Pengembangan Kawasan Objek Wisata Batu Hoda di Kabupaten Simalungun

(1)

DAFTAR PUSTAKA

BPS, 2015. Simalungun Dalam Angka 2015.

Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar. Perdana. Jakarta. Undang-Undang No.9 tahun 1990. Tentang Kepariwisataan.

Yoeti, Oka A 1983. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa. Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi.

Http://www.google.co.id


(2)

BAB III

GAMBARAN UMUM KABUPATEN SIMALUNGUN

3.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Simalungun

Kabupaten Simalungun merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Sumatera Utara yang terletak di bagian Timur Pesisir. Secara geografis, Simalungun terletak pada 02°36’05’’-03°18’14’’ Lintang Utara dan 98°32’03’’- 99°35’03’’ Bujur Timur. Adapun Ibu Kota Kabupaten Simalungun secara resmi dipindahkan pada tanggal 23 juni 2008 dari kota Pematang Siantar ke Kecamatan Raya. Batas-batas wilayah Kabupaten Simalungun, adalah :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. 2. Sebelah timur berbatasan dengan daerah Kabupaten Asahan.

3. Sebelah selatan berbatasan dengan daerah Kabupaten Samosir dan Toba Samosir.

4. Sebelah barat berbatasan dengan daerah Kabupaten Karo.

Dengan luas wilayah 4.372,50 Km2 atau 6,12 persen dari Luas wilayah Propinsi Sumatera Utara, dan merupakan wilayah terluas ketiga setelah mandailing natal dan langkat. Kabupaten Simalungun memiliki 31 kecamatan termasuk 9 kecamatan merupakan pemekaran dengan 17 kelurahan dan 294 desa.Kecamatan yang terdapat di kabupaten ini, adalah: Kecamatan Siantar, Kecamatan Dolok Pardamean, Kecamatan Panei, Kecamatan Tanah Jawa, Kecamatan Hutabayu Raja, Kecamatan Jorlang Hataran, Kecamatan Dolok Panribuan, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kecamatan Purba, Kecamatan Raya, Kecamatan Silimakuta,


(3)

Kecamatan Dolok Silau, Kecamatan Raya Kahean, Kecamatan Silau Kahean, Kecamatan Bandar, Kecamatan Pematang Bandar, Kecamatan Bosar Maligas, Kecamatan Ujung Padang, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kecamatan Tapian Dolok, Kecamatan Sidamanik, Kecamatan Gunung Malela, Kecamatan Gunung Maligas, Kecamatan Bandar Masilam, Kecamatan Bandar Huluan, Kecamatan Jawa Maraja, Kecamatan Hatonduhon, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kecamatan Panombeian Pane, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kecamatan Pematang Silimakuta. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Hatonduhon dengan luas 33.626 Ha, sedangkan yang paling kecil luasnya adalah Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi dengan luas 3.897 Ha. (lihat tabel 3 : 1)

Tabel 3 : 1

Luas Wilayah Kabupaten Simalungun Berdasarkan Per Kecamatan

No Kecamatan

Sub District

Luas Wilayah Jumlah

Kelurahan/ Desa Jumlah Penduduk Wilayah( Km2) Persen (%)

1 Silimakuta 74,16 1,70 7 15.11

2 Pamatang Silimahuta 79,68 1,82 10 10.692

3 P u r b a 172,71 3,95 14 23.373

4 Haranggaol Horison 40,97 0,94 5 5.058

5 Dolok Pardamean 103,04 2,36 16 16.157

6 Sidamanik 80,88 1,85 15 27.512

7 Pamatang Sidamanik 137,80 3,15 10 16.560

8 Girsang Sipangan Bolon 129,89 2,97 6 14.730

9 Tanah Jawa 174,33 3,99 20 47.362

10 Hatonduhan 336,26 7,69 9 21.316

11 Dolok Panribuan 148,62 3,40 15 18.253

12 Jorlang Hataran 93,70 2,14 13 15.574

13 P a n e i 77,96 1,78 17 21.984

14 Panombeian Panei 73,74 1,69 11 19.456


(4)

16 Dolok Silou 302,66 6,92 14 14.213

17 Silou Kahean 228,74 5,23 16 17.403

18 Raya Kahean 204,89 4,69 14 17.715

19 Tapian Dolok 119,89 2,74 11 40.237

20 Dolok Batu Nanggar 106,91 2,45 16 40.306

21 S i a n t a r 73,99 1,69 17 65.335

22 Gunung Malela 96,74 2,21 16 34.162

23 Gunung Maligas 51,39 1,18 9 27.415

24 Hutabayu Raja 191,43 4,38 16 29.630

25 Jawa Maraja Bah Jambi 38,97 0,89 8 21.403

26 Pamatang Bandar 88,16 2,02 13 31.598

27 Bandar Huluan 107,33 2,45 10 26.274

28 B a n d a r 100,69 2,30 16 67.376

29 Bandar Masilam 91,22 2,09 10 24.728

30 Bosar Maligas 285,88 6,52 17 40.136

31 Ujung Padang 228,49 5,23 20 41.092

Jumlah/Total 4.372,50 100,00 413 844.033,00

Sumber :BPS, Simalungun Dalam Angka 2015

Kabupaten Simalungun memiliki topografi yang bevariasi. Dataran tinggi terletak dibagian barat daya, barat dan barat laut. Dataran rendah terletak pada bagian Utara, Timur dan Tenggara dengan kemiringan lereng 0 – 40 persen serta ketinggian 0–1.400 meter di atas permukaan laut. Dimana 75 persen lahannya berada pada kemiringan 0-15 persen. Ditinjau dari sudut wilayahnya, tanah kabupaten Simalungun dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu dataran seperti dataran rendah, berai, bergelombang, berbukit, landai, serta bergunung.

Suhu udara termasuk sedang antara 20.5°C – 32.2°C atau rata rata 26.3°C, hujan relatif sedang turun yang dalam satu bulannya itu rata-rata terdapat 13 hari hujan, kelembaban udara rata-rata mencapai 77%-88% kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Maret dengan penguapan rata-rata 4,02 MM/hari. Arah angin berhembus


(5)

dari dua jurusan dinamakan angin bahorok, dan angin gunung yang dari arah barat terasa sangat sejuk.

3.2 Kependudukan 3.2.1 Etnik Simalungun

Suku Simalungun adalah salah satu suku asli dari Sumatera Utara. Simalungun berarti ‘sunyi’. Nama itu diberikan oleh orang luar karena pada saat itu penduduknya sangat jarang dan tempatnya sangat berjauhan antara yang satu dengan yang lain. Orang Batak Toba menyebutnya ‘Balungun’ dan orang Karo menyebutnya batak timur karena bertempat disebelah timur daerah Karo. Terdapat empat marga asli Simalungun yang populer dengan singkatan SISADAPUR, Yaitu: Sinaga, Saragih, Damanik, dan Purba. Dari keempat marga tersebut, tiap–tiap marga memiliki pembagian jenis lagi. Orang Simalungun tidak mementingkan soal ‘silsilah’ dalam adat, Karena penentu tutur Simalungun adalah tempat asal nenek moyang dan kedudukan atau peran dalam acara adat.

3.2.2 Penduduk

Penduduk asli kabupaten Simalungun adalah suku batak simalungun. Jumlah penduduknya adalah 844.033 jiwa (BPS, Simalungun dalam angka 2015:51). Meskipun Kabupaten Simalungun adalah tanah leluhur orang Simalungun, namun belakangan ini secara statistik orang Simalungun adalah penduduk peringkat mayoritas ke-tiga di kabupaten Simalungun, setelah orang yang berasal dari Toba dan orang jawa. Orang Simalungun justru diperkirakan lebih banyak tingggal di luar


(6)

wilayah Simalungun. Sedangkan suku pendatang di Simalungun adalah suku Jawa dan suku Batak Toba.

3.2.3 Agama

Sebelum masuknya missionaris agama Kristen pada tahun 1903, penduduk Simalungun bagian timur pada umumnya sudah banyak menganut agama Islam, sedangkan Simalungun barat menganut animisme yaitu kepercayaan yang berhubungan dengan pemakaian mantera-mantera dari datu (dukun) disertai persembahan kepada roh-roh nenek moyang yang selalu didahului panggilan-panggilan kepada tiga dewa yaitu dewa diatas (dilambangkan dengan warna putih) dewa ditengah (dilambangkan dengan warna merah) dan dewa dibawah (Dilambangkan dengan warna hitam). Tiga warna yang mewakili warna buat dewa tersebut (putih, merah, hitam) mendominasi berbagai ornamen suku suku Simalungun dari pakaian sampai hiasan rumah. Ajaran Hindu dan Budha juga pernah mempengaruhi kehidupan di Simalungun, hal ini terbukti dengan peninggalan berbagai patung dan arca yang ditemukan di berbagai tempat di Simalungun yang menggambarkan makna Trimurti (Hindu) dan sang Budha yang menunggangi gajah (Budha). Sistem pemerintahan pada zaman dahulu dipimpin oleh seorang raja. Sebelum pemberitaan injil masuk, tuan rajalah yang sangat berpengaruh. Orang Simalungun menganggap bahwa anak raja itu Tuhan dan raja adalah Allah yang kelihatan. Saat ini Kabupaten Simalungun memiliki sarana ibadah, khususnya Mesjid dan Gereja terdapat di seluruh kecamatan. Mesjid berjumlah 802 buah, langgar 302


(7)

buah, Gereja Protestan berjumlah 1.020 buah, Gereja Katholik 178 buah dan Vihara 2 buah. (lihat tabel 3:2).

Tabel 3 :2

Total/Banyaknya Agama di Kabupaten Simalungun

No Agama Jumlah

1 Islam 468.328

2 Protestan 302.302

3 Katolik 42.132

4 Lain-lain 4.958

Jumlah/Total 817.720

Sumber :BPS, Simalungun Dalam Angka 2015

3.2.4 Mata Pencaharian

Sesuai dengan keadaan tanahnya yang subur serta curah hujan yang cukup banyak, maka pada umumnya mata pencaharian pokok penduduk simalungun adalah bertani. Masyarakat simalungun bercocok tanam diladang atau disawah. Pada umumya mereka menanam padi. Kemudian mereka merawat dan membersihkan rumputnya dengan cara bergotong royong. Selain itu mereka juga menanam sayur- sayuran dan buah-buahan. Selain bermata pencaharian sebagai petani, penduduk simalungun juga banyak berprofesi lainnya, yaitu sebagai pengusaha, pedagang, sopir, pegawai swasta, juga pegawai negeri. Walaupun mereka memiliki pekerjaan tetap, penduduk juga melakukan pekerjaan sampingan guna memenuhi kebutuhan keluarga, seperti menanam sayur-mayur, bercocok tanam, serta buah-buahan. Hasil dari pada pertanian tersebut sebagian di jual ke pasar tradisional hingga ke luar


(8)

daerah simalungun seperti Kota Pematang Siantar, dan sebagian lagi hasil dari pertanian itu guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.

3.3 Sarana dan Prasarana Kabupaten Simalungun 3.3.1 Kondisi Jalan

Infrastruktur jalan merupakan sarana yang sangat vital untuk memperlancar arus transportasi, dengan semakin lancar arus transportasi maka akan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat suatu daerah. Bila dilihat kumulatif panjang jalan Kabupaten Simalungun adalah 2.863,24 km, terdiri dari jalan Negara 90,09 km, jalan provinsi 178,32 km, jalan kabupaten 2.222,01 km, dan jalan desa sepanjang 372,73 km. Panjang jalan yang dikelola sepenuhnya oleh Pemerintah kabupaten Simalungun adalah 2.222,01 km dengan kondisi baik 635,82 km, sedang 651,52 km, rusak 460,73 km dan rusak berat 473,95 km, sementara dilihat dari jenis permukaan jalan diaspal sepanjang 1.560,29 kerikil 355,62 km dan tanah 304,10 km. Sedangkan menurut kelas jalan, sebagian besar jalan di kabupaten simalungun adalah berklasifikasi III C. (lihat tabel 3:3).

