PERANCANGAN LANSEKAP KAWASAN BAD-VIEW DI PADANG GOLF SUKARAME BANDAR LAMPUNG SEBAGAI TAMAN REKREASI OLAHRAGA

(1)

PERANCANGAN LANSEKAP KAWASAN BAD-VIEW DI PADANG GOLF SUKARAME BANDAR LAMPUNG SEBAGAI TAMAN

REKREASI OLAHRAGA (Skripsi)

Oleh

Fabyan Tusya Ariel

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran manusia makin meningkat dalam mencapai suatu prestasi yang tinggi, maka negara-negara yang sudah maju maupun sedang berkembang saling bersaing untuk menunjukkan keunggulan dan kesempurnaan tehnik, baik di bidang ilmu pengetahuan maupun di bidang olahraga.

Olahraga golf pun tidak terlepas dari persaingan tersebut, sehingga perancangan lapangan golf yang baik dan matang merupakan modal awal untuk memenuhi pegolf dalam mencapai prestasi maksimalnya. Untuk memenuhi itu semua maka lapangan golf dituntut untuk meningkatkan semua kebutuhan para pegolf baik sarana maupun prasarananya.

Lapangan golf adalah lingkungan binaan buatan yang terdapat di dalam suatu tapak yang perlu diperhatikan dan diingat evaluasi master plannya, bukan untuk menilai baik atau buruknya rencana yang ada, melainkan untuk mengetahui, memahami, dan mengenal konsep dari master plan (Hakim dan Utomo, 2003).

Olahraga golf yang ada di Provinsi Lampung hanya dimanfaatkan sebagai olahraga di kalangan menengah ke atas dan orang dewasa. Melihat hal tersebut


(3)

maka sangat disayangkan apabila sebenarnya lapangan golf di Provinsi Lampung dapat menarik pengunjung lebih banyak, tidak hanya kalangan menengah ke atas dan orang dewasa tetapi disemua kalangan dan tidak terbatas oleh umur dengan mengevaluasi master plan yang ada.

Salah satu rencana perencanaan yaitu menciptakan Padang Golf Sukarame tidak hanya menjadikan tempat olahraga golf tetapi juga sebagai taman rekreasi olahraga dengan pemanfaatan lahan kosong dan kawasan tidak terencana dengan baik (bad view) yang ada di sekitarnya. Perancangan tersebut meliputi menjadi lima zonasi ruang yaitu zona penerimaan dan pelayanan (luas ± 2.400 m²), zona olahraga (luas ± 5.600 m²), mini golf (luas ± 4000 m²), zona outbond (luas ± 5.600 m²), dan zona golf (luas zona ± 62 Ha).

Lapangan golf yang merupakan fasilitas umum (public goods) dapat

dikategorikan ke dalam tingkat pemeliharaan semi-intensif, karena pada desain lapangan golf yang baik terdapat keragaman elemen (hard-material dan soft-material) (Arifin dan Arifin, 2000).

Pendekatan penyusunan karakter lansekap akan menjadi lebih mudah dan sederhana apabila desain bangunan fisik lapangan golf telah tersedia, karena pengisian pola hijaunya akan mengikuti bentuk-bentuk bangunan yang dirancang. Penyusunan karakter lansekap tanpa dilengkapi dengan desain bangunan fisiknya, sering menimbulkan permasalahan dalam penerapannya, karena resiko yang dihadapi adalah bongkar pasang pepohonan yang telah tumbuh dan berkembang. Untuk itu upaya meminimalkan resiko bongkar pasang merupakan strategi yang harus ditempuh (Waryono, 2010).


(4)

Keberadaan lapangan golf merupakan ruang terbuka hijau dan sebagai sarana penunjang kegiatan olah raga dan rekreasi bagi warga kota, maka dibutuhkan pemeliharaan (maintenance) pasca pembangunan agar dapat dioptimalkan

fungsinya, terutama ekologi, estetika, sosial dan ekonomi yang sangat menunjang kehidupan warga kota (Hakim dan Utomo, 2003).

Penanganan pemeliharaan yang baik harus mempertimbangkan waktu, teknik, biaya pemeliharaan, dan penanggung jawab pemeliharaan yang direncanakan. Perencanaan yang baik memudahkan dalam pelaksanaan pemeliharaan yang meliputi pemeliharan ideal dan pemeliharaan fisik. Pemeliharaan ideal, yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi dari lapangan golf agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula. Pemeliharaan fisik yang diterapkan pada elemen keras (hard-material)), merupakan pemeliharaan pencegahan, yaitu pembersihan terhadap lumut, karat, pengecatan, dan penggantian atau perbaikan elemen keras yang rusak. Pemeliharaan elemen lunak (soft-material) meliputi pembersihan areal lapangan golf, penyiangan, penyiraman, pemangkasan rumput, pengendalian hama penyakit, pemupukan, penyulaman, dan pemindahan tanaman, pembibitan, serta pemeliharaan peralatan (Sulistyantara, 2004).

Pemilihan jenis tanaman maupun cara pengaturan penanamannya harus mengikuti rencana penanaman yang disusun untuk memenuhi fungsi serta estetikanya. Apabila pola pengelompokan serta susunan jenis tanaman, ukuran, bentuk, tekstur, dan warnanya masing-masing telah diketahui dengan baik maka

perencana dapat menyusun sendiri tata tanamnya berdasarkan satu atau beberapa sifat tanaman-tanaman tersebut.


(5)

Tanaman rumput yang tumbuh di lapangan golf, berfungsi sebagai tanaman konservasi tanah yaitu penahan erosi dan penutup tanah. Lapangan golf di suatu kawasan kota merupakan suatu investasi yang cukup bagus bagi para

pengembang (developer), dengan menyewakan lapangan kepada warga kota terutama bila ditunjang dengan berbagai fasilitas, seperti lapangan berlatih (club house) dan fasilitas penyewaan peralatan yang tentunya menjadi salah satu daya tarik bagi warga kota untuk datang dan memanfaatkannya.

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang ada, tujuan penelitian ini adalah untuk

mengaplikasikan lahan-lahan tidak terpakai dan yang menimbulkan kesan (bad view) melalui perancangan lansekap dengan merencanakan penambahan olahraga lain dan menambah fasilitas pendukung sehingga tidak hanya menghilangkan kesan (bad view) yang ada tetapi juga menambah pemasukan financial dan menawarkan olahraga yang lain serta menciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan memberikan daya tarik dari nilai estetika dengan menggabungkan unsur hard-material dengan soft-material.

Penelitian ini diharapkan memberi masukan bagi Persatuan Golf Indonesia (PGI) Provinsi Lampung sebagai pedoman dan arah dalam pengembangan perancangan lahan kosong dan kawasan bad view menjadi sarana olahraga lain yang dapat diterapkan.


(6)

1.3 Landasan Teori

Merancang bukanlah pekerjaan sederhana dan mudah, tetapi memerlukan pemikiran dan perasaan yang tepat. Di dalamnya tidak hanya perlu teori teknis matematis saja, tetapi juga seni atau estetika. Seni suatu perancangan terletak dalam perpaduan antara elemen desain dengan prinsip desain. Lapangan golf merupakan salah satu fasilitas umum kota yang dapat digunakan sebagai sarana olahraga dan rekreasi melalui permainan golf yang menyenangkan bagi warga kota . Selain sebagai sarana tersebut, kehadiran lapangan golf sekaligus berperan sebagai ruang terbuka hijau yang berperan sebagai penyedia oksigen dan

mengontrol iklim setempat sehingga akan meningkatkan kesegaran udara, kenyamanan, dan keindahan pandangan di suatu kawasan (Arifin dan Arifin, 2000).

