Analisis ekonomi kinerja usaha kecil dan menengah di provinsi jawa timur
ANALISIS EKONOMI KINERJA
USAHA KECIL DAN MENENGAH
DI PROPINSI JAWA TIMUR
EKO OESMAN
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
SURAT PERNYATAAN
Dengall ini menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
ANALISIS EKONOMI KINERJA USAHA KECIL DAN MENENGAH Dl PROPINSI
JAWA TIMUR.
Adalah benar benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Juni 2006
ABSTRAK
EKO OESMAN. Analisis Ekonomi Kinerja Usaha Kecil dan Menengah di Propinsi
Jawa Timur. (AFFENDI ANWAR sebagai Ketua, SUNSUN SAEFULHAKIM dan
HERMANTO SIREGAR sebagai Anggota Komisi Pembimbing).
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu pilar perekonomian
Indonesia yang potensial untuk dikembangkan di masa depan. Propinsi Jawa Timur
merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki potensi UKM cukup besar
yaitu 6,63 juta unit UKM, atau ke-2 terbesar setelah Jawa Tengah. Tujuan utama
penelitian ini adalah mengkaji kinerja dan daya tahan UKM terhadap perubahan
kebijakan makro ekonomi pemerintah. Dengan menggunakan pendekatan Input-Output
dan simulasi ditemukan bahwa jika permintaan akhir konsumsi rumah tangga dan
ekspor barang-barang dan jasa UKM meningkat sebesar 10 %, perekonomian Jawa
Timur akan tumbuh sebesar 3,28 persen, penyerapan tenaga kerja sebesar 4,78 persen,
dan pendapatan masyarakat sebesar 3,35 persen. Sementara dampak buruk kenaikan
harga BBM ternyata lebih kecil pada UKM dibandingkan dengan usaha besar.
Kata kunci : usaha kecil menengah, analisis input-output dan indeks daya penyebaran
dan indeks derajat kepekaan
ANALISIS EKONOMI KINERJA
USAHA KECIL DAN MENENGAH
DI PROPINSI JAWA TIMUR
Oleh :
EKO OESMAN
NRP : P.15500034.E
P
"
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
~u Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
Y PASCA SARJANA
'RTANIAN BOGOR
'006
: Analisis Ekonomi Kinerja Ekonomi Usaha Kecil dan
Judul
Menengah di Propinsi Jawa Timur.
Nama Mahasiswa
: Eko Oesman
NRP
: P.15500034.E
Program Studi
: Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
Disetujui :
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Affendi Anwar, M.Sc
Ketua
*
Dr. Ir. Hermanto Sireear M.Ec
Anggota
Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Perdesaan
Prof. Ir. Isang Gonarsvah. Ph.D
-- _...._-.-.
.~
Tanggal Ujian : 1 Februari 2006
,
* pl~.-.:
I.-
Tanggal Lulus :
,
n
L
S26
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padang Sumatera Barat pada tanggal 26 Juni 1967 sebagai anak ke
lima dari lima bersaudara yang merupakan putra dari Bapak Oesrnan Adam dan Ibu
Syamsiar Hasan. Penulis menjalankan pendidikan dasar di SD Adabiah Padang (1974198I), Sekolah Menengah Negeri No 5 Padang (1 98 1-1983), Sekolah Menengah Atas
Negeri 3 Padang (1983-1986) dan Universitas Andalas Padang (1986-1992). Penulis
menikah dengan Esi Oktavia pada tahun 1995 dan telah dikaruniai dua orang putra
yakni M. Alif Fatullah (8 tahun) dan Naura Saffa (4 tahun). Penulis bekerja di Badan
Pusat Statistik sejak tahun 1994 dan ditempatkan dibagian Konsolidasi Neraca Sektoral.
Saat ini penulis menjabat sebagai Kepala Seksi Konsolidasi Neraca Triwulanan yang
bertanggung jawab mengkonsolidasikan data Produk Domestik Bruto (PDB) triwulanan
rnenurut lapangan usaha.
PRAKATA
Penelitian ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar
Master Sains pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan,
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Dalarn penelitian ini penulis mendapat birnbingan dari tiga dosen pembimbing,
yang pertama Bapak. Prof. Dr. Ir. Affendi Anwar, M.Sc sebagai ketua pembimbing.
Anggota komisi pembimbing terdiri dari Bapak Dr. Ir. H.R. Sunsun Saefulhakim M.Agr
dan Bapak. Dr. Ir. Hermanto Siregar M.Ec.
Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang tidak terhingga
kepada komisi pembimbing atas bimbingan, arahan, serta pengkayaan pengetahuan
sehingga bisa tersusun penelitian yang diharapkan bisa menghasilkan kajian yang
bermanfaat bagi masyarakat banyak.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua atas doanya
yang tak pernah putus, istriku Esi Oktavia dan anak-anakku M. Alif Fatullah dan Naura
Saffa atas dorongan dan dukungan yang tidak ternilai serta kepada dan rekan-rekan yang
telah memberikan bantuan dorongan semangat dan doa, semoga amal ibadah ini
mendapat balasan dari Allah SWT.
Pada akhirnya penulis panjatkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas
limpahan Rahmat dan Kasih Sayang-Nya sehingga segala aktifitas yang penulis lakukan
dalam penyusunan penelitian ini bisa berjalan dengan lancar dan menghasilkan karya
tulis yang bermanfaat.
Bogor, Juni 2006
DAFTAR IS1
Halaman
............................................................................. iv
Dafiar Isi .....................................................................................v
Daftar Tabel .................................................................................vii
.............................................................................V l...l l
Kata Pengantar
Daftar Gambar
1.
........................................................................... ix
1
PENDAHULUAN ................................................................
I1.
...........................................................
1.2 Pemmusan Masalah ......................................................
1.3 Tujuan Penelitian .........................................................
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................
Daftar Lampiran
1.1
Latar Belakang
1
4
5
6
7
......................................
7
9
2.3
.............
Pengukuran Kinerja Ekonomi UKM ..................................
2.4
Model Input Output Dalam Analisis UKM
2.1
Pembangunan Ekonomi Wilayah
2.2
Pengembangan UKM Dalam Perekonomian Wilayah
...........................
2.6
..................................
2.4.2 Asumsi dan Keterbatasan .......................................
Pengukuran Keterkaitan Tenaga Kerja Sektoral ........,c.............
Analisis Kebocoran Wilayah ..............................................
2.7
Analisis Kebutuhan Investasi
2.4.1
2.5
Kerangka Tabel Input Output
11
14
16
19
20
t.
I_
............................................
24
25
.....................................................
27
................................................
31
I11.
KERANGKA PEMIKIRAN
IV .
METODOLOGI PENELITIAN
...............................................................
31
4.1
Sumber Data
4.2
Tahapan Penyusunan Tabel 1-0 UKM Propinsi Jawa Timur .......
4.3
Analisis-Analisis .......................................................... 34
4.3.1
Kajian Profil dan Peranan Strategis Dalam Perekonomian
4.3.2
.............................................
Analisis Sektor Unggulan .......................................
Propinsi Jawa Timur
32
4.3.3
Analisis Derajat Kepekaan Penyerapan dan Produktifitas
Tenaga Kerja ......................................................
...............
4.3.4
Analisis Keterkaitan dan Kebocoran Wilayah
4.3.5
Analisis Derajat Kepekaan Simulasi Kebijakan Kenaikan
Permintaan.. .......................................................
4.3.6
Analisis Simulasi Dampak Kenaikan
Terhadap UKM
4.3.7
4.3.8
Harga BBM
...........................................
..................................
Analisis Game Theory.. .........................................
Analisis Kebutuhan Investasi
V. DESKRIPS1 USAHA KECIL MENENGAH DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI JAWA TIMUR ......................................................
5.1
Protil dan Peranan Strategis UKM Dalam Perekonomian Propinsi
Jawa Timur ...................................................................
5.2
Posisi Usaha Kecil Menengah dalam Struktur Penyediaan dan
Permintaan.. .................................................................
5.3 Posisi Usaha Kecil dan Menengah dalam Struktur Output dan Nilai
Tambah Bruto ...............................................................
5.4 Posisi Usaha Kecil dan Menengah dalam Struktur Tenaga
Kerja.. ........................................................................
5.5
Rasio Pemintaan Antara (RPA) dan Rasio Input Antara (RIA). ....
VI. ANALISIS INPUT-OUTPUT : DISAGREGASI USAHA KECIL,
MENENGAH DAN USAHA BESAR. .............................................
6.1
Analisis Dampak.. ..........................................................
6.1.1
Dampak Permintaan Akhir Terhadap Output.. ..............
6.1.2
Dampak Permintaan Akhir Terhadap Nilai Tambah Bruto
6.1.3
Dampak Permintaan Akhir Terhadap Kebutuhan Tenaga
Kerja ...................................................................................
6.2 Analisis Keterkaitan ........................................................
6.2.1
6.3
6.4
6.5
Daya Penyebaran
..............................................
..............................................
Struktur Hubungan Usaha Kecil Menengah dan Besar ....
6.2.3
Analisis Kebocoran Wilayah .............................................
Analisis Kebutuhan Investasi .............................................
. . .s
A n a l ~ s ~S~mulasi
............................................................................
6.2.2
Derajat Kepekaan
6.5.1
Simulasi Kebijakan Kenaikan Permintaan Konsumsi
Rumahtangga dan Ekspor menurut skala usaha ..................
6.5.2
Simulasi Dampak Kenaikan BBM Terhadap UKM Jawa
Timur Menurut Skala Usaha ...........................................
6.6
. . s Theory .......................................................................
A n a l ~ s ~Game
6.7 Pembahasan : Sintesis terhadap hasil-hasil analisis
....................
6.8 Strategi, Kebijakan dan Program Pengembangan UKM di Jawa
Timur ...............................................................................................
VII .
KESIMPULAN DAN SARAN
.................................................
..................................................................
7.2 Saran .........................................................................
Daftar Pustaka ..............................................................................
Lampiran ....................................................................................
7.1 Kesimpulan
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1
PDRB Jawa Timur menurut skala usaha tahun 2004 (juta rp.)................
49
2
Peranan PDRB Jawa Timur menurut skala usaha tahun 2004 (persen) ....
50
3
Distribusi PDRB Jawa Timur menurut skala usaha tahun 2004 (persen)
51
4
Struktur penyediaan sepuluh sektor yang memiliki persentase impor
relatif besar tahun 2004. ............. ................ ...........................
53
5
Struktur penyediaan sepuluh sektor yang memiliki persentase terbesar
dari usaha kecil tahun 2004 (persen) ........................................................
54
6
Struktur penyediaan sepuluh sektor yang memiliki persentase tetbesar
dari usaha menengah tahun 2004 (persen) ...............................................
55
7
Struktur permintaan sepuluh sektor yang memiliki persentase ekspor
terbesar tahun 2004 (persen). . .... .. .... ..... ...... ............. ...............
57
8
Struktut permintaan berdasarkan persentase ekspor terbesar dimasingmasing kelompok skala usaha tahun 2004 (persen). .........................
59
9
Struktur output sepuluh sektor yang memiliki sumbangan terbesar tahun
2004............................. ......... ....................... ........... .......
60
.
.
10 Struktur output berbagai sektor ekonomi yang memiliki sumbangan
terbesar dimasing-masing kelompok skala usaha tahun 2004....... ......
61
11 Struktur NTB sepuluh sektor yang memiliki sumbangan terbesar tahun
2004. ........... ........ ....... . .. ...... . ... ..... ....... ... .... ................ ...
62
12 Struktur NTB beberapa sektor ekonomi yang memiliki sumbangan
terbesar dimasing-masing kelompok skala usaha tahun 2004 (persen). ..
63
.
.. . .
Struktur beberapa sektor ekonomi yang memiliki tenaga kerja terbesar di
masing-masing kelompok skala usaha tahun 2004 (persen). ......... ... .....
65
14 Produktifitas tenaga kerja terbesar dimasing-masing kelompok skala
usaha tahun 2004 (jutalorang)........................................ ..........................
66
15
68
13
.
Beberapa sektor ekonomi yang memiliki Rasio Permintaan Antara (RPA)
relatif tinggi dimasing-masing kelompok skala usaha tahun 2004 (persen)
16 Beberapa sektor ekonomi yang memiliki Rasio Input Antara (RIA) relatif
rendah dimasing-masing kelompok skala usaha tahun 2004 (persen). .....
17
Beberapa sektor ekonomi yang memiliki Rasio Input Antara (RIA) dari
usaha besar relatif tinggi dimasing-masing kelompok skala usaha tahun
2004 (persen). .......................................................................
18 Tabel 1-0 UKM domestik atas dasar harga produsen tahun 2004,3 sektor
(miliar rupiah) ..............................................................................................
19
Struktur tabel 1-0UKM domestik atas dasar harga produsen tahun 2004,
3 sektor ...............................................................................
20 Matrik pengganda 1-0 UKM 2004, 3 sektor (miliar rupiah). .................
21 Nilai output tabel 1-0 UKM menurut skala usaha yang dipengaruhi oleh
komponen permintaan akhir tahun 2004 (miliar rupiah) ......................