Tabel 3:3

Kondisi dan Panjang Jalan Kabupaten Simalungun Tahun 2013-2014

No Kondisi jalan

Panjang Jalan 2013 2014

1 Baik 606,15 635,82

2 Sedang 938,02 651,52 3 Rusak 542,58 460,73 4 Rusak Berat 135,26 473,95 Jumlah/Total 2222,01 2222,01 Sumber : BPS, Simalungun Dalam Angka 2015.


(9)

3.3.2 Angkutan Laut

Jumlah kunjungan kapal pada 4 (empat) dermaga yang dimiliki Kabupaten Simalungun yaitu Dermaga Parapat sebanyak 10.100 kunjungan, Dermaga Tigaraja 30.979 kunjungan. Dermaga Haranggaol 5.572 kunjungan dan Dermaga Tigaras 4.026 kunjungan. Jumlah penumpang orang mau pun barang di Parapat ada sebanyak 240.720 orang. Dermaga Tigaraja penumpang 260.825 orang. Dermaga Haranggaol penumpang 9.439 orang dan Dermaga Tigaras penumpang 216.485 orang. (lihat tabel 3:4)

Tabel 3:4

Jumlah Kunjungan Kapal Yang Masuk dan Keluar Menurut Dermaga di Kabupaten Simalungun 2014

No Dermaga Jumlah

Kapal

Jumlah Penumpang

1 Parapat 10.100 240.720

2 Tigaraja 30.979 260.825

3 Haranggaol 5.572 9.9439

4 Tigaras 4.026 216.485

Jumlah/Total 50.677 727.469

Sumber : BPS, Simalungun Dalam Angka 2015.

3.3.3 Pendidikan

Angka partisipasi kasar untuk jenjang pendidikan SD di Simalungun 100,76, SMP 76,02. SMA 105,49, sementara Angka partisipasi murni untuk SD 97,41. SMP 68,44, dan SMA 71,26. Sarana pendidikan yang tersedia di Kabupaten Simalungun untuk tingkat SD s/d SMA baik negeri maupun swasta berjumlah 1.019 sekolah. Ditingkat SD jumlah sekolah negeri sebanyak 773 buah dan sekolah swasta 47 buah, dengan jumlah guru SD Negeri sebanyak 7.337 orang dengan rasio murid terhadap


(10)

guru sebesar 13 sedangkan untuk SD swasta jumlah guru 450 orang dengan rasio murid terhadap guru yang lebih tinggi dibandingkan dengan SD negeri yakni sebesar 20. Pada tingkat SMP jumlah sekolah negeri lebih kecil dibanding swasta yaitu 56 sekolah dan swasta sebanyak 88 sekolah, namun jumlah guru untuk SMP negeri sebanyak 1.737 orang sementara SMP swasta 1.212 orang atau dengan rasio murid terhadap guru masing-masing sebesar 14 untuk SMP negeri dan 11 untuk SMP swasta. Untuk tingkat SMA, jumlah sekolah negeri 20 sekolah dengan jumlah guru 698 orang dan rasio murid terhadap guru sebesar 15 sedangkan jumlah sekolah swasta sebanyak 32 sekolah dengan jumlah guru hanya 589 orang dan rasio murid terhadap guru sebesar 9. Untuk tingkat SMK negeri hanya ada 4 yakni di kecamatan Raya, Jorlang Hataran, Siantar dan Bandar Masilam dengan jumlah guru 179 orang dan murid sebanyak 1.955 orang sementara SMK swasta jumlah sekolah mencapai 36 sekolah dan guru 806 orang dengan murid sebanyak 9.205 orang. (lihat tabel 3:5)

Tabel 3:5

Banyak Sekolah, Guru serta Murid Per Tingkatan Sekolah No Tingkatan

Sekolah

Jumlah

Sekolah Guru Murid

1 PAUD 364 1.247 9.765

2 TK 103 401 4.578

3 SD 820 7.787 106.231

4 SMP 147 2.949 36.860

5 SMA 52 1.287 16.196

6 SMK 40 985 11.160


(11)

3.3.4 Kesehatan

Sarana kesehatan yang tersedia seperti rumah sakit baik oleh pemerintah, swasta maupun perkebunan berjumlah 9 buah dimana terdapat 3 (tiga) RS Pemerintah, 3 (tiga) RS Swasta, dan3 (tiga) RS Perkebunan. Sarana kesehatan untuk tingkat kecamatan seperti puskesmas terdapat diseluruh kecamatan dengan jumlah 34 buah. (lihat Tabel 3:6)

Tabel 3:6

Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Simalungun

No Saranakesehatan Banyak

1 Rumah Sakit Umum 8

2 Puskesmas 34

3 Puskesdes 125

4 Posyandu 1.324

5 Klinik KB 47

Sumber : BPS, Simalungun Dalam Angka 2015

Sementara tenaga medis yang ada seperti dokter umum berjumlah 57 orang dan dokter gigi sebanyak 30 orang. Kemudian bidan sebanyak 499 orang dan perawat sebanyak 255 orang. (Lihat tabel 3:7).

Tabel 3:7

Banyaknya Tenaga Medis yang Ada di Kabupaten Simalungun

No Jenis Tenaga medis Banyak

1. Dokter Umum 57

2. Dokter Gigi 30

3. Bidan 499

4. Perawat 255


(12)

6. Tenaga Kefarmasian 16

7. AhliGizi 46

8. Kesehatan Masyarakat 22

9. Kesehatan Lingkungan 19

10Tenaga Keterapian Fisik 2

1 Tenaga Keterapian Medis 7

Sumber : BPS, Simalungun Dalam Angka 2015

3.4 Fasilitas Sarana dan Prasarana Kepariwisataan

Hotel dan Restoran adalah fasilitas-fasilitas pendukung kepariwisataan yang dimiliki kabupaten simalungun. Berdasarkan hasil sensus yang dilakukan Badan Pusat Stastika Kabupaten Simalungun pada tahun 2015 Hotel dan akomodasi yang ada berjumlah 9 Hotel Berbintang dan 37 hotel berkelas Melati, adapun hotel berkelas melati ini menurun dari tahun 2013 yaitu 41 yang kemudian tidak beroperasi lagi pada tahun 2014 sebanyak 4 hotel. (Lihat tabel 3:8)

Tabel 3:8

Jumlah Hotel Berbintang Menurut Kelasnya Kelas Classification Jumlah Hotel/ Akomodasi Jumlah Kamar Room Jumlah Tempat tidur Bed

Bintang 1 1 28 46

Bintang 2 5 285 541

Bintang 3 2 203 406

Bintang 4 1 179 260

Jumlah/Total 9 695 1.253

Sumber : BPS, Simalungun Dalam Angka 2015.

Kabupaten Simalungun memiliki potensi yang dapat digali serta dilestarikan menjadi aset dalam mendukung pengembangan sektor pariwisata. Potensi kepariwisataan kabupaten simalungun ditinjau dari jenis objek wisatanya


(13)

cukup beragam, seperti; alam, budaya, agro, rekreasi, rohani, camping ground. (Lihat tabel 3:9)

Tabel 3:9

Jenis dan Jumlah Objek Wisatanya di Kabupaten Simalungun

No JenisObjekWisata Banyaknya

1 Alam 31

2 Budaya 7

3 Agro 15

4 Rekreasi 12

5 Rohani 1

6 Camping ground 1

Jumlah/Total 67

Sumber : BPS, Simalungun Dalam Angka 2015.

Jumlah objek wisata mencapai 67 titik lokasi terbagi dari wisata alam 31 lokasi, wisata agro 15 lokasi, wisata budaya 7 lokasi selebihnya merupakan wisata rekreasi lainnya dengan kunjungan wisatawan mencapai 345.425 orang. (lihat tabel 3:10)

Tabel 3:10

Jumlah Kunjungan Wisatawan Domestik Maupun Mancanegara di Kabupaten Simalungun

No Objekwisata

2014

Jumlah Domestik Manca

negara

1 Parapat 141.600 10.500 152.100

2 Karanganyer 3.500 - 3.500

3 Museum Simalungun 400 486 886

4 Haranggaol 8.765 - 8.765

5 Permandian Alam Sejuk 194.500 - 194.500 Jumlah/Total 348.765 10.986 359.751


(14)

3.5 Kecamatan Dolok Pardamean

Dolok Pardamean sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Simalungun. Luas Kecamatan Dolok Pardamean 99,45 km2. Sebelah Utara Dolok Pardamean berbatasan dengan Kecamatan Raya, sebelah Selatan dengan kecamatan Sidamanik, sebelah Barat dengan Kecamatan Purba dan sebelah Timur dengan Kecamatan Panei. Letak Kecamatan Dolok Pardamean di atas permukaan laut berada di atas 751 meter dimana persentase pada ketinggian 751-1.000 meter sebesar 10,23 persen, ketinggian 1.001-1.250 meter sebesar 86,87 persen, ketinggian 1.251-1.400 meter sebesar 2,20 persen dan ketinggian lebih dari 1.501 sebesar 0,70 persen. Menurut kemiringan/ kelerengan tanah, luas wilayah Kecamatan Dolok Pardamean berada pada lahan yang kemiringannya 2-15° seluas 6.770 Hektar atau mencapai 68.07 persen, kemiringan 15-40° seluas 2.045 Hektar (20%) dan selebihnya berada pada kemiringan lebih dari 40° seluas 1.130 Hektar. Kecamatan Dolok Pardamean telah menjadi 16 desa/nagori setelah pemekaran di tahun 2012 namun belum ada nagori yang berubah status menjadi kelurahan. Ada 5 nagori yang mekar dari nagori induk yaitu dari nagori Sibuntuon mekar sebanyak 2 nagori antara lain; Nagori Bayu dan Sihemun Baru, Nagori induk Dolok Saribu mekar 1 nagori yaitu Tanjung Saribu, Nagori induk Silabah Jaya mekar 1 nagori yaitu nagori Partuahan dan nagori induk sinaman Labah mekar 1 nagori yaitu Pamatang Sinaman.

Mayoritas penduduk daerah ini merupakan pemeluk agama Kristen Protestan. Sarana ibadah umat beragama di Kecamatan Dolok Pardamean pada Tahun 2014 masih sama dengan jumlah tahun sebelumnya yaitu: Gereja Protestan 42 unit, Gereja Katolik 9 unit, Mesjid 2 unit, dan Langgar/Surau 1 unit.


(15)

Infrastruktur jalan secara kumulatif panjangnya di Kecamatan Dolok Pardamean adalah 97,21 km. Berdasarkan kondisi jalan, Jalan di kecamatan Dolok Pardamean tahun 2013 didominasi oleh kondisi sedang yaitu sepanjang 50,42 km sedangkan keadaan buruk sepanjang 28,98 km atau 29,81 persen dari total panjang jalan dan keadaan ini mulai memburuk dibanding tahun 2011, kemudian kondisi baik sepanjang 14,33 km kondisi sangat buruk sepanjang 3,48 km dan kondisi tersebut selama tiga tahun terakhir mengalami pengurangan kondisi jalan sangat buruk. Jalan merupakan sarana yang sangat vital untuk memperlancar arus transportasi, dengan semakin lancar arus transportasi maka akan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat suatu daerah.

