18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat, waktu dan Karakteristik subyek penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIII B SMP 37 Semarang Tahun Ajaran 20082009, yang mengalami kesulitan dalam mata pelajaran
biologi materi pokok sistem pencernaan makanan manusia dalam kehidupan. Siswa kelas VIII yang berjumlah 42 siswa sebagai kelompok yang dikenai
penelitian.
B. Faktor yang diteliti
1. Siswa Ada tiga kategori yang harus diambil, yaitu : aktivitas belajar, hasil
belajar dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran semi individual 2. Guru
Ada dua kategori yang harus diambil, yaitu : kinerja guru dalam pembelajaran dan tanggapan terhadap pembelajaran semi individual.
C. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah PTK Penelitian Tindakan Kelas, yang menurut Hopkins dalam Pannen 2001 , berkaitan
dengan isu-isu seputar profesionalisme, praktik di dalam kelas, kontrol
19
sosial terhadap guru, serta kemanfaatan penelitian pendidikan. Dari segi profesionalisme, penelitian kelas yang dilakukan oleh guru dipandang
sebagai unjuk kerja seorang guru yang profesional karena studi sistematik yang dilakukan terhadap diri sendiri dianggap sebagai tanda halmark dari
pekerjaan guru yang profesional.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri atas dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan terselesaikannya satu set Lembar Kerja
yang memuat materi sistem pencernaan pada manusia. Untuk dapat mengamati tingkat keterlibatan siswa digunakan
pedoman observasi terfokus, dan untuk menyelidiki seberapa banyak dan seberapa tinggi penguasaan siswa terhadap pokok bahasan yang
bersangkutan digunakan post-test. Dari hasil evaluasi hasil observasi dan post-test dilakukan diskusi
untuk refleksi diri bagi guru terhadap apa yang telah direncanakan dan ditindakkan. Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan dapat
dijabarkan sebagai berikut: 1.
Persiapan Tindakan a. Membuat skenario pembelajaran ”Semi Individual” sesuai yang
dimaksudkan dalam penelitian ini, tentang bagaimana penerapan model pembelajaran di atas secara detail dan operasional, sehingga
guru tahu apa yang harus dilakukan selama mengajar, dengan 15
20
melibatkan guru sehingga guru dapat menghayatinya. b. Membuat Satuan Pelajaran untuk Siklus I dan II, untuk dua kali
pertemuan untuk selengkapnya dapat lihat pada lampiran 2 dan 3. c. Menyiapkan media, alat bantu, dll, yang dibutuhkan.
d. Penyusunan instrumen penelitian yang berupa; 1 Soal-soal postest untuk mengetahui hasil belajar peserta didik
setelah pembelajaran semi individual dengan materi sistem pencernaan makanan manusia dalam kehidupan lihat lampiran 7
dan 8.
2 Menyusun lembar observasi chek list untuk mengetahui tingkat aktivitas peserta didik dan kinerja guru selama pembelajaran
untuk selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9. 3 Menyusun angket, untuk mengetahui tanggapan guru mata
pelajaran biologi tentang pembelajaran semi individual untuk selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14.
e. Uji coba instrumen penelitian
Dalam penelitian ini uji coba instrument soal postest dilakukan pada siswa kelas IX semester ganjil SMP 37 Semarang.
Adapun analisis yang digunakan dalam pengujian instrumen ini meliputi:
1 Validitas butir soal Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa
yang seharusnya diukur Arikunto, 2000. Besarnya validitas
21
masing-masing soal dihitung dengan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yang rumusnya sebagai berikut:
q p
St Mq
Mp −
= rpbis
Keterangan : M
p
= Rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal M
t
= Rata-rata skor total S
t
= Standar deviasi skor total P
= Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal
Q = Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir
Hasil perhitungan
r
pbis
yang diperoleh dikonsultasikan dengan
r
tabel
product moment dengan taraf signifikan 5 . Jika r
pbis
r
tabel
product maka item soal yang diuji bersifat valid. Berdasarkan perhitungan validitas uji coba diperoleh 32 butir soal yang valid dan
18 butir soal yang tidak valid yaitu butir soal nomor 2, 10, 11, 12, 15, 16, 17, 18,19, 20, 21, 25, 27, 30, 33, 45, 46, 49 untuk
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6. 2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah konsekuensi atau kemantapan pengukuran . suatu tes harus dapat mengukur kapabilitas seseorang secara
konsisten sehingga memberikan hasil pengukuran yang reliabel
22
Arikunto, 2000. Penentuan reliabilitas dalam penelitian ini digunakan rumus K-R, 21, yaitu:
t
kV M
k M
k k
r −
− −
= 1
1
11
Keterangan:
r
11
= Reliabilitas instrumen k
= Banyaknya butir soal atau butir pertanyaan M =
Skor rata-rata
V
t
= Varians total Harga
11
r yang diperoleh dikonsultasikan dengan r product moment dengan taraf signifikansi 5 dan N = 42 siswa. Dari hasil
perhitungan reliabilitas soal uji coba, diperoleh harga
r
11hitung
r
tabel
, maka semua butir soal uji coba bersifat reliabel untuk lebih lengkapnya dapat dilihat lampiran 6.
