Pendugaan Produktivitas Kopal Berdasarkan Beberapa Peubah Fenotipe Pohon Agatis (Agathis loranthifolia Salisb) di Hutan Pendidikan Gunung Walat

PENDUGAAN PRODUKTIVITAS KOPAL BERDASARKAN
BEBERAPA PEUBAH FENOTIPE POHON AGATIS (Agathis
loranthifolia Salisb) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

MUHAEMIN

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendugaan
Produktivitas Kopal Berdasarkan Beberapa Peubah Fenotipe Pohon Agatis
(Agathis loranthifolia Salisb) di Hutan Pendidikan Gunung Walat adalah benar
karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Muhaemin
NIM E44080042

ABSTRAK
MUHAEMIN. Pendugaan Produktivitas Kopal Berdasarkan Beberapa Peubah
Fenotipe Pohon Agatis (Agathis loranthifolia Salisb) di Hutan Pendidikan
Gunung Walat. Dibimbing oleh EDJE DJAMHURI.
Proses seleksi untuk mendapatkan pohon agatis bocor kopal memerlukan
waktu lama. Oleh karenanya, diperlukan cara cepat untuk menduga pohon bocor
kopal berdasarkan peubah fenotipe pohon. Penelitian ini bertujuan untuk
menghasilkan model penduga produktivitas kopal dan menerangkan tingkat
keeratan hubungan antara produktivitas kopal dengan beberapa peubah fenotipe
pohon dan antar peubah fenotipe pohon. Analisis menggunakan regresi linear
berganda dengan empat peubah fenotipe yaitu diameter batang, tebal kulit, tinggi
total dan volume tajuk. Berdasarkan analisis diperoleh model terbaik yaitu ŷ = –
1.445 + 6.072x1 + 0.016x2 + e dengan R2 = 49.3%, x1 = tebal kulit dan x2 =

volume tajuk. Produktivitas kopal memiliki korelasi positif kuat sangat nyata
dengan volume tajuk (r = 0.601), berkorelasi positif sedang sangat nyata dengan
diameter batang (r = 0.550) dan tebal kulit (r = 0.469) serta berkorelasi positif
rendah nyata dengan tinggi total (r = 0.355). Diameter batang berkorelasi positif
sedang sangat nyata dengan tebal kulit (r = 0.594), tinggi total (r = 0.478) dan
volume tajuk (r = 0.470). Tebal kulit berkorelasi positif rendah tidak nyata dengan
tinggi total (r = 0.209) dan volume tajuk (r = 0.189). Tinggi pohon berkorelasi
positif kuat sangat nyata dengan volume tajuk (r = 0.628).
Kata kunci: Agathis loranthifolia, fenotipe, kopal, korelasi, regresi linear berganda

ABSTRACT
MUHAEMIN. Estimation of Copal Productivity Based on some Phenotype
Variables of Agathis Trees (Agathis loranthifolia Salisb) in the Gunung Walat
Educational Forest. Supervised by EDJE DJAMHURI.
The selection process of getting agathis trees of copal leaks takes a long
time. Therefore, a quick method is needed to estimate trees of copal leaks based
on the phenotype variables of trees. This study was aimed to produce a model of
estimating copal productivity and explain the relationship between productivity
levels and some phenotype variables of trees, and between the tree phenotype
variables. The study used a multiple linear regression analysis with four

phenotype variables: stem diameter, bark thickness, height and canopy volume.
The analysis obtained the best model with ŷ = –1.445 + 6.072x1 + 0.016x2 + e
with R2 = 49.3%, x1 = bark thickness and x2 = canopy volume. Copal productivity
had a very significant strong positive correlation with canopy volume (r = 0.601),
a very significant medium positive correlation with stem diameter (r = 0.550) and
bark thickness (r = 0.469), and a significant low positive correlation with total
height (r = 0.355). Stem diameter had a highly significant medium positive
correlation with bark thickness (r = 0.594), total height (r = 0.478) and canopy
volume (r = 0.470). Bark thickness had insignificant low positive correlation with
height (r = 0.209) and canopy volume (r = 0.189). Tree height had a highly
significant positive correlation with canopy volume (r = 0.628).
Keywords: Agathis loranthifolia, copal, correlation, multiple linear regression,
phenotype

PENDUGAAN PRODUKTIVITAS KOPAL BERDASARKAN
BEBERAPA PEUBAH FENOTIPE POHON AGATIS (Agathis
loranthifolia Salisb) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

MUHAEMIN


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Pendugaan Produktivitas Kopal Berdasarkan Beberapa Peubah
Fenotipe Pohon Agatis (Agathis loranthifolia Salisb) di Hutan
Pendidikan Gunung Walat

: Muhaemin
: E44080042

Disetujui oleh

Ir Edje Djamhuri
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2012 sampai
Desember 2012 ini ialah Pendugaan Produktivitas Kopal Berdasarkan Beberapa

Peubah Fenotipe Pohon Agatis (Agathis loranthifolia Salisb) di Hutan Pendidikan
Gunung Walat. Penelitian ini dibiayai oleh beasiswa Satu Siklus Pemda Jabar dan
Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Edje Djamhuri selaku
pembimbing atas nasehat, masukan, kesabaran serta semangatnya. Di samping itu,
terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Budi, Bapak Rizal, dan Bapak Adli
dari Manajemen Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) serta Bapak Uus dan
Bapak Lili yang telah banyak memberi saran dan membantu dalam proses
pengumpulan data. Penulis juga menyampaikan penghargaan kepada seluruh
Keluarga Besar Departemen Silvikultur terutama kepada Jumadin, Erekso, Argha,
Febri, Latief, Pace dan semua sahabat SVK45 yang selalu memberikan dorongan,
masukan dan semangatnya. Ungkapan terima kasih yang tak terhingga juga
disampaikan kepada Ayahanda Tasimin, Ibunda Umiah, Kakanda Saiman beserta
istri, Adinda Junaedi, Fitri Dian Sari, serta seluruh keluarga, atas segala doa,
dukungan dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013
Muhaemin


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Lokasi Penelitian

2


Bahan

3

Alat

3

Prosedur Penelitian

3

Pemilihan pohon

3

Pengambilan data

3


Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Produktivitas Kopal dan Fenotipe Pohon

5

Hubungan antara Produktivitas Kopal dengan Peubah Fenotipe Pohon

6

Korelasi antara Produktivitas Kopal dengan Peubah Fenotipe Pohon dan antar
Peubah Fenotipe Pohon
8

