Ayat-ayat pendidikan

2.1. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah mukjizat abadi NabiMuhammad SAW yang sangat istimewa, mukjizat
abadi itu merupakan sebuah kitab, dan dengan kitab tersebut Allah menutup kenabian. Maka
tidaklah mengherankan apabila kemudian Al-Qur’an menjadi kitab yang paling banyak dibaca
orang, dikaji, dan ditelaah. Dan hal ini merupakan suatu "mukjizat" bahwa kajian-kajian tersebut
senantiasa menjadikan orang semakin kagum dan ingin mengkaji lebih dalam. Salah satu dari
keutamaan Alquran, seperti seringkali dibicarakan, adalah keindahan bahasanya (balaghah).
Secara bahasa Al-Qur’an berasal dari kata “qara’a–yaqra’u-qur’anan” yang berarti “yang di
baca atau bacaan”.
Al-Qur’an yaitu sebuah kitab yang berisi tentang firman Allah sebagai sumber utama untuk
setiap keyakinan dan ibadah orang Islam dan merupakan suatu mukjizat yang di turunkan kepada
nabi Muhammad SAW. Melalui perantaraan malaikat jibril, ditulis dalam mushaf yang
kemurniannya senantiasa terpelihara, dan membacanya merupakan amal ibadah.
Al-Qur’an merupakan kitab indukmaksudnyarujukan utama dari segala rujukan, sumber dari
segala sumber, basis bagi segala sains dan pengetahuan sejauh mana keabsahan ilmu harus
diukur standarnya adalah dengan Al-Qur’an.
Mushaf Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam bahasa Arab. Sehingga
banyak terjemahan Al-Qur’an, baik yang diterjemahkan ke daiam bahasa Inggris atau bahasa
lain. Tidak ada Al-Qur’an lain atau versi lain Al-Qur’an selain Al-Qur’an itu sendiri. Al-Qur’an
tetap eksis hanya dalam bahasa Arab sejak diturunkan.
2.2. Pengertian Al-Hadits


Menurut bahasa, hadits adalah “Al-Jadid” (baru), “Al-Qorib” (yang baru), “Al-Khobar”
(berita atau kabar). Seperti yang dikemukakan dalam Q.S. Ath-Thuur : 34, yang artinya “maka
hendaklah mereka mendatangkan suatu kabar yang sepertinya (Al-Qur’an), jika mereka orangorang yang benar”.
Menurut istilah, para ulama berbeda pendapat dalam memberikan pengertian tentang Hadits,
diantaranya adalah :
a)

Ulama Hadits umumnya menyatakan bahwa Hadits ialah segala ucapan Nabi, perbuatan beliau,
segala taqrir (pengakuan atau ketetapan) beliau, dan segala keadaan beliau.

b)

Ulama Ushul menyatakan bahwa Hadits ialah segala perkataan, perbuatan, dan taqrir Nabi yang
bersangkut paut dengan hukum.

c)

Sebagian ulama, salah satunya At-Thiby menyatakan bahwa Hadits ialah segala perbuatan,
perkataan, dan taqrir Nabi, para sahabatnya dan para Tabi’in.


d)

Abdul Wahab Ibnu Subky dalam “Mutnul Jam’il Jawami” menyatakan bahwa Hadits ialah
segala perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad SAW.
Adanya perbedaan pendapat antara ulama Hadits dengan ulama Ushul dalam memberikan
definisi Hadits di atas didasari oleh perbedaan cara peninjauannya.
Ulama Hadits meninjaunya bahwa pribadi Nabi itu adalah Uswatun Hasanah, sehingga
dengan demikian segala sesuatu yang berasal dari Nabi, baik berupa biografinya, akhlaknya,
beritanya, perkataan, dan perbuatannya, baik yang ada hubungannya dengan hukum atau tidak
dikategorikan sebagai Hadits.
Sedang ulama Ushul meninjaunya bahwa pribadi Nabi adalah sebagai pengatur undangundang di samping Al-Qur’an, yang menciptakan dasar-dasar ijtihad bagi para mujtahid yang
datang sesudahnya yang menjelaskan kepada umat manusia tentang aturan hidup.

