Model Penduga Biomassa Pohon Agathis (Agathis loranthifolia) Berdiameter Kecil di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat

MODEL PENDUGA BIOMASSA POHON AGATHIS (Agathis loranthifolia)
BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT,
SUKABUMI, JAWA BARAT

MUSTOFA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Model Penduga
Biomassa Pohon Agathis (Agathis loranthifolia) Berdiameter Kecil di Hutan
Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Mustofa
NIM E14070081

ABSTRAK
MUSTOFA. Model Penduga Biomassa Pohon Agathis (Agathis loranthifolia)
Berdiameter Kecil di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat.
Dibimbing oleh AHMAD HADJIB dan TATANG TIRYANA.
Salah satu jenis pohon untuk rehabilitasi di Hutan Pendidikan Gunung
Walat (HPGW) adalah Agathis (Agathis loranthifolia). Biomassa pohon agathis
berdiameter kecil (≤10 cm) dapat diduga dengan menggunakan Biomass
Expansion Factor (BEF) dan model alometrik biomassa, baik untuk biomassa
setiap bagian pohon (batang, cabang dan ranting, serta daun) maupun biomassa
total di atas permukaan tanah. Dari analisis data dengan menggunakan 32 pohon
contoh, diketahui bahwa biomassa pada batang adalah 74%, pada cabang sebesar
16%, dan pada daun sebesar 10%. Nilai BEF pohon agathis berdiameter kecil
adalah 1,075 (untuk nilai wood density (WD) rendah), 1,022 (untuk WD sedang),
dan 0,944 (untuk WD tinggi). Model alometrik biomassa untuk masing-masing

bagian dan total pohon adalah Wbatang = 0,0139dp3,132 (R2 = 99,2%), Wcabang
dan ranting = 0,0042dp2,963 (R2 = 97,3%), Wdaun = 0,0115dp2,276 (R2 = 97,1%),
dan Wtotal = 0,0276dp2,945 (R2 = 99,0%), dimana dp adalah diameter pangkal.
Kata kunci: Agathis loranthifolia, biomassa, biomass expansion factor (BEF),
diameter kecil, model alometrik.

ABSTRACT
MUSTOFA. Biomass Estimator Model of Small Diameter Tree of Agathis
(Agathis loranthifolia) in Gunung Walat University Forest, Sukabumi, West Java.
Supervised by AHMAD HADJIB and TATANG TIRYANA.
One of the tree species for rehabilitation in Gunung Walat University Forest
(GWUF) is agathis (Agathis loranthifolia). The biomass of small diameter agathis
(≤ 10 cm) can be estimated by using Biomass Expansion Factor (BEF) and
allometric biomass model, either for each tree component (stem, branches and
twigs, and leaves) or for the total of above ground biomass. Based on data
analysis using 32 sample trees, the stem biomass was 74%, branch biomass was
16%, and leaf biomass was 10%. The BEF of small diameter agathis was 1.075
(for lower wood density (WD)), 1.022 (for medium WD), and 0.944 (for higher
WD). The allometric biomass models for each tree component and total biomass
are Wstem = 0,0139dp3,132 (R2 = 99,2%), Wbranches and twigs = 0,0042dp2,963

(R2 = 97,3%), Wleaves = 0,0115dp2,276 (R2 = 97,1%), and Wtotal = 0,0276dp2,945
(R2 = 99,0%), where dp is collar diameter.
Keywords: Agathis loranthifolia, allometric models, biomass, biomass expansion
factor (BEF), small diameter.

MODEL PENDUGA BIOMASSA POHON AGATHIS (Agathis loranthifolia)
BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT,
SUKABUMI, JAWA BARAT

MUSTOFA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2013

Judul Skripsi : Model Penduga Biomassa Pohon Agathis (Agathis loranthifolia)
Berdiameter Kecil di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi,
JawaBarat
Nama
: Mustofa
: E14070081
NIM

Disetujui oleh

Ir Ahmad Hadjib, MS
Pembimbing I

Tanggal Lulus:

OS SEP 2013


Dr Tatang Tiryana, S.Hut. MSc
Pembimbing II

Judul Skripsi : Model Penduga Biomassa Pohon Agathis (Agathis loranthifolia)
Berdiameter Kecil di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi,
Jawa Barat
Nama
: Mustofa
NIM
: E14070081

Disetujui oleh

Ir Ahmad Hadjib, MS
Pembimbing I

Dr Tatang Tiryana, S.Hut, MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh


Dr Ir Didik Suharjito, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah, Tuhan semesta alam atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Sholawat dan
salam selalu penulis haturkan kepada Muhammad SAW yang telah ditunjuk untuk
memberikan penerangan di jaman yang gelap.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2012
ini ialah biomassa, dengan judul Model Penduga Biomassa Pohon Agathis
(Agathis loranthifolia) Berdiameter Kecil di Hutan Pendidikan Gunung Walat,
Sukabumi, Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir. Ahmad Hadjib, MS dan Dr. Tatang
Tiryana, S.Hut, MSc selaku pembimbing, serta kepada manajemen Hutan
Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang telah banyak membantu dalam
penelitian ini. Ungkapan terima kasih paling dalam penulis sampaikan kepada
ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayang serta segala yang telah

diberikan. Selain itu, penulis juga berterimakasih kepada semua kawan-kawan
seperjuangan yang telah membantu. Tim lapangan, Soni, Pow, Fitri Mpit, Gina,
Yunen, dan kawan lainnya yang telah bekerja secara rodi. Tim laboratorium yang
telah membantu mengumpulkan data laboratorium. Saudari Ikma yang telah
membimbing dalam menulis karya ilmiah ini. Terimakasih untuk keluarga besar
Rimpala dari R0 sampai R-XVII atas seluruh dingin dan hangatnya. Terkhusus
untuk keluarga 13 yang sudah mau berbagi. Keluarga Menteng Asri yang telah
mendidik untuk bekerja keras. Angkringan Dampo Awangnya Pikang beserta
seluruh isinya yang mengisi hampir sepertiga malam. Serta terimakasih untuk
Sekolah Rimbawan Kecilnya Lola atas senyum dan tawa ikhlas yang telah
ditorehkan. Terimakasih untuk yang lainnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013
Mustofa

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1


Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

2

METODE

2

Lokasi dan Waktu Penelitian

2


Bahan

2

Alat

2

Pengumpulan Data

2

Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN


8
14

Simpulan

14

Saran

14

DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

16

RIWAYAT HIDUP

20

DAFTAR TABEL
1 Pembagian kelas diameter dan sebaran tinggi pohon contoh
2 Analisis ragam
3 Rata-rata biomassa setiap bagian pohon berdasarkan diameter setinggi
dada (dbh)
4 Rata-rata biomassa setiap bagian pohon berdasarkan diameter pangkal
(dp)
5 Matriks korelasi sederhana antar peubah pohon agathis
6 Model alometrik biomassa

