Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Ma

Prodexa Business Partner

1

Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Masyarakat Ekowisata

PRODEXA BUSINESS PARTNER

Rudy Haryanto
2014

Prodexa Business Partner
Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Masyarakat Ekowisata

First Release 2014

Implementasi
Sistem Manajemen Kinerja
Masyarakat Ekowisata

Rudy Haryanto

Prodexa Business Partner

Abstract
Ekowisata merupakan manajemen pengelolaan yang bertangung jawab pada kesinambungan
sumberdaya berdasar kaidah konservasi. Ekowisata menjadi solusi pengelolaan sumberdaya
yang sebelumnya cenderung bersifat ekslpoitatif dan merusak. Konsep tersebut penting
diterapkan di Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat diversitas alam dan budaya
tertinggi di dunia. Akan tetapi dibalik kelebihan tersebut ekowisata memiliki tantangan
implementasi tersendiri di Indonesia. Tantangan tersebut berasal dari regulasi dan kinerja
masyarakat yang berpengaruh pada posisi ekowisata dalam industri. Berbagai kelemahan
tersebut umum terjadi di Indonesia yang cenderung masih menggunakan pendekatan
konvensional untuk menjawab berbagai tantangan baru. Tantangan yang paling umum dan
paling berpengaruh terletak di aspek kinerja masyarakat. Implementasi cenderung kurang
memperhatikan manajemen yang tepat sehingga realisasi seringkali kurang sesuai dengan
Action Plan yang ditetapkan. Dengan demikian diperlukan sebuah Manajemen Tersistem
sebagai alat kontrol sekaligus navigator kinerja. Integrated Tri - Coordinate merupakan Sistem
Manajemen Kinerja (SMK) yang didesain khusus menjawab berbagai tantangan tersebut. ITC
menggunakan dasar konsep standar sistem korporasi modern yang diadaptasikan secara
khusus dalam program pemberdayaan masyarakat ekowisata. Berbagai framework dalam ITC
menjadi dasar berbagai aktivitas sistem yang meliputi pemetaan masalah, implementasi,

integrasi kinerja hingga duplikasi. Melalui penerapan ITC diproyeksikan menambah valuitas
kinerja berbagai program pemberdayaan masyarakat menjadi lebih akurat, efektif dan efisien.

Jurnal Manajemen Teknologi

2

Prodexa Business Partner
Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Masyarakat Ekowisata

I.

PENDAHULUAN
Inti ekowisata adalah pengelolaan sumberdaya secara adil dan berkesinambungan agar tetap
memiliki valuitas di masa depan. Ekowisata memiliki tiga prinsip yang meliputi pilar economy,
ecology dan equality. Pilar Economy mengedepankan keuntungan finansial dan keterlibatan
masyarakat penyangga. Pilar Ecology mengedepankan kelestarian lingkungan dan budaya.
sedangkang pilar Equality adalah kemerataan bagi seluruh stakeholder.
Secara Global Ekowisata mengalami perkembangan sejak 1980-an. Factor utama di dasari
tingginya tingkat pemahaman kaidah konservasi dari berbagai pihak, baik institusi, industri

hingga pasar wisata. Perkembangan tersebut melahirkan berbagai komitmen global disertai
kinerja berbagai organisasi yang khusus di dalamnya. Lembaga yang hingga saat ini menaungi
ekowisata

meliputi

Commision

of

Sustainable

Development

(CSD),

United

Nasion


Environtment Program (UNEP, 2002), Japan International Cooperation Agency (JICA,
Okinawa) serta dari United Nation World Tourism Organization (UN-WTO).

Small Group
Tourism
New Wave
Tourism
Concept

Mass Tourism
1945

198
0

201
0

Sumber : Chalid
Fandeli

Beberapa Negara sukses menjalankan Ekowisata melalui perhatian dan kebijakan khusus
ekowisata. Destinasi ekowisata (wisata alam) Australia berhasil mendatangkan 46% dari total
kunjungan wisata asing. Thailand Sukses mendapat kunjungan 67% wisatawan domestik dan
36% turis asing. Vietnam di kisaran 50% wisatawan domestik dan 30%turis asing. Sedangkan
Malaysia dengan jargon Truly Asia berhasil mendatangkan 7 hingga 10 persen ekowisata
dan14 persen wisata adventure.
Tingginya tingkat kepunahan diversitas hayati dan budaya menyebabkan Indonesia menjadi
obyek perhatian penting ekowisata. Indonesia memiliki regulasi tentang konservasi dari
berbagai lembaga yang meliputi Kementrian Kehutanan, Mendagri, Pariwisata hingga
Bappenas (IBPS). Indonesia juga menjadi obyek komitmen global dari lembaga internasional
yang meliputi WWF, Unesco, ILO, JICA hingga Green Peace. Akan tetapi perkembangan
ekowisata di Indonesia cenderung tertinggal. Dengan demikian perlu langkah penting
meningkatkan perekonomian masyarakat tanpa harus berimplikasi buruk pada sumberdaya
yang ada.

Jurnal Manajemen Teknologi

3

Prodexa Business Partner

Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Masyarakat Ekowisata

II.

RUMUSAN MASALAH
REGULASI
Regulasi menjadi tantangan utama implementasi. Berbagai keluaran Undang Undang bersifat
makro minim proyeksi teknis sebagai landasan kontrol. Faktor tersebut berimbas pada
minimnya pemahaman Institusi atas teknis ekowisata yang justru menjadi beban birokrasi
tersendiri. Regulasi juga berpengaruh pada kinerja operasional masyarakat. Berbagai regulasi
program sebatas menjadikan masyarakat sebagai obyek pasif. Masyarakat dibekali variable
usaha sebatas pada ranah operasional saja. Sedangkan ranah pengembangan, hubungan,
pemasaran hingga proses bisnis yang berjalan, sepenuhnya masih dikendalikan pemerintah.
Ketidak-mandirian tersebut menyebabkan Institusi terus menerus mendorong kinerja
masyarakat agar tetap berjalan sesuai Action Plan. Dengan demikian, semakin berkembang
program, semakin banyak PR yang harus dikerjakan pemerintah.
Efek lemahnya regulasi juga berpengaruh pada Industri. Minimnya proteksi dan prioritas
Undang Undang ekowisata menyebabkan Industri Pariwisata masih berkiblat di mass-tourism.
Pola industri tersebut mengedukasi aktivitas usaha dan investasi hanya bergerak di sektor riil
saja. sehingga kurang berpihak pada masyarakat dan sumberdaya alam.

KINERJA OPERASIONAL
Masyarakat Indonesia memiliki karakteristik makro yang terbentuk oleh berbagai faktor politik,
edukasi, sosio-cultural hingga modernisasi. Faktor tersebut mengedukasi orientasi jangka
pendek masyarakat dalam mengelola sumberdaya Negara. Masyarakat cenderung hanya
mengambil keuntungan jangka pendek tanpa mempertimbankan efek jangka panjang.
Minimnya skill, pengetahuan dan minimnya kesadaran pengembangan diri adalah efek domino
dari orientasi tersebut. Implikasi fatal yang terjadi adalah minimnya kualitas layanan pada
wisatawan yang berimbas pada semakin menurunnya grafik kunjungan.
Faktor Kinerja Operasional juga menjadi faktor penerimaan Industri Pariwisata atas Ekowisata.
Ekowisata sulit mendapat akses investasi. Pendana meragukan likuiditas dan profitabilitas
program ekowisata. Sehingga berbagai program cenderung hanya direalisasikan secara mikro
perorangan dibawah naungan institusi.
Kelebihan Ecotourism
Kesinambungan pada sumberdaya (konservasi)
Manfaat penuh pada masyarakat
Afiliasi pada berbagai pihak dan kepentingan
Peluang perubahan orientasi pasar
Cenderung ramah modal
Penuh dukungan sosial dari berbagai stakeholder
Minim kompetitor, cenderung saling bekerjasama

Minim orientasi anggaran
Cenderung memiliki otoritas pada pelanggan

Kelemahan Ecotourism
Kesulitan akses Investasi
Ketidak jelasan realisasi Sektor Riil
Pemasaran terbatas pada segment tertentu
Minim Pasar Jangka Pendek
Manajemen cenderung kurang terstruktur
Kinerja keuangan rumit
Kurang terlibat dalam industri pariwisata
Minim marketshare
Cenderung terotorisasi lembaga
Tabel Kelebihan dan Kekurangan Ekowisata

Jurnal Manajemen Teknologi

4

Prodexa Business Partner

Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Masyarakat Ekowisata

III.