Menurut hakim (2005), arsitektur lansekap merupakan ilmu dan seni perencanaan (planning) dan perancangan (design) serta pengaturan lahan, penyusunan elemen-elemen alam dan buatan melalui aplikasi ilmu pengetahuan dan budaya, dengan memperhatikan keseimbangan kebutuhan pelayanan dan pemeliharaan sumber daya, hingga akhirnya dapat disajikan suatu lingkungan yang efektis secara fungsional dan estesis.

Perencanaan lansekap memiliki ilmu dasar dan ekologi yang kuat dan berkaitan dengan evaluasi sistematik terhadap area yang luas pada lahan yang cocok untuk setiap kemungkinan penggunaan dimasa yang akan datang. Proses ini seringkali melibatkan tim khusus, pada hasil dalam rencana penggunaan lahan atau


(7)

Menurut Hakim (1987) perancangan lansekap menuntut pemikiran kombinasi elemen soft material dan elemen hard material, serta menghasilkan produk teknis seni, tetapi penyajian harus selalu teknis dan semua yang digambarkan harus jelas dan bisa dilaksanakan.

Laurie (1975), yang dikutip oleh Hakim dan Utomo (2008), mengatakan

perencanaan lansekap memiliki ilmu dasar dan ekologi yang kuat dan berkaitan dengan evaluasi sistematik terhadap area yang luas pada lahan yang cocok untuk setiap kemungkinan penggunaan dimasa yang akan datang.

Simond (1983) mengemukakan bahwa perancangan lansekap merupakan suatu proses sintesis kreatif, kontinyu, tanpa akhir dan dapat bertambah. Di dalam perencanaan lansekap terdapat urutan kerja yang panjang yang terdiri dari bagian-bagian pekerjaan yang saling berhubungan, sehingga bila terjadi perubahan dari suatu bagian akan mempengaruhi bagian lain. Lebih lanjut ditambahkan bahwa perencanaan tersebut juga menyelesaikan suatu kendala sebagai bagian dari permasalahan yang makro.

Dalam mengkaji arsitek lansekap dibutuhkan pemahaman tentang pengaturan ruang dan unsur yang ada di dalam lahan perancangan, sehingga dapat

menggabungkan elemen-elemen lansekap alami dan buatan manusia. Kegiatan makhluk hidup yang ada juga perlu diperhatikan sehingga tercipta suatu karya lingkungan yang lebih berguna, lebih indah, efisien dan efektif, teratur, dan serasi yang dapat memberikan kepuasan jasmani dan rohani bagi yang melihat maupun menikmatinya (Irwan, 2005).


(8)

Pemilihan jenis tanaman yang digunakan dalam suatu perencanaan perlu diketahui terlebih dahulu mengenai habitus tanaman, baik dari segi morfologis, segi

ekologis, maupun dari segi efek visual. Pemilihan jenis tanaman dan peletakan tanaman harus disesuaikan pada fungsi tanaman terhadap tujuan perencanaannya (Hakim, 1987).

1.4Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, maka kerangka pemikiran disusun sebagai berikut. Lapangan golf merupakan salah satu fasilitas umum yang dapat digunakan sebagai sarana olahraga dan rekreasi. Untuk meningkatkan fungsi dari lapangan golf tersebut, sebagai ruang terbuka hijau dan sarana rekreasi maka dibuat sebuah konsep perancangan lansekap. Perancangan lansekap yang akan dibuat adalah perancangan lansekap yang dirancang di lahan kosong yang tidak terpakai dari bad view menjadi good view yang dibentuk dengan

perancangan lansekap yang menggabungkan unsur elemen lunak (soft material) dan elemen keras (hard material) dengan pertimbangan beberapa faktor seperti fungsi, peletakan, katakteristik, dan konsep desain serta pemenuhan fasilitas dan utilitas pendukung yang sesuai dengan kaidah-kaidah arsitektural.

Untuk memulai perancangan lansekap tahap awal adalah menginventarisasi keadaan lapang, lalu analisis dan sintesis mengamati masalah yang ada pada lapang atau tapak, setelah itu membuat konsep awal dengan mengacu data inventarisasi, analisis, dan sintesis. Apabila telah menemukan konsep atau gagasan maka tahap berikutnya adalah desain dengan mengembangkan data inventarisasi, analisis, sintesis, dan konsep. Bila telah membuat desain maka


(9)

tahap akhir perencanaan lansekap selesai, dan pembangunan perencanaan

lansekap siap dilakukan. Setelah pembangunan selesai ada satu tahap akhir yang sangat penting yaitu pemeliharaan, agar lansekap yang ada tetap terjaga dan berfungsi sesuai fungsionalnya. Selain sebagai ruang terbuka hijau dan sarana rekreasi, diharapkan perencanaan lansekap di Lapangan Padang Golf Sukarame Bandar Lampung, dapat meningkatkan pemasukan financial agar dapat


(10)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap

Lapangan golf merupakan salah satu fasilitas umum kota yang dapat digunakan sebagai sarana olah raga dan rekreasi melalui permainan golf yang menyenangkan bagi warga kota . Selain sebagai sarana tersebut, kehadiran lapangan golf

sekaligus berperan sebagai ruang terbuka hijau yang berperan sebagai penyedia oksigen dan mengontrol iklim setempat sehingga akan meningkatkan kesegaran udara, kenyamanan, dan keindahan pandangan di suatu kawasan ( Arifin dan Arifin, 2000).

Hakim (2000) menyatakan lansekap merupakan refleksi dari dinamika sistem alamiah dan sistem sosial masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristik. Lansekap ditinjau dari segi karakteristiknya sangatlah beraneka ragam, keanekaragaman dapat timbul secara alamiah atau oleh karena adanya kegiatan manusia diatas bidang tanah tertentu seperti daerah pertanian, wilayah pemukiman, jalur lalu lintas, wilayah industri dan lain sebagainya.

Arsitektur lansekap adalah ilmu dan seni perencanaan (planning) dan perancangan (design) serta pengaturan pada lahan, penyusunan elemen-elemen alam dan buatan melalui aplikasi ilmu pengetahuan dan budaya, dengan memperhatikan


(11)

keseimbangan kebutuhan pelayanan dan pemeliharaan sumber daya, sehingga pada akhirnya dapat tersajikan suatu lingkungan yang fungsional dan estetis (Hakim dan Utomo, 2005).

Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan gabungan yang akan diterapkan dalam perancangan. Arsitektur lansekap disebut sebagai seni karena berdasarkan pada penerapan prinsip-prinsip desain untuk menciptakan suatu lingkungan yang indah atau memiliki nilai estetika yang tinggi. Pentingnya perancangan lansekap di setiap ruang atau lahan diharapkan menjadi hasil yang lebih baik (Lakitan 1995).

