Analisis Korelasi dan Regresi Uang Saku dan Konsumsi Zat Gizi

konsumsi zat gizi mereka karena faktor kesibukan disekolah dan peran aktif orang tua di rumah terhadap penyedian makanan. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan konsumsi zat gizi pada remaja dalam hal mahasiswa karena ada faktor lain yang lebih berperan.

F. Analisis Korelasi dan Regresi Uang Saku dan Konsumsi Zat Gizi

Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi utama pada kondisi yang umum. Keluarga dan masyarakat yang mempunyai penghasilan yang rendah, mempergunakan sebagian besar dari keuangannya untuk membeli makanan dan semakin tinggi penghasilan semakin menurun bagian penghasilan yang dipakai untuk membeli makanan. Tingkat penghasilan menentukan pola makanan. Pada orang yang berpenghasilan tinggi, makanan padi-padian menurun dan makanan yang berasal dari susu, daging, keju akan meningkat. Hukum Bennet menemukan bahwa peningkatan pendapatan akan mengakibatkan individu cenderung meningkatkan kualitas konsumsi pangannya dengan harga yang lebih mahal perunit zat gizinya. Pada tingkat pendapatan perkapita yang lebih rendah permintaan terhadap pangan diutamakan pada pangan yang padat energi yang berasal dari karbohidrat terutama padi-padian dan umbi-umbian. Apabila pendapatan meningkat pola konsumsi pangan akan makin beragam umumnya akan terjadi peningkatan konsumsi pangan yang lebih bernilai gizi tinggi. Peningkatan pendapatan tidak hanya akan meningkatan keanekaragaman konsumsi pangan dan peningkatan konsumsi yang lebih mahal, tetapi juga terjadinya peningkatan konsumsi pangan diluar rumah Soekirman, 2000. Tabel 10. Analisis Korelasi dan Regresi Besar Uang Saku Dengan Asupan Gizi Responden yang Berdomisili di Asrama Mahasiswa Universitas Andalas Variabel R R 2 Persamaan Garis p Uang saku 0,202 0,041 Asupan energi = 1474,020 + 0,002 uang saku 0,037 0,124 0,016 Asupan protein = 48,882 + 0,00005uang saku 0,201 0,002 0,000 Asupan vitamin A = 515,553 - 0,00002 uang saku 0,985 0,104 0,011 Asupan besi = 5,691 + 0,00002uang saku 0,289 0,070 0,005 Asupan vitamin C = 20,632+ 0,000032 uang saku 0,474 Pada penelitian ini terlihat bahwa besar uang saku dengan asupan energi menunjukkan korelasi yang lemah r=0,202 dan berpola positif semakin besar uang saku semakin bertambah asupan energinya. Nilai koefisien dengan determinasi 0,041 berarti bahwa persamaan garis regresi yang diperoleh hanya dapat menerangkan 4,1 variasi asupan energi. Tabel 10 memperlihatkan bahwa antara besar uang saku dengan asupan protein juga menunjukkan korelasi yang lemah r=0,124 dan berpola positif. Persamaan garis regresi yang diperoleh 12 hanya bisa menjelaskan 1,6 variasi asupan protein, berdasarkan nilai koefisien dengan determinasi yang diperoleh sebesar 0,016 yang berarti persamaan garis yang diperoleh tidak cukup baik untuk menjelaskan variabel asupan protein. Korelasi yang sangat lemah juga terlihat antara besar uang saku dengan asupan vitamin A dan besar uang saku dengan asupan zat besi, dengan nilai R berturut-turut 0,002 dan 0,104. Persamaan regresi yang diperoleh tidak bisa menjelaskan variasi asupan vitamin A dan hanya bisa menjelaskan 1,1 variasi asupan zat besi. Pola hubungan antara besar uang saku dengan asupan vitamin A negatif sementara pada hubungan besar uang saku dengan asupan zat besi, polanya positif. Tabel 10 memperlihatkan bahwa antara besar uang saku dengan asupan vitamin C juga menunjukkan korelasi yang lemah r=0,070 dan berpola positif. Persamaan garis regresi yang diperoleh hanya bisa menjelaskan 0,5 variasi asupan vitamin C, berdasarkan nilai koefisien dengan determinasi yang diperoleh sebesar 0,005 yang berarti persamaan garis yang diperoleh tidak cukup baik untuk menjelaskan variabel asupan vitamin C. Seacara statistik hanya pada asupan energi yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan besar uang saku, sedangkan dengan asupan protein, vitamin A, vitamin C dan zat besi tidak terdapat hubungan yang signifikan. Dari keseluruhan korelasi antara variabel independent dengan dependent, tidak ada ditemukan mempunyai korelasi yang kuat. Demikian pula halnya dengan signifikasi hubungan kecuali antara uang saku dengan asupan energi Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Mahasiswa yang berdomisili di asrama mahasiswa sebagian besar berumur 19-20 tahun dengan pendidikan orang tua lebih dari separuh masuk kategori tinggi b. Rata-rata uang saku Rp 149,415 perminggu dan cara memperoleh makan terbanyak dengan membeli di kantin yang terdapat dikampus c. Tingkat pengetahuan gizi responden sebagian besar masuk kategori baik d. Pola konsumsi asupan energi, zat besi dan vitamin C yang diukur menggunakan Food Frequency pada mahasiswa yang berdomisili di asrama mahasiswa memperlihatkan kurang dari AKG sementara pola konsumsi protein dan vitamin A berada di atas AKG e. Hasil Recall 2x24 jam terhadap asupan energi, vitamin A, zat besi, dan vitamin C mahasiswa yang berdomisili di asrama mahasiswa Universitas Andalas kurang dari AKG dan hanya asupan protein yang cukup. 13 f. Terdapat hubungan antara besar uang saku dengan asupan energi, semakin besar uang saku semakin besar asupan energi, tetapi asupan energi masih kurang dibanding AKG. Namun tidak terdapat hubungan besar uang saku dengan asupan zat gizi lainnya. g. Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan asupan zat gizi dan hubungannya lemah.

2. Saran