Identifikasi pola peran serta masyarakat untuk pengembangan objek wisata religi Batu Qur'an studi kasus Kabupaten Pandeglang

(1)

DATA PRIBADI

Nama : Ikbal Rivaldi

Tempat / Tanggal Lahir : Pandeglang, 29 Juli 1989 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia

Alamat : Komp. Cigadung Mandiri RT/RW 001/010

Kel. Cigadung, Kec. Karangtanjung, Kab. Pandeglang, Banten

No Tlp/Hp : 089618501498

E-Mail address : [email protected] No. KTP : 3601252907890001

PENDIDIKAN FORMAL

- Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), Bandung,Jawa Barat.Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota.

- SMA Negeri 2 Pandeglang - SMP Negeri 1 Karangtanjung - SD Negeri 3 Kadumerak PENDIDIKAN NON FORMAL

2012 :Seminar “Geologi” Auditorium UNIKOM, Bandung.

2010 :Seminar “Eksplorasi Isu-Isu Perencanaan Pembangunan terkait Aspek Ekonomi dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (Studi Kasus: Bandung Metropolitan Area dan Jawa Barat)“, Unikom, Bandung. 2010 :Seminar “Pembangunan Infrastruktur Perkotaan Berbasis

Pembiayaan Konvensional (Studi Kasus: Potensi Sukuk Sebagai Sumber Pembiayaan)”, UNIKOM, Bandung.


(2)

Bandung metropolitan Area dan Jawa Barat)“, Unikom, Bandung. 2010 : Seminar “Pembangunan Infrastruktur Perkotaan Berbasis Pembiayaan

Konvensional (Studi Kasus: Potensi Sukuk Sebagai Sumber Pembiayaan)”, UNIKOM, Bandung.

PENELITIAN YANG PERNAH DILAKUKAN

2008 :Identifikasi Permasalahan Wisata Pendidikan di Kota Bandung. 2009 :Arahan Pengembangan Rencana Detail Tata Ruang

Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur.

2010 :Identifikasi Dampak Perkembangan TIK Terhadap Pola Pergerakan (orang dan barang) Di Wilayah Bandung Metropolitan Area.

PENGALAMAN ORGANISASI

Organisasi Tempat Pelaksanaan Tahun

HIMA PWK UNIKOM Bandung 2007-2010

PENGALAMAN KERJA

Perusahaan/Instansi Program Tempat Tahun

Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan

Kabupaten Pandeglang

Kerja Praktik Pandeglang 2010

KEMAMPUAN BERBAHASA

Jenis Membaca Menulis Berbicara

Bahasa Indonesia Baik Baik Baik

Bahasa Sunda Baik Baik Baik


(3)

Bandung, Agustus 2013

Ikbal Rivaldi 1.06.07.007


(4)

TUGAS AKHIR

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Disusun Oleh : IKBAL RIVALDI

1.06.07.007

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(5)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T, karena berkat rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini.. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad S.A.W.

Tugas Akhir dengan judul “Identifikasi Pola Peran Serta Masyarakat Dalam Pengembangan Wisata Religi Batu Qur’an”, dengan terselesaikannya tugas akhir ini, penulis banyak sekali mendapat pengarahan, bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia;

2. Bapak Prof. Dr. H. Denny Kurniadie selaku Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer.

3. Ibu Rifiati Safariah, ST.,M.T., selaku ketua program studi perencanaan wilayah dan kota sekaligus sebagai penguji yang banyak memberikan pemikiran, dan saran;

4. Bapak Tatang Suheri, ST.,M.T., selaku dosen pembimbing tugas akhir ini yang selalu sabar dalam membimbing penulis serta banyak memberikan pemikiran, saran dan semangat pada penulis;

5. Ibu Dr. Ir. Lia Warlina, M.Si., selaku dosen wali yang banyak memberikan pemikiran, dan saran;

6. Ibu Romeiza Syafriharti, Ir.,MT., selaku dosen penguji;

7. Dosen Jurusan Prencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Komputer Indonesia, Bandung;

8. Seluruh mahasiswa Planologi khususnya angkatan 07, Herdiansyah (Bang Leboy), Rizky Rahadian (Dullah), Riky Fernandes (Erik), Tri Nofansyah Putra (Tito), Irvana Januar (Bom-bom), Sandi Abrianto (Becks), Rahadian


(6)

9. Kedua orang tua saya yang tercinta, ayahanda (Safrudin, SS.) dan ibunda (Neneng Sri Utami, SPd.) adikku (Resty Nilnal) dan seluruh Keluarga Besar Entol Mamad (Alm). Terimakasih banyak atas do’a dan dukungan baik secara moril maupun materil serta perhatian dan curahan kasih sayang yang dapat memberikan semangat kepada penulis;

10. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungannya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Besar harapan penyusun, laporan ini dapat bermanfaat baik bagi orang-orang yang membaca laporan ini. Laporan ini juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan berbagai masukan, kritik dan saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran yang lebih baik di masa yang akan datang.

Wassalamua’laikum Wr. Wb.

Bandung, Agustus 2013 Penyusun

Ikbal Rivaldi NIM : 1.06.07.007


(7)

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR………... ii

DAFTAR ISI……….. iv

DAFTAR TABEL……….. vii

DAFTAR GAMBAR………. viii

DAFTAR LAMPIRAN………. ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……… 1

1.2 Rumusan Masalah………..………. 4

1.3 Tujuan dan Sasaran………. 5

1.3.1 Tujuan………..……… 5

1.3.2 Sasaran……… 5

1.4 RuangLingkup……….……… 5

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah……….. 6

1.4.2 Ruang Lingkup Materi………. 7

1.5 MetodelogiPenelitian……….. 7

1.5.1 Metodelogi Penelitian………. 7

1.5.2 Metode Pengumpulan Data………. 8

1.5.3 Teknik Pengumpulan Data……….. 8

1.5.4 Teknik Pengambilan Sampel………... 9

1.5.5 Metode Analisis………...……… 10

1.6 Variabel Penelitian……….. 12

1.7 Kerangka Berfikir………..……….. 15


(8)

2.2 Partisipasi Masyarakat……… 19

2.2.1 Pengertian Peran Serta Masyarakat……… 19

2.2.2 Pengertian dan Prinsip Pastisipasi Masyarakat……….. 19

2.2.3 Kebutuhan Peran Serta Masyarakat……… 21

2.2.4 Bentuk Peran Serta Masyarakat………..… 21

2.2.5 Ciri-ciri dan Hambatan dalam Peran Serta Masyarakat…….… 23

2.3 Pariwisata Berkelanjutan……… 24

2.3.1 Konsep Pembangunan Berkelanjutan……….… 25

2.4 Wisata Religi……….. 26

2.4.1 Definisi Wisata Ziarah……….…….…. 27

2.5 Definisi Potensi Pariwisata……….……… 28

2.6 Definisi Pengembangan Pariwisata……… 30

2.6.1 Pengembangan Pariwisata……….. 31

2.7 Tinjauan Teori Faktor Daya Tarik Wisata……….………… 33

2.8 Kebijakan Pariwisata………..……… 35

2.8.1 Kebijakan Pariwisata Nasional………...……… 35

2.8.2 Kebijakan Pariwisata Kabupaten Pandeglang……… 36

2.8.3 Karakteristik Sumber Daya Pariwisata Batu Qur’an………….. 37

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH 3.1 Gambaran Umum Kecamatan Cimanuk……….…… 40

3.1.1 Batas Wilayah dan Luas Wilayah………..…. 41

3.1.2 Topografi……… 42

3.1.3 Iklim……… 42

3.1.4 Kependudukan………..……. 43

3.1.5 Sarana dan Prasarana………..… 44

3.1.5.1Pendidikan………... 44

3.2 Gambaran Umum Desa Kadubungbang……… 47

3.2.1 Batas Wilayah Desa Kadubungbang……….. 48


(9)

3.3 Potensi Objek Wisata Batu Qur’an………..… 49

3.4 Identifikasi Persepsi Pengunjung Wisata Batu Qur’an……….…… 53

3.4.1 Identifikasi Persepsi Pengunjung Terhadap Lokasi Objek Wisata Batu Qur’an………... 54

3.4.2 Persepsi Pengunjung Terhadap Keberadaan Dan Kondisi Fasilitas Yang Ada Di Objek Wisata Batu Qur’an……….……….. 57

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Karakteristik Masyarakat Lokal Dalam Pengembangan Wisata Batu Qur’an………..… 66

4.1.1 Jumlah Penduduk………... 66

4.1.2 Jumlah Penduduk Menurut Usia………..…… 67

4.1.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian………...… 69

4.1.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan……… 70

4.2 Identifikasi Persepsi Masyarakat Sekitar Wisata Batu Qur’an……...…. 71

4.3 Identifikasi Pola Peran Masyarakat Dalam Pengembangan Wisata Batu Qur’an……….. 75

4.3.1 Kondisi Eksisting Pengelolaan Wisata Batu Qur’an………..…. 75

4.3.2 Pengembangan Wisata Berbasis Masyarakat………... 76

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan……….. 80

5.2 Pengembangan Wisata Berbasis Masyarakat………... 81

5.3 Rekomendasi……….……….. 82

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

Halaman

Tabel I.1 : Variabel Penelitian... 12

Tabel III.1 : Luas, Jumlah Penduduk dan Rata-rata Penduduk Menurut Desa/Kelurahan………....….… 43

Tabel III.2 : Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid Tingkat Taman Kanak-kanak………...…… 44

Tabel III.3 : Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid Tingkat Sekolah Dasar……….……… 45

Tabel III.4 : Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid Tingkat Sekolah Menengah Pertama... 46

Tabel III.5 : Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid Tingkat Sekolah Menengah Atas……….………...…. 46

Tabel IV.1 : Jumlah Penduduk Desa Kadubungbang……….….….... 66

Tabel IV.2 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Umur…………...… 67

Tabel IV.3 : Jumlah Persentase Penduduk Menurut Mata Pencarian...,... 69


(11)

Halaman

Gambar 1.1 : Peta Lokasi Penelitian………... 6

Gambar 3.1 : Peta Kecamatan Cimanuk………. 41

Gambar 3.2 : Situs Batu Qur’an Desa Kadubungbang Kecamanatan Cimanuk………. 49

Gambar 3.3 : Bangunan Penyimpanan Benda Pusaka... 50

Gambar 3.4 : Situs Batu qur’an... 51

Gambar 3.5 : Menara Batu Tulis... 51

Gambar 3.6 : Persentase Keberadaan Lokasi Objek Wisata... 54

Gambar 3.7 : Persentase Keberadaan Batu qur’an Sebagai Objek Wisata... 55

Gambar 3.8 : Persentase Objek Wisata Batu Qur’an Strategis Untuk Dikembangkan... 56