SIMPULAN DAN SARAN

10

Simpulan

10

Saran

10

DAFTAR PUSTAKA

11

LAMPIRAN

12

RIWAYAT HIDUP

18

DAFTAR TABEL
1 Hasil analisis hubungan antara produktivitas kopal dengan peubah
fenotipe pohon
2 Sidik ragam untuk regresi linear berganda dengan empat peubah
3 Hasil analisis hubungan antara produktivitas kopal dengan tebal kulit
dan volume tajuk
4 Sidik ragam untuk regresi linear berganda dengan dua peubah
5 Matriks koefisien korelasi antara produktivitas kopal dengan peubah
fenotipe pohon dan antar peubah fenotipe pohon

6
6
7
7
8

DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi penelitian
2 Pola sadapan kopal

3
4

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Data produksi kopal tiap pemungutan
Data hasil pengukuran fenotipe pohon dan produktivitas kopal rata-rata
Data hasil pengukuran tebal kulit pada 4 sisi kulit yang berbeda
Data hasil perhitungan volume tajuk

12
13
14
16

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Potensi hutan sebagai sumber devisa negara dapat diperoleh dari produksi
kayu dan hasil hutan bukan kayu. Di antara banyaknya komoditi hasil hutan bukan
kayu yang ada di Indonesia, kopal merupakan salah satu komoditi unggul yang
banyak diusahakan.
Kopal ialah getah yang diperoleh dari pohon Agathis spp. yang dapat
digunakan untuk berbagai keperluan industri seperti cat, vernis, lak merah, tinta,
bahan sizing, bahan pelapis untuk tekstil, bahan kosmetik dan bahan perekat
(Waluyo et al. 2004). Kebutuhan akan hasil industri tersebut makin meningkat
sejalan dengan pertambahan penduduk sehingga perlu dilakukan upaya-upaya
peningkatan produktivitas kopal sebagai bahan baku utamanya.
Kegiatan pemuliaan pohon perlu dilakukan untuk mendapatkan pohonpohon agatis yang memiliki kemampuan menghasilkan kopal yang banyak atau
yang dikenal dengan pohon bocor kopal. Tahap awal dari kegiatan pemuliaan
pohon tersebut adalah melakukan seleksi pohon plus, yaitu memilih individuindividu pohon agatis yang bocor kopal. Proses seleksi pohon bocor kopal
memerlukan waktu yang relatif lama karena harus melakukan penyadapan setiap
minggu dan dilakukan berulang kali. Oleh karena itu, perlu mencari cara yang
cepat untuk menduga pohon bocor kopal berdasarkan peubah fenotipe pohon yang
dengan mudah diukur dan memengaruhi produktivitas kopal.
Hasil penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa salah satu faktor yang
memengaruhi produktivitas kopal ialah sifat fenotipe pohon. Menurut Rufi’ie
(1985) yang diperkuat oleh Lempang (1997) menyebutkan bahwa semakin besar
diameter batang akan semakin banyak menghasilkan kopal. Darmawan (1993)
dalam penelitiannya menyebutkan bahwa tinggi pohon dan diameter tajuk
berpengaruh positif terhadap produktivitas kopal. Sementara Soenarno dan Idris
(1987) menyatakan bahwa tebal kulit berpengaruh positif terhadap banyaknya
kopal yang dihasilkan.
Seleksi pohon plus yang efektif ialah seleksi yang dilakukan terhadap
beberapa fenotipe pada saat yang sama. Hal tersebut dapat dilakukan apabila
antara peubah fenotipe satu sama lain berkorelasi positif.
Hubungan peubah fenotipe pohon tertentu dapat dilihat dengan
menggunakan model persamaan regresi. Selain itu, korelasi antara peubah
fenotipe dengan produktivitas kopal dan antar peubah fenotipe dapat digunakan
untuk mengetahui tingkat keeratannya. Dengan demikian, diharapkan penelitian
ini pertama mampu memberikan solusi untuk melakukan seleksi pohon agatis
bocor kopal secara cepat dan kedua dapat memberikan informasi kemungkinan
dilakukan seleksi lebih dari satu fenotipe pada saat yang sama.

Perumusan Masalah
Selain kayunya yang bernilai tinggi, pohon agatis juga mampu
menghasilkan kopal yang dapat dimanfaatkan. Tujuan pemuliaan pohon agatis
yang ideal ialah di samping menghasilkan kayu berkualitas juga menghasilkan

2
banyak kopal atau pohon yang bocor kopal. Waktu yang relatif lama merupakan
salah satu kendala dalam melakukan seleksi pohon plus bocor kopal. Oleh sebab
itu, diperlukan metode yang efektif dalam melakukan seleksi pohon plus bocor
kopal. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukan bahwa adanya korelasi positif
antara produktivitas kopal dengan beberapa peubah fenotipe pohon. Dengan
demikian, pohon plus bocor kopal dapat diduga dengan menggunakan pendekatan
model regresi linear berganda dengan beberapa fenotipe sebagai peubah bebasnya.
Selain itu, perlu diketahui korelasi antara produktivitas kopal dengan peubah
fenotipe pohon dan antar peubah fenotipe pohon untuk mengetahui fenotipefenotipe yang berkorelasi positif satu sama lain sehingga dapat dilakukan seleksi
beberapa sifat pada saat yang sama.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan model regresi linear
yang dapat digunakan untuk menduga produktivitas kopal. Selain itu penelitian ini
juga bertujuan untuk menerangkan tingkat keeratan hubungan antara produktivitas
kopal dengan beberapa peubah fenotipe pohon dan antar peubah fenotipe pohon di
Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Kabupaten Sukabumi.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat mengetahui
pohon-pohon agatis yang bocor kopal secara cepat. Selain itu dapat dijadikan
bahan pertimbangan dalam melakukan seleksi lebih dari satu fenotipe pada saat
yang sama dan dapat mengetahui teknik silvikultur apa yang dapat meningkatkan
produktivitas kopal.

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dimulai pada bulan Oktober 2012 sampai bulan Desember 2012
bertempat di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Fakultas Kehutanan IPB,
Kabupaten Sukabumi. Lokasi tegakan hutan tanaman agatis yang diteliti ialah di
sebelah timur camp HPGW yang berada pada koordinat 6054'51.59" LS 6054'56.52" LS dan 106049'29.78" BT - 106049'27.56" BT seperti terlihat pada
Gambar 1.

3

Gambar 1 Lokasi penelitian
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan hutan tanaman
agatis (A. loranthifolia) yang berada di HPGW.

Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kadukul, timbangan digital,
jangka sorong, seng, hagahipsometer, kompas, pita ukur 1.5 meter, pita ukur 50
meter, penggaris, tallysheet, alat tulis, alat hitung, kamera, label, plastik, dan
laptop.