ANALISIS PEMILIHAN SOLUSI
Indonesia cenderung menerapkan pendekatan konvensional dalam mengatasi berbagai
permasalahan Baru. Penerapan tersebut menyebabkan berbagai program sulit mengatasi
tantangan baru di luar relevansi standar. Metode tersebut hampir berlawanan dengan Swasta
yang lebih mempertimbangkan hasil daripada standar baku. Korporasi swasta lebih intens
merubah berbagai pendekatan dengan cara baru yang lebih akurat, efektif dan efisien.
Kunci perbedaan terletak pada Sistem yang digunakan. Sistem menjadi mesin operasional
berbagai aspek kinerja perusahaan. Sistem menentukan strategi, tata cara kinerja hingga
berbagai model pengukuran kinerja berkesinambungan. Dengan menerapkan sistem swasta
pada kinerja ekowisata diproyeksikan menambah valuitas hasil kinerja menjadi lebih optimal.
Diatas adalah perbandingan Implementasi sebagai Kajian.
Implementasi Sistem Tradisional
1. Kinerja masyarakat cenderung hanya ditempatkan pada ranah operasional saja. Semisal
produksi atau jasa.
2. Cenderung mendorong kinerja masyarakat terus menerus. Usaha sulit berkembang, bahkan
berhenti jika tidak didampingi

3. Cenderung hanya mengedepankan anggaran modal sebagai acuan dengan orientasi
keuntungan jangka pendek. Semisal dari cashflow harian atau pajak retribusi bulanan.
4. Kinerja masyarakat dibandingkan pada sebuah standar baku. Kontrol pengukuran harus
sesuai pakem yang sudah ditetapkan bagaimanapun hasilnya.
5. Mengedepankan sertifikasi, title akademik, jabatan atau lama waktu kerja sebagai acuan
SDM. Metode pengukururan kinerja terorientasi pada kinerja perorangan. sehingga
seringkali muncul konflik dan persaingan antar SDM.
Implementasi Sistem Modern
1. Masyarakat dilibatkan di berbagai fungsi manajemen. Pemerintah cukup mengontrol alur
kinerja dan proyeksi strategi yang bisa dijalankan.
2. Mengedepankan kemandirian serta pengembangan SDM sehingga tidak selalu mendapat
pendampingan kinerja terus menerus.
3. Mengedepankan olah data valid, strategi dan nilai sebagai acuan. Dengan demikian dapat
ditemukan berbagai target pencapaian jangka panjang. Semisal kerjasama investasi,
kerjasama program hingga integrasi program nasional dan internasional.
4. Fleksibel terhadap cara cara baru yang bisa diberdayakan sebagai media pengukuran dan
perbaikan berkesinambungan.
5. Mengedepankan Potensi dan kemampuan berkembang SDM sebagai syarat SDM dengan
metode ukur pada integrasi teamwork.


Jurnal Manajemen Teknologi

5

Prodexa Business Partner
Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Masyarakat Ekowisata

Sistem Manajemen Kinerja (SMK) adalah bentuk riil sistem. Semakin canggih penerapan SMK,
semakin berkembang program berjalan. Dengan demikian penerapan SMK menjadi solusi
utama pelaksanaan ekowisata.

IV.

SISTEM MANAJEMEN KINERJA
Sistem adalah nyawa dari keberlangsungan perusahaan. Sehat tidaknya perusahaan
tergantung bagaimana sistem tersebut berjalan. Ibarat sistem organ manusia, kerusakan satu
organ akan mempengaruhi kinerja organ yang lain. Maka dari itu, perlu adanya penerapan
kontrol SMK agar kinerja perusahaan tetap berjalan1.
Manajemen Kinerja adalah suatu proses kerja dari kumpulan orang- orang untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, dimana proses kerja ini berlangsung secara berkelanjutan dan
terus- menerus2. Manajemen kinerja merupakan suatu proses strategis dan terpadu yang
menunjang keberhasilan organisasi melalui pengembangan performansi aspek-aspek yang
menunjang keberadaan suatu organisasi3. Pada implementasinya, manajemen kinerja tidak
hanya berorientasi pada salah satu aspek, melainkan aspek-aspek terintegrasi dalam
mendukung jalannya suatu organisasi.
Pada dasarnya, SMK sudah banyak diterapkan, baik di Perusahaan, Organisasi maupun
Pemerintahan. Standar umum SMK mengadopsi standar Plan-Do-Check-Act 4. Standar tersebut
berkembang hingga hingga penerapan Balance Scorecard (BSC) 5 yang hingga saat ini menjadi
standar SMK berbagai perusahaan di seluruh dunia. Sebagai bentuk kritisi atas BSC yang
kurang melibatkan stakeholder, maka Neely merancang Performance Prism 6 Sebagai SMK
yang realibel bagi standar Public Relation.

Balance Scorecard Framework

Performance Prism Framework

1 IR. Djoko Komara, Best of the Best K-System entrepreneur workshop, Singgasana Hotel Surabaya (2008)
2 Baird (1986)
3 Direktorat Jenderal Anggaran (2008)
4 Walter Shewhart, 1930
5 Caplan & Norton, 1992
6 Neely 2002, Lunger 2006

Jurnal Manajemen Teknologi

6

Prodexa Business Partner
Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Masyarakat Ekowisata

Jurnal Manajemen Teknologi

7

Prodexa Business Partner
Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Masyarakat Ekowisata

Evolusi SMK selanjutnya dirancang oleh Wibisono, Guru Besar Manajemen Bisnis Institut
Teknologi Bandung yang mempelopori integrasi antara BSC dengan Performance Prism. SMK
tersebut bernama Integrated Performance Management System (IPMS) (Wibisono, 2006) yang
hingga saat ini terimplementasi di berbagai kinerja Perusahaan besar di Indonesia.

Framework IPMS
Sistem Manajemen Kinerja modern adalah kunci keberhasilan berbagai perusahaan dalam
memonitoring produktivitas, komunikasi strategi, memangkas biaya, evaluasi strategi bisnis,
menunjang reward system, mengontrol kegiatan operasi hingga kinerja audit hukum di luar
perspektif finansial7. SMK juga disusun sebagai sarana memenangkan kontrak. 8
Pada dasarnya SMK diberdayakan perusahaan sebatas kebutuhan atau trend. Jika SMK
diterapkan sebagai pondasi dasar Sistem Manajemen perusahaan, maka SMK mampu menjadi
dasar berbagai atribut pondasi yang meliputi AD/ART, Struktur Manajemen, Masterplan, Acuan
berbagai kebijakan pengambilan keputusan, Strategi, Proses Operasi, Manajemen Sumber
Daya ,Keuangan hingga Standar Prosedur Operasi dan standar protokol kerjasama.
Maka dari itu, dengan meramu berbagai dasar kelebihan, evaluasi kritik serta pengalaman
implementasi berbagai framework tersebut, ITC dirancang sebagai sistem yang mampu
mendasari kinerja manajemen perusahaan secara keseluruhan. Dengan kuatnya pondasi
sistem, maka kinerja perusahaan mampu menjawab berbagai tantangan operasional dengan
pendekatan lebih akurat, efektif dan efisien.
7 Research Center of Business Performance, Cranfield School of Management
8 Kennely dan Martinez (2006)

Jurnal Manajemen Teknologi

8

Prodexa Business Partner
Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Masyarakat Ekowisata

V.

