Resensi Buku Pedoman Ringkas Berteologi

Thalia Thamsir

00000010641

14 IMM1 B

Pedoman Ringkas Berteologi
Buku Pedoman Ringkas Berteologi menawarkan pengenalan singkat bagi pendatang baru
untuk mempelajari teologi. Tidak hanya berkaitan dengan konten dan metode, Kapic menyoroti
nilai dan pentingnya studi teologis, mengeksplorasi keterampilan, sikap dan praktek-praktek
spiritual yang dibutuhkan oleh orang-orang yang terjun dalam dunia teologi. Melalui buku ini,
Kapic megingatkan bahwa para teolog harus belajar cara menjadi bijak, dan melakukan teologi
dengan menghindari penyembahan berhala, mengakui dosa dan keterbatasan manusia, serta
mengembangkan karakteristik dari kehidupan dan pikiran melalui pekerjaan Roh Kudus. Kapic
membagi buku Pedoman Ringkas Berteologi ke dalam dua bagian besar. Bagian satu membahas
alasan mempelajari teologi dan bagian dua mengkaji mengenai ciri teolog yang setia.
Bab I: Mengapa Belajar Teologi?
Setiap orang yang berdiskusi tentang Allah, berarti ia telah ikut berteologi karena istilah
“teologi” berasal dari kata theos (Allah) dan logos (Ilmu). Menurut Kapic (2014) teologi adalah
aspek pemikiran dan percakapan untuk semua yang hidup dan bernafas, yang bergumul dan takut,
yang berharap dan berdoa (hh. 7-8). Berteologi membuat seseorang mengenal dan bertumbuh dalam

pengenalan akan Allah. Dengan bertumbuh dalam pengenalan akan Allah, maka seseorang dapat
mengubah cara pandangnya akan segala sesuatu. Pengenalan akan Allah ini bukanlah pengenalan
secara intelektual semata, tetapi juga penuh gairah dan kasih sayang yang dapat mempengaruhi diri
orang tersebut dan relasinya dengan Allah. Agustinus menyatakan bahwa rasionalitas dapat
dianggap mulia, tetapi ada sesuatu yang lebih mulia dan agung dari akal budi yakni sang kebenaran
Yesus Kristus. Hanya melalui pengenalan dan relasi dengan Yesus, orang dapat mengalami
kenikmatan sejati sehingga pengetahuan dan penikmatan akan Allah tidak dapat dipisahkan.
Sebuah keinginan untuk mengenal Allah lebih intim merupakan prasyarat untuk berteologi.
Kapic mengibaratkan teologi sebagai "ziarah" karena pengetahuan seseorang akan Dia sedang
berlangsung dan terbatas. Semua teologi yang baik dan setia datang dari Allah sehingga harus
penuh iman dan hanya dapat dimungkinkan oleh karunia Roh Kudus. Lewat bukunya, Kapic
menghimbau orang percaya untuk tidak pernah menyerah pada teologi dan mempercayakan
sepenuhnya dengan bersandar pada Tuhan, bukan pada diri mereka sendiri.
Bab II: Ciri Teologi dan Teolog yang Setia
Pada bagian kedua, Kapic mengkaji tujuh karakteristik teologi yang setia: ketidakterpisahan
hidup dan teologi; akal budi yang setia; doa dan studi; kerendahatian dan pertobatan; penderitaan,
keadilan dan pengenalan akan Allah; tradisi dan komunitas; serta mencintai Alkitab. Ketika
membahas hidup dan teologi yang tidak terpisahkan, Kapic menyatakan bahwa para teolog yang
ideal ditandai dengan persiapan rohani dan studi yang mendalam akan Allah. Kapic
menggarisbawahi nilai pemeliharaan rasa peduli, rendah hati dan respon akan hadirat Allah. Diskusi


Thalia Thamsir

00000010641

14 IMM1 B

teologi bukan satu-satunya cara yang dipakai untuk memperoleh pengenalan akan Allah. Dalam
pembahasan akal budi yang setia, terdapat relasi antara iman dan akal budi. Teologi yang setia tidak
menyangkali perenungan rasional karena akal budi bekerja melayani iman dan karena itu akal budi
akan berfungsi benar apabila dipenuhi dengan iman.
Sifat ketiga adalah doa dan studi. Doa memungkinkan teologi yang setia. Studi memberi
masukkan bagi doa, dan doa menghidupi studi sehingga teologi yang setia menuntut studi yang
berdoa. Selanjutnya, penulis mengklaim bahwa kerendahatian dan pertobatan harus dimiliki oleh
teolog yang setia, karena teolog merupakan orang berdosa dan sepenuhnya tergantung pada kasih
karunia. Pertobatan tidak hanya dapat mengubah tindakan tetapi juga akal budi dan pemikiran yang
lemah akan Allah. Pada karakteristik kelima “penderitaan, keadilan dan pengenalan Allah” Kapic
menegaskan bahwa pembicaraan teologis dan ibadah adalah kosong apabila teologi tersebut tidak
mencerminkan kasih Allah dan merenungkan nilai yang Ia beri pada orang yang membutuhkan.
Mengenal Allah berarti mengasihi Allah yang membawa manusia untuk mengasihi sesamanya.

Pada ciri keenam “tradisi dan komunitas”, Kapic dengan efektif menunjukkan bahwa teologi
bertumbuh paling baik berada dalam konteks masyarakat. Allah memperingatkan tentang bahaya
menyalahgunakan Firman Tuhan dengan cara memisahkan Firman-Nya dari tubuh Kristus dan lebih
menekankan nilai tradisi. Kapic dengan tajam menggarisbawahi pentingnya teologi seseorang
ditinjau dan diperbaiki oleh mereka yang mengalami Allah namun tidak berarti bahwa Injil harus
direvisi untuk disesuaikan dengan perkembangan budaya dan tradisi masa kini. Kapic membalut
refleksinya tentang karakteristik kunci dari teologi yang setia yakni pentingnya menumbuhkan
semangat untuk mencintai Alkitab karena Alkitab berotoritas dan memberi hidup. Teologi dan
ibadah yang setia selalu bergantung pada Alkitab karena Allah menyatakan diri-Nya melalui Alkitab
dan Alkitab adalah jalan suara Allah bagi umat-Nya. Buku ini menyimpulkan bahwa menjadi teolog
yang baik tidaklah mudah. Untuk menjadi teolog yang baik janganlah memperlakukan perenungan
teologi Kristen seenaknya, sebab berteolog berarti merespon dan berbicara tentang Allah Yang
Maha Besar dan Agung.
Sebagai orang percaya, saya pasti memiliki teologi. Teologi mempengaruhi believe system
yang saya miliki, sehingga berdampak pada pikiran dan tindakan yang saya lakukan. Saya percaya
bahwa Allah selalu memelihara umat-Nya dan tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Believe
system tersebut mempengaruhi pikiran saya ketika saya mengalami masalah. Saat saya menghadapi
masalah, saya meresponinya dengan mengandalkan Tuhan dan percaya bahwa perkara tersebut
merupakan salah satu pemeliharaan Tuhan terhadap diri saya. Contohnya adalah ketika saya gagal
memasuki universitas negeri, saya dapat menjadi mahasiswa UPH. Menjadi mahasiswa UPH

merupakan pemeliharaan Tuhan terhadap diri saya, karena pribadi saya dibentuk dan pemikiran
saya dibukakan dengan pembelajaran teologi serta ibadah-ibadah yang saya dapatkan di UPH.