22
Struktur dan komposisi output menurut skala usaha yang dipengaruhi
oleh komponen permintaan akhir (YO)...........................................
23 Nilai NTB tabel 1-0 UKM menurut skala usaha yang dipengaruhi oleh
komponen permintaan akhir tahun 2004 (miliar rupiah). ......................
24
Struktur dan komposisi NTB menurut skala usaha yang dipengaruhi oleh
komponen permintaan akhir ('%I). .................................................
25
Jumlah tenaga kerja tabel 1-0 UKM menurut skala usaha yang
dipengaruhi oleh komponen permintaan akhir tahun 2004. ...................
26 Struktur dan komposisi tenaga kerja tabel 1-0UKM menurut skala usaha
yang dipengaruhi oleh komponen permintaan akhir tahun 2004 .............
27
Lima sektor yang memiliki lndeks Daya Penyebaran (IDP) tinggi
menurut kelompok skala usaha.. .................................................
28 Lima sektor yang memiliki Indeks Daya Kepekaan (IDK) tinggi menurut
kelompok skala usaha.. ............................................................
29
Sektor-sektor usaha kecil dan menengah yang mempunyai IDP rendah
dan IDK tinggi ..............................................................................................
30 Nilai PMTB usaha kecil dan rnenengah di Jawa Timur tahun 2004 (juta
rupiah.) ......................................................................................................
31
Hasil simulasi kebijakan kenaikan komponen permintaan terhadap output
menurut skala usaha. ...............................................................
89
32
Lima sektor yang memiliki dampak total paling besar terhadap kenaikan
BBM menurut kelompok skala usaha ............................................
91
33
Lima sektor yang memiliki dampak langsung paling besar terhadap
kenaikan BBM menurut kelompok skala usaha ...............................
93
34
Lima sektor yang memiliki dampak tidak langsung paling besar terhadap
kenaikan BBM menurut kelompok skala usaha.. .............................
93
35
Matrik Pay-offdalam Interaksi "Permainan" antara Bank/ Lembaga
Keuangan dan UKM dalam perekonomian di Jawa Timur
95
36
Matrik Pay-off dalam Interaksi "Permainan" antara BanWLembaga
Keuangan dan UKM dalam perekonomian di Jawa Timur Jika Terjadi
Konflik
98
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1
Kerangka tabel input output ......................................................................
17
2
Kerangka pemikiran ...............................................................
30
3
Struktur permintaan barang dan jasa menurut kelompok usaha
.............
56
4
Struktur permintaan barang dan jasa menurut kelompok usaha .............
57
5
Pola hubungan usaha kecii, menengah dan besar dalam kondisi base line
84
6
Pola hubungan usaha kecil. menengah dan besar yang ideal ....................
84
7
Strategi dan Kebijakan Pengembangan Usaha Kecil ..................................
106
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1
Tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun 2004 Cuta rp.) transaksi domestik
atas dasar harga produsen ......................................................................
117
2
Struktur penyediaan barang dan jasa tabel 1-0 UKM Jawa Timur 2004
177
(%)
3
.,. .. .... ......... ...... .... ..... ......... ......... ..... ................. ..
,
,,
,
Struktur permintaan barang dan jasa tabel 1-0 UKM Jawa Timur 2004
........... .... .......... ...............................
(%) .. .. ....... .......
.....
178
,
4
Struktur output, NTB, impor, tenaga kerja, lndeks Daya Penyebaran
(IDP) dan lndeks Kepekaan (IDK) tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun
2004.. ............................................................................
181
5
Rasio Permintaan Antara (RPA) dan rasio Input Antara (RIA) tabel 1-0
UKM Jawa Timur tahun 2004......................................... ............... ........
184
6
Tabel penyediaan domestik tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun 2004 (iuta
rp.) ............... .......... ..........................................................
187
7
Rasio penyediaan domestik tabel 1-0 UKM Jawa Timur 2004 (%). ........
188
8
Rasio penyediaan impor tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun 2004 (%) .....
189
9
Rasio penyediaan domestik (UK) tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun
2004 (%). ................... .............. ...... ................ .......... ........
190
..
.
..
10 Rasio penyediaan domestik (UM) tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun
2004 (%).. ................... .. ................................. ..................
191
11 Rasio penyediaan domestik (UB) tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun
2004 (%).. ............................... . ...................................... ...
192
12 Rasio permintaan (UK) tabel 1-0UKM Jawa Tirnur tahun 2004 (YO)....
193
Rasio permintaan (UK) tabel 1-0UKM Jawa Timur tahun 2004 (%) ....
194
14 Jumlah tenaga kerja tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun 2004 (orang). ..
195
Rasio tenaga kerja tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun 2004 (orang). ....
196
16 Dampak kenaikan BBM terhadap UKM Jawa Timur tahun 2004.. . .. ...
197
.
13
15
I.
1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejak lepas dari krisis ekonomi beberapa waktu lalu serangkaian kebijakan-
kebijakan makro ekonomi telah diupayakan pemerintah bahkan banyak program kerja
telah dilakukan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif, tetapi perkembangan
ekonomi belum sesuai yang diharapkan. Tugas pemerintah adalah sebagai fasilitator
dan dinamisator sementara peran aktif pelaku ekonomi serta seluruh komponen
masyarakat termasuk didalamnya kelompok usaha kecil dan menengah diharapkan
secara
bertahap
mampu
meningkatkan
peranannya
dalam
menyelaraskan
perekonomian bangsa. Peluang bagi usaha kecil dan menengah untuk berperan lebih
besar dan memiliki daya saing yang kuat karena usaha kecil dan menengah menjadi
bagian integral perkembangan ekonomi nasional bahkan saat krisis ekonomi terjadi
usaha kecil menengah mampu menjadi penyelamat perekonomian ditengah
rnerosotnya kinerja usaha besar.
Krisis ekonomi berkepanjangan telah menyebabkan menurunnya kegiatan
sektor riil yang tercermin dari tidak optimalnya pemanfaatan kapasitas produksi yang
dalam menghadapi persaingan global tidak ada pilihan selain meningkatkan daya
saing nasional, dengan meningkatkan produktivitas nasional melalui keunggulan
kompetitif yang didasarkan keunggulan komparatif. permasalahan struktural yang
dihadapi oleh dunia usaha umumnya adalah rendahnya mobilitas vertikal. Usahausaha kecil menghadapi tembok-tembok tebal untuk menerobos menjadi usaha
menengah. Tembok penyekat semakin berlapis-lapis bagi usaha menengah untuk
menjadi usaha besar. Selain itu, berdasarkan data yang tersedia, mayoritas UKM
sebetulnya adalah usaha rumah tanggalmikro usaha kecil), sedang yang berukuran
menengah relatif sangat tipis atau keropos di tengah (the hallow middle). Usaha
menengah bisa dikatakan tenggelam terjepit di antara dominasi usaha kecil dan
mikro, namun kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) sangat rendah,
dan di lain pihak usaha besar yang jumlahnya sangat sedikit sekali, namun
kontribusinya terhadap PDB sangat dominan (Kokotiasa, 2002)
Pemulihan ekonomi dari kondisi krisis yang berkepanjangan tidak sepatutnya
diandalkan pada para konglomerat yang justru telah terbukti mengambil keuntungan
selama terjadinya krisis ekonomi di Indonesia. Sebaliknya ekonomi rakyat yang
selalu membuktikan diri sebagai sokoguru ekonomi nasional harus diberdayakan agar
makin mampu menjadi pemain utama dalam pemulihan ekonomi Indonesia dan
perkembangannya di masa depan (Mubyarto, 2002).
Perubahan struktur ekonomi dapat diartikan sebagai perubahan sumbangan
berbagai sektor dalam menciptakan produksi nasional serta struktur produksi nasional
serta stuktur penggunaan tenaga kerja. Perubahan ini terjadi karena adanya dua faktor
yaitu perubahan pola permintaan masyarakat akibat meningkatnya pendapatan
perkapita dan teknologi yang secara terus menerus berlangsung. Akibatnya sektorsektor ekonomi mengalami perubahan struktur produksi untuk mengimbangi
permintaan masyarakat maupun teknologi diatas. Laju pertumbuhan yang cukup
bervariasi antar sektor ekonomi akan mengakibatkan pergeseran struktur.
Usaha Kecil Menengah adalah salah satu pelaku pilar perekonomian nasional
yang memiliki posisi sangat strategis untuk terus dikembangkan. Hal ini disebabkan
oleh daya serap tenaga kerja pada UKM demikian besar. UKM lebih tangguh dalam
menghadapi krisis ekonomi dibandingkan kelompok usaha besar. Sehingga UKM
dapat dikatakan sebagai katup pengaman perekonomian nasional ketika usaha-usaha
besar banyak yang menghadapi kesulitan saat terjadinya puncak krisis ekonomi.
Semarang ini UKM sangat diharapkan dapat berperan sepeni negara-negara maju
yakni sebagai salah satu sumber penting peningkatan ekspor non migas (Tambunan,
2002).
Kinerja UKM di level nasional dalam beberapa tahun terakhir terus
meningkat. Besaran PDB yang diciptakan UKM tahun 2003 mencapai Rp. 1.013,s
triliun (56,7 persen dari total PDB nasional) dengan perincian 41,l persen berasal dari
usaha kecil dan 15,6 persen berasal dari usaha menengah. Pada tahun 2000,
sumbangan UKM baru mencapai 54,s persen terhadap total PDB nasional (berasal
dari usaha kecil 39,7 persen dan usaha menengah 14,s persen (Berita Resmi Statistik,
24 Maret 2004)
Pada tahun 2003 jumlah unit usaha UKM adalah 42,4 juta naik 9,5 persen
dibanding dengan tahun 2000, sedangkan jumlah tenaga kerja yang bekerja disektor
UKM pada tahun 2003 tercatat 79,O juta pekerja yaitu lebih tinggi 8,6 juta pekerja
dibanding tahun 2000 dengan 70,4 juta pekerja, atau selama periode 2000-2003
meningkat sebesar 12,2 persen atau rata-rata 4,l persen per tahun.
Pertumbuhan PDB UKM sejak tahun 2001 bergerak lebih cepat dari total PDB
Nasional dengan tingkat pertumbuhan masing-masing sebesar 3,8 persen tahun 2001,
4,l persen tahun 2002 kemudian 4,6 persen tahun 2003. Sumbangan pertumbuhan
PDB UKM lebih tinggi dibandingkan sumbangan pertumbuhan dari usaha besar.
Pada tahun 2000 dari 4,9 persen pertumbuhan PDB nasional secara total, 2,8
persennya berasal dari pertumbuhan UKM. Kemudian, di tahun 2003 dari 4,l persen
pertumbuhan PDB Nasional secara total, 2,4 persen diantaranya berasal dari
pertumbuhan UKM.
Propinsi Jawa Timur selama ini dikenal sebagai propinsi yang banyak
mempunyai sentra bisnis UKM. Hal ini didukung dengan kedudukan Jawa Timur
yang strategis dalam perekonomian nasional. Ini terlihat dari peranannya (nomor 2)
dalam penciptaan nilai tambah nasional yaitu sebesar 13,69 persen dari total PDB
nasional. Propinsi DKI Jakarta menempati posisi pertama dengan peran sebesar 14,94
persen. Menurut catatan Departemen Perindustrian dan Perdagangan Jatim tahun
2000 saja tercatat 2.385.826 unit usaha industri dan dagang kecil menengah yang
tersebar di seluruh wilayah Jatim. Potensi yang sedemikian besar memerlukan kajian
tentang seberapa besar peranan UKM di Propinsi Jawa Timur dalam penciptaan nilai
tambah perekonomian dan seberapa besar daya serap tenaga kerjanya.
Peranan ini menjadi sangat penting untuk diketahui sebagai upaya penyusunan
dasar perencanaan pembangunan ekonomi daerah otonom dengan tidak lagi
bergantung kepada usaha berskala besar saja. Selama ini, eksistensi jutaan pelaku
UKM dengan jutaan orang yang bergantung kepadanya, ternyata berada dalam posisi
pinggiran, rentan dan marginal. UKM hanya dijadikan komoditas politik ketimbang
upaya memberdayakannya menjadi pelaku ekonomi kerakyatan yang tangguh
(Widibyo, 2002).
Berkaitan dengan peranannya didalam penciptaan nilai tambah, perlu juga
diketahui bagaimana keterkaitan antar sektor ekonomi UKM menurut kegiatannya
atau bahkan dapat dirinci lagi menurut skala usahanya, yakni skala usaha kecil,
menengah dan besar. Kemajuan disuatu sektor tidak mungkin dicapai tanpa dukungan
sektor-sektor lainnya. Disisi lain sebagai salah satu katup pengaman penyerapan
tenaga kerja perlu dilakukan kajian seberapa besar kemampuan UKM di Jawa Timur
menyerap tenaga kerja dan tingkat produktifitasnya.