INTEGRATED TRI – COORDINATE (ITC)
Integrated Tri-Coordinated (Integrasi terarah tiga sudut pandang) adalah Sistem Manajemen
Kinerja dengan match point spesifik pada berbagai aktivitas kinerja masyarakat. ITC didesain
sederhana mungkin dan mudah diaplikasikan berbagai program pemberdayaan masyarakat
tanpa mengurangi valuitas kinerja korporasi. Komponen framework dalam ITC memiliki tiga
sudut pandang penting dengan fungsi implementatif sesuai program pemberdayaan
masyarakat ekowisata. Fungsi tersebut meliputi
1. Operasional
Masyarakat terlibat di tiap tingkatan manajemen. Bukan sebatas pelaksana operasional
terbawah saja.
2. Development
Skema duplikasi mengedepankan intensitas pengembangan kualitas SDM dan kemandirian.
3. Relationship
Mengedepankan hubungan internal dan eksternal yang kokoh. kemampuan menganalisa
berbagai informasi, hingga kemampuan memperluas jaringan afiliasi.

Jurnal Manajemen Teknologi

9

Uraian Komponen Sistem
Perspektif
Aspek
Data Base

Sumberdaya
Situasi
Eksternal
Situasi
Internal

Kerangka Kerja
Fungsi Manajemen Integrasi Kinerja

Komponen Kinerja

Implementasi Fungsi Manajemen

Komponen Dasar

Aspek Kinerja
Keterkaitan
Kaji Banding
(Benchmark)
Operasional
Development
Relationship
Orientasi
Konsepsi
Orientasi
Eksekusi
Orientasi

Evaluasi

Variabel

Keterangan

SDM, SDA dan Kapital
Teknologi & Infrastruktur
Regulasi
Industri dan Pasar
Evaluasi Kinerja
Kondisi sosial
Keluaran Organisasi
Proses Internal
Manajemen Sumberdaya
Manajemen Afiliasi
Sebab Akibat
Bobot
Internal
Eksternal
Manajemen Finansial
Manajemen General Affair
Manajemen HRD
RND
Marketing Development
Manajemen Afiliasi
Press Agentry
Akurasi
Efisiensi
Fleksibilitas
Visi
Misi
Strategi
Tindakan
Keterlibatan
Keselarasan Kinerja
Workshop
Asistensi
Pengukuran
Kemandirian
Kesinambungan
Pengembangan
Mentalitas
Duplikasi
Outcome

Data ketersedian SDM baik Operasional maupun jaringan, hasil olah data SDA dan permodalan
Data ketersediaan Literatur, teknologi pendukung, workhop, asset serta infratruktur
Data analisa kondisi politik dan situasi yang berpotensi mempengaruhi kebijakan terkait usaha
Data analisa perkembangan Industri, orientasi pasar serta posisi usaha di dalamnya
Data Evaluasi kinerja yang sudah ada sebelumnya serta prediksi pemetaan masalah
Data analisa Kondisi kemasyarakatan, kesenjangan, demand, pergerakan dan sebagainya
Frame baku keluaran organisasi, baik hasil kinerja finansial maupun kinerja non finansial
Frame baku kinerja inovasi usaha, manajemen pemasaran serta proses operasi
Frame baku kinerja manajemen sumberdaya manusia, organisasi serta teknologi dan infrastruktur
Frame baku kinerja hubungan dengan stakeholder, industri, pasar serta manajemen olah data
Frame baku analisis berbagai situasi yang berpengaruh pada usaha baik peluang maupun ancaman
Frame baku analisa tingkat pengaruh yang potensial ditimbulkan oleh berbagai situasi
Frame baku perbandingan kinerja masa lalu dengan masa kini sebagai acuan strategi dan perbaikan
Frame baku perbandingan kinerja dengan ekowisata di lokasi lain atau kinerja lain terkait
Fungsi manajemen akuntansi yang meliputi neraca, untung rugi, alokasi serta administrasi
Fungsi manajemen berbagai literature, inventaris, workshop, teknologi pendukung serta infrastruktur
Fungsi manajemen pemberdayaan kinerja masyarakat, SDM kunci serta jaringan eksternal
Fungsi manajemen inovasi keseluruhan aspek baik produk, layanan hingga manajemen saran dan kritik
Fungsi pengembangan pemasaran yang meliputi pertumbuhan pasar, efisiensi serta penetrasi
Fungsi manajemen kinerja hubungan, baik ruang lingkup, kualitas hubungan serta kualitas stakeholder
Fungsi manajemen olah data isu yang mempengaruhi sekaligus publikasi dan sosialisasi usaha
Mengedepankan poin poin terpenting yang diorientasikan secara presisi sesuai sumberdaya yang ada
Mengedepankan efisiensi kinerja serta efisiensi pemberdayaan sumberdaya yang dikeluarkan
Mengedepankan kecepatan merubah pendekatan berdasar perubahan situasi, rencana cadangan
Gambaran berbagai potensi sumberdaya,kinerja dan situasi yang menjadi dasar peluang dan perbaikan
Garis besar target target yang bisa direalisasikan berdasar agenda dan kalkulasi olah data base
Pendekatan pendekatan, cara cara paling efektif dan efisien berikut langkah teknis paling realistis
Mengedepankan orientasi bertindak dari pada sebatas membahas, kinerja teragenda berdasar target
Pelibatan masyarakat dan stakeholder di tiap lini yang di kerjakan sesuai ranah kinerja masing masing
Kemitraan menyeluruh antara berbagai pihak sesuai interest dan wewenang masing masing
Pembekalan berbagai skill, mentalitas serta wawasan melalui briefing, pelatihan hingga pendalaman
Mendampingi kinerja masyarakat dan stakeholder agar bekerja sesuai SOP ataupun protokol kerjasama
Mengukur kinerja masyarakat di setiap lini sebagai bahan evaluasi, mengukur kinerja stakeholder
Menekankan kecakapan dan kemandirian masyarakat sesuai rencana berdasar sistem
Menekankan kesinambungan kinerja masyarakat, kesinambungan hubungan kerjasama serta sumberdaya
Menekankan pengembangan berbagai pihak, baik masyarakat, lokasi, stakeholder hingga sumberdaya
Diagnosa mentalitas kinerja masing masing pihak, terutama orientasi interest (jangka panjang/pendek)
Diagnosa kecakapan dan tingkat kemandirian masyarakat sebagai bahan pemetaan dan strategi
Diagnosa hasil kinerja yang diperoleh masing masing pihak, baik masyarakat, maupun stakeholder

VI.

