Pengelolaan ketenagakerjaan pada pemetikan teh [Camellia sinensis (L.) O. Kuntze] di Unit Perkebunan Tambi PT Perkebunan Tambi Wonosobo, Jawa Tengah

PENGELOLAAN KETENAGAKERJAAN PADA
PEMETIKAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze)
DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI,
PT PERKEBUNAN TAMBI
WONOSOBO, JAWA TENGAH

INTEN PRAMITA SUBAGJO
A24052645

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

PENGELOLAAN KETENAGAKERJAAN PADA
PEMETIKAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze)
DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI,
PT PERKEBUNAN TAMBI
WONOSOBO, JAWA TENGAH

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

INTEN PRAMITA SUBAGJO
A24052645

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

RINGKASAN

INTEN PRAMITA SUBAGJO. Pengelolaan Ketenagakerjaan pada
Pemetikan Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan
Tambi, PT Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh
SUPIJATNO)
Kegiatan magang yang dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei
2009 bertujuan agar penulis memiliki kemampuan dan dapat memperluas
wawasan dalam hal pengelolaan perkebunan.

Tujuan khususnya adalah
mengetahui dan memahami pengelolaan perkebunan teh khususnya dalam hal
pengelolaan tenaga kerja pada pemetikan.
Metode yang digunakan dalam kegiatan magang adalah dengan bekerja
sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan, pendamping
mandor/mandor besar selama satu bulan dan pendamping asisten kepala bagian
kebun selama satu bulan. Selain itu dilakukan juga pengumpulan data primer
melalui observasi lapang terhadap pengelolaan kebun, wawancara dengan
karyawan di lapang dan pengumpulan data sekunder melalui laporan berkala,
arsip kebun, dan data penunjang lain.
Kebutuhan tenaga petik di Unit Perkebunan Tambi berjumlah 235 orang
sedangkan pada saat ini terdapat 224 orang. Kekurangan tenaga petik dapat
diatasi oleh para pemetik yang memiliki kapasitas di atas rata-rata. Pemetik di
Unit Perkebunan Tambi memiliki potensi berproduktivitas tinggi karena 69 %
merupakan tenaga petik berusia produktif. Hanca petik di Unit Perkebunan
Tambi adalah seluas 0.088 ha/pemetik dengan rata-rata kapasitas pemetik
mencapai 48.82 kg. Kapasitas pemetik dipengaruhi oleh usia dan pengalaman
kerja tetapi tidak dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan. Berdasarkan usia
pemetik, kapasitas pemetik tertinggi pada pemetik dengan usia 15-45 tahun.
Berdasarkan pengalaman kerja, kapasitas pemetik tertinggi pada pemetik dengan

pengalaman kerja > 10 tahun. Produksi pucuk basah dan hari orang kerja untuk
kegiatan pemetikan di Unit Perkebunan Tambi paling tinggi terdapat pada
kelompok tanaman dengan umur dua tahun setelah pangkas. Semakin tinggi umur
tanaman setelah pangkas maka kapasitas petik per pemetik semakin rendah.
Analisis petikan menunjukkan bahwa petikan kasar masih mendominasi
pucuk yang dipetik yaitu sebesar 52.25 %. Analisis pucuk memenuhi syarat olah
(MS) yang ditentukan oleh Unit Perkebunan Tambi yaitu sebesar 50 % sedangkan
rata-rata hasil analisis pucuk MS di Unit Perkebunan Tambi mencapai sebesar
50.48 % dan pucuk tidak memenuhi syarat olah (TMS) sebesar 49.52 %. Upah
rata-rata per hari yang diperoleh pemetik adalah sebesar Rp 12 205,-.