Prosedur Penelitian
Pelaksanan penelitian ini terdiri atas beberapa tahapan, yaitu tahap
pemilihan pohon, pengambilan data, serta analisis data.
Pemilihan pohon
Pemilihan pohon dilakukan secara purposive sampling. Pohon yang dipilih
sebanyak 49 pohon. Kriteria pohon yang dipilih menurut Riyanto (1980) dalam
Darmawan (1993) adalah pohon berdiameter lebih dari 30 cm, sehat dan mampu
menghasilkan kopal (bukan damar lanang).
Pengambilan data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu:
1. Diameter batang
Pengukuran diameter batang dilakukan dengan mengukur keliling batang
pada ketinggian 1.3 meter dari permukaan tanah dengan menggunakan pita ukur
kemudian dikonversi ke diameter batang.

4
2.

Tebal kulit
Pengukuran tebal kulit dilakukan dengan melukai pohon yang akan disadap
kemudian diukur ketebalannya dengan menggunakan kaliper. Pengukuran tebal
kulit dilakukan di 4 tempat, yaitu di setiap sisi kulit yang dilukai.
3. Tinggi total
Pengukuran tinggi total dilakukan dengan menggunakan hagahipsometer.
4. Volume tajuk
Volume tajuk diketahui dengan cara menghitung volume kerucut dengan
rumus sebagai berikut:
V= . π� t
Keterangan: V = Volume tajuk
π = 3.14
r = jari-jari tajuk
t = tinggi tajuk.
Tinggi tajuk diketahui berdasarkan tinggi total dikurangi tinggi bebas
cabang. Jari-jari tajuk diketahui berdasarkan diameter tajuk rata-rata dibagi dua.
Pengukuran diameter tajuk dilakukan dengan cara memproyeksikan tajuk di atas
permukaan tanah.
5. Produksi kopal
Produksi kopal diperoleh dari hasil sadapan sebanyak 6 kali penyadapan.
Penyadapan dilakukan dengan cara melukai bagian kulit pohon menggunakan
kadukul. Perlukaan atau pola sadap berbentuk persegi panjang berukuran 10 cm x
6 cm seperti pada Gambar 2. Pada bagian bawah perlukaan dipasang seng sebagai
penampung kopal. Penyadapan dilakukan pada pagi hari dengan arah sadap
menghadap ke barat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Soenarno dan Idris (1987) di Kecamatan Cicurug yang menyatakan bahwa
penyadapan pada pagi hari menghasilkan kopal yang lebih banyak dibandingkan
dengan penyadapan yang dilakukan siang atau sore hari. Selain itu perlukaan pada
arah barat lebih banyak menghasilkan kopal dibanding arah sadap timur. Setelah
interval waktu 7 hari, kopal dipungut dan luka sadap diperbarui agar kopal
kembali mengalir. Selanjutnya hasil kopal tersebut ditimbang beratnya dengan
menggunakan timbangan dengan ketelitian 10-2.

Gambar 2 Pola sadapan kopal
Analisis Data
Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi
linear berganda. Hal tersebut didasarkan pada hasil penelitian Darmawan (1993)
yang menyatakan bahwa model regresi yang terbaik untuk menduga produktivitas
kopal adalah regresi linear jika dibandingkan dengan regresi logaritmatik, regresi

5
log-lin, dan regresi lin-log. Persamaan regresi linear berganda yang digunakan
adalah sebagai berikut (Walpole 1992):
ŷ = b0 + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + e
Keterangan: ŷ = produktivitas kopal (gram)
b0, b1,..b4 = koefisien regresi
x1 = diameter batang (cm)
x2 = tebal kulit (cm)
x3 = tinggi total (m)
x4 = volume tajuk (m3)
e = error
Analisis koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengetahui persentase
sumbangan pengaruh peubah bebas (x1, x2, x3, x4) secara serentak terhadap peubah
tidak bebas (ŷ). Koefisien ini menunjukan seberapa besar persentase variasi
peubah bebas yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi peubah
tidak bebas. Jika nilai R2 > 0.5 maka model tersebut dapat dipertimbangkan untuk
digunakan (Sugiyono 2007).
Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh peubah bebas (x1, x2, x3,
x4) secara bersama-sama terhadap peubah tidak bebas (ŷ) atau untuk mengetahui
apakah model regresi dapat digunakan atau tidak untuk menduga peubah tidak
bebas.
Analisis koefisien korelasi (r) dilakukan untuk mengetahui keeratan
hubungan antara peubah tidak bebas (ŷ) dan peubah bebas (x1, x2, x3, x4) dan antar
peubah bebas (x1, x2, x3, x4). Jika nilai r semakin mendekati 1 maka tingkat
keeratan hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya jika nilai r semakin
mendekati 0 maka tingkat keeratan hubungan yang terjadi semakin lemah. Tingkat
keeratan hubungan menggunakan klasifikasi dari Sugiyono (2007) sebagai
berikut: 0.00 – 0.199 (sangat rendah), 0.20 – 0.399 (rendah), 0.40 – 0.599
(sedang), 0.60 – 0.799 (kuat), 0.80 – 1.00 (sangat kuat).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Produktivitas Kopal dan Fenotipe Pohon
Berdasarkan hasil penyadapan yang telah dilakukan, diperoleh produksi
kopal rata-rata terendah sebanyak 4.10 gram/pohon/penyadapan, sedangkan
produksi kopal rata-rata tertinggi sebanyak 22.92 gram/pohon/penyadapan. Data
produksi kopal tiap pemungutan selengkapnya tersaji pada Lampiran 1.
Kopal merupakan eksudat dari kulit pohon Agathis spp. berupa cairan kental
berwarna jernih atau putih yang semakin lama semakin keras setelah
terkontaminasi dengan udara. Kopal diperoleh dengan cara melukai kulit. Saluran
kopal hanya terdapat pada kulit pohon agatis bagian dalam yang letaknya sejajar
dengan sumbu pohon (Whitmore 1977 dalam Darmawan 1993).
Fenotipe pohon yang menjadi peubah bebas pada penelitian ini adalah
diameter batang, tebal kulit, tinggi total dan volume tajuk. Data hasil pengukuran
setiap fenotipe pohon beserta produksi kopal rata-rata dapat dilihat pada Lampiran
2.

6

Hubungan antara Produktivitas Kopal dengan Peubah Fenotipe Pohon
Hubungan antara produktivitas kopal dengan peubah fenotipe pohon
dianalisis menggunakan regresi linear berganda. Hasil analisis dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Hasil analisis hubungan antara produktivitas kopal dengan peubah
fenotipe pohon
Penduga
Koefisien
Simpangan baku
Thit
Pr>F
Konstanta
1.009
4.429
0.23
0.821
Diameter batang (cm)
0.072
0.056
1.28
0.208
Tebal kulit (cm)
4.617
2.169
2.13
0.039*
Tinggi total (m)
–0.167
0.170
–0.98
0.332
3
Volume tajuk (m )
0.017
0.004
3.90
0.000**
S = 3.35160; R-Sq = 51.6%; R-Sq(adj) = 47.2%; * = berpengaruh nyata pada taraf α = 5%;
** = berpengaruh sangat nyata pada taraf α = 1%.