Jurnal Manajemen Teknologi

Prodexa Business Partner
Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Masyarakat Ekowisata

MANUAL
INTEGRATED TRI-COORNIDATE
Ringkasan Penerapan SMK ITC sebagai Mesin Penggerak Kinerja Ekowisata

Jurnal Manajemen Teknologi

12

Prodexa Business Partner
Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Masyarakat Ekowisata

VII. DASAR IMPLEMENTASI
PONDASI PRINSIP
1. Paradigma Dasar
Kunci kemajuan swasta terletak pada relevansi sistem yang terus berkembang oleh persaingan.
Berbeda dengan sistem konvensional yang cenderung berpatokan pada standar baku terproteksi
otoritas. Penerapan ITC merupakan implementasi sistem swasta yang diadaptasikan pada
berbagai program pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian ITC terus mengembangkan
relevansi agar tetap memiliki daya saing.
2. Equality
Mengedepankan kemitraan menyeluruh antara manajemen, masyarakat, pemerintah dan berbagai
stakeholder. Dengan kemitraan tersebut diharapkan masing masing pihak menyadari pentingnya
mencapai visi bersama sesuai ranah kinerja masing masing.
3. Integrasi Kinerja dan Kemandirian
Mengedukasi dan melibatkan masyarakat disetiap lini

manajemen

baik

pemasaran,

pengembangan usaha, kemampuan menjalin hubungan hingga manajemen olah data analisa.
Dengan pelibatan tersebut diharapkan masyarakat semakin cakap mengelola aset mereka sendiri
dengan lebih mandiri. Kemandirian tersebut memungkinkan program semakin berkembang tanpa
harus terus menerus mendorong masyarakat
KAIDAH PENERAPAN
1. FLOW : Flexiben On Wealth
Mengedepankan hasil optimal sesuai visi dan misi daripada sebatas merunut budaya kerja. Selalu
menggunakan cara cara yang lebih akurat, efektif dan efisien sesuai perkembangan.
2. KISS : Keep It Stupid Simple
Aplikasi SMK didesain sesederhana mungkin dan mudah diterapkan dalam berbagai program
pemberdayaan. SMK didesain agar mudah ditiru dan diturunkan ke masing generasi kinerja
(duplikasi). Dengan demikian program bisa berjalan secara otomatis tanpa perlu terlalu banyak di
didorong
3. CARE : Coordinated, Advantage, Responsibility and Evaluated
Meski didesain sederhana, SMK juga memiliki tingkat kerumitan tersendiri dalam memanajemen
peluang atau resiko di setiap variable, mengedepankan jalinan koordinasi, menekankan perbaikan
dan pengembangan sesegera mungkin, serta terus memodifikasi pendekatan pendekatan paling
realistis. SMK ibarat komponen sebuah ponsel. Semakin canggih komponen didalamnya, semakin
banyak fitur dan kemudahan yang ditawarkan.
4. LITTLE : Leave it to the Learners Expert
Serahkan sepenuhnya pada masyarakat. Kinerja cukup memantau, mengukur dan menyelesaikan
tiap masalah yang ada. Sistem memiliki integrasi masing masing variabel yang terencana dan
saling berkaitan. Dengan demikian diperlukan kesadaran untuk tidak merubah jalur (intervensi)
dengan berbagai kepentingan jangka pendek diluar komponen. Penyimpangan satu komponen
mempengaruhi kinerja komponen lain.

VIII. PEMETAAN MASALAH
METODOLOGI FUNGSI
Pemetaan masalah menjadi tahap terpenting pra realisasi program yang memiliki dua fungsi berdasar
penempatan. Fungsi pertama adalah strategi prediktif dalam menganalisa kekuatan sumberdaya dan

Jurnal Manajemen Teknologi

13

Prodexa Business Partner
Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Masyarakat Ekowisata

informasi. Mengukur, memprediksi berbagai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman sebagai
dasar efisiensi kinerja paling akurat. Fungsi pertama berlaku sebagai alat bantu pendirian program
mulai dari titik nol. Fungsi ke dua sebagai media diagnosa permasalahan manajemen program yang
sudah ada. Pemetaan ITC memudahkan olah kaji akar permasalahan dalam menemukan solusi tepat
paling akurat, efektif dan efisien.
Kebanyakan metodologi pemetaan menggunakan pola konvensional yang cenderung membahas
permasalahan satu persatu. Metode tersebut selain kurang efektif, juga minim efisiensi waktu dan
sumberdaya. Faktor utama terletak pada permasalahan yang terlanjur spill over (tumpah) ke berbagai
ranah manajemen. Satu permasalahan manajemen, menimbulkan permasalahan di manajemen lain.
Sehingga sesering apapun rapat dan terjun lapangan, belum sepenuhnya menyelesaikan masalah
pada inti-nya.
Metodologi pemetaan menggabungkan antara skema Variabel Aspek Kinerja ITC dengan mainframe
PCM (Project Cycle Management Method) (Nevka Co. Ltd., JICA Okinawa). PCM adalah pendekatan
yang paling sering digunakan dalam program Ekowisata global termasuk di Indonesia. ITC mengkaji
permasalahaan berdasar Variabel Aspek Kinerja di tiga fungsi manajemen penting yang meliputi
Operasional, Pengembangan dan Hubungan. Berbagai permasalahan yang ada dikelompokan dalam
masing masing fungsi manajemen. Dengan pengelompokan tersebut dapat dirunut akar masalah di
masa lalu sekaligus prediksi permasalahan di masa depan. Di tahap selanjutnya, berbagai
permasalahan dimasukan dalam kerangka kerja PCM agar ditemukan solusi paling akurat, efektif dan
efisien. Di bawah adalah contoh permasalahan yang umum terjadi dalam program pemberdayaan
masyarakat berdasar tiga fungsi manajemen.
DOMINO EFFECT MULTIPLIER
Fungsi
Manajemen
Domain
Manajemen
Operasional

Manajemen
Public Relation

Manajemen
Pengembanga
n Usaha

Kelemahan
Kinerja
Operasional
Kelemahan
Kinerja
Keuangan
Kelemahan
Afiliasi dan
Pemasaran
Kelemahan
Pengembanga
n Usaha dan
pemasaran

Pengelompokan Permasalahan
Gejalan Umum (Simtom)
Fenomena Umum
Pelayanan kurang memuaskan
Kinerja Kurang terarah
Minim akuntabilitas & transparansi
Mengejar profit jangka pendek
Minim rekanan
Minim Reputasi
Minim Jaringan
Minim Efisiensi Pemasaran
Minim Inovasi Kinerja Birokrasi
Minim Inovasi Produk

Jurnal Manajemen Teknologi

Cednderung minim etika layanan
Minim penerapan SOP yang tepat, kinerja cenderung
tumpang tindih & rentan konflik
Rentan penyelewengan dana, boros
Eksploitatif dan minim perhatian pada asset. Minim
perhatian atas efek pada program ke depan
Minim kerjasama dengan swasta, cenderung kurang
membaca peluangjalinan kerjasama potensial
Minim kemampuan menyuguhkan nilai tawar
Ruang lingkup pemasaran sempit
Pengeluaran anggaran promosi tidak sesuai target
penjualan yang diharapkan
Cenderung masih menggunakan cara kerja yang kurang
relevan hadapi permasalahan baru, kurang fleksibel
Minim pembaharuan produk sesuai market demand.
Kurang pembaharuan daya saing

14

Prodexa Business Partner
Implementasi Sistem Manajemen Kinerja Masyarakat Ekowisata

Jangkauan pasar sempit,
kurang diperhitungkan
dalam industri
Mentalitas
dan
Eksploitatif
semangat
pada
kerja
sumberdaya
Menurun

HIERARKI PROBLEM ANALYSIS
Kebanyakan program pemberdayaan
masyarakat cenderung kurang berjalan
sesuai harapan. Jangkauan pasar sempit,
penurunan mentalitas dan semangat kerja,
serta ekploitatif pada sumberdaya menjadi
fenomena umum berhentinya berbagai
program tersebut. Spill over permasalahan
menyebabkan sulit menemukan solusi.