Gambar 3.9 : Persentase Objek Wisata Batu Qur’an Mengganggu Aktivitas Masyarakat Lokal... 57

Gambar 3.10 : Penilaian Terhadap Fasilitas Yang Tersedia di Objek Wisata. 58 Gambar 3.11 : Penilaian Terhadap Fasilitas Yang Perlu Ditambahkan di Objek Wisata ... 59

Gambar 3.12 : Fasilitas Parkir... 60

Gambar 3.13 : Penilaian Terhadap Fasilitas Tempat Parkir... 60

Gambar 3.14 : Penilaian Terhadap Fasilitas Persampahan... 61

Gambar 3.15 : Kondisi Fasilitas Toilet Umum... 62

Gambar 3.16 : Penilaian Terhadap Fasilitas Toilet Umum... 62

Gambar 3.17 : Kondisi Fasilitas Jalan... 63

Gambar 3.18 : Penilaian Terhadap Fasilitas Jalan... 63

Gambar 3.19 : Penilaian Terhadap Fasilitas Ibadah... 64

Gambar 3.20 : Penilain Terhadap Fasilitas Angkutan Umum... 65

Gambar 4.1 : Persentase Jumlah Penduduk Menurut Usia………. 68

Gambar 4.2 : Persentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan……… 70


(12)

Gambar 4.5 : Persentase Bentuk Peran Serta Dalam

Pengembangan Fasilitas... 73

Gambar 4.6 : Respon Masyarakat Jika Dilakukan Pengembangan... 73

Gambar 4.7 : Persentase Objek Wisata Dipromosikan Oleh Masyarakat... 74

Gambar 4.8 : Persentase Kerjasama Antara Pemerintah dan Masyarakat... 75

Gambar 4.9 : Respon Masyarakat Terhadap Lokasi Berdagang... 77

Gambar 4.10 : Pola Kemitraan... 79

DAFTAR LAMPIRAN


(13)

Gayatri, Arum. 1994. AntropologiBudaya. Rosdakarya. Bandung

Koentjoroningrat. 2004. manusiadankebudayaan di indonesia. Jakarta.Djambatan Pendit, Nyoman S. 2005. IlmuPariwisataSebagaiPengantarPerdana.

PT. PradnyaParamitha. Jakarta.

Yoeti, Oka A. 1996. PengentarIlmuPariwisata. Bandung. Angkasa.

Hadinoto, Kusadianto. 1996. PerencanaanPengembanganDestinasiPariwiata. Jakarta.Universitas Indonesia (UI-Press).

Rukmana, Nana, Steinberg, Florian Van de Hoff, Robert, 1993, Manajemen Pembangunan Prasarana Perkotaan, Jakarta, PT Pustaka LP3ES Indonesia

World Tourism Organization (WTO), 1999, International Tourism A Global Perspective, Madrid, Spain.

Badan Standarisasi Nasional, 2001. Pengusahaan Pariwisata Alam Berasaskan Konservasi hayati. BSN, Jakarta

Pangesti Mh. Tri, 2007. Modul Identifikasi Objek Wisata Alam, Bogor

Gumelar S. Sastrayuda, ( 2010). Hand Out Mata Kuliah Concept Resort and Leisure, STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN RESORT AND LEISURE

_________Undang-Undang RI no. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

_________Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang

Tahun 2011-2031

_________Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang Tahun 2011-2031

_________Badan Pusat Statistik Kecamatan Cimanuk Tahun 2010 _________Profil Desa Kadubungbang Tahun 2012


(14)

Kepulauan Karimunjawa. Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang

Internet

________www.wikipedia.org ________www.diglib.itb.ac.id


(15)

1.1 Latar Belakang

Partisipasi nampaknya menjadi kata kunci bagi keberhasilan untuk mencapai sasaran-sasaran pembangunan daerah untuk mencapai peertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, harus dicapai kenaikan produksi dan jasa diberbagai sektor pembangunan ekonomi. Sedangkan untuk menciptakan landasan bagi tahap pengembangan berikutnya perlu diusahakan laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dengan dukungan serta partisipasi aktif dan luas dari masyarakat.

Pembangunan masyarakat di Indonesia lebih ditekankan pada desa, antara lain karena lebih dari 2/3 penduduk Indonesia berada di daerah pedesaan. Pada fase permulaan gerakan pembangunan desa, partisipasi sebagai salah satu elemen proses pembangunan desa. Oleh karena itu partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan di desa perlu dibangkitkan terlebih dahulu. Partisipasi yang merupakan tolak ukur dalam menilai apakah merupakan proyek pembangunan masyarakat desa atau bukan. Jika masyarakat desa tidak berkesempatan berpartisipasi dalam pembangunan suatu proyek pembangunan di desanya, proyek tersebut pada hakekatnya bukanlah proyek pembangunan masyarakat.

Partisipasi sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama. Adakalanya kesediaan masyarakat untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri. Tentu saja partisipasi seperti ini merupakan tanda permulaan tumbuhnya masyarakat yang mampu berkembang secara mandiri.

Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Peranan pariwisata di Indonesia dewasa ini semakin diperhatikan mengingat akan manfaat yang besar dari sektor ini. Keberadaan objek wisata akan mendatangkan manfaat bagi masyarakat sekitar atau daerah yang dijadikan tempat berdirinya objek wisata.


(16)

Pariwisata merupakan kegiatan multi usaha yang mencakup bermacammacam bidang kegiatan. Keragaman bidang tersebut ditunjukkan dalam bentuk kegiatan industri / usaha berskala besar, sedang maupun kecil. Dari antara semua bidang tersebut tergambar bentuk-bentuk produk pelayanan jasa, dan barang untuk memenuhi tuntutan kebutuhan kepariwisataan. Begitu banyak ragam dan bentuk usaha kegiatan pariwisata.

Pariwisata juga merupakan kegiatan sosial yang dilakukan, dan dihasilkan oleh berbagai lembaga, organisasi, asosiasi dan kelompok masyarakat yang memiliki fungsi atau menjalankan fungsi-fungsi serta berdampak sosial budaya, ekonomi, politik dan sebagainya terhadap individu, kelompok sosial dan masyarakat luas lainnya. Dewasa ini kegiatan pariwisata berkembang secara luas, merasuk ke dalam kehidupan individu dan masyarakat di seluruh dunia. Persebaran kegiatan kepariwisataan makin luas, di wilayah dan lingkungan perkotaan, pedesaan, pegunungan (dataran tinggi), pantai, di pinggiran hutan dan sebagainya.

Salah satu kebijakan yang tertuang dalam RPJMD Banten tahun 2007-20012 dalam bidang Kebudayaan dan Pariwisata sebagai sektor unggulan dalam mencapai target Pendapatan Asli Daerah (PAD). Seperti kita ketahui bersama bahwa Provinsi Banten memiliki potensi budaya dan pariwisata potensial yang dapat dikembangkan secara optimal yang bernilai ekonomis dan sosial yang tinggi yang dapat dipromosikan kepada wisatawan lokal maupun mancanegara. Banten memiliki kekayaan budaya dan pariwisata yang lengkap dan kaya, mulai dari budaya dan pariwisata kesejarahan, ziarah, kekayaan alam, kekayaan buatan, garis pantai yang sangat panjang, kekayaan alam yang alami dan mempesona. Terlebih letak geografis Banten yang berada pada posisi strategis diantara perlintasan pulau Jawa dengan Sumatera. Kesemua potensi dasar budaya dan pariwisata tersebut jika dikelola dengan sistematis, terencana dan terintegrasi bukan tidak mungkin akan mampu menjadi pendorong kesejahteraan dan kemakmuran masyarkatnya.

Wisata religi atau wisata ziarah dimaknai sebagai kegiatan wisata ke tempat yang memiliki makna khusus bagi umat beragama, biasanya berupa tempat ibadah yang memiliki kelebihan. Kelebihan ini misalnya dilihat dari sisi sejarah,


(17)

adanya mitos dan legenda mengenai tempat tersebut ataupun keunikan dan kunggulan arsitekturnya.

Banten memang dikenal kaya potensi wisata spiritual. Kalau daerah Banten Lama di Kabupaten Serang, misalnya, dikunjungi ribuan wisatawan setiap liburan karena memiliki kawasan wisata peninggalan Sultan Banten - yang antara di sini ada Benteng Surosowan, Mesjid Agung, Klenteng Kuno, dan sejumlah makam keluarga Sultan Hasanudin - maka Kabupaten Pandeglang, 20 km dari Kota Kabupaten Serang, juga dikenal karena memiliki kawasan wisata Gunung Karang. kawasan wisata Gunung Karang memiliki tiga objek kunjungan. Objek kunjungan pertama disebut Sumur Tujuh. Obyek kunjungan kedua pemandian Air Panas Cisolong, dan obyek wisata ketiga Kolam Renang Cikoromoi yang dilengkapi tempat penziarahan Cibulakan. Objek penziarahan menjadi menarik diamati pengunjung karena di kolam pemandiannya terdapat Batu Qur'an, batu berukuran besar yang terletak di dasar kolam dan bertuliskan huruf-huruf arab. Diperkirakan batu bertuliskan huruf arab itu sudah berusia lebih 5 abad.

Salah satunya adalah wisata Religi Batu Qur'an yang merupakan peninggalan Ki Mansyur, seorang ulama terkenal di zaman Kesultanan Banten abad ke-15. Dengan nilai kesejarahan yang ada tempat ini layak menjadi salah satu tujuan obyek wisata di Kabupaten Pandeglang. Obyek kunjungan Batu Qur’an lebih sering dikunjungi umat Islam pada hari-hari besar Islam, seperti Maulid Nabi Muhammad, 1 Muharam, menjelang Ramadan, Idul Fitri atau Idul Adha. Ribuan umat Islam selalu mengunjungi obyek wisata spritual itu di setiap liburan, karena sejarah keberadaan obyek wisata Batu Qur’an konon kabarnya, erat kaitannya dengan kegiatan keluarga Sultan Banten dalam penyebaran Islam di abad ke 15.

Sangat diharapkan juga pihak pengelola dapat meningkatkan sarana dan prasarana tempat wisata religi ini sehingga kunjungan wisatawan terus dapat terus meningkat sehingga ekonomi lokal pun ikut terbangun.

Salah satu fokus sumber potensi yang dimiliki Kabupaten Pandeglang dan dapat diberdayakan lebih baik lagi. Pariwisata sebagai salah satu faktor pendukung Pendapatan Asli Daerah (PAD) mempunyai peran strategis untuk


(18)

dikembangkan, selain itu juga telah mampu meningkatkan pendapatan masyarakat setempat memperluas lapangan pekerjaan di daerah tujuan wisata.