Arsitektur lansekap harus dapat menjembatani pemikiran-pemikiran Natural Scientist dan Land Developer Economist. Mampu berlaku dan bertindak mendayagunakan dan menghasilgunakan potensi dan kemampuan lingkungan alam secara bijaksana untuk berbagai kebutuhan lingkungan manusia.

Arsitektur lansekap mempunyai wawasan dan berperan aktif dalam berbagai proyek mulai dari yang berskala besar seperti: studi perancangan regional, studi kebijaksanaan ruang terbuka, perancangan tapak daerah industri, perencanaan kawasan rekreasi, public parks, sampai kepada desain dan konsultasi proyek-proyek dalam skala yang lebih kecil seperti taman lingkungan dan taman rumah.

Di dalam aktivitas profesional kerjanya atau komponen kegiatan arsitektur lansekap terlihat adanya klasifikasi sesuai tuntutan kebutuhan masyarakat, yaitu Perancangan Lansekap (Landscape Planning); Perancangan Tapak (Site


(12)

Taman merupakan elemen atau faktor yang paling penting dalam perencanaan tata hijau. Pemilihan jenis tanaman dalam suatu perencanaan adalah suatu seni dan juga ilmu pengetahuan. Seni karena menyangkut elemen desain seperti warna, bentuk, tekstur, dan kualitas desain yang berubah karena tanaman dipengaruhi iklim, usia, dan faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya. Ilmu pengetahuan berhubungan dengan prinsip tata hijau, fungsi tanaman, habitat tanaman, dan tujuan perencanaan. Pemilihan jenis tanaman tergantung dengan tujuan perencanaan ( Suharso 1991).

Taman dalam pengertian terbatas merupakan sebidang lahan yang ditata sedemikian rupa sehingga mempunyai keindahan, kenyamanan, dan keamanan bagi pemiliknya atau penggunanya ( Arifin dan Arifin, 2000).

2.2 Perencanaan Lansekap (Lansdscape Planning)

Hakim dan Utomo (2005) menyatakan perancangan lansekap (landscape

planning) mengkhususkan diri pada studi pengkajian proyek berskala besar untuk bisa mengevaluasi secara sistematik area lahan yang sangat luas untuk ketetapan penggunaan bagi berbagai kebutuhan dimasa mendatang. Pengamatan masalah ekologi dan lingkungan alam sangat peka diperhatikan pada kegiatan ini. Kerja sama lintas disiplin merupakan syarat mutlak untuk bisa sampai kepada produk kebijakan atau tata guna tanah.

Perencanaan lansekap merupakan langkah yang dilakukan secara sistematik untuk mencapai sasaran atau tujuan sehingga dapat tercapai lansekap yang ideal, yaitu menciptakan lansekap yang multi fungsi, mampu menyediakan dan memelihara


(13)

kondisi yang diperlukan berbagai tujuan baik untuk manusia maupun mahkluk hidup lain dan terciptanya keberlanjutan ekosistem di dalam wilayah tersebut. Pada perencanaan lansekap ada tiga faktor penting untuk dianalisis, yaitu ekologi lansekap, manusia dengan sosial ekonomi budayanya, dan estetika. Estetika pada lansekap tidak merupakan faktor yang berdiri sendiri, tetapi merupakan polarisasi dari kedua faktor lainnya.

2.3 Pertimbangan Perancangan

2.3.1 Pertimbangan Ruang

Ruang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Hal ini karena manusia selalu bergerak dan berada di dalamnya. Ruang tidak akan ada artinya jika tidak ada manusia. Hubungan manusia dengan ruang secara lingkungan dapat dibagi 2 (dua), yaitu hubungan dimensional (Antromethcs) menyangkut dimensi-dimensi yang berhubungan dengan tubuh dan pergerakan manusia serta hubungan psikologi dan emosional (Proxemics) menentukan ukuran-ukuran kebutuhan ruang untuk kegiatan manusia. Adanya hubungan antar-manusia dengan suatu objek, baik secara visual maupun secara indra pendengaran, perasa, dan penciuman yang akan menimbulkan kesan ruang.

Menurut kegiatannya, ruang terbuka terbagi atas 2 (dua) jenis ruang terbuka, yaitu ruang terbuka aktif dan ruang terbuka pasif.

1. Ruang terbuka aktif, adalah ruang terbuka yang mempunyai unsur-unsur kegiatan di dalamnya misalkan, bermain, olahraga, dan jalan-jalan. Ruang


(14)

terbuka ini dapat berupa plaza, lapangan olahraga, tempat bermain anak dan remaja, penghijauan tepi sungai sebagai tempat rekreasi.

2. Ruang terbuka pasif, adalah ruang terbuka yang di dalamnya tidak

mengandung unsur-unsur kegiatan manusia misalkan, penghijauan tepian jalur jalan, penghijauan tepian rel kereta api, penghijauan tepian bantaran sungai, ataupun penghijauan daerah yang bersifat alamiah. Ruang terbuka ini lebih berfungsi sebagai keindahan visual dan fungsi ekologi belaka.

Menurut Hakim dan Utomo (2005), berdasarkan sifatnya ada 2 (dua) jenis ruang terbuka, yakni ruang terbuka lingkungan dan ruang terbuka antarbangunan. a. Ruang terbuka lingkungan adalah ruang terbuka yang terdapat dalam suatu

lingkungan dan sifatnya umum. b. Ruang terbuka antarbangunan.

2.3.2 Pertimbangan Sirkulasi

Menurut Hakim (1987), sistem sirkulasi sangat erat hubungannya dengan pola penempatan aktivitas dan pola penggunaan lahan sehingga sirkulasi merupakan penggerak dari ruang yang satu ke ruang yang lain. Untuk itu hendaknya diadakan pembagian sirkulasi antara manusia dan kendaraan agar tidak menghambat pergerakan akibat dari sirkulasi yang kurang baik.

Salah satu perhatian utama para perancang lansekap adalah pengolahan sistem sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki (pendestrian), terutama bila jaringan utilitas dan komunikasi juga berada langsung di jaringan jalan tersebut. Agar


(15)

berkaitan dengan semua elemen di dalam tapak lansekap tersebut. Hubungan jalur sirkulasi dengan ruang dapat dibedakan menjadi dua macam, antara lain:

1. Sirkulasi kendaraan

Secara hierarki sirkulasi kendaraan dapat dibagi menjadi dua jalur, yaitu: a. Jalur distribusi, yaitu jalur untuk gerak perpindahan lokasi (jalur cepat). b. Jalur akses, yaitu jalur yang melayani hubungan jalan dengan pintu masuk

bangunan.

2. Sirkulasi manusia

Sirkulasi manusia dapat berupa pedestrian atau mall yang membentuk hubungan erat dengan aktivitas kegiatan di dalam tapak. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah lebar jalan, pola lantai, kejelasan orientasi, dan lampu jalan.

Hubungan jalur sirkulasi dengan ruang erat hubungannya dengan pencapaian suatu ruang, pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: a. Jalur sirkulasi melalui ruang, yang memiliki karakteristik antara lain:

(1) integritas masing-masing kuat, (2) bentuk alur cukup fleksibel.

b. Jalur memotong ruang, dengan karakteristik yaitu mengakibatkan terjadinya ruang gerak dan ruang diam.

c. Jalur sirkulasi berakhir pada ruang, memiliki karakteristik antara lain: (1) lokasi ruang menentukan arah, (2) sering digunakan pada ruang bernilai fungsional dan simbolis.