Berdasarkan Tabel 1 diperoleh model regresi linear berganda sebagai
berikut:
ŷ = 1.009 + 0.072x1 + 4.617x2 – 0.167x3 + 0.017x4 + e
Keterangan: ŷ = produktivitas kopal (gram)
x1 = diameter batang (cm)
x2 = tebal kulit (cm)
x3 = tinggi total (m)
x4 = volume tajuk (m3)
e = error
Nilai koefisien determinasi atau R2 = 51.6% menunjukkan bahwa persentase
sumbangan pengaruh peubah bebas (x1, x2, x3 dan x4) secara serentak terhadap
produktivitas kopal sebesar 51.6%. Hal tersebut menerangkan bahwa variasi
peubah bebas yang digunakan dalam model mampu menjelaskan sebesar 51.6%
variasi peubah tidak bebas, sedangkan sisanya sebesar 48.4% dipengaruhi atau
dijelaskan oleh peubah lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
Untuk mengetahui model tersebut dapat digunakan atau tidak, dilakukan sidik
ragam. Hasil dari sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Sidik ragam untuk regresi linear berganda dengan empat peubah
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
Fhitung
Pr>F
keragaman
bebas
kuadrat
tengah
Regresi
4
526.84
131.71
11.73
0.000**
Sisa
44
494.26
11.23
Total
48
1021.10
** = berpengaruh sangat nyata.

P-value dengan taraf uji 5% pada Tabel 2 menunjukan nilai yang signifikan
yaitu 0.000. Hal ini berarti bahwa model yang dihasilkan dari analisis tersebut
dapat digunakan untuk menduga peubah tak bebas atau produktivitas kopal.

7
Tabel 1 menunjukkan bahwa P-value dari fenotipe pohon berturut-turut
untuk diameter batang, tebal kulit, tinggi total dan volume tajuk adalah 0.208,
0.039, 0.332, dan 0.000. Hal ini berarti bahwa peubah yang berpengaruh nyata
secara serentak terhadap produktivitas kopal adalah tebal kulit dan volume tajuk
sedangkan peubah lain yaitu diameter pohon dan tinggi pohon secara serentak
tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap produktivitas kopal.
Sehubungan dengan hal tersebut, peubah tebal kulit dan volume tajuk diuji
kembali untuk menduga produktivitas kopal. Hasil analisis hubungan antara
produktivitas kopal dengan tebal kulit dan volume tajuk disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil analisis hubungan antara produktivitas kopal dengan tebal kulit dan
volume tajuk
Penduga
Koefisien
Simpangan baku
Thit
Pr>F
Konstanta
–1.445
2.492
–0.58
0.565
Tebal kulit (cm)
6.072
1.762
3.45
0.001**
3
Volume tajuk (m )
0.016
0.003
4.97
0.000**
S = 3.35561; R-Sq = 49.3%; R-Sq(adj) = 47.1%; ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf
α = 1%.

Berdasarkan Tabel 3 diperoleh model regresi linear berganda dengan dua
variabel sebagai berikut:
ŷ = –1.445 + 6.072x1 + 0.016x2 + e
Keterangan: ŷ = produktivitas kopal (gram)
x1 = tebal kulit (cm)
x2 = volume tajuk (m3)
e = error
Tabel 3 menunjukkan bahwa R2 yang dihasilkan dari analisis dengan
menggunakan dua peubah fenotipe yaitu tebal kulit dan volume tajuk adalah
49.3%. Nilai tersebut tidak jauh berbeda dengan R2 yang dihasilkan dari analisis
dengan empat peubah sebelumnya yaitu 51.6%. Selain itu, P-value yang
dihasilkan menunjukan bahwa kedua peubah memberikan pengaruh nyata secara
serentak terhadap produktivitas kopal. Untuk mengetahui keberartian model
tersebut atau untuk mengetahui model tersebut dapat digunakan atau tidak,
dilakukan sidik ragam. Hasil dari sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Sidik ragam untuk regresi linear berganda dengan dua peubah
Sumber
Derajat
Jumlah
Kuadrat
Fhitung
keragaman
bebas
kuadrat
tengah
Regresi
2
503.14
251.00
22.34
Sisa
46
517.97
11.26
Total
48
1021.11

Pr>F
0.000**

** = berpengaruh sangat nyata.

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa nilai P-value yang dihasilkan adalah 0.000
sehingga model yang diperoleh dapat digunakan untuk menduga peubah tidak
bebas atau produktivitas kopal.
Model yang diperoleh dari analisis regresi linear berganda dengan
menggunakan empat peubah dan dua peubah dapat digunakan untuk menduga
peubah tidak bebas atau produktivitas kopal. Namun, model regresi linear dengan

8
dua peubah lebih layak dan lebih baik digunakan dibandingkan dengan model
regresi linear dengan empat peubah. Hal ini disebabkan model regresi linear
dengan menggunakan empat peubah memiliki multikolinearitas atau ada
keterikatan antar peubah yang dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 5. Selain
itu, model dengan menggunakan peubah yang lebih sedikit akan lebih
mengefektifkan dalam pemilihan pohon yang bocor kopal.

Korelasi antara Produktivitas Kopal dengan Peubah Fenotipe Pohon dan
antar Peubah Fenotipe Pohon
Perhitungan koefisien korelasi (r) antara produktivitas kopal dengan peubah
fenotipe pohon dan antar peubah fenotipe pohon dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat keeratan hubungan antara produktivitas kopal dengan peubah fenotipe
pohon dan antar peubah fenotipe pohon. Matriks koefisien korelasi antara
produktivitas kopal dengan peubah fenotipe pohon dan antar peubah fenotipe
pohon disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Matriks koefisien korelasi antara produktivitas kopal dengan peubah
fenotipe pohon dan antar peubah fenotipe pohon
Diameter batang Tebal kulit Tinggi total Volume tajuk
Tebal kulit
0.594**
Tinggi total
0.478**
0.209tn
Volume tajuk
0.470**
0.189tn
0.628**
Produktivitas kopal
0.550**
0.469**
0.355*
0.601**
** = sangat nyata; * = nyata; tn = tidak nyata.