1.2 Rumusan Masalah

Pengembangan sektor pariwisata di Kawasan Wisata Batu Qur’an tentu sangat berkaitan dengan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek tersebut diantaranya daya tarik wisata, fasilitas wisata, aksesibilitas, informasi dan promosi wisata. Paling tidak dengan adanya kegiatan pengembangan pariwisata yang terjadi didalamnya akan mempengaruhi jalannya perekonomian di daerah tersebut.

Usaha peningkatan pelayanan terhadap wisatawan tentu saja menjadi tanggung jawab bagi pengembang disektor pasriwisata (pemerintah, pengusaha dibidang pariwisata maupun masyarakat setempat). Cukup banyak usaha-usaha yang telah dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta, terutama dalam bentuk pemberian informasi kepada wisatawan tentang kondisi wilayah yang kondusif. Sedangkan peran masyarakat (terutama sekitar lokasi wisata) cukup terlihat terutama dalam menjaga iklim yang kondusif (keamanan dan kenyamanan) diwilayah objek wisata. Disinilah peran masyarakat serasa kurang optimal, masyarakat atau komunitas disekitar lokasi pariwisata sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar terutama dalam menjaga keberlanjutan keberadaan objek wisata tersebut. Perlibatan masyarakat secara aktif dalam sistem aktifitas pariwisata tentu saja akan memberikan nilai lebih/ nilai tambah bagi pemerintah, swasta, maupun masyarakat sendiri.

Masyarakat sebagai salah satu unsur utama didalam sistem pengembangan pariwisata saat ini semakin dituntut peran sertanya. Sebetulnya sudah sejak lama berkembang berbagai model pengembangan partisipatif yang melibatkan masyarakat bahkan menempatkan masyarakat sebagai pelaku sentral dari pengembangan yang sedang ada maupun yang akan berlangsung, namun dalam penerapannya masih banyak terdapat kelemahan. Aspirasi-aspirasi mereka seolah kurang begitu “didengar” oleh pemerintah maupun swasta. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka munculah pertanyaan yang harus di jawab dalam penelitian ini yaitu:


(19)

1.3 Tujuan dan Sasaran 1.3.1 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pola peran serta masyarakat untuk pengembangan wisata religi batu qur’an.

1.3.2 Sasaran

Adapun sasaran dalam penelitian ini yaitu:

 Mengidentifikasi potensi yang dimiliki obyek wisata batu qur’an yang masih dapat dikembangkan.

 Mengidentifikasi karakteristik masyarakat lokal untuk pengembangan wisata batu qur’an.

 Mengidentifikasi persepsi pengunjung (wisatawan) untuk pengembangan wisata batu qur’an.

 Mengidentifikasi persepsi masyarakat dan pola peran serta masyarakat untuk pengembangan wisata batu qur’an.

 Merumuskan konsep pengembangan yang efektif untuk pengembangan pariwisata berdasarkan peran serta masyarakat di obyek wisata batu qur’an yang sesuai dengan karakteristik masyarakat setempat.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup studi ini dibagi menjadi dua bagian yaitu Ruang Lingkup Wilayah yaitu lokasi tempat studi dilaksanakan dengan batasan-batasan administrasinya dan Ruang Lingkup Materi yang menjelaskan tentang batasan-batasan materi yang dibahas dalam studi ini.


(20)

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Wilayah studi yang menjadi obyek penelitian ini adalah kawasan wisata Batu Qur’an yang terletak di kaki Gunung Karang tepatnya di Desa Kadubungbang Kec. Cimanuk Kab. Pandeglang dengan total luasan 23.64 km2. Dengan total penduduk di Kecamatan Cimanuk yaitu sebanyak 41.339 jiwa dan di Desa Kadubungbang yaitu sebanyak 4.602 jiwa. Kira-kira jaraknya 10km kearah barat dari Kota Pandeglang. Batas administrasi objek wisata Batu Qur’an yang terletak di Kec. Cimanuk Desa Kadubungbang adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Desa Banyu Mundu Kecamatan Kaduhejo - Sebelah Selatan : Desa Cinangka Kecamatan Cimanuk - Sebelah Barat : Desa Nembol Kecamatan Mandalawangi - Sebelah Timur : Desa Kupa Hendep Kecamatan Cimanuk

Gambar 1.1 Peta Lokasi Penelitian


(21)

1.4.2 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi yang akan dibahas terutama berkaitan dengan partisipasi masyarakat untuk pengembangan kegiatan pariwisata Religi Batu Qur’an, baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan, maupun pengontrolannya. Beberapa hal utama yang akan menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini diantaranya adalah:

1. Identifikasi potensi obyek wisata di Batu Qur’an, termasuk didalamnya kondisi sarana dan prasarana pendukung yang ada disekitar obyek wisata. 2. Karakteristik penyediaan wisata secara umum diobjek wisata Batu Qur’an

yang meliputi daya tarik wisata, fasilitas wisata, aksesibilitas, informasi dan promosi wisata.

3. Identifikasi karakteristik masyarakat dan peran sertanya untuk pengembangan pariwisata di Batu Qur’an. Terutama untuk mengetahui fungsi dan peranannya dan pendapat masyarakat lokal tentang kegiatan pengembangan wisata Batu Qur’an.

4. Selanjutnya berdasarkan hasil identifikasi beberapa kondisi diatas akan didapat pola pengembangan pariwisata batu qur’an dengan pendekatan peran serta masyarakat yang didalamnya meliputi aspek peran serta masyarakat, hak dan kewajiban masyarakat yang melibatkan masyarakat.

1.5 Metodologi Penelitian 1.5.1 Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya peneliti mengungkapkan sejumlah cara yang diatur secara sistematis, logis, rasional, dan terarah tentang bagaimana pekerjaan sebelum, ketika dan sesudah pengumpulan data. Metode penelitian pada dasarnya adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Dengan demikian, metode penelitian merupakan suatu pengetahuan untuk menggali kebenaran suatu metodologis dengan sistematis dan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada sebuah karya tulis ilmiah sehingga penelitian yang dilakukan dapat menjawab secara ilmiah perumusan masalah yang telah ditetapkan.


(22)

1.5.2 Metode Pengumpulan Data

Metodologi pengumpulan data atau survey dilakukan guna mengumpulkan data yang diperlukan sebagai bahan kajian. Pada dasarnya ada dua jenis data yang dikumpulkan secara sekunder dan primer.

Secara garis besar metode pengumpulan data yang dikembangkan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut :

a. Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi lapangan, dan menyebarkan kuesioner kepada masyarakat, pengunjung dan pengelola di’ wisata Batu Qur’an. Observasi lapangan dilakukan untuk melihat kondisi obyek studi. Penyebaran kuesioner dilakukan guna mengetahui keinginan-keinginan untuk pengembangan kawasan wisata Batu Qura’an untuk kedepannya.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data dari berbagai dinas atau instansi dan lembaga yang terkait. Studi kepustakaan dilakukan untuk mengkaji teori dan informasi yang berhubungan dengan “Pengembangan kawasan wisata Batu Qur’an”.

1.5.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian meliputi:

a. Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang menggunakan daftar pertanyaan yang sifatnya tertutup dan terbuka. Dalam penelitian ini dipakai kuesioner bersifat terbuka dengan pengertian bahwa jawaban kuesioner oleh responden diberikan kebebasan untuk memberikan jawaban alternatif apabila pada pilihan jawaban yang disediakan tidak ada.

b. Wawancara mendalam merupakan teknik pengumpulan data melalui wawancara yang dilakukan dengan beberapa nara sumber yang dianggap mampuh dan mengetahui permasalahan. Teknik dipakai sebagai cara utama memperoleh data secara mendalam yang tidak


(23)

diperoleh dengan data dokumentasi, menanyakan hal-hal yang belum ada atau belum jelas yang mungkin terdapat dalam dokumentasi. c. Observasi yaitu melakukan pengamatan dan pencatatan hal-hal yang

penting, sehingga penulis mampuh menggambarkan secara nyata kondisi dilapangan. Observasi dilakukan karena belum banyak keterangan yang dimiliki tentang masalah yang diteliti, sehingga observasi ini bersifat eksplorasi.

1.5.4 Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga (Singarimbun,1995). Populasi merupakan keseluruhan penduduk atau individu yang dimaksudkan untuk diselidiki. Pendapat lain mengatakan bahwa populasi adalah kumpulan dari ukuran-ukuran tentang sesuatu yang ingin kita buat inferensi. Dalam hal ini populasi berkenaan dengan data bukan pada orangnya atau bendanya (Nasir,1999).

Berdasarkan pendapat tersebut maka yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan individu atau seluruh gejala atau seluruh peristiwa yang akan diselidiki yang mempunyai karakteristik sebagai sumber data dan sebagai batasan generalisasi dari hasil penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut maka yang dijadikan populasi dalam penelitian di Obyek Wisata Batu Qur’an ini adalah warga atau masyarakat Kecamatan Cimanuk yang terdapat di satu desa yaitu Desa Kadubungbang dengan jumlah penduduk sebanyak 4.602 jiwa.

Sedangkan yang dimaksud dengan sampel adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi. Sampel merupakan sebagian individu yang diselidiki (Hadi,2000). Pendapat lain mengatakan bahwa sampel adalah wakil dari populasi yang dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari populasi (Nasir).


(24)

Untuk menentukan jumlah ukuran sampel bagi masyarakat di Desa Kadubungbang dipakai rumus dari slovin dalam penelitian ini sebagai berikut:

Dimana :

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

E = batas keritis (batas ketelitian) yang diinginkan

Dari jumlah populasi tersebut dengan batas ketelitian sebesar 10%, maka dengan menggunakan rumus diatas diperoleh sampel sebesar:

4.602

n = = 100 (sampel) 1 + 4.602 (0.1)2

Berdasarkan rumus diatas dalam penelitian ini akan diambil 100 sampel (masyarakat Kecamatan Cimanuk yang tersebar dalam 1 desa yaitu Desa Kadubungbang). Pemilihan lokasi sampel pada 1 desa disebabkan karena pada 1 lokasi desa ini terdapat obyek wisata batu qur’an.

1.5.5 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah metode analisis kualitatif. Secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:  Teknik Analisis Kualitatif

Teknik analisis kualitatif mengutamakan uraian, penjelasan, dan perbandingan yang meliputi:

Deskriptif

Metode deskriftip merupakan teknik analisis dengan cara menitirkan dan menafsirkan data yang ada (Surakhmad, 1980), dengan ciri:

N n =


(25)

Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah aktual yang ada pada masa sekarang; selanjutnya Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis.

Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan dan mengidentifikasi bentuk-bentuk peran serta masyarakat lokal dalam pengelolaan wisata di Wisata Religi Batu Qur’an berdasarkan data yang diperoleh dan disesuaikan dengan kondisi yang ada, meliputi:

1. Identifikasi Potensi Pariwisata dan Pengembangan Pariwisata secara umum pada tahap analisis Identifikasi Potensi Pariwisata dan Pengembangan Pariwisata akan dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif. Penggunaan kajian literatur serta hasil survei sekunder dan primer merupakan bahan utama bagi proses analisis.

2. Identifikasi peran serta masyarakat dan Persepsi wisatawan

Untuk mengetahui bentuk peran serta masyarakat untuk pengembangan kawasan wisata religi batu qur’an dipakai metode analisis deskriptif kuantitatif. Berdasarkan hasil pengambilan data dari para warga sekitar obyek wisata maka dapat diketahui bentuk peran serta yang diinginkan dalam pengembangan kawasan wisata religi batu qur’an bentuk sumbangan dalam berperan serta maupun bentuk kegiatan.

Selain itu dari kuesioner yang disebarkan pada para wisatawan, didapatkan data keinginan wisatawan terhadap pengembangan pariwisata di Wisata Religi Batu Qur’an.


(26)

1.6 Variabel Penelitian

Tabel I.1 Variabel Penelitian

Sasaran Indikator Variabel

Metode

Sumber Pengumpulan

Data Analisis Data Mengidentifikasi potensi yang dimiliki objek wisata Batu Qur’an yang masih dapat dikembangkan.

 Wisata Buatan  Menara Batu Tulis

 Kolam Pemandian

Observasi, wawancara, dan survei sekunder Analisis deskriptif kualitatif  Dinas Pariwisata & Budaya

 Dinas Tata Kota

 Bappeda

 Wisata Budaya  Rampak Bedug

 Pencak Silat

 Kerajinan Tangan

 Makanan Khas

Observasi, wawancara dan kuesioner Analisis deskriptif kualitatif  Tokoh Masyarakat  Masyarakat Mengidentifikasi Karakteristik Masyarakat Lokal Untuk Pengembangan Wisata Batu Qur’an

 Sikap Masyarakat Terhadap Obyek Wisata

 Menjaga Keamanan

 Menjaga Kebersihan

 Melestarikan Obyek Wisata

 Ikut Secara Aktif Mempromosikan Observasi, wawancara dan kuesioner Analisis deskriptif kualitatif Wisatawan, Masyarakat & Pengelola Obyek Wisata

 Sikap Masyarakat Lokal Terhadap Wisatawan

 Keramahan Untuk Melayani Wisatawan

 Sikap Terhadap Wisatawan

Kuesioner Analisis deskriptif kualitatif

Wisatawan & Masyarakat


(27)

Mengidentifikasi Persepi Pengunjung (wisatawan) Untuk Pengembangan Wisata Batu Qur’an.

 Akses Lokasi Wisata

 Kemudahan Aksesibilitas

 Keberadaan Akomodasi

 Moda Transportasi (Kendaraan Umum) Observasi, wawancara dan kuesioner Analisis deskriptif kualitatif Wisatawan, Masyarakat & Pengelola Obyek Wisata

 Kondisi Sarana & Prasarana

Pendukung

Manfaat Keberadaan Sarana dan Prasarana Pariwisata

 Jaringan Jalan

 Jaringan Listrik

 Jaringan Air Bersih

 Jaringan Telepon

Observasi, wawancara dan kuesioner Analisis deskriptif kualitatif Wisatawan, Masyarakat & Pengelola Obyek Wisata Mengidentifikasi Peran Serta Masyarakat untuk Pengembangan Wisata Batu Qur’an.

 Peran Serta Masyarakat Dalam

Meningkatkan Pendapatan

 Masyarakat Membuka Usaha Counter, KM umum, Rumah makan, Toko Sovenir, Toko Oleh-oleh, Penginapan. Wawancara dan kuesioner Analisis deskriptif kualitatif Masyarakat

 Peran Serta

Masyarakat Dalam Pelestarian Wisata

 Merawat Fasilitas Obyek Wisata

 Merawat Peninggalan Bersejarah

 Menjaga Keamanan Lingkungan Obyek Wisata

 Merawat Kebersihan Obyek Wisata Wawancara dan Kuesioner Analisis deskriptif kualitatif Masyarakat dan Pengelola Obyek Wisata

 Peran Serta

Masyarakat Dalam Promosi Wisata

 Mengadakan Pagelaran Seni

 Melakukan Kerjasama Antara Pemerintah dan Masyarakat

 Memperkenalkan Budaya Lokal Kepada Wisatawan

Kuesioner Analisis deskriptif kualitatif

Tokoh Masyarakat dan Masyarakat Lokal


(28)

 Memasukan Obyek Wisata Dalam Program Even Kepariwisataan

 Peran Serta Masyarakat Dalam Pelayanan Terhadap

Wisatawan

 Bersikap Ramah Terhadap Wisatawan

 Menyediakan Keperluan Wisatawan

 Menjaga Keamanan dan Kenyamanan Wisatawan

Kuesioner Analisis deskriptif kualitatif

Masyarakat

 Peran Serta Masyarakat Dalam Kegiatan dan Keaktifan

 Aktif Dalam Gotong-royong yang Dilakukan Masyarakat

 Aktif Dalam Memberikan Masukan dan Gagasan

 Aktif Mengikuti Musyawarah Warga

 Aktif Dalam Usaha Pelestarian Lingkungan Obyek Wisata

Wawancara dan Kuesioner

Analisis deskriptif kualitatif

Tokoh Masyarakat dan Masyarakat Lokal


(29)

1.7 Kerangka Pemikiran

Potensi Pariwisata Kab. Pandeglang

Wisata Religi Batu Qur’an

Mengidentifikasi Peran Serta Masyarakat Untuk Pengembangan Wisata Batu Qur’an Peran Masyarakat Belum

Terlalu Optimal Dalam Pengembangan Pariwisata

Identifikasi Potensi Obyek

Wisata Batu Qur’an

Identifikasi Peran Masyarakat Lokal Terhadap

Objek Wisata

Pola Peran Serta Masyarakat Untuk Pengembangan Pariwisata

Batu Qur’an

REKOMENDASI

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009

RTRW Kab. Pandeglang

Identifikasi Persepsi Pengunjung Terhadap Objek


(30)

1.8Sistematika Penulisan

Untuk mendukung kelancaran penelitian dibutuhkan langkah-langkah yang sistematis dalam penulisan. Sistematika penulisan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Tahap ini berisi tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, sasaran penelitian, ruang lingkup penelitian, metodelogi penelitian, variabel penelitian, kerangka berfikir dan sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisikan tentang teori-teori yang digunakan pada penelitian ini yaitu definisi pariwisata, partisipasi masyarakat, pariwisata berkelanjutan, wisata religi, definisi pariwisata, definisi potensi wisata, definisi pengembangan pariwisata, tinjauan teori faktor daya tarik wisata, dan kebijakan pariwisata.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

Bab ini membahas mengenai gambaran umum wilayah studi yakni Kecamatan Cimanuk dan Desa Kadubungbang, potensi objek wisata Batu Qur’an serta identifikasi persepsi pengunjung wisata Batu Qur’an. BAB IV ANALISIS

Bab ini berisikan pembahasan mengenai karakteristik masyarakat lokal yang meliputi jumlah penduduk, jumlah penduduk menurut usia, mata pencarian, tingkat pendidikan serta analisis persepsi masyarakat sekitar objek wisata dan pola peran serta masyarakat lokal.

BAB V KESIMPULAN

Bab ini berisi kesimpulan, pengembangan wisata berbasis masyarakat dan rekomendasi dari penelitian ini.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah sebagai referensi dan literature penunjang. Kajian pustaka dalam penelitian ini meliputi landasan teori yang menjadi dasar atau pedoman dalam analisis.

2.1 Definisi Pariwisata

Istilah pariwisata berasal dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali atau berputar-putar. Wisata berarti perjalanan atau bepergian jadi pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan berulang-ulang dari suatu tempat ke tempat yang lain.

Pengertian pariwisata dapat dilihat dari beberapa definisi sebagai berikut:

 pariwisata merupakan salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja peningkatan penghasilan,standar hidup serta menstimululasi sektor-sektor produktif lainnya. (pendit,1999)

 suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya. (suswantoro,1997)

 Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. (Uu No. 10 Th 2009)  Studi manusia, atau 'pengunjung,' dalam konteks pariwisata yang dapat

memanggil pada disiplin ilmu psikologi, sosiologi, antropologi, ekonomi, sejarah, dan lain-lain. (Brent Ritchie, Educator).

Berdasarkan sejarahnya, wisata bermula dari perjalanan, oleh karena itu sampai saat ini wisata tidak pernah terlepas dari perjalanan. Untuk membedakan wisata dengan perjalanan pada umumnya. Maka wisata memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan kembali ke tempat asalnya.

b. Melibatkan beberapa komponen wisata, misalnya sarana transportasi, akomodasi,restoran,objek wisata, cendramata dan lain-lain.


(32)

c. Umumnya dilakukan dengan mengunjungi objek dan atraksi wisata, daerah atu bahkan Negara secara berkesinambungan.

d. Memiliki tujuan tertentu yang intinya mendapat kesenangan

e. Tidak mencari nafkah ditempat tujuan, bahkan keberadaannya dapat memberikan kontribusi terhadap masyarakat atau daerah yang dikunjungi, karena uang yang dibelanjakan di bawa dari tyempat asal. Pariwisata adalah keseluruhan rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan pergerakan manusia yang melakukan pergerakan/perjalanan atau persinggahan sementara dari tempat tinggal ke suatu atau beberapa tempat tujuan di luar lingkungan tempat tinggal yang di dorong oleh beberapa keperluan tanpa bermaksud mencari nafkah tetap. ( Biro pusat statistik, 1986 )

Budaya / warisan pariwisata adalah segmen yang tumbuh paling cepat dari industri pariwisata karena ada kecenderungan ke arah spesialisasi meningkat di kalangan wisatawan. Tren ini jelas dalam kenaikan volume wisatawan yang mencari petualangan, budaya, sejarah, arkeologi dan interaksi dengan masyarakat setempat (Hollinshead, 1993)

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1 ; dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

Pengertian kepariwisataan menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2009 adalah keseluruhan kegiatan yang terkit dengan pariwisata dan bersifat multimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.