JadiHadits adalah perkataan Nabi Muhammad SAW yang juga dijadikan sumber kedua.
Akan tetapi, pernyataan ini tidak dijadikan susunan kata secara langsung dari Allah. Sesegera
mungkin dia mulai menyampaikan Al-Qur’an dan mengajarkan kebenaran yang telah Allah
turunkan kepadanya, dia dan pengikutnya yang masih sedikit mendapat penyiksaan dari orangorang kafir. Penganiayaan itu semakin berat sampai tahun 622 M, dimana Allah memerintahkan
mereka untuk berhijrah.
2.3. Pengertian Pendidikan Islam

Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab 1 ayat 1,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. (UU Sisdiknas no. 20 th. 2003)
Kemudian pengertian pendidikan Islam antara lain menurut Dr. Yusuf Qardawi
sebagaimana dikutip Azyumardi Azra memberi pengertian pendidikan Islam yaitu pendidikan
manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya.
Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup dan menyiapkan untuk menghadapi
masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis pahitnya (Azyumardi Azra, 2000:
5)
Endang Saefuddin Anshari memberi pengertian secara lebih tehnis, pendidikan Islam
sebagai proses bimbingan (pimpinan, tuntunan dan usulan) oleh subyek didik terhadap
perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi), dan raga obyek didik dengan bahanbahan materi tertentu, pada jangka waktu tertentu, dengan metode tertentu dan dengan alat

perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran Islam
(Endang Saefuddin,1976: 85) Pendidikan Islam adalah suatu proses pembentukan individu
berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang diwahyukan Allah SWT kepada Muhammad Saw
(Azyumardi Azra, 1998: 5)
Sedangkan menurut hasil rumusan Seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960,

memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai: “bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan
jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh
dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.”(Muzayyin Arifin, 2003: 15)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, terdapat perbedaan antara pengertian pendidikan
secara umum dengan pendidikan Islam. Pendidikan secara umum merupakan proses pemindahan
nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perbedaan tersebut dalam hal nilainilai yang dipindahkan (diajarkan). Dalam pendidikan Islam, nilai-nilai yang dipindahkan berasal
dari sumber-sumber nilai Islam yakni Al-Qur’an, Sunah dan Ijtihad.
Jadi, pendidikan Islam merupakan proses bimbingan baik jasmani dan rohani berdasarkan
ajaran-ajaran agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian muslim sesuai dengan
ukuran-ukuran Islam.
2.4. Pendidikan Islam Didalam Al-Qur’an
Merujuk kepada informasi al-Qur’an pendidikan mencakup segala aspek jagat raya ini,
bukan hanya terbatas pada manusia semata, yakni dengan menempatkan Allah sebagai Pendidik
Yang Maha Agung. Konsep pendidikan al-Qur’an sejalan dengan konsep pendidikan Islam yang
dipresentasikan melalui kata tarbiyah, ta’lim dan ta’dib.

Tarbiyah berasal dari kata Robba, pada hakikatnya merujuk kepada Allah selaku
Murabby (pendidik) sekalian alam. Kata Rabb (Tuhan) dan Murabby (pendidik) berasal dari akar
kata seperti termuat dalam ayat al-Qur’an:
‫ب امرصحممههصما ك صصما صربب صصياغني صصغغيرا‬