Pengaruh kebijakan pemerintah terhadap pengembangan UKM dilakukan
melalui beberapa jalur diantaranya melalui kebijakan makro ekonomi seperti
kebijakan fiskal dan moneter serta kebijakan langsung terhadap UKM lewat
pembinaan dan bantuan pelatihan serta pendampingan (Alwie, 2004).
Terdapat karakteristik khusus dari suatu produk yang cocok untuk industri
kecil dan ada kelompok produk yang cocok untuk industri besar. Industri kecil tidak
akan mampu bertahan pada kelompok produk yang cocok untuk industri besar.
Industri besar sebaliknya tidak akan tertarik untuk masuk dan bersaing dalam
kelompok produk yang cocok untuk industri kecil, karena pertimbangan efisiensi
skala usaha.
Peran pemerintah ini juga bukan pada pemberian modal, tetapi lebih pada
membina kemampuan industri kecil dan membuat suatu kondisi yang mendorong
kemampuan industri kecil dalam mengakses modal, (Pardede, 2000). Pemerintah
dengan kata lain harus membina kemampuan industri kecil dalam menghitung modal
optimum yang diperlukan, kemampuan menyusun suatu proposal pendanaan ke
lembaga-lernbaga pemberi modal, serta mengeluarkan kebijakan atau peraturan yang
lebih memihak industri kecil dalam pemberian kredit.
1.2.
Perurnusan Masalah
Peranan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam memacu pertumbuhan
ekonomi belakangan ini dipercaya banyak kalangan telah mempercepat pemulihan
ekonomi, baik melalui penyerapan tenaga yang tinggi maupun kontribusinya dalam
penciptaan nilai tambah bruto. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas
maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan secara singkat sebagai berikut :
I. Bagaimanakah
profil
dan
struktur
UKM
serta
peranannya
dalam
perekonomian di Jawa Timur dan bagaimanakah hubungan keterkaitan sektor
ekonomi (UKM) dengan sektor-sektor lainnya ?
2. Sektor-sektor ekonomi (UKM) unggulan apa sajakah yang dapat mendorong
terciptanya pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur ? dan berapakah daya serap
tenaga kerja sektor-sektor ekonomi UKM di Jawa Timur serta seberapa besar
produktifitasnya ?
3. Bagaimanakah dampak kenaikan harga BBM terhadap eksistensi dan
pengembangan usaha kecil menengah di Jawa Timur ?
4. Strategi dan kebijaksanaan seperti apa yang perlu dilakukan oleh pemerintah
untuk membangun usaha kecil menengah di Jawa Timur ?
1.3.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diungkapkan diatas, maka tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Mengenal profil dan struktur UKM serta peranannya dalam sistem
perekonomian Jawa Timur.
2. Menganalisis keterkaitan sektor ekonomi (UKM) dengan sektor-sektor
lainnya, kemampuan penetrasinya yang diukur melalui daya penyebaran
(power of dispersion) dan derajat kepekaan ( degree of sensitivity ) serta
bagaimana kebutuhan dan pemenuhan barang dan jasa Jawa Timur dapat
dipenuhi oleh masing-masing pelaku ekonomi.
3. Mengkaji data dan informasi tentang kemampuan UKM dalam menyerap
tenaga kerja, tingkat produktifitas dan menguji daya tahan UKM terhadap
kebijakan pemerintah seperti kenaikkan harga BBM.
4. Merumuskan arah strategi pengembangan UKM bagi perekonomian Propinsi
Jawa Timur.
1.4
Manfaat Penelitian
Hasil dari studi empiris yang dilakukan oleh penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat antara lain :
1.
Memperkaya khasanah studi empiris bagi para perencana pembangunan dan
pengambil kebijakan di Propinsi Jawa Timur
2.
Dapat digunakan sebagai acuan di dalam pemberdayaan usaha kecil
menengah baik dalam ha1 pemberian bantuan modal maupun program
pemberdayaan lainnya seperti pelatihan, pengenalan teknologi, pembukaan
akses pasar yang lebih luas dan peningkatan ekspor.
3.
Memberikan gambaran tentang potensi penyerapan tenaga kerja sebagai
upaya mengatasi pengangguran.
4.
Memberikan gambaran besaran dampak mulfiplier effect atas kebijakan yang
diambil terhadap UKM.
5.
Menyusun strategi, kebijakan dan program pengembangan UKM di Jawa
Timur.
11.
2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Pembangunan Ekonomi Wilayah
Pembangunan mengandung arti luas dimana peningkatan produksi memang
merupakan salah satu ciri pokok dalam proses pembangunan. Proses pembangunan
mencakup perubahan pada komposisi produksi, perubahan pada pola penggunaan
(alokasi), sumber daya produksi (productive resource) diantara sektor-sektor kegiatan
ekonomi, perubahan pada pola pembagian (disfribution) kekayaan dan pendapatan di
antara berbagai golongan pelaku ekonomi, perubahan pada kerangka kelembagaan
(institusional framework)
dalam
kehidupan
masyarakat
secara menyeluruh
(Djojohadikusumo, 1994).
Proses pembangunan ekonomi suatu daerah merupakan proses dimana
pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada
dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta
untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan
kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999).
Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan
yang diterapkan berbeda pula. Peniruan mentah-mentah pola kebijaksanaan yang
pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah, belum tentu memberikan manfaat
yang sama bagi daerah lainnya. Jika akan membangun suatu daerah, kebijakan yang
diambil harus sesuai dengan kondisi (masalah, kebutuhan, dan potensi) daerah yang
bersangkutan. Penelitian yang mendalam tentang potensi daerah harus dilakukan
untuk mendapatkan data dan informasi yang berguna bagi penentuan perencanaan
pembangunan daerah yang bersangkutan (Arsyad, 1999).
Pengertian tentang pembangunan ekonomi selain menyangkut perubahan
kuantitatif pada produksi dan pendapatan, mencakup juga perubahan kualitatif dalam
tata susunan masyarakat secara menyeluruh. Pembangunan merupakan suatu
transformasi dalam arti perubahan struktural, yaitu; perubahan dalam struktur
ekonomi masyarakat yang meliputi pola perimbangan-perimbangan keadaan yang
melekat pada
landasan
kegiatan ekonomi
dan
bentuk
susunan ekonomi
(Djojohadikusumo, 1994).
Perencanaan pengembangan wilayah dan permukiman dibangun dengan
memperhatikan aspek ekonomi maupun non ekonomi. Pembangunan berkelanjutan
yang berarti memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan
generasi yang akan datang harus diarahkan untuk mencapai tiga tujuan mencakup
sekurang-kurangnya tiga dimensi, yaitu tujuan ekonomi, sosial dan ekosistem (Anwar
dan Rustiadi, 2000).
Terdapat tiga unsur penting yang hams diperhatikan agar tujuan ekonomi dan
sosial dapat dicapai secara bersarnaan, yaitu distribusi pendapatan, kesempatan kerja
(employment),
dan
kesempatan
kerja
serta
upaya
pemerataan
hasil-hasil
pembangunan, untuk itu, segala bentuk rintangan (barriers) yang menghalangi akses
masyarakat, terutama masyarakat miskin untuk ikut serta dalam pembangunan,
pemanfaatan sumberdaya, dan lain-lain, harus ditekan sekecil mungkin atau
dihilangkan. Misalnya dengan pemberian kesempatan berusaha dan mengembangkan
usaha bagi masyarakat kecil melalui pemberian pinjaman modal beningkatan
sumberdaya kapital), penyediaan berbagai fasilitas yang mampu meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia, dan lain-lain. Keberpihakan terhadap kelompok
masyarakat miskin, masyarakat perdesaan, wanita dan anak-anak, atau kelompok
masyarakat lain yang selama ini diabaikan, perlu dilakukan sehingga tujuan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sekaligus pemerataan dan pengentasan
kemiskinan dapat teratasi. lntinya adalah bahwa pemberdayaan masyarakat adalah ha1
yang sangat penting dilaksanakan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan
(Anwar dan Rustiadi, 2000).
Lebih lanjut lagi dalam pembuatan program pengembangan wilayah dan
pemukiman, konsultasi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (stakholders)
sangat dibutuhkan, dan dengan konsultasi maka apa yang diinginkan atau diharapkan
rnasyarakat dapat diketahui sehingga program-program yang mengacu pada hasil
konsultasi tersebut dapat diterima oleh semua pihak, terutama masyarakat sebagai
objek pembangunan.
2.2
Pengembangan UKM dalam Perekonomian Wilayah
Pengembangan usaha kecil menengah di era otonomi daerah sangat strategis
untuk pembangunan ekonomi daerah. Otonomi daerah merupakan peluang bagi
ekonomi rakyat (UKM) untuk melakukan lompatan transformasi yang progresif
untuk melakukan ekspansi pasar. Selama ini produk UKM hanya mencapai pangsa
pasar masyarakat kelas bawah dan domestik dengan tingkat kualitas produk yang
inferior. Ekonomi kerakyatan (UKM) adalah sebuah tatanan ekonomi yang terdiri
dari sejumlah usaha-usaha kecil dengan orientasi usaha masih sekedar memenuhi
pemenuhan kebutuhan subsitensi dikelola oleh rakyat, modal dan akumulasi terbatas,
teknologi dan manajemen tradisonal, padat karya dan output produksi diperuntukkan
bagi rakyat.
Serangkaian kebijakan telah dikeluarkan, UKM bahkan dianggap sebagai
soko-guru
dan
menjadi
bagian
integral
perkembangan
ekonomi
nasional.
Kedudukannya sejajar dengan dua pelaku ekonomi lainnya, yakni BUMN (Badan
Usaha Milik Negara) dan swasta, sebuah prinsip yang diadopsi dari pasal 33 UUD
1945. Tapi, selama itu pula gerakan dan eksistensi jutaan pelaku UKM dengan jutaan
orang yang bergantung kepadanya, ternyata berada dalam posisi pinggiran, rentan dan
marginal.
UKM
hanya
dijadikan
komoditas
politik
ketimbang
upanya
memberdayakannya menjadi pelaku ekonomi kerakyatan yang tangguh. Pemerintah
selalu
berpihak
kepada
usaha
besar
(konglomerat).
Pemerintah
memang
rnengeluarkan beberapa kebijakan termasuk bantuan pendanaan untuk UKM. Tapi
kebijakan dan bantuan itu cenderung bersifat politis dan menjadikan UKM hanya
sebagai komoditas politik pula (Widibyo, 2002).
Kebijakan konseptual dan struktural yang diiringi program yang tepat (bukan
sebagai komoditas politik belaka) itulah yang diperlukan agar UKM mampu menjadi
tulang-punggung perekonomian nasional. Tanpa sentuhan reformasi kebijakan dari
pemerintah saja, UKM tumbuh pesat dan kontribusinya mampu menjadi national
economi buffer pada saat krisis ekonomi sekarang ini. Tentu saja pertumbuhan dan
kontribusi UKM akan semakin meningkat dengan sentuhan reformasi kebijakan
pemerintah yang konseptual dan struktural diiringi program yang tepat seperti
dilakukan oleh negara-negara disebut di atas. Sentuhan reformasi kebijakan
pemerintah yang konseptual dan struktural diiringi program yang tepat tentunya pada
masa datang, UKM bukan saja marnpu menjadi national economi buffer tapi juga
mampu menjadi alternatif pilihan pekerjaan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat (Widibyo, 2002).
Anwar dan Rustiadi (2000) mengemukakan bahwa pembangunan berbasis
pembangunan wilayah dan lokal memandang penting keterpaduan antar sektoral,
antar spatial (keruangan), serta antar pelaku pembangunan (intra) di dalam dan antar
daerah sehingga program-program pembangunan sektoral dilaksanakan dalam
kerangka pembangunan wilayah.
Perkembangan wilayah yang baik ditunjukkan oleh keterkaitan antar sektor
ekonomi wilayah, dalam arti terjadi transfer input dan output barang dan jasa antar
sektor secara dinamis dimana keragaman potensi sumberdaya alam serta aktifitasaktifitas sosial ekonomi yang tersebar secara tidak merata membutuhkan adanya
interaksi spasial yang optimal dalam arti terjadinya struktur keterkaitan antar wilayah
yang berlangsung secara dinamis. Pertumbuhan ekonomi wilayah akan terkait dengan
perubahan-perubahan dalam struktur ekonomi misalnya, perubahan dalam produksi
sektoral, distribusi
pendapatan
dan proses pengembangan
spasial, dimana
pertumbuhan akan mengikuti pola yang seragam melalui suatu rangkaian tahapan
perubahan spasial dan sektoral.
Menurut UU No 9 tahun 1995 dan Badan Pusat Statistik serta Menteri
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah skala usaha dapat dibedakan menjadi : Usaha
Kecil adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga
maupun suatu badan yang bertujuan untuk memproduksi barang dan jasa untuk
diperniagakan secara komersial dan mempunyai omzet penjualan sebesar satu miliar
rupiah atau kurang. Usaha Menengah adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan bertujuan untuk memproduksi
barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial dan mempunyai omzet
penjualan lebih dari 1 miliar sampai dengan 50 miliar. Usaha Besar adalah kegiatan
ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan
bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial
dan mempunyai omzet penjualan lebih dari 50 miliar.
