Gilang Fahdillah Ramadhan, 2015 PERAN KELUARGA DALAM MENGURANGI PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Sunarto Hartono 2008:35 menyatakan pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis
sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam perjalanan waktu tertentu. Hasil
pertumbuhan yaitu bertambahnya ukuran badan anak seperti panjang, berat dan kekuatannya begitu pula dengan pertumbuhan yang mencangkup perubahan
sistem jaringan saraf dan sistem seksual anak. Sedangkan perkembangan mengacu pada perubahan karakteristik individu yangn khas. Para ahli psikologi
mengungkapkan bahwa perkembangan adalah suatu perubahan yang bersifat progresif untuk mencapai karakteristik yang baru,misalnyaNagel dalam Jamilah,
2008 hlm. 38mengemukakan pengertian perkembangan sebagai perubahan progesif yang menunjukan cara organisme bertingkah laku dan berinteraksi
dengan lingkungan. Perkembangan dan pertumbuhan saling berkaitan dan keduanya berasal dari dalam diri individu. Dalam proses perkembangnnya,
seorang anak akan mengalami masa peralihan menuju dewasa yaitu masa remaja yang ditandai dengan pubertas.
Root dalam Hurlock, 1997 hlm. 184 menyatakan bahwa masa puber adalah masa dimana telah matangnya alat-alat seksual dan berkembangnya
kemampuan bereproduksi. Pada perempuan masa puber terjadi pada usia 11-15 tahun, sedangkan laki-laki terjadi pada 12-16 tahun. Siswa SMP berada pada
tahun-tahun pubertas tersebut sehingga sangat rentan terhadap hal-hal baru yang
Gilang Fahdillah Ramadhan, 2015 PERAN KELUARGA DALAM MENGURANGI PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
cenderung negatif. Perkembangan masa puber sangat berpengaruh terhadap keadaan fisik, pola pikir dan perilaku, sedangkan masa remaja merupakan masa
peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Hall 1993 melihat masa remaja adalam masa “Strom and Stress”. Maksudnya bahwa masa remaja
merupakan masa dimana remaja menemui banyak permasalahan yang dihadapinya dan masa ini merupakan awal pembentukan identitas remaja
tersebut. Remaja atau adolescence berasal dari kata latin yaitu adolescere yang berarti tumbuh untuk mencapai kematangan. Adolescence memiliki arti yang
luas, mencangkup kematangan mental, emosional, social dan fisik. MenurutMappiare dalam Ali Asrori, 2009:9 remaja adalah berlangsung
antara 12 tahun hingga 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi laki-laki.
Sebagaian besar orang memandang istilah puber dan remaja adalah maksud yang sama, padahal kedua istilah ini berbeda. Puber lebih memandang
terhadap perubahan fisik seorang anak laki-laki maupun perempuan sedangkan masa remaja memandang perubahan emosi. Menurut para ahli psikologi
menyatakan bahwa masa remaja biasanya terjadi 2 tahun setelah masa puber. Melihat dari pengertian tersebut, terlihat bahwa remaja tidak memiliki tempat
atau posisi yang jelas, mereka tidak termasuk golongan anak-anak namun belum dikatakan atau diterima untuk masuk ke golongan dewasa, remaja merupakan
diantara fase anak-anak dan fase dewasa. Maka dari itu remaja sering dikatakan dengan fase mencari jati diri Ali Asrori, 2009:9
Penelitian Hotzhon dalam Nurdiani, 2008 memaparkan bahwa masalah yang sering timbul dialami remaja adalah penyesuaian diri terhadap tugas-tugas
baik yang dikerjakan di sekolah maupun di rumah. Mereka menganggap bahwa tugas-tugas tersebut dapat dikerjakan dengan cara melihat hasil pekerjaan
temannya atau pun dengan cara mengerjakan di lain waktu.
Gilang Fahdillah Ramadhan, 2015 PERAN KELUARGA DALAM MENGURANGI PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Pekerjaan rumah dan tugas sekolah merupakan salah satu aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar guru dan siswa di kelas. Untuk mencapai nilai yang
memuaskan, setiap siswa berlomba untuk mengerjakan tugas sekolah dan pekerjaan rumah dengan baik, salah satunya dengan membuat perencanaan
terlebih dahulu. Contoh jika seorang siswa diberikan tugas dan pengerjaannya diberikan waktu satu minggu maka idealnya siswa tersebut langsung
mengerjakan tugas tersebut dan membuat skala prioritas untuk mengerjakan tugas tersebut. Namun tidak sedikit siswa yang menunda pengerjaannya, banyak
alasan yang mereka keluarkan. Dimulai dengan alasan masa pengumpulan tugas yang masih lama, ada pekerjaan yang lebih penting dan alasan lainya.Penundaan
tersebut dapat dikatakan sebagai perilaku prokrastinasi Ghufron, 2003. Istilah prokrastinasi berasal dari kata latin yaitu Procrastination, yaitu
dari kata pro dan crastinus. Kata pro berarti maju atau bergerak dan crastinus berarti keputusan hari esok, sehingga procrastination adalah menangguhkan atau
menunda hingga hari esok Ghufron Rini, 2010:150.Menurut Salomon Rothblum dalam Rumiani, 2006, prokrastinasi adalah suatu kecenderungan
menunda untuk memulai maupun menyelesaikan tugas-tugas secara keseluruhan untuk melakukan aktivitas lain yang tidak berguna, sehingga tugas-tugas pokok
menjadi terhambat. Prokrastinasi juga dapat dikatakan sebagai salah satu perilaku yang tidak efisien dalam menggunakan waktu dan adanya kecenderungan untuk
tidak segera memulai suatu pekerjaan. Ini diperkuat dengan pendapat Silver dalam Ghufron Rini, 2010:152 bahwa seseorang melakukan prokrastinasi
bukan untuk menolak mengerjakan tugas yang diberikan tetapi mereka hanya menunda untuk mengerjakannya sehingga membutuhkan waktu untuk
memulainya dan akan menyita waktu yang lama dan menyebabkan dia gagal dalam menyelesaikan tugas tepat waktu.
