Pendugaan Potensi Tegakan Agathis ( Agathis loranthifolia Salisb ) Menggunakan Metode Two Stage Sampling Dengan Unit Contoh Six Trees Sampling ( 6- Contoh Pohon ) dan Circular Plots ( Lingkaran ) Studi Kasus di Hutan Pendidikan IPB Gunung Walat Sukabumi

PENDUGAAN POTENSI TEGAKAN AGATHIS ( Agathis loranthifolia
Salisb ) MENGGUNAKAN METODE TWO STAGE SAMPLING DENGAN
UNIT CONTOH SIX TREES SAMPLING ( 6-CONTOH POHON ) DAN
CIRCULAR PLOTS ( LINGKARAN )
Studi Kasus di Hutan Pendidikan IPB Gunung Walat Sukabumi

SILVIA ADIWINATA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

PENDUGAAN POTENSI TEGAKAN AGATHIS ( Agathis loranthifolia
Salisb ) MENGGUNAKAN METODE TWO STAGE SAMPLING DENGAN
UNIT CONTOH SIX TREES SAMPLING ( 6-CONTOH POHON ) DAN
CIRCULAR PLOTS ( LINGKARAN )
Studi Kasus di Hutan Pendidikan IPB Gunung Walat Sukabumi

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

Oleh :
SILVIA ADIWINATA
E14102012

DEPARTEMEN MANAJEMAN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITIUT PERTANIAN BOGOR
2007

Judul Penelitian

:

Pendugaan

Potensi


Tegakan

Agathis

(

Agathis

loranthifolia Salisb ) Menggunakan Metode Two Stage
Sampling Dengan Unit Contoh Six Trees Sampling ( 6Contoh Pohon ) dan Circular Plots ( Lingkaran ) Studi
Kasus di Hutan Pendidikan IPB Gunung Walat Sukabumi
Nama

: Silvia Adiwinata

NRP

: E 14102012

Program Studi


: Manajemen Hutan

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Skripsi

Ir. Suwarno Sutarahardja
NIP. 130 354 167

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kehutanan

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, Ms
NIP. 131 430 799

Tanggal Lulus :

Ringkasan Skripsi
Silvia Adiwinata ( E14102012 ). Pendugaan Potensi Tegakan Agathis ( Agathis
loranthifolia Salisb ) Menggunakan Metode Two Stage Sampling Dengan Unit

Contoh Six Trees Sampling ( 6-Contoh Pohon ) dan Crcular Plots ( Lingkaran )
Studi Kasus Hutan Pendidikan IPB Gunung Walat Sukabumi. Dibawah
bimbingan Ir Suwarno Sutarahardja.
Hutan sangat memegang peranan penting bagi makhluk hidup terutama
manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengelolaan hutan harus
dilaksanakan secara lestari dengan menggunakan prinsip-prinsip kelestarian,
untuk itu diperlukan data dan informasi mengenai sumberdaya hutan yang dapat
diperoleh melalui kegiatan inventarisasi. Tegakan Agathis di Hutan Pendidikan
Gunung Walat memiliki peluang yang besar untuk dikelola dengan baik. Oleh
karena itu, dalam penyusunan rencana pengelolaan Hutan Pendidikan Gunung
Walat maka data mengenai potensi tegakan tersebut sangatlah penting.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dari tegakan Agathis
dengan metode two stage sampling menggunakan dua bentuk unit contoh yaitu six
trees sampling ( 6-contoh pohon ) dan circular plots ( lingkaran ) serta untuk
mengetahui tingkat ketepatan dari six trees sampling dengan circular plots dalam
menduga potensi tegakan. Dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan adalah
adanya hubungan erat antara metode penarikan contoh yang digunakan dalam
kegiatan inventarisasi hutan dengan biaya, waktu, dan tenaga kerja, pendugaan
potensi yang menggunakan unit contoh six trees sampling akan lebih praktis
dibandingkan dengan circular plots, hasil dan ketelitian potensi pendugaan

tegakan Agathis baik dengan unit contoh six trees sampling maupun circular
plots tidak berbeda nyata.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode two stage
sampling memilih bentuk unit contoh tingkat pertama ( primary units ) berupa
jalur dan bentuk unit contoh tingkat kedua ( secondary units ) berupa petak ukur
yaitu six trees sampling dan circular plots.
Kegiatan inventarisasi dilaksanakan pada tegakan Agathis murni pada
petak 26, 31, dan 32 dengan total luas 37,5 ha. Jalur yang terpilih untuk diukur
sebanyak 7 jalur dan jumlah unit contoh yang terpilih pada setiap jalurnya
berdasarkan jumlah unit contoh minimum yang terdapat pada jalur yang diukur
yaitu 4. Dalam pendugaan potensi tegakan Agathis murni, unit contoh six trees
sampling menghasilkan nilai rata-rata 748,78 m3/ha sedangkan circular plots
462,44 m3/ha.
Unit contoh six trees sampling menghasilkan waktu rata-rata pada setiap
unit contoh 6,22 menit dengan jumlah pohon yang diukur 6 pohon sedangkan
circular plots sebesar 16,19 menit dengan19 pohon dan tenaga kerja yang
digunakan yaitu tiga orang. Unit contoh six trees sampling lebih efisien jika
dibandingkan dengan circular plots hal ini dapat dilihat dari nilai efisiensi ralatif
yang diperoleh yaitu 187,75%. Efisien ini menunjukan akan dua hal yaitu
ketelitian dan kepraktisan. Circular plots ( SE : 19,14% ) lebih teliti dan

keragaman antar unit contohnya lebih rendah dibandingkan dengan six trees
sampling ( SE : 26,28% ). Tetapi dari segi kepraktisannya maka unit contoh six
trees sampling lebih praktis. Dalam pengujian RAL, membuktikan bahwa dalam

inventarisasi penerapan unit contoh yang berbeda pada tegakan Agathis akan
memberikan hasil yang berbeda dalam menduga volume.

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pendugaan Potensi Tegakan Agathis ( Agathis loranthifolia Salisb )
Menggunakan Metode Two Stage Sampling Dengan Unit Contoh Six Trees
Sampling ( 6-Contoh Pohon ) dan Circular Plots ( Lingkaran ) Studi Kasus
Hutan Pendidikan IPB Gunung Walat Sukabumi”. Skripsi ini disusun
berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan selama dua bulan sejak bulan Juni
sampai Juli 2006.
Selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis

mendapatkan bimbingan dari dosen pembimbing serta petunjuk dan bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Ir Suwarno Sutarahardja yang telah memberikan bimbingan dan arahan
selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, pihak-pihak gunung walat yang
telah membantu dalam penelitian, Mama, Papa serta adik-adikku ( Andri dan
Lidya ) yang tercinta atas dukungan dan doanya untuk keberhasilan penulis,
teman-teman satu bimbingan ( Desna dan Alfianto ), sahabat-sahabat baikku ( Ari,
Campaka, desi, dan Ida ), teman-teman Manajemen Hutan 39 yang telah
memberikan semangat, bantuannya, tanggapan dan kritikan dalam penyusunan
skripsi ini serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu semoga
Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan.
Tidak ada satupun yang sempurna begitupun dalam penyusunan skripsi
ini. Oleh karena itu, penulis menantikan tanggapan, kritikan, dan saran-saran
perbaikan untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2007

