5 Dari Tabel 2, diketahui usia dewasa lebih banyak terkena gastroenteritis.
Didapatkan hanya ada 2 pasien yang termasuk kategori remaja 4,9 dan 39 pasien kategori dewasa 95,1. Pada penelitian karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin
untuk kasus gastroenteritis yang dirawat di instalasi rawat inap rumah sakit “X” Trenggalek tahun 2013 didapatkan hasil pasien laki-laki sebanyak 11 pasien 26,8 dan
pasien perempuan sebanyak 30 pasien 73,2. Dilihat dari persentase di atas dapat disimpulkan bahwa pasien berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibanding laki-laki
dengan selisih hampir separuh dari jumlahnya. Persentase diagnosis pada pasien gastroenteritis yang dirawat di rumah sakit “X” tahun 2013 adalah gastroenteritis sebanyak
14 pasien 34,1, gastroenteritis akut sebanyak 16 pasien 39, dan gastroenteritis dengan dehidrasi sebanyak 11 pasien 26,8. Persentase diagnosis terbesar adalah pada
gastroenteritis akut yaitu sebesar 39. Lama perawatan pada kasus ini dilihat dari pasien gastroenteritis di instalasi rawat inap rumah sakit “X” Trenggalek mulai dirawat sampai
diizinkan pulang. Data yang diperoleh adalah lama perawatan 1-3 hari sebanyak 18 pasien 44, lama perawatan 4-5 hari sebanyak 22 pasien 53,7, dan lama perawatan 5 hari
sebanyak 1 pasien 2,4. Persentase kondisi pulang sembuh sebanyak 28 pasien 68,3 dan keadaan pulang membaik sebanyak 13 pasien 31,7. Kondisi pulang sembuh yang
dimaksudkan adalah pasien sudah diizinkan pulang oleh dokter dengan keadaan yang dinyatakan sudah sembuh tanpa pasien meminta pulang, sedangkan kondisi pulang
membaik adalah pasien menginginkan pulang karena merasa kondisi sudah membaik sehingga diizinkan pulang oleh dokter Sadikin, 2011.
B. Karakteristik Obat
Evaluasi penggunaan antibiotik pada penyakit gastroenteritis di rumah sakit “X” Trenggalek pada tahun 2013 didapatkan 41 pasien yang mempunyai data lengkap untuk
dapat dijadikan bahan evaluasi dan 51 pasien mempunyai data kurang lengkap yaitu tidak ada jenis bakteri penyebab sehingga tidak dapat digunakan sebagai bahan evaluasi pasien
secara jelas. Pengobatan menggunakan antibiotik dapat mempersingkat durasi penyakit dan
mengeluarkan organisme penyebab penyakit Dipiro et al., 2005. Dari Tabel 3 didapatkan hasil penelitian penggunaan antibiotik cefotaxime sebanyak 9 pasien 22, antibiotik
ceftriaxone sebanyak 18 pasien 44, antibiotik ciprofloxacin sebanyak 11 pasien 26,8, dan antibiotik cotrimoxazole sebanyak 3 pasien 7,3. Cotrimoxazole
merupakan kombinasi antibiotik trimetoprim dan sulfametoxazole. Pada pasien gastroenteritis sering ditemukan keluhan mual dan muntah. Untuk mengatasi mual dan
muntah di rumah sakit Dr. Soedomo digunakan obat ondansetron dan metoklopamide.
6 Diketahui penggunaan ondansetron sebanyak 17 pasien 41,5 dan metoklopamide
sebanyak 24 pasien 58,3.
Tabel 3. Karakteristik Obat pada Pasien Gastroenteritis di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Trenggalek Tahun 2013
Kelas Terapi Nama Obat
Jumlah Persentase
Antibiotik Cefotaxime 9 22
Ceftriaxone 18
44 Ciprofloxacin
11 26,8
Cotrimoxazole 3
7,3
Mual – muntah
Ondansetron 17 41,5 Metoklopramide 24
58,3
Analgetik-antipiretik Paracetamol
8 19,5
Metamizole Na 33
80,5
Infus RL 500
8 19,5
RL 20 3
7,3 RL 30
24 58,3
RL 60 6
14,6
Anti diare Attapulgit
12 29,3
Neo diaform 9
22 Loperamide
5 12,2
Vitamin
Alinamin F 9
22 Curcuma
4 9,8
Gastritis Ranitidin 41 100
Analgetik-antipiretik yang digunakan pada penelitian ini adalah paracetamol dan metamizole Na dengan persentase berturut-turut 19,5 dan 80,5. Jenis infus yang digunakan
meliputi infus RL 500 sebanyak 19,5, infus RL 20 sebanyak 7,3, infus RL 30 sebanyak 58,3, dan infus RL 60 sebanyak 14,6.
Pada pengobatan gastroenteritis di rumah sakit ini digunakan obat anti diare seperti attapulgit, neo diaform, dan loperamid. Dari ketiga obat tersebut yang paling banyak
digunakan adalah attapulgit sebanyak 29,3. Diberikan juga vitamin seperti curcuma 9,8 dan alinamin F 22. Untuk pengobatan gastritis digunakan ranitidin.
Di instalasi rawat inap rumah sakit “X” Trengggalek pemberian antibiotik dilakukan dengan dua cara, oral dan intravena. Dari Tabel 4 diketahui bahwa cara
pemberian antibiotik di instalasi rawat inap rumah sakit “X” Trenggalek dilakukan dengan cara intravena sebanyak 32 pasien 78 dan cara oral sebanyak 9 pasien 22.
Tabel 4. Cara Pemberian Antibiotik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Trenggalek Tahun 2013
Cara pemberian Jumlah
Persentase
Intavena 32 78
Oral 9 22
Jumlah 41 100
Pemberian secara intravena diberikan kepada orang yang susah menelan seperti tidak sadar, mengalami muntah, sering batuk, sedangkan secara oral diberikan kepada
pasien yang mampu menelan obat. Pemberian obat secara intravena lebih efektif
7 dibandingkan oral karena perlakuan intravena obat langsung masuk ke dalam sirkulasi
darah sehingga proses masuknya obat lebih cepat Sadikin, 2011.
C. Evaluasi Penggunaan Antibiotik