2.3
Pengukuran Kinerja Ekonomi UKM
Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan
kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,
memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat,
meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran kegiatan
ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier, dengan perkataan lain arah
dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik
secara mantap, dan dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Indikatorindikator statistik diperlukan untuk mengetahui tingkat dan pertumbuhan pendapatan
masyarakat yang digunakan sebagai ukuran dan dasar perencanaan pembangunan
nasional atau regional khususnya di bidang ekonomi. Salah satu indikator yang
dipakai adalah Produk Domestik Regional Bruto yang dapat dipakai sebagai bahan
indikator dan bahan evaluasi dari hasil pembangunan ekonomi yang telah
dilaksanakan oleh berbagai pihak, baik pemerintah pusatldaerah, maupun swasta.
Transaksi ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari, secara sederhana dapat dibedakan dua kelompok besar yaitu: kelompok
produsen dan kelompok konsumen. Kelompok produsen menggunakan faktor
produksi yang berasal dari kelompok konsumen dan digunakan untuk menghasilkan
barang dan jasa. Sebaliknya barang dan jasa yang dihasilkan produsen dibeli oleh
konsumen dan digunakan untuk memenuhi kebutuhannya.
Kelompok konsumen memiliki faktor produksi; tanah, tenaga, modal dan
kewiraswastaaan yang diberikan pada perusahaan dan menerima balas jasanya berupa
sewa tanah, upah dan gaji, bunga modal dan keuntungan. Balas jasa yang diterima ini
disebut nilai tambah atau pendapatan, yang selanjutnya digunakan oleh konsumen
untuk membeli barang dan jasa dari produsen untuk dikonsumsi. Transaksi dari kedua
kelompok ini yang satu merupakan pemakai barang dan jasa, berkesinambungan
sehingga membentuk siklus perekonomian.
Barang dan jasa yang digunakan dalam kenyataannya baik untuk konsumsi
maupun barang modal, tidak semua berasal dari dalam negeri tetapi sebagian dari luar
negeri. Barang dan jasa yang dihasilkan di dalam negeri sebaliknya tidak semuanya
digunakan di dalam negeri tetapi sebagian digunakan di luar negeri, di mana ha1 ini
akan diceminkan dalam perekonomian terbuka. Pendapatan regional dalam pengertian luar negeri juga termasuk luar daerah. Perekonomian yang sifatnya terbuka,
perputaran ekonomi akan lebih rumit dibandingkan dengan perekonomian tertutup
sederhana.
Melihat siklus ekonomi di atas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan regional
adalah sebagai berikut:
(a)
ditinjau dari segi produksi, disebut produk regional, merupakan jumlah nilai
tambah (produk) yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang dimiliki oleh
penduduk suatu daerah dalam jangka waktu yang tertentu (satu tahun);
(b)
ditinjau dari segi pendapatan, disebut pendapatan regional (regional income)
merupakan jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor produksi
yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah dalam jangka waktu yang tertentu
(satu tahun);
(c)
atau apabila ditinjau dari segi pengeluaran, disebut pengeluaran regional
(region expenditure),
dilakukan
oleh
merupakan jumlah
rumahtangga,
iembaga
pengeluaran konsumsi yang
swasta
nirlaba,
pemerintah,
pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor net0 suatu daerah dalam
jangka waktu tertentu (satu tahun).
Pendapatan yang dihasilkan oleh suatu negara atau daerah kenyataannya
belum tentu akan dinikmatildigunakan oleh masyarakat di daerah tersebut, dan
begitupun sebaliknya ada pendapatan yang dinikrnati oleh rnasyarakat daerah tersebut
yang berasal dari daerah lainnya. Sehubungan dengan itu maka timbullah aliran
pendapatan dari satu daerah ke daerah lainnya. Produktivitas suatu daerah
dicerminkan oleh produk domestik, sedang tingkat kesejahteraan masyarakat dapat
dilihat dari sudut penggunaannya, setelah diperhitungkan aliran pendapatan yang
keluar masuk daerah tersebut.
Neraca ekonomi regional bertujuan memberikan suatu gambaran statistik
mengenai kegiatan ekonomi yang terjadi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.
Secara lebih konkret dapat diketahui bahwa neraca ekonomi regional menyajikan
suatu ukuran kuantitatif yang dinyatakan dalam nilai uang, mengenai tingkat
produksi, konsumsi, tabungan, investasi, ekspor, impor, nilai tambah dan agregat
ekonomi makro lainnya untuk suatu daerah.
Neraca ekonomi regional merupakan suatu sitem penyediaan informasi
ekonomi
baik
pada
tingkat
agregasi
maupun
pada
unsur-unsur
dan
komponen-komponennya. Sistem ini memberikan suatu ringkasan kegiatan ekonomi
dengan membedakan antara lain:
a.
bentuk perekonomian, kegiatan, misalnya produksi, konsumsi, akumulasi;
b.
sektor dan badan-badan atau lembaga-lembaga yang melakukan kegiatan
proses produksi, menciptakan pendapatan dan pengeluaran, serta melakukan
pembentukan modal dan penyediaan dana; dan
c,
jenis-jenis transaksi seperti: penjualan dan pembelian barang dan jasa, hadiah,
sumbangan, pajak-pajak dan bentuk transfer lainnya.
Neraca ekonomi regional memperkenalkan konsep-konsep dasar ekonomi
makro
dengan
cara
mengkonsolidasikan
masalah-masalah
ekonomi
secara
keseluruhan walaupun data dasarnya diperoleh dari satuan (unit-unit) ekonomi kecil,
misalnya; perusahaan, perseorangan dan rumahtangga. Data yang diperoleh dari
unit-unit ekonomi kemudian diagregasikan sesuai dengan klasifikasi yang ditentukan.
Neraca ekonomi regional diharapkan tingkah laku perekonomian yang menyangkut
aspek produksi, pendapatan, konsumsi, tabungan, investasi, sumber dan penggunaan
dana, perubahan stok, ekspor dan impor dapat diketahui. Suatu analisis data dapat
diperoleh hubungan-hubungan secara fungsional dari unsur-unsur dan komponen
tersebut di atas, sehingga secara umum merupakan konsep ekonomi makro.
Proses ekonomi dari sisi analisis biasanya disajikan sebagai suatu proses berputar
(siklus kegiatan), yang ditandai antara lain dengan aspek-aspek penting seperti
berikut ini:
(1)
Produksi barang dan jasa dengan bantuan input antara (biaya antara) dan input
primer (biaya primer minus faktor produksi).
(2)
Penciptaan pendapatan dalam proses produksi, dan distribusinya ke berbagai
faktor produksi primer, dan distribusi selanjutnya dari pendapatan yang
diterima oleh berbagai faktor produksi tadi ke berbagai sektor ekonomi.
(3)
Pendistribusian kembali pendapatan antar sektor-sektor ekonomi (institusi)
yang berbeda, dan pengeluaran pendapatan untuk barang konsumsi maupun
untuk keperluan lain.
(4)
Tabungan yang terjadi dalam ekonomi (oleh berbagai sektor yang berbeda)
maupun investasi yang dilakukan, serta hubungan antara kedua komponen
tersebut.
(5)
Hubungan eksternal antara ekonomi domestik dengan luar negeri dan luar
daerah.
2.4
Model Input-Output dalam Analisis UKM
Model input-output regional diperlukan untuk perencanaan pembangunan
usaha kecil menengah didaerah karena karakteristik dan ciri suatu perekonomian
regional mungkin berbeda dengan karakeristik yang mewarnai perekonomian
nasional. Semakin kecil suatu perekonomian, semakin besar ketergantungannya
kepada faktor-faktor eksogen dari luar perekonomian tersebut. Analisis input-output
pertama kali dikembangkan oleh Vassily W. Leontief pada tahun 1947. Teknik ini
digunakan untuk menelaah keterkaitan antar industri dalam upaya untuk memahami
kompleksitas perekonomian serta kondisi untuk mempertahankan keseimbangan
antara penawaran dan permintaan. Teknik ini juga dikenal sebagai analisis antar
industri (Nazara, 1997).
Tabel input-output pada dasarnya merupakan suatu rangkaian statistik dalam
bentuk matrik yang menyajikan tentang transaksi barang dan jasa d i n g keterkaitan
antar sektor yang satu dengan sektor lainnya, dalam suatu kegiatan perekonomian
suatu daerah pada suatu periode tertentu. Tabel 1-0 dapat menjelaskan bagaimana
ouput suatu sektor ekonomi didistribusikan ke sektor tertentu dan bagaimana pula
suatu sektor memperoleh input yang diperlukan dari sektor-sektor lainnya.
Menurut Saefulhakim (2000) pada dasarnya tabel input-output (1-0) adalah
gambaran lebih rinci dari system neraca ekonomi wilayah/nasional (neraca konsumsi,
neraca akumulasi capital/investasi, dan neraca eksternal wilayaNIuar negeri). Tabel I0 dapat digunakan untuk (1) memperkirakan dampak permintaan akhir dan
perubahannya (pengeluaran rumah tangga, pengeluaran pemerintah, investasi dan
ekspor) terhadap berbagai output sektor produksi, nilai tambah (PDRB), pendapatan
masyarakat, kebutuhan tenaga kerja, pajak (PAD untuk tingkat daerah) dan
sebagainya, (2) mengetahui komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa
sehingga mempermudah analisis tentang kebutuhan impor dan kemungkinan
substitusinya dan (3) memberi petunjuk mengenai sektor-sektor yang yang
mempunyai pengaruh terkuat serta sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Leontief (1947) mengemukakan kelebihan tabel 1-0 dibandingkan alat
analisis lainnya dalam ekonomi perencanaan dan pembangunan adalah sifat
keseimbangan tabel 1-0 yang termasuk dalam model General Equilibrium. Model
dasar input-output yang telah dikembangkan oleh Leontief adalah : Struktur
perekonomian tersusun atas beberapa sektor yang saling berintegrasi melalui
transaksi jual beli antara pemenuhan input dengan penjualan produk output suatu
sektor dijual kepada sektor lainnya dan untuk memenuhi permintaan akhir. Input
suatu sektor dibeli dari sektor-sektor lainnya dari rumah tangga (dalam bentuk tenaga
kerja) dari pemerintah (dalam bentuk pajak), penyusutan, surplus usaha, serta impor
dari wilayah lain. Hubungan antara input dan input bersifat linier dimana dalam
suatu kurun waktu analisis (yang biasanya dilakukan selama satu tahun) total input
sama dengan output. Suatu sektor terdiri dari satu atau beberapa perusahaan dan input
itu diproduksi oleh satu teknologi.
Keuntungan lain yang diperoleh bila menggunakan tabel 1-0 dalam
perencaaan pembangunan wilayah adalah dapat menjelaskan dengan baik keterkaitan
antara berbagai macam sektor dalam perekonomian nasional maupun perekonomian
wilayah, dapat ditentukan besarnya output dan kebutuhan faktor produksi lain dari
satu set permintaan akhir dan akibat yang ditimbulkan perubahan permintaan, baik
yang disebabkan oleh pemerintah maupun swasta terhadap perekonomian dapat
diramalkan dengan rinci dan tepat serta adanya perubahan teknologi dan harga
relative dapat diintegrasikan kedalam model melalui penyesuaian koefisien.
2.4.1 Kerangka Dasar Tabel Input-Output
Tabel input-output disajikan dalam bentuk matriks, yaitu sistem penyajian
data yang menggunakan dua dimensi: baris dan kolom. Isian sepanjang baris tabel
input-output menunjukkan pengalokasian/pendistribusian dari output yang dihasilkan
oleh suatu sektor dalam memenuhi permintaan antara oleh sektor lainnya dan
permintaan akhir. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan struktur input yang
digunakan oleh masing-masing sektor dalam kegiatan produksinya.
Gambaran tentang penyajian tabel input-output dapat dilihat dalam ilustrasi
tabel input-output pada sistem perekonomian yang terdiri dari 3 sektor produksi, yaitu
sektor 1, 2 dan 3, lsian sepanjang baris pada tabel tersebut memperlihatkan komposisi
penyediaan dan permintaan pada suatu sektor. Penyediaan dapat berasal dari output
domestik (X,) dan impor untuk produk sejenis (M,). Sedangkan permintaannya terdiri
dari permintaan antara (x,)) dan permintaan akhir (F,). Isian sepanjang kolom tabel
tersebut menunjukkan susunan input yang digunakan dalam proses produksi oleh
suatu sektor. Input tersebut dari input antara (x,))dan input primer (V,).
Permintaan
Antara
Alokasi Output
Struktur Input
Penyediaan
Permintaan
Akhir
Impor
FI
MI
Jumlah
Out ut
XI
1
2
3
1
XI,
Xi2
x13
2
x21
~ 2 2 x23
F2
M2
Xz
3
x31
~ 3 2~ 3 3
F3
M3
X3
Input Primer
VI
V2
J
USAHA KECIL DAN MENENGAH
DI PROPINSI JAWA TIMUR
EKO OESMAN
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
SURAT PERNYATAAN
Dengall ini menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
ANALISIS EKONOMI KINERJA USAHA KECIL DAN MENENGAH Dl PROPINSI
JAWA TIMUR.