Silvia Adiwinata

ii


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lhokseumawe pada tanggal 14 Juli 1984 sebagai
anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Adi Hasril dan Yusnanita.
Pada tahun 1990-1996 Menempuh pendidikan awal tingkat dasar di SDN 2
Payakumbuh. Pada tahun 1996-1999 menempuh pendidikan lanjutan tingkat
pertama di SLTPN 1 Solok. Tahun 1999-2002 menempuh pendidikan lanjutan
tingkat atas di SMUN 1 Solok dan pada tahun 2002 penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor dan memilih Fakultas Kehutanan, Departemen Manajemen Hutan
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor ( USMI ).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam Badan Eksekutif
Mahasiswa, Fakultas Kehutanan IPB. Diluar kampus, penulis aktif di Unit
Kegiatan Mahasiswa Tenis, OMDA IPMM - Bogor.
Penulis juga pernah melaksanakan praktek pengenalan hutan di Leuweng
Sancang-Kamojang sedangkan pengelolaan hutan di KPH Sukabumi. Selanjutnya
penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata ( KKN ) selama ± 2 bulan di Desa
Benteng, Kecamatan Ciampea-Bogor.
Sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana kehutanan, penulis membuat
skripsi yang berjudul “Pendugaan Potensi Tegakan Agathis ( Agathis

loranthifolia Salisb ) Menggunakan Metode Two Stage Sampling Dengan Unit
Contoh Six Trees Sampling ( 6-Contoh Pohon ) dan Circular Plot
( Lingkaran ) Studi Kasus di Hutan Pendidikan IPB Gunung Walat
Sukabumi ” di bawah bimbingan Ir. Suwarno Sutarahardja.

iii

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Tujuan .................................................................................................. 2
Hipotesis............................................................................................... 2
Manfaat Penelitian ............................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA
Tegakan Agathis loranthifolia Salisb ................................................... 4
Inventarisasi Hutan .............................................................................. 4
Cara Pengambilan Contoh.................................................................... 6
Systematic Sampling ............................................................................ 6
Metode Two Stage Cluster Sampling ................................................... 7
Unit Contoh Lingkaran ( Circular Plots ) ............................................ 8
Tree Sampling ...................................................................................... 8
Bias dan Tak Bias ................................................................................ 9
Rancangan Acak Lengkap ( RAL ) ...................................................... 10
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 11
Bahan dan Alat ..................................................................................... 11
Janis data .............................................................................................. 11
Metode Penelitian ................................................................................ 11
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Lokasi dan Posisi Geografis ................................................................. 21
Status dan Peran Kawasan ................................................................... 21
Keadaan Vegetasi ................................................................................. 22
Jenis Tanah ........................................................................................... 22

Topografi .............................................................................................. 23
Iklim dan Hidrologi .............................................................................. 23
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan Jumlah Unit Contoh ............................................................ 24
Waktu Kerja Pengukuran Tiap Unit Contoh ........................................ 25
Luas Rata – Rata Unit Contoh ............................................................. 28
Pendugaan Potensi Tegakan Agathis ................................................... 28
Uji Beda Antar Metode ........................................................................ 30
Efisiensi Relatif Antar Metode ........................................................... 31
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................... 33
Saran.............................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 35
LAMPIRAN ..................................................................................................... 37

iv

DAFTAR TABEL

No

Halaman
Teks

1.

Hasil pengukuran volume rata – rata perhektar ................................ 19

2.

Hasil analisis ragam .......................................................................... 19

3.

Luas petak dan anak petak yang diinventarisasi ............................... 24

4.

Jumlah unit contoh yang diukur pada setiap jalur............................. 25

5.

Waktu kerja rata – rata pada setiap unit contoh ................................ 26

6.

Jumlah pohon rata-rata pada setiap unit contoh ................................ 26

7.

Luas rata – rata dan jari – jari pada setiap unit contoh...................... 28

8.

Nilai karakteristik dalam pendugaan volume tegakan Agathis ......... 29

9.

Dafar sidik ragam dalam pendugaan potensi ................................... 31

v

DAFTAR GAMBAR

No

Halaman
Teks

1.

Prinsip pengukuran six trees sampling............................................. 9

2.

Bentuk jalur pada baseline ................................................................ 12

3.

Contoh lay out petak ukur lingkaran pada jalur ................................ 13

4.

Contoh lay out petak ukur ................................................................. 14

5.

Histogran hubungan antara waktu kerja total dan rata-rata ............. 26

6.

Histogram waktu kerja rata-rata dan rata-rata jumlah pohon............ 27

7.

Histogram nilai-nilai pendugaan volume pada tegakan Agathis....... 30

vi

DAFTAR LAMPIRAN
No

Halaman
Teks

1. Rekapitulasi data volume per hektar pada circular plots ..................... 37
2. Rekapitulasi data volume per hektar pada six trees sampling............. 48
3. Rekapitulasi luas, jumlah pohon, dan waktu kerja .............................. 53
4. Analisis data pada unit contoh circular plots....................................... 54
5. Analisis data pada unit contoh six trees sampling .............................. 55
6. Analysis of variance six trees sampling terhadap circular plots ......... 57

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang
luas berisi sumberdaya alam hayati dan lingkungannya dimana diantara keduanya
saling berinteraksi. Hutan sangat memegang peranan penting bagi makhluk hidup
terutama manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung
dapat dimanfaatkan berupa hasil-hasil hutan baik kayu maupun bukan kayu
sedangkan secara tidak langsung berupa manfaat ekologi yaitu sebagai sistem
penyangga kehidupan umat manusia sehingga keberadaannya sangat diperlukan
serta manfaat sosial untuk kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.
Pengelolaan hutan harus dilaksanakan secara lestari dengan menggunakan
prinsip-prinsip kelestarian sehingga dapat dirasakan pada generasi yang akan
datang. Untuk itu diperlukan data dan informasi mengenai sumberdaya hutan yang
dapat diperoleh melalui kegiatan inventarisasi. Dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 41 Tahun 1999, kegiatan inventarisasi ini dilaksanakan untuk
mengetahui dan memperoleh data serta informasi tentang sumberdaya alam,
potensi kekayaan alam, serta lingkungannya yang lengkap maka dilakukan survey
mengenai status dan keadaan fisik hutan, flora dan fauna, sumberdaya manusia
serta kondisi sosial masyarakat di dalam dan di sekitar hutan. Selain kondisi hutan
dan lingkungannya sendiri faktor pembatas yang mempengaruhi kegiatan
inventarisasi hutan untuk mendapatkan data yang akurat dan teliti adalah biaya,
waktu, dan tenaga yang diperlukan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka Sutarahardja ( 1999a )
mengemukakan bahwa dalam kegiatan inventarisasi hutan, cenderung untuk
mencari suatu cara yang praktis yaitu cepat, mudah, murah dalam pelaksanaannya
dan dengan ketelitian yang dapat dipertanggung jawabkan serta efisiensi yang
cukup tinggi. Untuk tujuan tersebut, telah banyak ditemukan dalam cara penarikan
contoh, masalah bentuk, dan luas satuan contoh maupun dalam cara perhitungan
volume kayu dalam tegakan hutan.
Hutan Pendidikan Gunung Walat merupakan hutan yang memiliki banyak
fungsi sehingga keberadaannya sangat diperlukan. Pengelolaan Hutan Pendidikan