Judul

:PENGELOLAAN KETENAGAKERJAAN PADA PEMETIKAN
TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN
TAMBI, PT PERKEBUNAN TAMBI, WONOSOBO, JAWA
TENGAH

Nama


: INTEN PRAMITA SUBAGJO

NRP

: A24052645

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Ir Supijatno, MSi
NIP. 19610621.198601.1.001

Mengetahui,
Plh Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Prof Dr Ir Slamet Susanto, MSc
NIP. 19610202.198601.1.001

Tanggal Lulus


:

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 20 Agustus
1988. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak
Subagjo Suhargijantanto dan Ibu Ihat Solihat.
Penulis memulai pendidikan pada tahun 1993 di TK Amaliah, CiawiBogor. Penulis melanjutkan pendidikan di SD Amaliah, Ciawi-Bogor pada tahun
1994 dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan
di SMP Negeri 1 Ciawi, Bogor dan lulus pada tahun 2003. Penulis melanjutkan
pendidikan ke SMA Negeri 3 Bogor, program akselerasi dan lulus pada tahun
2005.
Tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Pada tahun 2006, penulis diterima pada
Mayor Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian dan Minor Pengembangan
Usaha Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor. Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi
Agriaswara (paduan suara IPB). Penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja
Profesi (KKP) pada tahun 2008 di Desa Batursari, Kecamatan Sirampog,
Kabupaten Brebes, Propinsi Jawa Tengah.


Pada Tahun 2009 penulis

melaksanakan magang di Unit Perkebunan Tambi, PT Perkebunan Tambi,
Wonosobo, Jawa Tengah.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini
dengan judul Pengelolaan Ketenagakerjaan pada Pemetikan Teh (Camellia
sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, PT Perkebunan Tambi,
Wonosobo, Jawa Tengah. Penulisan skripsi merupakan salah satu syarat tugas
akhir untuk meraih gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua atas kasih sayang baik moril maupun materil dan adik untuk
kasih sayangnya.
2. Ir Supijatno, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan
arahan dan saran selama kegiatan magang dan dalam penyusunan skripsi.

3. Dr Ir Ahmad Junaedi, MSc dan Dwi Guntoro, SP, MSi selaku dosen penguji.
4. Dr Ir Darda Effendi selaku dosen pembimbing akademik.
5. Direksi PT Perkebunan Tambi yang berkenan memberikan kesempatan untuk
kegiatan magang.
6. Tuyitno, SE selaku pembimbing lapang dan segenap karyawan Unit
Perkebunan Tambi yang telah membimbing dan membantu penulis selama
kegiatan magang berlangsung.
7. Semua rekan-rekan AGH 42 atas kekompakan dan kebersamaannya.

Bogor, Agustus 2009

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang………………...……………………….…….............
Tujuan……………………………………………………......……….

1

3

TINJAUAN PUSTAKA
Teh…………………………………..………………………..............
Pemetikan…………………………………………………….............
Ketenagakerjaan……………………………………………………..

4
5
6

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu……………………………………………...........
Metode Pelaksanaan………………………………………………….
Pengamatan dan Pengumpulan Data…………………………………
Pengolahan Data……………………………………………………...

7
7
8

9

KEADAAN UMUM
Sejarah Perkebunan…………………………………………………..
Letak Administratif…………………………………………..………
Keadaan Tanah, Topografi, dan Iklim.................................................
Luas Areal dan Tata Guna Lahan…………………………….............
Keadaan Tanaman dan Produksi…………………………..…………
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan……………….…………...

10
11
11
12
12
14

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis……………………………………………...………….
Aspek Manajerial.................................................................................


18
42

PEMBAHASAN
Jumlah dan Komposisi Tenaga Petik...................................................
Hanca Petik………………………………………………..…………
Kapasitas Pemetik…………………………………………...…….....
Analisis Petikan………………………………………...…………….
Analisis Pucuk………………………………………......……………
Produksi Setelah Pangkas……………………………..…..………….
Sistem Upah dan Premi………………………………...………….....

46
48
49
52
52
53
55


KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan…………………………………………..……………….
Saran…………………………………………………..……………...

58
58

DAFTAR PUSTAKA………………………………..……………............

60

LAMPIRAN……………………………………………...………………..

62

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Luas Pertanaman dan Produksi pada Perkebunan Teh……………...

1

2. Volume dan Nilai Ekspor Teh Indonesia Tahun 2003-2007..............

2

3. Penggunaan Lahan di UP Tambi Tahun 2009…...............................

12

4. Produksi dan Produktivitas Teh di UP Tambi Tahun 2004-2008......

13

5. Rencana dan Realisasi Produksi Pucuk Basah di UP Tambi
Periode Januari-Mei 2009..................................................................
6. Jumlah dan Komposisi Karyawan di UP Tambi Tahun 2009............