Adalah benar benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Juni 2006
ABSTRAK
EKO OESMAN. Analisis Ekonomi Kinerja Usaha Kecil dan Menengah di Propinsi
Jawa Timur. (AFFENDI ANWAR sebagai Ketua, SUNSUN SAEFULHAKIM dan
HERMANTO SIREGAR sebagai Anggota Komisi Pembimbing).
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu pilar perekonomian
Indonesia yang potensial untuk dikembangkan di masa depan. Propinsi Jawa Timur
merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki potensi UKM cukup besar
yaitu 6,63 juta unit UKM, atau ke-2 terbesar setelah Jawa Tengah. Tujuan utama
penelitian ini adalah mengkaji kinerja dan daya tahan UKM terhadap perubahan
kebijakan makro ekonomi pemerintah. Dengan menggunakan pendekatan Input-Output
dan simulasi ditemukan bahwa jika permintaan akhir konsumsi rumah tangga dan
ekspor barang-barang dan jasa UKM meningkat sebesar 10 %, perekonomian Jawa
Timur akan tumbuh sebesar 3,28 persen, penyerapan tenaga kerja sebesar 4,78 persen,
dan pendapatan masyarakat sebesar 3,35 persen. Sementara dampak buruk kenaikan
harga BBM ternyata lebih kecil pada UKM dibandingkan dengan usaha besar.
Kata kunci : usaha kecil menengah, analisis input-output dan indeks daya penyebaran
dan indeks derajat kepekaan
ANALISIS EKONOMI KINERJA
USAHA KECIL DAN MENENGAH
DI PROPINSI JAWA TIMUR
Oleh :
EKO OESMAN
NRP : P.15500034.E
P
"
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
~u Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
Y PASCA SARJANA
'RTANIAN BOGOR
'006
: Analisis Ekonomi Kinerja Ekonomi Usaha Kecil dan
Judul
Menengah di Propinsi Jawa Timur.
Nama Mahasiswa
: Eko Oesman
NRP
: P.15500034.E
Program Studi
: Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
Disetujui :
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Affendi Anwar, M.Sc
Ketua
*
Dr. Ir. Hermanto Sireear M.Ec
Anggota
Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Perdesaan
Prof. Ir. Isang Gonarsvah. Ph.D
-- _...._-.-.
.~
Tanggal Ujian : 1 Februari 2006
,
* pl~.-.:
I.-
Tanggal Lulus :
,
n
L
S26
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padang Sumatera Barat pada tanggal 26 Juni 1967 sebagai anak ke
lima dari lima bersaudara yang merupakan putra dari Bapak Oesrnan Adam dan Ibu
Syamsiar Hasan. Penulis menjalankan pendidikan dasar di SD Adabiah Padang (1974198I), Sekolah Menengah Negeri No 5 Padang (1 98 1-1983), Sekolah Menengah Atas
Negeri 3 Padang (1983-1986) dan Universitas Andalas Padang (1986-1992). Penulis
menikah dengan Esi Oktavia pada tahun 1995 dan telah dikaruniai dua orang putra
yakni M. Alif Fatullah (8 tahun) dan Naura Saffa (4 tahun). Penulis bekerja di Badan
Pusat Statistik sejak tahun 1994 dan ditempatkan dibagian Konsolidasi Neraca Sektoral.
Saat ini penulis menjabat sebagai Kepala Seksi Konsolidasi Neraca Triwulanan yang
bertanggung jawab mengkonsolidasikan data Produk Domestik Bruto (PDB) triwulanan
rnenurut lapangan usaha.
PRAKATA
Penelitian ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar
Master Sains pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan,
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Dalarn penelitian ini penulis mendapat birnbingan dari tiga dosen pembimbing,
yang pertama Bapak. Prof. Dr. Ir. Affendi Anwar, M.Sc sebagai ketua pembimbing.
Anggota komisi pembimbing terdiri dari Bapak Dr. Ir. H.R. Sunsun Saefulhakim M.Agr
dan Bapak. Dr. Ir. Hermanto Siregar M.Ec.
Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang tidak terhingga
kepada komisi pembimbing atas bimbingan, arahan, serta pengkayaan pengetahuan
sehingga bisa tersusun penelitian yang diharapkan bisa menghasilkan kajian yang
bermanfaat bagi masyarakat banyak.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua atas doanya
yang tak pernah putus, istriku Esi Oktavia dan anak-anakku M. Alif Fatullah dan Naura
Saffa atas dorongan dan dukungan yang tidak ternilai serta kepada dan rekan-rekan yang
telah memberikan bantuan dorongan semangat dan doa, semoga amal ibadah ini
mendapat balasan dari Allah SWT.
Pada akhirnya penulis panjatkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas
limpahan Rahmat dan Kasih Sayang-Nya sehingga segala aktifitas yang penulis lakukan
dalam penyusunan penelitian ini bisa berjalan dengan lancar dan menghasilkan karya
tulis yang bermanfaat.
Bogor, Juni 2006
DAFTAR IS1
Halaman
............................................................................. iv
Dafiar Isi .....................................................................................v
Daftar Tabel .................................................................................vii
.............................................................................V l...l l
Kata Pengantar
Daftar Gambar
1.
........................................................................... ix
1
PENDAHULUAN ................................................................
I1.
...........................................................
1.2 Pemmusan Masalah ......................................................
1.3 Tujuan Penelitian .........................................................
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................
Daftar Lampiran
1.1
Latar Belakang
1
4
5
6
7
......................................
7
9
2.3
.............
Pengukuran Kinerja Ekonomi UKM ..................................
2.4
Model Input Output Dalam Analisis UKM
2.1
Pembangunan Ekonomi Wilayah
2.2
Pengembangan UKM Dalam Perekonomian Wilayah
...........................
2.6
..................................
2.4.2 Asumsi dan Keterbatasan .......................................
Pengukuran Keterkaitan Tenaga Kerja Sektoral ........,c.............
Analisis Kebocoran Wilayah ..............................................
2.7
Analisis Kebutuhan Investasi
2.4.1
2.5
Kerangka Tabel Input Output
11
14
16
19
20
t.
I_
............................................
24
25
.....................................................
27
................................................
31
I11.
KERANGKA PEMIKIRAN
IV .
METODOLOGI PENELITIAN
...............................................................
31
4.1
Sumber Data
4.2
Tahapan Penyusunan Tabel 1-0 UKM Propinsi Jawa Timur .......
4.3
Analisis-Analisis .......................................................... 34
4.3.1
Kajian Profil dan Peranan Strategis Dalam Perekonomian
4.3.2
.............................................
Analisis Sektor Unggulan .......................................
Propinsi Jawa Timur
32
4.3.3
Analisis Derajat Kepekaan Penyerapan dan Produktifitas
Tenaga Kerja ......................................................
...............
4.3.4
Analisis Keterkaitan dan Kebocoran Wilayah
4.3.5
Analisis Derajat Kepekaan Simulasi Kebijakan Kenaikan
Permintaan.. .......................................................
4.3.6
Analisis Simulasi Dampak Kenaikan
Terhadap UKM
4.3.7
4.3.8
Harga BBM
...........................................
..................................
Analisis Game Theory.. .........................................
Analisis Kebutuhan Investasi
V. DESKRIPS1 USAHA KECIL MENENGAH DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI JAWA TIMUR ......................................................
5.1
Protil dan Peranan Strategis UKM Dalam Perekonomian Propinsi
Jawa Timur ...................................................................
5.2
Posisi Usaha Kecil Menengah dalam Struktur Penyediaan dan
Permintaan.. .................................................................
5.3 Posisi Usaha Kecil dan Menengah dalam Struktur Output dan Nilai
Tambah Bruto ...............................................................
5.4 Posisi Usaha Kecil dan Menengah dalam Struktur Tenaga
Kerja.. ........................................................................
5.5
Rasio Pemintaan Antara (RPA) dan Rasio Input Antara (RIA). ....
VI. ANALISIS INPUT-OUTPUT : DISAGREGASI USAHA KECIL,
MENENGAH DAN USAHA BESAR. .............................................
6.1
Analisis Dampak.. ..........................................................
6.1.1
Dampak Permintaan Akhir Terhadap Output.. ..............
6.1.2
Dampak Permintaan Akhir Terhadap Nilai Tambah Bruto
6.1.3
Dampak Permintaan Akhir Terhadap Kebutuhan Tenaga
Kerja ...................................................................................
6.2 Analisis Keterkaitan ........................................................
6.2.1
6.3
6.4
6.5
Daya Penyebaran
..............................................
..............................................
Struktur Hubungan Usaha Kecil Menengah dan Besar ....
6.2.3
Analisis Kebocoran Wilayah .............................................
Analisis Kebutuhan Investasi .............................................
. . .s
A n a l ~ s ~S~mulasi
............................................................................
6.2.2
Derajat Kepekaan
6.5.1
Simulasi Kebijakan Kenaikan Permintaan Konsumsi
Rumahtangga dan Ekspor menurut skala usaha ..................
6.5.2
Simulasi Dampak Kenaikan BBM Terhadap UKM Jawa
Timur Menurut Skala Usaha ...........................................
6.6
. . s Theory .......................................................................
A n a l ~ s ~Game
6.7 Pembahasan : Sintesis terhadap hasil-hasil analisis
....................
6.8 Strategi, Kebijakan dan Program Pengembangan UKM di Jawa
Timur ...............................................................................................
VII .
KESIMPULAN DAN SARAN
.................................................
..................................................................
7.2 Saran .........................................................................
Daftar Pustaka ..............................................................................
Lampiran ....................................................................................
7.1 Kesimpulan
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1
PDRB Jawa Timur menurut skala usaha tahun 2004 (juta rp.)................
49
2
Peranan PDRB Jawa Timur menurut skala usaha tahun 2004 (persen) ....
50
3
Distribusi PDRB Jawa Timur menurut skala usaha tahun 2004 (persen)
51
4
Struktur penyediaan sepuluh sektor yang memiliki persentase impor
relatif besar tahun 2004. ............. ................ ...........................
53
5
Struktur penyediaan sepuluh sektor yang memiliki persentase terbesar
dari usaha kecil tahun 2004 (persen) ........................................................
54
6
Struktur penyediaan sepuluh sektor yang memiliki persentase tetbesar
dari usaha menengah tahun 2004 (persen) ...............................................
55
7
Struktur permintaan sepuluh sektor yang memiliki persentase ekspor
terbesar tahun 2004 (persen). . .... .. .... ..... ...... ............. ...............
57
8
Struktut permintaan berdasarkan persentase ekspor terbesar dimasingmasing kelompok skala usaha tahun 2004 (persen). .........................
59
9
Struktur output sepuluh sektor yang memiliki sumbangan terbesar tahun
2004............................. ......... ....................... ........... .......
60
.
.
10 Struktur output berbagai sektor ekonomi yang memiliki sumbangan
terbesar dimasing-masing kelompok skala usaha tahun 2004....... ......
61
11 Struktur NTB sepuluh sektor yang memiliki sumbangan terbesar tahun
2004. ........... ........ ....... . .. ...... . ... ..... ....... ... .... ................ ...
62
12 Struktur NTB beberapa sektor ekonomi yang memiliki sumbangan
terbesar dimasing-masing kelompok skala usaha tahun 2004 (persen). ..
63
.
.. . .
Struktur beberapa sektor ekonomi yang memiliki tenaga kerja terbesar di
masing-masing kelompok skala usaha tahun 2004 (persen). ......... ... .....
65
14 Produktifitas tenaga kerja terbesar dimasing-masing kelompok skala
usaha tahun 2004 (jutalorang)........................................ ..........................
66
15
68
13
.
Beberapa sektor ekonomi yang memiliki Rasio Permintaan Antara (RPA)
relatif tinggi dimasing-masing kelompok skala usaha tahun 2004 (persen)
16 Beberapa sektor ekonomi yang memiliki Rasio Input Antara (RIA) relatif
rendah dimasing-masing kelompok skala usaha tahun 2004 (persen). .....
17
Beberapa sektor ekonomi yang memiliki Rasio Input Antara (RIA) dari
usaha besar relatif tinggi dimasing-masing kelompok skala usaha tahun
2004 (persen). .......................................................................
18 Tabel 1-0 UKM domestik atas dasar harga produsen tahun 2004,3 sektor
(miliar rupiah) ..............................................................................................
19
Struktur tabel 1-0UKM domestik atas dasar harga produsen tahun 2004,
3 sektor ...............................................................................
20 Matrik pengganda 1-0 UKM 2004, 3 sektor (miliar rupiah). .................
21 Nilai output tabel 1-0 UKM menurut skala usaha yang dipengaruhi oleh
komponen permintaan akhir tahun 2004 (miliar rupiah) ......................
