabri dkk 2012 ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perawat dalam melakukan pemasangan infus, diantaranya:
1. Karakteristik pasien
a. Usia
Perawat akan memerlukan waktu lama dalam melakukan pemasangan infus kepada anak-anak daripada orang dewasa.
Perawat membutuhkan waktu untuk menenangkan anak. b.
Kondisi Medis Kondisi-kondisi yang berhubungan dengan kesulitan dalam
melakukan pemasangan infus adalah kesulitan mengakses vena seperti pasien dengan obesitas, penyakt kronis, penyakit-penyakit
vaskuler dan hipovolemia Blavias Lyon, 2006. 2.
Tingkat pengalaman dan kompetensi perawat Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami, dijalani,
dirasakan, atau ditanggung KBBI, 2005. Pengalaman diartikan juga sebagai memory episodic, yaitu memori yang menerima dan
menyimpan peristiwa yang dialami oleh individu pada waktu dan tempat tertentu sebagai referensi otobiografi referensi berdasarkan
pengalaman dirinya atau pengalaman dari orang lain. Semakin lama seseorang bekerja pada suatu pekerjaan yang ditekuni, maka akan
semakin berpengalaman dan keterampilan kerja akan semakin baik Ranupantoyo dan Saud, 2005
Tingkat pengalaman perawat berkaitan dengan jenjang karir. Jenjang karir adalah sistem untuk meningkatkan kinerja dan
profesionalisme sesuai dengan bidang pekerjaan melalui peningkatan kompetensi. Depkes RI 2006 menyusun pedoman jenjang karir
perawat meliputi perawat klinik, perawat manajer, perawat pendidik dan perawat peneliti. Perawat klinik PK memiliki lima tingkatan,
yaitu :
a. Perawat Klinik I PK I
Perawat Klini I Novice adalah perawat lulusan D-III yang telah memiliki pengalaman kerja 2 tahun atau Ners
lulusan S-1 keperawatan plus pendidikan profesi dengan pengalaman kerja 0 tahu dan mempunyai sertifikat PK I.
b. Perawat Klinik II PK II
Perawat klinik II Advance Beginer adalah perawat dengan lulusan D-III dengan pengalaman kerja 5 tahun atau
Ners lulusan S-1 keperawatan plus pendidikan profesi dengan pengalaman kerja 3 tahun, dan mempunyai sertifikat PK-II.
c. Perawat Klinik III PK III
Perawat Klinik III competent adalah perawat lulusan D- III Keperawatan dengan pengalaman kerja 9 tahun atau Ners
lulusan S-1 keperawatan plus pendidikan profesi dengan pengalaman klinik 6 tahun atau Ners Spesialis dengan
pengalaman kerja 0 tahun, dan memiliki sertifikat PK-III. Bagi lulusan D-III Keperawatan yang tidak melanjutkan ke jenjang
S-1 keperawatan, tidak dapat melanjutkan ke jenjang PK-IV dan seterusnya.
d. Perawat Klinik IV PK IV
Perawat Klini IV Proficient adalah Ners lulusan S-1 keperawatan plus pendidikan profesi dengan pengalaman kerja
9 tahun atau Ners spesialis dengan pengalaman kerja 2 tahun dan memiliki sertifikat PK-IV, atau Ners Spesialis Konsultan
dengan pengalaman kerja 0 tahun. e.
Perawat Klinik V Perawat Klinik V Expert yaitu Ners spesialis dengan
pengalaman kerja 4 tahun dan memiliki sertifikat pengalaman kerja PK-V.