Jika mengacu pada klasifikasi korelasi menurut Sugiyono (2007),
produktivitas kopal memiliki korelasi positif yang kuat dan sangat nyata dengan
volume tajuk (nilai r = 0.601). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Vlies dan
Tammes (1940) dalam Setiawan (1997) yang menyatakan bahwa semakin besar
volume tajuk akan semakin banyak menghasilkan kopal. Manuputty (1955) juga
memiliki pandangan yang sama bahwa produktivitas kopal yang tinggi terdapat
pada pohon yang memiliki tajuk yang tebal.
Getah merupakan hasil proses metabolisme pohon yang sangat erat
kaitannya dengan proses fotosintesis (Efendi 2000). Proses fotosintesis
berlangsung dalam kloroplas yang terdapat dalam daun dengan cara menyerap
cahaya matahari untuk kemudian diubah menjadi energi. Semakin banyak daun
yang dimiliki oleh suatu pohon, proses fotosintesis yang terjadi akan semakin
intensif dan energi yang dihasilkan akan semakin banyak (Campbell et al. 2002).
Pohon yang memiliki volume tajuk yang besar secara tidak langsung akan banyak
menghasilkan kopal karena proses metabolismenya semakin intensif.
Produktivitas kopal memiliki korelasi positif yang sedang dan sangat nyata
dengan diameter batang dan tebal kulit (nilai r masing-masing adalah 0.550 dan
0.469). Menurut Rufi’ie (1985), semakin besar diameter batang akan semakin
banyak menghasilkan kopal. Hal ini diperkuat oleh Lempang (1997) yang
melakukan penelitiannya di Luwu Propinsi Sulawesi Selatan. Soenarno (1997)
dalam penelitiannya menyatakan hal yang sama bahwa semakin besar ukuran
diameter batang, kopal yang dihasilkan akan semakin banyak.

9
Soenarno dan Idris (1987) menyatakan bahwa perbedaan ketebalan kulit
mengakibatkan perbedaan banyaknya saluran kopal sehingga ketika disadap akan
menghasilkan hasil panen kopal yang berbeda pula. Itu artinya produktivitas kopal
dipengaruhi oleh ketebalan kulit. Sebagaimana hasil penelitiannya di BKPH
Cicurug, KPH Sukabumi bahwa pohon yang berkulit tebal lebih banyak
menghasilkan kopal dibandingkan dengan pohon yang berkulit tipis. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Manuputty (1955) yang menyatakan bahwa saluran
kopal terletak pada lapisan khusus yang tersusun secara tangensial di antara
kambium dan kambium gabus. Jumlah saluran kopal tersebut semakin ke dalam
semakin banyak sehingga semakin tebal kulit agatis semakin banyak pula saluran
kopal yang ada dan akan menghasilkan kopal yang lebih banyak. Santosa (2006)
juga menyebutkan bahwa saluran kopal sebagian besar terletak pada kulit bagian
dalam (inner bark) sehingga semakin mendekati kambium penyebaran saluran
kopal semakin rapat dan ukuran diameter saluran kopal relatif lebih besar. Pada
kulit bagian luar hanya sedikit sekali adanya saluran kopal. Saluran kopal hanya
terdapat pada kulit pohon tidak terdapat pada kayu.
Antara produktivitas kopal dengan tinggi total berkorelasi positif yang
nyata, namun koefisien korelasi tersebut tergolong rendah (nilai r = 0.355). Nilai
tersebut merupakan nilai koefisien korelasi terkecil antara produktivitas kopal
dengan peubah fenotipe pohon.
Sementara itu, diameter batang memiliki korelasi positif yang sangat nyata
dengan semua peubah fenotipe pohon lainnya seperti tebal kulit, tinggi total, dan
volume tajuk. Nilai r masing-masing korelasi tersebut ialah 0.594 untuk tebal
kulit, 0.478 untuk tinggi total dan 0.470 untuk volume tajuk. Korelasi tersebut
tergolong sedang karena nilai r berada pada kisaran 0.40 – 0.599. Jika suatu pohon
memiliki diameter batang yang besar maka secara tidak langsung pohon tersebut
akan tinggi, memiliki kulit yang tebal dan volume tajuk yang besar serta
produktivitas kopal yang banyak.
Korelasi positif yang kuat dan sangat nyata terjadi pada volume tajuk
dengan tinggi pohon yang menghasilkan nilai r = 0.628. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Manuputty (1955) yang menyatakan bahwa antara besarnya tajuk dan
tinggi pohon memiliki hubungan yang kuat. Dengan demikian, semakin tinggi
suatu pohon maka volume tajuk pohon tersebut akan semakin besar karena
semakin tinggi pohon pertumbuhan tajuk semakin berkembang ke samping.
Berdasarkan informasi tingkat keeratan hubungan antar fenotipe tersebut sangat
memungkinkan dilakukan seleksi terhadap diameter batang, tebal kulit, tinggi
total, volume tajuk dan produktivitas kopal pada saat yang sama karena satu sama
lain berkorelasi positif yang sangat nyata.
Tebal kulit memiliki korelasi positif yang rendah dan tidak nyata dengan
tinggi pohon (nilai r = 0.209), sedangkan korelasi antara tebal kulit dengan
volume tajuk tergolong korelasi positif yang sangat rendah dan tidak nyata karena
nilai r berada pada nilai 0.189. Hal ini menunjukan bahwa tebal kulit dengan
tinggi pohon dan volume tajuk memiliki tingkat keeratan hubungan yang rendahsangat rendah.
Adanya korelasi antara produktivitas kopal dengan beberapa peubah
fenotipe pohon dan antar peubah fenotipe pohon dapat dijadikan acuan dalam
pengelolaan hutan agatis ditinjau dari aspek teknik silvikultur. Soenarno (1997)
menyebutkan bahwa salah satu teknik silvikultur yang penting dalam pengelolaan