2

Gunung Walat ( HPGW ) ini diserahkan kepada IPB dimana pengembangannya
dijadikan sebagai sarana pendidikan, pelatihan, dan penelitian serta rekreasi alam.
HPGW ini termasuk hutan tanaman yang terdiri dari tegakan Agathis, tegakan
Pinus, tegakan Mahoni dan tegakan Puspa serta tegakan campuran. Tegakan
Agathis di Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki peluang yang besar untuk
dikelola dengan baik. Oleh karena itu, dalam penyusunan rencana pengelolaan
Hutan Pendidikan Gunung Walat maka data mengenai potensi tegakan tersebut
sangatlah penting.
Untuk itu, data mengenai potensi tegakan Agathis haruslah akurat dan
teliti dalam rangka penyusunan rencana pengelolaan Hutan Pendidikan Gunung
Walat. Dalam penelitian ini, akan dicoba teknik pengambilan data tentang potensi
tegakan Agathis menggunakan metode two stage sampling dengan unit contoh six
trees sampling ( 6-contoh pohon ) dan circular plots ( lingkaran ), yaitu untuk
melihat sejauh mana ketelitian dan efisiensi teknik tersebut dalam menduga
potensi tegakan.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dari tegakan Agathis
dengan metode two stage sampling menggunakan dua bentuk unit contoh yaitu six
trees sampling ( 6-contoh pohon ) dan circular plots ( lingkaran ) serta untuk
mengetahui tingkat ketepatan dari six trees sampling dan circular plots dalam
menduga potensi tegakan Agathis. Data yang diperoleh digunakan dalam
penyusunan rencana pengelolaan tegakan Agathis di Hutan Pendidikan Gunung
Walat.

Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan adalah
1. Adanya hubungan erat antara metode penarikan contoh yang digunakan

dalam kegiatan inventarisasi hutan dengan biaya, waktu, dan tenaga kerja.
2. Pendugaan potensi yang menggunakan unit contoh six trees sampling akan

lebih praktis dibandingkan dengan circular plots.

3

3. Hasil dan ketelitian potensi pendugaan tegakan Agathis baik dengan unit

contoh six trees sampling maupun circular plots tidak berbeda nyata.

Manfaat dari Penelitian
Data yang diperoleh dari penelitian ini dapat memberikan masukan dalam
penyusunan pengelolaan Hutan Pendidikan Gunung Walat

TINJAUAN PUSTAKA

Tegakan Agathis loranthifolia Salisb
Agathis loranthifolia Salisb atau damar adalah jenis pohon daun jarum
yang termasuk kedalam famili Araucariaceae ( Perum Perhutani, 1974 ). Daerah
penyebaran alaminya meliputi Papua New Guinea, New Britain, Indonesia
( Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Irian Jaya ), Philipina, Malaya
( Nurhasybi dan Sudrajat, 2001 ). Pohon Agathis tumbuh dalam hutan primer
pada tanah berpasir, berbatu-batu atau liat yang selamanya tidak digenangi air
( Martawijaya, Kartosujana, Kadir, dan Prawira, 1981 ). Tanaman Agathis tumbuh
dengan baik pada keadaan atau persyaratan seperti di bawah ini ( Perum
Perhutani, 1974 ) :
¾ Daerah dengan tinggi 300 m sampai ± 1500 m di atas permukaan laut.
¾ Tanah yang subur, sarang dan tidak dangkal.
¾ Curah hujan 3000 – 4000 mm / tahun.
¾ Tidak terdapat musim kemarau yang keras / panjang, dengan paling sedikit
30 hari hujan selama 4 bulan yang paling kering .
Tanaman Agathis memilki perakaran yang kuat. Pada tanaman muda
terdapat akar tunggang besar dengan akar-akar cabang tumbuh mendatar. Tinggi
pohon dapat mencapai 55 m , panjang batang bebas cabang 12-25 m, diameter 150
cm atau lebih, bentuk batang silindris dan lurus. Tajuk berbentuk kerucut dan
berwarna hijau dengan percabangan mendatar melingkari batang. Kulit luar
berwarna kelabu sampai coklat tua, mengelupas kecil-kecil berbentuk bundar atau
bulat telur ( Martawijaya, Kartosujana, Kadir, dan Prawira, 1981 ).

Inventarisasi Hutan
Inventarisasi hutan adalah suatu usaha untuk menguraikan kuantitas dan
kualitas pohon-pohon hutan serta berbagai karakteristik areal tanah tempat
tumbuhnya ( Husch, 1987 ). Skala dan kompleksitas inventarisasi hutan terutama
dipengaruhi oleh ukuran luas areal hutan yang perlu diketahui dan tujuan yang
mengikat hasil informasi yang dipersiapkan. Faktor-faktor ini akan mempengaruhi

5

banyaknya uang yang diperlukan untuk inventarisasi, yang pada gilirannya
mempengaruhi taksiran serta disain inventarisasi yang spesifik ( Husch, 1987 ).
Menurut Hitam ( 1978 ), pada sebagian besar inventarisasi sumber-sumber
alam, secara ekonomis tidak mengukur seluruh populasi yang terdapat karena
memerlukan waktu dan tenaga yang banyak. Sebagai alternatif lain diadakan
penarikan contoh. Penarikan contoh dapat dipercaya dalam penaksiran populasi
dengan menggunakan metode statistik yang sesuai.
Inventarisasi hutan dapat dilakukan dengan cara pengambilan contoh atau
sampel. Satuan contoh merupakan individu-individu dari populasi yang
dikelompokan dalam bentuk-bentuk satuan contoh, dimana individu dalam satuan
contoh tersebut akan diukur dan diamati. Satuan contoh mempunyai bentuk dan
ukuran. Bentuk-bentuk satuan contoh antar lain :
9 Lingkaran ( circular plot ; circular sampling unit ).
9 Empat persegi panjang / bujur sangkar ( rectangular sampling unit ).
9 Jalur coba ( strip sampling / line sampling ).
9 Tanpa petak ( plotless sampling ) :


Point sampling

9 Tree sampling
9 Petak ukur dalam jalur (line plot sampling).
9 Satelite sampling, bentuk unit contoh gabungan .
Ukuran satuan contoh tidak hanya dinyatakan dalam luasan tertentu, seperti : 0.02
Ha, 0.04 Ha, 0.05 Ha, 0.10 Ha tetapi juga dapat dalam ukuran lebar, jumlah
pohon, dan BAF untuk satuan contoh tertentu ( Sutarahardja, 1999a ).
Kegiatan mengukur dengan pengambilan contoh disebut sampling
methods. Keuntungan cara sampling dibandingkan dengan cara sensus ( full
enumeration ), antara lain ( Sutarahardja, 1999a ) :
9

Dapat mengurangi biaya

9

Waktu pengukuran relatif singkat

9

Lawas cukup luas

9

Ketelitian tinggi

9

Pekerjaan lapangan lebih mudah

6

Cara Pengambilan Contoh
Cara pengambilan contoh dapat dilakukan dengan systematic sampling dan
random sampling. Pada cara systematic sampling, anggota atau individu populasi
tidak mempunyai peluang atau kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai
contoh. Sedangkan pada cara random sampling, anggota atau individu populasi
mempunyai peluang yang sama untuk terpilih menjadi contoh. Biasanya cara
sistematik tersebut dimodifikasi dengan menggunakan cara random sampling
( cara pengambilan contoh acak ), yaitu pada pemilihan contoh pertama dilakukan
secara acak dan pada pemilihan contoh berikutnya ditentukan secara sistematik.
Cara ini dikenal sebagai systematik sampling with random start ( Sutarahardja,
1999a ).

