Analisis Korelasi dan Regresi Pengetahuan dan Asupan Zat Gizi

menyebabkan cadangan energi yang tersimpan dalam tubuh terkuras untuk menghasilkan energi dan akhirnya akan berakibat pada penurunan berat badan. Penelitian Soekirman 2000 di Jawa Tengah mengemukakan bahwa masalah gizi, lebih banyak disebabkan karena asupan energi yang kurang dari pada kekurangan protein. Hal ini diduga terjadi disebabkan protein yang dikonsumsi berasal dari nabati yang relatif murah sehingga dari angka kecukupan terpenuhi tapi belum mempunyai mutu protein yang tinggi, sedangkan pertumbuhan dan penambahan otot hanya akan optimal terjadi bila mutu protein itu komplet atau protein dengan nilai biologi tinggi yang mengandung semua jenis asam amino essensial dalam jumlah dan proporsi sesuai dengan keperluan pertumbuhan. Penyebab lain kemungkinan protein digunakan sebagai pengganti energi yang kurang, karena bila energi didalam tubuh terbatas maka sel terpaksa menggunakan protein untuk membentukmenghasilkan energi. Bila asupan protein kurang dari makanan maka jaringan dalam tubuh tidak dapat berkerja dengan maksimal karena protein berfungsi sebagai memperbaiki jaringan yang rusak dan sebagai pertumbuhan pada usia remaja.

E. Analisis Korelasi dan Regresi Pengetahuan dan Asupan Zat Gizi

Menurut Sediaoetama 2004 tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan, yang menentukan mudah tidaknya seseorang memahami manfaat kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi. Pengetahuan gizi yang baik diharapkan mempengaruhi konsumsi makanan yang baik sehingga dapat menuju status gizi yang baik pula. Namun tidak semua mereka yang tingkat pengetahuan gizinya baik, kecukupan gizinya juga baik. Kurangnya pengetahuan pangan dan salah konsepsi tentang pengetahuan pangan dan nilai pangan adalah umumnya dijumpai disetiap negara di dunia, salah satu penyebab gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pada penelitian ini tingkat pengetahuan dengan asupan zat gizi menunjukkan korelasi yang lemah. Ini dapat dilihat dari nilai R nya yang mendekati nol, baik untuk asupan energi, protein, vitamin A, vitamin C maupun asupan zat besi. Korelasi antara pengetahuan dan asupan zat gizi, ada yang berpola positif pada asupan protein dan zat besi dan ada yang berpola negatif pada asupan karbohidrat dan vitamin A. Secara statistic tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan gizi responden dengan assupan zat gizinya. 10 Tabel 9. Analisis Korelasi dan Regresi Pengetahuan Dengan Asupan Gizi Responden yang Berdomisili di Asrama Mahasiswa Universitas Andalas Variabel R R 2 Persamaan Garis p Pengetahuan 0,181 0,033 Asupan energi = 2135,745 - 36,762 pengetahuan 0,062 0,008 0,000 Asupan protein = 55,529 + 0,082 pengetahuan 0,938 0,142 0,020 Asupan vitamin A = 838,802 - 27,868 pengetahuan 0,145 0,020 0,000 Asupan besi = 7,508+ 0,087pengetahuan 0,838 0,061 0,004 Asupan vitamin C = 33,751 - 0,722 pengetahuan 0,532 Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan asupan energi menunjukkan korelasi yang lemah r=0,181 dan berpola negatif, yang artinya semakin tinggi pengetahuan, semakin rendah konsumsi energinya. Jika dilihat dari nilai koefisien dengan determinasi 0,033 berarti persamaan garis regresi yang diperoleh hanya dapat menerangkan 3,3 variasi asupan energi atau dengan kata lain persamaan garis yang diperoleh tidak cukup baik menjelaskan variabel asupan energi. Tingkat pengetahuan dengan asupan protein menunjukkan korelasi yang sangat lemah r=0,008 dan berpola positif, yang artinya semakin tinggi pengetahuan, semakin tinggi pula asupan proteinnya. Dengan nilai koefisien dengan determinasinya 0,000 berarti persamaan garis regresi yang diperoleh tidak dapat menerangkan variasi asupan protein. Tingkat pengetahuan dengan asupan vitamin A juga menunjukkan korelasi yang lemah r=0,142 dan polanya adalah negatif yakni semakin tinggi tingkat pengetahuan semakin rendah asupan vitamin A-nya. Persamaan garis regresi yang diperoleh hanya bisa menjelaskan 2 variasi asupan vitamin A, yang diketahui dengan nilai koefisien dengan determinasisnya sebesar 0,020. Lemahnya korelasi tingkat pengetahuan dengan asupan zat gizi pada penelitian ini juga terlihat pada asupan zat besi r=0,020 dengan pola yang positif. Persamaan garis regresi yang diperoleh tidak bisa menerangkan variasi asupan zat besi r 2 =0,000 Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan asupan vitamin C menunjukkan korelasi yang lemah r=0,061 dan berpola negatif, yang artinya semakin tinggi pengetahuan, semakin rendah konsumsi vitamin C-nya. Jika dilihat dari nilai koefisien dengan determinasi 0,004 berarti persamaan garis regresi yang diperoleh hanya dapat menerangkan 0,4 variasi asupan vitamin C atau dengan kata lain persamaan garis yang diperoleh tidak cukup baik menjelaskan variabel asupan vitamin C. Ketidak sesuaian hasil penelitian ini dengan penelitian yang lain atau dengan teori yang ada disebabkan karena pengetahuan gizi yang tinggi belum tentu diikuti oleh sikap dan tindakan yang tinggi pula, karena lingkungan dan gaya hidup mempengaruhi tindakan remaja terutama teman sebaya. Masa remaja merupakan masa untuk mencari jati diri dan mudah dipengaruhi oleh lingkungan. Amos 2000 di kutip oleh Nizar bahwa faktor lingkungan juga ikut mempengaruhi seseorang bertindak dengan adanya iklan dan pergaulan teman sebaya, apalagi remaja putra kurang memperhatikan 11 konsumsi zat gizi mereka karena faktor kesibukan disekolah dan peran aktif orang tua di rumah terhadap penyedian makanan. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan konsumsi zat gizi pada remaja dalam hal mahasiswa karena ada faktor lain yang lebih berperan.

F. Analisis Korelasi dan Regresi Uang Saku dan Konsumsi Zat Gizi