10
hutan agatis adalah pengaturan atau penataan jumlah pohon optimal per satuan
luas areal. Dengan demikian, perlu adanya penjarangan untuk menyesuaikan
jumlah pohon optimal per satuan luas. Penjarangan bertujuan untuk menambah
ruang tumbuh pohon. Pohon yang memiliki ruang tumbuh lebih luas memiliki
pertambahan diameter batang yang lebih besar dibandingkan dengan pohon yang
ruang tumbuhnya sempit. Ruang tumbuh yang luas juga akan membuat tajuk
menjadi lebih besar (Indryanto 2008). Hal tersebut tentunya akan meningkatkan
produktivitas kopal karena adanya korelasi positif sangat nyata antara
produktivitas kopal dengan diameter batang dan volume tajuk. Selain itu, korelasi
positif sangat nyata juga terjadi antara diameter batang dengan tebal kulit
sehingga secara tidak langsung penjarangan akan menjadikan kulit pohon semakin
tebal dan memiliki lebih banyak saluran kopal yang akan menghasilkan kopal
lebih banyak.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penelitian ini menghasilkan model regresi linear untuk penduga
produktivitas kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yaitu ŷ = –1.445
+ 6.072x1 + 0.016x2 + e dengan R2 = 49.3%, x1 = tebal kulit (cm) dan x2 = volume
tajuk (m3).
Produktivitas kopal dengan volume tajuk memiliki korelasi positif kuat
sangat nyata (r = 0.601). Produktivitas kopal memiliki korelasi yang positif
sedang sangat nyata dengan diameter batang dan tebal kulit (nilai r masingmasing adalah 0.55 dan 0.469). Antara produktivitas kopal dengan tinggi total
berkorelasi positif yang nyata, namun koefisien korelasi tersebut tergolong rendah
(nilai r = 0.355). Sementara itu, diameter batang memiliki korelasi positif sedang
sangat nyata dengan semua peubah fenotipe pohon lainnya seperti tebal kulit,
tinggi total, dan volume tajuk. Nilai r masing-masing korelasi tersebut ialah 0.594
untuk tebal kulit, 0.478 untuk tinggi total dan 0.47 untuk volume tajuk. Tebal kulit
memiliki korelasi positif rendah tidak nyata dengan tinggi total dan volume tajuk
(r = 0.209 untuk tinggi total dan r = 0.189 untuk volume tajuk). Tinggi pohon
berkorelasi positif kuat sangat nyata dengan volume tajuk (r = 0.628).

Saran
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai alat bantu
untuk pendugaan produktivitas kopal hutan tanaman agatis di Hutan Pendidikan
Gunung Walat (HPGW). Seleksi terhadap produktivitas kopal, diameter batang,
tebal kulit, tinggi total dan volume tajuk dapat dilakukan pada saat yang sama.
Untuk meningkatkan produktivitas kopal disarankan untuk melakukan
penjarangan sesuai dengan kondisi tegakan.

11

DAFTAR PUSTAKA
Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2002. Biologi Jilid 1 Edisi ke-Lima.
Lestari R, Adil EIM, Anita N, Andri, Wibowo WF, Manalu W, penerjemah;
Safitri A, Simarmata L. Hardani HW, editor. Jakarta (ID): Erlangga.
Terjemahan dari: Biology Fifth Edition.
Darmawan I. 1993. Hubungan antara beberapa peubah pohon dengan produksi
getah damar (Agathis loranthifolia Salisb) [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Efendi C. 2000. Pengaruh diameter, tinggi pohon dan panjang tajuk terhadap
produksi getah pinus (Pinus merkusii Jungh Et de Vriese) dan pendapatan di
PT. INHUTANI 1 Satwil Tator-Palopo Sulawesi Selatan [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Indriyanto. 2008. Pengantar Budidaya Hutan. Jakarta (ID): Bumi Aksara
Lempang M. 1997. Uji beberapa pola sadap untuk menduga produksi kopal dari
pohon agatis (Agathis hamii M.Dr.). Buletin Penelitian Kehutanan 2(1):1525.
Manuputty DN. 1955. Keluarga agathis di Indonesia. Rimba Indonesia 3(4):132188.
Pratiwi A. 2008. Pengaruh pemberian pupuk kalium terhadap produksi getah
Agathis spp (kopal) di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rufi’ie. 1985. Pengaruh diameter pohon Agathis lorantifolia Salisb, banyaknya
pelakuan dan interval waktu penyadapan terhadap produksi dan biaya
penyadapan kopal [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Santosa G. 2006. Pengembangan metode penyadapan kopal melalui penerapan
teknik sayatan [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Setiawan H. 1997. Pengaruh bentuk, letak sadapan dan pemberian tutup plastik
hitam terhadap produksi getah pohon agathis (Agathis loranthifolia Salisb)
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Soenarno, Idris MM. 1987. Copal production on Agathis spp. of varying bark
thicknesses, Cicurug Sub Forest District, Sukabumi Forest District, West
Java. Duta Rimba 9(81):3-6.
Soenarno. 1997. Taksiran produktivitas kopal melalui teknik penyadapan pohon
agathis secara terkendali. Buletin Penelitian Kehutanan 2(1):42-52.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung
(ID): Alfabeta.
Walpole RE. 1992. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Sumantrri B, penerjemah.
Jakarta (ID): Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari:
Introduction to Statistics 3rd Edition.
Waluyo T, Sumadiwangsa ES, Hastuti P, Kusmiyati E. 2004. Sifat-sifat kopal
manila dari Probolinggo, Jawa Timur. Penelitian Hasil Hutan 22(2):87-94.

LAMPIRAN

12
Lampiran 1 Data produksi kopal tiap pemungutan
Penyadapan ke- (gram)

No
pohon

1

2

3

4

5

6

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39

4.50
13.60
9.30
6.90
29.80
10.10
1.50
6.30
16.60
22.00
23.50
12.40
3.10
9.10
15.60
9.50
4.10
10.10
3.90
6.10
6.50
4.90
6.10
15.70
5.50
6.30
19.40
8.90
12.70
13.00
2.30
10.90
9.50
8.60
5.00
5.00
9.30
8.40
7.60

5.10
12.90
10.70
9.40
30.50
13.00
5.10
9.10
16.90
21.70
22.50
12.10
5.40
9.80
16.20
20.00
5.50
10.80
4.30
7.20
6.90
5.10
8.60
18.40
6.80
7.40
19.60
9.70
12.90
13.20
6.30
10.70
15.60
10.00
8.50
8.20
10.30
8.70
9.90

7.40
8.50
9.10
11.20
23.40
14.00
4.50
18.70
18.10
18.40
19.40
19.10
6.70
13.60
13.80
19.00
6.50
9.40
3.50
10.00
11.00
14.50
8.00
19.60
8.10
9.50
15.70
10.50
11.60
11.30
5.20
10.40
11.90
9.10
8.40
10.50
11.40
13.30
12.70

6.20
8.40
6.60
9.00
17.40
14.30
6.30
28.30
20.90
19.00
18.40
15.80
6.00
9.00
11.70
11.50
6.00
9.40
3.20
9.00
9.00
9.00
7.10
12.10
6.50
8.40
17.40
8.50
9.50
10.90
6.10
10.00
16.00
9.10
8.50
9.80
9.90
8.40
8.30

5.70
6.40
11.60
6.90
16.20
10.90
7.80
38.70
20.50
15.40
15.90
9.80
7.00
6.00
8.90
23.00
6.30
6.50
4.60
9.30
7.50
8.50
6.20
13.90
6.10
6.00
16.90
9.00
7.50
10.50
5.20
9.00
10.60
7.10
6.10
9.50
9.40
12.00
11.00