Gilang Fahdillah Ramadhan, 2015 PERAN KELUARGA DALAM MENGURANGI PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Rumiani 2006 mengemukakan bahwa factor motivasi internal maupun eksternal yang rendah dapat mendoromg seseorang untuk menjadi seorang
prokrastinator. Burka Yuen dalam Jamilah, 2008berpendapat bahwa faktor- faktor perilaku prokrastinasi dapat dikategorikan menjadi dua macam yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kondisi fisik dan psikologi seseorang, sedangkan faktor ekternal yaitu diluar kondisi fisik dan psikologi
seseorang seperti kondisi lingkungan masyarakat, tempat bekerja maupun lingkungan paling dekat yaitu keluarga. Peran keluarga sangat penting dalam
membentuk karakter seseorang. Keluarga merupakan lembaga terkecil dalam lembaga sosial, sehingga keluarga menjadi awal permulaan pembentukan
kepribadian baik emosional, pola pikir maupun idiologi seseorang, dengan kata lain kepribadian seseorang tergantung pada pemikiran dan perlakuan keluarga
dan tidak terlepas dari etika dalam penyampaiannya. Keluarga dapat dikatakan sebagai lembaga pendidikan tertua karena keluarga merupakan fase pertama
seseorang memperoleh pendidikan. Pada umumnya keluarga memiliki beberapa fungsi pertama fungsi
afeksi, yaitu keluarga adanya kehangatan dan kasih sayang serta perhatian antar anggota keluarga yang juga merupakan suatu kebutuhan. Kedua fungsi
pengawasan sosial yaitu bahwa setiap anggota keluarga pada dasarnya saling melakukan kontrol atau pengawasan karena memiliki tanggung jawab. Ketiga
fungsi pemberian status, dimana setiap anggota keluarga memiliki kedudukannya masing-masing di dalam masyarakat. Keempat fungsi proteksi yaitu
memberikan perlindungan terhadap keluarga terutama untuk anak sehingga anak merasa aman hidup di tengah-tengah keluarganya. Kelima fungsi reproduksi,
yaitu untuk meneruskan generasi selanjutnya. keenam fungsi sosialisasi yaitu keluarga berfungsi dalam membentuk kepribadian seseorang.
Gilang Fahdillah Ramadhan, 2015 PERAN KELUARGA DALAM MENGURANGI PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Setiap orang tua menaruh harapan terhadap pendidikan yang tinggi kepada anaknya agar kelak ia menjadi individu yang pintar dan berakhlak mulia,
sedangkan globalisasi menuntut setiap peserta didik agar menjadi individu yang berkualitas, individu yang berfikir kreatif dan kompetitif serta menjadi individu
yang dapat bersaing HAR Tilaar, 1993, hlm.401. Melihat harapan dan tututan tersebut, beban setiap peserta didik dirasakan sangatlah berat, hal ini juga dapat
kita lihat dari fungsi dan tujuan pendidikan menurut pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu bahwapendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kamampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tuntutan dan harapan yang tinggi membuat setiap pendidik bekerja lebih keras dan kreatif agar menghasilkan peserta didik yang sesuai dengan harapan,
namun permasalahan pun dapat timbul dari peserta didik itu sendiri selama proses perkembangannya.Hal ini sesuai dengan pendapat Elizabeth B. Hurlock
1997, hlm. 220 yang mengatakan bahwa pada umumnya remaja suka mengeluh tentang aktivitas belajar selama disekolah seperti cara mengajar guru dikelas
maupun pemberian tugas oleh guru. Di era globalisasi memang telah banyak mengubah fungsi keluarga.
Beratnya persaingan hidup telah menyebabkan orang tua lupa memperhatikan kebutuhan anaknya karena mereka sibuk mencari nafkah. Sementara itu
perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi telah menyebabkan budaya luar yang baik atau buruk mengalir begitu derasnya. Dampaknya, bila tidak ada
bimbingan dan pengawasan dari orang tua maka masuknya budaya luar ini akan
Gilang Fahdillah Ramadhan, 2015 PERAN KELUARGA DALAM MENGURANGI PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
\.upi.edu perpustakaan.upi.edu
mengakibatkan sesuatu yang buruk dalam membangun mentalitas ataupun kepribadiannya. Dari berbagai permasalahan diatas, peneliti mengambil judul
penelitian yaitu “Peran Keluarga Untuk Mengurangi Perilaku Prokrastinasi Akademik Siswa”. Semoga apa yang peneliti teliti dapat bermanfaat bagi orang
lain dan memperkaya ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan sosial.
1.2 Identifikasi Masalah Penelitian