Sedangkan pengertian daya tarik wisata menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2009 yaitu segala suatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisata.


(33)

2.2 Partisipasi Masyarakat

2.2.1 Pengertian Peran Serta Masyarakat

Menurut pongquan (dalam Hanafie,1998) konsep peran serta masyarakat telah banyak dibahas dalam berbagai sudut pandang oleh peneliti, perencana, dan kalangan birokrat. Tanpa mengabaikan perbedaan-perbedaan pendapat dari ketiga unsur di atas, pada umumnya literatur tentang peran serta masyarakat melihat distribusi sumber daya sebagai fokus perhatian.

Peran serta masyarakat dalam pembangunan menurut PBB adalah menciptakan kesempatan yang memungkinkan seluruh anggota masyarakat secara aktif mempengaruhi dan memberi kontribusi pada proses pembangunan dan berbagi hasil pembangunan secara adil (united Nations dalam Midgley, 1986). Hoofsteede (Khairuddin, 1992) menyatakan bahwa peran serta berarti ikut mengambil bagian dalam satu tahap atau lebih dari suatu proses. Terkandung makna dalam peran serta terdapat proses tindakan pada suatu kegiatan yang telah didefinisikan sebelumnya. Dengan kata lain, ada keadaan tertentu lebih dahulu, baru kemudian ada tindakan untuk mengambil bagian.

Peran serta masyarakat sangat erat kaitannya dengan kekuatan atau hak masyarakat, terutama dalam pengambilan keputusan dalam tahap identifikasi masalah, mencari pemecahan masalah sampai dengan pelaksanaan berbagai kegiatan (Panudju,1999).

Dari pengertian-pengertian diatas maka peran serta masyarakat merupakan keterlibatan masyarakat dalam suatu kegiatan dengan menerima tanggung jawab dan aktivitas tertentu serta dengan memberikan kontribusi sumber daya yang dimilikinya.

2.2.2 Pengertian dan Prinsip Partisipasi Masyarakat

Menurut (Ach. Wazir Ws., et al, 1999) partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggungjawab bersama.


(34)

(Mikkelsen, 1999) membagi partisipasi menjadi 6 (enam) pengertian, yaitu:

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan;

2. Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan;

3. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri;

4. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu;

5. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak sosial;

6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka.

Partisipasi masyarakat menurut (Isbandi, 2007) adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.

Partisipasi adalah keterlibatan-keterlibatan mental dan emosional orang-orang didalam satu kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada masyarakat dalam usaha mencapai tujuan serta turut serta bertanggungjawab terhadap usaha yang bersangkutan (Sastropoetro, 1998).

Peran serta masyarakat sangat erat kaitannya dengan kekuatan atau hak masyarakat, terutama dalam pengambilan keputusan dalam tahap identifikasi masalah, mencari pemecahan masalah sampai dengan pelaksanaan berbagai kegiatan (Panudju,1999).


(35)

2.2.3 Kebutuhan Peran Serta Masyarakat

Kebutuhan peran serta dari sudut pandang pemerintah adlah melakukan sesuatu dengan biaya semurah mungkin, sehingga sumber dana yang terbatas dapat dipakai untuk kepentingan sebanyak mungkin. Alasan-alasan efektifitas dan efisiensi adanya peran serta masyarakat yang nyata dapat disimpulkan sebagai berikut (Rukmana, et al,1993):

a. Peran serta masyarakat memberikan kontribusi pada upaya pemanfaatan sebaik-baiknya sumber dana yang terbatas.

b. Peran serta masyarakat membuka kemungkinan keputusan yang diambil didasarkan kebutuhan, prioritas dan kemampuan masyarakat. Hal ini akan dapat menghasilkan rancangan rencana, program dan kebijakan yang lebih realistis. Selain itu memperbesar kemungkinan masyarakat bersedia dan mampuh menyumbang sumber daya mereka seperti uang dan tenaga. c. Peran serta masyarakat merupakan salah satu komponen yang harus

diikutsertakan dalam aktifitas pembangunan. Peranan serta masyarakat menjamin pemerintah dan apresiasi yang lebih besar terhadap segala sesuatu yang dibangun. Hal ini akan merangsang pemeliharaan yang baik dan bahkan menimbulkan kebanggaan.

Dari para pakar yang mengungkapkan definisi partisipasi di atas, dapat dibuat kesimpulan bahwa partisipasi adalah keterlibatan aktif dari seseorang, atau sekelompok orang (masyarakat) secara sadar untuk berkontribusi secara sukarela dalam program pembangunan dan terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai pada tahap evaluasi.

2.2.4 Bentuk Peran Serta Masyarakat

Menurut (Derick Bryant, 1987) nilai peran serta tidak hanya terletak pada ada tidaknya peran serta itu. Hal yang terpenting adalah menentukan jenis peran serta yang tepat untuk persoalan tertentu. Dalam hal ini ditekankan pentingnya mengenali klasifikasi atau tipe dan bentuk peran serta masyarakat.

Menurut (Parwoto Suhendi:1997), bentuk kontribusi dalam berperan serta dapat berbentuk gagasan, tenaga dan materi. Sedangkan (Sastropoetro,1998) menyebutkan bahwa bentuk peran serta terdiri dari :


(36)

a. Konsultasi, biasanya dalam bentuk jasa b. Sumbangan spontan berupa uang dan barang

c. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan donornya dari pihak ketiga d. Mendirikan proyeksi yang sifatnya berdikari dan dibiayai oleh masyarakat

sendiri

e. Sumbangan dalam bentuk kerja

f. Mengadakan pembangunan di kalangan keluarga

g. Membangunan proyek masyarkat yang bersifat otonomi

(Dusseldorp Slamet, 1992) mencoba membuat klasifikasi dari berbagai tipe peran serta. Klasifikasi didasarkan pada sembilan dasar. Masing-masing dasar jarang terpisah satu sama lain, artinya dalam banyak hal mengidentifikasi suatu kegiatan peran serta yang sama.

a. Penggolongan peran serta berdasarkan pada derajat sukarelawan b. Penggolongan peran serta berdasarkan cara keterlibatan

c. Penggolongan peran serta berdasarkan pada kelengkapan keterlibatan berbagai tahap dalam proses pembangunan

d. Penggolongan peran serta berdasarkan pada tingkatan organisasi e. Penggolongan peran serta berdasarkan pada intensitas dan

frekuensi kegiatan

f. Penggolongan peran serta berdasarkan pada lingkup liputan kegiatan

g. Penggolongan peran serta berdasarkan pada efektifitas

h. Penggolongan peran serta berdasarkan pada siapa yang terlibat i. Penggolongan berdasarkan pada gaya peran serta

Telah dijelaskan di atas bahwa berbicara mengenai peran serta masyarakat dalam pengelolaan prasarana maka hal-hal yang harus diperhatikan yaitu (Schubeler,1996) peran serta lebih merupakan proses bukan produk, berkaitan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, peran serta dapat dilakukan oleh pihak lain dan pentingnya unsure kesediaan masyarakat. Sehingga dari berbagai pandangan bentuk peran serta yang ada maka peran serta masyarakat dalam pengelolaan kegiatan pariwisata dapat dikategorikan dalam :


(37)

b. Bentuk kegiatan yaitu peran serta dilakukan bersama atau sendiri-sendiri dilingkungan tempat tinggal masing-masing dan peran serta dikerjakan sendiri oleh masyarakat atau diserahkan pihak lain. Selain itu bentuk peran serta dapat dikenali dari intensitas dan frekuensi kegiatan serta derajat sukarelawan untuk melakukan kegiatan bersama.

Sebagai masyarakat yang mengetahui dan menyadari apa yang dikerjakan dan juga masalah-masalah yang dihadapi untuk membangun dunia pariwisata nasional. Dengan adanya kesadaran ini maka akan berkembang pemahaman dan pengertian yang proporsional diantara berbagai pihak, yang pada gilirannya akan mendorong mereka untuk mau berperan serta dalam pembangunan pariwisata.

2.2.5 Ciri-ciri dan Hambatan dalam Peran Serta Masyarakat

Peran serta dapat pula dikenali dari keterlibatan, bentuk kontribusi, organisasi kerja, penetapan tujuan, dan peran. Parwoto (dalam Soehendy, 1997) mengemukakan bahwa peran serta mempunyai cirri-ciri :

a. Keterlibatan dalam keputusan: megambil dan menjalankan keputusan. b. Bentuk kontribusi: seperti gagasan, tenaga, material dan lain-lain. c. Organisasi kerja : bersama setara (berbagai peran)

d. Penetapan tujuan : ditetapkan kelompok bersama pihak lain. e. Peran masyarakat : sebagai subyek.

Dengan demikian peran serta harus mengandung unsur-unsur adanya kesepakatan, adanya tindakan mengisi kesepakatan tersebut, dan adanya pembagian kerja serta tanggung jawab dalam suatu organisasi kerja.

Dalam fase-fase pembangunan sesuai dengan pandangan (Conyers, 1994) bahwa penyebab keengganan masyarakat untuk berperan serta adalah:

 Hasil keterlibatan masyarakat itu sendiri, sehingga masyarakat tidak akan berperan serta jika merasa hasil peran sertanya tidak berpengaruh pada hasil akhir.

 Masyarakat enggan berperan serta dalam kegiatan yang tidak menarik minat mereka atau aktifitas yang tidak berpengaruh langusng yang dapat mereka rasakan. (Korten Slamet,1994) menunjukan sejumlah hambatan berkaitan dengan peran serta masyarakat yaitu:


(38)

a. Hambatan dalam badan-badan, tempat pembentukan keputusan, sikap nilai keahlian,system evaluasi, stabilitas penempatan pegawai.

b. Hambatan dalam komunitas, kurangnya organisasi lokal yang memadai, kurangnya keahlian berorganisasi, lemahnya fasilitas komunikasi, perbedaan dalam golongan-golongan.

2.3 Pariwisata Berkelanjutan

World tourism organization (WTO) memberikan definisi tentang pariwisata berkelanjutab sebagai:

Untuk memenuhi dan melindungi kebutuhan wisatawan di masa depan perlu dipertimbangkan beberapa hal. Pengelolaan manajemen semua sumber daya ekonomi, social dan kebutuhan estetika dapat terpenuhi jika pemeliharaan integritas budaya, proses ekologis, keaneka ragaman dan hidup biologi dapat didukung dengan baik

Selain itu piagam pariwisata berkelanjutan (insula,1995) menekankan bahwa pariwisata harus didasarkan pada kriteria yang berkelanjutan yang intinya adalah pembangunan harus didukung secara ekologis dalam jangka panjang dan sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat sekitarnya.