14
16

7. Hubungan Antara Luas Areal Petik, Jumlah Pemetik dan
Rasio Pemetik……………………………………………………….

30

8. Kapasitas Pemetik Rata-rata di UP Tambi Bulan Januari-Mei
Tahun 2009.........................................................................................

31

9. Persentase Analisis Petikan pada Setiap Blok....................................

34

10. Selisih Timbangan Bobot Pucuk di Kebun dan di Pabrik pada
Bulan Januari-Mei 2009....................................................................

35

11. Analisis Pucuk Rata-rata Bulan Februari-Mei 2009 di UP Tambi.....

37

12. Jumlah Pemetik di UP Tambi.............................................................

46

13. Komposisi Pemetik berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan
dan Pengalaman..................................................................................

47

14. Hanca Petik per Hari di UP Tambi.....................................................

49

15. Kapasitas Pemetik berdasarkan Usia Pemetik...................................

50

16. Kapasitas Pemetik berdasarkan Pengalaman Kerja...........................

51

17. Kapasitas Pemetik berdasarkan Latar Belakang Pendidikan.............

51

18. Produksi Pucuk Basah berdasarkan Umur setelah Pangkas
Tahun 2008 di UP Tambi...................................................................

53

19. Hari Orang Kerja berdasarkan Umur setelah Pangkas Tahun 2008
di UP Tambi.......................................................................................

54

20. Hubungan antara Produksi Pucuk Basah dengan HOK berdasarkan
Umur setelah Pangkas Tahun 2008 di UP Tambi..............................

55

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Kegiatan Pengendalian Gulma secara Kimia.....................................

19

2. Kegiatan Pengendalian Gulma secara Manual...................................

20

3. Kegiatan Pemupukan melalui Tanah..................................................

21

4. Kegiatan Pemupukan melalui Daun...................................................

22

5. Kegiatan Pemangkasan Bersih...........................................................

24

6. Lubang Tadah.....................................................................................

25

7. Kegiatan Pembuatan Guludan............................................................

26

8. Kegiatan Pemetikan dengan Gunting................................................

28

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas
di Unit Perkebunan Tambi.................................................................

63

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor dan
Pendamping Mandor Besar di Unit Perkebunan Tambi.....................

65

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten
Kepala Bagian Kebun di Unit Perkebunan Tambi.............................

67

4. Curah Hujan Unit Perkebunan Tambi Tahun 1999-2008..................

69

5. Format Laporan Kegiatan Kepala Blok.............................................

70

6. Format Laporan Kegiatan Mandor Pemeliharaan..............................

71

7. Format Laporan Mandor Pemetikan..................................................

72

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perkebunan sebagai bagian agribisnis, memiliki kekhasan yang tidak
dimiliki jenis usaha lain. Meski prinsip-prinsip umum manajemen sumber daya
manusia (SDM) berlaku pada sektor perkebunan, namun kondisi yang
melingkupinya mempengaruhi perilaku, sistem nilai, dan budaya sendiri.
Kemampuan memahami karakter SDM, akan membantu mengenal lebih
mendalam struktur dan sistem pengelolaan. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai
pedoman pembinaan SDM tersebut (Ghani, 2003).
Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai
kontribusi penting dalam perdagangan khususnya sebagai sumber devisa non
migas dan telah lama dikenal oleh masyarakat dunia. Perkebunan teh menyerap
tenaga kerja tertinggi dibandingkan perkebunan lain. Menurut Iskandar (1988),
indeks tenaga kerja di perkebunan teh termasuk tinggi yaitu 1.5-2.
Berdasarkan Tabel 1, luas penanaman teh sebagian besar dimiliki oleh
perkebunan rakyat yaitu sebesar 61 735 ha atau sebesar 46.58 % dari keseluruhan
luas penanaman. Luas penanaman yang dimiliki perkebunan besar negara sebesar
42 747 ha atau 32.25 %. Perkebunan swasta memiliki luas pertanaman yang
paling sedikit yaitu 28 049 ha atau sebesar 21.61 % dari seluruh luasan
pertanaman.
Tabel 1. Luas Pertanaman dan Produksi pada Perkebunan Teh
Jenis Perkebunan
Perkebunan Rakyat
Perkebunan Besar Negara
Perkebunan Swasta
Total