3
6
8
8
10
12

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Biomassa total pohon agathis menurut kelas diameter
Persentase biomasa rata-rata bagian pohon agathis
Sebaran nilai BEF berdasarkan volume pohon agathis
Hubungan antara a) diameter dengan biomassa batang b) diameter
dengan biomassa cabang c) diameter dengan biomassa daun d) diameter
dengan biomassa total

9
9
11

13

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil pengolahan data dengan Minitab

16

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan merupakan sumber daya yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Hutan juga berfungsi sebagai sumber keanekaragaman jenis dan
genetik, serta gudang penyimpanan karbon. Pada lingkup lokal hutan dapat
berfungsi memelihara kesuburan tanah, menjamin ketersediaan pasokan air bersih
dan sebagai tempat penghidupan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan (Arief
1994).
Menurut Rusmanto (2003), luasan hutan Indonesia nomor tiga di dunia
setelah Brasil dan Zaire sehingga berperan besar dalam menyerap CO2 dari udara
dan menyimpannya dalam biomassa untuk menstabilkan konsentrasi CO2 di
atmosfer. Penelitian-penelitian tentang biomassa diperlukan untuk mengetahui
produktivitas hutan, siklus hara, dan aliran energi dari suatu ekosistem hutan di
Indonesia.
Salah satu hutan tanaman di Indonesia adalah Hutan Pendidikan Gunung
Walat (HPGW). Menurut Selviana (2012), jenis-jenis vegetasi yang teridentifikasi
di HPGW diantaranya adalah jenis agathis, pinus, puspa, mahoni, dan kayu afrika
yang telah menutupi sebagian besar areal HPGW. Pada areal HPGW tersebut
terdapat beberapa areal rehabilitasi yang salah satu jenis tanamannya adalah
agathis yang diameternya masih kecil (≤10 cm). Tanaman yang berdiameter kecil
tersebut juga mempunyai potensi cadangan karbon dalam bentuk biomassa.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cadangan biomassa pada pohon agathis
berdiameter kecil tersebut.
Pendugaan potensi biomassa dapat dilakukan dengan menggunakan
Biomass Expansion Factor (BEF) dan menggunakan suatu model alometrik
biomassa. Pendugaan biomassa menggunakan BEF dilakukan dengan
mengkonversi volume batang ke total biomassa pohon. Hasil penduga potensi
biomassa menggunakan BEF kurang teliti sehingga untuk mendapatkan hasil yang
lebih teliti disusun suatu model persamaan alometrik. Persamaan alometrik yang
sering digunakan adalah persamaan alometrik kuadrat (power). Pada penelitian ini
persamaan alometrik yang digunakan fokus pada persamaan alometrik kuadrat.
Perumusan Masalah
Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) mempunyai potensi serapan
karbon yang sangat besar. Jenis Agathis loranthifolia merupakan salah satu jenis
yang dominan di HPGW dan menjadi pohon untuk rehabilitasi di beberapa areal.
Penentuan nilai BEF dan penyusunan model alometrik untuk menduga biomassa
di areal rehabilitasi perlu dilakukan untuk mengetahui potensi biomassa pohon
agathis berdiameter kecil.

2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menentukan nilai Biomass Expansion Factor (BEF) untuk menduga
biomassa pohon Agathis loranthifolia berdiameter kecil (≤10 cm) di
HPGW.
2. Menyusun persamaan alometrik untuk menduga biomassa pohon Agathis
loranthifolia berdiameter kecil (≤10 cm) di HPGW.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pengelola HPGW untuk menduga
potensi biomassa pohon Agathis berdiameter kecil pada areal rehabilitasi di
HPGW.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di HPGW dan hanya pohon Agathis loranthifolia
yang mempunyai diameter setinggi dada ≤ 10 cm.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di HPGW, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa
Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama satu bulan yaitu pada
bulan Juni sampai Juli 2012.
Bahan
Bahan yang digunakan adalah pohon Agathis loranthifolia sebanyak 32
pohon contoh pada Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW).
Alat
Alat yang digunakan di lapangan adalah pita ukur, walking stick, timbangan,
plastik, tali tambang, golok, gergaji, alat tulis, karung, kalkulator, dan kertas
koran. Peralatan laboratorium meliputi pengoven dan timbangan. Pengolahan data
menggunakan software Microsoft Excel dan Minitab.
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data sekunder yang diambil meliputi kondisi umum lokasi penelitian

3
seperti letak, luas, dan keadaan fisik lingkungan (keadaan tanah, iklim, dan curah
hujan) yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang terdapat di HPGW,
Sukabumi, Jawa Barat.
Data primer diperoleh dari hasil pengukuran dan pengambilan sampel
langsung di lapangan yang meliputi dimensi pohon (diameter dan tinggi). Pohon
contoh ini merupakan Agathis loranthifolia yang memiliki diameter ≤10 cm yang
ada di lokasi penelitian dengan metode purposive sampling. Jumlah sampel yang
diambil pada penelitian ini sebanyak 32 pohon contoh dengan kriteria memiliki
batang yang lurus, sehat, dan mewakili kelas diameter yang dibentuk. Sejumlah
pohon contoh tersebut kemudian dibagi menjadi lima kelas diameter setinggi dada
(Tabel 1).
Tabel 1 Pembagian kelas diameter dan sebaran tinggi pohon contoh
Tinggi total (m)

Diameter
(cm)

0,1 – 2,0

0,1 – 2,0
2,1 – 4,0
4,1 – 6,0
6,1 – 8,0
8,1 – 10,0

6
3
-

2
2
-

Jumlah

9

4

2,1 – 4,0 4,1 – 6,0

6,1 – 8,0

8,1 – 10,0

1
1
-

5
3
-

1
1

2
5

8
6
6
6
6

2

8

2

7

32

>10,0 Jumlah

Setelah pembagian kelas diameter, maka dilakukan pengukuran pohon
contoh. Pengukuran pohon contoh ini dibedakan menjadi pengukuran pohon
berdiri dan pohon rebah.
a. Pohon berdiri
- Diameter
Diameter setinggi dada dan diameter pangkal diukur dengan menggunakan pita
ukur. Pengukuran dilakukan dengan mencari keliling terlebih dahulu,
kemudian dikonversi menjadi diameter. Diameter setinggi (dbh) dada di ukur
pada ketinggian 1,3 meter dari permukaan tanah jika tinggi total pohon tersebut
melebihi 1,5 meter dan diukur pada 20 cm di atas permukaan tanah jika tinggi
total pohon kurang dari 1,5 meter. Sementara diameter pangkal (dp) diukur
pada pangkal pohon.
- Tinggi
Tinggi pohon total diukur dari pangkal sampai puncak pohon. Sedangkan
tinggi bebas cabang diukur dari pangkal pohon sampai cabang pertama dari
pohon tersebut.
b. Pohon rebah
- Pohon yang sudah rebah kemudian dipisahkan per bagian, yaitu batang, cabang
dan ranting, serta daun.
- Bagian batang kemudian dibagi menjadi seksi-seksi. Panjang perseksi berkisar
antara 100-200 cm atau disesuaikan ukuran panjang batang. Setelah dibagi
perseksi kemudian dilakukan pengukuran panjang seksi, diameter pangkal dan
diameter ujung tiap seksi.

