Pengaruh media semai dan kadar garam air siraman terhadap pertumbuhan propagul rhizophora mucronata

PENGARUH MEDIA SEMAI DAN KADAR GARAM AIR
SIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN PROPAGUL
Rhizophora mucronata

Oleh :
AGUNG YUDHI NUGROHO
E 14201030

PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

Agung Yudhi Nugroho. E 14201030. Pengaruh Media Semai dan Kadar
Garam Air Siraman Terhadap Pertumbuhan Propagul Rhizophora
mucronata. Dibawah Bimbingan Dr. Ir.Cahyo Wibowo, M.Sc. F. 2006.

Hutan mangrove merupakan salah satu tipe ekosistem hutan yang tidak
terlalu banyak terpengaruh oleh keadaan iklim, namun lebih banyak terpengaruh
oleh keadaan pasang surut air laut. Hutan mangrove terletak pada zona pasang
surut di daerah tropis dan sub tropis. Hutan mangrove mempunyai fungsi bagi

penunjang kehidupan makhluk hidup.
Rhizophora mucronata merupakan salah satu spesies tanaman yang
tumbuh di hutan mangrove. Rh. mucronata banyak digunakan dalam kegiatan
rehabilitasi hutan mangrove. Soemodihardjo dan Sorianegara (1994) dalam Anwar
(1997) melaporkan bahwa sekitar 20.000 Ha hutan mangrove yang rusak di pantai
utara Pulau Jawa telah berhasil direhabilitasi dengan tanaman utama Rhizophora
Spp. dan Avicennia Spp. Demikian pula sekitar 105 Ha hutan mangrove di
Cilacap telah berhasil direhabilitasi dengan menggunakan tanaman pokok
Rhizophora Spp. dan Bruguiera gymnorrhiza (Kusmana 1993)
Tujuan penelitian ini yaitu mempelajari pengaruh media semai dan tingkat
kadar garam air siraman pada perkecambahan dan pertumbuhan propagul
Rhizophora mucronata.
Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Laboratarium Silvikultur, Fakultas
Kehutanan IPB. Penelitian dilakukan dalam dua tahap yakni, pada bulan Juli
sampai November 2005 dan Agustus sampai Desember 2005. Bahan yang
dipergunakan dalam penelitian ini antara lain, propagul Rhizophora mucronata
yang diperoleh dari Hutan Mangrove Muara Angke, polybag ukuran 20x25 cm
dalam keadaan terlipat untuk keadaan terpasang ukuran diameter 18 cm dan tinggi
20 cm, tanah, kompos, garam dapur (NaCl). Alat yang dipergunakan dalam
penelitian ini yaitu, timbangan analitik, ayakan ukuran 0.5x0.5 cm, kamera, oven

dan alat tulis. Peubah yang diamati yaitu daya berkecambah, nilai kecambah dan
kecepatan tumbuh. Pengamatan dilakukan selama penelitian. Selain itu dilakukan
pengamatan tinggi, jumlah panjang daun, jumlah daun dan diameter yang
dilakukan secara berkala tiap dua minggu. Diakhir penelitian dilakukan
pengukuran Nisbah Pucuk Akar (NPA) dan Indeks Mutu Bibit (IMB) serta
analisis media semai. Rancangan percobaan yang digunakan yakni Rancangan
Acak Lengkap dengan dua faktor, media semai dengan dua taraf yaitu media
topsoil dan media campuran antara topsoil dengan kompos sebagai faktor pertama
dan kadar garam air siraman dengan tiga taraf 0, 10, 20 g/l air sebagai faktor
kedua, tiap perlakuan terdiri dari 10 ulangan. Pengolahan data menggunakan
program Minitab 14 dan uji lanjut Duncan.
Hasil pengamatan pada Eksperimen I dan II, menunjukkan bahwa media
semai topsoil dan media campuran serta kadar garam air siraman memberikan
pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi propagul, jumlah panjang daun
dan jumlah daun propagul Rh mucronata, tetapi tidak memberikan pengaruh
terhadap persen perkecambahan. Interaksi kedua faktor perlakuan tidak berbeda
nyata pada peubah peubah yang diamati, kecuali pada jumlah daun pada
Eksperimen II. Kadar garam air siraman 0 dan 10 g/l air memberikan pengaruh
peningkatan terhadap pertambahan tinggi, jumlah panjang daun dan jumlah daun.


Dilain pihak pada perlakuan kadar garam 20 g/l air nilai rata – rata dari ketiga
peubah tersebut (tinggi, jumlah panjang daun dan jumlah daun) mempunyai nilai
rata – rata yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kadar garam 0 g/l air.