Luas Penanaman
(ha)
61 735
42 747
28 049
132 531

Produksi Teh
(ton/tahun)
40 929
68 666
27 653
136 248

Produktivitas
(ton/ha/tahun)
0.66
1.61
0.98
1.03

Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan, 2007

Luas pertanaman yang begitu besar tidak diikuti dengan produksi yang
besar juga pada perkebunan rakyat. Perkebunan rakyat yang memiliki luas

pertanaman terbesar hanya dapat memproduksi teh 40 929 ton per tahun
(produktivitas 0.66 ton/ha/tahun). Perkebunan besar negara dapat memproduksi
teh sebesar 68 666 ton per ha (produktivitas 1.61 ton/ha/tahun). Perkebunan
swasta yang memiliki luasan terkecil dapat memproduksi 27 653 ton per ha
(produktivitas 0.98 ton/ha/tahun) (Direktorat Jendral Perkebunan, 2007).
Perkembangan ekspor teh Indonesia selama kurun waktu 2003-2007
mengalami fruktuasi. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa volume ekspor teh dan
nilai ekspor pada kurun waktu 2003-2005 mengalami kenaikan sedangkan pada
kurun waktu 2006-2007 mengalami penurunan.

Penurunan volume ekspor

disebabkan oleh berkurangnya lahan produksi yang berdampak pada penurunan
produksi.
Tabel 2. Volume dan Nilai Ekspor Teh Indonesia Tahun 2003-2007
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007

Volume Ekspor (ton)
88 176
99 576
102 284
78 219
76 347

Nilai Ekspor (juta US$)
95
116
121
93
91

Sumber: BPS (2008)

Usaha perkebunan di Indonesia masih diproduksi secara manual dengan
mengandalkan tenaga kerja.

Sebagai negara yang memiliki penduduk cukup

banyak, kemampuan sektor ini menyerap tenaga kerja masih sangat diharapkan.
Pada bidang perkebunan yang padat karya, masalah SDM memiliki porsi
perhatiaan besar dibandingkan dengan pengendalian proses (Ghani, 2003).
Render dan Heizer (2001) menyatakan bahwa ada beberapa kunci yang
dapat meningkatkan produktivitas total suatu perusahaan, yaitu tenaga kerja,
modal, produksi, organisasi, dan pemasaran. Adapun unsur yang paling mampu
memberikan keuntungan terbesar adalah tenaga kerja.

Salah satu kontribusi

penting yang diberikan oleh tenaga kerja adalah tenaganya karena hal ini akan
memberikan nilai tambah untuk perusahaan.
Tenaga kerja merupakan aset utama perusahaan yang menjadi perencanaan
dan pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi. Mereka mempunyai pikiran,
perasaan, keinginan, status, dan latar belakang pendidikan, usia, dan jenis kelamin

yang heterogen yang dibawa ke dalam organisasi perusahaan.

Kualitas dan

kuantitas karyawan harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan agar efektif dan
efisien menunjang tercapainya tujuan (Dessler, 2004).
Untuk memecahkan masalah utama dalam pengusahaan teh, yaitu biaya
produksi yang semakin tinggi dan rendahnya produksi, maka diperlukan efisiensi
proses produksi. Teknik budidaya dan pengelolaan pemetikan yang tidak tepat
dapat menurunkan mutu teh baik secara kualitas maupun kuantitas. Upaya yang
dilakukan untuk dapat meningkatkan mutu teh yaitu dengan cara perbaikan sistem
pemetikan dan pengelolaan tenaga pemetik yang lebih efisien sehingga dapat
mencapai hasil maksimum (Nazaruddin dan Paimin, 1993).

Tujuan
Kegiatan magang ini bertujuan agar penulis dapat memperluas wawasan
dan dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan melalui rencana kerja
yang dilakukan di lapangan baik secara teknis maupun manajerial sehingga
penulis dapat membandingkan teori yang di dapat di bangku perkuliahan dengan
kenyataannya di lapang. Tujuan khususnya adalah mengetahui dan memahami
pengelolaan perkebunan teh khususnya dalam hal pengelolaan tenaga kerja pada
pemetikan.