Program
tidak
berjalan
sesuai
konsep

Jika di urai, berbagai kelemahan
tersebut menyebar pada tiga fungsi
manajemen penting sebagai
parameter keberhasilan usaha.
Di urai lagi permasalahan berefek
pada kelemahan di masing masing
lini. Permasalahan terlalu lebar untuk
diselesaikan satu persatu
Efek selanjutnya lebih menyebar lagi
sebagai symptom. Dari sinilah terlihat
faktor faktor permasalahan penyebab
kurang berjalannya sebuah program.
Pada fase ini mulai terlihat rootcause
Penerapan sistem konvensional di
Kebanyakan program yang hanya
sebatas memperhatikan ketersediaan
SDA, SDM dan Kapital sebagai acuan
realisasi
Sistem konvensional minim orientasi
pada kualitas SDM dan minim
komponen pendukung sistem
Di gali lebih dalam lagi, berbagai program
minim penerapan Sistem Manajemen Kinerja
yang tepat
sebagai mesinTeknologi
penggerak usaha
Jurnal
Manajemen

Penurunan
Nilai
Pendapatan
Penurungan
Grafik
Penjualan

Kelemahan
pada
Manajemen
Hubungan
Masyarakat

Kelemahan
pada
Manajemen
Operasional
Kelemah
an
Kinerja
Operasio
nal

Kelemah
an
Kinerja
Keuanga
n

Minim
Skill,
pengalam
an dan
pengetah
uan

Kelemahan
di
Pengemban
gan
Pemasaran

Kelemah
an Pada
Jalinan
Afiliasi

Mengeja
Minim
r
akuntanbil
keuntun
itas dan
gan
transpara
jangka
nsi
pendek
Minim
penerapan
Orienta
standar
si
operasional
Kinerja
dan
Jangka
pengukuran
Pendek
kinerja
berkala
Minim asistensi
SDM ahli
Spesifik

Pelayana
Kinerja
n Kurang
Kurang
Memuask
Terarah
an

Minim
Rekan
an

Kelemahan
pada
Manajemen
Pengembang
an Usaha

Minim Minim
Reputa Jaringa
si
n

Kurang
terlibat
dalam
industri

Kelemahan
di
Pengemban
gan Usaha

Upaya
Pemasar
an
Kurang
Efisien

Minim
Strategi
pemasar
an

Minim
Minim
Inovasi Manajeme
Kinerja n Inovasi
Birokra
dan
si
Produk

Minim
Pemberday
aan
teknologi

Minim
upaya
riset
dan
olah
data

Minim Literatur,
workshop, database dan
teknologi pendukung

Belum tersedia Sistem
Manajemen Kinerja

Komponen realisasi
kurang efektif

15

PENYELESAIAN MASALAH
Langkah awal penyelesaian adalah mengumpulkan berbagai komponen Realisasi. Menggunakan
sistem sebagai patokan kebutuhan bertujuan agar pengumpulan komponen lebih terarah, lebih
akurat, efektif dan efisien. Komponen tersebut dibagi menjadi dua perspektif, yaitu komponen fisik
serta komponen sistem.
Aspek

Sumberdaya Manusia
Sumberdaya Kapital
Teknologi Informasi
Entrepreneurship

Komponen Sistem

Komponen Fisik

SDA

Variabel
Umum
Spesifik
Manajemen
Developer
Organisasi/
Komunitas
Jaringan
Afiliasi
Jangka
Pendek
Jangka
Menengah
Jangka
Panjang
Informasi
Database
Literatur
Teknologi
Soft Skill
Mentalitas

Jari-ngan

Kualitas
Ruang
Lingkup

Keterangan
Sumberdaya Alam yang umum dimiliki sebagai asset produksi maupun jasa
Sumberdaya Alam yang jarang dimiliki, hanya dimiliki daerah daerah tertentu
Badan khusus yang terdiri dari berbagai tenaga ahli, manajemen memiliki fungsi
penting sebagai nahkoda realisasi proyek
Perpanjangan tangan masyarakat. Komunitas menjadi tenaga kerja utama yang
secara langsung mengoperasikan berbagai kinerja operasional. Dengan
penggunaan komunitas, maka mudah mengontrol kinerja masyarakat sekaligus
spesialiasi masing masing tim.
Pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas proyek nantinya. Stakeholder menjadi
penting sebagai media percepatan realisasi usaha.
Dana yang dikucurkan dalam memenuhi kebutuhan jangka pendek yang
meliputi dana operasional, inventaris tidak tetap dan sebagainya. Sumberdaya
berasal dari dana mandiri masyarakat, alokasi dana usaha, sponsorship hingga
bantuan pemerintah.
Dana yang dikucurkan dalam memenuhi kebutuhan jangka menengah yang
meliputi sub-project, maintain dan pengadaan asset jangka pendek dan
sebagainya. Sumberdana berasal dari pinjaman (banking), investment jangka
pendek hingga hibah dari berbagai pihak.
Dana yang dikucurkan dalam memenuhi berbagai keperluan jangka panjang
yang melipui main project, infrastruktur, mega project, development and
expansion serta keperluan jangka panjag lain. Sumberdana berasal dari alokasi
khusus APBD, investment hingga lembaga keuangan internasional.
Komponen penting acuan kebijakan, pegangan evaluasi dan olah konsepsi
program. Sedangkan Isu menjadi aspek penting sebagai acuan pengambilan
peluang atau mengurangi resiko
Komponen penting pengembangan SDM dan manajemen sumberdaya. Literatur
berasal dari berbagai sumber akademik, dari jaringan hingga manifestasi
pengalaman kinerja operasional.
Teknologi meliputi berbagai hal hal baru yang bisa diberdayakan baik dalam
bentuk software, hardware, jaringan hingga instrument keilmuan
Komponen penting pengembangan usaha yang jarang diperhatikan. Soft skill
meliputi leadership, manajeme peluang dan resiko, decision making, ilmu
komunitkasi, public relation dan soft skill lainnya
Komponen penting yang menentukan sikap personal bekerja. Mentalitas terdiri
dari visi, integritas, persistensi, disiplin, tanggung jawab dan lain lain
Kualitas kualitas yang bekerjasama dalam proyek nantinya, semakin berkualitas
jaringan (stakeholder) yang bergabung, proyek semakin berjalan sempurna
Ruang lingkup jaringan menentukan kualitas proyek. Semakin luas jaringan
yang berafiliasi dengan proyek, semakin leluasa pengembangan proyek
nantinya.

ITC berfungsi sebagai mesin penggerak yang memadukan berbagai kompoen realisasi tersebut
dalam satu kesatuan kinerja. Dengan pemetaan masalah, ITC memudahkan penyelesaian dari
langkah yang paling sederhana. Terdapat tiga tahapan penyelesaian yang meliputi pondasi
manajemen, implementasi kinerja sistem serta integrasi.

