1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia bisnis saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat serta persaingan yang begitu ketat. Saat perusahaan semakin berkembang,
maka tingkat kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan pun semakin tinggi karena adanya aktivitas perusahaan yang tidak terkendali terhadap berbagai
sumber daya untuk meningkatkan laba perusahaan. Selain pihak yang terkait langsung dengan perusahaan, masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan pun
merasakan dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas operasi perusahaan. Oleh sebab itu, tanggung jawab perusahaan tidak hanya kepada para shareholder, tetapi
juga kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan perusahaan, seperti pelanggan, pemilik atau investor, supplier, komunitas dan juga pesaing Nurlela
dan Islahuddin, 2008. Di tengah persaingan global yang semakin ketat, perusahaan berlomba
meningkatkan daya saing di berbagai sektor untuk dapat menarik minat investor untuk berinvestasi. Oleh karena itu, nilai perusahaan menjadi sangat penting
karena mencerminkan kinerja perusahaan yang dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan dapat memberikan
sinyal positif kepada investor untuk berinvestasi pada suatu perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar investor percaya tidak hanya pada
kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan faktor penting untuk menilai keseluruhan kinerja perusahaan itu sendiri. Mulai dari penilaian aset, utang,
likuiditas, dan lain sebagainya. Banyak indikator yang dapat digunakan dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan antara lain cash flow atau aliran dana
per transaksi, profitabilitas, likuiditas, struktur keuangan dan investasi atau rasio pemegang saham.
Profitabilitas adalah faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibelitas kepada manajemen untuk melakukan dan mengungkapkan kepada pemegang
saham program tanggung jawab sosial secara lebih luas. Profitabilitas juga disinyalir sebagai faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan yang dilakukan
perusahaan. Hubungan antara profitabilitas perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan telah menjadi anggapan dasar untuk
mencerminkan pandangan bahwa reaksi sosial memerlukan gaya manajerial. Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas yang dihasilkan perusahaan, maka
pengungkapan informasi sosial akan cenderung semakin besar Bangun dan Wati 2007 dalam melakukan investasi, investor akan
mempertimbangkan profit dari perusahaan mana yang akan memberikan return tinggi. Profitabilitas memberikan nilai yang objektif mengenai nilai investasi pada
sebuah perusahaan. Oleh karena itu profit sebuah perusahaan merupakan harapan bagi investor, tetapi investor juga harus berhati-hati dalam menentukan keputusan
investasi karena jika tidak tepat, investor tidak hanya kehilangan return tetapi semua modal awal yang diinvestasikannya juga akan hilang. Oleh karena itu,
investor juga perlu mengumpulkan informasi yang lengkap dan tepat mengenai perusahaan yang akan di pilih sebagai tempat investasinya.
Modigliani dan Miller 1963 dalam Ulupui 2007 menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari aset perusahaan. Hasil
positif menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien perputaran aset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan.
Hal ini berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Ulupui 2007 menemukan hasil bahwa Return on Asset ROA berpengaruh
positif signifikan terhadap return saham satu periode ke depan. Oleh karena itu, ROA merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Makaryawati 2002, Carlson dan Bathala 1997 dalam Suranta dan Pratana 2004 juga menemukan bahwa Return On Asset ROA berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. Namun, hasil yang berbeda diperoleh oleh Gamalasari 2012 dan Tjia dan Setiawati 2012 menemukan hasil bahwa kinerja keuangan
yang diproksikan dengan ROA tidak memiliki pengaruh signifikan pada nilai perusahaan.
Weston dan Brigham 1998, menyatakan bahwa struktur keuangan financial leverage merupakan cara aktiva-aktiva dibelanjaidibiayai, hal ini
seluruhnya merupakan bagian dari neraca, sedangkan struktur modal capital structure
merupakan pembiayaan pembelanjaan permanen, yang terutama berupa hutang jangka panjang, saham preferen dan modal saham biasa, tetapi tidak semua
masuk kredit jangka pendek. Jadi struktur modal dalam suatu perusahaan adalah hanya sebagian dari struktur keuangannya.
Teori struktur modal menjelaskan bahwa kebijakan pendanaan financial policy
perusahaan dalam menentukan struktur modal bauran antara hutang dan ekuitas bertujuan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan value of the firm.
Struktur modal yang optimal suatu perusahaan adalah kombinasi dari utang dan ekuitas sumber eksternal yang memaksimumkan harga saham perusahaan. Pada
saat tertentu, manajemen perusahaan menetapkan struktur modal yang ditargetkan, yang mungkin merupakan struktur yang optimal, meskipun target
tersebut dapat berubah dari waktu ke waktu. Sejumlah faktor mempengaruhi keputusan mengenai struktur modal perusahaan, seperti stabilitas penjualan,
struktur aktiva, leverage operasi, peluang pertumbuhan, tingkat profitabilitas, pajak penghasilan, tindakan manajemen dan sebagainya. Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi struktur modal perusahaan adalah ukuran perusahaan, perusahaan yang lebih besar pada umumnya lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan
dengan perusahaan kecil. Oleh sebab itu dengan memperoleh pinjaman perusahaan dapat berkembang lebih baik lagi Mai, 2006. Teori struktur modal
menjelaskan pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan. Di Indonesia banyaknya kasus terkait dengan lingkungan yang dilakukan
oleh perusahaan yang berdampak pada masyarakat dan lingkungan. Seperti kasus lumpur Lapindo yang terjadi di daerah Sidoarjo yang dinobatkan sebagai
perusahaan yang tidak bertanggung jawab, pencemaran Teluk Buyat Oleh PT. Newmont Minahasa Raya, dan kasus pencemaran yang dilakukan oleh PT.