TINJAUAN PUSTAKA

Teh
Tanaman teh (Camellia sinensis L.) termasuk famili Theaceae. Teh masuk
pertama kali ke Indonesia pada tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang
dibawa oleh orang Jerman. Pada tahun 2737 sebelum masehi (SM) teh sudah
dikenal di Cina. Bahkan sejak abad ke-4 masehi (M) telah dimanfaatkan sebagai
salah satu komponen ramuan obat (Muljana, 1983). Tanaman teh berasal dari
daerah subtropis yang terletak pada 250 LU-350 LU dan 950 BT-1050 BT. Daerah
ini terletak antara pegunungan di Asia Barat sampai pegunungan di Asia Tenggara
(Setyamidjaja, 2000). Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah tropis dan
subtropis mulai dari pantai sampai pegunungan dengan menuntut cukup sinar
matahari dan hujan sepanjang tahun. Meskipun dapat tumbuh subur di dataran
rendah, tanaman teh tidak akan memberikan hasil dengan mutu baik. Semakin
tinggi daerah penanaman teh maka semakin tinggi mutunya (Ghani, 2002).
Tanaman teh berbentuk pohon, tingginya bisa mencapai belasan meter,
namun tanaman teh di perkebunan selalu dipangkas sampai tinggi 90-120 cm
untuk memudahkan pemetikan. Tanaman teh pada umumnya mencapai umur
empat tahun untuk dapat dipetik secara terus-menerus dan memberikan hasil daun
teh yang cukup besar selama kurang lebih 40 tahun, baru kemudian peremajaan
(Ghani, 2002).
Tanaman teh merupakan tanaman subtropis yang telah lama dikenal oleh
manusia. Lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
adalah iklim dan tanah. Curah hujan tahunan yang diperlukan untuk tanaman teh
adalah 2 000 mm–2 500 mm dan merata sepanjang tahun, dengan jumlah hujan
pada musim kemarau rata-rata tidak kurang dari 100 mm. Suhu udara yang baik
untuk tanaman ini adalah suhu harian yang berkisar antara 130C dan 150C dan
diikuti oleh cahaya matahari yang cerah. Kelembaban relatif untuk siang hari
tidak kurang dari 70 % (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 1992).

Pemetikan
Teh merupakan tanaman dengan hasil akhir berupa daun dan dipungut
dengan cara dipetik. Pemetikan merupakan ujung tombak produksi. Keberhasilan
pemetikan merupakan kunci kesuksesan dalam bisnis teh secara keseluruhan
(Ghani, 2003).
Setyamidjaja (2000) menyatakan bahwa pemetikan adalah pekerjaan
memungut sebagian hasil dari tunas-tunas teh beserta daunnya yang masih muda.
Pemetikan harus dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan sistem petikan dan
syarat-syarat pengolahan yang berlaku. Menurut Tobroni dan Adimulyo (1983),
pemetikan selain bertujuan untuk memetik daun-daun yang cocok diolah juga
merupakan usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu meningkatkan
produksi secara berkesinambungan. Pemetikan merupakan kegiatan rutin yang
dilakukan dan memerlukan keterampilan khusus agar didapatkan mutu dan
produksi teh tanpa menekan pertumbuhan tanaman. Ghani (2002) menemukan
bahwa pemetikan berpengaruh pada kesehatan pohon, kelestariaan produksi, dan
mutu teh.
Menurut

Sukasman

(1989),

tanaman

teh

dibudidayakan

untuk

menghasilkan pucuk, yaitu daun muda dan tunas apikal. Mutu pucuk teh yang
dipetik berhubungan dengan sistem pemetikan yang diterapkan pada suatu
perkebunan. Subarna dan Rosyadi (2000) menyatakan bahwa pemetikan pada
tanaman teh dapat dilakukan baik secara manual dengan tenaga manusia dan
secara mekanis dengan menggunakan gunting petik ataupun mesin petik.
Pemetikan ini dibedakan menjadi tiga cara yaitu, pemetikan kasar,
pemetikan medium dan pemetikan halus.

Pemetikan banyak dilakukan oleh

tenaga manusia yang sebagian besar tenaga wanita karena pemetikan teh
umumnya dilakukan secara teliti. Untuk menghasilkan mutu teh yang baik perlu
dilakukan pemetikan halus, yaitu hanya memetik pucuk daun (peko) dan dua daun
di bawahnya. Ada pula perusahaan yang melakukan pemetikan medium dengan
pemetikan halus dan ditambah satu daun di bawahnya. Pemetikan kasar yaitu
memetik pucuk daun (peko) dengan tiga atau lebih daun di bawahnya, termasuk
batangnya. Pemetikan kasar sering dilakukan di beberapa perkebunan rakyat
(Siswoputranto, 1978).