Dalam hal sistem sirkulasi, terdapat beberapa sistem pencapaian terhadap ruang, pada dasarnya sangat erat hubungannya dengan sistem sirkulasi, antara lain:


(16)

a. Pencapaian frontal

Sistem yang mengarah dan lurus ke objek ruang yang dituju. Sistem pencapaian ini memiliki kelebihan yang berupa pandangan visual objek yang dituju jelas terlihat dari jauh. Namun memiliki kekurangan yaitu pengguna tidak bisa mengetahui hal-hal lain yang berada di sekeliling objek utama (Gambar 1).

Gambar 1. Pencapaian frontal.

b. Pencapaian ke samping

Pencapaian ke samping dapat memperkuat efek perspektif pada objek yang dituju. Jalur pencapaian dapat dibelokkan berkali-kali untuk memperbanyak urutan ruang sebelum mencapai objek sehingga pengguna dapat mengetahui hal-hal lain yang berada di sekeliling objek utama (Gambar 2).


(17)

Gambar 2. Pencapaian ke samping.

c. Pencapaian memutar

Pencapaian memutar dapat memperlambat dan memperbanyak urutan ruang dan memperlihatkan tiga dimensi dari objek dengan mengelilinginya sehingga pengguna dapat mengetahui hal-hal lain yang berada di sekeliling objek utama (Gambar 3).


(18)

2.3.3 Pertimbangan Vegetasi

Nilai estetika dari tanaman diperoleh dari perpaduan antara warna (daun, batang, bunga), bentuk fisik tanaman (batang, percabangan, dan tajuk), tekstur tanaman, skala tanaman, dan komposisi tanaman. Nilai estetika tanaman dapat pula diperoleh dari satu tanaman atau sekelompok tanaman yang sejenis. Kombinasi berbagai jenis tanaman atau kombinasi antara tanaman dengan elemen lansekap lainnya (Hakim, 2000)

Menurut Hakim dan Utomo (2005), perencanaan lansekap merupakan suatu hal pokok yang menjadi dasar dalam pembentukan ruang luar. Penataan dan perancangan tanaman mencakup: habitus tanaman, karakter tanaman, fungsi tanaman, dan peletakan tanaman.

Tanaman merupakan material lansekap yang hidup dan terus berkembang. Pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi ukuran besar tanaman, bentuk tanaman, tekstur, dan warna selama masa pertumbuhannya. Dengan demikian, kualitas dan kuantitas ruang terbuka akan terus berkembang dan berubah sesuai dengan pertumbuhan tanaman. Secara dasar khususnya di iklim tropis, dikenal dua macam tanaman ditinjau dari massa daunnya, yaitu:

1. Tanaman yang menggugurkan daunnya (Decidous plants)

Tanaman yang menggugurkan daunnya yang dimaksud adalah jenis-jenis tanaman yang berubah bentuk ataupun warna daunnya sesuai dengan musimnya. Setelah musim panas daun berguguran, sedangkan menjelang musim hujan daun tumbuh lebat.


(19)

2. Tanaman yang hijau sepanjang tahun (Evergreen conifers)

Tanaman yang hijau sepanjang tahun dimaksudkan adalah jenis tanaman yang berdaun lebat dan berbunga sepanjang musim, tidak menggugurkan daun.

Menurut Hakim dan Utomo (2005), jenis tanaman dilihat dari segi

botanis/morphologis, sesuai dengan ekologis dan efek visual. Dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu pohon, perdu, semak, penutup tanah (ground cover), dan rerumputan (carpeting). Pengalokasian dari kelima kelompok tersebut dalam suatu hamparan taman, pendekatannya dengan perhitungan berdasarkan luasan proyeksi tajuk dan toleransi terhadap kebutuhan cahaya matahari, luas area taman, maupun karakter masing-masing rancang bangunan fisik yang secara rinci

diuraikan sebagai berikut:

1. Tanaman pohon adalah jenis tanaman berkayu yang biasanya mempunyai batang tunggal dan dicirikan dengan pertumbuhan yang sangat tinggi. Biasanya, tanaman pohon digunakan sebagai tanaman pelindung dan centre point dengan ketinggiannya yang mencapai lebih dari 3,00 meter. Contoh tanaman pohon yaitu ; palem raja (Rotonea sp), akasia (Acacia

auriculiformis) dan flamboyan (Delonix regia).

Alokasi komunitas pohon, didasarkan atas luasan proyeksi tajuk optimal berdasarkan penghitungan waktu ½ daur (umur) pohon yang dicirikan oleh kondisi tajuk yang tidak saling overlaping. Pendekatan tersebut dengan pertimbangan agar terciptanya keleluasaan sirkulasi udara dan penyinaran matahari sampai ke permukaan tanah.

2. Tanaman golongan perdu merupakan bentuk tanaman berkayu dan memiliki batang utama berupa pohon, percabangan dekat dengan tanah, berakar


(20)

dangkal, dan tinggi 1,00 – 3,00 meter. Contoh tanaman yaitu ; bougenvile, kembang sepatu, dan nusa indah.

3. Tanaman golongan semak dicirikan dengan batang tidak berkayu,

percabangan dekat dengan tanah, berakar dangkal, dan tinggi 50 cm – 1,00 meter. Contoh tanaman yaitu ; heliconia (Heliconia psittacorum), yucca (Yucca aloifolia), bambu hias (Arandinaria japonica)dan sansivera (Sansevieria trifasciata).

Alokasi komunitas semak/perdu, sangat ditentukan oleh desain lansekap berdasarkan luasan areanya.

4. Tanaman penutup tanah (ground cover)dicirikan dengan batang tidak

berkayu, berakar dangkal, dan tinggi 20 cm – 50 cm. Tanaman kelompok ini termasuk tanaman penutup tanah seperti krokot (Althernantera sp.) dan kacang-kacangan (Arachis pintoi).

5. Rerumputan (carpeting) adalah tanaman yang membentuk kesan lantai dengan tinggi sekitar mata kaki. Contoh rumput gajah (Axonopus compressus).

Alokasi komunitas penutup tanah dan rerumputan pada dasarnya merupakan karpet hijau yang menutup seluruh hamparan taman, dikurangi dengan luasan alokasi komunitas semak/perdu dan pohon.

3.2.4 Pertimbangan Tata hijau

Elemen lansekap pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu elemen keras (hard-material) dan elemen lembut (soft-material). Elemen lembut tidak mempunyai bentuk yang tetap dan selalu berkembang sesuai masa


(21)

pertumbuhannya sehingga menyebabkan bentuk dan ukuran yang selalu berubah. Perubahan tersebut terlihat dari bentuk, tekstur, warna, dan ukuran. Perubahan ini diakibatkan oleh karena tanaman adalah mahluk yang selalu tumbuh dan

dipengaruhi pula oleh faktor alam dan tempat tumbuhnya (Hakim dan Utomo, 2005).

Pemilihan jenis tanaman dalam suatu perancangan merupakan suatu seni dan ilmu pengetahuan. Dapat dikatakan seni karena merupakan elemen desain warna, bentuk, tekstur, dan kualitas desain yang dapat berubah mengikuti iklim, usia, serta faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman tersebut.