3 Indeks kesukaran soal Indeks kesukaran soal adalah bilangan yang menunjukkan
sukar mudahnya suatu soal Arikunto, 2000. Besarnya indeks kesukaran soal dihitung dengan rumus :
JS B
P =
Keterangan : P
= Indeks kesukaran B
= Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
23
JS = Jumlah seluruh peserta
Adapun kriteria yang menunjukkan tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut :
0,00 - 0,30 = sukar 0,30 - 0,70 = sedang
0,70 - 1,00 = mudah Berdasarkan analisis tingkat kesukaran siswa butir soal
yang termasuk ke dalam kategori sukar adalah butir soal nomor 11,16, 17, 21, 30, 33. Kategori sedang adalah butir soal nomor 1, 2,
3, 4, 5, 6, 7 ,8 ,9 ,10 ,13 ,14 ,15 ,18,19 ,20 ,22 ,23 ,24 ,25 ,26 ,27 ,28 ,29 ,32 ,34 ,35 ,36 ,37 ,38 ,39 ,40 ,42 ,43,44 ,46 ,48 ,49 ,50 .
Untuk kategori mudah butir soal nomor 24,45 untuk lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 6.
4 Daya pembeda soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya
pembeda disebut indeks diskriminasi D. Indeks diskriminasi berkisar antara 0,00 – 1,00. Rumus yang digunakan untuk
menentukan daya pembeda soal Arikunto, 2000 adalah :
PB PA
JB BB
JA BA
D −
= =
=
Keterangan ; D
= Indeks diskriminasi
24
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal
dengan benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab
soal dengan benar
PA = Proporsi pesrta kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi peserta kelompk bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda menurut Arikunto 2000 sebagai berikut.
D = 0 atau negatif = sangat jelek
D = 0,00 - 0,20 = jelek
D = 0,20 - 0,40 = cukup
D = 0,40 - 0,70 = baik
D = 0,70 - 1,00 = baik sekali
Berdasarkan analisis daya pembeda butir soal diperoleh hasil butir soal dengan daya pembeda jelek adalah butir soal nomor
1, 2, 10, 11, 12, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 27, 30, 33, 45, 46. Dengan daya pembeda baik adalah butir soal nomor 4, 5, 6, 7, 8, 9,
24, 26, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 43 dan dengan daya pembeda
25
yang cukup adalah 3, 13, 14, 22, 23, 25, 28, 29, 31, 32, 41, 42, 43, 44, 47, 48, 49, 50untuk lebih lengkap dapat dilihat lampiran 6.
5 Mengelompokkan soal yang digunakan dan yang tidak digunakan Tabel 1. Daftar soal uji coba yang digunakan dan yang tidak
digunakan
No soal yang digunakan No soal yang tidak digunakan
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 13, 14, 22, 23, 24, 26, 28, 29, 31, 32, 34, 35, 36,
37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 47, 48, 50.
1, 2, 10, 11, 12, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 25, 27, 30, 33, 45, 46, 49.
Keterangan: lebih lengkapnya lihat lampiran 6
f. Pengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan abilitas, dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok kurang, sedang, pandai.
Dengan skala pengelompokkan yang diambil dari nilai UHT. Tabel 2. Pengelompokkan siswa secara semi individual
No Kelompok Jumlah siswa
Rentang Nilai UHT 1
2 3
Pandai Sedang
Kurang 14
14 14
95-70 69-60
59-28
Keterangan: lebih lengkapnya lihat lampiran 1
Jadi setelah diperoleh nilai dari UHT dengan interval di atas, maka bisa dikelompokkan tiga kelas yang diinginkan, yaitu kelas
pandai, sedang, kurang. 2.
Implementasi Tindakan Pelaksanaan penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus setiap
siklus dilaksanakan berdasarkan skenario pembelajaran yang direncanakan dan satuan pelajaran yang telah dibuat dalam tiap siklus.
Tiap siklus menggunakan pembelajaran semi individual dan berlanjut ke siklus berikutnya sampai mencapai dua siklus.
26
Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas untuk siklus I,dan II sebagai berikut.
a. Siklus I 1 perencanaan planning
Persiapan yang dilakukan adalah menyiapkan satuan pelajaran, rencana pembelajaran, LKS, alat evaluasi yang sesuai dengan konsep
Sistem Pencernaan Makanan Pada Manusia. 2 Pelaksanaan acting
Kegiatan yang dilakukan adalah menyampaikan materi sistem pencernaan makanan dengan pembelajaran semi individual.
3 Pengamatan observing Tindakan yang dilakukan adalah mengamati kinerja guru dan
aktivitas siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar pada konsep sistem pencernaan makanan pada manusia.
4 Refleksi reflecting Berdasarkan data proses pembelajaran dan aktivitas siswa saat
pembelajaran untuk dianalisis dan digunakan sebagai bahan acuan untuk rencana pada siklus II.
3. Pemantauan dan Evaluasi Pada tahap ini dilakukan proses observasi terhadap pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan dua macam pedoman observasi seperti yang disebutkan di atas. Sebelum tindakan, untuk penempatan siswa
27
dalam kelompok digunakan nilai UHT juga untuk mengukur kemampuan awal siswa, dan setelah tindakan dilakukan pos-tes.
4. Analisis dan Refleksi
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan didiskusikan , dianalisis, dan dievaluasi oleh seluruh tim peneliti,
kemudian guru dapat merefleksi diri tentang berhasil tidaknya tindakan yang telah dilakukan, faktor-faktor pendukung, penghambat, dari aspek
internal dan eksternal guru dan siswa. Kemudian untuk siklus berikutnya diadakan perbaikan pengajaran dan lain-lain secara kualitas dan kuantitas
berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi.
E. Metode Pengumpulan Data