PENGARUH MEDIA SEMAI DAN KADAR GARAM AIR
SIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN PROPAGUL
Rhizophora mucronata

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

Oleh :
AGUNG YUDHI NUGROHO
E 14201030

PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006


LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian

: PENGARUH MEDIA SEMAI DAN KADAR
GARAM AIR SIRAMAN TERHADAP
PERTUMBUHAN PROPAGUL
Rhizophora mucronata

Nama Mahasiswa

: AGUNG YUDHI NUGROHO

Nomor Pokok

: E14201030

Menyetujui
Dosen Pembimbing


Dr. Ir. Cahyo Wibowo, M.Sc.F
NIP. 131 628 545

Mengetahui
Dekan Fakultas Kehutanan

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS
NIP. 131 430 799

Tanggal Lulus:…………………..

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan rasa syukur penulis haturkan kehadirat Sang Pencipta alam
raya, Allah SWT yang senantiasa mengkaruniakan rahmat dan kasih sayang-Nya.
Dengan kekuatan-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Banyak rintangan dan cobaan yang penulis alami selama proses penyelesaian
tugas akhir ini baik yang terkait dengan pribadi penulis maupun instansi dan
pihak-pihak yang terkait. Namun berkat kekuatan doa dari keluarga dan saudarasaudari seperjuangan, segala ujian tersebut menjadi sebuah lecutan dalam proses

pendewasaan penulis dan masa-masa tingkat akhir penulis di IPB merupakan
perjalanan batin yang sarat hikmah. Penyusunan skripsi ini juga tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak antara lain dosen pembimbing, teknisi laboratorium dan
rekan-rekan diskusi.
Skripsi ini berjudul “ Pengaruh Media Semai dan Kadar Garam Air
Siraman Terhadap Pertumbuhan propagul Rhizophora mucronata”. Motivasi yang
mendorong penulis melakukan penelitian ini adalah semakin berkurangnya luasan
Hutan Mangrove di Indonesia karena ulah manusia yang mengeksploitasi secara
berlebihan.
Semoga sedikit ilmu yang ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi
banyak pihak dan memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan kemajuan kehutanan Indonesia. Mudah mudahan setidaknya penelitian ini
menjadi inspirasi bagi peneliti-peneliti selanjutnya untuk menghasilkan temuantemuan yang mutakhir.

Bogor, Maret 2006

Penulis

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lamongan pada tanggal 27 Januari 1983 dari ayah

Sungkono dan ibu Titik Sugiharti. Penulis merupakan putra kedua dari dua
bersaudara.
Tahun 2001 penulis lulus dari SMU Negeri Ngimbang dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis
memilih Program Studi Budidaya Hutan, Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas
Kehutanan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif diberbagai aktifitas dan
organisasi kemahasiswaan. Penulis menjadi anggota Departemen Kemahasiswaan
dan Kesejahteraan Sosial BEM Fakultas Kehutanan tahun 2002/2003. Penulis
juga berperan sebagai panitia pelaksana beberapa kegiatan yang diadakan di
lingkungan kampus. Pada tahun 2004 penulis melakukan Praktek Umum
Pengenalan Hutan jalur Sancang – Kamojang, Praktek Umum Pengelolaan Hutan
di SPH IV Cirebon dan KPH Indramayu. Pada tahun 2005 penulis melakukan
Kuliah Kerja Nyata di Desa Sirnabaya, Kecamatan Teluk Jambe Timur,
Kabupaten Karawang. Pada tahun 2005 penulis menjadi finalis Program
Kreativitas Mahasiswa Tingkat Nasional yang diselengarakan DIKTI. Penulis
menjadi asisten mata kuliah Silvika pada tahun ajaran 2005/2006.

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xi
PENDAHULUAN........................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Tujuan Penelitian ............................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................
Tinjauan Umum Hutan Mangrove ...................................................................
Pengertian Hutan Mangrove ...................................................................
Karakteristik Habitat Hutan Mangrove ..................................................
Manfaat Hutan Mangrove .......................................................................
Deskripsi Botanis Rhizophora mucronata .......................................................
Tinjauan Umum Rhizophora mucronata ................................................

Morfologi Rhizophora mucronata ..........................................................
Perkecambahan Benih ......................................................................................
Kompos ............................................................................................................
Salinitas ............................................................................................................
Garam (NaCl) ...................................................................................................
Unsur Hara .......................................................................................................
Daya Hantar Listrik ..........................................................................................
Derajat Kemasaman (pH).................................................................................

3
3
3
3
4
4
4
5
5
6
7

8
9
9
10

METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................
Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................................................
Bahan dan Alat .................................................................................................
Metode Penelitian ............................................................................................
Tahap Persiapan ...............................................................................................
Pengunduhan Propagul ...........................................................................
Seleksi Propagul .....................................................................................
Media Perkecambahan .....................................................................................
Penyemaian Propagul .......................................................................................
Pemeliharaan ....................................................................................................
Peubah Pengamatan .........................................................................................
Daya Kecambah ......................................................................................
Kecepatan Tumbuh .................................................................................
Nilai Kecambah ......................................................................................
Pengamatan Tinggi Propagul ..................................................................