‫صوامخغفمض ل صههصما صجصناصح ال بهذ ب غل غمصن ال بصرمحصمغة صوهقمل بصر غ ب‬
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:
"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku
waktu kecil". (Q.S. Al-Israa:24)
Menurut Syed Naquib Al-Attas, al-tarbiyah mengandung pengertian mendidik,
memelihara menjaga dan membina semua ciptaan-Nya termasuk manusia, binatang dan
tumbuhan (Jalaluddin, 2003: 115). Sedangkan Samsul Nizar menjelaskan kata al-tarbiyah
mengandung arti mengasuh, bertanggung jawab, memberi makan, mengembangkan, memelihara,
membesarkan, menumbuhkan dan memproduksi baik yang mencakup kepada aspek jasmaniah
maupun rohaniah (Samsul Nizar, 2001, 87).
Kata Rabb di dalam Al-Qur’an diulang sebanyak 169 kali dan dihubungkan pada obyekobyek yang sangat banyak. Kata Rabb ini juga sering dikaitkan dengan kata alam, sesuatu selain
Tuhan. Pengkaitan kata Rabb dengan kata alam tersebut seperti pada surat Al-A’raf ayat 61:
‫ب ال مصعال صغميصن‬
‫صقاصل صياصقموغم ل صي مصس غبي صضل صصلة صول صغكغبني صرهسول غممن صر غ ب‬
“ Nuh menjawab: Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun tetapi aku adalah utusan
Tuhan semesta alam.”
Pendidikan diistilahkan dengan ta’dib, yang berasal dari kata kerja “addaba” . Kata alta’dib diartikan kepada proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan
akhlak atau budi pekerti peserta didik (Samsul Nizar, 2001: 90). Kata ta’dib tidak dijumpai
langsung dalam al-Qur’an, tetapi pada tingkat operasional, pendidikan dapat dilihat pada praktek


yang dilakukan oleh Rasulullah. Rasul sebagai pendidik agung dalam pandangan pendidikan
Islam, sejalan dengan tujuan Allah mengutus beliau kepada manusia yaitu untuk
menyempurnakan akhlak (Jalaluddin, 2003: 125). Allah juga menjelaskan, bahwa sesungguhnya
Rasul adalah sebaik-baik contoh teladan bagi kamu sekalian.
‫ل صصقمد صكاصن ل صك همم غفي صرهسوغل الل ب صغه أ همسصوة صحصسصنة لغصممن صكاصن ي صمرهجو الل ب صصه صوال مي صموصم الغخصر صوصذك صصر الل ب صصه ك صغثيرا‬
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.”(Q.S. Al-Ahzab, 21)
Selanjutnya Rasulullah Saw meneruskan wewenang dan tanggung jawab tersebut kepada
kedua orang tua selaku pendidik kodrati. Dengan demikian status orang tua sebagai pendidik
didasarkan atas tanggung jawab keagamaan, yaitu dalam bentuk kewajiban orang tua terhadap
anak, mencakup memelihara dan membimbing anak, dan memberikan pendidikan akhlak kepada
keluarga dan anak-anak.
Pendidikan disebut dengan ta’lim yang berasal dari kata ‘alama berkonotasi pembelajaran
yaitu semacam proses transfer ilmu pengetahuan. Dalam kaitan pendidikan ta’lim dipahami
sebagai sebagai proses bimbingan yang dititikberatkan pada aspek peningkatan intelektualitas
peserta didik (Jalaluddin, 2003: 133). Proses pembelajaran ta’lim secara simbolis dinyatakan
dalam informasi al-Qur’an ketika penciptaan Adam As oleh Allah Swt. Adam As sebagai cikal
bakal dari makhluk berperadaban (manusia) menerima pemahaman tentang konsep ilmu
pengetahuan langsung dari Allah Swt, sedang dirinya (Adam As) sama sekali kosong.

Sebagaimana tertulis dalam surat al-Baqarah ayat 31 dan 32:
‫لء غإمن هكنتهمم صصاغدغقيصن‬
‫عصلى ال مصمل صغئك صغة صفصقاصل أ صن مغبهئوغني غبأ صمسصماغء صهاهؤ ص‬
‫عصرصضههمم ص‬
‫عل ب صصم آصدصم ال صمسصماصء ك هل ب صصها ث هبمص ص‬
‫صو ص‬

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama bendabenda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.”
‫حغكيهم‬
‫حان صصك ل ص غعل مصم ل صصنا غإل بص صما ص‬
‫ت ال مصعغليهم ال م ص‬
‫عل ب صممتصصنا غإن ب صصك أ صن م ص‬
‫صقاهلوا هسبم ص‬
“ Mereka menjawab, “Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah
Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.”
Dari ketiga konsep diatas, terlihat hubungan antara tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Ketiga konsep
tersebut menunjukkan hubungan teologis (nilai tauhid) dan teleologis (tujuan) dalam pendidikan
Islam sesuai al-Qur’an yaitu membentuk akhlak al-karimah