Dernol 1981 menyebutkan bahwa pariwisata berkelanjutan paling tidak memberikan lima keuntungan yaitu :

 Keuntungan ekonomis bagi individu dan keluarga karena akomodasi yang dikembangkan bersifat home stay, tinggal di rumah penduduk. Selain pendapatan yang diterima, pengelola juga mendapatkan keuntungan dalam bentuk kemampuan manajerial.

 Masyarakat lokal akan mendapatkan keuntungan dalam bentuk peningkatan standard perumahan untuk keperluan pariwisata sehingga mengurangi pengeluaran publik untuk pembangunan infrastruktur.

 Untuk Negara penerima wisatawan dapat mengurangi pengeluaran yang harus dibayar ke luar negeri untuk membayar fasilitas wisata yang dibangun karena pembangunan fasilitas wisata lebih menggunakan bahan lokal.


(39)

 Secara makro wisata jenis ini akan mempererat hubungan antar bangsa maupun antar daerah.

Pelaksanaan pariwisata berkelanjutan memiliki ciri pada pemenuhan dua syarat utama, yaitu : memperhatikan kelestarian lingkungan dan berorientasi pada masyarakat lokal. Oleh karena itu pariwisata berkelanjutan harus mencakup :

 Aspek ekonomi

Keuntungan yang didapat dari kegiatan pariwisata harus dapat dinikmati oleh masyarakat lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

 Aspek ekologi

Pembangunan pariwisata tidak menimbulkan efek negatif bagi ekosistem setempat, selain itu harus diupayakan konservasi untuk melindungi sumber daya alam.

 Aspek sosial

Mengacu pada kemampuan penduduk lokal untuk menyerap usaha pariwisata tanpa menimbulkan konflik social.

 Aspek kebudayaan

Masyarakat lokal mampu beradaptasi dengan budaya turis yang cukup berbeda.

2.3.1 Konsep Pembangunan Berkelanjutan

(Emil Salim, 1987) mengemukakan beberapa asumsi dasar serta ide pokok yang mendasari konsep pembangunan berlanjut,yakni:

 Pembangunan harus berlangsung terus menerus dan ditopang sumber alam, kualitaslingkungan dan manusia yang selalu berkembang.

 Sumber alam memiliki ambang batas yang penggunannya akan menurunkan kualitas dan kuantitasnya.

 Kualitas lingkungan berkolerasi langsung dengan kualitas hidup

 Pembangunan sekarang memungkinkan generasi meningkatkan kesejahteraannya tanpa mengurangi kemungkinan generasi masa datang untuk meningkatkan kesejahteraannya. Dari konsep pembangunan berkelanjutan diatas dapat digeneralisasikan pada konsep pengembangan


(40)

pariwisata berkelanjutan, yakni bahwa Pembangunan pariwisata berkelanjutan dapat dicapai jika dampak lingkungan seimbang dengan tujuan ekonomi yang diharapkan. Dalam arti bahwa semakin besar nilai ekonomi yang diharapkan, maka dampak lingkungan juga harus diminimalisir. Pariwisata dapat berkelanjutan jika bisa memberikan manfaat baik secara ekonomi maupun ekologi.

2.4 Wisata Religi

Wisata religi dapat diartikan sebagai kegiatan wisata yang memiliki makna khusus bagi umat beragama, bisa berupa tempat ibadah yang memiliki kelebihan dari sisi sejarah, arsitektur bangunan, dan mitos(legenda) mengenai tempat tersebut. Di samping menambah wawasan, wisata religi juga dapat mempertebal keimanan kepada Sang Pencipta. (http://www.Wikipedia.org).

Istilah Religi secara harfiah berarti kepercayaan akan adanya kekuatan akodrati di atas manusia (Gayatri, 1994). Sedangkan menurut Histono (1998), religi adalah konsep pemikiran tentang suatu fenomena abstrak diluar jangkauan pemikiran manusia, dan fenomena tersebut sangat berperan besar dalam mempengaruhi kehidupan manusia tersebut. Banyak orang menyamakan religi sebagai agama, pendapat tersebut tidak dapat disalahkan walaupun pada dasarnya pembicaraan tentang religi jauh lebih luas jangkauannya dalam lingkup agama, karena religi sendiri pada dasarnya merupakan suatu fenomena pada segala aspek yang ada di luar kekuatan manusia berupa kepercayaan akan kehidupan lain dan mahluk - mahluk gaib (Gayatri, 1994). Pada awalnya konsep religi muncul berupa:

1. Dinamisme (percaya kepada kekuatan alam)

Gejala tersebut ada karena pemikiran spekulatif pada saat manusia menghadapi suatu yang membuat mereka tidak berdaya, biasanya hal ini ditimbulkan oleh gejala-gejala alam yang tidak dapat dihindari oleh manusia dan manusia akan tersugesti pada saat tindakan spekulasi tersebut mengalami kebenaran, walaupun dengan cara tidak sengaja, contohnya pemujaan terhadap matahari, angin, api, pohon besar dan lain-lain.


(41)

2. Animisme (percaya terhadap kekuatan roh nenek moyang)

gejala ini muncul karena pemujaan terhadap suatu individu yang menjadi pemimpin suatu kelompok secara berlebihan, dimana setelah individu tersebut meninggal maka para pengikut (pemujanya) menganggap arwah dan kekuatan spiritualnya akan tetap ada dan wajib untuk disembah (Soekmnno, 1990).

Menurut (Koentjaraningra, 2004), religi sebagai kepercayaan hidup manusia mempunyai beberapa unsur yang terdiri dari:

 Emosi Keagamaan  Kepercayaan

 Upacara Keagamaan  Kelompok Keagamaan

Pada bagian lain Koentjaraningrat (2004), menyatakan bahwa berbicara tentang agama sebagai suatu sistem didalamnya terkandung lima aspek penting diantaranya adalah:

1. Emosi keagamaan atau getaran jiwa yang menyebabkan manusia menjalankan kelakuan keagamaan

2. Sistem kepercayaan atau bayangan - bayangan manusia tentang bentuk dunia alam, alam gaib, hidup matidan sebagainya

3. Sistem upacara keagamaan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia gaib berdasarkan atas sistem kepercayaan

4. Sistem peralatan ritus upacara keagamaan sebagai perlengkapan Kelompok keagamaan atau kesatuan-kesatuan sosial yang mengkonsepsikan serta mengaktifkan agama beserta sistem upacara-upacara keagamaannya Atas dasar kelima unsur-unsur tersebut pembahasan mengenai perubahan budaya khususnya sistem religi akan difokuskan.

2.4.1 Definisi Wisata Ziarah

Wisata Ziarah atau yang sering disebut sebagai wisata pilgrim, adalah jenis pariwisata dimana tujuan perjalanan yang dilakukan adalah untuk melihat atau menyaksikan upacara - upacara keagamaan (Yoeti, 1996), sedangkan Pendit


(42)

(2005) menyatakan bahwa wisata pilgrim adalah sebagai jenis wisata yang sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat, wisata pilgrim banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat - tempat suci, kemakam-makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan Sedangkan Soekadijo (1997) menyatakan bahwa motif spiritual dan wisata spiritual merupakan salah satu tipe wisata yang tertua, sebelum orang mengadakan perjalanan untuk rekreasi, bisnis, olah raga dan sebagainya orang sudah mengadakan perjalanan untuk melakukan ziarah. Lebih lanjut mengenai kategori peribadatan,/ziarah keagamaan (religion and pilgrirnages), maksud atau motivasi utamanya adalah melakukan perjalanan kunjungan ke suatu tempat untuk hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan (Mappisammeng, 2000). Dalam kaitan wisata ziarah tersebut, maka sampai sekarang tercatat beberapa kegiatan penting dalam wisata ziarah yang dilakukan secara turun temurun dilesatrikan dengan jumlah wisatawan yang semakin meningkat yaitu:

 Perjalanan ziarah penganut agama Islam untuk melakukan perjalanan kunjungan umroh dan haji ke kota Mekah dan Madinah.

 Perjalanan ziarah penganut agama Katolik dari Perancis berkunjung ke Vatican di Roma untuk mengikuti kebaktian perayaan Natal.

 Perjalanan ziarah penganut agama Hindu di Bali berkunjung ke Pure Besakih untuk mengadakan upacara keagamaan.

 Perjalanan ziarah penganut agama Budha ke Candi Mendut dan Pawon untuk mengikuti acara Waisak.

2.5 Definisi Potensi Pariwisata

Dalam definisi penulis akan memberikan pengertian berdasarkan permasalahan yang akan dibahas antara lain :

1. Potensi wisata adalah kemampuan dalam suatu wilayah yang mungkin dapat dimanfaatkan untuk pembangunan, mencakup alam dan manusia serta hasil karya manusia itu sendiri (Sujali, 1989)


(43)

2. Potensi internal obyek wisata adalah potensi wisata yang dimiliki obyek itu sendiri yang meliputi komponen kondisi fisik obyek, kualitas obyek, dan dukungan bagi pengembangan (Sujali, 1989)

3. Potensi eksternal obyek wisata adalah potensi wisata yang mendukung pengembangan suatu obyek wisata yang terdiri dari aksesibilitas, fasilitas penunjang, dan fasilitas pelengkap (Sujali, 1989).

4. Pengembangan adalah kegiatan untuk memajukan suatu tempat atau daerah yang dianggap perlu ditata sedemikian rupa baik dengan cara memelihara yang sudah berkembang atau menciptakan yang baru.

5. Obyek Wisata adalah suatu tempat dimana orang atau rombongan melakukan perjalanan dengan maksud menyinggahi obyek karena sangat menarik bagi mereka. Misalnya obyek wisata pantai, obyek wisata alam, obyek wisata sejarah dan sebagainya.

6. Faktor-faktor adalah segala aspek/unsur yang terkait dengan permasalahan-permasalahan yang terdapat pada sektor kepariwisataan, dan pada umumnya dibagi menjadi faktor pendukung seperti tersedianya obyek wisata dan daya tarik wisata dan faktor penghambat seperti obyek wisata yang belum dikelola dengan baik, rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengembangkan sektor pariwisata, sarana dan prasarana yang belum memadai, keamanan yang kurang mendukung dan sebagainya 7. Sektor Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata

yaitu kegiatan perjalanan yang dilakukan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata, termasuk pengusahaan obyek serta usaha-usaha yang terkait dibidang pariwisata.

8. Strategi adalah rencana-rencana atau kebijakan yang dibuat dengan cermat untuk memajukan atau mengembangkan sektor pariwisata sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal.