Freeport Indonesia yang dinilai tidak memenuhi batas air limbah dan telah mencemari biota laut Arifin dkk., 2012. Kasus-kasus tersebut memberikan
gambaran bahwa perusahaan sesungguhnya juga perlu memperhatikan sisi non keuangan terutama dari sisi lingkungan dan sosial.
Corporate social responsibility CSR merupakan salah satu faktor non
keuangan yang sekarang ini perlu dipertimbangkan oleh perusahaan dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan. Melaksanakan CSR secara konsisten dalam
jangka panjang akan meningkatkan legitimasi masyarakat terhadap kehadiran perusahaan. Semakin banyak bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan
perusahaan terhadap lingkungannya, gambaran perusahaan menjadi meningkat. Penerapan Corporate Social Responsibility merupakan salah satu faktor
yang dapat menarik minat pemegang saham untuk berinvestasi. Para investor lebih tertarik untuk menanamkan sahamnya pada perusahaan yang menerapkan
program CSR sebagai kegiatan usahanya. Hal ini didukung oleh penelitian Pfleiger, et al. 2005 yang menunjukkan bahwa usaha-usaha pelestarian
lingkungan oleh perusahaan akan mendatangkan beberapa keuntungan, diantaranya adalah ketertarikan pemegang saham dan stakeholder terhadap
keuntungan yang diperoleh perusahaan akibat pengelolaan lingkungan yang bertanggungjawab. Nilai perusahaan akan terjamin tumbuh secara berkelanjutan
jika perusahaan memperhatikan dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan hidup karena keberlanjutan merupakan keseimbangan antara kepentingan kepentingan
ekonomi, lingkungan dan masyarakat. Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan dengan kompleksitas
kegiatan yang tinggi karena perusahaan manufaktur melakukan usahanya dari proses pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi. Perusahaan manufaktur dapat
digolongkan menjadi dua jenis industri utama yaitu high-profile dan lowprofile. Menurut Robert 1992 dalam Anggraini 2006, industri dengan kategori high-
profile didefinisikan sebagai industri dengan visibilitas konsumen, kompetisi yang
tinggi serta risiko politik yang tinggi. Sedangkan industri low-profile adalah industri yang memiliki tingkat sensitivitas yang rendah terhadap lingkungannya,
serta risiko politik atau kompetisi yang rendah. perusahaan manufaktur yang termasuk dalam kategori high-profile adalah perusahaan yang bergerak di bidang
makanan dan minuman, bahan kimia, plastik, kertas, otomotif, rokok, farmasi, kosmetika dan perkakasperabotan. Perusahaan manufaktur yang termasuk dalam
kategori low-profile adalah perusahaan yang bergerak di bidang semen, keramik, logam, pakan hewan, kayu, mesin dan alat berat, tekstil, alas kaki, kabel dan
elektronik Sari, 2012. Perusahaan yang aktivitasnya terkait dengan sumber daya alam wajib
mengungkapkan CSR, hal itu termuat dalam UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dalam pasal 74 menyebutkan bahwa:
“Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial
dan lingkungan”. Pada tahun 2012 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 diterbitkan mengenai Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas.
Dengan adanya peraturan yang mengatur CSR, maka CSR tidak lagi bersifat sukarela melainkan sudah menjadi suatu kewajiban perusahaan untuk melaporkan
pertanggungjawaban sosial yang dilakukan dalam laporan tahunan” Swastika, 2013.
Penerapan CSR tidak lagi dianggap sebagai cost, melainkan investasi perusahaan Erni 2007 dalam Kusumadilaga 2010. Penelitian Bassamalah dan
Jermias 2005 menunjukkan bahwa salah satu alasan manajemen melakukan pelaporan sosial adalah untuk alasan strategis. Meskipun belum bersifat
mandatory , tetapi dapat dikatakan bahwa hampir semua perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia sudah mengungkapkan informasi mengenai CSR dalam laporan tahunannya. Dengan adanya praktik corporate social responsibility maka
diharapkan nilai perusahaan akan baik dimata masyarakat. Perusahaan besar dan memiliki biaya keagenan yang lebih besar tentu akan mengungkapkan informasi
yang lebih luas hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya keagenan yang dikeluarkan Martina 2012.
Penelitian mengenai Corporate Social Responsibility CSR telah banyak dilakukan yang berkaitan dengan nilai perusahaan. Ada tiga kemungkinan hasil
penelitian yang terjadi dari pengungkapan tanggung jawab sosial terhadap nilai perusahaan dan earnings management, yaitu berpengaruh positif, berpengaruh
negatif, dan tidak berpengaruh. Yustiana 2011 menyatakan bahwa CSR tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Hasil berbeda dinyatakan oleh Rustiarini
2010 menyatakan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh pada nilai perusahaan. Zuraedah 2010 menyatakan bahwa kinerja keuangan, Corporate
Social Responsibilty , dan interaksi antara kinerja keuangan dan CSR memiliki
pengaruh secara signifikan pada nilai perusahaan Adanya inkonsistensi beberapa hasil penelitian menyebabkan penelitian ini
menarik untuk diteliti. Inkonsistensi hasil tersebut diduga disebabkan oleh adanya variabel yang memediasi hubungan antara CSR terhadap nilai perusahaan.
Variabel yang memediasi hubungan tersebut yaitu Kinerja Keuangan. Perusahaan yang memiliki nilai yang tinggi tidak lepas dari Kinerja Keuangan perusahaan
yang baik pula. Dimana semakin baik kinerja keuangan maka semakin tinggi nilai
perusahaan. Alasan kinerja keuangan sebagai pemoderasi karena semua bentuk investasi perusahaan dijalankan dengan kinerja keuangan.
1.2 Rumusan Masalah