4
- Bagian daun dipisahkan dari bagian cabang atau ranting. Sementara bagian
cabang dan ranting digabungkan. Hal ini dikarenakan beberapa pohon
berdiameter kecil ini belum terdapat ranting.
- Setiap bagian pohon yang telah dipisahkan dan diukur tersebut kemudian
dilakukan penimbangan berat total tiap bagian sehingga mendapatkan data
berat basah total (BBT) dari setiap bagian tersebut.
- Dari BBT kemudian diambil sampel sebanyak 200-300 gram sebagai berat
basah sampel (BBS) untuk pengujian laboratorium.
Pengujian loboratorium dilakukan dengan pengovenan terhadap seluruh
sampel yang telah didapatkan. Pengovenan dilakukan pada suhu 1030C ± 20C
selama 24 jam (atau sampai berat tanur/konstan). Dari hasil pengovenan tersebut
didapatkan berat kering sampel (BKS) dari batang, cabang dan ranting,serta daun.
Analisis Data
Dari hasil pengukuran di lapangan dan di laboratorium selanjutnya
dilakukan analisis untuk menentukan biomassa, volume, dan Biomass Expansion
factor (BEF) dari setiap pohon contoh. Selain itu, analisis data ini dilakukan
penyusunan model alometrik biomassa pohon. Secara rinci tahapan analisis data
dijelaskan sebagai berikut:
1. Perhitungan Biomassa Pohon
Menurut Brown (1997), biomassa di atas tanah didefinisikan sebagai
biomassa jumlah bahan organik hidup di atas permukaan tanah pada pohon
termasuk batang utama dengan kulit, cabang, ranting, tunggak, dan daun yang
dinyatakan dalam berat kering oven ton per unit area atau pohon. Pada penelitian
ini perhitungan biomassa dilakukan untuk biomassa batang utama dengan kulit,
ranting dan cabang, daun, serta biomassa total pohon. Perhitungan biomassa
dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:
(1)

(2)
Keterangan:
BK
: Berat Kering (kg)
% KA
: Kadar Air
BBT
: Berat Basah Total (kg)

BKS: Berat Kering Sampel (gram)
BBS : Berat Basah Sampel (gram).

2. Perhitungan Volume Pohon
Volume tiap pohon contoh dihitung dengan menjumlahkan volume tiap
seksi pada pohon. Sedangkan volume seksi diperoleh dengan menggunakan rumus
Smalian sebagai berikut:

5
(3)
Keterangan:
V : Volume batang (m3) Gt : Luas bidang dasar pangkal batang (m2)
L : Panjang seksi batang (m)
Gs : Luas bidang dasar ujung batang (m2)
3. Penentuan Biomass Expansion Factor (BEF)
Biomass Expansion Factor (BEF) merupakan perbandingan antara
biomassa total dengan biomassa yang dihitung dari volume batang (Brown 1997).
Nilai BEF dihitung dengan menggunakan rumus:


(4)

Keterangan:
BEF
: Biomass Expansion Factor
V
: Volume (m3)

Wt : Biomassa total (kg)
WD : Wood density (kg/m3)

Menurut Seng (1951) dalam Soewarsono (1990), nilai wood density
(kerapatan kayu) dari Agathis loranthifolia adalah sebesar 580 kg/m³ (WD
rendah), 610 kg/m³ (WD sedang), dan 660 kg/m³ (WD tinggi)
4. Penyusunan Model Alometrik Biomassa
Penyusunan model alometrik penduga biomassa digunakan untuk
melakukan penaksiran biomassa. Model-model tersebut dipisahkan menjadi
model alometrik biomassa batang, alometrik biomassa cabang, alometrik
biomassa daun, dan alometrik biomassa pohon total pada semua kelas diameter.
Penyusunan model alometrik biomassa ini menggunakan model pangkat yang
umum digunakan (Brown 1997).
(5)
Keterangan:
W : Biomassa (kg)
D : Diameter (cm)

a,b

: Koefisien

Nilai-nilai koefisien (a,b) ditentukan berdasarkan analisis regresi menggunakan
software Minitab dengan cara mentransformasi model tersebut ke dalam bentuk
linier:
(6)
Untuk mengembalikan ke persamaan asal (persamaan 5) dilakukan perhitungan
faktor koreksi transformasi balik nilai-nilai logaritma menyebabkan terjadinya
bias/kesalahan sistematis (Sprugel 1983 dalam Tiryana dan Muhdin 2012). Nilai
dugaan biomassa (W) dari model tersebut dikalikan dengan faktor koreksi
(Correction factor) yang dihitung dengan rumus :
(7)
Keterangan:
CF
: Faktor koreksi
SEE
: Standard error of estimate

6
Model alomerik biomassa disusun dengan menggunakan dua peubah bebas
yang berbeda yaitu diameter setinggi dada (dbh) dan diameter pangkal (dp).
Model terbaik dipilih menggunakan kriteria statistik: keberartian model (melalui
analisis ragam), nilai simpangan baku (s) terkecil, koefisien determinasi (R2) dan
koefisien determinasi yang disesuaikan (R2 adjusted) terbesar yang dihitung
sebagai berikut:
a) Keberartian model
Keberartian model dapat dijelaskan melalui analisis ragam. Analisis ragam
dilakukan untuk melihat apakah peubah bebas X mempunyai hubungan yang
nyata dengan peubah tak bebas Y dan dinyatakan dengan tabel analisis ragam
(Tabel 2).
Tabel 2 Analisis ragam
Sumber

Derajat
bebas (bd)

Regresi
Sisa
Total

dbR
dbS
dbT

Jumlah
kuadrat
(JK)
JKR
JKS
JKT

Kuadrat
tengah
(KT)
KTR
KTS

F hitung

F Tabel

KTR/KTS

Fα (dbR,dbS)

Keterangan:
(8.1)
(8.2)








(8.3)



(8.4)
(8.5)





(8.6)
(8.7)
(8.8)

Fα(dbR,dbS) : Nilai F table pada taraf nyata α
n : jumlah data
Hipotesis yang diuji adalah:
H0 : Hubungan regresi tidak nyata (bi = 0);
H1 : Hubungan regresi nyata (salah satu bi ≠ 0)
Kriteria penarikan kesimpulan adalah tolak H0 jika nilai Fhitung > Ftabel
.