9. Kontribusi sektor pariwisata adalah sumbangan yang diberikan oleh sektor pariwisata terhadap pendapatan asli daerah (PAD)


(44)

2.6 Definisi Pengembangan Pariwisata

Pengembangan diartikan sebagai usaha untuk menuju ke arah yang lebih baik, lebih luas atau meningkat (kamus Webster). Pengembangan pariwisata menurut Pearce (1981) dapat diartikan sebagai “usaha untuk melengkapi atau meningkatkan fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan masyarakat”.

Dalam pengembangan pariwisata, terdapat faktor yang dapat menentukan keberhasilan pengembangan pariwisata (Yoeti : 1996) yaitu :

1. Tersedianya objek dan daya tarik wisata.

2. Adanya fasilitas accessibility yaitu sarana dan prasarana sehingga memungkinkan wisatawan mengunjungi suatu daerah atau kawasan wisata.

3. Tersedianya fasilitas amenities yaitu sarana kepariwisataan yang dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Pengembangan pariwisata (R.W Mcintosh, C.R, Goeldner dan J.R.B Ritchie, 1995) memiliki tujuan diantaranya:

1. Menyediakan lapangan pekerjaan untuk meningkatkan standart hidup manusia dan keuntungan ekonomi dari pariwisata.

2. Pengembangan prasarana dan penyediaan fasilitas wisata untuk wisatawan dan penduduk setempat.

3. Menyesuaikan program pengembangan dengan sosial-budaya, kebijakan pemerintah, ekonomi wilayah dan masyarakat setempat. 4. Optimasi kepuasan wisatawan.

Pengembangan pariwisata diharapkan suatu objek wisata akan berkembang, perkembangan yang akan terjadi diharapkan pula akan sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Begitu juga perkembangan pariwisata memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada 3 (tiga) aspek yaitu ekonomi, fisik dan sosial, meskipun agak sulit untuk memberikan batasan yang jelas mengenai pengelompokan akibat yang kuat (Happy Marpulung, 2002). Adanya pengaruh pariwisata ini disetiap daerah yang mempunyai potensi wisata berusaha mengembangkan objek wisata yang ada, baik wisata alam maupun budaya. Dikembangkannya suatu objek wisata diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat setempat.


(45)

Perkembangan bidang kepariwisataan ditandai pula oleh timbulnya gejala-gejala meningkat dan meluasnya kegiatan sosial, psikologi dan ekonomi masyarakat. Secara kongkrit gejala-gejala tersebut dapat diamati lewat interaksi wisatawan, hubungan bisnis, peranan dan hubungan pemerintah dengan masyarakat selaku „tuan rumah’, hubungan masyarakat lokal dan wisatawan serta berbagai kebutuhan yang ditimbulkannya. Pariwisata sebagai bentuk kegiatan rekreasi, hiburan dan penyegaran fisik, psikis, pikiran dan sebagainya yang dibutuhkan wisatawan dengan melakukan perjalanan wisata ke berbagai daerah tujuan wisata (Mc Intosh & Gupta, 1994).

2.6.1 Pengembangan Pariwisata

Pengembangan adalah kegiatan untuk memajukan suatu tempat atau daerah yang dianggap perlu ditata sedemikian rupa baik dengan cara memelihara yang sudah berkembang atau menciptakan yang baru.

Menurut Hadinoto (1996), ada beberapa hal yang menentukan dalam pengembangan suatu obyek wisata, diantaranya adalah:

a. Atraksi Wisata

Atraksi merupakan daya tarik wisatawan untuk berlibur. Atraksi yang diidentifikasikan (sumber daya alam, sumber daya manusia, budaya, dan sebagainya) perlu dikembangkan untuk menjadi atraksi wisata. Tanpa atraksi wisata, tidak ada peristiwa, bagian utama lain tidak akan diperlukan. b. Promosi dan Pemasaran

Promosi merupakan suatu rancangan untuk memperkenalkan atraksi wisata yang ditawarkan dan cara bagaimana atraksi dapat dikunjungi. Untuk perencanaan, promosi merupakan bagian penting.

c. Pasar Wisata (Masyarakat pengirim wisata)

Pasar wisata merupakan bagian yang penting. Walaupun untuk perencanaan belum/ tidak diperlukan suatu riset lengkap dan mendalam, namun informasi mengenai trend perilaku, keinginan, kebutuhan, asal, motivasi, dan sebagainya dari wisatawan perlu dikumpulkan dari mereka yang berlibur.


(46)

d. Transportasi

Pendapat dan keinginan wisatawan adalah berbeda dengan pendapat penyuplai transportasi. Transportasi mempunyai dampak besar terhadap volume dan lokasi pengembangan pariwisata.

e. Masyarakat Penerima Wisatawan yang Menyediakan Akomodasi dan Pelayanan Jasa Pendukung Wisata (fasilitas dan pelayanan).

Menurut Suwantoro (1997), unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjangpengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata meliputi : a)Obyek dan Daya Tarik Wisata

Daya tarik wisata yang juga disebut obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerahtujuan wisata. Pada umumnya daya tarik suatu obyek wisata berdasar pada :

1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih.

2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. 3. Adanya spesifikasi/ ciri khusus yang bersifat langka.

4. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani wisatawan; 5. Obyek wisata alam memiliki daya tarik tinggi (pegunungan, sungai,

pantai, hutan dan lain- lain).

6. Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau.

b) Prasarana wisata

Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain sebagainya.

c) Sarana wisata

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya.Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan


(47)

wisata ialah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya.

2.7 Tinjauan Teori Faktor Daya Tarik Wisata

Setiap kunjungan pada suatu tempat yang baru akan meninggalkan kesan yang berbeda. Daya tarik suatu tujuan wisata meningkat sampai luas, mulai dari citra yang diberikan yaitu yang tercipta dari pengalaman langsung maupun tidak langsung, dan sebagian lagi dari penerangan-penerangan dan publikasi.

( Fred Lawson & Manuel Baud-Bovy, 1977 : 10 )

Produk pariwisata juga dapat diartikan sebagai gabungan / campuran dari fasilitas dan pelayanan, seperti yang diungkapkan oleh Manuel Baud Bouvy & Fred Lawson, Tourism & Recreation Handbook of Planing and Design (Architectural Press, 1998) “Tourism products are an amalgam of resources, facilities and services”.

Objek dan daya tarik Wisata (ODTW) yang merupakan bentukan nyata dari produk pariwisata tersebut dapat dikategorikan ke dalam 3 kelompok, antara lain:

1. ODTW berbasis alam

2. ODTW berbasis pada sejarah dan budaya, 3. ODTW yang berorientasi kepada minat khusus

Pariwisata adalah Suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain dengan tujuan bukan untuk berusaha atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata menikmati perjalanan tersebut. Pada prinsipnya kepariwisataan dikategorikan semua perjalanan, asal saja perjalanan tesebut untuk bertamasya atau berekreasi.

Jadi pariwisata merupakan suatu perjalanan, tetapi tidak semua perjalanan dapat dikatakan sebagai kegiatan pariwisata. Dalam pengertian pariwisata terdapat beberapa faktor utama yang menjadi ciri khas yaitu:

a. Perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ke tempat lainnya

b. Perjalanan itu walaupun apa bentuknya harus dilakukan dengan tamasya atau rekreasi


(48)

c. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah ditempat yang dikunjungi dan semata-mata sebagai konsumen ditempat tersebut. Perjalanan wisata mempunyai berbagai macam motivasi dan tujuan perbedaan motif atau tujuan ini yang menjadikan berbagai macam kategori dari pariwisata. (Oka A. Yoeti 1996)

Menurut jenis pariwisata yang dikenal saat ini antara lain: wisata budaya, wisata kesehatan,wisata religi, wisata olahraga, wisata komersil, wisata industri, wisata politik, wisata konvensi, wisata sosial, wisata pertanian, wisata maritim, wisata cagar alam, wisata buru, wisata pilgrim, wisata bulan madu dan wisata petualangan. Jenis-jenis wisata yang lain dapat saja ditambahkan tergantung kepada kondisi dan situasi perkembangan dunia kepariwisataan di suatu daerah atau negeri yang memang mendambakan industri pariwisatanya dapat maju dan berkembang. (Nyoman S. Pendit 2002:38) ada beberapa langkah pokok dalam melakukan strategi pengembangan pariwisata yaitu:

a. Dalam Jangka pendek diutamakan pada optimasi b. Dalam Jangka menengah diutamakan pada konsolidasi

c. Dalam Jangka panjang diutamakan pada pengembangan dan penyebaran perkembangan

Kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat. Pariwisata dapat memberikan kehidupan yang standar kepada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat dari tempat tujuan wisata. Dalam perkembangan infrastruktur dan fasilitas rekreasi, keduanya menguntungkan wisatawan dan warga setempat, sebaliknya kepariwisataan dikembangkan melalui penyediaan tempat tujuan wisata. Hal tersebut dilakukan melalui pemeliharaan kebudayaan, sejarah dan taraf perkembangan ekonomi dan suatu tempat tujuan wisata yang masuk dalam pendapatan untuk wisatawan akibatnya akan menjadikan pengalaman yang unik dari tempat wisata. Pada waktu yang sama, ada nilai-nilai yang membawa serta dalam perkembangan kepariwisataan. Sesuai dengan panduan, maka perkembangan pariwisata dapat memperbesar keuntungan sambil memperkecil masalah-masalah yang ada. Gamal Suwantoro (1997:56)


(49)

Sebagaimana pola pemanfaatan ruang dan pemberdayaan masyarakat yang adanya kerjasama antara masyarakat, swasta dan pemerintah, begitu juga dengan pariwisata pemerintah mendorong masyarakat daerah untuk mengembangkan daerah wisatanya masing-masing hal ini dapat dilihat dari adanya Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

Ekowisata adalah suatu model pengembangan wisata alam yang bertanggung jawab di daerah yang masih alami atau daerah-daerah yang dikelola secara alami dimana tujuannya selain untuk menikmati keindahan alam juga meliobatkan unsur pendidikan dan dukungan terhadap usaha konservasi serta peningkatan pendapatan masyarakat setempat ( Edaran Mendagri No. 660.1/836/V/Bangda, 2001).

2.8 Kebijakan Pariwisata

2.8.1 Kebijakan Pariwisata Nasional

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 dalam undang-undang ini menyataka wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

Sedangkan pariwisata menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 adalah berbagai macam kegiatan wisata dan dukungan berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintaah, dan Pemerintah Daerah.

Pengertian kepariwisataan menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2009 adalah keseluruhan kegiatan yang terkit dengan pariwisata dan bersifat multimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara


(50)

serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.