Ketenagakerjaan
Tenaga kerja sangat menentukan produktivitas suatu produk. Spillane
(1992) menyatakan bahwa kurang intensifnya pengawasan pada tahap pemetikan
teh akan berdampak pada penurunan mutu komoditas teh. Menurut Stoner (2004)
tenaga kerja merupakan faktor yang paling penting dan strategis mengingat
peranannya sebagai pelaksana fungsi manajemen terhadap sumber daya lain.
Pekerjaan yang bersifat padat karya membutuhkan perhatian lebih pada
pengelolaan tenaga kerja. Pada pengusahaan komoditas, seperti teh, tenaga kerja
mengambil hampir setengah dari total biaya produksi.

Dengan demikian,

pengendalian biaya melalui efisiensi, kontrol mutu, dan peningkatan produktivitas
akan nyata pengaruhnya pada biaya pokok produksi, kualitas, dan delivery produk
(Ghani, 2003).

Perkebunan teh sebagai penyedia lapangan kerja yang luas

memerlukan jumlah tenaga kerja yang cukup besar. Tenaga kerja sebagai aspek
yang sangat penting dalam sebuah perkebunan memerlukan penanganan yang
sangat baik (Gumilar, 2004).
Pemetikan menyerap paling banyak biaya dan tenaga kerja. Ghani (2002)
menyatakan tenaga kerja pemetik mengambil porsi 80-90 % tenaga atau 70-80 %
dari total tenaga kerja perkebunan teh, sedangkan biaya pemetikan menghabiskan
65-75 % dari total biaya tanaman atau 40-50 % dari total biaya produksi kebun di
luar biaya penyusutan aktiva.
Menurut Ghani (2002), pemetik di perkebunan teh untuk satu kemandoran
sebanyak 35-40 orang. Gumilar (2004) menyatakan standar kapasitas pemetik di
Perkebunan Parakan Salak PTPN VIII adalah sebesar 34 kg/HK. Berdasarkan
penelitian Hartopo (2005), standar kapasitas pemetik di PT Tambi Unit
perkebunan Bedekah adalah 45 kg/HK.
Penelitian yang dilakukan Gustiya (2005) di PTPN IX Pekalongan,
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas pemetik yaitu usia
pemetik dan pengalaman kerja di kebun.

Usia pemetik < 40 tahun dengan

pengalaman lebih dari 10 tahun memiliki kapasitas petik yang paling tinggi.
Surastri (2006) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas
pemetik teh yaitu tingkat pendidikan, pengalaman kerja, usia pemetik dan jenis
kelamin.

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi, PT Perkebunan
Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan
mulai dari 12 Februari 2009 sampai 12 Juni 2009.

Metode Pelaksanaan
Metode yang dilaksanakan dalam kegiatan magang ini adalah metode
langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung meliputi bekerja secara
aktif dalam kegiatan-kegiatan di kebun dengan melakukan pengamatan langsung
keadaan lapangan atau teknis budidaya maupun manajerial, pengumpulan
informasi dan data primer. Metode tidak langsung meliputi pengumpulan data
sekunder dan studi pustaka.
Data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
diambil melalui observasi lapang terhadap pengelolaan kebun dan wawancara
serta diskusi dengan karyawan di lapang khususnya mengenai ketenagakerjaan.
Pengumpulan data sekunder melalui laporan berkala, arsip kebun, dan data
penunjang lainnya. Data sekunder yang diambil adalah data curah hujan, cuaca
dan iklim, peta lokasi, luas lahan, produksi dan produktivitas.
Selama kegiatan magang, penulis bekerja sebagai karyawan harian lepas
(KHL) selama dua bulan, pendamping mandor (mandor dan mandor besar) selama
satu bulan dan pendamping asisten kepala bagian kebun selama satu bulan.
Sebagai KHL, penulis bekerja langsung di pemeliharaan tanaman (pengendalian
gulma, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, konservasi
tanah dan pohon pelindung), pemetikan dan pengolahan.