7
b) Perhitungan simpangan baku (s)
Simpangan baku adalah ukuran besarnya penyimpangan nilai dugaan
terhadap nilai aktual (sebenarnya). Dalam uji statistik dibandingkan beberapa
persamaan sehingga diperoleh nilai s yang terkecil yang menunjukkan bahwa nilai
dugaan berdasarkan persamaan yang disusun mendekati nilai aktual. Dengan kata
lain, semakin kecil nilai s maka semakin tepat nilai dugaan yang diperoleh. Nilai s
ditentukan dengan rumus Drapper & Smith (1992):





(9)

Keterangan:
S : Simpangan baku
Ya: Nilai biomassa sesungguhnya

(n-p) : Derajat bebas sisa
Yi : Nilai biomassa dugaan

c) Perhitungan koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi adalah nilai yang mencerminkan seberapa besar
keragaman tak bebas Y dapat dijelaskan oleh suatu peubah bebas X. Nilai R2
dinyatakan dalam bentuk persen (%) yang berkisar antara 0% hingga 100%.
Semakin tinggi nilai R2, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi
keragaman peubah tak bebas Y dapat dijelaskan oleh peubah bebas X. Nilai R2
ditentukan dengan rumus Drapper & Smith (1992):
(10)
Keterangan:
R2: Koefisien determinasi
JK: Jumlah kuadrat
d) Perhitungan koefisiensi determinasi yang disesuaikan (R2 adjusted)
Koefisiensi determinasi yang disesuaikan adalah nilai koefisien determinasi
yang disesuaikan terhadap derajat bebas jumlah kuadrat sisa (JKS) dan jumlah
kuadrat total (JKT). Karena statistik pada R2 adjusted sama dengan R2. Semakin
tinggi R2 adjusted, maka semakin tinggi pula keeratan hubungan antara peubah
tak bebas Y dan peubah bebas X. Nilai R2 adjusted ditentukan dengan rumus
Drapper & Smith (1992):
(11)

Keterangan:

Ra2 : R2 adjusted
(n-p): Derajat bebas sisa
JKS : Jumlah kuadrat sisa (n-1): Derajat bebas total
JKTT: Jumlah kuadrat total

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Biomassa Pohon Agathis Berdiameter Kecil
Biomassa setiap bagian dan total pohon Agathis loranthifolia didapatkan
dari perbandingan antara berat basah dan berat kering. Biomassa yang telah
dihasilkan merupakan biomassa di atas permukaan tanah (above ground) yang
meliput biomassa batang, biomassa cabang dan ranting, dan biomassa daun. Hasil
perhitungan biomassa setiap bagian maupun total pohon Agathis loranthifolia ini
dibagi sesuai dengan kelas diameter. Kelas diameter yang digunakan adalah kelas
diameter setinggi data (dbh) dan kelas diameter pangkal (dp). Pertumbuhan
biomassa setiap bagian dan total dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3 Rata-rata biomassa setiap bagian pohon berdasarkan diameter setinggi
dada (dbh)
Biomassa

Kelas diameter setinggi dada (cm)
0,1 – 2,0 2,1 – 4,0 4,1 – 6,0 6,1 – 8,0

8,1 – 10,0

Rata-rata

Batang (Wb, kg)
Cabang (Wc, kg)*
Daun (Wd, kg)

0,113
0,037
0,058

0,372
0,078
0,123

3,173
0,686
0,530

8,874
1,997
1,294

16,094
3,321
1,830

5,725
1,224
0,767

Total (Wt, kg)**

0,208

0,574

4,389

12,165

21,245

7,716

Tabel 4 Rata-rata biomassa setiap bagian pohon berdasarkan diameter pangkal
(dp)
Kelas diameter pangkal (cm)
Biomassa
0,1 - 2 2,1 - 4 4,1 - 6 6,1 - 8 8,1 - 10,2 Rata-rata
Batang (Wb, kg)
0,057 0,251 2,578 6,159
14,420
4,693
Cabang (Wc, kg)*
0,018 0,059 0,570 1,227
3,104
0,996
Daun (Wd, kg)
0,039 0,087 0,469 0,892
1,767
0,651
Total (Wt, kg)**
0,114 0,397 3,617 8,277
19,291
6,339
(*) biomassa cabang dan ranting
(**) biomassa total pohon di atas permukaan tanah

Tabel 3 menunjukkan data biomassa menggunakan peubah dbh sedangkan
Tabel 4 menggunakan peubah dp pohon. Pada data kelas diameter pangkal, kelas
diameter maksimal adalah kelas 8,1-10,2 cm. Hal ini dikarenakan untuk
pembagiaan kelas diameter yang digunakan adalah peubah kelas diameter setinggi
dada sehingga terjadi kelebihan batas maksimal kelas diameter pada penggunaan
peubah kelas diameter pangkal.
Berdasarkan data tersebut terlihat jelas bahwa adanya peningkatan biomassa
baik batang, cabang dan ranting, daun, maupun biomassa total pohon di atas
permukaan tanah seiring dengan meningkatnya diameter pohon. Biomassa pada
setiap bagian pohon meningkat secara proporsional dengan semakin besarnya
diameter pohon sehingga biomassa pada setiap bagian pohon mempunyai
hubungan dengan diameter pohon. Peningkatan ini terjadi karena semakin
bertambah umur maka biomassa akan meningkat sampai umur tertentu. Menurut

9
Kusmana et al. (1992) dalam Hendra (2002) biomassa akan meningkat sampai
umur tertentu (umur dinyatakan oleh perwakilan kelas diameter) dan kemudian
pertambahan biomassanya akan semakin menurun sampai akhirnya berhenti
berproduksi (mati). Kelas diameter pohon dalam penelitian ini adalah diantara
0,1-10 cm. Ini berarti umur pohon tersebut juga masih muda sehingga biomassa
dari setiap bagian pohon masih terus bertambah.
Berdasarkan data di atas juga terlihat bahwa rata-rata biomassa daun pada
kelas diameter 0,1-2 cm dan kelas diameter 2,1-4 cm lebih besar dibandingkan
rata-rata biomassa cabang. Hal ini berbeda dengan kelas diameter lainnya yang
rata-rata biomassa cabang lebih besar dibanding biomassa daun. Pada pohon yang
diameternya kurang dari 4 cm memang berat daun lebih berat dibandingkan berat
cabang. Hal ini yang menyebabkan rata-rata biomassa daunnya juga lebih besar
dibandingkan rata-rata biomassa cabang.
25