Systematic Sampling
Pencuplikan sistematik seperti yang diterapkan pada inventarisasi hutan,
dapat dilukiskan sebagai pengukuran keadaan-keadaan hutan di dalam unit-unit
cuplikan mengikuti suatu pola tertentu ( Husch, 1987 ). Penarikan contoh secara
sistematik ini sering digunakan dalam penaksiran massa tegakan kayu karena :


Satuan-satuan penarikan contoh lebih mudah ditempatkan di lapangan dan
biayanya lebih murah.



Kelihatannya satuan-satuan penarikan contoh lebih mewakili, karena
contoh-contoh tersebut tersebar merata pada seluruh populasi sehingga
lebih memberikan perwakilan daripada contoh-contoh yang diambil secara
acak.
Penarikan contoh jalur secara sistematik, menggunakan jalur sebagai

satuan contoh, penyebaran secara sistematik dapat diselesaikan dengan membagi
seluruh areal hutan ke dalam N buah jalur dalam ukuran yang seragam. Satuansatuan penarikan contoh diambil pada interval setiap k buah jalur untuk
membentuk n buah jalur. Pemilihan n jalur ini pada jarak setiap k jalur dapat
dilakukan dengan 2 jalan yakni dipilih satu bilangan teracak antara 1 sampai N
kemudian dibagi dengan interval k, sisanya ( antara 1 dan k ) merupakan satuan
penarikan contoh yang pertama kemudian jalur-jalur berikutnya ditentukan

7

berdasarkan pada jarak yang sama, dipilih secara acak jalur antara 1 dan k sebagai
jalur pertama, jalur selanjutnya ditentukan pada jarak yang sama ( Hitam, 1978 ).

Metode Two Stage Cluster Sampling
Stage sampling adalah salah satu teknik penarikan contoh yang dalam
pemilihan unit contohnya dilakukan secara bertingkat. Dengan demikian unit
contoh dibagi kedalam unit contoh tingkat pertama untuk penarikan contoh tingkat
pertama, unit contoh tingkat kedua untuk penarikan contoh tingkat kedua dalam
unit contoh tingkat pertama yang terpilih, unit contoh tingkat ketiga untuk
penarikan contoh tingkat ketiga dalam unit contoh tingkat kedua yang terpilih dan
seterusnya. Ukuran unit contoh dapat sama maupun tidak sama ( Kuncahyo, 1996
dalam Sutarahardja , 1997a ).
Lebih lanjut Kuncahyo ( 1996 ) dalam Sutarahardja ( 1997a ) menyatakan,
bahwa efisiensi penggunaan stage sampling sangat tergantung kepada
heterogenitas unit-unit pada setiap tingkat yang terbentuk. Semakin heterogen
akan menghasilkan kesalahan sampling yang semakin besar. Untuk mengatasinya
stage sampling sering dikombinasikan dengan cluster sampling, yaitu suatu teknik
sampling yang unit contohnya berupa cluster atau kumpulan elemen-elemen.
Kombinasi stage sampling dengan cluster sampling dimaksudkan untuk
mendapatkan unit-unit dalam setiap tingkat terbentuk lebih homogen sehingga
kesalahan samplingnya dapat ditekan.
Dalam metode two stage cluster random sampling ini, proses pemilihan
unit contohnya dilakukan dalam dua tingkat. Pada pemilihan tingkat pertama,
yaitu memilih unit contoh dari sekumpulan unit utama ( primary unit ) yang
merupakan elemen-elemen populasi. Pada pemilihan tingkat kedua, yaitu memilih
unit contoh dari sekumpulan subunit-subunit ( secondary unit ) yang merupakan
elemen-elemen unit utama yang terpilih sebagai contoh ( sample ). Pada subunit
yang terpilih pada pemilihan tingkat kedua ini, dilakukan pengukuran peubahpeubah yang diperlukan sesuai dengan tujuan inventarisasi, misalnya volume
tegakan, jumlah pohon, dsb ( Sutarahardja, 1997a ).

8

Unit Contoh Lingkaran ( Circular Plots )
Menurut Spurr ( 1952 ), ukuran contoh secara garis besar terbagi kedalam
dua tipe sasaran yaitu :
9 Pembuatan ukuran contoh sementara digunakan dalam pendugaan volume
9 Pembuatan ukuran contoh permanen digunakan dalam pendugaan
pertumbuhan
Berdasarkan sasaran hasil ukuran contoh juga digolongkan menurut bentuknya
yakni segi empat / bujur sangkar, lingkaran, garis / jalur.
Ukuran contoh berbentuk lingkaran digambarkan oleh titik pusat dan jarijari ( radius ). Di negara-negara tropis untuk ukuran contoh berbentuk lingkaran
biasanya menggunakan ukuran 0,05 Ha. Tetapi dalam praktek besarnya ukuran
contoh mengikuti bentuk relatif yaitu 0,1 Ha dengan jari-jari 17,84 m ( Loetsch,
Zohrer and Haller, 1973).
Simon ( 1987) menjelaskan bahwa keuntungan utama petak ukur lingkaran
adalah :
¾ Keliling minimum untuk luas tertentu dari lingkaran dibandingkan dengan
bentuk geometri sederhana lainnya, yang berarti menyangkut jumlah
minimum pohon-pohon batas.
¾ Gambaran isotropic dari hutan di sekitar pusat yang diberikan oleh unit
sampling lingkaran.