22
Struktur dan komposisi output menurut skala usaha yang dipengaruhi
oleh komponen permintaan akhir (YO)...........................................
23 Nilai NTB tabel 1-0 UKM menurut skala usaha yang dipengaruhi oleh
komponen permintaan akhir tahun 2004 (miliar rupiah). ......................
24
Struktur dan komposisi NTB menurut skala usaha yang dipengaruhi oleh
komponen permintaan akhir ('%I). .................................................
25
Jumlah tenaga kerja tabel 1-0 UKM menurut skala usaha yang
dipengaruhi oleh komponen permintaan akhir tahun 2004. ...................
26 Struktur dan komposisi tenaga kerja tabel 1-0UKM menurut skala usaha
yang dipengaruhi oleh komponen permintaan akhir tahun 2004 .............
27
Lima sektor yang memiliki lndeks Daya Penyebaran (IDP) tinggi
menurut kelompok skala usaha.. .................................................
28 Lima sektor yang memiliki Indeks Daya Kepekaan (IDK) tinggi menurut
kelompok skala usaha.. ............................................................
29
Sektor-sektor usaha kecil dan menengah yang mempunyai IDP rendah
dan IDK tinggi ..............................................................................................
30 Nilai PMTB usaha kecil dan rnenengah di Jawa Timur tahun 2004 (juta
rupiah.) ......................................................................................................
31
Hasil simulasi kebijakan kenaikan komponen permintaan terhadap output
menurut skala usaha. ...............................................................
89
32
Lima sektor yang memiliki dampak total paling besar terhadap kenaikan
BBM menurut kelompok skala usaha ............................................
91
33
Lima sektor yang memiliki dampak langsung paling besar terhadap
kenaikan BBM menurut kelompok skala usaha ...............................
93
34
Lima sektor yang memiliki dampak tidak langsung paling besar terhadap
kenaikan BBM menurut kelompok skala usaha.. .............................
93
35
Matrik Pay-offdalam Interaksi "Permainan" antara Bank/ Lembaga
Keuangan dan UKM dalam perekonomian di Jawa Timur
95
36
Matrik Pay-off dalam Interaksi "Permainan" antara BanWLembaga
Keuangan dan UKM dalam perekonomian di Jawa Timur Jika Terjadi
Konflik
98
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1
Kerangka tabel input output ......................................................................
17
2
Kerangka pemikiran ...............................................................
30
3
Struktur permintaan barang dan jasa menurut kelompok usaha
.............
56
4
Struktur permintaan barang dan jasa menurut kelompok usaha .............
57
5
Pola hubungan usaha kecii, menengah dan besar dalam kondisi base line
84
6
Pola hubungan usaha kecil. menengah dan besar yang ideal ....................
84
7
Strategi dan Kebijakan Pengembangan Usaha Kecil ..................................
106
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1
Tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun 2004 Cuta rp.) transaksi domestik
atas dasar harga produsen ......................................................................
117
2
Struktur penyediaan barang dan jasa tabel 1-0 UKM Jawa Timur 2004
177
(%)
3
.,. .. .... ......... ...... .... ..... ......... ......... ..... ................. ..
,
,,
,
Struktur permintaan barang dan jasa tabel 1-0 UKM Jawa Timur 2004
........... .... .......... ...............................
(%) .. .. ....... .......
.....
178
,
4
Struktur output, NTB, impor, tenaga kerja, lndeks Daya Penyebaran
(IDP) dan lndeks Kepekaan (IDK) tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun
2004.. ............................................................................
181
5
Rasio Permintaan Antara (RPA) dan rasio Input Antara (RIA) tabel 1-0
UKM Jawa Timur tahun 2004......................................... ............... ........
184
6
Tabel penyediaan domestik tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun 2004 (iuta
rp.) ............... .......... ..........................................................
187
7
Rasio penyediaan domestik tabel 1-0 UKM Jawa Timur 2004 (%). ........
188
8
Rasio penyediaan impor tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun 2004 (%) .....
189
9
Rasio penyediaan domestik (UK) tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun
2004 (%). ................... .............. ...... ................ .......... ........
190
..
.
..
10 Rasio penyediaan domestik (UM) tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun
2004 (%).. ................... .. ................................. ..................
191
11 Rasio penyediaan domestik (UB) tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun
2004 (%).. ............................... . ...................................... ...
192
12 Rasio permintaan (UK) tabel 1-0UKM Jawa Tirnur tahun 2004 (YO)....
193
Rasio permintaan (UK) tabel 1-0UKM Jawa Timur tahun 2004 (%) ....
194
14 Jumlah tenaga kerja tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun 2004 (orang). ..
195
Rasio tenaga kerja tabel 1-0 UKM Jawa Timur tahun 2004 (orang). ....
196
16 Dampak kenaikan BBM terhadap UKM Jawa Timur tahun 2004.. . .. ...
197
.
13
15
I.
1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejak lepas dari krisis ekonomi beberapa waktu lalu serangkaian kebijakan-
kebijakan makro ekonomi telah diupayakan pemerintah bahkan banyak program kerja
telah dilakukan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif, tetapi perkembangan
ekonomi belum sesuai yang diharapkan. Tugas pemerintah adalah sebagai fasilitator
dan dinamisator sementara peran aktif pelaku ekonomi serta seluruh komponen
masyarakat termasuk didalamnya kelompok usaha kecil dan menengah diharapkan
secara
bertahap
mampu
meningkatkan
peranannya
dalam
menyelaraskan
perekonomian bangsa. Peluang bagi usaha kecil dan menengah untuk berperan lebih
besar dan memiliki daya saing yang kuat karena usaha kecil dan menengah menjadi
bagian integral perkembangan ekonomi nasional bahkan saat krisis ekonomi terjadi
usaha kecil menengah mampu menjadi penyelamat perekonomian ditengah
rnerosotnya kinerja usaha besar.
Krisis ekonomi berkepanjangan telah menyebabkan menurunnya kegiatan
sektor riil yang tercermin dari tidak optimalnya pemanfaatan kapasitas produksi yang
dalam menghadapi persaingan global tidak ada pilihan selain meningkatkan daya
saing nasional, dengan meningkatkan produktivitas nasional melalui keunggulan
kompetitif yang didasarkan keunggulan komparatif. permasalahan struktural yang
dihadapi oleh dunia usaha umumnya adalah rendahnya mobilitas vertikal. Usahausaha kecil menghadapi tembok-tembok tebal untuk menerobos menjadi usaha
menengah. Tembok penyekat semakin berlapis-lapis bagi usaha menengah untuk
menjadi usaha besar. Selain itu, berdasarkan data yang tersedia, mayoritas UKM
sebetulnya adalah usaha rumah tanggalmikro usaha kecil), sedang yang berukuran
menengah relatif sangat tipis atau keropos di tengah (the hallow middle). Usaha
menengah bisa dikatakan tenggelam terjepit di antara dominasi usaha kecil dan
mikro, namun kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) sangat rendah,
dan di lain pihak usaha besar yang jumlahnya sangat sedikit sekali, namun
kontribusinya terhadap PDB sangat dominan (Kokotiasa, 2002)
Pemulihan ekonomi dari kondisi krisis yang berkepanjangan tidak sepatutnya
diandalkan pada para konglomerat yang justru telah terbukti mengambil keuntungan
selama terjadinya krisis ekonomi di Indonesia. Sebaliknya ekonomi rakyat yang
selalu membuktikan diri sebagai sokoguru ekonomi nasional harus diberdayakan agar
makin mampu menjadi pemain utama dalam pemulihan ekonomi Indonesia dan
perkembangannya di masa depan (Mubyarto, 2002).
Perubahan struktur ekonomi dapat diartikan sebagai perubahan sumbangan
berbagai sektor dalam menciptakan produksi nasional serta struktur produksi nasional
serta stuktur penggunaan tenaga kerja. Perubahan ini terjadi karena adanya dua faktor
yaitu perubahan pola permintaan masyarakat akibat meningkatnya pendapatan
perkapita dan teknologi yang secara terus menerus berlangsung. Akibatnya sektorsektor ekonomi mengalami perubahan struktur produksi untuk mengimbangi
permintaan masyarakat maupun teknologi diatas. Laju pertumbuhan yang cukup
bervariasi antar sektor ekonomi akan mengakibatkan pergeseran struktur.
Usaha Kecil Menengah adalah salah satu pelaku pilar perekonomian nasional
yang memiliki posisi sangat strategis untuk terus dikembangkan. Hal ini disebabkan
oleh daya serap tenaga kerja pada UKM demikian besar. UKM lebih tangguh dalam
menghadapi krisis ekonomi dibandingkan kelompok usaha besar. Sehingga UKM
dapat dikatakan sebagai katup pengaman perekonomian nasional ketika usaha-usaha
besar banyak yang menghadapi kesulitan saat terjadinya puncak krisis ekonomi.
Semarang ini UKM sangat diharapkan dapat berperan sepeni negara-negara maju
yakni sebagai salah satu sumber penting peningkatan ekspor non migas (Tambunan,
2002).
Kinerja UKM di level nasional dalam beberapa tahun terakhir terus
meningkat. Besaran PDB yang diciptakan UKM tahun 2003 mencapai Rp. 1.013,s
triliun (56,7 persen dari total PDB nasional) dengan perincian 41,l persen berasal dari
usaha kecil dan 15,6 persen berasal dari usaha menengah. Pada tahun 2000,
sumbangan UKM baru mencapai 54,s persen terhadap total PDB nasional (berasal
dari usaha kecil 39,7 persen dan usaha menengah 14,s persen (Berita Resmi Statistik,
24 Maret 2004)
Pada tahun 2003 jumlah unit usaha UKM adalah 42,4 juta naik 9,5 persen
dibanding dengan tahun 2000, sedangkan jumlah tenaga kerja yang bekerja disektor
UKM pada tahun 2003 tercatat 79,O juta pekerja yaitu lebih tinggi 8,6 juta pekerja
dibanding tahun 2000 dengan 70,4 juta pekerja, atau selama periode 2000-2003
meningkat sebesar 12,2 persen atau rata-rata 4,l persen per tahun.
Pertumbuhan PDB UKM sejak tahun 2001 bergerak lebih cepat dari total PDB
Nasional dengan tingkat pertumbuhan masing-masing sebesar 3,8 persen tahun 2001,
4,l persen tahun 2002 kemudian 4,6 persen tahun 2003. Sumbangan pertumbuhan
PDB UKM lebih tinggi dibandingkan sumbangan pertumbuhan dari usaha besar.
Pada tahun 2000 dari 4,9 persen pertumbuhan PDB nasional secara total, 2,8
persennya berasal dari pertumbuhan UKM. Kemudian, di tahun 2003 dari 4,l persen
pertumbuhan PDB Nasional secara total, 2,4 persen diantaranya berasal dari
pertumbuhan UKM.
Propinsi Jawa Timur selama ini dikenal sebagai propinsi yang banyak
mempunyai sentra bisnis UKM. Hal ini didukung dengan kedudukan Jawa Timur
yang strategis dalam perekonomian nasional. Ini terlihat dari peranannya (nomor 2)
dalam penciptaan nilai tambah nasional yaitu sebesar 13,69 persen dari total PDB
nasional. Propinsi DKI Jakarta menempati posisi pertama dengan peran sebesar 14,94
persen. Menurut catatan Departemen Perindustrian dan Perdagangan Jatim tahun
2000 saja tercatat 2.385.826 unit usaha industri dan dagang kecil menengah yang
tersebar di seluruh wilayah Jatim. Potensi yang sedemikian besar memerlukan kajian
tentang seberapa besar peranan UKM di Propinsi Jawa Timur dalam penciptaan nilai
tambah perekonomian dan seberapa besar daya serap tenaga kerjanya.
Peranan ini menjadi sangat penting untuk diketahui sebagai upaya penyusunan
dasar perencanaan pembangunan ekonomi daerah otonom dengan tidak lagi
bergantung kepada usaha berskala besar saja. Selama ini, eksistensi jutaan pelaku
UKM dengan jutaan orang yang bergantung kepadanya, ternyata berada dalam posisi
pinggiran, rentan dan marginal. UKM hanya dijadikan komoditas politik ketimbang
upaya memberdayakannya menjadi pelaku ekonomi kerakyatan yang tangguh
(Widibyo, 2002).
Berkaitan dengan peranannya didalam penciptaan nilai tambah, perlu juga
diketahui bagaimana keterkaitan antar sektor ekonomi UKM menurut kegiatannya
atau bahkan dapat dirinci lagi menurut skala usahanya, yakni skala usaha kecil,
menengah dan besar. Kemajuan disuatu sektor tidak mungkin dicapai tanpa dukungan
sektor-sektor lainnya. Disisi lain sebagai salah satu katup pengaman penyerapan
tenaga kerja perlu dilakukan kajian seberapa besar kemampuan UKM di Jawa Timur
menyerap tenaga kerja dan tingkat produktifitasnya.