Biomassa total (kg)

20

15
dbh
dp

10

5

0
0,1-2

2,1-4

4,1-6

6,1-8

8,1-10

Kelas diameter (cm)

Gambar 1 Biomassa total pohon agathis menurut kelas diameter
Pada Gambar 1 terlihat bahwa ada peningkatan cadangan biomassa pada
setiap kelas diameter. Pada kelas diameter 0,1-2 cm masih sedikit cadangan
biomassanya. Cadangan biomassa total tertinggi terdapat pada kelas diameter 8,110 cm yang mencapai 20 kg. Cadangan biomassa total pada kelas dbh lebih tinggi
dibandingkan nilai biomassa pada kelas dp.

Biomassa
Cabang
16%

Biomassa
Daun
10%

Biomassa
Batang
74%

Gambar 2 Persentase biomassa rata-rata bagian pohon agathis

10
Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa terdapat variasi besarnya nilai
biomassa yang terkandung dalam setiap bagian. Batang memiliki biomassa total
tertinggi dibandingkan bagian-bagian yang lain. Biomassa yang terkandung pada
batang adalah 74%, biomassa cabang sebesar 16%, dan biomassa daun sebesar
10%.
Biomassa tumbuhan meningkat karena tumbuhan menyerap karbondioksida
(CO2) dari atmosfer yang kemudian diubahnya menjadi bahan organik melalui
proses fotosintesis. Batang memiliki total berat kering organik yang cukup besar
dibandingkan bagian-bagian lainnya karena pada bagian ini cadangan makanan
yang banyak mengandung bahan organik hasil fotosintesis disimpan. Hal ini
berbeda dengan daun yang memiliki total biomassa terkecil dibandingkan bagianbagian lainnya. Kenyataan ini diduga dikarenakan daun hanya berfungsi sebagai
tempat dilangsungkannya proses fotosintesis yang hasilnya didistribusikan
kebagian-bagian pohon lainnya.
B. Hubungan Antar Peubah Dimensi Pohon Agathis dengan Biomassa
Peubah yang digunakan dalam penyusunan model penduga yaitu diameter
setinggi dada (dbh), diameter pangkal (dp), tinggi total (Ht), biomassa batang
(Wb), biomassa cabang dan ranting (Wc), biomassa daun (Wd), dan biomassa
total (Wt). Hubungan keeratan antar peubah yang digunakan dalam penyusunan
model dapat dilihat berdasarkan nilai korelasi Pearson yang ditunjukkan secara
lengkap pada Tabel 5.
Tabel 5 Matriks korelasi sederhana antar peubah pohon agathis
Peubah
dbh
dp
Ht
Wb
Wc
dp
Ht
V
Wb
Wc
Wd
Wt

0,994
0,982
0,953
0,941
0,890
0,955
0,939

0,988
0,946
0,936
0,884
0,954
0,935

0,925
0,916
0,866
0,942
0,915

0,965
0,979
0,989

0,964
0,977

Wd

0,977

Dari Tabel 5 di atas terlihat bahwa ada hubungan korelasi positif dari
setiap peubah. Dari korelasi positif tersebut dapat diartikan bahwa meningkatnya
dimensi diameter pohon atau tinggi total pohon akan diikuti pula oleh
meningkatnya biomassa pada setiap bagian-bagian pohon tersebut. Dari matrik
korelasi tersebut dapat dilihat bahwa terdapat korelasi positif antar biomassa
bagian-bagian pohon, yang dapat diartikan bahwa setiap peningkatan nilai
biomassa bagian pohon tertentu akan diikuti pula oleh peningkatan biomassa
bagian-bagian pohon yang lain. Keeratan antar peubah tersebut semua berkorelasi
nyata (P-value < 0,01).

11
C. Biomass Expansion Factor (BEF)
Menurut Brown (1997) Biomass Expansion Factor (BEF) adalah
perbandingan antara biomassa total dengan biomassa yang dihitung dari volume
batang. Nilai BEF digunakan untuk menduga cadangan biomassa suatu pohon
dengan hanya menggunakan data volume batang suatu pohon. Pendugaan
cadangan biomassa menggunakan BEF ini bisa didapatkan dengan mengalikan
volume pohon dengan BEF dan nilai kerapatan kayu (wood density) dari pohon
tersebut. Menurut Seng (1951) dalam Soewarsono (1990), kerapatan jenis dari
kayu Agathis loranthifolia adalah sebesar 580 kg/m³ (rendah), 610 kg/m³
(sedang), dan 660 kg/m³ (tinggi). Dari nilai berat jenis tersebut didapatkan nilai
BEF setiap pohon dan nilai BEF rata-rata dari 32 pohon contoh.
Hasil analisis dari 32 pohon model didapatkan nilai BEF dari pohon Agathis
(Gambar 3) sebesar 1,075 (untuk WD rendah), 1,022 (untuk WD sedang), dan
0,944 (untuk WD tinggi). Nilai tersebut lebih rendah dari nilai BEF jenis pohon
berdaun jarum yang berkisar pada 1,3 (Krisnawati et al. 2012). Hal ini diduga
karena nilai BEF pohon yang dihitung pada penelitian ini adalah pohon yang
berdiameter kecil (≤10 cm). Nilai BEF yang didapatkan ini dapat untuk menduga
cadangan biomassa pohon agathis dengan diameter kecil. Pendugaan cadangan
biomassa menggunakan nilai BEF ini masih kurang teliti sehingga diperlukan
suatu model alometrik untuk menduga biomassa yang lebih teliti.