Tree Sampling
Salah satu cara pengukuran dalam kegiatan inventarisasi hutan yang
sederhana, mudah dan cepat dalam pelaksanaanya adalah dengan cara
menggunakan satuan contoh petak berubah ( tree sampling ). Metode ini adalah
merupakan pengembangan dari metode jarak ( Distance Method ). Loetsch,
Zohrer dan Haller ( 1973 ) dalam Sutarahardja ( 1997b ) menyebut metode ini
dengan point-tree distance with the order method.
Menurut Sutarahardja ( 1997b ), metode petak berubah ini pada prinsipnya
adalah merupakan suatu petak coba berbentuk lingkaran dengan menentukan
sejumlah pohon yang tercakup dalam petak coba tersebut. Berlawanan dengan
petak coba lingkaran, dimana jari-jari lingkaran telah ditentukan, maka pada

9

metode petak berubah, jari-jari lingkaran ditentukan oleh jarak pohon terjauh yang
telah ditetapkan dari titik pusat pengukuran dan oleh diameter pohon tersebut.
Sehingga dalam inventarisasi potensi tegakan dengan metode ini akan diperoleh
luas petak coba yang berubah-rubah, dimana luas petak coba yang satu belum
tentu sama dengan luas petak coba lainnya. Prodan ( 1968 ) dan Schopper ( 1969 )
dalam Sutarahardja ( 1997b ) mengemukakan bahwa dinegaranya metoda dengan
jarak 6-pohon ini merupakan yang optimum, baik secara teori maupun praktek.
Pada Six Trees Sampling ( 6-contoh pohon ), luas lingkaran petak coba
dapat ditentukan berdasarkan jari-jari lingkaran yang diperoleh dari pengukuran
jarak pohon keenam ditambah dengan setengah diameter pohon yang keenam
( Sutarahardja, 1999b ).
L i = π . R2
R = D6 + ½ d6
Keterangan :
Li
R
D6
d6
π

= Luas petak ukur ke i (Ha)
= Jari-jari petak coba ( petak ukur ) dalam meter
= Jarak dari titik pusat pengukuran sampai pohon keenam
= Diameter pohon keenam.
= Konstanta sebesar 3,141593........(= 22/7)

d5
d4
d1
d2

R
D6

d3

d6

Gambar 1. Prinsip pengukuran metode six trees sampling
Bias dan Tak Bias
Bias merupakan selisih antara nilai harapan dengan parameternya. Bias
berkorelasi positif dengan banyaknya contoh maka untuk memperkecil bias,
contoh yang diambil harus cukup banyak. Makin tinggi bias maka kesalahan
makin besar. Bias dapat terjadi karena kesalahan yang disebabkan oleh alat ukur,

10

pengukur/juru

ukur,

dan

kesalahan

dalam

pemilihan

teknik

sampling

( Sutarahardja, 1999a ). Ahli-ahli statistik mengatakan bahwa ketelitian
menunjukan keberhasilan dalam menaksir nilai sebenarnya dari suatu kuantita.
Sedangkan ketepatan menunjukan pengelompokan nilai-nilai contoh disekitar
hasil rata-rata yang apabila terdapat nilai bias maka tidak bisa mencapai hasil
sebenarnya ( Hitam, 1978 ).

Rancangan Acak Lengkap
Suatu percobaan yang dirancang dengan hanya melibatkan satu faktor
dengan beberapa taraf sebagai perlakuan disebut dengan percobaan satu faktor.
Rancangan ini pada dasarnya menjaga kondisi faktor-faktor lain dalam kondisi
tetap. Percobaan satu faktor dapat diterapkan pada berbagai rancangan lingkungan
tergantung dari kondisi unit percobaan yang digunakan. Penerapan percobaan satu
faktor dalam rancangan acak lengkap biasanya digunakan jika kondisi unit
percobaan yang digunakan relatif homogen ( Mattjik dan Sumertajaya, 2002 ).
Lebih lanjut lagi menurut Gomez and Gomez (1995), rancangan acak
lengkap perlakuan diatur dengan pengacakan secara lengkap sehingga setiap
satuan percobaan memilki peluang yang sama untuk mendapatkan setiap
perlakuan. Untuk RAL, setiap perbedaan diantara satuan percobaan yang
mendapatkan perlakuan yang sama dinyatakan sebagai galat percobaan.
Keuntungan utama dari RAL adalah sederhana dalam perhitungan sidik
ragamnya, terutama apabila banyaknya pengulangan tidak sama untuk setiap
perlakuan. Untuk kebanyakan rancangan, sidik ragam menjadi rumit apabila data
yang hilang pada beberapa petakan mengakibatkan pengulangan menjadi tidak
sama diantara perlakuan yang diujikan.

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2006 di Hutan Pendidikan
Gunung Walat pada petak tegakan Agathis murni yaitu petak 26, 31, dan 32.
Tegakan Agathis campuran tidak diambil sebagai areal penelitian mengingat
luasannya relatif kecil dan tersebar serta tercampur dengan berbagai jenis pohon
lainnya.

Bahan dan Alat
Obyek penelitian yang digunakan adalah tegakan Agathis (Agathis
loranthifolia Salisb ) di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Alat yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain : peta Hutan Pendidikan Gunung Walat skala
1:5000, kompas, phiband dan pita keliling, haga hypsometer, tally sheet, tambang,
stop watch, dan alat – alat tulis.

Jenis Data
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :


Data primer, berupa data yang diukur langsung di lapangan berkaitan
dengan keadaan vegetasi yakni diameter pohon setinggi dada, tinggi
pohon, dan luas unit contoh.



Data sekunder, merupakan data pelengkap dan penunjang yang diperoleh
dari studi literatur dan kondisi lapangan.

Metode Penelitian
Penentuan Contoh
Data potensi tegakan Agathis akan diduga dengan melakukan kegiatan
inventarisasi yang menggunakan metode two stage sampling dengan bentuk unit
contoh six trees sampling ( 6-contoh pohon ) dan circular plots ( lingkaran ).
Inventarisasi dengan menggunakan metode two stage sampling memilih bentuk
unit contoh tingkat pertama ( primary units ) berupa jalur dan bentuk unit contoh
tingkat kedua ( secondary units ) berupa six trees sampling dan circular plots

12

( lingkaran ). Jalur-jalur yang dibuat tegak lurus terhadap baseline yang telah
dirancang sebelumnya pada Peta Potensi Hutan Pendidikan Gunung Walat skala
1: 5.000 dengan lebar jalur 20 meter. Jalur-jalur ukur dibuat sejajar satu dengan
yang lainnya, oleh karena itu peranan kompas penting dalam mengatur agar jalurjalur yang diukur dapat sejajar ( tidak berpotongan ). Jalur awal dipilih secara
acak dan jalur selanjutnya ditentukan berdasarkan interval yang telah ditentukan
yaitu 200 meter. Penentuan interval atau jarak antar jalur dapat diketahui dari
lebar jalur dan intensitas sampling yang digunakan. Intensitas sampling yang
dipakai yaitu 10 % karena masih memenuhi syarat ketelitian. Besarnya interval
atau jarak antar jalur di lapangan ( k ) dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut ( Direktorat Jenderal Kehutanan, 1982 ) :

ku =

100 × U
,
a

dimana :

U : Ukuran lebar jalur dalam meter
ku : Jarak antar unit jalur ( m ) pada unit contoh pertama
a : Angka persentase intensitas sampling ( tidak dalam bentuk
persen )

Sedangkan ukuran populasi tiap jalur dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut yaitu panjang baseline dibagi dengan lebar jalur.