Sedangkan pengertian daya tarik wisata menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2009 yaitu segala suatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisata.

2.8.2 Kebijakan Pariwisata Kabupaten Pandeglang

Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Pandeglang Nomor 3 Tahun 2011 tentang RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PANDEGLANG Bab I Ketentuan Umum Pasal I Ayat 52 Kawasan taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budi daya, pariwisata, dan rekreasi. Ayat 54 Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.

Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Wilayah (Bagian 1) Pasal 2 Tujuan penataan ruang Kabupaten adalah mewujudkan ruang wilayah Kabupaten sebagai pusat agroindustri dan pariwisata di Provinsi Banten yang religius, berkelanjutan serta berwawasan lingkungan. (Bagian 2) pasal 3 Ayat 2 butir (f) mencakup pariwisata, Bab IV Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten (Bagian 2) Paragraf 4 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya Pasal 33 Ayat 1 butir (c), dan Paragraf 7 Kawasan Peruntukan Pariwisata sebagaimana tecantum pada Pasal 43 Ayat 1 butir (b), dan Ayat 3 butir (c).

Bab VI Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten (Bagian 3) Pasal 55 Ayat 1 butir (g) mengenai Perwujudan Kawasan Peruntukan Pariwisata menetapkan;

a. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA);

b. Pengoptimalan potensi budaya, alam dan keunikan lokal sebagai potensi obyek wisata;


(1)

77

Sumber: Kuesioner Masyarakat Lokal di Wisata Batu Qur’an 2012

Gambar 4.9

Respon Masyarakat Terhadap Lokasi Berdagang

Dapat diketahui jumlah persentase terhadap pertanyaan “objek pariwisata Batu Qur’an menyediakan lokasi kepada penduduk setempat untuk berdagang”, sesuai diagram diatas responden yang sebagian besar menjawab „sangat setuju’ yaitu dengan jumlah persentase sebesar 49%, kemudian responden yang menjawab „setuju’ sebesar 39%, selanjutnya responden yang sebagian besar masyarakat menjawab „kurang setuju’ dengan jumlah persentase sebesar 8%, dan bagi masyarakat yang menjawab bahwa Batu Qur’an tidak menyediakan lokasi kepada penduduk untuk berdagang berjumlah kurang dari yaitu hanya berjumlah 4%. Ini menunjukkan bahwa keinginan masyarakat setempat dalam berwirausaha sangatlah besar, dan hal tersebut dapat membantu pengembangan Wisata Batu Qur’an itu sendiri.

Strategi kedua adalah meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan kompetensi masyarakat dalam mengelola wisata.Kegiatan ini bisa berjalan dengan lancar apabila didukung oleh SDM yang berkompeten. Salah satu ahli dibidang pariwisata, Gunn (4) mengatakan perencanaan pengembangan pariwisata ditentukan oleh keseimbangan potensi sumber daya dan jasa (supply) dan permintaan wisatawan (demand). Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan SDM bisa dilakukan dengan pelatihan masyarakat setempat untuk

0% 20% 40% 60%

SS S KS TS


(2)

dikaryakan sebagai guide, penunjuk jalan, pengelola pondok wisata, penyedia konsumsi bagi wisatawan, serta pelatihan penduduk untuk memproduksi kerajinan tangan. Hasil kerajinan penduduk desa Kadungdungbang berupa anyam-anyaman dari bambu yang berbentuk Qur’an dan sebagainya.

Kegiatan wisata Batu Qur’an ini tentu saja harus didukung oleh partisipasi masyarakat lokal, baik berupa pemahaman, bantuan, dan tenaga pengelolaan yang harus ditingkatkan demi keberhasilan pengembangan program wisata yang ditawarkan. Akan banyak keuntungan yang didapat dari dampak kegiatan ini jika berhasil, desa akan mendapatkan pemasukan tambahan dan membuat kemajuan pembangunan desa dari biaya tersebut. Peningkatan kesiapan dan kemampuan masyarakat sangat penting. Selain dipersiapkan dari skill, masyarakat juga harus dibekali kemampuan bahasa asing minimal pasif sehingga harus ada pelatihan peningkatan kemampuan bahasa. Hal lain yang harus dilakukan adalah peningkatan kemampuan manajemen agar pengelolaan wisata bisa berjalan secara konsisten.


(3)

79

Gambar 4.10 Pola Kemitraan


(4)

80

BAB V

KESIMPULAN & REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis pola peran masyarakat untuk pengembangan objek wisata religi Batu Qur’an di Desa Kadubungbang. Maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan pariwisata di Kawasan Batu Qur’an dipengaruh dengan peran serta masyarakat lokal ditinjau dari potensi wisata yang masih dapat dikembangkan, karakteristik masyarakat lokal, persepsi pengunjung (wisatawan), dan persepsi masyarakat dan pola peran serta masyarakat untuk pengembangan wisata batu qur’an. Berikut ini kesimpulan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini:

1. Objek pariwisata Batu Qur’an merupakan daerah yang sampai saat ini masih alami belum banyak potensi alam yang disentuh dengan tangan manusia apalagi teknologi. Keaslian inilah yang merupakan aset Pandeglang untuk dapat berkembang menjadi daerah tujuan wisata. pengunjung setiap harinya bisa mencapai 400 orang/hari. Objek wisata ini pula terdapat bukti-bukti sejarah syekh Maulana Mansyur dalam menyebarkan agama islam beliau adalah salah satu ulama dalam penyebarkan agama islam di Desa Kadubungbang. Salah satu peninggalan sejarahnya yang berupa situs pemandian Batu Qur’an. Potensi inilah yang harus terus dilestarikan dan dikembangkan sebagai tujuan wisata.

2. Karakteristik masyarakat lokal untuk pengembangan wisata batu qur’an ditinjau dari kondisi sosial kependudukan di Desa Kadubungbang, teridentifikasi dari jumlah penduduk Desa Kadubungbang adalah 4.553 jiwa dengan jumlah keluarga 1.179 KK. Berdasarkan perbandingan jumlah penduduk dan luas lahan seluruh Desa seluas 232 Ha. jumlah warga Desa Kadubungbang didominasi oleh jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 2.613 jiwa. Hal ni menunjukkan bahwa tingkat produktivitas dari jenis kelamin cukup baik. Jumlah penduduk berdasarkan golongan umur biasanya mengindikasikan jumlah penduduk usia produktif di suatu wilayah, usia produktif di Desa Kadubungbang yaitu antara usia 15-59


(5)

81

tahun. Umur 7–15 tahun 20,97%, Umur 16-21 tahun 11,06%, dan 22-59 tahun sebesar 47,47%. Masyarakat Desa Kadubungbang dapat diberdayakan dalam pengembangan objek wisata Batu Qur’an.

3. Persepsi pengunjung terhadap objek wisata Batu Qur’an apabila dilakukan pengembangan, melihat dari persepsi pengunjung setelah dilakukan penelitian di objek wisata batu qur’an 50% pengunjung menjawab sangat setuju Batu Qur’an bila dijadikan sebagai objek pariwisata. 48% pengunjung menjawab sangat setuju keberadaan Batu Qur’an sebagai objek pariwisata, 57% pengunjung sangat setuju bahwa objek pariwisata Batu Qur’an sangat strategis untuk dikembangkan. Berdasarkan hasil dari persepsi pengunjung terhadap Objek Wisata Batu Qur’an maka perlu dilakukan pengembangan dan diharapkan jumlah pengunjung (wisatawan) terus meningkat tiap harinya.

4. persepsi masyarakat dan pola peran serta masyarakat terhadap kesiapan masyarakat dalam pengembangan wisata batu qur’an. Bentuk peran serta masyarakat dalam pengembangan dilingkungan objek wisata Batu Qur’an sebesar 51% masyarakat aktif dalam menyampaikan usulan/saran dalam pengembangan dilingkungan Desa Kadubungbang, bentuk partisipasi saat pelaksanaan pembangunan fasilitas objek wisata masyarakat sebagian besar memilih gagasan sebagai bentuk partisipasi masyarakat yaitu sebesar 34%, bentuk peran serta untuk pengembangan fasilitas objek wisata masyarakat memilih sebagai partisipan yaitu sebesar 55%, dan respon masyarakat jika dilakukan pegembangan sebanyak 52% repon masyarakat sangat baik. Berdasarkan hasil dari persepsi masyarakat dan pola peran serta masyarakat Desa Kadubungbang sangat siap dan merespon secara langsung bila peran serta masyarakat dilibatkan untuk pengembangan objek wisata Batu Qur’an.

5.2. Pengembangan Wisata Berbasis Masyarakat

Pengembangan wisata Batu Qur’an berbasis masyarakat di Desa Kadungdungbang, berdasarkan potensi obyek wisata dan kesiapan masyarakatnya, dapat dilakukan melalui dua strategi. Berikut strategi yang dapat dikembangkan:


(6)

1. Strategi pertama yaitu merancang berbagai produk wisata seperti misalnya program dan atau paket-paket wisata.

2. Strategi kedua yaitu meningkatkan kemampuan, keterampilan dan kompetensi masyarakat dalam mengelola wisata, masyarakatlah yang memiliki peranan utama dalam pengelolaan.

5.3 Rekomendasi

Rekomendasi disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Rekomendasi diberikan kepada pemerintah selaku pembuat kebijakan pengembangan pariwisata, bagi masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung terkena dampak dari adanya pengembangan pariwisata dan rekomendasi terkait pengembangan pariwisata kedepan.

Berdasarkan kesimpulan diatas, makan rekomendasi yang dapat diberikan dalam penelitian yang ditujukan kepada Pemerintah Daerah, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Pandeglang, dan Masyarakat Desa Kadubungbang.

1. Pemerintah Kabupaten Pandeglang sebagai fasilitator perlu menindaklanjuti dengan memfasilitasi dan mendorong pengembangan pariwisata berbasis masyarakat Desa Kadubungbang Kecamatan Cimanuk Kabupaken Pandeglang.

2. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pandeglang perlu membuat peraturan daerah (Perda) yang terkait dengan pengembangan pariwisata yang berbasis masyarakat.

3. Hendaknya masyarakat turut berpartisipasi aktif dalam pengembangan pariwisata dan sadar akan pentingnya menjaga kelestarian sejarah di Desa Kadubungbang, karena partisipasi masyarakat sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan pariwisata itu sendiri. Pariwisata merupakan potensi yang harus dikembangkan dan dijaga kelestariannya tidakhanya oleh pemerintah, tetapi masyarakat juga harus turut mengambil bagian dalam upaya tersebut agar kemanfaatannya dapat dirasakan dan dinikmati bersama.