0,000

0,012

BEF (W D rendah)

0,024

0,036

0,048

BEF (W D sedang)

1,8
1,5
1,2
0,9
0,6

BEF (W D tinggi)

1,8
1,5
1,2
0,9
0,6
0,000

0,012

0,024

0,036

0,048

V (m3)

Gambar 3 Sebaran nilai BEF berdasarkan volume pohon agathis
D. Model Alometrik Biomassa Pohon Agathis
Biomassa yang terkandung dari setiap bagian dan total dari semua bagian
dapat disusun suatu model. Menurut Brown (1997), salah satu pendekatan untuk
menduga biomassa dari pohon adalah dengan penentuan kerapatan biomassa
dengan menggunakan regresi berdasarkan diameter batang pohon. Dasar dari

12
persamaan regresi ini adalah hanya mendekati biomassa rata-rata per pohon
menurut sebaran diameter dengan menggabungkan sejumlah pohon pada setiap
kelas diameter dan menjumlahkan (total) seluruh pohon untuk seluruh kelas
diameter. Penyusunan model persamaan penaksiran biomassa dengan
menggunakan teknik regresi dimaksudkan untuk mencari hubungan antara
biomassa dengan peubah penaksiran yang diperoleh pada pengukuran biomassa
sejumlah pohon. Hubungan tersebut menghasilkan model persamaan alometrik.
Persamaan alometrik dapat digunakan untuk mengestimasi stok biomassa pada
vegetasi dengan jenis yang sama.
Dari analisis korelasi (Tabel 5) terlihat bahwa korelasi antara diameter
setinggi dada maupun diameter pangkal mempunyai hubungan yang erat (positif)
dengan tinggi pohon. Nilai korelasi antara tinggi dan diameter mencapai 0,98
sehingga persamaan alometrik yang disusun hanya menggunakan satu peubah
yaitu diameter.
Tabel 6 Model alometik biomassa
No
1
2
3
4

Persamaan Alometrik
Wb = 0,027Dbh2,959
Wb = 0,0139Dp3,132
Wc = 0,0079Dbh2,807
Wc = 0,0042Dp2,963
Wd = 0,0187Dbh2,149
Wd = 0,0115Dp2,276
Wt = 0,052Dbh2,787
Wt = 0,0276Dp2,945
Keterangan:
Wb : Biomassa batang
Wc : Biomassa cabang

S


(%)

R²-adj
(%)

F hit

0,331
0,210
0,426
0,360
0,357
0,286
0,322
0,214

97,9
99,2
96,2
97,3
95,4
97,1
97,7
99,0

97,8
99,1
96,0
97,2
95,3
97
97,6
99,0

1393,52
3535,21
750,43
1063,32
625,07
992,08
1292,48
2977,95

Wd
Wt

F tab F tab
α=
α=
5% 1 %
4,17 7,56
4,17 7,56
4,17 7,56
4,17 7,56
4,17 7,56
4,17 7,56
4,17 7,56
4,17 7,56

: Biomassa daun
: Biomassa total

Tabel 6 menunjukkan persamaan alometrik dari hasil analisis regesi
(Lampiran 1) untuk menduga biomassa tiap bagian pohon dan biomassa total di
atas permukaan tanah. Terdapat dua peubah yang digunakan dalam persamaan
tersebut yaitu diameter setinggi dada dan diameter pangkal. Dari dua peubah
tersebut maka dipilih salah satu persamaan yang terbaik. Persamaan regresi
terbaik antara peubah diameter setinggi dada dan diameter pangkal dapat dilihat
dari nilai simpangan baku sisaan (S) terkecil, dan koefisien determinasi (R²)
maupun koefisien determinasi terkoreksi (R²-adj) terbesar dari setiap persamaan
regresi tersebut. Dari sarat pemilihan persamaan alometrik tersebut maka
persamaan yang menggunakan peubah diameter pangkal adalah persamaan yang
terbaik.
Nilai F hitung dari uji Fisher digunakan untuk menguji keberartian model
alometrik tersebut. Jika nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel maka H0 di
tolak yang berarti satu atau lebih peubah bebas dalam model tersebut berpengaruh
nyata pada taraf nyata (α) tertentu. Berdasarkan Tabel 6 didapatkan bahwa seluruh
model alometrik memiliki nilai F hitung yang lebih besar dari F tabel pada taraf

13
nyata 1% dan 5%. Hal ini menggambarkan bahwa peubah diameter berpengaruh
nyata terhadap biomassa pada taraf 1% dan 5%.
Persamaan alometrik yang menggunakan peubah diameter pangkal
mempunyai nilai simpangan baku sisaan (S) yang lebih kecil dibandingkan
dengan persamaan yang menggunakan peubah diameter setinggi dada. Nilai
koefisien determinasi (R²) maupun koefisien determinasi terkoreksi (R²-adj)
peubah diameter pangkal juga lebih besar dibandingkan dengan nilai peubah
diameter setinggi dada. Dari hasil ini maka persamaan yang terbaik untuk
menduga biomassa adalah persamaan alometrik yang menggunakan peubah
diameter pangkal (dp). Beberapa penelitian yang telah dilakukan juga
menunjukkan hasil yang sama yaitu persamaan alometrik menggunakan peubah
diameter pangkal lebih baik dibandingkan menggunakan peubah diameter setinggi
dada. Seperti hal yang dikemukakan oleh Blujdea et al. (2011) yang melakukan
penelitian di Romania terhadap sembilan jenis pohon yang berumur antara 1
sampai 20 tahun. Penelitian tersebut menggunakan sampel pohon berdiameter 0 –
15 cm dengan menggunakan peubah diameter setinggi dada dan diameter pangkal.
Hasilnya adalah persamaan alometrik penduga biomassa yang menggunakan
peubah diameter pangkal lebih baik dibanding menggunakan peubah diameter
setinggi dada.
Pada pengukuran diameter setinggi dada terdapat perlakuan yang berbeda
untuk pohon yang tingginya kurang dari 1,5 m. Data diameter setinggi dada pada
pohon yang memiliki tinggi total kurang dari 1,5 m didapat dari pengukuran 20
cm diatas permukaan tanah. Sedangkan untuk mendapatkan data diameter pangkal
pengukuran dilakukan pada pangkal pohon sehingga data yang dihasilkan juga
lebih stabil. Hal itulah yang diduga menjadi penyebab persamaan alometrik
dengan menggunakan peubah diameter pangkal untuk kelas diameter ≤ 10 cm
adalah persamaan yang terbaik.
0,0

2,5

Wb (kg)

5,0
Wc (kg)

b)

a)

7,5

10,0
40
30
20
10
0

Wd (kg)

40

Wt (kg)

c)

30

d)
Diameter
Dbh
Dp

20
10
0
0,0

2,5

5,0

7,5

10,0

D (cm)

Gambar 4 Hubungan antara a) diameter dengan biomassa batang b) diameter
dengan biomassa cabang c) diameter dengan biomassa daun d)
diameter dengan biomassa total