Jurnal Manajemen Teknologi

Jangkauan pasar luas dan
memiliki ruang dalam
marketshare
Pengembang

HIERARKI
Komunitas
PENYELESAIAN
MASALAH
BERDASAR
KAIDAH

Kesinambung an mentalitas
dan
an
semangat
sumberdaya
kerja

Kenaikan
Pendapatan
Kenaikan
Grafik
Penjualan

Goal
Keseluruhan

Program
berjalan
sesuai
ekspektasi

Tujuan

Manajemen
Operasional
berjalan
sesuai
strategi
sistem
Kinerja
Operasio
nal
Terstrukt
ur

Public
Relation
berjalan
sesuai
strategi
sistem
Kinerja
Keuanga
n
Terstrukt
ur

Cashflow
Akuntabel
dan
transpara
n
Penerapan
SOP dan
pengukuran
kinerja
berkala
berdasar
sistem

Pelayana Kinerja
n lebih
terarah
memuask sesuai
an
sistem
Pengemban
gan Skill,
Pengalaman
dan
Pengetahua
n

Tersedia Komunitas
Operasional

3.

Jalinan
Pengembang
afiliasi
an
kuat di
pemasaran
tiap
kuat, akurat,
stakehol
efektif dan
der
efisien
Upaya
Memiliki Reputas
pemasaran
rekanan
i
Jaringa
tepat
di tiap terbang n luas
sasaran,
lini
un
di
efektif dan
kebutuh dalam setiap
efisien
an
industri
lini

I

Alokasi
keuntun
gan
jangka
panjang
Orienta
si
Kinerja
Jangka
Panjang

2.

Tersedia SDM
kunci di setiap
lini

Imple

Terlibat
penuh
dalam
industri

Strategi
pemasaran
akurat
efektif dan
efisien

Tersedia Literatur,
workshop, database dan
teknologi pendukung

1.
Jurnal Manajemen Teknologi

Business
Developmen
t berjalan
sesuai
strategi
sistem

Keluaran

Pengemban
gan usaha
kuat dan
terstruktur
sesuai
konsep
Inovasi Manajeme
kinerja n inovasi
birokra
dan
si
produk
berkala berkala

Optimalisa
si
pemberday
aan
teknologi

Upaya riset
dan
manajemen
olah data
terstruktur

Tersedia Rekanan Kunci di
setiap kebutuhan proyek

Pondasi

Penerapan Sistem Manajemen Kinerja

Tersedia berbagai komponen realisasi

Aktifitas
Pondasi Manajemen
Langkah awal mengumpulkan SDM kunci dalam
satu wadah manajemen pengembangan
tersendiri (Developer). Manajemen berfungsi
memetakan berbagai strategi realisasi berdasar
sistem. Developer membangun komunitas
masyarakat, menjalin rekanan kunci serta
menjalankan proyek awal sebagai stimulant
Implementasi
Langkah selanjutnya menggerakkan SDM kunci
dalam berbagai kinerja taktis berdasar strategi
yang telah dipetakan. Taktik terpenting ITC
adalah pembekalan kemandirian dan kecakapan
komunitas dalam workshop
Integrasi
Mendampingi kinerja komunitas masyarakat agar
berjalan sesuai strategi berdasar sistem.
Dilakukan berbagai pengukuran sebagai dasar
evaluasi dan prediksi permasalahan baru.

Asumsi

IX.

PONDASI IMPLEMENTASI : PERENCANAAN
VISI DAN MISI
Langkah pertama adalah menentukan Visi dan Misi Program sebagai arah perjalanan program
kedepan berdasar sistem. Sebagai perbandingan, kebanyakan program pemberdayaan cenderung
menggunakan standar konvensional dalam menentukan Visi dan Misi. Dibawah adalah kesalahan
umum yang sering terjadi
A. Syarat Formal
Visi dan Misi bukan sebagai dasar kinerja, melainkan sebatas syarat formal realisasi program
kerja organisasi. Model konstruksi cenderung kurang singkron dengan kinerja nyata, bahkan
sering berlawanan.
B. Minim Strategi
Sebatas proyeksi (Visi) dan kinerja umum (Misi) tanpa penerapan langkah paling efektif dan
efisien dalam bentuk agenda nyata jangka pendek. Model konstruksi cenderung kesulitan
dalam membangun Action Plan realistis. Bahkan sering kali sulit menjawab pertanyaan
sederhana, “dimulai dari mana dulu?”
C. Minim Dasar
Visi dan Misi kurang memiliki dasar yang jelas. Cenderung sebatas mencontoh daerah lain
tanpa mengukur berbagai variabel rasional yang bisa diterapkan. Selain itu, terdapat pula
kecenderungan adanya proyeksi introvert. Dalam artian Visi Misi sebatas kajian akademik
idealis yang sepenuhnya bersumber pada teori baku.
Integrated Tri - Coordinate menggunakan perspektif standar SMK modern dalam menentukan Visi
dan Misi sebagai langkah awal. ITC menggunakan patokan dasar informasi (database) sebagai
dasar. Patokan informasi tersebut terdiri dari
A. Situasi Eksternal
Informasi lingkungan luar yang mempengaruhi program. Informasi tersebut meliputi kebijakan
pemerintah (regulasi), kondisi industri, kondisi pasar, ruang kompetisi (persaingan) hingga
sosial kemasyarakatan.
B. Situasi Internal
Informasi lingkungan dalam perusahaan. Informasi tersebut meliputi produk, kondisi
manajemen hingga evaluasi kinerja perusahaan sebelumnya
C. Sumberdaya
Informasi ketersediaan atau potensi sumberdaya yang bisa diolah perusahaan. Sumberdaya
tersebut meliputi Sumberdaya Alam, SDM, Permodalan, Sumberdaya Informasi, Jaringan
Afiliasi, Pasar Potensial hingga Teknologi dan Infrastruktur
Setelah menentukan Visi dan Misi, diperlukan strategi sebagai langkah rasional realisasi. Berbagai
Informasi dalam Database diolah dalam framework kinerja sebagai strategi. Upaya eksekusi
strategi direalisasikan secara akurat dan efisien mungkin. Eksekusi juga diupayakan sefleksibel
mungkin dalam menghadapi berbagai tantangan baru.

FRAMEWORK OLAH STRATEGI
Framework (Kerangka Kerja) mutlak diperlukan agar realisasi program memiliki arah yang jelas.
ITC menggunakan framework standar SMK modern yang dimodifikasi sesederhaa mungkin agar
mudah dikerjakan sendiri oleh masyarakat kedepannya. Dibawah adalah tiga variable utama
framework ITC berikut keluaran strategi yang bisa dijalankan.
A. Keterkaitan
Frame keterkaitan mengolah hubungan tiap informasi dari database sebagai sistem acuan
kebijakan. Pengolahan keterkaitan meliputi sebab akibat masing variable serta bobot
keberpengaruhan didalamnya.
B. Kaji Banding
Informasi dalam database diolah sebagai data perbandingan baik dengan kinerja masa lalu
perusahaan (internal), maupun dengan kinerja Kompetitor.
C. Aspek Kinerja
ITC menggunakan frame baku patokan pengukuran kinerja yang harus dipenuhi perusahaan
di tiap lini. Aspek Kinerja memiliki variabel yang meliputi Keluaran Organisasi finansial dan non
finansial, Manajemen Inovasi, Proses Internal dan Marketing, serta Manajemen Sumberdaya.
KELUARAN
Variabel
Masterplan Fisik
Business Process
Management
Variabel Aspek
Kinerja
Struktur
Manajemen
HRD Requirement
SOP dan Kode Etik
Remunerasi
Reward System
Proyeksi Finansial
Kebijakan
Investment
Protokol
Kerjasama
Action Plan
Agenda Kerja