2.5 Ayat-ayat lain yang berhubungan dengan pendidikan
a) Surat al-Baqarah ayat 129
‫حغكيهم‬
‫صربب صصنا صوابمصع م‬
‫ث غفيغهمم صرهسول غمن مههمم ي صتمهلو ص‬
‫ت ال مصعغزيهز ال م ص‬
‫ب صوال مغحك مصمصة صوي هصزغبكيغهمم غإن ب صصك أ صن م ص‬
‫عل صي مغهمم آصياغتصك صوي هصعلغ بهمهههم ال مغكصتا ص‬
“ Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan
membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (AlQur’an) dan hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.”
Surat al-Baqarah ayat 151
‫كوهنوا تصمعل صهموصن‬
‫ب صوال مغحك مصمصة صوي هصعلغ بهمك همم صما ل صمم تص ه‬
‫ك صصما أ صمرصسل مصنا غفيك همم صرهسول غمن مك همم ي صتمهلو ص‬
‫عل صي مك همم آصياغتصنا صوي هصزغبكيك همم صوي هصعلغ بهمك ههم ال مغكصتا ص‬
“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu), Kami telah mengutus
kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan

kamu dan mengajarkan kepadamu al-Kitab dan hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa

yang belum kamu ketahui.”
b) Surat Luqman ayat 13
‫عغظيم‬
‫صوغإمذ صقاصل ل همقصماهن غلابمغنه غ صوههصو ي صغعهظه ه صيابهن ص بصي ل ص تهمشغرمك غبالل ب صغه غإ بصن الغبشمرصك ل صهظل مم ص‬
“Dan ingatlah ketika luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya:
Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah
adalah benar-benar kedzaliman yang besar.”
Surat Luqman ayat 14
‫عاصمي مغن أ صغن امشك همر غلي صولغصوالغصدي مصك غإل ص بصي ال مصمغصيهر‬
‫عصلى صومهن صوغفصصاهله ه غفي ص‬
‫صوصو ب صصي مصنا اغلنصساصن غبصوالغصدي مغه صحصمل صتمهه أ ه بهمه ه صومهنا ص‬
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang tua (ibu bapaknya);
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku, dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepadaKulah kembalimu.”
2.6

Tafsir Ayat-ayat Yang Berhubungan Dengan Al-Qur’an

a) Tafsir surat Al-Baqarah ayat 129 dan ayat 151
Adapun surat al-Baqarah ayat 129 memuat tentang do’a nabi Ibrahim As supaya Allah

menurunkan di kalangan anak cucu keturunannya seorang Rasul yang menyampaikan pokokpokok pendidikan dan pengajaran agar mereka kembali kepada kesuciannya. Dan Rasul yang
dimaksud adalah Nabi Muhammad Saw, beliau membawa petunjuk pendidikan dan pengajaran
untuk dapat mereka pedomani dalam kehidupannya.
Rasul yang domohonkan (Nabi Muhammad Saw) bertugas untuk terus membacakan
kepada umatnya ayat-ayat Allah baik berupa wahyu yang diturunkan, maupun alam raya yang

diciptakan, dan terus mengajarkan kepada mereka kandungan al-Kitab yaitu al-Qur’an, atau tulis
baca, dan al-Hikmah yakni Sunnah, atau kebijakan dan kemahiran melaksanakan hal yang
mendatangkan manfaat serta menampik mudharat, serta mensucikan jiwa umatnya dari segala
macam kotoran, kemunafikan, dan penyakit-penyakit jiwa (M.Quraish Shihab,Vol.1, 2002:327)
Hal-hal yang dimohonkan Nabi Ibrahim diatas, mempunyai keserasian perurutannya.
Dimulai dengan permohonan kehadiran rasul yang menyampaikan tuntunan Allah, yakni
membacakan Al-Qur’an, selanjutnya permohonan untuk mengajarkan makna dan pesan-pesanya,
kemudian pengetahuan yang menghasilkan kesucian jiwa, melalui pengamalan sesuai dengan
tuntunan Allah Swt (M.Quraish Shihab,Vol.1, 2002: 328)
Terdapat banyak kaitan antara kandungan ayat 129 dan ayat 151. Pada ayat 151
menyucikan ditempatkan pada peringkat kedua dari lima macam anugerah Allah dalam konteks
memperkenankan do’a Nabi Ibrahim, yaitu: Rasul dari kelompok mereka, membacakan ayat-ayat
Allah, menyucikan mereka, mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah, mengajarkan apa yang mereka
belum ketahui.