Dolok pardamean merupakan salah satu kawasan pariwisata yang berpotensi untuk dikembangkan. (lihat 3:11)

Tabel 3:11

Jumlah Objek Wisata dan Jenisnya Menurut Nagori (Desa)/Kelurahan di Kecamatan Dolok Pardamean Tahun 2014

No Desa/kelurahan Namaobjekwisata Jenisobjekwisata

1 Tigaras

Batu Hoda Wisata Alam Pantai Paris Wisata Alam

Garoga Wisata Alam

Pantai Ardana Wisata Alam 2 Parik Sabungan Simarjarunjung Wisata Alam


(16)

BAB IV

PENGEMBANGAN KAWASAN OBJEK WISATA BATU HODA DI KABUPATEN SIMALUNGUN

4.1. Pengembangan Kawasana Objek Wisata Batu Hoda

Batu Hoda terletak di Kabupaten Simalungun berdekatan dengan Nagori Tigaras. Batu Hoda adalah objek wisata pantai Danau Toba. Berjarak sekitar 50 km dari kota Pematang Siantar ke arah barat daya atau tepat ke arah Danau Toba dan pulau Samosir. Batu Hoda berdekatan dengan objek wisata legendaris Tanjung Unta.

Batu Hoda memberikan pemandangan pantai yang begitu menggoda ditambah matahari berada diufuk barat atau persis berada di atas Danau Toba. Menghabiskan waktu dengan kekasih dan keluarga di Batu Hoda, dapat memberikan kebahagiaan buat para pegunjung. Menggelar tikar dengan ikan nila bakar dan duduk di tepi pantai dapat mencerahkan/refreshing bagi para pengunjung.

Tigaras merupakan kota perjuangan di jaman penjajahan kolonial belanda. Sebelum memasuki objek wisata Batu Hoda, wisatawan akan melewati kota Tigaras dan Tugu Perjuangan yang berada 3 km di atas kota Tigaras. Wisatawan akan disuguhi pemandangan Danau Toba, Danau Silalahi (nama yang diberikan untuk bahagian Danau Toba yang terletak bagian timur Samosir dan sebagian pulau Samosir).

Sebelum menuju kota pelabuhan Tigaras, wisatawan melewati perkebunan teh PTPN IV Sidamanik, Bah Butong dan Toba Sari, perkebunan kopi rakyat, pemandangan Gunung Simarjarunjung (dataran tertinggi kabupaten Simalungun).


(17)

Untuk masuk ke kawasan Batu Hoda para pengunjung hanya di kenakan tarif Rp. 3.000,- /per orang. Sudah termasuk parkir kendaraan, kebersihan, toilet/wc, mandi - mandi, dan santai - santai menikmati sunrise serta keamanan. Namun untuk penyewaan ban, penyewaan speedBoat, penyewaan keyboard dan lain-lain memiliki tarif tersendiri. Seperti halnya speedBoat, pengelolah kawasan batu hoda mempunyai partner kerja bersama degan perusahaan Banana Boat sebagai penyedia jasa penyewaan SpeedBoat.

Hal ini tentu sangat bermanfaat bagi pengelolah, karena secara modal pengelolah belum mampu untuk melengkapi segala fasilitas pendukung di kawasan objek wisata Batu Hoda. Pengembangan kawasan Batu Hoda juga tidak serta merta dikelolah sepenuhnya oleh satu orang saja, tetapi melainkan pengembangan kawasan dengan konsep ekonomi kerakyatan. Untuk itu, pengelolah harus lebih banyak lagi bekerja sama, baik itu pemerintah setempat maupun perusahan-perusahan yang menyediakan jasa dalam mendukung perkembangan kawasan objek wisata Batu Hoda.

Penyediaan jasa yang di maksud bukan hanya saja fasilitas pendukung di kawasan Batu Hoda, tetapi juga pengelolah perlu bekerja sama denga penyedia jasa Travel Agent. Ini sangat penting agar senantiasa kawasan Batu Hoda dapat dipromosikan oleh Travel Agent keluar dari daerah kabupaten Simalungun dan Travel Agen juga secara tidak langsung mendapatkan keuntungan dari penjualan suatu daerah wisata.


(18)

4.2 Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Objek Wisata Batu Hoda Pada dasarnya suatu daerah tujuan wisata haruslah didukung oleh kemudahan akses. Kemudahan akses ini besar pengaruhnya dalam menopang ketertarikan para pengunjung untuk tetap datang menikmati panorama keindahan alam dari suatu objek wisata. Saat ini kondisi prasarana jalan di kawasan objek wisata Batu Hoda masih kurang memadai. Kondisi ini dapat dilihat dari banyaknya jalan yang masih berlubang dan masih banyak juga dijumpai aspal dengan keadaan terkelupas. Hal ini dikarenakan keadaan drainase yang buruk, sehingga ketika hujan mulai turun jalanan akan digenangi air.

Keadaan jalan berlubang dan aspal terkelupas juga, menyebabkan tidak nyamannya para pengunjung untuk datang berwisata ke kawasan objek wisata Batu Hoda. Pengendara dan penumpang kendaraan merasakan guncangan ketika berada di atas kendaraan. Pengunjung merasa lelah, letih dan tidak lagi menikmati masa perjalanan wisatanya.

Kondisi jalan yang rusak ini dapat dilihat disepanjang jalan Simpang Empat Huta Sipintuangin hingga ke kawasan objek wisata Batu Hoda. Panjang jalan yang rusak ini sekitar 5 Kilometer (Km). Kondisi jalan ini bukan hanya mempengaruhi niat wisatawan untuk dapat berkunjung ke kawasan Batu Hoda, tetapi juga kurangnya aksesbilitas perekonomian masyarakat dan interaksi sosial di sekitar kawasan Batu Hoda.

Hal ini dapat diantisipasi dari perbaikan alur drainase di sepanjang jalan menuju kawasan Batu Hoda. Alur drainase sangat penting di bangun untuk kelancaran air keluar dari jalanan yang ketika hujan turun. Hal ini sangat dibutuhkan


(19)

daerah yang memiliki bukit curam, karena air selalu turun dari bukit curam ke jalanan. Hal ini lah yang membuat aspal sering terkelupas. Untuk itu, perlu kerja sama masyarakat setempat, pengelolah dan peran pemerintah daerah agar alur drainase dapat di bangun di sepanjang jalan menuju kawasan objek wisata Batu Hoda.

Kemudian perlu melakukan perbaikan pengaspalan kembali. Pengaspalan di kawasan ini juga haruslah dengan kualitas yang baik, bukan dengan kondisi asal jadi. Dalam hal pengaspalan, pengawasan dari masyarakat setempat sangat dibutuhkan. Agar ketika pengerjaan pengaspalan itu benar-benar di kerjakan dengan baik oleh pekerja.

Ketika kondisi ini sudah baik adanya. Akses masyarakat setempat pun pastilah akan baik dan lancar. Kondisi ini juga membuat para pengunjung merasa nyaman ketika hendak berwisata di kawasan Batu Hoda, dan juga mempengaruhi niat pengunjung untuk tetap datang berwisata ke kawasan objek wisata Batu Hoda.

4.3 Pengembangan Transportasi di Kawasan Objek Wisata Batu Hoda

Jaringan transportasi dari dan menuju kawasan objek wisata Batu Hoda masih dalam kondisi relatif buruk, kondisi ini di sebabkan oleh sedikitnya transportasi di kawasan objek wisata Batu Hoda. Transportasi angkutan umum yang masuk ke daerah kawasan objek wisata Batu Hoda ini ialah Kapal Ferry dan Bus Citra Anak Simalungun (CAS).

Kapal ferry merupakan salah satu akses masyarakat daerah kabupaten Samosir untuk datang berkunjung ke daerah kabupaten Simalungun. Adapun kapal Ferry ini


(20)

berasal dari pelabuhan Simanindo Samosir menuju pelabuhan Tigaras Simalungun memiliki jadwal beroperasi dari jam 07.30 wib hingga jam 18.00 wib. Kondisi ini masih kurang memadai untuk para pengunjung yang hendak melakukan perjalanan wisatanya ke daerah tigaras atau juga kawasan objek wisata Batu Hoda. Karena pemandangan Sunrise yang baik untuk dilihat dikawasan objek wisata Batu Hoda pada jam 18.30 wib. Untuk itu, jadwal operasi Kapal Ferry harus lah di tambah lagi hingga pukul 20.00 wib pengangkutan, agar para pengunjung dapat kembali pulang dari daerah lain asal kedatangannya melalui kapal Ferry.

Untuk sampai ke kawasan objek wisata Batu Hoda dengan menggunakan kapal Ferry, pengunjung tidak serta merta langsung dihadapkan objek wisata Batu Hoda, perlu perjalanan menggunakan tranportasi angkutan bus agar sampai tujuan, dengan jarak tempuh sekitar 2 Km dari pelabuhan Tigaras.

Transportasi Angkutan Umum selanjutnya yang beropeasi ke kawasan objek wisata Batu Hoda adalah bus Citra Anak Simalungun (CAS) berukuran sedang, pengangkutan ini memiliki jadwal operasi/per satu jamnya. Jadwal operasinya dari jam 07.00 wib hingga trip terakhir pukul 17.30 wib. Kondisi ini, cukup membuat para pengunjung kesulitan untuk melakukan perjalanan ke kawasan Batu Hoda.

Hal ini disebabkan oleh pengunjung harus menunggu /per jamnya angkutan bus tiba. Dan pengunjung tidak dapat pulang lama hingga malam hari tiba dari kawasan Batu Hoda. hal ini mengakibatkan para pengunjung tidak merasa nyaman dengan kondisi seperti ini.

Untuk itu, perlu pengembangan transportasi yang lebih baik lagi. Salah satu cara yaitu dengan penambahan jam operasi angkutan umum yang saat ini masih


(21)

dalam jangka /per satu jam tiba. Dapat ditingkatkan lagi hingga beroperasi trip /per setengah jam. Cara lainnya yaitu dengan ditambahnya trayek bus yang beroperasi ke kawasan Batu Hoda. Pada saat ini trayek bus yang masuk hanyalah bus Citra Anak Simalungun. Dengan semakin banyaknya angkutan yang berlalu lalang di jalanan kawasan objek wisata Batu Hoda maka harapan nya akan semakin ramai pula wisatawan yang datang berkunjung ke kawasan Batu Hoda.

Dalam meningkatkan penambahan jadwal operasi pengangkutan bus umum dan penambahan trayek bus butuh kerja keras dan kerja sama dengan pihak dinas perhubungan. Mengingat masyarakat setempat ketika melaksanakan kegiatan sehari-harinya masih kebanyakan menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan Mobil pribadi. Untuk mengantisipasi kerugian dari pada pengusaha transportasi.

Tetapi setidaknya trayek ini dapat dijalankan ketika hari weekend dan hari libur tiba, karena kondisi ini para pengunjung datang untuk berwisata. Sehingga pengunjung tidak lagi merasa kesusahan ketika hendak berwisata ke kawasan Batu Hoda dan pengusaha transportasi juga tidak merasa di rugikan.

4.4 Pengembangan Fasilitas Sarana Kepariwisataan di Kawasan Batu Hoda Kawasan Batu Hoda memiliki fasilitas-fasilitas pendukung kepariwisataan yang cukup memadai untuk dinikmati dan disewakan kepada para pengunjung. Namun kondisi ini masih perlu dikembangkan. Agar seyogyanya wisatawan lebih merasa nyaman ketika berkunjung ke kawasan objek wisata Batu Hoda. Fasilitas pendukung kepariwisataan yang ada di kawasan Batu Hoda seperti: Penginapan, Rumah Makan,


(22)

Kios Souvenir, Pendopo, Kamar Mandi, Parkiran dan fasilitas tambahan seperti, Penyewaan Ban, Penyewaan Keyboard, Penyewaan SpeedBoat.