Keterangan
Perencanaan proyek secara fisik, olah berbagai sumberdaya, pemetaan lokasi, pemetaan
berbagai asset, fasilitas serta infrastruktur yang dibutuhkan berdasar sistem.
Pemetaan sistemasi alur kinerja masing masing variabel sumberdaya dalam menghasilkan
outcome optimal dengan output efisien. Business Process menentukan variabel aspek kinerja
sebagai patokan kebutuhan aktivitas kinerja di tiap lini.
Pemetaan berbagai lini kinerja yang dibutuhkan agar prosess bisnis berjalan optimal.
Variabel Aspek Kinerja menentukan posisi tiap SDM berikut deskripsi kerja yang disertakan
Penempatan masing masing SDM sesuai aspek kinerja yang dibutuhkan. Struktur
Manajemen menentukan struktur organisasi serta alur instruksi dan koordinasi masing
masing SDM di tiap lini manajemen
Daftar kebutuhan SDM yang menempati tiap posisi dalam struktur manajemen. Berkiblat
pada ITC, syarat kebutuhan lebih berlandaskan potensi daripada pencapaian akademik,
jabatan di tempat lain atau pengalaman. Dalam artian ITC membimbing SDM mulai dari nol
Patokan kinerja berikut etika yang dijalankan SDM dalam menjalankan proses bisnis
berdasar variabel aspek kinerja yang ditetapkan. SOP dan Kode etik didesain sesederhana
mungkin namum memiliki efek tinggi atas proses bisnis yang berjalan
Standar penghitungan gaji atau kompensasi berdasar kinerja dan tanggung jawab SDM
Sistem penghargaan prestasi kinerja atau penalti atas penyimpangan penyimpangan
Keluaran kinerja keuangan meliputi ROE, ROA, NPM, GPM, BEP hingga kalkulasi kapital
Standar kebijakan penanaman modal. Kebijakan Investasi menentukan kontrak waktu, sistem
kerjasama keuangan, acuan regulasi investasi hingga penentuan nilai dividen
Berbagai klausul yang disepakati dengan pihak eksternal. Protokol Kerjasama penting
sebagai proteksi sistem masing masing pihak tetap di jalur equality (kemerataan)
Daftar goal yang dicapai berdasar waktu serta evaluasi hasil kinerja sebelumnya
Penentuan agenda kerja nyata dalam meraih tiap realisasi berdasar sistem. Agenda meliputi
kinerja harian, mingguan, bulanan, kuartal hingga tahunan.

Jurnal Manajemen Teknologi

X.

INTEGRASI KINERJA
WORKSHOP
Merupakan berbagai upaya pembekalan pra-kinerja SDM yang meliputi proyeksi strategi, pelatihan
hingga edukasi. Workshop memiliki fungsi penting peningkatan kualitas sumberdaya manusia,
penanaman mentalitas, pembekalan serta sebagai media penyerapan kualitas budaya kerja demi
meraih hasil optimal. Workhop bukan sebatas media briefing dan pembekalan saja. Workshop
didesain lebih mirip akademi entrepreneurship dengan materi praktis yang mudah dipraktikan
sesuai kebutuhan. Desain materi ITC menggunakan variable metode sebagai berikut
1. Proyeksi dan Evaluasi
Memaparkan pencapaian kinerja sebelumnya dalam bentuk grafik dan outline presentasi yang
mudah dipahami dan dikembangkan. Dengan memaparkan hasil tersebut maka dapat
dilakukan upaya analisa akar berbagai pemasalahan sebagai dasar mencari solusi bersama.
Proyeksi dilengkapi forum tukar pengetahuan, informasi dan pengalaman masing masing divisi
kerja. Forum juga menghargai pendapat tiap personal dalam tim bersama-sama menganalisa
potensi berbagai potensi peluang dan ancaman sebagai bekal strategi.
Penyusunan strategi dikembangkan dalam proyeksi outcome yang akan dicapai berdasar
ranah kinerja masing masing tim. Profesionalisme kinerja tersebut secara neurotik memicu rasa
saling memiliki dan melengkapi ranah masing masing.
Proyeksi dan Evaluasi juga menghargai hak masing masing SDM. Disediakan forum khusus
manajemen inovasi sebagai wadah menampung kritik, saran dan keluhan berbagai pihak
termasuk SDM sendiri. Dengan demikian lmemudahkan metode pengukuran retensi dalam
skema manajemen konflik.
2. Edukasi dan Pelatihan
Penanaman berbagai softskill yang meliputi kepemimpinan, Ilmu komunikasi, teamwork hingga
manajemen personalitas. Edukasi juga menanamkan pengukuhan mentalitas melalui
pemahaman integritas, orientasi jangka panjang, responsibility serta aspek lain pengembangan
diri. Dengan pengembangan konsep diri tersebut dapat ditanamkan berbagai wawasan umum
maupun khusus sebagai pembekalan kualitas personal. Wawasan tersebut meliputi
pengetahuan umum, pengetahuan khusus, psikologi, NLP Praktis hingga ilmu manajemen
korporasi. Berbagai penanaman tersebut bertujuan memperkuat mentalitas kinerja lebih
mandiri dan selalu inovatif.
Metode selanjutnya adalah pelatihan berbagai kinerja teknis yang bisa dijalankan. Pelatihan
tersebut bisa berasal dari hasil proyeksi dan evauasi ataupun berasal dari tenaga ahli eksternal
sesuai kurikulum yang telah tersusun. Pelatihan juga menyentuh kinerja teknis spesifik. Kinerja
tersebut peliputi ilmu akuntansi, manajemen finansial, public relation, manajemen olah data,
Business Development hingga Marketing Development.

Jurnal Manajemen Teknologi

CONTOH KURIKULUM DUPLIKASI WORKSHOP
Peringkat Level I : Pondasi Awal – Kuartal I
Level II : Kuartal I – III
Level III : Kuartal III – V
Materi
Masyarakat – Komunitas
Komunitas – Tim Kerja Komunitas
Tim Kerja – Asistensi Dev
Paradigma
Motivasi dan Paradigma Dasar
Paradigma Wawasan Umum
Paradigma Wawasan Spes
Manajemen Dasar
Dasar Teknis Kinerja Operasional
Teamwork Manajemen
Manajemen Organisasi
Pengembangan Diri
Motivasi dan Paradigma Dasar
Materi Pengembangan diri Umum
Dasar Ego State Managem
Ilmu Personalitas
Motivasi dan Paradigma Dasar
Manajemen Personalitas Praktis
Dasar Neuro Linguistic Pro
Teknis Kinerja
Dasar Teknis Kinerja Operasional
Spesifikasi Kinerja Operasional
Dasar Pemetaan Implemen
Komunikasi
Motivasi dan Paradigma Dasar
Dasar Dasar Ilmu Komunikasi
Dasar Dasar Public Relatio
Human Research D.
Dasar Teknis Kinerja Operasional
Dasar Komunikasi dan Personalitas
Dasar Ego State Managem
Marketing Develop.
Dasar Teknis Kinerja Operasional
Dasar Dasar Praktis Pemasaran
Pemetaan Pemasaran Tak
Manajemen Finansial
Dasar Teknis Kinerja Operasional
Dasar Dasar Akuntansi Praktis
Manajemen Akuntansi Pra
Leadership
Motivasi dan Paradigma Dasar
Materi Pengembangan Diri Umum
Manajemen Leadership Ta
Investasi
Motivasi dan Paradigma Dasar
Dasar Investment Responsibility
Manajemen Akuntansi Tak
Auditing
Motivasi dan Paradigma Dasar
Dasar Investment Responsibility
Internal Auditing Taktis
Research and Dev.
Motivasi dan Paradigma Dasar
Pendalaman Potensi Sumberdaya
Dasar Manajemen Olah Da
Kualitas Personal
Motivasi dan Paradigma Dasar
Dasar Manajemen Ego dan Emosi
Pendalaman Intelejensia E
Spesifik Komunitas
Dasar Teknis Kinerja Operasional
Dasar Spesifikasi Komunitas
Pendalaman Spesifikasi Ko
Presentasi
Motivasi dan Paradigma Dasar
Pelatihan Presentasi one in one
Pelatihan Public Speaking
Wawasan Institutif
Motivasi dan Paradigma Dasar
Manajemen Birokrasi Institutif
Dasar Dasar Ilmu Politik Ta
Berbagai kurikulum materi disajikan sesederhana mungkin sesuai kemampua
praktis minim teori akademik. Berbagai keilmuan mengambil dasar dasar standa
materi fleksibel dengan dasar kemampuan personal. Materi bersifat pengemban
sebelumnya.
Model kenaikan peringkat bukan menggunakan standar ujian. Melainkan da
menduplikasikan berbagai kemampuan bertingkat, maka masyarakat memiliki ke
Berbagai materi sebatas contoh proyeksi. Kedepannya terdapat penambahan ata