Pengaruh kebijakan pemerintah terhadap pengembangan UKM dilakukan
melalui beberapa jalur diantaranya melalui kebijakan makro ekonomi seperti
kebijakan fiskal dan moneter serta kebijakan langsung terhadap UKM lewat
pembinaan dan bantuan pelatihan serta pendampingan (Alwie, 2004).
Terdapat karakteristik khusus dari suatu produk yang cocok untuk industri
kecil dan ada kelompok produk yang cocok untuk industri besar. Industri kecil tidak
akan mampu bertahan pada kelompok produk yang cocok untuk industri besar.
Industri besar sebaliknya tidak akan tertarik untuk masuk dan bersaing dalam
kelompok produk yang cocok untuk industri kecil, karena pertimbangan efisiensi
skala usaha.
Peran pemerintah ini juga bukan pada pemberian modal, tetapi lebih pada
membina kemampuan industri kecil dan membuat suatu kondisi yang mendorong
kemampuan industri kecil dalam mengakses modal, (Pardede, 2000). Pemerintah
dengan kata lain harus membina kemampuan industri kecil dalam menghitung modal
optimum yang diperlukan, kemampuan menyusun suatu proposal pendanaan ke
lembaga-lernbaga pemberi modal, serta mengeluarkan kebijakan atau peraturan yang
lebih memihak industri kecil dalam pemberian kredit.
1.2.
Perurnusan Masalah
Peranan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam memacu pertumbuhan
ekonomi belakangan ini dipercaya banyak kalangan telah mempercepat pemulihan
ekonomi, baik melalui penyerapan tenaga yang tinggi maupun kontribusinya dalam
penciptaan nilai tambah bruto. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas
maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan secara singkat sebagai berikut :
I. Bagaimanakah
profil
dan
struktur
UKM
serta
peranannya
dalam
perekonomian di Jawa Timur dan bagaimanakah hubungan keterkaitan sektor
ekonomi (UKM) dengan sektor-sektor lainnya ?
2. Sektor-sektor ekonomi (UKM) unggulan apa sajakah yang dapat mendorong
terciptanya pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur ? dan berapakah daya serap
tenaga kerja sektor-sektor ekonomi UKM di Jawa Timur serta seberapa besar
produktifitasnya ?
3. Bagaimanakah dampak kenaikan harga BBM terhadap eksistensi dan
pengembangan usaha kecil menengah di Jawa Timur ?
4. Strategi dan kebijaksanaan seperti apa yang perlu dilakukan oleh pemerintah
untuk membangun usaha kecil menengah di Jawa Timur ?
1.3.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diungkapkan diatas, maka tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Mengenal profil dan struktur UKM serta peranannya dalam sistem
perekonomian Jawa Timur.
2. Menganalisis keterkaitan sektor ekonomi (UKM) dengan sektor-sektor
lainnya, kemampuan penetrasinya yang diukur melalui daya penyebaran
(power of dispersion) dan derajat kepekaan ( degree of sensitivity ) serta
bagaimana kebutuhan dan pemenuhan barang dan jasa Jawa Timur dapat
dipenuhi oleh masing-masing pelaku ekonomi.
3. Mengkaji data dan informasi tentang kemampuan UKM dalam menyerap
tenaga kerja, tingkat produktifitas dan menguji daya tahan UKM terhadap
kebijakan pemerintah seperti kenaikkan harga BBM.
4. Merumuskan arah strategi pengembangan UKM bagi perekonomian Propinsi
Jawa Timur.
1.4
Manfaat Penelitian
Hasil dari studi empiris yang dilakukan oleh penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat antara lain :
1.
Memperkaya khasanah studi empiris bagi para perencana pembangunan dan
pengambil kebijakan di Propinsi Jawa Timur
2.
Dapat digunakan sebagai acuan di dalam pemberdayaan usaha kecil
menengah baik dalam ha1 pemberian bantuan modal maupun program
pemberdayaan lainnya seperti pelatihan, pengenalan teknologi, pembukaan
akses pasar yang lebih luas dan peningkatan ekspor.
3.
Memberikan gambaran tentang potensi penyerapan tenaga kerja sebagai
upaya mengatasi pengangguran.
4.
Memberikan gambaran besaran dampak mulfiplier effect atas kebijakan yang
diambil terhadap UKM.
5.
Menyusun strategi, kebijakan dan program pengembangan UKM di Jawa
Timur.
11.
2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Pembangunan Ekonomi Wilayah
Pembangunan mengandung arti luas dimana peningkatan produksi memang
merupakan salah satu ciri pokok dalam proses pembangunan. Proses pembangunan
mencakup perubahan pada komposisi produksi, perubahan pada pola penggunaan
(alokasi), sumber daya produksi (productive resource) diantara sektor-sektor kegiatan
ekonomi, perubahan pada pola pembagian (disfribution) kekayaan dan pendapatan di
antara berbagai golongan pelaku ekonomi, perubahan pada kerangka kelembagaan
(institusional framework)
dalam
kehidupan
masyarakat
secara menyeluruh
(Djojohadikusumo, 1994).
Proses pembangunan ekonomi suatu daerah merupakan proses dimana
pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada
dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta
untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan
kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999).
Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan
yang diterapkan berbeda pula. Peniruan mentah-mentah pola kebijaksanaan yang
pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah, belum tentu memberikan manfaat
yang sama bagi daerah lainnya. Jika akan membangun suatu daerah, kebijakan yang
diambil harus sesuai dengan kondisi (masalah, kebutuhan, dan potensi) daerah yang
bersangkutan. Penelitian yang mendalam tentang potensi daerah harus dilakukan
untuk mendapatkan data dan informasi yang berguna bagi penentuan perencanaan
pembangunan daerah yang bersangkutan (Arsyad, 1999).
Pengertian tentang pembangunan ekonomi selain menyangkut perubahan
kuantitatif pada produksi dan pendapatan, mencakup juga perubahan kualitatif dalam
tata susunan masyarakat secara menyeluruh. Pembangunan merupakan suatu
transformasi dalam arti perubahan struktural, yaitu; perubahan dalam struktur
ekonomi masyarakat yang meliputi pola perimbangan-perimbangan keadaan yang
melekat pada
landasan
kegiatan ekonomi
dan
bentuk
susunan ekonomi
(Djojohadikusumo, 1994).
Perencanaan pengembangan wilayah dan permukiman dibangun dengan
memperhatikan aspek ekonomi maupun non ekonomi. Pembangunan berkelanjutan
yang berarti memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan
generasi yang akan datang harus diarahkan untuk mencapai tiga tujuan mencakup
sekurang-kurangnya tiga dimensi, yaitu tujuan ekonomi, sosial dan ekosistem (Anwar
dan Rustiadi, 2000).
Terdapat tiga unsur penting yang hams diperhatikan agar tujuan ekonomi dan
sosial dapat dicapai secara bersarnaan, yaitu distribusi pendapatan, kesempatan kerja
(employment),
dan
kesempatan
kerja
serta
upaya
pemerataan
hasil-hasil
pembangunan, untuk itu, segala bentuk rintangan (barriers) yang menghalangi akses
masyarakat, terutama masyarakat miskin untuk ikut serta dalam pembangunan,
pemanfaatan sumberdaya, dan lain-lain, harus ditekan sekecil mungkin atau
dihilangkan. Misalnya dengan pemberian kesempatan berusaha dan mengembangkan
usaha bagi masyarakat kecil melalui pemberian pinjaman modal beningkatan
sumberdaya kapital), penyediaan berbagai fasilitas yang mampu meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia, dan lain-lain. Keberpihakan terhadap kelompok
masyarakat miskin, masyarakat perdesaan, wanita dan anak-anak, atau kelompok
masyarakat lain yang selama ini diabaikan, perlu dilakukan sehingga tujuan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sekaligus pemerataan dan pengentasan
kemiskinan dapat teratasi. lntinya adalah bahwa pemberdayaan masyarakat adalah ha1
yang sangat penting dilaksanakan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan
(Anwar dan Rustiadi, 2000).
Lebih lanjut lagi dalam pembuatan program pengembangan wilayah dan
pemukiman, konsultasi dengan berbagai pihak yang berkepentingan (stakholders)
sangat dibutuhkan, dan dengan konsultasi maka apa yang diinginkan atau diharapkan
rnasyarakat dapat diketahui sehingga program-program yang mengacu pada hasil
konsultasi tersebut dapat diterima oleh semua pihak, terutama masyarakat sebagai
objek pembangunan.
2.2
Pengembangan UKM dalam Perekonomian Wilayah
Pengembangan usaha kecil menengah di era otonomi daerah sangat strategis
untuk pembangunan ekonomi daerah. Otonomi daerah merupakan peluang bagi
ekonomi rakyat (UKM) untuk melakukan lompatan transformasi yang progresif
untuk melakukan ekspansi pasar. Selama ini produk UKM hanya mencapai pangsa
pasar masyarakat kelas bawah dan domestik dengan tingkat kualitas produk yang
inferior. Ekonomi kerakyatan (UKM) adalah sebuah tatanan ekonomi yang terdiri
dari sejumlah usaha-usaha kecil dengan orientasi usaha masih sekedar memenuhi
pemenuhan kebutuhan subsitensi dikelola oleh rakyat, modal dan akumulasi terbatas,
teknologi dan manajemen tradisonal, padat karya dan output produksi diperuntukkan
bagi rakyat.
Serangkaian kebijakan telah dikeluarkan, UKM bahkan dianggap sebagai
soko-guru
dan
menjadi
bagian
integral
perkembangan
ekonomi
nasional.
Kedudukannya sejajar dengan dua pelaku ekonomi lainnya, yakni BUMN (Badan
Usaha Milik Negara) dan swasta, sebuah prinsip yang diadopsi dari pasal 33 UUD
1945. Tapi, selama itu pula gerakan dan eksistensi jutaan pelaku UKM dengan jutaan
orang yang bergantung kepadanya, ternyata berada dalam posisi pinggiran, rentan dan
marginal.
UKM
hanya
dijadikan
komoditas
politik
ketimbang
upanya
memberdayakannya menjadi pelaku ekonomi kerakyatan yang tangguh. Pemerintah
selalu
berpihak
kepada
usaha
besar
(konglomerat).
Pemerintah
memang
rnengeluarkan beberapa kebijakan termasuk bantuan pendanaan untuk UKM. Tapi
kebijakan dan bantuan itu cenderung bersifat politis dan menjadikan UKM hanya
sebagai komoditas politik pula (Widibyo, 2002).
Kebijakan konseptual dan struktural yang diiringi program yang tepat (bukan
sebagai komoditas politik belaka) itulah yang diperlukan agar UKM mampu menjadi
tulang-punggung perekonomian nasional. Tanpa sentuhan reformasi kebijakan dari
pemerintah saja, UKM tumbuh pesat dan kontribusinya mampu menjadi national
economi buffer pada saat krisis ekonomi sekarang ini. Tentu saja pertumbuhan dan
kontribusi UKM akan semakin meningkat dengan sentuhan reformasi kebijakan
pemerintah yang konseptual dan struktural diiringi program yang tepat seperti
dilakukan oleh negara-negara disebut di atas. Sentuhan reformasi kebijakan
pemerintah yang konseptual dan struktural diiringi program yang tepat tentunya pada
masa datang, UKM bukan saja marnpu menjadi national economi buffer tapi juga
mampu menjadi alternatif pilihan pekerjaan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat (Widibyo, 2002).
Anwar dan Rustiadi (2000) mengemukakan bahwa pembangunan berbasis
pembangunan wilayah dan lokal memandang penting keterpaduan antar sektoral,
antar spatial (keruangan), serta antar pelaku pembangunan (intra) di dalam dan antar
daerah sehingga program-program pembangunan sektoral dilaksanakan dalam
kerangka pembangunan wilayah.
Perkembangan wilayah yang baik ditunjukkan oleh keterkaitan antar sektor
ekonomi wilayah, dalam arti terjadi transfer input dan output barang dan jasa antar
sektor secara dinamis dimana keragaman potensi sumberdaya alam serta aktifitasaktifitas sosial ekonomi yang tersebar secara tidak merata membutuhkan adanya
interaksi spasial yang optimal dalam arti terjadinya struktur keterkaitan antar wilayah
yang berlangsung secara dinamis. Pertumbuhan ekonomi wilayah akan terkait dengan
perubahan-perubahan dalam struktur ekonomi misalnya, perubahan dalam produksi
sektoral, distribusi
pendapatan
dan proses pengembangan
spasial, dimana
pertumbuhan akan mengikuti pola yang seragam melalui suatu rangkaian tahapan
perubahan spasial dan sektoral.
Menurut UU No 9 tahun 1995 dan Badan Pusat Statistik serta Menteri
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah skala usaha dapat dibedakan menjadi : Usaha
Kecil adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga
maupun suatu badan yang bertujuan untuk memproduksi barang dan jasa untuk
diperniagakan secara komersial dan mempunyai omzet penjualan sebesar satu miliar
rupiah atau kurang. Usaha Menengah adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan bertujuan untuk memproduksi
barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial dan mempunyai omzet
penjualan lebih dari 1 miliar sampai dengan 50 miliar. Usaha Besar adalah kegiatan
ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan
bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial
dan mempunyai omzet penjualan lebih dari 50 miliar.