Tabel 4:1

Jumlah Fasilitas Pendukung di Kawasan Batu Hoda 2015

Fasilitas Jumlah

Penginapan 1

Rumah Makan 2

Kios Souvenir 1

Pendopo 3

Parkiran 1

Sumber : Data Hasil Survei, 13 Desember 2015.

4.4.1. Kondisi Penginapan

Kawasan Batu Hoda juga memiliki tempat penginapan untuk para pengunjung yang ingin menggunakan sebagai tempat istrahat di kawasan Batu Hoda. Penginapan ini hanya ada satu-satunya di kawasan Batu Hoda, yaitu persis di lokasi pantai Batu Hoda. Adapun jumlah kamar yang dimiliki penginapan ini sebayak 10 kamar, dan memiliki fasilitas di setiap kamarnya seperti: tempat tidur, bangku dan kursi. Kapasitas penginapan ini disediakan untuk 2 orang per kamar. Sehingga secara total kapasitas 20 orang untuk kesepuuh kamar yang tersedia.

Kondisi ini masih kurang memadai secara kualitas dan kuantitas, karena masih banyak kekurangan dari pada fasilitas yang disediakan oleh pengelolah. Untuk itu masih diperlukan pengembangan yang lebih baik lagi. Agar dapat meningkatkan kenyamanan para pengunjung ketika hendak menyewa penginapan tersebut.


(23)

Untuk itu sudah seharusnya pengelolah dan pemerintah setempat menjalin kerja sama terhadap investor untuk dapat membangun tempat penginapan di kawasan Batu Hoda. dengan tipemelati dan tipe berkelas. Kawasan ini sudah layak untuk di kembangkan juga dalam sektor Batu Hoda penginapan hingga perhotelan. Karena lokasi kawasan juga masih dekat dengan pelabuhan Kapal Ferry.

Hal ini saling mendukung dan saling memberi keuntungan satu sama lain. Ketika calon penumpang kapal Ferry tidak dapat trip, maka calon penumpang kapal Ferry dapat menginap di penginapan maupun hotel itu sendiri. Hal ini juga sangat berpengaruh terhadap sektor pariwisata di kawasan Batu Hoda ini, karena pengunjung yang ingin bermalam di kawasan ini sudah dapat memilih penginapan mana yang layak untuk di sewakan. Ditambah lagi sering nya pengunjung datang ketika hari weekend dan hari libur tiba.

4.4.2. Kondisi Rumah Makan

Sarana rumah makan sangat di butuhkan di satu kawasan pariwisata. Memiliki banyak menu dan memberikan pelayanan terbaik adalah tuntutan dalam memuaskan perasaan pelanggan maupun pengunjung. Hal ini juga harus lah diterapkan di kawasan Batu Hoda. Dengan melayani pengunjung yang baik harapannya mereka memiliki kesan yang baik pula tentang kawasan Batu Hoda.

Di kawasan Batu Hoda rumah makan ada sebanyak 2 tempat, yaitu satu di tepi pantai Batu Hoda dan satu lagi di pinggir jalan lintas menuju Tanjung Unta. Kapasitas rumah makan di kawasan Batu Hoda untuk rata-rata pengunjung 30 orang. Hal ini dilihat dari jumlah kursi yang masih berjumlah sedikit. Kursi yang di gunakan


(24)

pun sebagian terbuat dari kayu dan sebagian bangku plastik. Karyawan yang dipekerjakan oleh pengelolah hanya ada satu orang dan rumah makan yang lain nya masih di kelolah sendiri oleh pemilik rumah makan tersebut.

Kondisi ini masih kurang memadai dan sangat berpotensi untuk di kembangkan lagi. Salah satu halnya menambah karyawan di setiap rumah makan, karena selain meningkatkan pelayanan terhadap pengunjung tetapi juga secara tidak langsung kesempatan masyarakat setempat untuk mendapat pekerjaan juga tercapai.

Pengembangan lainnya juga pemilik rumah makan dapat bekerja sama dengan masyarakat setempat dalam hal pembuatan bangku yang bernuansakan ekowisata, yaitu terbuat dari bahan kayu. Hal ini pastilah saling mendapat keuntungan dari produk-produk yang di kerjakan. Kondisi ini juga dibutuhkan campur tangan dari pemerintah setempat, agar pemda dapat mengajak para investor atau pemilik modal untuk lebih mengembangkan usaha dibidang rumah makan hingga sampai restoran. Dengan demikian terciptalah suatu konsep pariwisata yang berkesinambungan dan konsep ekonomi kerakyatan juga tercipta.

4.4.3. Kondisi Kios Souvenir

Souvenir adalah salah satu jenis kreatifitas yang dapat di pasarkan. Pengunjung pada umumnya suka membeli souvenir sebagai buah tangan dari suatu daerah yang di kunjungi. Untuk itu, suatu kawasan objek wisata sewajarnya menyediakan dan memasarkan produk kreaatifitas dari daerah itu sendiri.

Sama halnya dengan kawasan Batu Hoda, di kawasan ini sudah tersedia kios souvenir, yaitu sebanyak satu kios untuk memasarkan produk kreatifitas. Di kios ini


(25)

terdapat beberapa produk yang dipasarkan, seperti baju dan gantungan kunci. Adapun produk yang di tawarkan di kios ini masih kebanyakan dari luar daerah seperti Siantar, Medan dan lain-lain. Untuk itu perlu kerja sama yang baik dengan masyarakat. Agar ikut mengembangkan ide kreatifitas nya sehigga bisa menjadi suatu produk unggulan yang dapat menarik perhatian para pengunjung. Sementara itu, pemerintah juga harus memberikan sedikit pemahaman kepada masyarakat untuk mengetahui potensi-potensi dari produk lokal itu sendiri.

Jumlah dan Letak kios ini juga masih dinilai kurang strategis yaitu, berada tepat di tepi pantai Batu Hoda. Kondisi ini menyebabkan tidak banyak wisatawan yang melintas mengetahui keberadaan kios souvenir ini. Akhirnya pemilik kios souvenir pun tidak ramai pengunjung. Untuk itu, perlu agar ditingkatkan lagi jumlah kiosnya terutama dibangunnya kios souvenir di pinggir jalan lintas menuju kawasan objek wisata Tanjung Unta. Agar para pengunjung juga langsung melihat dengan jelas produk-produk yang di pasarkan oleh masyarakat.

4.4.4. Kondisi Pendopo

Pendopo di kawasan Batu Hoda adalah sarana sebagai salah satu tempat di mana para pengunjung dapat menikmati pemandangan dengan santai. Pendopo ini pun dapat digunakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelompok atau sering di sebut rombongan. Pendopo ini juga dapat di sewakan kepada masyarakat sekitar untuk melakukan kegiatan upacara adat. Adapun jumlah pendopo di kawasan ini sebanya ktiga. Dengan kondisi cukup memadai, dan ada satu pendopo yang sedang


(26)

dalam tahap pembangunan. Jadi jika pembangunannya selesai maka total pendopo nantinya berjumlah empat unit pendopo.

Pembangunan pendopo ini disadari oleh pengelolah, bahwa kapasitas dari pendopo masih kurang baik. Kondisi ini dilihat dari ramainya pengunjung seketika hari libur tiba. Membuat para pengunjung tidak memiliki tempat untuk bersantai ria menikmati panorama alam. Ditambah lagi pendopo sering di gunakan oleh masyarakat setempat untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu.

Untuk itu lah pengelolah kawasan mencoba mendirikan satu pendopo yang baru lagi. Agar harapannya pelayanan kepada pengunjung dapat terlayani dengan baik. Dan juga pengelolah mendapatkan keuntungan yang lebih baik. Dan pengembangan pendopo ini juga sebaiknya lebih di lengkapi dengan fasilitas yang lebih baik dari pendopo lainnya.

4.4.5. Kondisi Area Parkir

Area parkir di kawasan Batu Hoda inijuga tidak begitu besar. Kapasitas yang kecil menyulitkan pengendara bus tidak bisa leluasa untuk memarkirkan kendaraannya. Bus hanya dapat parkir di satu rumah makan yang tersedia yaitu di jalan lintas menuju Tanjung Unta. Untuk parkir bus, kendaraan bus hanya dapat parkir sebanyak 3 unit bus. Untuk parkir kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan mobil dapat diparkirkar di area tepi pantai Batu Hoda. Namun kondisi disini juga masih berkapasitas kecil yaitu untuk parkiran 5 unit mobil.

Kondisi ini tentunya masih kurang memadai, karena para pengunjung yang berwisata ke kawasan ini rata-rata membawa kendaraan nya masing masing. Untuk


(27)

itu, perluasan parkiran sangat dibutuhkan dan juga penataan harus dilakukan dengan baik. Hal ini tentunya agar terjaga dan terciptanya Sapta Pesona, yaitu keamanan kenyamanan ketertiban.

Secara keseluruhan sarana kepariwisataan di kawasan objek wisata Batu Hoda harus lebih dikembangkan dan diefisiensikan, agar kenyamanan para pengunjung tetap terjaga dan panorama alam dari Batu Hoda juga mereka nikmati dengan seksama serta tidak akan menyesal ketika ingin melakukan perjalanan wisatanya kembali ke kawasan objek wisata Batu Hoda.

4.5 Peranan Pemerintah Dearah Dalam Pengembangan Kawasan Objek Wisata Batu Hoda

Pengembangan kawasan objek wisata pada umumnya tidak luput dari campur tangan pemerintah setempat. Pemerintah adalah pemilik kebijakan tertinggi di suatu daerah. Pemerintah lah yang mengarahkan, kebijakan apa yang ingin di lakukan untuk membuat daerahnya maju dan sejahtera. Begitu juga dengan pengembangan kawasan objek wisata. Peranan pemerintah sangat dibutuhkan. Kawasan objek wisata Batu Hoda pada saat ini masih belum dikelola secara baik atau dengan kata lain belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah setempat.

Dalam hal ini, peranan pemerintah untuk mengupayakan pengembangan kawasan Batu Hoda adalah dengan memberikan anggaran untuk pembangunan Bronjong dalam mengendalikan banjir tepi pantai dan menjaga terjadinya abrasi di sepanjang pantai Batu Hoda. Pemerintah juga sering mensosialisasikan sadar wisata kepada masyarakat desa. Kondisi ini sangat dipergunakan masyarakat desa. Saat ini


(28)

masyarakat desa di kawasan Batu Hoda cukup berkarakter ramah terhadap pengunjung.

Peranan pemerintah juga dalam pengembangan kawasan Batu Hoda terlihat jelas. Ketika masyarakat ingin berinofasi dan berpartisipasi dalam industri pariwisata dengan memberikan fasilitas-fasilitas dan kemudahan-kemudahan. Hal seperti ini harus lagi ditingkatkan, agar pengembangan pariwisata di kawasan Batu Hoda semakin nomor satu di tingkat kabupaten hingga propinsi di masa yang akan datang mendatang.

Peranan Pemerintah setempat dalam hal mempromosikan kawasan Batu Hoda juga dinilai cukup membantu. Kondisi ini dapat dilihat dari adanya website kabupaten Simalungun yang memasukkan kawasan Batu Hoda sebagai salah satu tujuan alternatif di kabupaten Simalungun sehingga para pengunjung mendapat informasi tentang Batu Hoda cukup mudah.

4.6 Tanggapan Masyarakat Desa Tentang Adanya Kawasan Objek Wisata Batu Hoda

Masyarakat desa Tigaras menanggapi positif tentang adanya kawasan objek wisata Batu Hoda. Kawasan objek wisata Batu Hoda secara tidak langsung cukup memberikan kontribusi kepada masyarakat, yaitu ketika para pengunjung belanja ke kios masyarakat, yang sering disebut kedai. Kemudian dengan adanya kawasan pariwisata yang dapat dikunjungi para wisatawan ini, masyarakat desa ini juga dapat berintraksi dengan pengunjung luar daerah hingga mancanegara dan saling bertukar pikiran satu sama lainnya.