Panjang Baseline(m)
N=
Lebar Jalur

Interval
Base line

Gambar 2. Bentuk jalur pada base line

Keterangan :
N

: Jumlah jalur yang terdapat di lapangan ( jalur )

13

Pada setiap jalur yang terpilih dibuat plot-plot ukur baik yang berbentuk
six trees sampling maupun circular plots yang merupakan bentuk unit contoh
tingkat kedua. Untuk unit contoh lingkaran ( circular plots ) dimana luas yang
dipakai 0,1 Ha dengan jari-jari 17,84 m ( diameternya 35,68 m ) maka jumlah plot
yang mungkin terdapat pada tiap jalur dapat ditentukan yaitu panjang jalur dibagi
dengan diameter lingkaran. Dengan persamaan sebagai berikut :

Panjang Jalur ( m )
M=
Diameter Lingkaran ( 35,68 m )

Gambar 3. Contoh lay – out petak ukur lingkaran pada jalur

Banyaknya plot yang terpilih ( m ) pada tiap jalur mempunyai jumlah yang
sama berdasarkan atas jumlah plot minimum dalam jalur yang diukur. Tetapi
jumlah plot yang terpilih mewakili keadaan tegakan. Sedangkan untuk
menentukan jarak antar plot ( k ) pada tiap jalur yang diukur yaitu :
M
ks =
m

Keterangan :
m : Jumlah plot yang terpilih di dalam jalur
M : Jumlah plot yang terdapat dalam jalur
ks : Jarak antar plot ( m ) pada unit contoh kedua
Untuk plot pertama dipilih secara acak dan plot selanjutnya dipilih
berdasarkan interval yang telah ditentukan pada masing-masing jalur. Untuk unit
contoh six trees sampling mengikuti circular plots sehingga mempunyai titik

14

pusat yang sama dan yang membedakan antara keduanya adalah luasannya. Six
trees sampling luasannya tidak sama pada setiap plot-plotnya tergantung pada
jarak pohon keenam terhadap titik pusatnya sedangkan yang lingkaran luasnya
sama pada setiap plotnya yaitu luas yang dipakai 0,1 ha dengan panjang jarijarinya 17,84 m.

Interval (k)

Jalur

Six trees sampling ( 6-contoh pohon ) dan
Circular plots ( lingkaran )
Gambar 4. Contoh lay – out petak ukur
Pengambilan Data

Data didapat dari kegiatan inventarisasi yang dilakukan dengan
menggunakan metode two stage sampling yang unit contohnya six trees sampling
dan circular plots. Dalam pengambilan data di lapangan sesuai dengan yang
direncanakan pada kegiatan rancangan sampling pada peta. Data yang diukur
berupa dimensi-dimensi pohon antara lain diameter pohon setinggi dada dan
tinggi pohon serta luas unit contoh pada six trees sampling. Selain itu, waktu kerja
juga diperhitungkan pada setiap metode baik six trees sampling maupun circular
plots untuk menentukan Efisiensi Relatif ( ER ). Untuk metode two stage
sampling dengan unit contoh six trees sampling waktu kerja dihitung mulai dari
penentuan 6 pohon terdekat dari titik pusat pengungkuran, pengukuran diameter
dan tinggi pohon pertama sampai pohon keenam, termasuk pengukuran jarak
pohon keenam dari titik pusat. Sedangkan circular plots, waktu kerja dihitung
mulai dari penarikan tambang sejauh 17,84 m dari titik pusat dan pengukuran
diameter dan tinggi pohon yang termasuk dalam lingkaran tersebut. Data yang
didapat dimasukan pada tallysheet yang telah dipersiapkan.

15

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data hasil pengukuran pada metode two stage sampling
bertujuan untuk mendapatkan nilai rata-rata potensi tegakan per hektar. Analisis
yang digunakan adalah sebagai berikut :
Metode Two Stage Sampling dengan unit contoh Contoh Six Trees Sampling

Six trees sampling mempunyai luas yang tidak sama satu dengan yang
lainnya sehingga dalam pengolahan datanya menggunakan ratio estiamate.
Penduga rata – rata tegakan
n





R =YR =

∑M
i =1
n

yi

i

∑M
i −1

i

Penduga ragam rata – rata potensi
2


n ⎧
⎞⎫⎪ ⎤
⎪ ⎛⎜

⎨M i ⎜ y i − Y R ⎟⎟⎬ ⎥⎥


2
n


M − mi si
N − n i =1 ⎪⎩ ⎝
N
⎠⎪⎭ ⎥
v a r YR = ⎢∑ M i2 ⋅ i
⋅ ÷N⋅

Mi
mi
n ⎢ i =1
n
n −1




















va rY R = va r R = va rY R/ Mo =

∑∑ (y
n

s =

)

2

m

i =1 j =1

2
i



1
⋅varY R
2
Mo

ij

− yi

mi − 1
N

Mo = ∑Mi
i =1

Penduga selang kepercayaan bagi rata – rata potensi








Y = R ± t v a r R , dimana t = 2

Kesalahan penarikan contoh


SE =



t var R


R

× 100%

16

Metode Two Stage Sampling dengan Unit Contoh Lingkaran ( Circular Plots )

Volume tegakan pada setiap satuan contoh ( yij, dalam m3/ ha ) dihitung
dengan rumus :
( V1+ V2 + ....+ Vn )

y ij =
Xij

Dimana :

y ij : volume tegakan pada satuan contoh jalur ke-i plot ke-j
Xij : luas satuan contoh ( Ha ) pada jalur ke-i plot ke-j
i = 1, 2, 3, … n
j = 1, 2, 3, ….m

Rata – rata umum volume tegakan pada sub populasi ( y , dalam m3/ ha ) :
n

m

∑∑ y
i =1 j =1

ij

y=
n.m

Penduga ragam pada setiap sub populasi :

n


i =1

2


⎡m

⎡ n m
⎢∑ y ij ⎥ - ⎢∑∑ y ij ⎥
⎣ j =i ⎦
⎣ i =1 j =1 ⎦

m2

n.m2

S12 =
(n–1)

n

m

∑ ∑y
i =1

j =1

n

2

ij

-


i =1

S 22 =
n( m – 1 )


⎡m
⎢∑ y ij ⎥
⎣ j =i ⎦
m

2

2

17

n ⎤ S2 n

S 2 = ⎢1 − ⎥ 1 +
y
⎣ N⎦ n N

m ⎤ S 22


1
⎢ M ⎥ n.m



Selang Kepercayaan pada α = 5% bagi nilai tengah populasi (t = 2) dan

sampling error


t. S 2

Y = y ± t. S 2

y

y

SE =

X 100 %
y

Keterangan :

y ij

: Nilai pengukuran pada sub-unit ke-i dari unit terpilih.

yi

: Nilai rata-rata tiap sub unit pada unit terpilih ke-i.

y

: Nilai rata – rata umum sub-unit.

S12

: Penduga keragaman antara rata-rata unit.

S 22

: Penduga keragaman antara sub-unit dalam unit-unit terpilih.

S2

: Penduga keragaman nilai rata-rata umum sub-unit.

y



R

: Penduga rata – rata potensi tegakan




v a r R : Penduga ragam total potensi tegakan

si2

: Penduga keragaman volume tegakan pada setiap jalur yang terpilih

N

: Total jumlah jalur dalam populasi

n

: Jalur yang diukur

Mi

: Total plot dalam setiap jalur yang diukur

mi

: Plot yang terpilih pada tiap jalur yang diukur

Mo

: Total plot dalam seluruh jalur



Y

:

Penduga

kepercayaan

selang
95%.

volume

rata-rata

perhektar

pada

selang

18

: Sampling error.