14
Gambar 4 menunjukkan hubungan antara diameter dengan biomassa
pohon. Dari gambar tersebut didapatkan bahwa peningkatan biomassa yang
menggunakan peubah dbh lebih besar (overestimate) dibandingkan dengan
peningkatan biomassa yang menggunakan peubah dp. Ini berarti jika persamaan
alometrik biomassa yang menggunakan peubah dbh digunakan untuk mengukur
biomassa pohon agathis berdiameter kecil maka hasil dari pengukuran tersebut
akan overestimate. Sehingga persamaan yang lebih teliti dalam pendugaan
biomassa pohon agathis berdiameter kecil adalah persamaan yang menggunakan
peubah dp.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Rata-rata nilai Biomass Expansion Factor (BEF) pada jenis pohon Agathis
loranthifolia berdiameter kecil (≤10 cm) adalah sebesar 1,075 (untuk WD rendah),
1,022 (untuk WD sedang), dan 0,944 (untuk WD tinggi). Model persamaan
alometrik penduga biomassa Agathis loranthifolia yang terbaik untuk setiap
bagian pohon maupun total adalah persamaan yang menggunakan peubah
diameter pangkal (dp), yaitu:
- Biomassa batang
: Wb = 0,0139dp3,132 (R2 = 99,2%),
- Biomassa cabang dan ranting
: Wc = 0,0042dp2,963 (R2 = 97,3%),
- Biomassa daun
: Wd = 0,0115dp2,276 (R2 = 97,1%),
- Biomassa total
: Wt = 0,0276dp2,945 (R2 = 99,0%).
Saran
1.

2.

Penelitian serupa perlu dilakukan untuk menentukan BEF dan menyusun
model alometrik biomassa berdiameter kecil jenis lain di HPGW atau di
tempat lain.
Model persamaan alometrik hasil penelitian ini perlu divalidasi dengan
melakukan pengukuran langsung di lapangan.

15

DAFTAR PUSTAKA
Arief A. 1994. Hutan: Hakikat dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan. Jakarta
(ID): Yayasan Obor Indonesia.
Brown S. 1997. Estimating Biomassa and Biomassa Change for Tropical Forest,
a Primer. Rome (IT): FAO Forestry Paper 134, FAO.
Draper NR, Smith H. 1992. Analisis Regresi Terapan Edisi Kedua. Jakarta (ID):
PT Gramedia Pustaka Utama.
Hendra S. 2002. Model Penduga Biomassa Pohon Pinus (Pinus merkusii Jungh et
de Vriese) di Kesatuan Pemangku Hutan Cianjur PT Perhutani Unit III
Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): IPB.
Husain, Akbar PS. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Krisnawati H, Adinugroho WC, Imanuddin R. 2012. Monograf Model-Model
Alometrik untuk Pendugaan Biomassa Pohon pada Berbagai Tipe
Ekosistem di Indonesia. Bogor (ID): P3KR Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementrian Kehutanan.
Nurhasybi, Dede J. Sudrajat, BTP. 2001. Informasi Singkat Benih Agathis
loranthifolia R.A. Salisbury. Bandung (ID): Indonesia Forest Seed Project.
Soewarsono. 1990. Specific Gravity of Indonesian Woods and its Significance for
Practical Use, FRDC. Bogor: Forestry Department. p:36 [internet].
[diunduh2013Mei23]. Tersedia pada: http://www.worldagroforestry.org
/sea/products/afdbases/wd/asps/DisplayDetail.asp?SpecID=102
Rusmantoro W. 2003. Hutan Sebagai Penyerap Karbon. [internet].
[diunduh2012Okt14].
Tersedia
pada:
http://www.pelangi.or.id
/spektrum/?artid= 19&vol=3.
Selviana V. 2012. Pendugaan Potensi Volume, Biomassa, dan Cadangan Karbon
Tegakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat
[skripsi]. Bogor (ID): IPB
Siregar S. 2005. Statistik Terapan Untuk Penelitian. Jakarta (ID): Grasindo
Sutaryo D. 2009. Perhitungan Biomassa Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon
dan Perdagangan Karbon. Bogor (ID): Wetlands International Indonesia
Programe.
Tiryana T, Muhdin. 2012. Teknik Pendugaan Potensi Serapan Karbondioksida
(CO2) pada Areal Revegetasi. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB.
Blujdea VNB, Pilli R, Dutca I, Ciuvat L, Abrudan IV. 2012. Allometric biomass
equations for young broadleaved trees in plantations in Romania. Forest
Ecology and Management. 264: 172-184

16
Lampiran 1 Hasil pengolahan data dengan Minitab
1. Persamaan biomassa batang dengan menggunakan peubah diameter
pangkal
The regression equation is
ln(Wb) = - 4,30 + 3,13 ln(dp)

Predictor
Constant
ln(dp)

Coef
-4,29630
3,13173

S = 0,209872

SE Coef
0,08527
0,05301

T
-50,38
59,07

R-Sq = 99,1%

P
0,000
0,000

R-Sq(adj) = 99,1%

Analysis of Variance
Source
Regression
Residual Error
Total

DF
1
30
31

SS
153,71
1,32
155,03

MS
153,71
0,04

F
3489,83

P
0,000

Unusual Observations
Obs
1
4
6

ln(dp)
-0,22
0,64
0,64

ln(Wb)
-4,6831
-2,7461
-2,7145

Fit
-4,9951
-2,2862
-2,2862

SE Fit
0,0961
0,0566
0,0566

Residual
0,3120
-0,4599
-0,4283

St Resid
1,67 X
-2,28R
-2,12R

R denotes an observation with a large standardized residual.
X denotes an observation whose X value gives it large influence.

Residual Plots for ln(Wb)
Residuals Versus the Fitted Values
0,4

90

0,2

Residual

Percent

Normal Probability Plot of the Residuals
99

50

0,0
-0,2

10
-0,4
1
-0,50

-0,25

0,00
Residual

0,25

0,50

-6

Histogram of the Residuals

-2
0
Fitted Value

2

Residuals Versus the Order of the Data
0,4

8

0,2

6

Residual

Frequency

-4

4

0,0
-0,2

2
-0,4
0
-0,4

-0,2
0,0
Residual

0,2

2

4

6

8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32

Observation Order

17
Lampiran 1 (lanjutan)
2. Persamaan biomassa cabang dan ranting dengan menggunakan peubah
diameter pangkal
The regression equation is
ln(Wc) = - 5,53 + 2,96 ln(dp)
Predictor
Constant
ln(dp)

Coef
-5,5346
2,96347

S = 0,359783

SE Coef
0,1462
0,09088

T
-37,86
32,61

R-Sq = 97,3%

P
0,000
0,000

R-Sq(adj) = 97,2%

Analysis of Variance
Source
Regression
Residual Error
Total

DF
1
30
31

SS
137,64
3,88
141,52

MS
137,64
0,13

F
1063,32

P
0,000

Unusual Observations
Obs
1
17
29

ln(dp)
-0,22
1,61
2,29

ln(Wc)
-6,2659
0,0680
0,3473

Fit
-6,1958
-0,7650
1,2593

SE Fit
0,1647
0,0653
0,0997

Residual
-0,0701
0,8330
-0,9120

St Resid
-0,22 X
2,35R
-2,64R

R denotes an observation with a large standardized residual.
X denotes an observation whose X value gives it large influence.