(29)

Masyarakat memiliki keterbukaan dalam menerima pengunjung secara baik seperti pada kawasan lainnya, contohnya masyarakat terkenal dapat bersikap terbuka dalam memberikan informasi mengenai objek wisata yang dapat dikunjungi serta menuntun pengunjung untuk mengunjungi objek yang tersedia di kawasan wisata tersebut. Masyarakat desa di kawasan Batu Hoda ini adalah masyarakat yang mengetahui arti sadar wisata. Kondisi ini juga didukung oleh konsep sosial budaya yang masih melekat di tengah-tengah masyarakat yaitu konsep acuan sistem sosial kemasyarakatan batak Simalungun dalihan natolu.

Masyarakat desa ini sangat mendukung upaya pengembangan kawasan Batu Hoda ini menjadi salah satu ikon pariwisata di daerah itu sendiri. Masyarakat desa juga masih tetap berharap dengan di kembangkannya kawasan objek wisata Batu Hoda menjadi ikon pariwisata di kabupaten Simalungun, mereka dapat kontribusi pengembangan dan juga dapat terciptanya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat setempat.


(30)

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kawasan objek wisata Batu Hoda adalah objek wisata pantai Danau Toba. Danau Toba merupakan danau vulkanik terbesar di Asia Tenggara. Ini adalah modal awal dari pada objek wisata Batu Hoda untuk dapat dikembangkan. Pengembangan kawasan objek wisata Batu Hoda tidak serta merta dapat dikembangkan oleh satu pengelolah saja, karena pengelolah tidak begitu banyak modal untuk mengembangkan kawasan. Butuh partner kerja dalam mengembangkannya.

Kondisi prasarana jalan di kawasan objek wisata Batu Hoda masih kurang memadai. Kondisi ini dapat dilihat dari banyaknya jalan yang masih berlubang dan masih banyak juga dijumpai aspal dengan keadaan terkelupas. Hal ini dikarenakan keadaan drainase yang buruk, sehingga ketika hujan mulai turun jalanan akan digenangi air. Keadaan jalan berlubang dan aspal terkelupas juga, menyebabkan tidak nyamannya para pengunjung untuk datang berwisata ke kawasan objek wisata Batu Hoda. Pengendara dan penumpang kendaraan merasakan guncangan ketika berada di atas kendaraan. Pengunjung merasa lelah, letih dan tidak lagi menikmati masa perjalanan wisatanya.

Jaringan transportasi dari dan menuju kawasan objek wisata Batu Hoda masih dalam kondisi relative buruk, Kondisi ini di sebabkan oleh sedikitnya transportasidi kawasan objek wisata Batu Hoda. Transportasi angkutan umum yang masuk ke


(31)

daerah kawasan objek wisata Batu Hoda ini ialah Kapal Ferry dan Bus Citra Anak Simalungun (CAS).

Fasilitas pendukung kepariwisataan cukup memadai untuk dinikmati dan dapat di sewakan kepada para pengunjung. Namun kondisi ini masih perlu dikembangkan. Agar seyogyanya wisatawan lebih merasa nyaman ketika berkunjung ke kawasan objek wisata Batu Hoda. Fasilitas pendukung kepariwisataan yang ada di kawasan Batu Hoda seperti: Penginapan, Rumah Makan, Kios Souvenir, Pendopo, Kamar Mandi, Parkiran dan fasilitas tambahan seperti, Penyewaan Ban, Penyewaan Keyboard, Penyewaan SpeedBoat.

Peranan pemerintah untuk mengupayakan pengembangan kawasan Batu Hoda adalah dengan memberikan anggaran untuk pembangunan Bronjong dalam mengendalikan banjir tepi pantai dan menjaga terjadinya abrasi di sepanjang pantai Batu Hoda. Pemerintah juga sering mensosialisasikan sadar wisata kepada masyarakat desa dan Masyarakat desa juga mendukung upaya pengembangan kawasan Batu Hoda ini menjadi salah satu ikon pariwisata di daerah itu sendiri. Kondisi ini dapat dilihat dari partisipasi masyarakat dalam mempromosikan kawasan Batu Hoda dan para pengunjung juga di berikan informasi tentang potensi pariwisata secara umum di daerah ini.

5.2. Saran

1. Pengembangan kawasan objek wisata Batu Hoda perlu kerja sama dengan penyedia jasa pariwisata, seperti Travel Agent dal lain-lain.


(32)

2. Pemerintah seharusnya dapat melihat dan mendengar betapa besarnya potensi yang dimiliki oleh objek wisata Batu Hoda untuk dapat dikembangkan lebih baik lagi agar menjadi salah satu objek wisata handalan di Kabupaten Simalungun.

3. Aksesbilitas menuju kawasan Batu Hoda harus lah ditingkatkan kualitas dan kuantitas, agar para pengunjung dapat lebih cepat dan jarak tempuh lebih baik. 4. Fasilitas-fasilitas pendukung kepariwisataan lebih di kembangkan dari yang

ada saat ini, agar para pengunjung dan wisatawan dapat merasa nyaman dan aman serta tentram di kawasan objek wisata Batu Hoda. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjalin kerja sama terhadap pihak lain.


(33)

BAB II

URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN

2.1Sejarah Perkembangan Pariwisata

Perkembangan pariwisata di dunia telah ada semenjak adanya perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain. Dan oleh sebab itu, kebutuhun akan perjalanan yang dilakukan haruslah terpenuhi, motivasi dan motif perjalanan wisata berbeda-beda, sesuai dengan ekonomi dan lingkungan masyarakat itu sendiri serta sesuai dengan tingkat perkembangan dan tingkat sosial budaya mereka. Menurut beberapa para ahli, pariwisata dimulai sejak dimulainya peradaban manusia itu sendiri dengan ditandai adanya pergerakan penduduk yang melakukan ziarah dan perjalanan agama lainnya, serta perjalanan keingin tahuan, perasaan takut, gila kehormatan dan kekuasaan sehingga membuat mereka melakukan suatu perjalanan. Menurut World Tourism Organization (WTO) dan sekarang berubah namanya menjadi United Nations World Tourism Organization (UNWTO) Mengatakan:

Perkembangan atau sejarah pariwisata dibagi dalam 3 (tiga) jaman, yaitu: Jaman Kuno, Jaman Pertengahan, dan Jaman Modern.

1. Jaman Kuno

a. Adanya dorongan untuk mengetahui adat istiadat dan kebiaaan orang lain, dorongan karena kebutuhan praktis dalam bidang politik dan perdagangan, dorongan yang berhubungan dengan agama, dll. b. Sarana dan dan fasilitas pada jaman ini untuk melakukan kegiata

perjalanan sangat sederhana. Alat angkutan tersebut berupa binatang seperti kuda, onta, atau perahu-perahu kecil. Namun yang paling sering adalah perjalanan dengan jalan kaki berpuluh-puluh hingga beratus-ratus kilometer jauhnya. Seperti, pedagang Yunani ke Laut Hitam, Pedagang Visia ke Afrika , dll.

i. Belum adanya badan-badan yang mengatur kepariwisataan. ii. Akomodasi yang digunakan masih sederhana.

iii. Pengaturan perjalanan ditentukan individu, baik oleh perorangan maupun kaum-kaum.


(34)

2. Jaman Pertengahan

a. Motifasi perjalanan lebih luas, selain perjalanan agama dan hal lainnya seperti di jaman kuno, motifasi juga berupa tujuan yang berhungunan dengan kepentingan negara dan motif menambah pengetahuan karena pada jaman ini sudah ada perguruan-perguruan tinggi.

b. Pedagang pada jaman ini sudah tidak menggunakan sistem barter, melainkan cukup membawa contoh barang yang ditawarkan pada pekar-pekan raya perdangan, Seperti Aix-la-cappalle.

c. Karena sudah seringnya perjalanan antar negara maka berbagai negara mengeluarkan aturan-aturan guna melindungi kepentingan negara, penduduknya dan wisatawan.

d. Akomodasi yang bersifat komersil mulai ada meskipun bersifat sederhana. Demikian juga restoran guna memenuhi kebutuhan pelancong.

e. Angkutan darat pada jaman ini tidak hanya kuda, melainkan kereta yang ditarik kuda maupun keledai. Sedangkat angkutan daratnya menggunakan kapal-kapal yang mulai besar.

3. Jaman Modern

a. Pada jaman ini motif untuk melakukan perjalanan sudah banyak seperti pendidikan,kesehatan, penelitian, tugas negara, sekedar mencari hiburan dal lain-lain.

b. Akomodasi tumbuh dengan subur serta dengan fasilitas semakin lengkap.

c. Keharusan dan Formalitas para pelancong atau wisatawan harus membawa identitas diriyang lengkap sesuai aturan.

d. Transportasi yang digunakan menggunakan mesin motor serta angkutan udara sehingga menempuh jarak jauh dengan waktu yang lebih cepat.

e. Adanya badan atau organisasi yang menyusun aturan perjalanan. Dari beberapa perkembangan jaman tersebut, pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang sangat menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu Negara.

Perkembangan tersebut menjadi sebuah gudang ilmu dalam perkembangan dunia pariwisata, berbagai macam pengertian maupun definisi tentang pariwisata dimana pengertian tersebut telah muncul di perancis pada akhir abad ke 17. Tahun 1972 maurice menerbitkan buku Petunjuk “The True For Foreigners Travelling In France To Appriciate Its Beealities, Learn The Language And Take Exericise,


(35)

menyebutkan: “... Ada duabentuk perjalanan, yaitu perjalanan besar dan kecil (Grand Tour dan Perit Tour )”. Pertengah abad ke-19 Jumlah orang yang berwisata masih terbatas karena butuh waktu lama dan biaya besar, keamanan kurang terjamin, dan sarananya masih sederhana, tetapi sesudah Revolusi Industri Keadaan itu berbuah, tidak hanya golongan elit saja yang bisa berpariwisata tapi kelas menengah juga. Hal ini ditunjang juga oleh adanya kereta api. Pada abad Ke-20 terutama setelah perang dunia II kemajuan teknik produksi dan teknik penerbangan menimbulkan peledakan pariwisata. Perkembangan terkahir dalam pariwisata adalah munculnya perjalanan paket (Package tour).

2.2Pengertian Pariwisata

Menurut etimologinya, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata, yaitu Pari dan Wisata. Pari yang berarti banyak, keliling, berputar-putar, berkali-kali, berulang-ulang sedangkan Wisata merupakan perjalanan atau bepergian. Dengan demikian pariwisata dapat dikatakan perjalanan berkeliling ataupun perjalanan yang dilakukan berkali-kali dari satu tempat ke tempat lainnya. Dalam bahasa Inggris, pariwisata disebut dengan istilah tour sedangkan untuk pengertian yang lebih luas, kata kepariwisataan disebut dengan istilah tourism atau tourisme. Menurut definisi yang luas seperti yang dikatakan oleh Spillane (1985:5) mengungkapkan: “… Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu”.