SE

Besarnya variasi antar unit dapat diterangkan dengan koefisien variasinya
( CV ) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut ( Sutarahardja, 1997 ) :

()

CV y =

Sy

×100%

y

Jadi, makin besar nilai koefisien variasinya maka antara unit tersebut semakin
heterogen.
Ukuran ketelitian suatu metode dibandingkan dengan metode lainnya
dapat dilihat dari nilai efisiensi relatif ( relative efficiency ). Efisiensi relatif
merupakan ukuran untuk membandingkan suatu metode dengan metode lainnya
yang nilainnya berbanding terbalik dengan ragamnya dan dinyatakan dalam
persen ( % ) ( Sutarahardja, 1999 ).
Efisiensi relatif ( RE ) 1-2 =


S 22
× 100%, S 2 = ragam
2
S1

Bila RE ( 1-2 ) > 100%, maka metode 1 lebih efisien dibanding dengan
metode 2.



Bila RE ( 1-2 ) < 100%, maka metode 2 lebih efisien dibanding dengan
metode 1.



Bila RE ( 1-2 ) = 100%, maka kedua metoda sama-sama efisien.
Efisiensi relatif dapat pula diukur dengan memperhitungkan waktu kerja

ataupun biaya yang digunakan ( Sutarhardja, 1999 ). Tetapi pada penelitian ini
hanya waktu kerja yang diperhitungkan.
RE ( 1-2 ) =

S 22t2
× 100% , dimana t = waktu
S12t1

Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Hasil pengukuran berupa volume rata-rata per hektar diuji dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Pengujian menggunakan RAL ini untuk
menunjukkan ada tidak adanya perbedaan yang nyata atas penggunaan metode
yang berbeda-beda dalam menduga potensi tegakan tersebut. Dalam hal ini
metode yang diuji adalah metode two stage sampling dengan unit contoh six trees

sampling dengan circular plots .

19

Tabel 1. Hasil Pengukuran Volume Rata-rata per Hektar
Volume rata-rata per hektar dari kedua unit contoh
Ulangan

X1

X2

Jumlah

1

X11

X21

Total1

2

X12

X22

Total2

3

X13

X23

Total3

Jumlah

J1

J2

Jtotal

Jml Pengamatan

n1

n2

N

Rata-rata

J/n1

J/n2

Jtota/N

...

Keterangan

: X1= Circular Plots

X2= Six Trees Sampling
Untuk analisa keragaman, maka dihitung :

9 Jumlah Kuadrat Total (JKT) dengan rumus sebagai berikut

JKT = Σ Xij2 – (Jtotal)2 =

Σ Xij2 -C

N
9 Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) dengan rumus sebagai berikut

JKP = Σ Xi2 - C = Ji2 / n1 + J22 / n2 - C
ni
9 Jumlah Kuadrat Sisa (JKS) = JKT - JKP
Dimana C merupakan faktor koreksi yang dihitung dengan rumus

C = ( Jtotal)2
N
Tabel 2. Hasil Analisis Ragam
Sumber

Derajat

Jumlah

Kuadrat

Keragaman

Bebas

Kuadrat

Tengah

Perlakuan

k-1

JKP

JKP/(k-1)

Sisa

N-k

JKS

JKS/(N-k)

Total

N-1

JKT

JKT/(N-1)

F Hitung

F-Tabel
5%

KTp / KTs

1%

20

Adapun hipotesa yang diuji adalah

H0 : μ1 = μ2
H1 : μ1 ≠ μ2
Dimana : 1. Metode two stage sampling dengan satuan contoh six trees sampling
2. Metode two stage sampling dengan satuan contoh circular plots
Kriterium uji :

Fhit =

KTp
KTs

, dimana : KTp = Kuadrat Tengah Perlakuan

KTs = Kuadrat Tengah Sisa
Sedangkan kaidah keputusannya adalah :

9 Jika F hit > F tabel maka H1 diterima, nilai F hitung nyata. Artinya ratarata nilai perlakuannya berbeda.

9 Jika F hit ≤ F tabel maka H0 diterima, nilai F hitung tidak nyata. Artinya
berdasarkan contoh yang diukur belum menunjukkan adanya perbedaan
antar perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Jumlah Unit Contoh
Kegiatan inventarisasi dilaksanakan pada tegakan Agathis murni seluas
37,5 ha yang terdiri dari petak 26, 31, dan 32 sebagaimana tercantum dalam tabel
3. Tegakan dikatakan murni apabila volume tegakan pada areal tersebut sekurangkurangnya 75% adalah dari jenis yang sama. Kegiatan inventarisasi ini
menggunakan metode two stage sampling dengan unit contoh six trees sampling
( 6-contoh pohon ) dan circular plots ( lingkaran ). Dimana penempatan unit
contoh six trees sampling sesuai dengan pola penempatan circular plots dan pola
penempatan unit contoh circular plots didasarkan pada systematic sampling.

Tabel 3. Luas petak dan anak petak yang diinventarisasi
No

Petak

1

26

2

31

3

32

Anak Petak

Luas ( Ha )

26a

9,3

26b

11,9
2,1

Total

32a

7

32b

7,2
37.5

Pengambilan unit contoh circular plots maupun six trees sampling
berdasarkan jalur-jalur yang terpilih sebagai unit contoh utama. Jalur yang terpilih
untuk diukur sebanyak 7 jalur yang terdapat pada areal tersebut ( petak 26, 31, dan
32 ). Untuk unit contoh circular plots, luas yang dipakai 0,1 ha dengan jari-jari
17,84 m ( diameternya 35,68 m ) maka jumlah unit contoh sekunder yang terdapat
pada tiap jalur dapat ditentukan berdasarkan panjang jalur dibagi dengan diameter
lingkaran. Unit contoh six trees sampling memiliki luasan yang berbeda sehingga
penempatannya mengikuti circular plots. Jumlah unit contoh yang dipilih pada
setiap jalurnya berdasarkan jumlah unit contoh minimum yang terdapat pada jalur
yang diukur yaitu 4 plot.

25

Tabel 4. Jumlah unit contoh yang diukur pada setiap jalur
No

Jalur

1

1

2

2

3

3

4

4

5

5

6

6

7

7

Unit Contoh
Circular plots
Six trees sampling
Circular plots
Six trees sampling
Circular plots
Six trees sampling
Circular plots
Six trees sampling
Circular plots
Six trees sampling
Circular plots
Six trees sampling
Circular plots
Six trees sampling

Total Plot
4
4
16
16
17
17
6
6
6
6
15
15
9
9

Plot yang dipilih
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

Waktu Kerja Pengukuran Tiap Unit Contoh
Pengukuran waktu kerja pada setiap unit contoh baik itu six trees sampling
maupun circular plots menggunakan stopwatch. Waktu kerja tersebut dihitung
berdasarkan 3 orang tenaga kerja dalam melakukan kegiatan inventarisasi dalam
satu petak ukur. Orang pertama bertugas sebagai penunjuk pohon yang masuk ke
dalam petak ukur dan pencatat data. Orang kedua bertugas sebagai pengukur
diameter dan pengukur jarak pohon terjauh dari titik pusat sedangkan orang ketiga
bertugas sebagai pengukur tinggi pohon.
Waktu yang dihitung pada unit contoh circular plots dimulai dari
penarikan jarak 17,84 m dari titik pusat, pengukuran diameter dan tinggi pohon
yang pertama sampai pohon yang terjauh dalam petak ukur. Sedangkan untuk unit
contoh six trees sampling waktu kerja mulai dihitung dari penentuan 6 pohon
terdekat dari titik pusat, pengukuran diameter dan tinggi pohon dari pohon
pertama sampai pohon yang ke enam, termasuk pengukuran jarak pohon ke enam
dari titik pusat. Waktu kerja rata-rata dan jumlah rata-rata pohon yang diukur pada
setiap unit contoh dapat dilihat pada tabel 5 dan tabel 6.