Karakteristik fisik tanaman dapat dilihat dari bentuk batang dan percabangannya, bentuk tajuk, massa daun, massa bunga, warna, tekstur, aksentuasi, skala

ketinggian dan kesendiriannya. Ilmu pengetahuan menyangkut dari teknik peletakan, teknik penanaman, dan pertumbuhannya.

Pemilihan jenis tanaman tergantung dengan:

1. Peletakan tanaman, disesuaikan dengan tujuan dan fungsi tanaman. 2. Fungsi tanaman, disesuaikan dengan tujuan perencanaan.

Pemilihan jenis dan fungsi tanaman harus diperhatikan dengan baik. Hal ini karena tanaman sebagai soft material mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang dipengaruhi oleh faktor alam dan tempat tumbuhnya seperti kesesuaiannya dengan suhu lingkungan, jenis tanah, curah hujan, kelembaban, ketinggian tanah di atas permukaan laut, dan pH tanah pada tapak yang menyebabkan perubahan bentuk, tekstur, warna, dan ukuran sehingga penggunaan tanaman menjadi lebih bervariasi.


(22)

2.3.5 Kegunaan Fasilitas Penunjang (Utilitas) dalam Lansekap

Hakim dan Utomo (2005) menyatakan bahwa penerapan rekayasa lansekap dalam sistem utilitas lansekap atau sasaran penunjang antara lain sebagai berikut:

1. Sistem irigasi penyiraman

Sistem irigasi penyiraman bagi suatu rencana lansekap dipandang penting,

mengingat kebutuhan air sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup tanaman dan sangat membantu dalam pemeliharaan tanaman. Penyiraman dapat dilakukan secara manual ataupun mekanik. Secara manual dimaksudkan dengan mengambil air dari kolam reservoir air dan disiramkan dengan menggunakan tenaga manusia, sedangkan secara mekanik yaitu memanfaatkan teknologi irigasi dan pompanisasi.

2. Sistem pencahayaan

Perancangan lansekap harus disertai dengan pemikiran tentang penerangan luar karena ruang luar yang dirancang tidak hanya dapat dimanfaatkan pada siang hari namun perlu dipikirkan pemanfaatannya pada malam hari.

Menurut Hakim dan Utomo (2005), suasana gelap dan terang dihasilkan karena adanya sumber energi cahaya yang mengarah ke mata manusia. Fungsi cahaya penerangan di malam hari dalam arsitektu lansekap sebagai berikut.

a. Penerangan cahaya untuk ruang tempat kegiatan (parkir, plaza, dan pendestrian)

b. Penerangan cahaya untuk sirkulasi

c. Penerangan cahaya untuk tanaman/pepohonan


(23)

e. Penerangan cahaya untuk kolam/air mancur

f. Penerangan cahaya bagi benda seni (patung dan ornamen lansekap)

Suasana gelap telah memberikan dampak pada manusia sebagai berikut. a. Rasa takut

b. Rasa tidak jelas c. Rasa menyeramkan

3. Tempat parkir

Semakin banyak dan berkembangnya alat transportasi darat serta semakin banyaknya lokasi kegiatan manusia yang tersebar di berbagai tempat, maka kebutuhan sarana jalan kendaraan semakin luas. Sejalan dengan perkembangan tersebut, maka kebutuhan akan lahan parkir semakin meningkat terutama di kota besar dan di tempat yang padat aktivitas.

Hampir semua aktivitas kegiatan di ruang terbuka memerlukan sarana tempat parkir. Kebutuhan akan tempat parkir dalam suatu perancangan tapak lansekap merupakan bagian dari prasarana lingkungan (Hakim dan Utomo, 2005).

Dalam penentuan tata letak, parkir memiliki beberapa kriteria, antara lain: 1. Parkir terletak pada permukaan tapak yang datar, apabila permukaan tanah

awalnya mempunyai kemiringan, maka perlu dipikirkan penggunaan grading

dengan sistem cut and fill. Lokasi permukaan yang datar pada area parkir dimaksudkan untuk menjaga keamanan kendaraan saat parkir agar kendaraan tidak menggelinding.


(24)

2. Penempatan parkir tidak terlalu jauh dari pusat kegiatan. Bila jarak antara tempat parkir dengan pusat kegiatan cukup jauh, maka diperlukan sirkulasi yang jelas dan terarah menuju ataupun dari area parkir, atau perlu adanya penerangan yang baik pada malam hari dan kendaraan khusus yang akan menghantarkan ke pusat kegiatan.

Sistem yang digunakan pada tempat parkir biasanya menggunakan sistem sudut terhadap sisi jalan. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a. Parkiran dengan sudut 45o atau 60o (Angle)

Parkiran ini memiliki kelebihan karena memudahkan dalam pemarkiran

kendaraan, sistem parkiran ini cukup efisiensi jika ditinjau dari pemakaian lahan yang kurang luas dengan kapasitas kendaraan yang ada (Gambar 5 dan 6.)


(25)

Gambar 5. Parkiran dengan sudut 60o

b. Parkiran dengan sudut 900 atau tegak lurus (Perpandicular)

Sistem parkiran 900 (Gambar 4) sangat efisien ditinjau dari luas atau kapasitas kendaraan, namun sistem parkiran ini mengganggu sirkulasi bagi kendaraan lain

Gambar 6. Parkiran dengan sudut 90o (Perpandicular)

c. Parkiran dengan sudut 180 (Parallel)

Parkiran dengan sistem ini tidak efisien ditinjau dari luas atau kapasitas kendaraan dan sistem parkiran ini menyulitkan pemiliki kendaraan dalam pemarkiran


(26)

Gambar 7. Parkir dengan sudut 180o

4. Saluran pembuangan (Drainase system)

Drainase atau saluran pembuangan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perencanaan lansekap. Ruang luar suatu tapak yang telah dirancang dengan baik harus terhindar dari bagian tapak yang tergenang air yang akan menyebabkan rancangan menjadi tidak sempurna.

Untuk pengolahan tapak dengan pemilihan tanah yang bergelombang atau berkontur, maka pemecahan masalah drainase atau saluran air lebih rumit dibandingkan dengan permukaan tanah yang relatif rata. Kedua bentuk

permukaan tanah tersebut mempunyai keuntungan dan kerugian terhadap saluran pembuangan. Pada tanah yang berkontur, aliran air akan bergerak dari kontur tertinggi menuju kontur terendah, artinya akan selalu terjadi aliran air secara alamiah. Sedangkan pada tapak dengan tanah yang relatif datar, maka kemiringan saluran perlu diperhitungkan agar air buangan dapat mengalir menuju saluran pembuangan kota.


(27)

5. Rekayasa lansekap

Rekayasa lansekap merupakan salah satu teknik pengolahan kondisi tapak yang ada agar dihasilkan suatu rancangan tapak yang sesuai dengan kaidah-kaidah arsitektural. Penambahan vegetasi yang sesuai dengan tujuan yang telah dibuat diharapkan dapat menghasilkan hubungan yang kuat antara lingkungan asri dengan keseimbangan ekologi di Padang Golf Sukarame.