2.3
Pengukuran Kinerja Ekonomi UKM
Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan
kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,
memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat,
meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran kegiatan
ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier, dengan perkataan lain arah
dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik
secara mantap, dan dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Indikatorindikator statistik diperlukan untuk mengetahui tingkat dan pertumbuhan pendapatan
masyarakat yang digunakan sebagai ukuran dan dasar perencanaan pembangunan
nasional atau regional khususnya di bidang ekonomi. Salah satu indikator yang
dipakai adalah Produk Domestik Regional Bruto yang dapat dipakai sebagai bahan
indikator dan bahan evaluasi dari hasil pembangunan ekonomi yang telah
dilaksanakan oleh berbagai pihak, baik pemerintah pusatldaerah, maupun swasta.
Transaksi ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari, secara sederhana dapat dibedakan dua kelompok besar yaitu: kelompok
produsen dan kelompok konsumen. Kelompok produsen menggunakan faktor
produksi yang berasal dari kelompok konsumen dan digunakan untuk menghasilkan
barang dan jasa. Sebaliknya barang dan jasa yang dihasilkan produsen dibeli oleh
konsumen dan digunakan untuk memenuhi kebutuhannya.
Kelompok konsumen memiliki faktor produksi; tanah, tenaga, modal dan
kewiraswastaaan yang diberikan pada perusahaan dan menerima balas jasanya berupa
sewa tanah, upah dan gaji, bunga modal dan keuntungan. Balas jasa yang diterima ini
disebut nilai tambah atau pendapatan, yang selanjutnya digunakan oleh konsumen
untuk membeli barang dan jasa dari produsen untuk dikonsumsi. Transaksi dari kedua
kelompok ini yang satu merupakan pemakai barang dan jasa, berkesinambungan
sehingga membentuk siklus perekonomian.
Barang dan jasa yang digunakan dalam kenyataannya baik untuk konsumsi
maupun barang modal, tidak semua berasal dari dalam negeri tetapi sebagian dari luar
negeri. Barang dan jasa yang dihasilkan di dalam negeri sebaliknya tidak semuanya
digunakan di dalam negeri tetapi sebagian digunakan di luar negeri, di mana ha1 ini
akan diceminkan dalam perekonomian terbuka. Pendapatan regional dalam pengertian luar negeri juga termasuk luar daerah. Perekonomian yang sifatnya terbuka,
perputaran ekonomi akan lebih rumit dibandingkan dengan perekonomian tertutup
sederhana.
Melihat siklus ekonomi di atas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan regional
adalah sebagai berikut:
(a)
ditinjau dari segi produksi, disebut produk regional, merupakan jumlah nilai
tambah (produk) yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang dimiliki oleh
penduduk suatu daerah dalam jangka waktu yang tertentu (satu tahun);
(b)
ditinjau dari segi pendapatan, disebut pendapatan regional (regional income)
merupakan jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor produksi
yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah dalam jangka waktu yang tertentu
(satu tahun);
(c)
atau apabila ditinjau dari segi pengeluaran, disebut pengeluaran regional
(region expenditure),
dilakukan
oleh
merupakan jumlah
rumahtangga,
iembaga
pengeluaran konsumsi yang
swasta
nirlaba,
pemerintah,
pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor net0 suatu daerah dalam
jangka waktu tertentu (satu tahun).
Pendapatan yang dihasilkan oleh suatu negara atau daerah kenyataannya
belum tentu akan dinikmatildigunakan oleh masyarakat di daerah tersebut, dan
begitupun sebaliknya ada pendapatan yang dinikrnati oleh rnasyarakat daerah tersebut
yang berasal dari daerah lainnya. Sehubungan dengan itu maka timbullah aliran
pendapatan dari satu daerah ke daerah lainnya. Produktivitas suatu daerah
dicerminkan oleh produk domestik, sedang tingkat kesejahteraan masyarakat dapat
dilihat dari sudut penggunaannya, setelah diperhitungkan aliran pendapatan yang
keluar masuk daerah tersebut.
Neraca ekonomi regional bertujuan memberikan suatu gambaran statistik
mengenai kegiatan ekonomi yang terjadi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.
Secara lebih konkret dapat diketahui bahwa neraca ekonomi regional menyajikan
suatu ukuran kuantitatif yang dinyatakan dalam nilai uang, mengenai tingkat
produksi, konsumsi, tabungan, investasi, ekspor, impor, nilai tambah dan agregat
ekonomi makro lainnya untuk suatu daerah.
Neraca ekonomi regional merupakan suatu sitem penyediaan informasi
ekonomi
baik
pada
tingkat
agregasi
maupun
pada
unsur-unsur
dan
komponen-komponennya. Sistem ini memberikan suatu ringkasan kegiatan ekonomi
dengan membedakan antara lain:
a.
bentuk perekonomian, kegiatan, misalnya produksi, konsumsi, akumulasi;
b.
sektor dan badan-badan atau lembaga-lembaga yang melakukan kegiatan
proses produksi, menciptakan pendapatan dan pengeluaran, serta melakukan
pembentukan modal dan penyediaan dana; dan
c,
jenis-jenis transaksi seperti: penjualan dan pembelian barang dan jasa, hadiah,
sumbangan, pajak-pajak dan bentuk transfer lainnya.
Neraca ekonomi regional memperkenalkan konsep-konsep dasar ekonomi
makro
dengan
cara
mengkonsolidasikan
masalah-masalah
ekonomi
secara
keseluruhan walaupun data dasarnya diperoleh dari satuan (unit-unit) ekonomi kecil,
misalnya; perusahaan, perseorangan dan rumahtangga. Data yang diperoleh dari
unit-unit ekonomi kemudian diagregasikan sesuai dengan klasifikasi yang ditentukan.
Neraca ekonomi regional diharapkan tingkah laku perekonomian yang menyangkut
aspek produksi, pendapatan, konsumsi, tabungan, investasi, sumber dan penggunaan
dana, perubahan stok, ekspor dan impor dapat diketahui. Suatu analisis data dapat
diperoleh hubungan-hubungan secara fungsional dari unsur-unsur dan komponen
tersebut di atas, sehingga secara umum merupakan konsep ekonomi makro.
Proses ekonomi dari sisi analisis biasanya disajikan sebagai suatu proses berputar
(siklus kegiatan), yang ditandai antara lain dengan aspek-aspek penting seperti
berikut ini:
(1)
Produksi barang dan jasa dengan bantuan input antara (biaya antara) dan input
primer (biaya primer minus faktor produksi).
(2)
Penciptaan pendapatan dalam proses produksi, dan distribusinya ke berbagai
faktor produksi primer, dan distribusi selanjutnya dari pendapatan yang
diterima oleh berbagai faktor produksi tadi ke berbagai sektor ekonomi.
(3)
Pendistribusian kembali pendapatan antar sektor-sektor ekonomi (institusi)
yang berbeda, dan pengeluaran pendapatan untuk barang konsumsi maupun
untuk keperluan lain.
(4)
Tabungan yang terjadi dalam ekonomi (oleh berbagai sektor yang berbeda)
maupun investasi yang dilakukan, serta hubungan antara kedua komponen
tersebut.
(5)
Hubungan eksternal antara ekonomi domestik dengan luar negeri dan luar
daerah.
2.4
Model Input-Output dalam Analisis UKM
Model input-output regional diperlukan untuk perencanaan pembangunan
usaha kecil menengah didaerah karena karakteristik dan ciri suatu perekonomian
regional mungkin berbeda dengan karakeristik yang mewarnai perekonomian
nasional. Semakin kecil suatu perekonomian, semakin besar ketergantungannya
kepada faktor-faktor eksogen dari luar perekonomian tersebut. Analisis input-output
pertama kali dikembangkan oleh Vassily W. Leontief pada tahun 1947. Teknik ini
digunakan untuk menelaah keterkaitan antar industri dalam upaya untuk memahami
kompleksitas perekonomian serta kondisi untuk mempertahankan keseimbangan
antara penawaran dan permintaan. Teknik ini juga dikenal sebagai analisis antar
industri (Nazara, 1997).
Tabel input-output pada dasarnya merupakan suatu rangkaian statistik dalam
bentuk matrik yang menyajikan tentang transaksi barang dan jasa d i n g keterkaitan
antar sektor yang satu dengan sektor lainnya, dalam suatu kegiatan perekonomian
suatu daerah pada suatu periode tertentu. Tabel 1-0 dapat menjelaskan bagaimana
ouput suatu sektor ekonomi didistribusikan ke sektor tertentu dan bagaimana pula
suatu sektor memperoleh input yang diperlukan dari sektor-sektor lainnya.
Menurut Saefulhakim (2000) pada dasarnya tabel input-output (1-0) adalah
gambaran lebih rinci dari system neraca ekonomi wilayah/nasional (neraca konsumsi,
neraca akumulasi capital/investasi, dan neraca eksternal wilayaNIuar negeri). Tabel I0 dapat digunakan untuk (1) memperkirakan dampak permintaan akhir dan
perubahannya (pengeluaran rumah tangga, pengeluaran pemerintah, investasi dan
ekspor) terhadap berbagai output sektor produksi, nilai tambah (PDRB), pendapatan
masyarakat, kebutuhan tenaga kerja, pajak (PAD untuk tingkat daerah) dan
sebagainya, (2) mengetahui komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa
sehingga mempermudah analisis tentang kebutuhan impor dan kemungkinan
substitusinya dan (3) memberi petunjuk mengenai sektor-sektor yang yang
mempunyai pengaruh terkuat serta sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Leontief (1947) mengemukakan kelebihan tabel 1-0 dibandingkan alat
analisis lainnya dalam ekonomi perencanaan dan pembangunan adalah sifat
keseimbangan tabel 1-0 yang termasuk dalam model General Equilibrium. Model
dasar input-output yang telah dikembangkan oleh Leontief adalah : Struktur
perekonomian tersusun atas beberapa sektor yang saling berintegrasi melalui
transaksi jual beli antara pemenuhan input dengan penjualan produk output suatu
sektor dijual kepada sektor lainnya dan untuk memenuhi permintaan akhir. Input
suatu sektor dibeli dari sektor-sektor lainnya dari rumah tangga (dalam bentuk tenaga
kerja) dari pemerintah (dalam bentuk pajak), penyusutan, surplus usaha, serta impor
dari wilayah lain. Hubungan antara input dan input bersifat linier dimana dalam
suatu kurun waktu analisis (yang biasanya dilakukan selama satu tahun) total input
sama dengan output. Suatu sektor terdiri dari satu atau beberapa perusahaan dan input
itu diproduksi oleh satu teknologi.
Keuntungan lain yang diperoleh bila menggunakan tabel 1-0 dalam
perencaaan pembangunan wilayah adalah dapat menjelaskan dengan baik keterkaitan
antara berbagai macam sektor dalam perekonomian nasional maupun perekonomian
wilayah, dapat ditentukan besarnya output dan kebutuhan faktor produksi lain dari
satu set permintaan akhir dan akibat yang ditimbulkan perubahan permintaan, baik
yang disebabkan oleh pemerintah maupun swasta terhadap perekonomian dapat
diramalkan dengan rinci dan tepat serta adanya perubahan teknologi dan harga
relative dapat diintegrasikan kedalam model melalui penyesuaian koefisien.
2.4.1 Kerangka Dasar Tabel Input-Output
Tabel input-output disajikan dalam bentuk matriks, yaitu sistem penyajian
data yang menggunakan dua dimensi: baris dan kolom. Isian sepanjang baris tabel
input-output menunjukkan pengalokasian/pendistribusian dari output yang dihasilkan
oleh suatu sektor dalam memenuhi permintaan antara oleh sektor lainnya dan
permintaan akhir. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan struktur input yang
digunakan oleh masing-masing sektor dalam kegiatan produksinya.
Gambaran tentang penyajian tabel input-output dapat dilihat dalam ilustrasi
tabel input-output pada sistem perekonomian yang terdiri dari 3 sektor produksi, yaitu
sektor 1, 2 dan 3, lsian sepanjang baris pada tabel tersebut memperlihatkan komposisi
penyediaan dan permintaan pada suatu sektor. Penyediaan dapat berasal dari output
domestik (X,) dan impor untuk produk sejenis (M,). Sedangkan permintaannya terdiri
dari permintaan antara (x,)) dan permintaan akhir (F,). Isian sepanjang kolom tabel
tersebut menunjukkan susunan input yang digunakan dalam proses produksi oleh
suatu sektor. Input tersebut dari input antara (x,))dan input primer (V,).
Permintaan
Antara
Alokasi Output
Struktur Input
Penyediaan
Permintaan
Akhir
Impor
FI
MI
Jumlah
Out ut
XI
1
2
3
1
XI,
Xi2
x13
2
x21
~ 2 2 x23
F2
M2
Xz
3
x31
~ 3 2~ 3 3
F3
M3
X3
Input Primer
VI
V2
J