7.50
9.40
12.10
9.60
19.20
12.70
10.30
36.40
19.80
21.40
19.30
14.00
6.80
11.00
12.10
21.60
7.40
8.40
5.10
9.20
8.20
10.10
6.40
17.30
7.00
8.20
17.50
8.90
12.00
12.20
7.00
9.80
14.60
11.00
8.00
8.60
9.60
12.30
10.40

Produksi
kopal ratarata (gram)
6.07
9.87
9.90
8.83
22.75
12.50
5.92
22.92
18.80
19.65
19.83
13.87
5.83
9.75
13.05
17.43
5.97
9.10
4.10
8.47
8.18
8.68
7.07
16.17
6.67
7.63
17.75
9.25
11.03
11.85
5.35
10.13
13.03
9.15
7.42
8.60
9.98
10.52
9.98

13
Lanjutan Lampiran 1
Penyadapan ke- (gram)

No
pohon

1

2

3

4

5

6

40
41
42
43
44
45
46
47
48
49

19.00
8.40
8.10
11.50
9.70
6.20
13.80
8.90
11.00
14.70

19.30
8.30
10.00
11.80
9.40
8.80
15.00
11.00
13.20
20.70

20.40
7.60
12.20
16.60
13.80
9.30
13.30
13.00
12.70
18.80

17.00
8.80
9.00
13.50
12.40
8.10
7.50
12.00
11.90
14.90

18.90
9.20
8.40
13.00
10.00
7.90
9.00
10.10
12.00
12.40

19.10
9.40
12.00
15.80
11.20
9.30
9.70
9.40
13.40
14.20

Produksi
kopal ratarata (gram)
18.95
8.62
9.95
13.70
11.08
8.27
11.38
10.73
12.37
15.95

Lampiran 2 Data hasil pengukuran fenotipe pohon dan produktivitas kopal ratarata
No
pohon
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Diameter
batang (cm)
72.61
72.93
51.91
59.87
73.25
84.08
65.29
64.97
62.10
83.44
76.43
70.06
44.27
67.83
72.93
71.66
49.68
57.64
33.44
42.36
50.32
46.82
50.00
52.87

Tebal kulit
(cm)
1.52
1.86
1.27
1.21
1.54
1.5
1.38
1.22
1.41
1.94
1.78
1.98
1.17
1.43
1.21
1.37
1.19
1.27
0.81
1.07
1.36
1.23
1.16
1.52

Tinggi pohon
(m)
32.50
26.50
24.00
30.00
34.00
35.00
32.00
34.50
33.00
30.00
26.00
26.00
22.00
34.00
26.00
26.50
30.00
33.00
25.00
26.00
22.00
26.00
29.00
27.00

Volume
tajuk (m3)
245.24
254.97
151.81
209.35
668.85
533.62
331.15
779.60
638.20
229.75
404.52
404.87
148.98
475.29
190.93
332.75
171.63
155.64
203.66
138.99
130.78
134.46
179.27
162.26

Produksi kopal
rata-rata (gram)
6.07
9.87
9.90
8.83
22.75
12.50
5.92
22.92
18.80
19.65
19.83
13.87
5.83
9.75
13.05
17.43
5.97
9.10
4.10
8.47
8.18
8.68
7.07
16.17

14
Lanjutan Lampiran 2
No
Diameter
pohon batang (cm)
25
55.10
26
57.32
27
72.93
28
61.46
29
62.10
30
47.77
31
34.39
32
47.45
33
57.32
34
45.54
35
60.51
36
54.46
37
41.40
38
52.87
39
56.05
40
69.75
41
38.54
42
45.54
43
55.73
44
61.78
45
59.87
46
38.54
47
61.46
48
45.86
49
53.50

Tebal
kulit (cm)
1.35
1.23
2.24
1.51
1.36
1.11
1.13
1.51
1.57
1.28
1.36
1.39
0.97
1.75
1.55
1.73
1.53
1.17
1.29
0.98
1.13
1.45
1.75
1.13
1.47

Tinggi
pohon (m)
24.00
29.00
27.00
25.00
26.50
28.00
24.00
33.00
33.00
27.00
29.00
26.00
24.00
25.00
33.00
34.50
25.00
24.00
29.00
23.00
28.00
23.00
25.00
24.00
31.00

Volume tajuk
(m3)
192.44
262.55
104.50
174.33
196.63
92.78
184.38
283.95
295.74
304.93
254.95
153.17
67.46
192.80
265.16
391.67
192.73
319.53
329.84
180.47
171.13
198.64
182.08
188.77
264.16

Produksi kopal
rata-rata (gram)
6.67
7.63
17.75
9.25
11.03
11.85
5.35
10.13
13.03
9.15
7.42
8.60
9.98
10.52
9.98
18.95
8.62
9.95
13.70
11.08
8.27
11.38
10.73
12.37
15.95

Lampiran 3 Data hasil pengukuran tebal kulit pada 4 sisi kulit yang berbeda
No
pohon

1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

1.99
1.74
1.25
1.20
1.49
1.96
1.40
1.03
1.64
2.28

Pengukuran ke- (cm)
2
3
1.32
1.86
1.23
1.10
1.25
1.37
1.15
1.33
1.12
2.13

1.57
2.03
1.13
1.26
1.29
1.44
1.60
1.26
1.53
1.84

4
1.22
1.81
1.47
1.30
2.15
1.23
1.38
1.27
1.36
1.51

Rata-rata (cm)
1.53
1.86
1.27
1.22
1.55
1.50
1.38
1.22
1.41
1.94

15
Lanjutan Lampiran 3
No
pohon

1

11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49

1.25
2.17
1.30
1.30
1.16
1.31
1.14
1.44
1.06
1.08
1.53
1.26
1.13
1.60
1.26
1.27
2.38
1.51
1.35
1.18
1.15
1.52
1.69
1.36
1.36
1.14
1.02
1.68
1.55
1.81
1.71
1.06
1.46
1.03
1.18
1.49
1.77
1.09
1.23

Pengukuran ke- (cm)
2
3
2.17
2.75
1.12
1.62
1.67
1.39
1.12
1.13
0.73
1.14
1.18
1.37
1.25
1.52
1.34
1.19
2.10
1.48
1.28
1.07
1.08
1.34
1.57
1.21
1.37
1.49
0.93
2.01
1.40
1.82
1.47
1.21
1.01
0.90
1.16
1.42
1.52
1.06
1.57

1.91
1.70
1.19
1.55
1.26
1.13
1.11
1.26
0.69
0.86
1.31
1.10
1.22
1.59
1.50
1.24
2.27
1.49
1.23
1.15
1.20
1.56
1.49
1.19
1.51
1.32
0.95
1.64
1.57
1.72
1.44
1.14
1.34
1.03
1.08
1.47
1.83
1.13
1.58