Kalimat mengajarkan apa yang belum mereka ketahui merupakan nikmat tersendiri,
mencakup banyak hal dan melalui berbagai cara. Sejak awal diturunkannya al-Qur’an telah
mengisyaratkan dalam wahyu pertama (iqra’) bahwa ilmu yang dperoleh manusia diraih dengan
dua cara, pertama melalui upaya belajar mengajar dan yang kedua anugerah langsung dari Allah
berupa ilham dan intuisi.(M. Quraish Shihab, vol,1, 2002, 361).
b) Tafsir surat Luqman ayat 13-14.
Dari ayat tersebut Allah menjelaskan cara menetapkan aqidah kepada anak, bertauhid,
mengesakan Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu selain Allah. Masalah tauhid

dikaitkan dengan hubungan antara orang tua dan anak. Allah mengingatkan betapa penting dan
dominan peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai tauhid dalam diri anak-anak.
Pendidikan dalam ayat tersebut sejalan dengan konsep pendidikan tarbiyah yang
menitikberatkan pada pelaksanaan nilai-nilai Ilahiyat yang bersumber dari Allah selaku Rabb
al-‘Alamin. Dalam hubungan anatar manusia, tugas penyampaian nilai-nilai ajaran itu
dibebankan kepada orang tua, sedangkan para pendidik tak lebih hanyalah sebagai tenaga
professional yang mengemban tugas berdasarkan keparcayaan para orang tua.
Secara garis besar nasehat dalam ayat tersebut berisi tentang hal-hal berikut, (Jalaluddin, 2003:
121):
1. Masalah ketauhidan, yaitu larangan menyekutukan Allah. Walaupun seandainya perintah
menyekutukan Allah datang dari orang tua (ibu dan bapak), maka perintah tersebut tetap
harus ditolak.
2. Kewajiban anak untuk berbakti kepada ibu bapaknya dengan cara berlaku santun dan
lemah lembut.
3. Menyangkut misi utama kemanusiaan, yaitu berupa kewajiban menegakkan amar ma’ruf
dan nahi munkar.
4. Membangun hubungan manusia dengan melakukan perbuatan baik, sikap dan perilaku
dalam pergaulan, serta kesedehanaan dalam berkomunikasi dengan sesama.
Pada ayat ke 14, nasehat tersebut menekankan kepada anak agar senantiasa mengormati
ibu terlebih dahulu, ini disebabkan karena ibu telah melahirkannya dengan susah payah,
kemudian memeliharanya dengan kasih sayang yang tulus ikhlas, sehingga ibu berpotensi untuk