(36)

UU No. 9 Tahun 1990 menyebutkan, bahwa: “… Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan, daya tarik dan atraksi wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata”. Hunzieker dan Krapf (1892) dalam (Yoety,1996) juga mengatakan: “… Kepariwisataan merupakan keseluruhan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendiaman tersebut tidak bersifat menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktifitas yang bersifat sementara itu”. Wahab dalam bukunya yang berjudul An Introduction on Tourism Teory mengatakan:

Pariwisata adalah aktifitas manusia yang dilakukan secara sadar, yang mengadakan pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri atau di luar negara (meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain, daerah tertentu suatu negara atau suatu benua) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya diaman ia memperoleh pekerjaan tetap, dan mengemukakan batasan pariwisata dalam tiga unsur, yaitu :

1. Manusia (Man), ialah orang yang melakukan perjalanan.

2. Ruang (Space), yaitu daerah atau ruang lingkup tempat dimana perjalanan wisata tersebutdilakukan.

3. Waktu (Time), yaitu waktu yang dipergunakan selama dalam perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata.

Definisi pariwisata memang tidak dapat persis sama di antara para ahli, hal ini memang jamak terjadi dalam dunia akademis, sebagaimana juga biasa ditemukan pada berbagai disiplin ilmu lain. Menurut WTO (1999) mengatakan:

Pariwisata adalah kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya. Meskipun ada variasi batasan, ada beberapa komponen pokok yang secara umum disepakati di dalam batasan pariwisata (khususnya pariwisata internasional), yaitu sebagai berikut:


(37)

1. Traveler, yaitu orang yang melakukan perjalanan antar dua atau lebih lokalitas.

2. Visitor, yaitu orang yang melakukan perjalanan ke daerah yang bukan merupakan tempat tinggalnya, kurang dari 12 bulan, dan tujuan perjalanannya bukanlah untuk terlibat dalam kegiatan untuk mencari nafkah, pendapatan, atau penghidupan di tempat tujuan.

3. Tourist, yaitu bagian dari visitor yang menghabiskan waktu paling tidak satu malam (24 jam) di daerah yang dikunjungi.

Definisi pariwisata juga mengandung beberapa pokok unsur seperti yang di katakan Richardson and Fluker (2004:5) menyampaikan:

Semua definisi yang dikemukakan selalu mengandung beberapa pokok, yaitu:

1. Adanya unsur travel (perjalanan, yaitu pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain.

2. Adanya unsur tempat ‘tinggal sementara’ di tempat yang bukan merupakan tempat tinggal yang biasanya.

3. Tujuan utama dari pergerakan manusia tersebut bukan untuk mencari penghidupan/pekerjaan di tempat yang dituju.

Selain pengertian di atas, beberapa pendapat ahli kepariwisataan mengenai Pengertian pariwisata, antara lain: Suwantoro (1997), mengatakan: “… Pariwisata adalah suatu proses kepergiaan sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain dari luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kepergian yang menghasilkan uang”. Pariwisata di jaman modern juga mengalami perubahan bentuk kebutuhan oleh manusia seperti dikatakan Fleuler, mengatakan:

Pariwisata dalam arti modern adalah fenomena dari zaman sekarang yang pada umumnyadidasarkan atas kebutuhan, kesehatan dan pergantian hawa. Sedangkan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil dari perkembangan perniagaan, industri, perdagangan, serta penyempurnaan dari alat-alat pengangkutan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang bersifat sementara dan tujuannya bukanlah untuk


(38)

mencari nafka tetapi untuk memenuhi kebutuhan refresing dan kesenangan, serta dilakukan dengan jangka waktu pendek, dan pelaku wisata atau wisatawan akan kembali ke tempat asalnya. Aktivitas ini tidak akan berjalan lancar jika tidak didukung oleh beberapa komponen wisata seperti: akomodasi, restoran, sarana transportasi, dan lain sebagainya.

2.3 Pengertian Wisatawan

Kata wisatawan (tourist) merujuk kepada orang. Secara umum wisatawan menjadi subset atau bagian dari traveler atau visitor. Untuk dapat disebut sebagai wisatawan, seorang haruslah traveler atau seorang visitor. Seorang visitor adalah seorang traveler, tetapi tidak semua raveller adalah tourist. Traveler memiliki konsep yang lebih luas, yang dapat mengacu kepada orang yang mempunyai beragam peran dalam masyarakat yang melakukan kegiatan rutin ke tempat kerja, sekolah dan sebagainya sebagai aktivitas sehari-hari. Orang-orang menurut kategori ini sama sekali tidak dapat dikatakan sebagai tourist.

Berdasarkan pasal 5 Revolusi Dewan Ekonomi dan Dewan Sosial PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) No. 870, dalam (Yoeti 1983: 123) mengatakan: “… Visitor atau wisatawan adalah setiap orang yang mengunjungi suatu Negara yang bukan merupakan tempat tinggalnya yang biasa, dengan alasan apapun, kecuali mengusahakan sesuatu pekerjaan yang dibayar oleh negara yang dikunjungi”. Defenisi Liga Bangsa-Bangsa juga menyebutkan motif-motif apa yang menyebabkan orang asing itu harus disebut wisatawan, yaitu:


(39)

1. Orang yang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang (pleasure) karena alasn kesehatan, keluarga dan lain sebagainya.

2. Orang yang mengadakan perjalanan untuk mengunjungi pertemuan-pertemuan (diplomatic, religius, administrative, ilmiah).

3. Orang ang mengadakan perjalanan bisnis (business).

4. Orang yang datang dalam perjalanan pelayaran pesiar (sea cruise).

Selanjutnya Yoeti, (1996: 133-135) juga merumuskan bermacam-macam jenis pengunjung, beberapa diantaranya yaitu:

1. Wisatawan (tourist), yaitu pengunjung yang sementara waktu sekurang-kurangnya tinggal selama 24 jam di negara atau daerah yang dikunjunginya berdasarkan tujuan perjalanannya yang dikelompokkan sebagai berikut:

a. Orang-orang yang mengunjungi suatu negara untuk pleasure atau liburan.

b. Orang-orang yang mengunjungi suatu negara karena family reason visit friend and relative.

c. Orang-orang yang mengunjungi suatu negara karena urusan MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition ).

d. Orang-orang yang mengunjungi suatu negara karena urusan sekolah. e. Orang-orang yang mengunjungi suatu negara sebagai utusan bidang

olahraga ataupun hanya sekedar menonton pertandingan bola.

f. Orang-orang yang mengunjungi suatu negara karena alasan keagamaan.

2. Pelancong (Excurtionist), yaitu orang-orang yang mengunjungi suatu Negara yang tidak kurang dari 24 jam di negara yang dikunjunginya termasuk pelancong yang menggunakan kapal pesiar.

2.4 Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata 2.4.1 Pengertian Sarana Pariwisata

Sarana pariwisata adalah kelengkapan yang dibutuhkan oleh wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Menurut Yoeti dalam bukunya Pengantar Ilmu Pariwisata (1985 :181), mengatakan: “... Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan


(40)

wisatawan”. Selanjutnya Yoeti, (1996:9-2) juga membagi sarana kepariwisataan menjadi 3 bagian,yaitu:

1. Sarana pokok kepariwisataan (Main Touristm Superstructure )

Sarana pokok kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang hidup dan sangat bergantung kepada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan wisata. Sarana pokok kepariwisataan berfungsi dalam memberikan fasilitas pokok yang dapat memberikan pelayanan bagi kedatangan wisatawan. Perusahaan yang termasuk dalam kategori ini ialah:

a. Perusahaan yang kegiatannya mempersiapkan dan merencanakan perjalanan wisatawan atau disebut dengan receiptive tourist plan yaitu perusahaan yang mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaraan tour-tour bagi wisatawan seperti : Travel Agent, Tour Operator, Transportasi, dan lain-lain.

b. Perusahaan yang memberikan pelayanan di daerah tujuan kemana pergi, atau bisa disebut residential tourism plan yaitu perusahaan yang memberikan layanan penginapan, menyediakan makanan dan minuman di daerah tujuan wisata, misalnya: Hotel, Restaurant, Hostel Homestay, Cottage, Pension, dan lain sebagainya.

2. Sarana Pelengkap Kepariwisataan

Sarana pelengkap kepariwisataan (supplementing Tourism Suprastructure) adalah perusahaan yang menyediakan fasilitas rekreasi yang fungsi nya melengkapi sarana pokok kepariwisataan dan membuat wisatawan lebih dapat lama tinggal di suatu daerah tujuan wisata yang dikunjunginya, seperti : fasilitas olahraga dan lainnya.

3. Sarana Penunjang Kepariwisataan (supporting Tourism Suprastructure) Merupakan perusahaan yang menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok, fungsinya tidak hanya membuat wisatawan lebih lama tinggal di suatu daerah tujuan wisatanya, melainkan agar supaya wisatawan lebih banyak mengeluarkan uangnya di tempat yang dikunjunginya .yang termasuk dalam kategori ini adalah : Night Club, Steam Baths, Casino dan lain-lain.

2.4.2 Pengertian Prasarana Pariwisata

Prasarana pariwisata adalah segala sesuatu yang memungkinkan proses kegiatan pariwisata dapat berjalan dengan baik pula serta sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia mutlak dibutuhkan wisatawan dalam melakukan perjalanan wisatanya. Menurut Wahab dalam buku Yoeti, (1982:172) mengatakan:


(41)

Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam, yang termasuk dalam kelompok prasarana pariwisata adalah:

a. Perhubungan diantaranya : jalan raya, jembatan, rel kereta api, stasiun, pelabuhan udara/bandar udara, pelabuhan laut, terminal bus.

b. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.

c. Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, internet, telegraf, radio, televise, kantor pos.

d. Pelayanan kesehatan baik itu puskesmas, klinik, serta rumah sakit.. e. Pelayanan wistawan baik itu berupa pusat informasi ataupun kantor

pemandu wisata.

Seorang ahli pariwisata, Kreck dalam bukunya yang berjudul “International Tourism” mengatakan: “... Prasarana dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu yang pertama Prasarana perekonomian seperti: pengangkutan, komunikasi, perbankan, dan lain sebagainya. Dan yang kedua Prasarana Sosial seperti: sistem pendidikan, pelayanan kesehatan, faktor keamanan, dan lain sebagainya”. Sedangkan Wahab dalam bukunya yang berjudul “Tourism Management” mengatakan :

Prasarana dibagi atas tiga bagian, yaitu:

1. Prasarana umum, seperti air bersih, jalan raya, listrik, dan lain-lain. 2. Prasarana kebutuhan masyarakat, seperti kantor polisi, rumah sakit,

kantor pos, dan lain-lain.

3. Prasarana kepariwisataan yaitu kegiatan usaha yang memberikan pelayanan kepada wisatawan diantaranya:

a. Receptive Tourist Plan (badan usaha yang mengurus kedatangan wisatawan)

b. Recreative and Supportive Tourist Plan (semua bentuk fasilitas olahraga)

c. Residential Tourist Plan (fasilitas yang disediakan untuk menampung wisatawan).

Pembangunan prasarana pariwisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan aksebilitas suatu objek wisata yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya tarik objek wisata itu sendiri. Disamping berbagai kebutuhan


(42)

yang telah disebutkan diatas, kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata, seperti apotik, pom bensin, pusat perbelanjaan, bank, dan lain sebagainya.

2.5 Pengertian Industri Pariwisata

Jika mendengar kata industri kebanyakan orang akan merespon seperti bangunan pabrik terstuktur, memiliki banyak buruh serta ada pengelolahan barang barang mentah menjadi barang siap pakai dari mesin mesin besar selayaknya di pabrik pada umumnya, tapi industri pariwisata dikatakan demikian karena di dalamnya terdapat berbagai aktifitas yang bisa menghasilkan produk berupa barang dan jasa. Dari itu maka perlu digarisbawahi bahwasanya industri pariwisata yang dimaksud disini ialah bentuk usaha-usaha jasa maupun barang yang dinikmati wisatawan selama melakukan perjalanan wisata kesuatu negara maupun daerah.

