Seminar Nasional IENACO
–
2016 ISSN: 2337
–
4349
640
AGEN HAYATI UNTUK PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DAN PENINGKATAN EKONOMI PETANI
Herry Purnama
1
, Nur Hidayati
2
, Emi Erawati
3
1
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Pabelan-Kartasura, Surakarta 57102
Email: hp269ums.ac.id
Abstract
Since Indonesian government has launched Go Organic 2010 to endorsed organic agriculture, the development of organic farming is growing fast although there are some various problems
behind such as market constraints, the relatively high price of organic products, and consumer’s interest. The high demand of organic products is related to the public
understanding of the better healthy food. The sustainability in organic farming cannot be separated from the economic, environmental, and social dimension. Organic farming is not
limited to just substitute the use of synthetic external intake like fertilizers and pesticides, but also the utilization of natural resources in a sustainable, healthy food production and energy
efficiency. This paper will tell about the preparation of biological agent to be used as pesticides to control plant diseases. The use of biopesticides has many advantages compare to
synthetic chemical pesticides. Biological agents can be microorganisms, either naturally occurring such as bacteria, fungi, viruses and protozoa, as well as the result of genetic
engineering used to control pests. The preparation of biological agents isolated from a fungus Beauveria bassiana which an entomopathogenic fungi was carried out in liquid method. Liquid
product has an advantage in terms of the production process more efficient and practical in use. By using the biopesticides can reduce the use of chemical pesticide and will reduce the
cost of agriculture significantly and it is expected to have positive impact in the development of organic farming in Indonesia as well as improving welfare of farmers. The manufacturing of B.
bassiana biopesticide was done to support organic farms. From literature, it was proven by applying organic farming can increase the unhulled rice up to 7.5 ton per hectare compared
with 4.5 ton per hectare in non-organic farming. In calculation, farmers can earn money more than 50 rather than in conventional farming. So, in terms of feasibility, financially it ca n be
seen from the BEP break even point, rasio B C benefit cost, and ROI return on investment which shows great results.
Keywords: biological agent, pesticide, Beauveria bassiana
1. PENDAHULUAN
Permasalahan lingkungan dalam pengelolaan pertanian telah sering terjadi, salah satunya adalah masalah pemberantasan hama terpadu. Sejak tahun 2010 pemerintah Indonesia
mencanangkan gerakan
Go Organic 2010
yang memiliki misi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan kelestarian lingkungan alam Indonesia, dengan mendorong berkembangnya
pertanian organik yang berdaya saing dan berkelanjutan. Serangkaian aktivitas yang dilakukan untuk mewujudkan program pertanian organik adalah 1 memasyarakatkan pertanian organik
kepada konsumen, petani, pelaku pasar, serta masyarakat luas; 2 memfasilitasi percepatan penguasaan, penerapan, pengembangan, dan penyebarluasan teknologi pertanian organik; 3
memfasilitasi kerjasama terpadu antar masyarakat agribisnis untuk mengembangkan sentra-sentra pertumbuhan pertanian organik; 4 memberdayakan potensi dan kekuatan masyarakat untuk
mengembangkan infrastruktur fisik dan kelembagaan pendukung pertanian organik; 5 merumuskan kebijakan, norma, standar teknis, sistem dan prosedur yang kondusif untuk
pengembangan pertanian organik Suiatna, 2009.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pertanian organik bertujuan untuk mengembalikan fungsi pertanian sebagai sumber pangan utama dengan mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia
sintesis. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam pertanian organik adalah pengurangan pestisida kimia yang jelas-jelas dapat mencemari lingkungan. Kondisi ini memberikan dampak dan
upaya yang lebih besar untuk memproduksi dan menggunakan agen hayati biopestisida. Selain
Seminar Nasional IENACO
–
2016 ISSN: 2337
–
4349
641
sebagai pengganti pestisida kimia sintetik, penggunaan agen hayati telah diakui sebagai cara yang tepat dan efektif di berbagai negara dalam mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan
OPT. Selain efektif dalam mengendalikan hama tanaman, penggunaan agen hayati menunjukkan peranan dalam menjaga keseimbangan ekosistem di alam dan memberikan hasil produksi pertanian
yang makin meningkat. Analisis ekonomi menunjukkan perolehan keuntungan yang signifikan dalam penerapan pertanian organik dan penggunaan agen hayati dapat menekan biaya produksi
hingga 60 Aldafrizal, 2006. Dengan demikian penggunaan agen hayati dapat berkontribusi dalam perolehan keuntungan yang lebih besar.
Di samping keuntungan yang banyak dalam penggunaannya, agen hayati juga memiliki kendala. Salah satu kendala dalam upaya pemanfaatan agen hayati adalah pada formulasinya.
Bentuk dan formula produk untuk kebutuhan tiap wilayah akan berbeda-beda sesuai dengan sumber daya dukung yang ada. Apalagi untuk kepentingan komersial, harus diupayakan dengan
bahan yang semurah-murahnya, namun layak guna dan layak jual di daerah setempat.
Penyiapan agen hayati dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis mikroba entomopatogen. Salah satu mikroba entomopatogen yang sering digunakan sebagai agen hayati
adalah jenis kapang
Beauveria bassiana
. Media yang digunakan dapat bersifat semi padat maupun cair secara fermentasi. Fermentasi merupakan suatu proses yang menghasilkan senyawaan kimiawi
sebagai akibat adanya pertumbuhan maupun metabolisme mikroba. Pengertian ini mencakup fermentasi aerob dan anaerob. Fermentasi pada media cair diartikan sebagai fermentasi yang
melibatkan air sebagai fase kontinyu dari sistem pertumbuhan sel bersangkutan atau substrat baik sumber karbon maupun mineral terlarut atau tersuspensi sebagai partikel-partikel dalam fase cair.
Teknik fermentasi cair melibatkan fermentor yang dilengkapi dengan pengaduk agar aerasi, pengatur suhu pendinginan dan pemanasan dan pengaturan pH pada media tetap homogen. Proses
fermentasi cair ini dapat dikontrol lebih baik dan dapat diprediksi. Fermentasi dengan media cair memiliki proses yang lebih efisien dan lebih praktis dalam penggunaan.
2. PERTANIAN ORGANIK