Mahasiwa mengisi

jurnal harian kegiatan sebagai KHL seperti tercantum pada Lampiran 1.
Pengumpulan data primer lebih banyak diambil ketika penulis bekerja sebagai
KHL karena mahasiswa intensif bertemu dengan pemetik yang merupakan objek
yang diamati dalam kegiatan magang.
besar,

penulis

melakukan

Sebagai pendamping mandor/mandor

perencanaan,

pengawasan

dan

mengorganisir

pelaksanaan kerja KHL serta mengisi jurnal harian sebagai mandor/mandor besar
yang tercantum pada Lampiran 2. Sebagai pendamping asisten kepala bagian
kebun, penulis mempelajari cara-cara mengelola kebun (kegiatan manajerial),
membina dan membimbing bawahan.

Mahasiswa pun mengisi jurnal harian

kegiatan magang sebagai asisten kepala bagian kebun pada Lampiran 3.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Parameter yang diamati pada kegiatan magang dengan aspek tenaga kerja
pemetikan adalah sebagai berikut :
1. Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja
Data yang diambil adalah jumlah tenaga kerja berdasarkan level kerjanya pada
tingkat kebun. Pada tingkat pemetik data komposisi tenaga kerja yang akan dicari
meliputi jumlah pemetik, jenis kelamin, usia tenaga kerja, latar belakang
pendidikan, dan pengalaman kerja.
2. Hanca Petik
Hanca petik adalah luas areal petik yang selesai dipetik dalam satu hari. Data
yang akan diambil adalah luasan yang dipetik oleh seorang pemetik per hari. Data
pengamatan akan dikumpulkan selama pelaksanaan kegiatan pemetikan.
3. Kapasitas pemetik
Data diperoleh dari data primer yaitu kapasitas pemetik (dalam kg) dalam satu
hari. Data ini diperoleh dari keseluruhan tenaga pemetik dalam satu kemandoran.
4. Analisis petikan dan analisis pucuk
Analisis petikan ialah pemisahan pucuk yang didasarkan pada jenis pucuk
yaitu petikan halus, medium dan kasar.

Analisis pucuk dilakukan dengan

mengelompokkan pucuk yang memenuhi syarat (MS) dan yang tidak memenuhi
syarat (TMS).

Diambil sampel 200 gram dari setiap kemandoran.

Data

pengamatan akan dikumpulkan selama pelaksanaan kegiatan pemetikan.
5. Produksi setelah pangkas
Data yang diambil adalah kelompok blok tanaman berdasarkan umur
pangkasnya yaitu 1 tahun setelah pangkas, 2 tahun setelah pangkas, 3 tahun
setelah pangkas dan 4 tahun setelah pangkas serta produksi pucuk basah dan
jumlah HOK yang dicurahkan pada setiap blok.

6. Sistem Upah dan Premi Pemetikan
Data yang diambil yaitu sistem pengupahan dan premi serta jumlah/besaran
upah dan premi berlaku di perkebunan.
Dari data-data di atas pembahasan akan diarahkan kepada perbedaan
produktivitas pemetik berdasarkan :


Usia. Usia dikelompokkan menjadi dua, yaitu usia 15-45 tahun dan pemetik
dengan usia ≥ 45 tahun



Latar belakang pendidikan.

Latar belakang pendidikan dikelompokkan

menjadi tidak tamat sekolah dasar (TTSD) dan lulusan sekolah dasar (SD)


Pengalaman kerja. Pengalaman kerja dikelompokkan menjadi pemetik yang
bekerja selama ≤ 10 tahun dan > 10 tahun
Selain itu akan dilihat juga penggunaan tenaga kerja berdasarkan umur setelah

pangkas yang dihubungkan dengan tingkat produktivitas tenaga kerja.

Pengolahan Data
Data produktivitas pemetik yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji
t-student dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Thitung =

( x1 − x2 )
1 1
Sp. +
n1 n2

2

dengan

Keterangan

:

x1 , x 2

: Nilai tengah contoh 1 dan 2

2

S1 , S 2
n1 , n2
Sp

2

(n − 1) S1 + (n − 1) S 2
Sp =
n1 + n2 − 1

2

: Ragam contoh 1 dan 2
: Jumlah contoh 1 dan 2
: Simpangan baku gabungan

Nilai berbeda nyata apabila thit>ttabel dan tidak berbeda nyata apabila
thit