Uraian di atas sesuai dengan konsep industri pariwisata yang dikemukakan oleh beberapa ahli, seperti Yoeti (1996: 153) mengatakan: “… Industri pariwisata sebagai kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods and service) yang dibutuhkan para wisatawan pada khususnya dan traveler pada umumnya, selama dalam perjalanannya”. (Kusudianto Hadiroto, 1996 :11) juga mengatakan: “… Pengertian tentang industri pariwisata yang lainnya adalah suatu susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta yang terkait dalam pengembangan produksi dan pemasaran produk suatu layanan yang memenuhi kebutuhan dari orang yang sedang bepergian. Pengertian lain yang sejalan dengan uraian diatas tentang industri


(43)

pariwisata seperti yang dikemukakan Hunzleker dalam Pendit, (1994:38) yang mengatakan: “… Industri pariwisata adalah semua usaha dengan menggabungkan berbagai jenis produksi, penyediaan barang barang dan jasa seperti pelanyanan khususnya untuk orang orang yang senang bepergian”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa industri pariwisata adalah kumpulan dari bermacam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa yang dibutuhkan oleh wisatawan maupun traveler selama dalam perjalanannya.

Pengertian dari pariwisata akan lebih jelas bila kita mempelajari dari jasa maupun produk yang dijual ke wisatawan mulai dari meninggalkan tempat asal semula wisatawan hingga menuju tempat yang diinginkan atau tujuan akhir perjalanan wisatanya sampai lagi kembali ketempat tinggalnya semula.

Agar kita dapat gambaran betapa banyaknya kebutuhan-kebutuhan wisatawan dalam melakukan perjalanan, jasa jasa yang ia gunakan pun pasti produk yang berbeda beda fungsi dan kegunaannya, untuk itu sangat diharapkan peranan penting dari industri pariwisata ini agar senantiasa wisatawan pun dapat terlayani sesuai pengharapan yang diinginkan. Adapun yang termasuk industri pariwisata adalah: Tour operation, Akomodasi, Transportasi, Toko, Kebutuhan pribadi, Toko souvenir, Money changer, Hiburan.


(44)

2.6 Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata

2.6.1 Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata

Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan aktifitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah/tempat tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan semata-mata hanya merupakan sumber daya potensial dan belum dapat di sebut sebagai daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu. Misalnya penyediaan aksesibilitas atau fasilitas, oleh karena itu suatu daya tarik dapat dimanfaatkan sebagai daya darik wisata.

Pengertian objek wisata secara umum menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24/1979, tentang penyerahan sebagian urusan pemerintah dalam bidang kepariwisataan pada Daerah Tingkat I menyebutkan:

1. Objek Wisata adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya, serta sejarah bangsa dan temoat atu keadaan alam yang mempunyai daya tarik wisata bagi wisatawan untuk dikunjungi.

2. Atraksi Wisata adalah semua yang diciptakan manusia berupa penyajian kebudayaan seperti tari-tarian, kesenian rakyat, upacara adat, dan lain-lain. Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa objek dan atraksi wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik bagi wisatawan agar mau berkunjung ke daerah tersebut. Untuk mengembangkan objek wisata yang telah ada, pemerintah telah melakukan usaha pembenahan, misalnya di bidang prasarana yaitu dengan membangun dan merhabiliasi jalan-jalan menuju objek wisata.

Objek wisata juga harus memiliki kriteria agar dapat diminati para pengunjung. Seperti yang dikatakanYoeti, (1985 :164) menyebutkan:

Suatu objek wisata harus memenuhi tiga kriteria agar objek tersebut diminati pengunjung, yaitu:


(45)

a. Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa di lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.

b. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana. c. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada

umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh.

Objek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik suatu area/daerah tertentu, kepariwisataan sulit untuk dikembangkan. Pariwisata biasanya akan lebih berkembang atau dikembangkan, jika di suatu daerah terdapat lebih dari satu jenis objek dan daya tarik wisata. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam pengembangan suatu daya tarik wisata yang berpotensial harus dilakukan penelitian, inventarisasi, dan dievaluasi sebelum fasilitas wisata dikembangkan di suatu kawasan tertentu. Hal ini penting agar perkembangan daya tarik wisata yang ada dapat sesuai dengan keinginan pasar potensial dan untuk menentukan pengembangan yang tepat dan sesuai.

2.6.2 Jenis-Jenis Objek dan Daya Tarik Wisata

Terdapat banyak jenis daya tarik wisata dan dibagi dalam berbagai macam sistem klasifikasi. Secara garis besar daya tarik wisata dibagi ke dalam tiga jenis: daya tarik alam, daya tarik budaya, daya tarik buatan manusia. Objek dan daya tarik wisata berupa alam, budaya, tata hidup, dan lainnya yang memiliki nilai jual untuk dikunjungi ataupun dinikmati oleh wisatawan, sekaligus juga merupakan sasaran


(46)

utama wisatawan dalam mengunjungi suatu daerah atau negara. Menurut undang-undang No.9 tahun 1990 bab III pasal 4 tentang kepariwisataan menyebutkan:

Objek dan daya tarik wisata dibagi menjadi dua jenis. Adapun bunyi pasal tersebut adalah:

1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna.

2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggal purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, agrowisata, taman rekreasi, dan tempat hiburan.

Selanjutnya Yoeti (1996:174-176) mengatakan ada beberapa hal yang menjadi daya tarik bagi orang yang mengunjungi suatu daerah. Hal-hal tersebut adalah:

1. Benda-benda yang tersedia di alam semesta yang dalam istilah pariwisata disebut natural amenities. Termasuk dalam kelompok ini adalah: Iklim, Bentuk tanah dan pemandangan, Hutan belukar, Flora dan fauna, Pusat kesehatan.

2. Hasil ciptaan manusia dalam istilah pariwisatanya disebut man made supply yang berupa benda-benda sejarah, kebudayaan dan keagamaan. 3. Tata hidup masyarakat (way of life) Membicarakan objek dan atraksi

wisata baiknya dikaitkan dalam pengertian produksi dan industri pariwisata itu sendiri. Hal ini dianggap perlu karena sampai sekarang ini masih dijumpai perbedaan pendapat antara para ahli mengenai pengertian produk industri pariwisata dari satu pihak dan atraksi wisata pihak lain.

2.7. Pengertian Ekowisata

Kata wisata (tourism) pertama kali muncul dalam Oxford English Dictionary pada tahun 1811, yang menyatakan atau menerangkan tentang perjalanan untuk mengisi waktu luang. Orang yang pertama kali membuat sebuah petunjuk perjalanan adalah Aimeri de Picaud yang mempublikasikan bukunya pada tahun 1130 tentang perjalannya ke Spanyol. Awalnya, perjalanan atau ekspedisi ilmu pengetahuan, studi antropologi dan budaya serta keinginan-keinginan untuk melihat bentangan alam yang indah.


(47)

Sampai pertengahan abad ke-12 pertumbuhan wisata sangat rendah. Selanjutnya, dalam abad ke-18 dan ke-19 kebutuhan wisata mulai meningkat. Pertumbuhan tersebut sangat dipengaruhi oleh revolusi industri. Tahun 1841 industri wisata di Inggris mulai dijalankan, sementara Amerika memulai industri wisata tahun 1950-an.

Perkembangan wisata selanjutnya semakin menggembirkan, pada tahun 1984 sebuah perusahaan penerbangan Amerika Pan America World Airways memperkenalkan tourism class pada penerbangannya. Di sini, mass tourism mulai berkembang dengan adanya transportasi udara. Tujuan perjalanan mulai beralih ke negara berkembang. Tahun 1970, arus kunjungan dari negara maju ke negara berkembang sudah mencatat angka 8%. Pertumbuhan wisatawan ke negara berkembang semakin menjanjikan, ketika tahun 1980 arus kunjungan wisatawan ke negara berkembang mencapai 17% dan tahun 1990 mencapai angka 20%. Tahun 1990 industri wisata dipandang sama nilainya dengan industri minyak.

Perkembangan wisata secara besar-besaran pada awalnya diyakini tidak menggangu lingkungan dan tidak menimbulkan polusi. Namun, banyak temuan-temuan yang mengindikasikan bahwa aktivitas wisata sangat merugikan ekosistem, terutama ekosistem destination wisata setempat. Pertentangan dan pertumbuhan wisatawan yang besar dan tidak terkontrol telah mendorong laju kerusakan habitat dan erosi pantai. Dampak tidak langsung lainnya diyakini eksploitasi terhadap bentuk-bentuk kehidupan yang ada di daerah wisata.

Ekowisata lebih populer dan banyak digunakan dibanding dengan terjemahan yang seharusnya dari istilah ecotourism yaitu ekoturisme. Terjemahan yang


(48)

seharusnya dari ecotourism adalah wisata ekologis. Yayasan Alam Mitra Indonesia (1995) membuat terjemahan ecotourism dengan ekoturisme. Di dalam tulisan ini dipergunakan istilah ekowisata yang banyak digunakan oleh para rimbawan. Kemudian Nasikun (1999), mempergunakan istilah ekowisata untuk menggambarkan adanya bentuk wisata yang baru muncul pada dekade delapan puluhan.

Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun, pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia.

Defenisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) yang menyebutkan: “... Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat”. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pencinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, di samping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga.

Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk ekowisata ini berkembang karena banyak digemari oleh wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area alami yang dapat menciptakan kegiatan bisnis. Ekowisata kemudian didefenisikan oleh (Eplerwood, 1999) sebagai berikut: “... Ekowisata adalah bentuk baru dari perjalanan


(49)

bertanggungjawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata”.

Dari defenisi ini dapat dimengerti bahwa ekowisata dunia telah berkembang sangat pesat. Ternyata beberapa destinasi dari taman nasional berhasil dalam mengembangkan ekowisata ini. Bahkan di beberapa wilayah berkembang suatu pemikiran baru yang berkait dengan pengertian ekowisata. Fenomena pendidikan diperlukan dalam bentuk wisata ini.

Hal ini seperti yang didefenisikan oleh Australian Department of Tourism (Black, 1999) yang menyebutkan: “... Ekowisata adalah wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis”. Defenisi ini memberi penegasan bahwa aspek terkait tidak hanya bisnis seperti halnya bentuk pariwisata lainnya, tetapi lebih dekat dengan pariwisata minat khusus, alternative tourism atau special interest tourism dengan obyek dan daya tarik wisata alam.

Hal serupa juga telah berkembang secara cepat dan luas dalam kegiatan bisniskepariwisataan dan muncul kemasan ecotourism. Gagasan ini menekankan keramahan terhadap lingkungan. Suatu kegiatan sekecil apapun harus dilaksanakan pada tempat yang tepat sesuai dengan perencanaan dan peruntungan ruang, karakteristik dan daya dukung ruang direncanakan secermat-cermatnya, dihitung kuantitas dengan kualitas dampaknya dan dilengkapi mekanisme pencegahan, pengolahan dan pemilihan dampak. Kegiatan-kegiatan yang diperkirakan dampaknya sedemikian luas dan berbahaya atau bahkan tidak dapat diperkirakan, parsial maupun akumulatif jangka pendek maupun jangka panjang harus dibatalkan atau paling tidak


(50)

ditunda dan hanya kegiatan yang tidak berdampak atau skala dampaknya kecil yang boleh dilanjutkan.

Kegiatan bisnis kepariwisataan yang bertolak dari kebijakan pertumbuhan ekonomi (economic growth) ternyata merupakan motor penghancuran lingkungan yang sangat menakutkan dorongan untuk memperoleh pertumbuhan yang setinggi-tingginya, dolar sebanyak-banyaknya, melahirkan desain gerakan kepariwisataan, dan telah menjadi kendaraan kolusi pemerintah pelaku bisnis, disengaja ataupun sekedar komando atasan untuk mengeksploitasi lingkungan (Putra, 2001:7).