Residual Plots for ln(Wc)
Residuals Versus the Fitted Values
1,0

90

0,5

Residual

Percent

Normal Probability Plot of the Residuals
99

50

0,0
-0,5

10
1
-1,0

-1,0
-0,5

0,0
Residual

0,5

1,0

-6

Histogram of the Residuals

-4

-2
Fitted Value

0

Residuals Versus the Order of the Data
1,0
0,5

Residual

Frequency

10,0
7,5
5,0

-0,5

2,5
0,0

0,0

-1,0
-1,00 -0,75 -0,50 -0,25 0,00 0,25 0,50 0,75

Residual

2

4

6

8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32

Observation Order

18
Lampiran 1 (lanjutan)
3. Persamaan biomassa daun dengan menggunakan peubah diameter pangkal
The regression equation is
ln(Wd) = - 4,51 + 2,28 ln(dp)

Predictor
Constant
ln(dp)

Coef
-4,5082
2,27560

S = 0,286019

SE Coef
0,1162
0,07225

T
-38,79
31,50

R-Sq = 97,1%

P
0,000
0,000

R-Sq(adj) = 97,0%

Analysis of Variance
Source
Regression
Residual Error
Total

DF
1
30
31

SS
81,159
2,454
83,613

MS
81,159
0,082

F
992,08

P
0,000

Unusual Observations
Obs
1
3
5

ln(dp)
-0,22
0,41
0,53

ln(Wd)
-5,4727
-3,0397
-2,5963

Fit
-5,0160
-3,5856
-3,3007

SE Fit
0,1309
0,0907
0,0834

Residual
-0,4566
0,5459
0,7045

St Resid
-1,80 X
2,01R
2,57R

R denotes an observation with a large standardized residual.
X denotes an observation whose X value gives it large influence.

Residual Plots for ln(Wd)
Normal Probability Plot of the Residuals

Residuals Versus the Fitted Values

99
0,6

Residual

Percent

90
50

0,0
-0,3

10

-0,6

1
-0,8

-0,4

0,0
Residual

0,4

0,8

-4,8

Histogram of the Residuals
4,8

0,6

3,6

0,3

2,4
1,2

-3,6

-2,4
-1,2
Fitted Value

0,0

Residuals Versus the Order of the Data

Residual

Frequency

0,3

0,0
-0,3
-0,6

0,0
-0,4

-0,2

0,0
0,2
Residual

0,4

0,6

2

4

6

8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32

Observation Order

19
Lampiran 1 (lanjutan)
4. Persamaan biomassa total dengan menggunakan peubah diameter pangkal
The regression equation is
ln(Wt) = - 3,61 + 2,94 ln(dp)

Predictor
Constant
ln(dp)

Coef
-3,61106
2,94454

S = 0,213614

SE Coef
0,08679
0,05396

T
-41,61
54,57

R-Sq = 99,0%

P
0,000
0,000

R-Sq(adj) = 99,0%

Analysis of Variance
Source
Regression
Residual Error
Total

DF
1
30
31

SS
135,89
1,37
137,26

MS
135,89
0,05

F
2977,95

P
0,000

Unusual Observations
Obs
1
6

ln(dp)
-0,22
0,64

ln(Wt)
-4,1766
-2,1965

Fit
-4,2681
-1,7211

SE Fit
0,0978
0,0576

Residual
0,0915
-0,4754

St Resid
0,48 X
-2,31R

R denotes an observation with a large standardized residual.
X denotes an observation whose X value gives it large influence.

Residual Plots for ln(Wt)
Residuals Versus the Fitted Values
0,50

90

0,25

Residual

Percent

Normal Probability Plot of the Residuals
99

50

0,00
-0,25

10

-0,50

1
-0,50

-0,25

0,00
Residual

0,25

0,50

-4

Histogram of the Residuals

-2

0
Fitted Value

2

4

Residuals Versus the Order of the Data
0,50
0,25

Residual

Frequency

10,0
7,5
5,0

0,00
-0,25

2,5

-0,50

0,0
-0,4

-0,2

0,0
Residual

0,2

0,4

2

4

6

8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32

Observation Order

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rembang pada tanggal 23 Desember 1988 sebagai
anak kedua dari dua bersaudara pasangan Basri dan Muhartini. Penulis menempuh
pendidikan di SDN Doropayung 1 pada tahun 1995, kemudian melanjutkan
pendidikan di SLTPN 1 Lasem pada tahun 2001 dan pada tahun 2004 melanjutkan
pendidikan di SMAN 1 Rembang.
Pada Tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan di Departemen
Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor lewat jalur
PMDK. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di organisasi yakni sebagai
Kepala Bagian Logistik Rimbawan Pecinta Alam (RIMPALA) pada tahun 2009,
Ketua umum RIMPALA (2010), Komisi Disiplin RIMPALA (2011) serta panitia
Temu Manager (TM) pada tahun 2009. Kegiatan-kegiatan yang pernah diikuti
selama menjadi bagian dari RIMPALA di antaranya adalah menjadi tim ekspedisi
RIMPALA tentang mangrove di Indramayu (2009) dan tim ekspedisi tentang
banteng di Taman Nasional Baluran (2011). Penulis juga pernah menjadi asisten
praktikum Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan Wilayah (IUTPW) pada tahun 2011
dan asisten praktek lapang SKMA Kehutanan Majalengka (2012) di Hutan
Pendidikan Gunung Walat (HPGW). Selain itu, penulis juga pernah melakukan
praktek lapang antara lain Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) tahun
2009 di Cagar Alam Sancang Timur - Gunung Papandayan, Praktek Pengelolaan
Hutan (P2H) tahun 2010 di HPGW, dan Praktek Kerja Lapang (PKL) tahun 2011
di IUPHHK-HA PT. Erna Djuliawati II, Provinsi Kalimantan Barat.
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul ”Model Penduga Biomassa Pohon Agathis (Agathis
loranthifolia) Berdiameter Kecil di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi,
Jawa Barat” di bawah bimbingan Ir. Ahmad Hadjib, MS dan Dr. Tatang Tiryana,
S.Hut, MSc.