26

Tabel 5. Waktu kerja rata – rata pada setiap unit contoh
Unit Contoh

Waktu Total ( menit )

Waktu rata - rata ( Menit )

Circular plots

456,38

16,19

Six trees sampling

180,59

6,28

Tabel 6. Jumlah rata-rata pohon pada setiap unit contoh
Unit Contoh

Total Pohon

Rata-rata Jumlah Pohon

Circular plots

520

19

Six trees sampling

168

6

Dari hasil perhitungan waktu kerja rata-rata maka dibuat histogram yang
menyatakan hubungan antara waktu kerja rata-rata pada setiap unit contoh dan
histogram antara waktu kerja rata-rata dengan rata-rata jumlah pohon pada setiap
unit contohnya. Histogram dari waktu kerja rata-rata yang diperoleh pada setiap

Menit/Pohon

unit contoh dapat dilihat dari gambar dibawah ini :

500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0

Waktu total
Waktu rata-rata

Circular Plots

Six Trees Sampling

Unit Contoh

Gambar 5. Histogram antara waktu kerja total dan rata – rata

27

Sedangkan histogram antara waktu kerja rata-rata dengan rata-rata jumlah pohon

Menit/Pohon

pada setiap unit contohnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

Waktu rata-rata
Rata-rata jumlah pohon

Circular Plots

Six Trees Sampling

Unit Contoh

Gambar 6. Histogram waktu kerja rata-rata dan rata-rata jumlah
pohon

Histogram tersebut menunjukkan bahwa antara metode two stage sampling
dengan unit contoh six trees sampling dan circular plots mempunyai hubungan
erat dalam hal biaya, waktu, dan tenaga kerja dalam kegiatan inventarisasi hutan.
Hal ini dilihat dari tiga orang tenaga kerja membutuhkan waktu rata-rata 6,28
menit setiap unit contoh untuk melakukan kegiatan inventarisasi menggunakan
metode two stage sampling dengan unit contoh six trees sampling yang mana ratarata jumlah pohon yang diukur setiap unit contohnya yaitu 6 pohon sedangkan
untuk metode two stage sampling dengan unit contoh circular plots membutuhkan
waktu rata-rata 16,19 menit dan rata-rata jumlah pohon yang diukur setiap unit
contohnya yaitu 19 pohon. Karena sulitnya menentukan jumlah biaya yang
dikeluarkan setiap kali ke lapangan maka dalam penelitian ini biaya tidak
diperhitungkan. Dengan demikian banyaknya jumlah pohon yang diukur pada
setiap unit contoh mempengaruhi waktu kerja selain itu kondisi tegakan dan
lingkungan juga mempengaruhi.

28

Luas Rata – Rata Unit Contoh
Luas rata-rata unit contoh yang digunakan dalam kegiatan inventarisasi ini
berdasarkan dari pembagian jumlah luas setiap unit contoh dengan jumlah unit
contoh. Untuk unit contoh circular plots luas unit contohnya tetap karena luasnya
sama yaitu 0,1 ha sedangkan untuk unit contoh six trees sampling luasnya tidak
sama karena diperoleh dari perhitungan luas lingkaran dengan jari-jari merupakan
jarak pohon ke enam dari titik pusat ditambah setengah diameter pohon ke enam.

Tabel 7. Luas rata – rata dan jari- jari pada setiap unit contoh
Petak Ukur
Circular plots
Six trees sampling

Luas ( Ha )

Jari – jari ( m )

0,1

17,84

0,039

11,14

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata luas unit contoh six trees
sampling yaitu 0.039 ha dengan jari-jari 11,14 m. Jauhnya perbedaan antara luas
rata-rata dari circular plots dengan unit contoh six trees sampling dilihat dari dari
jumlah pohon rata-rata yang terdapat pada setiap unit contohnya ( tabel 6 ).

Pendugaan Potensi Tegakan Agathis
Pendugaan potensi tegakan Agathis di Hutan Pendidikan Gunung Walat
dilakukan menggunakan metode two stage sampling dengan unit contoh six trees
sampling dan circular plots . Metode two stage sampling merupakan metode yang
sederhana, membutuhkan biaya, waktu, dan tenaga yang relatif sedikit jika
dibandingkan dengan metode jalur ukur ( line sampling / strip sampling ). Tetapi
penggunaan metode two stage sampling sangat tergantung kepada heterogenitas
unit-unit contoh yang terbentuk dengan demikian semakin heterogen maka akan
menghasilkan kesalahan sampling yang semakin besar. Pada metode two stage
sampling pemilihan unit contohnya dilakukan dengan dua tingkat. Yaitu tingkat
pertama berupa jalur dan tingkat kedua berupa unit contoh six trees sampling dan
circular plots yang dipilih pada tiap jalur.
Berdasarkan pengolahan data volume didapat nilai-nilai dugaan volume
t

Dokumen yang terkait

Studi Tehnik Pendugaan Potensi Tegakan Hutan Puspa (Schima waliichii) dengan Simple Systematic Sampling with Random Start dengan Unit Contoh Six Tree Sampling dan Circular Plot (Studi Kasus di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi)

0 12 50

Pendugaan Potensi Tegakan Hutan Pinus (Pinus merkusii) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Dengan Metoda Stratified Systematic Sampling With Random Start Menggunaka Unit Contoh Lingkaran Konvensional dan Tree Sampling

5 38 67

Tabel volume pohon Agathis loranthifolia di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat.

2 13 103

Karakteristik biometrik pohon agathis loranthifolia di hutan pendidikan gunung walat Sukabumi Jawa Barat

0 2 91

Model Struktur Tegakan Hutan Tanaman Agathis (Agathis loranthifolia) di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat

2 12 115

Pendugaan Produktivitas Kopal Berdasarkan Beberapa Peubah Fenotipe Pohon Agatis (Agathis loranthifolia Salisb) di Hutan Pendidikan Gunung Walat

0 3 30

Model Penduga Biomassa Pohon Agathis (Agathis loranthifolia) Berdiameter Kecil di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat

0 3 31

Penilaian Kesehatan Pohon Plus Damar (Agathis loranthifolia Salisb.) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat dengan Metode Forest Health Monitoring

1 27 43

Pendugaan Potensi Biomassa Tegakan di Areal Rehabilitasi Hutan Pendidikan Gunung Walat Menggunakan Metode Tree Sampling

0 4 26

Perbandingan Efisiensi Metode Tree Sampling dan Metode Konvensional dalam Pendugaan Potensi Tegakan Agathis (Agathis toranthifolia) di hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi

0 2 54