tidak dihiraukan oleh anak karena kelamahan ibu yang berbeda dengan bapak. Di sisi lain
peranan bapak dalam konteks kelahiran anak lebih ringan di banding dengan peranan ibu. (M.
Quraish Shihab, vol.11, 2002, 129). Tetapi keduanya tetaplah orang tua yang mempunyai tugas
utama dalam mendidik anak sehingga proses kedewasaan.
Para pakar ilmu pendidikan menjelaskan bahwa usaha pendidikan adalah usaha sadar
yang dilaksanakan oleh seseorang yang menghayati tujuan pendidikan. Berarti bahwa tugas
pendidikan dibebankan kepada seseorang yang lebih dewasa dan matang, yaitu orang yang
mempunyai integritas kepribadian dan kemampuan yang profesional (Umar Shihab, 2005: 169)
Isi nasehat keempat diatas mengantarkan pada kejelasan makna bahwa ada patokan
fundamental tentang pendidikan dalam al-Qur’an. Pendidikan dapat disimpulkan sebagai suatu
peristiwa komunikasi yang berlangsung dalam situasi dialogis antara manusia untuk mencapai
tujuan tertentu (Umar Shihab, 2005: 154)
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan konsep pendidikan menurut Al-Qur’an
diarahkan pada upaya menolong anak didik agar dapat melaksanakan fungsinya mengabdi
kepada Allah. Seluruh potensi yang dimiliki anak didik yaitu potensi intelektual, jiwa dan
jasmani harus di bina secara terpadu dalam keselarasan, keserasian dan keseimbangan yang
tergambar dalam sosok manusia seutuhnya.
2.7 Pendidikan Islam Didalam Hadist
Pada dasarnya al-hadits merupakan penjelas dari al-qur’an, sehingga isi hadits tidak jauh
berbeda dengan al-qur’an. Misalnya hadits
tentangkeimanan,Akhlaq,Ilmu.bersuci,shalat,kedokteran,mu’amalat,pendidikandan lain
sebagainya.

Contoh Hadist tentang shalat :
Rasulullah SAW telah bersabda:
‫حدثنا مؤمل بن هشام يعني اليشكري ثنا إسماعيل عن سوار أبي حمزة قال أبو داود وهو سوار بن داود أبو حمزة المزني‬
‫ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم “مروا أولدكم بالصلة وهم‬: ‫الصيرفي عن عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده قال‬
‫أبناء سبع سنين واضربوهم عليها وهم أبناء عشر سنين وفرقوا بينهم في المضاجع‬
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muammal ibn Hisyam yaitu al-Yasykariy telah
bercerita Isma’il dari Sawwar Abi Hamzah telah berkata Abu Dawud dan dia Sawwar ibn Daud
Abu Hamzah al-Mazni as-Shirafi dari ‘Umar ibn Syu’aib dari ayahnya dari neneknya telah
berkata: Bersabda rasulullah SAW” Suruhlah anak-anakmu melaksanakan shalat ketika berumur
7 (tujuh) tahun, dan pukullah mereka jika tidak mau melaksanakan shalat, dan pisahkan tempat
tidur mereka (putra dan putri)”. (H.R. Abu Dawud) (Sulaiman ibn al-Asy’as Abu Daud alsajastani al-ajdi, tt:187)
Hadis ini menegaskan bahwa, ketika seorang anak menginjak usia 10 tahun maka instink
yang dimilikinya sedang menuju ke arah perkembangan dan ingin membuktikan eksistensi
dirinya. Oleh karena itu, ia harus diperlakukan secara hati-hati dengan menyangkal semua
penyebab kerusakan dan arah penyimpangan. Caranya antara lain dengan memisahkan tempat
tidur mereka (putra dan putri). (Jamaal ‘Abd al-Rahman, 2005: 263)
Contoh Hadist tentang Geologi:
‫ص‬
‫عبمغد ال بصرمحصمغن‬
‫عمن ال مصعصلاغء بمغن ص‬
‫جر صقاهلوا صح ب صدث صصنا غإمسصمغعيهل صوههصو ابمهن صجمعصفر ص‬
‫علغ بهي بمهن هح م‬
‫ب صوهقتصي مبصهة بمهن صسغعيد صو ص‬
‫صح ب صدث صصنا ي ص م‬
‫حصيى بمهن أ بهيو ص‬
‫عل صي مغه صوصسل ب صصم صقاصل‬
‫عممغرو بمغن ن هصفي مل أ ص بصن صرهسوصل الل ب صغه صص ب صلى الل ب صهه ص‬
‫عمن صسغعيغد بمغن صزي مغد بمغن ص‬
‫ع ب صباغس بمغن صسمهغل بمغن صسمعد ال بصساغعغدغبي ص‬
‫عمن ص‬
‫ص‬
‫صممن امقتصصطصع غشبمرا غممن ال مأ صمرغض هظل مما صط ب صوصقهه الل ب صهه غإ بصياهه ي صموصم ال مغقصياصمغة غممن صسبمغع أ صصرغضيصن‬
Artinya: Kami mendapat hadis dari Abu al-Yama, kami mendapathadis dari Syu’aib dari zuhri
berkata: Saya mendapat hadis dari Thalhah bin Abdulah, bahwasanya Abdurrahman bin Amr bin