2.7.1. Hubungan Ekowisata dengan Pariwisata

Hubungan ekotourism dengan pariwisata adalah sebuah kunjungan suatu daerah untuk menikmati pemandangan alam dan lingkungan yang masih alami tanpa ada unsur-unsur buatan manusia, namun tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan ekotourism cenderung terjadi pada daerah alami dengan binatang-binatang atau populasi lingkungan dimana penduduk asli tinggal. Oleh karena itu diperlukan hubungan kerjasama yang baik antara masyarakat dengan instansi yang mengelola ekotorism di daerah tersebut untuk dapat mengembangkan ekotourism dengan baik.

2.7.2. Hubungan Ekowisata dengan Masyarakat

Masyarakat yang terdapat di sekitar kawasan konservasi tersebut penting dan sangat berperan dalam keberhasilan suatu objek wisata alam. Oleh karena itu masyarakat setempat harus dilibatkan dalam setiap proses atau perencanaan pembentukan, dan pelaksanaan proyek pengembangan ekotourism yang berlokasi di tempat tersebut dengan cara mengintegrasikan masyarakat lokal sebagai mitra sejajar


(51)

dalam desain, pelaksanaan dan setiap aspek yang menggunakan lahan sumber daya alam setempat.

Untuk maksud tersebut harus dibina interaksi sosial yang baik dan saling menguntungkan antara pengelola ekotourism dengan masyarakat yang berdomisili di sekitar objek wisata tersebut, karena dengan mengikutsertakan masyarakat dalam ekotourism berarti menciptakan timbulan rasa memiliki masyarakat setempat sehingga masyarakat turut menjaga dan memelihara kelangsungan sumber daya alam yang ada karena tanpa peran serta masyarakat setempat dalam proses pengembangan ekotourism tersebut akan mengalami kendala (Anwar, 1997:7).


(52)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Kabupaten Simalungun merupakan daerah otonom yang cukup banyak memiliki kekayaan sumber daya alam yang membutuhkan pengembangan maksimal. Pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Simalungun memiliki arti yang sangat penting dan strategis. Sektor pariwisata merupakan sektor andalan yang diharapkan mampu mendukung perkembangan pembangunan daerah.

Pengembangan kepariwisataan berkaitan erat dengan pelestarian nilai-nilai budaya dan pengembangan budaya lokal, serta memanfaatkan seluruh potensi alam yang ada. Pemanfaatan bukan berarti merubah secara total, tetapi mengelola potensi dengan mempertimbangkan keharmonisan dan keberlanjutan, sehingga pembangunan dapat melestarikan potensi yang ada. Selain itu, masyarakat mendapat kontribusi ekonomi. Salah satu aset kepariwisataan Kabupaten Simalungun yang sangat potensial adalah kawasan wisata Batu Hoda.

Kawasan wisata Batu Hoda pada saat ini tidak begitu diperhatikan oleh pemerintah setempat, terutama sarana jalan. Kondisi menuju destinasi kurang memadai. Hal ini dapat dilihat sepanjang jalan mulai dari simpang tiga tugu perjuangan sampai ke destinasi banyak ditemui aspal jalan yang rusak dan terkelupas. Kondisi jalan ini membuat waktu tempuh semakin lama. Pengemudi dan penumpang kendaraan juga kurang nyaman, karena pengemudi dan penumpang


(53)

kendaraan selalu berguncang. Sehingga wisatawan merasa lelah dan letih. Akibatnya wisatawan tidak lagi menikmati masa berkunjungnya.

Infrastruktur pendukung dikawasan Batu Hoda masih kurang memadai. Hal ini dapat dilihat dari kondisi toilet yang hanya memiliki tiga bentuk bangunan sehingga para wisatawan pun harus antri ketika jumlah kunjungan yang ramai. Begitu juga dengan area parkir yang masih berkapasitas kecil. Pengendara bus tidak bisa begitu leluasa bebas untuk memarkirkan kendaraannya. Demikian halnya warung makan dan kios souvenir pun masih kurang banyak dan layak. Namun penginapan dikawasan Batu Hoda sudah termasuk baik adanya, tetapi masih perlu dikembangkan, karena fasilitas dikamar, seperti TV, AC, dan kamar mandi masih belum tersedia. Hanya saja tempat tidur dan bangku yang disediakan pengelolah.

Batu Hoda merupakan salah satu kawasan pantai alam di kabupaten Simalungun. Batu Hoda ini terletak di Desa Tiga Ras Kecamatan Dolok Pardamean. Batu Hoda memiliki potensi yang cukup memadai untuk dikembangkan. Kawasan objek wisata Batu Hoda di hadapkan dengan pemandangan Danau Toba (danau vulkanik terbesar di Asia Tenggara), serta memiliki batu batu besar. Biasanya para wisatawan banyak berkunjung pada akhir pekan, hari besar dan pada waktu hari libur. Para wisatawan datang dari kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Simalungun, kota Pematang Siantar, Kabupaten Samosir, kota Medan dan daerah lainnya.

Selain potensi alam, kawasan Batu Hoda juga memiliki Sumber Daya Budaya yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata, yaitu ramah tama, sopan santun, acara adat pernikahan, dan konsep Dalihan Natolu. Dalihan


(54)

natolu dijadikan sebagai acuan sistem kemasyarakatan Batak Simalungun. Semua potensi alam, budaya serta kehidupan masyarakat desa Tigaras merupakan modal utama untuk menarik masuk para wisatawan untuk berkunjung.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membuat kertas karya yang berjudul “Pengembangan Kawasan Obyek Wisata Batu Hoda di Kabupaten Simalungun”.

1.2 Batasan Masalah

Pada dasarnya metode penulisan kertas karya perlu diadakan batasan masalah dengan tujuan agar kertas karya tersebut terarah dan tidak menyimpang dari tujuan semula. Adapun batasan masalah dalam kertas karya ini adalah:

1. Bagaimana sarana dan prasarana pariwisata di Objek Wisata Batu Hoda ? 2. Bagaimana peranan pemerintah, masyarakat dan industri pariwisata

mempromosikan objek wisata Batu Hoda ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun Tujuan dari pembuatan judul ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana sarana dan prasarana pariwisata di Objek Wisata Batu Hoda.

2. Untuk mengetahui peranan pemerintah, masyarakat dan pelaku industri pariwisata mempromosikan objek wisata Batu Hoda.


(1)

ABSTRAK

Kabupaten Simalungun sebagai salah satu kabupaten terbesar di Propinsi Sumatera Utara yang memiliki berbagai ragam sumber daya alam dan budaya sebagai objek dan daya tarik wisata. Salah satu objek wisata di Kabupaten Simalungun adalah objek wisata Batu Hoda di Kelurahan Tigaras Kecamatan Dolok Pardamean yang sampai sekarang masih minim dalam pengembangannya. Padahal objek wisata Batu Hoda memiliki potensi yang memadai untuk dikembangkan sebagai objek wisata andalan di Kabupaten Simalungun. Dengan bertambahnya kawasan objek wisata di kabupaten simalungun harapannya Kabupaten Simalungun dapat menjadi tujuan wisata yang “Handayani” yaitu daerah tujuan wisata yang berdaya guna, berhasil guna dan handal.


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan kertas karya yang berjudul “Pengembangan Kawasan Objek Wisata Batu Hoda di Kabupaten Simalungun” ini dengan baik. Guna memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi D-III Pariwisata, Bidang Keahlian Usaha Wisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini. Dengan segala keiklasan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Arwina Sufiki, S.E., M.Si., selaku ketua Program Studi D-III

Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Solahuddin Nasution, S.E., MSP., selaku Koordinator Praktek

Bidang Keahlian Usaha Wisata Program Studi D-III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Drs. Jhonson Pardosi, M.Si., Ph.D., selaku dosen pembimbing

yang telah banyak memberikan bimbingan dan bantuan kepada penulis hingga selesainya kertas karya ini.

5. Bapak Drs. Ridwan Azhar. M.Hum, selaku dosen pembaca yang telah


(3)

6. Seluruh staff pengajar Program Studi D-III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama duduk di bangku perkuliahan.

7. Kepada teman-teman dari komunitas BBM Horas Manik, Goklas

Nainggolan, Maria Manao dan Johandi Sinaga, yang memberikan dukungan berbentuk forum diskusi selama ini.

8. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis Marianus Simbolon dan

Nurmina Malau yang senantiasa memberikan perhatian dan doa serta menjadikan penulis pribadi yang mandiri.

9. Serta seluruh mahasiswa angkatan 2012 jurusan Usaha Wisata.

Penulis menyadari, dalam penulisan kertas karya ini, masih banyak kekurangan dan kesalahan baik itu teknik penulisan maupun materi yang di sajikan, mengingat kemampuan yang dimiliki oleh penulis masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi penyempurnaan penyelesaiaan kertas karya ini.

Demikianlah harapan penulis dan semoga kertas karya ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan,sehingga tujuan yang direncanakan dan yang segala diharapkan dapat tercapai.

Medan, Januari 2016 Penulis,

Nim : 1222204072 Jahotben Simbolon


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2. Batasan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penulisan ... 3

1.4 Manfaat Penulisan ... 4

1.5 Metode Penulisan ... 4

1.6 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II : URAIAN TEORITIS 2.1. Sejarah Perkembangan Pariwisata ... 7

2.2. Pengertian Pariwisata ... 9

2.3. Pengertian Wisatawan ... 12

2.4. Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata ... 13

2.4.1 Pengertian Sarana Pariwisata ... 13

2.4.2 Pengertian Prasarana Pariwisata ... 14

2.5. Pengertian Industri Pariwisata ...………... 16


(5)

2.6.1 Pengertian Wisata dan Daya Tarik Wisata ... 18

2.6.2 Jenis-Jenis Objek dan Daya Tarik Wisata ... 19

2.7. Pengertian Ekowisata ... 20

2.7.1 Hubungan Ekowisata dengan Pariwisata ... 24

2.7.2 Hubungan Ekowisata dengan Masyarakat ... 24

BAB III : GAMBARAN UMUM KABUPATEN SIMALUNGUN 3.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah ... 26

3.2. Kependudukan ... 29

3.2.1 Etnis Simalungun ... 29

3.2.2 Penduduk ... 29

3.2.3 Agama ... 30

3.2.4 Mata Pencaharian ...………... 31

3.3. Sarana dan Prasarana Kabupaten Simalungun ... 32

3.3.1 Kondisi Jalan ...………... 32

3.3.2 Angkutan Laut ...……....………... 33

3.3.3 Pendidikan ...……... 33

3.3.4 Kesehatan …...………... 35

3.4 Fasilitas Sarana dan Prasarana Kepariwisataan…...………... 36

3.5 Kecamatan Dolok Pardamean ...…..………... 38

BAB IV :PENGEMBANGAN KAWASAN OBJEK WISATA BATU HODA DI KABUPATEN SIMALUNGUN 4.1. Pengembangan Objek Wisata Batu Hoda …...……... 40


(6)

4.2. Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Batu Hoda ...…... 42

4.3. Pengembangan Transportasi di Kawasan Objek Wisata Batu Hoda... 43

4.4. Pengembangan Fasilitas Sarana Kepariwisataan di Kawasan Batu Hoda ... 45

4.4.1. Kondisi Penginapan ... 46

4.4.2. Kondisi Rumah Makan ... 47

4.4.3. Kondisi Kios Souvenir ... 48

4.4.4. Kondisi Pendopo ... 49

4.4.5. Kondisi Kamar Mandi ... 50

4.4.6. Kondisi Area Parkir ... 51

4.5. Peranan Pemerintah Dearah Dalam Pengembangan Kawasan Objek Wisata Batu Hoda ... 51

4.6. Tanggapan Masyarakat Desa Tentang Adanya Kawasan Objek Wisata Batu Hoda ... 52

BAB V : PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 54

5.2. Saran ...………..………...….…. 55 DAFTAR PUSTAKA