Jurnal Manajemen Teknologi

ASISTENSI
SDM kunci Developer memiliki peran vital mengarahkan kinerja masyarakat agar berjalan sesuai
sistem. Developer membuka akses awal yang selanjutnya dijalankan masyarakat. Memberi contoh
praktis atas kinerja sekaligus mendampingi kinerja melalui perbaikan sesegera mungkin.
Developer memiliki Struktur Manajemen sebagai berikut
Manajemen Developer
Asistensi Operasional
Fungsi
1. Manajemen Keuangan
2. Rumah Tangga (GA)
3.
Pengembangan SDM

Public Relation
Perspekti Variabel
f
General
Networking
Task
Public Affair
Press Agentry
Internal
Relation

Workshopping
Auditor
Coordinator
Crisis Management

Bussines
Support

Integrated Marketing
Edified
Coordinator

Bussines Development
Perspekti Variabel
f
General
Research and Dev.
Task
Teknologi Informasi
Marketing Develop.
Integrated
Internal
Integrated
Eksternal

Provider
Sistem Analis
Provider
Data Provider
Network Connect

Asis. Kinerja Public Relation
Fungsi
1. Pengambangan Jaringan
2. Public Affair (Lobi)
3. Press Agentry (Media)

Asisten Pengembang Usaha
Fungsi
1. Riset dan Pengembangan
2. Pengembangan Pemasaran
3. PengembanganTeknologi

Keterangan
Fungsi perencanaan/outline kebutuhan jaringan ataupun stakeholder berikut
protokol dan klausul kerjasama yang disertakan.
Mengawali hubungan, lobi, pendekatan personal dengan berbagai afiliator.
Menjaga keharmonisan internal dengan rekanan eksternal
Pengamatan dan olah data atas informasi atau isu dalam menjaring peluang
sekigus prefentif ancaman sebagai bekal strategi. Fungsi broadcasting, soft
news. Secara publik mendampingi komunitas menaikan reputasi usaha.
Sebagai pemateri khusus kinerja hubungan masyarakat dan komunikasi,
sekaligus membangun hubungan dengan pemateri workshop eksternal
Pengawasan kinerja masyarakat sebagai laporan kualitatif. Prefentif atas
penyimpangan serta rekomendasi promosi dan reward system
Koordinasi afiliator pendukung Internal, semisal keuangan/perbankan, delegesi
laporan kinerja keuangan pada investor, pada pemerintah atau pada rekanan
Mediator permasalahan Internal, menjaga keharmonisan hubungan antar
masyarakat. Membangun forum penyelesaian tiap permasalahan hubungan
Join program kinerja pemasaran melalui berbagai variabel kinerja humas
Membangun citra pengembangan project, sebagai pembuka kinerja
Koordinasi stakeholder pendukung pengembangan, misal media, vendor, dll
Keterangan
Mendampingi dan membangun skill pengembangan masyarakat yang meliputi
survey, data gathering, analisis serta manajemen inovasi
Menyediakan dan rekomendasi berbagai perangkat pendukung usaha yang
meliputi hardware, piranti lunak/keras, jaringan informasi dan literature
Olah data analisa pemasaran, membangun cara paling efektif dan efisien yang
bisa dijalankan masyarakat.
Menyediakan fasilitas teknologi pendukung kinerja internal, misal software dll
Mengamati aktivitas traffic data internal dan mengemasnya dalam grafik
Menyediakan fasilitas teknologi relasi public, semisal PPT, grafik, dll
Menyediakan kontak on-line/offline/in-line penyalur data kinerja relasi public
Menghubungkan dengan berbagai jaringan tersedia pendukung kinerja

Internal Management (Manajemen Operasional)
Perspekti Variabel
Keterangan
f
General
Finance
Menjalankan fungsi keuangan, data akuntansi penyusunan anggaran, dll
Task
General Affair
Menyediakan berbagai fasilitas inventaris, aset dan infrastruktur
HRD
Fasilitator, instruksi kinerja masyarakat berdasar strategi yang ditetapkan
BD. Assist Data Internal
Menyediakan data internal pada Business Development
Facilitator
Menyediakan fasilitas dan anggaran pengembangan usaha
PR Assist
Facilitator
Menyediakan fasilitas dan anggaran relasi publik
Event Management
Menyiapkan berbagai event publishing, workshop, dll
Berbagai pengalaman kinerja diekstrak dalam kurikulum Workshop yang kemudian teraplikasi
dalam proyeksi maupun edukasi dan pelatihan. Dibawah adalah ranah awal kinerja Developer
sesuai sistem berikut struktur Manajemen yang bisa diterapkan

DAERAH

INVESTMENT

REGULASI DAN
KEBIJAKAN
PUSAT
VISI MISI DAN
STRATEGI

KEDINASAN

DEVELOPER

STAKEHOLDER
STRATEGI TAKTIS

ASISTENSI
OPERASIONAL

ASISTENSI
PENGEMBANGAN

TIM KERJA
KOMUNITAS

TIM KERJA
KOMUNITAS

TIM KERJA
KOMUNITAS

KOMUNITAS

KOMUNITAS

KOMUNITAS

MASYARAKAT

Jurnal Manajemen Teknologi

INSTITUSI
PENDUKUNG

ASISTENSI
HUMAS

TAKTIS DAN
OPERASIONAL

REKANAN
JARINGAN
JARINGAN AFILIASI

MANAJEMEN OLAH DATA
Salah satu fungsi penting developer adalah manajemen olah data. Berbagai kinerja olah data
dijalankan bersama masyarakat. Menghargai ide, masukan serta olahan kritik dan saran dari
Masyarakat. Dengan penerapan optimaliasi kinerja PR dalam ITC, maka manajemen olah data
memiliki metodologi sebagai berikut.
Analisis Situasi Eksternal
Perspektif
Variabel
Industri
Ekosistem
Iklim Industri
Masyarakat Kultur Sosial
Demand
Isu terkonsumsi
Pemerintah
Regulasi/ Kebijakan
Iklim Politik
Teknologi
Perkembangan
Aplikasi Industri
Infrastruktur Data Infrastruktur
Anggaran dan UU
Isu rilis Infrastruktur

Sumber
Jaringan, Media
Jaringan, Media
History, survey
Survey
Survey
Jaringan, Media
Jaringan, Media
Jaringan, Media
Jaringan, Media
Jaringan, Media
Jaringan, Media
Jaringan, Media

Keterangan
Data keseluruh