Sahl menceritakan kepadanya bahwa Said bin Zaid r.a pernah berkata: Saya mendengar
Rasululah SAW bersabda: barang siapa yang zalim menyerobot sedikit saja tanah (milik orang
lain) maka sesungguhnya ia akan dikalungkan dengan tujuh lapis bumi
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari kitab Bada’u khalq,
begitu pula dalam Shahih Muslim dalam Kitab al-Musaqah Hadis tersebut secara umum
melarang segala bentuk kezaliman dan khususnya pada penyerobotan tanah orang lain tanpa
mekanisme yang benar. Sebagai penjelasan Al-Qur’an pada Surat Ibrahim /14 : 42 – 47.
Contoh hadist tentang Botani:
‫عن مهه صقاصل صقاصل صرهسوهل الل ب صغه‬
‫عمن صسغعيغد بمغن صزي مد صرغضصي الل ب صهه ص‬
‫عممغرو بمغن هحصري مث ص‬
‫عمن ص‬
‫عبمغد ال مصملغغك ص‬
‫عمن ص‬
‫ح ب صدث صصنا أ صهبو ن هصعي مم صح ب صدث صصنا هسمفصياهن ص‬
‫عل صي مغه صوصسل ب صصم ال مك صممأ صهة غممن ال مصمغبن صوصماهؤصها غشصفاء لغل مصعي مغن‬
‫صص ب صلى الل ب صهه ص‬
Artinya: Kami mendapatkan hadis dari Abu Nu’aim kami mendapatkan hadis dari Sufyan dari
‘Abdil Malik dari ‘Amru ibn Huraitsin dari Sa’id bin Zaid r.a berkata. Bersabda Rasulullah
SAW: Cendawan itu sejenis manna dan airnya dapat mengobati mata.(Muhammad bin Ismail
Abu Abdillah al-Bukhari, bab Tafsir al-Qur’an, No. 4118)
Diantara maksud Hadis ini adalah, cendawan itu termasuk anugerah Allah SWT yang
airnya dapat mengobati sakit mata. Cendawan dalam bahasa Arab disebut kam’ah yaitu benjolan
jamur akar yang tumbuh di bawah tanah melalui simbiosis dengan akar tumbuhan tertentu.
Cendawan tumbuh di bawah tanah sampai kedalaman 30 cm dan berkelompok, berbentuk bulat
berangkai, lunak dan warnanya berangsur-angsur dari putih, abu-abu, coklat dan hitam,
aromanya bau. Cendawan ini tumbuh pada komposisi antara pasir dalam, kerikil, dangkal dan
batu.

3.1.

Simpulan
Pendidikan Islam yang sejalan dengan konsep pendidikan menurut al-Qur’an terangkum

dalam tiga konsep yaitu pendidikan tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Pendidikan dalam konsep
tarbiyah lebih menerangkan pada manusia bahwa Allah memberikan pendidikan melalui utusanNya yaitu Rasulullah Saw dan selanjutnya Rasul menyampaikan kepada para ulama, kemudian
para ulama menyampaikan kepada manusia. Sedangkan pendidikan dalam konsep ta’lim
merupakan proses tranfer ilmu pengetahuan untuk meningkatkan intelektualitas peserta didik.
Kemudian ta’dib merupakan proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan akhlak peserta
didik.
Konsep pendidikan menurut al-Qur’an terangkum dalam ayat-ayat yang berhubungan
dengan pendidikan di dalam Kitab al-Qur’an itu sendiri seperti pada ayat-ayat yang telah
dijelaskan yaitu surat al-Baqarah ayat 31-34, 129, dan 151 menjelaskan tentang pelajaran yang
diberikan Allah kepada Nabi Adam As, dan pokok-pokok pendidikan yang diberikan Rasul
kepada umatnya. Surat Luqman 13-14 berisi tentang konsep pendidikan utama yakni pendidikan
orang tua terhadap ayat anak.