(28)

III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2011. Lokasi penelitian terletak di Padang Golf Sukarame. JL. H. Endro Suratmin Kelurahan Harapan Jaya Kecamatan Sukarame 1, Kota Bandar Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tapak dengan luas 65 ha terdiri dari zona penerimaan dan pelayanan (luas ± 2.400 m²), zona olahraga (luas ± 5.600 m²), mini golf (luas ± 4000 m²), zona outbond (luas ± 5.600 m²), dan zona golf (luas zona ± 62 Ha). Peta Padang Golf Sukarame, kertas kalkir. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera, pena rapido (0.1, 0.3 dan 0.5), kertas A3, penggaris, pensil, penghapus, kamera, meteran, meja gambar.

3.3 Ruang Lingkup Penelitian

Lokasi Penelitian adalah pada area lahan-lahan yang tidak terpakai dan kawasan

bad-view sekitar Padang Golf Sukarame yang meliputi perancangan elemen lunak (Soft material) dan elemen keras (Hard material). Penelitian dilaksanakan sampai pada proses perancangan lansekap Padang Golf Sukarame dengan hasil akhir berupa gambar desain lansekap Padang Golf Sukarame.


(29)

3.4 Metode Penelitian

Penelitian perancangan lansekap kawasan Bad-view di Padang Golf Sukarame sebagai taman rekreasi olahraga, menggunakan metode Gold (1980) dalam Hakim (1987) dari invetarisasi, analisis, konsep, pradesain, desain, pemeliharaan,

eveluasi, dan tujuan dapat di lihat pada (Tabel 1).

Tabel 1. Tahapan Perancangan Lansekap di Padang Golf Sukarame.

FAKTA/ INVENTARISASI

TAPAK

ANALISIS KONSEP DESAIN

PROGRAMING SKEMATIK DESAIN AKHIR

GAGASAN AWAL PROYEK PENETAPAN

Judul proyek Maksud Tujuan Tema

DATA PROYEK

Luas tapak Kegiatan Tanah Hidrologi Klimatologi Topografi Vegetasi Lingkungan Sosial, ekonomi,

budaya KEBUTUHAN AKTIVITAS FUNGSI ANALISIS TAPAK (alam) Tanah Hidrologi Klimatologi Topografi Tata hijau Potensi visual ANALISIS LINGKUNGAN Sosial Budaya Ekonomi Lingkungan TINJAUNAN MASTER PLAN

Zonasi kegiatan Tata hijau Sirkulasi Utilitas SKEMATIK PLAN (2 DIMENSI) Lingkungan Zoning

Kebutuhan ruang Kebutuhan aktivitas Ruang

Sirkulasi Tata hijau

GAMBAR PERENCANAAN

Landscape plan

Planting plan

Utility plan


(30)

3.4.1 Inventarisasi dan Survei

Invetarisasi merupakan tahap awal untuk memulai suatu perancangan. Tahap awal meliputi kegiatan wawancara, pengukuran dan pengamatan langsung di lapangan. Data dan informasi dasar tersebut antara lain potensi tapak (lokasi), status lahan, fungsi bangunan, konsep bangunan. Sedangkan, survei dilakukan untuk memperoleh data dari instansi terkait serta melakukan studi literatur dari berbagai pustaka.

Kegiatan ini dilakukan dalam dua cara, yaitu (1) wawancara dan pengamatan langsung dilapangan, (2) pengumpulan data dan informasi yang dilakukan terhadap dinas dan instansi pemerintahan yang terkait.

Survei juga mencakup tahap inventarisasi tapak, yaitu menginventarisasi aspek fisik berupa vegetasi existing, pH tanah, topografi, hidrologi, luas area, curah hujan. Aspek nonfisik berupa kebisingan dan sosial budaya masyarakat sekitar.

Secara administrasi lokasi penelitian Padang Golf Sukarame terletak di jalan H. Endro Suratmin Kelurahan Harapan Jaya Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung. Lokasi penelitian berbatas wilayah dengan kampus IAIN Raden Intan (sebelah Utara), perkebunan karet PTPN X (sebelah Timur), SMAN 12 Bandar Lampung (sebelah Selatan), dan Perumahan Permata Biru (sebelah Barat). Areal perancangan lansekap Padang Golf Sukarame memiliki luas lahan sekitar ± 65 ha.


(31)

3.4.2 Analisis sintesis

Kegiatan analisis adalah mengidentifikasi masalah yang terlihat pada tapak dari hasil inventarisasi. Tahap sintesis menyelesaikan masalah, mengembangkan potensi yang ada, dan mengendalikan kendala-kendala yang muncul. Semua ini dilakukan dengan tujuan agar desain akhir yang diperoleh sesuai dengan situasi dan kondisi lahan yang dilakukan.

3.4.3 Konsep

Pada tahap ini adalah pengembangan dari inventarisasi, dan analisi sintesis setelah mengkaji data – data yang ada, maka membuat konsep awal untuk menentukan tema, bentuk dalam rancangan lansekap. Menurut Hakim (2006), konsep perancangan adalah gagasan abstrak yang dikembangkan dari inventarisasi data lapangan, analisis dari kondisi-kondisi yang ada (exsisting), kebutuhan

perkembangan di masa datang, kendala rancangan di lokasi, fungsi tapak, dan aktivitas pengguna tapak. Merupakan tahap pemecahan fisik secara arsitektural sesuai dengan fungsi dan kegunaannya, yang meliputi konsep ruang, sirkulasi, utilitas, dan tata hijau.

2.4.4 Desain

Tahap terakhir proses perencanaan ini yaitu desain, merupakan pengembangan dari tahap inventarisasi, survey, analisis-sintesis, dan konsep. Desain akan menjadi dasar dari rancangan detail yang mengaplikasikan konsep kedalam tapak melalui pertimbangan arsitektual. Pemilihan elemen soft-material dan


(32)

hard-material harus dipilih dengan tepat sesuai dengan kebutuhan yang ada, dalam konsep awal.

Dalam gambar desain, penggunaan tanda warna sangat penting agar gambar tersebut mudah dimengerti, dan mudah dibedakan antara elemen satu dengan yang lainnya.

Hasil akhir dari desain lansekap dituangkan dalam bentuk tata ruang, tata hijau, serta fasilitas dan ornamen – ornamen taman. Hasil penelitian berupa penataan lansekap di Padang Golf Sukarame Bandar Lampung tidak hanya menawarkan olahraga golf saja tetapi menawarkan olahraga lainnya seperti outbond, lapangan tenis, futsal, kolam renang, mini golf dan gym center dengan konsep sebagai taman rekreasi olahraga dengan mengelola kawasan bad view.


(33)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Padang Golf Sukarame memiliki lahan-lahan kosong yang belum

termanfaatkan dan bangunan yang belum dioptimalkan, sehingga kesan yang ditimbulkan memperlihatkan Bad view yang mengurangi point of interest

yang ada di dalam Padang Golf Sukarame tersebut.

2. Potensi yang dapat dikembangkan dari hasil analisis dan sintesis kawasan Padang Golf Sukarame menjadi 5 zona yaitu : zona penerimaan dan pelayanan, zona olahraga, mini golf, outbond, dan zona golf.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan saran sebagai berikut: 1. Perlu adanya kerja sama dari pihak pengelola dalam mengembangkan kawasan

Padang Golf Sukarame.

2. Dalam pengelolaan harus memperhatikan aspek pemeliharaan dan pemanfaatan tapak sehingga tujuan perancangan tapak dapat terlaksana dengan baik.