4
1.81
1.32
1.10
1.26
0.76
1.66
1.40
1.28
0.77
1.23
1.44
1.19
1.05
1.39
1.31
1.25
2.24
1.56
1.58
1.04
1.09
1.63
1.55
1.37
1.22
1.62
1.00
1.67
1.69
1.57
1.50
1.29
1.36
0.99
1.13
1.42
1.89
1.25
1.50

Rata-rata (cm)
1.79
1.99
1.18
1.43
1.21
1.37
1.19
1.28
0.81
1.08
1.37
1.23
1.16
1.53
1.35
1.24
2.25
1.51
1.36
1.11
1.13
1.51
1.58
1.28
1.37
1.39
0.98
1.75
1.55
1.73
1.53
1.18
1.29
0.99
1.14
1.45
1.75
1.13
1.47

16
Lampiran 4 Data hasil perhitungan volume tajuk
No
pohon
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37

Tinggi
tajuk
(m)
16.00
12.50
12.00
15.00
20.00
21.00
17.50
20.50
12.00
12.00
13.00
12.00
9.00
16.00
9.00
10.50
13.00
11.00
15.00
12.00
9.50
6.00
8.00
8.00
12.00
15.00
7.00
9.00
12.50
11.00
11.00
14.00
17.00
12.00
16.00
8.00
10.00

Diameter tajuk
Terpanjang
(m)

Terpendek
(m)

Diameter
rata-rata
tajuk (m)

8.10
10.05
8.40
7.70
13.20
10.30
9.30
12.50
14.70
8.60
12.00
12.20
8.10
10.70
10.80
11.20
7.80
7.80
8.30
6.80
7.30
10.50
9.60
9.70
8.90
8.95
8.60
9.40
9.10
6.80
8.70
9.10
8.60
10.50
7.85
10.00
6.30

7.20
7.60
5.50
6.90
9.40
9.40
7.70
11.60
13.80
8.50
9.80
10.50
7.80
10.60
7.20
10.80
6.40
6.90
6.10
6.50
7.20
8.00
8.90
7.90
6.75
7.40
6.50
7.80
6.40
4.55
7.30
8.50
7.70
9.20
7.75
7.10
3.85

7.65
8.83
6.95
7.30
11.30
9.85
8.50
12.05
14.25
8.55
10.90
11.35
7.95
10.65
9.00
11.00
7.10
7.35
7.20
6.65
7.25
9.25
9.25
8.80
7.83
8.18
7.55
8.60
7.75
5.68
8.00
8.80
8.15
9.85
7.80
8.55
5.08

Jari-jari
tajuk (m)

Volume
tajuk
(m3)

3.83
4.41
3.48
3.65
5.65
4.93
4.25

245.24
254.97
151.81
209.35
668.85
533.62
331.15

6.03
7.13
4.28
5.45
5.68
3.98
5.33
4.50
5.50
3.55
3.68
3.60
3.33
3.63
4.63
4.63
4.40
3.91
4.09
3.78
4.30
3.88
2.84
4.00
4.40
4.08
4.93
3.90
4.28
2.54

779.60
638.20
229.75
404.52
404.87
148.98
475.29
190.93
332.75
171.63
155.64
203.66
138.99
130.78
134.46
179.27
162.26
192.44
262.55
104.50
174.33
196.63
92.78
184.38
283.95
295.74
304.93
254.95
153.17
67.46

17
Lanjutan Lampiran 4
No
pohon
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49

Tinggi
tajuk
(m)
13.00
13.00
13.50
14.00
11.50
11.00
9.00
15.00
12.00
11.00
12.00
15.00

Diameter tajuk
Terpanjang
(m)
9.65
9.50
11.50
7.30
12.20
11.60
10.10
7.20
9.20
9.80
8.90
8.70

Terpendek
(m)
5.40
8.15
9.55
7.20
8.40
9.80
7.40
6.00
6.70
6.10
6.60
7.70

Diameter
rata-rata
tajuk (m)
7.53
8.83
10.53
7.25
10.30
10.70
8.75
6.60
7.95
7.95
7.75
8.20

Jari-jari
tajuk (m)
3.76
4.41
5.26
3.63
5.15
5.35
4.38
3.30
3.98
3.98
3.88
4.10

Volume
tajuk
(m3)
192.80
265.16
391.67
192.73
319.53
329.84
180.47
171.13
198.64
182.08
188.77
264.16

18
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ciamis pada tanggal 10 Maret 1990 sebagai anak ke-2
dari tiga bersaudara pasangan Ayahanda Tasimin dan Ibunda Umiah. Tahun 2008
penulis keluar dari Asrama SMA Plus Cisarua Yayasan Darmaloka dan lulus dari
SMA Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Pada tahun yang sama penulis
lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mendapatkan beasiswa Satu Siklus dari
Pemprov Jabar.
Penulis pernah menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Dendrologi (2011
dan 2012), asisten praktikum Mata Kuliah Silvikultur (2011 dan 2012), asisten
praktikum Mata Kuliah Ekologi Hutan (2012 dan 2013), serta asisten praktikum
Mata Kuliah Silvika (2013). Penulis juga aktif dalam beberapa Lembaga
Kemahasiswaan seperti Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas
Kehutanan pada tahun 2009/2010, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas
Kehutanan pada tahun 2010/2011, Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga
Mahasiswa (BEM-KM) IPB pada tahun 2011/2012 dan Himpunan Keprofesian
Silvikultur Tree Grower Community (TGC) serta Organisasi Mahasiswa Daerah
(OMDA) Ciamis atau PMGC (Paguyuban Mahasiswa Galuh Ciamis). Selain itu,
penulis juga aktif dalam beberapa kepanitiaan dan kegiatan, baik di tingkat
Fakultas, tingkat IPB maupun tingkat Nasional.
Pada tahun 2010, penulis melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem
Hutan (PPEH) di CA Kamojang dan CA Leuweung Sancang. Pada tahun 2011,
penulis melaksanakan Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan
Gunung Walat (HPGW) dan KPH Cianjur. Penulis juga melaksanakan Praktik
Kerja Profesi (PKP) di PT Padang Anugerah (2012), sebuah perusahaan batu bara
yang beroperasi di Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara - Kalimantan Tengah.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan,
penulis menyusun karya ilmiah yang berjudul Pendugaan Produktivitas Kopal
Berdasarkan Beberapa Peubah Fenotipe Pohon Agatis (Agathis loranthifolia
Salisb) di Hutan Pendidikan Gunung Walat di bawah bimbingan Ir Edje Djamhuri.