(34)

ABSTRAK

PERANCANGAN LANSEKAP KAWASAN BAD-VIEW DI PADANG GOLF SUKARAME BANDAR LAMPUNG SEBAGAI TAMAN

REKREASI OLAHRAGA Oleh

Fabyan Tusya Ariel

Olahraga golf yang ada di Provinsi Lampung hanya dimanfaatkan sebagai olahraga di kalangan menengah ke atas dan orang dewasa. Melihat hal tersebut maka sangat disayangkan apabila sebenarnya lapangan golf di provinsi Lampung dapat menarik pengunjung lebih banyak, tidak hanya kalangan menengah ke atas dan orang dewasa tetapi disemua kalangan dan tidak terbatas oleh umur dengan mengevaluasi master plan yang ada.

Tujuan penelitian merancang lahan-lahan yang tidak terpakai dan kawasan bad-view dengan merencanakan penambahan jenis olahraga lain serta memaksimalkan fasilitas pendukung sehingga menambah pemasukan financial dan menawarkan olahraga lain dengan menciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan memiliki nilai – nilai estetika dengan menggabungkan unsur hard-material dan soft


(35)

termanfaatkan dan bangunan yang belum dioptimalkan, sehingga kesan yang ditimbulkan memperliahatkan Bad view yang memberikan rasa tidak nyaman di dalam lapangan padang Golf Sukarame tersebut. (2) Potensi yang dapat

dikembangkan dari hasil analisis dan sintesis kawasan Padang Golf Sukarame menjadi 5 zona yaitu : zona penerimaan dan pelayanan, zona olahraga, mini golf,

outbond, dan zona golf.


(36)

ABSRACT

THE DESIGN LANDSCAPE OF GOLF FIELD SUKARAME BANDAR LAMPUNG AS THE SPORT RECREATION PLACE BY MANAGING

BAD VIEW AND USELESS AREAS By

Fabyan Tusya Ariel

Golf in lampung province is useed to playing for the upper class society. The large and wide land need a well-concepted design. It requires considerable

attention from the design to the maintanance. The supporting lands there need also to be managed by selecting the type of plants and some others; gazebo, sitting chair, garbage pail,etc. It aims to make the players enjoyable by providing the good view of the planned design.

One of the plans to form the landscape to be not only a sport place for golf but also a recreation sport place for others is utilization the empty space and bad view area for other supporting sport facilities. It will create the attractive appearance that can also be the centre point of interest there to attract many visitors and increase the income by providing the comfortable and nice environment. The aim of this study is to reform the empty space and bad view area with additional sport and supporting facilities that can create a nice environment from its appearance and esthetics by combining hard material and soft material unsures.


(37)

This landscape design used Gold (1980) in Hakim (1987) method that consists of some paths; inventories, analysis, concept, pre-design and final design. Based on analysis and synthesize result that Golf field sukarame can be developed to be five zones; reception and service zone, sport zone, miniature golf, outbound zone, and golf zone.


(38)

PERANCANGAN LANSEKAP KAWASAN BAD-VIEW DI PADANG GOLF SUKARAME BANDAR LAMPUNG SEBAGAI TAMAN

REKREASI OLAHRAGA

Oleh

FABYAN TUSYA ARIEL

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pertanian

Pada

Program Studi Hortikultura Jurusan Budidaya Pertanian

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(39)

(40)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... . iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.3 Landasan Teori ... 5

1.4 Kerangka Pemikiran ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap ... 9

2.2 Perencanaan Lansekap (Lansdscape Planning) ... 11

2.3 Pertimbangan Rancangan ... 12

2.3.1 Pertimbangan Ruang ... 12

2.3.2 Pertimbangan Sirkulasi ... 13

2.3.3 Pertimbangan Vegetasi ... 17

2.3.4 Pertimbangan Tata Hijau ... 19


(41)

3.1 Waktu dan Tempat ... 27

3.2 Alat dan Bahan ... 27

3.3 Ruang Lingkup Penelitian ... 27

3.4 Metode Penelitian ... 28

3.4.1 Inventaris dan Survei ... 29

3.4.2 Analisis - Sintesis ... 30

3.4.3 Konsep ... 30

3.4.4 Desain ... 30

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1 Kondisi Awal Tapak ... 32

4.1.1 Letak dan Luas ... 32

4.1.2 Tofografi ... 38

4.1.3 Iklim ... 39

4.1.4 Keadaan Tanah ... 40

4.1.5 Hidrologi ... 41

4.1.6 Vegetasi pada Daerah Penelitian ... 41

4.2 Pembahasan ... 41

4.2.1 Analisis Data Hasil Inventaris ... 41

4.2.2 Konsep Desain Perancangan ... 43

4.2.2.1 Konsep ruang (zonasi) dan konsep tata hijau ... 43

4.2.2.2 Konsep sirkulasi ... 62

4.2.2.3 Konsep hard material ... 64

4.2.3 Konsep Pelaksanaan ... 70

4.2.3.1 Konsep penanaman tanaman ... 70

4.2.3.2 Pemeliharaan ... 72

4.2.4 Konsep Utilitas ... 74


(42)

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

5.1 Kesimpulan ... 76

5.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, S.H. dan N. Arifin. 2000. Pemeliharaan Taman. Penebar Swadaya. Jakarta. 123 hlm.

BMKG. 2011. Data Klimatologi. Bandar Lampung.

Gold, S.M. 1988. Recreation Planing and Desain. Mc Graw-Hill Book Company. Toronto. 134 hlm

Hakim, R. 1987. Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap. Bumi Aksara. Jakarta.

__________. 2000. Dasar-dasar Arsitektur Lansekap. Bumi Aksara. Jakarta. 241 hlm.

__________ dan H. Utomo. 2005. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap: Prinsip-Unsur dan Aplikasi Desain. Bumi Aksara. Jakarta. Irwan, Z.D. 2005. Tantangan Lingkungan dan Lasekap Hutan Kota. Bumi

Aksara. Jakarta.

Lakitan, B. 1995. Hortikultura, Teori, Budidaya, dan Pasca Panen. PT Raja GrafindoPersada. Jakarta.

Laurie, M. 1975. An Introduction to Landscape Architecture. American

Publisher. Dalam Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Rustam Hakim dan Hardi Utomo. 2005. Bumi Aksara. Jakarta.

Simond, J.O. 1983. Landscape Architecture. McGraw-Hill. New York. 331p Suharso. 1991. Taman Formal. Kanisius. Yogyakarta.

Sulistyantara, B. 2004. Taman Rumah Tinggal. Penebar Swadaya. Jakarta. Waryono, T. 2010. Filosofi Karakter Lansekap Kawasan Permukiman Ramah

Lingkungan. Website Resmi Dr. Ir. Tarsoen Waryono, M. Sc.

http://www.2shared.com/file/8376294/dcf32blc/NASKAH_LANSEKAP_xx.html. Diakses tanggal 18 Februari 2010.


(44)

(45)

(46)

Judul Skripsi : PERANCANGAN LANSEKAP KAWASAN BAD-VIEW DI PADANG GOLF SUKARAME BANDAR LAMPUNG

SEBAGAI TAMAN REKREASI OLAHRAGA Nama Mahasiswa :

Fabyan Tusya Ariel

NPM : 0614012033

Jurusan : Budidaya Pertanian Program Studi : Hortikultura

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Kedua

Ir. Kushendarto, M.S. Ir. Tri Dewi Andalasari, M.Si. NIP 19570325198403 1 001 NIP 19660108 199010 2 001

2. Ketua Jurusan Budidaya Pertanian

Prof. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc. NIP 19611021 198503 1 002


(47)

MENSAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Kushendarto, M.S. _____________

Sekretaris : Ir. Tri Dewi Andalasari, M.Si. _____________

Penguji

Bukan pembimbing : Ir. Rugayah, M.P. _____________

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001


(48)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Manna, Bengkulu pada tanggal 11 Oktober 1988, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak H. Ir. Syahril Sarodjie dan ibu H. Tuti Herawati. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 1 Tangkit Serdang Tanggamus pada tahun 2000. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Al – Kautsar pada tahun 2003. Pada tahun 2006, penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA N 3 Bandar Lampung. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai

mahasiswa Program Studi Hortikultura, Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pada tahun 2010, penulis melaksanakan Praktek Umum di Padang Golf Sukarame Bandar Lampung.


(49)

SANWACANA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta Salam selalu tercurah pada teladan terbaik seluruh umat manusia Rasulullah Muhammad SAW.

Dengan selesainya skripsi ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Ir. Kus Hendarto, M.S., selaku Pembimbing Pertama atas saran, bimbingan, dan kesabaran yang telah diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi ini hingga selesai.

2. Ibu Ir. Tri Dewi Andalasari, M.Si., selaku Pembimbing Kedua atas bimbingan, kesabaran, perhatian serta pengertiannya yang telah diberikan kepada penulis selama penelitian dan penulisan skripsi ini hingga selesai. 3. Ibu Ir. Rugayah, M.P., selaku Ketua Program Studi Hortikultura

Universitas Lampung dan Penguji yang telah memberikan saran, kritik, dan pengarahan kepada penulis.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Lampung dan Pembimbing Akadenik atas bimbingan, saran, dan motivasi yang diberikan kepada penulis.


(50)

penulis. Ayahanda H. Ir. Muhammad Syahril Sarodjie yang penulis banggakan dan menjadi panutan penulis atas bimbingan, nasehat, dan petuahmu yang telah diberikan.

7. Adik-adikku Fabyola Tisya Ariel dan Dio Giovanni Ariel yang penulis sayangi dan banggakan, atas dukungan dan semangat yang diberikan. 8. Ferawati Indah yang penulis sayangi, atas motivasi, inspirasi, semangat

dan dukungan yang tak pernah putus yang diberikan kepada penulis. 9. Rekan seperjuangan Tim Lansekap Horti ’06 Aridho Imandha yang telah

banyak memberi bantuan dan dukungan.

10. Sahabat-sahabat Hortikultura 2007, atas dukungan, bantuan dan semangat yang diberikan kepada penulis.

11. Robi Ahmad Hidayat S.P., Risca Yolanda S.P., Bagus Prasetya S.P., Deni Satria, Mutia Intan Savitri Herista S.P., Mardatilla S.P., Poniran, Prapto Eko Sukoco., Ryan Atmaningrum S.P., Erni Budi Ningtyas S.P., Bambang Wijanarko, dan rekan-rekan Hortikultura angkatan 2006 atas bantuan dan dukungan hingga selesainya skripsi ini.


(51)

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Bandar Lampung, Januari 2012 Penulis,


(1)

Judul Skripsi : PERANCANGAN LANSEKAP KAWASAN BAD-VIEW DI PADANG GOLF SUKARAME BANDAR LAMPUNG

SEBAGAI TAMAN REKREASI OLAHRAGA Nama Mahasiswa :

Fabyan Tusya Ariel

NPM : 0614012033

Jurusan : Budidaya Pertanian Program Studi : Hortikultura

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Kedua

Ir. Kushendarto, M.S. Ir. Tri Dewi Andalasari, M.Si. NIP 19570325198403 1 001 NIP 19660108 199010 2 001

2. Ketua Jurusan Budidaya Pertanian

Prof. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc. NIP 19611021 198503 1 002


(2)

MENSAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Kushendarto, M.S. _____________

Sekretaris : Ir. Tri Dewi Andalasari, M.Si. _____________

Penguji

Bukan pembimbing : Ir. Rugayah, M.P. _____________

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Manna, Bengkulu pada tanggal 11 Oktober 1988, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak H. Ir. Syahril Sarodjie dan ibu H. Tuti Herawati. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 1 Tangkit Serdang Tanggamus pada tahun 2000. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Al – Kautsar pada tahun 2003. Pada tahun 2006, penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA N 3 Bandar Lampung. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai

mahasiswa Program Studi Hortikultura, Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pada tahun 2010, penulis melaksanakan Praktek Umum di Padang Golf Sukarame Bandar Lampung.


(4)

SANWACANA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta Salam selalu tercurah pada teladan terbaik seluruh umat manusia Rasulullah Muhammad SAW.

Dengan selesainya skripsi ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Ir. Kus Hendarto, M.S., selaku Pembimbing Pertama atas saran, bimbingan, dan kesabaran yang telah diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi ini hingga selesai.

2. Ibu Ir. Tri Dewi Andalasari, M.Si., selaku Pembimbing Kedua atas bimbingan, kesabaran, perhatian serta pengertiannya yang telah diberikan kepada penulis selama penelitian dan penulisan skripsi ini hingga selesai. 3. Ibu Ir. Rugayah, M.P., selaku Ketua Program Studi Hortikultura

Universitas Lampung dan Penguji yang telah memberikan saran, kritik, dan pengarahan kepada penulis.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Lampung dan Pembimbing Akadenik atas bimbingan, saran, dan motivasi yang diberikan kepada penulis.


(5)

6. Ibunda tercinta, H. Tuti Herawati atas doa, perhatian, pengorbanan, kesabaran, nasehat serta motivasi yang tak pernah putus diberikan kepada penulis. Ayahanda H. Ir. Muhammad Syahril Sarodjie yang penulis banggakan dan menjadi panutan penulis atas bimbingan, nasehat, dan petuahmu yang telah diberikan.

7. Adik-adikku Fabyola Tisya Ariel dan Dio Giovanni Ariel yang penulis sayangi dan banggakan, atas dukungan dan semangat yang diberikan. 8. Ferawati Indah yang penulis sayangi, atas motivasi, inspirasi, semangat

dan dukungan yang tak pernah putus yang diberikan kepada penulis. 9. Rekan seperjuangan Tim Lansekap Horti ’06 Aridho Imandha yang telah

banyak memberi bantuan dan dukungan.

10. Sahabat-sahabat Hortikultura 2007, atas dukungan, bantuan dan semangat yang diberikan kepada penulis.

11. Robi Ahmad Hidayat S.P., Risca Yolanda S.P., Bagus Prasetya S.P., Deni Satria, Mutia Intan Savitri Herista S.P., Mardatilla S.P., Poniran, Prapto Eko Sukoco., Ryan Atmaningrum S.P., Erni Budi Ningtyas S.P., Bambang Wijanarko, dan rekan-rekan Hortikultura angkatan 2006 atas bantuan dan dukungan hingga selesainya skripsi ini.


(6)

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi yang membaca dan penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Bandar Lampung, Januari 2012 Penulis,