Pengamatan Panjang Daun .....................................................................
Pengamatan Jumlah Daun.......................................................................
Pengamatan Diameter Propagul .............................................................
Nisbah Pucuk Akar (NPA) .....................................................................

11
11
11
11
11
11
12
12
12
13
13
13
13
14
14
15
15
15
16

vii

Indeks Mutu Bibit ................................................................................... 16
Analisis Unsur Hara Media Semai ......................................................... 17
Rancangan Percobaan ...................................................................................... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................
Eksperimen I ..................................................................................................
Daya Kecambah ...............................................................................................
Kecepatan Tumbuh ..........................................................................................
Nilai Kecambah................................................................................................
Tinggi Propagul Rh. mucronata .......................................................................
Jumlah Panjang Daun Rh. mucronata ..............................................................
Jumlah Daun Rh. mucronata ............................................................................
Diameter Propagul Rh. mucronata ...................................................................
Nisbah Pucuk Akar (NPA) ...............................................................................
Indeks Mutu Bibit ............................................................................................
Eksperimen II .................................................................................................
Daya Kecambah ...............................................................................................
Kecepatan Tumbuh ..........................................................................................
Nilai Kecambah................................................................................................
Tinggi Propagul Rh. mucronata .......................................................................
Jumlah Panjang Daun Rh. mucronata ..............................................................
Jumlah Daun Rh. mucronata ............................................................................
Diameter Propagul Rh. mucronata ...................................................................
Nisbah Pucuk Akar (NPA) ...............................................................................
Indeks Mutu Bibit ............................................................................................
Pembahasan Umum..........................................................................................
Unsur Hara .......................................................................................................
Phospor (P) .............................................................................................
Kalsium (Ca) ...........................................................................................
Magnesium (Mg) ....................................................................................
Kalium (K) ..............................................................................................
Natrium (Na) ...........................................................................................
Almunium (Al) .......................................................................................
Hidrogen (H) ...........................................................................................
Kapasitas Tukar Kation (KTK) ........................................................................
Tekstur Media Semai .......................................................................................
Daya Hantar Listrik ..........................................................................................
Derajat Kemasaman (pH).................................................................................
Persemaian Mangrove ......................................................................................
Salinitas...................................................................................................
Suhu ........................................................................................................
Tanah ......................................................................................................

19
19
19
19
20
21
23
24
26
26
28
30
30
30
31
31
33
34
35
36
37
39
39
39
39
40
40
40
41
41
41
42
42
42
43
43
44
44

KESIMPULAN .............................................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 46
LAMPIRAN .................................................................................................... 49

viii

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Analisis Bahan Kimia Kompos .................................................................. 7
2 Komposisi Garam Laut .............................................................................. 8
3 Kombinasi Kedua Faktor Perlakuan .......................................................... 17
Eksperimen I ............................................................................................ 19
4 Daya Kecambah Propagul Rhizophora mucronata .................................... 19
5 Kecepatan Tumbuh Propagul Rhizophora nucronata ................................ 20
6 Nilai Kecambah Propagul Rhizophora nucronata ..................................... 20
7 Analisis Sidik Ragam Pertumbuhan Tinggi ............................................... 21
8 Hasil Uji Lanjut Duncan Media Semai Terhadap Tinggi Propagul ........... 21
9 Hasil Uji Lanjut Duncan Taraf Kadar Garam Air Siraman Terhadap
Pertumbuhan Tinggi Propagul ................................................................... 22
10 Analisis Sidik Ragam Pertumbuhan Jumlah Panjang Daun ...................... 23
11 Hasil Uji Lanjut Duncan Media Semai Terhadap Pertumbuhan Jumlah
Panjang Daun ............................................................................................. 23
12 Hasil Uji Lanjut Duncan Taraf Kadar Garam Air Siraman Terhadap
Pertumbuhan Jumlah Panjang Daun .......................................................... 24
13 Analisis Sidik Ragam Pertumbuhan Jumlah Daun .................................... 24
14 Hasil Uji Lanjut Duncan Media Semai Terhadap Jumlah Daun ................ 25
15 Hasil Uji Lanjut Duncan Taraf Kadar Garam Air Siraman Terhadap
Jumlah Daun .............................................................................................. 25
16 Analisis Sidik Ragam Pertumbuhan Diameter........................................... 26
17 Rata – Rata Berat Kering Pucuk ................................................................ 26
18 Rata – Rata Berat Kering Akar .................................................................. 27
19 Rata – Rata Nisbah Pucuk Akar ................................................................. 28
20 Indeks Mutu Bibit ...................................................................................... 28
Eksperimen II ........................................................................................... 30
21 Daya Kecambah Propagul Rhizophora mucronata .................................... 30
22 Kecepatan Tumbuh Propagul Rhizophora nucronata ................................ 30
23 Nilai Kecambah Propagul Rhizophora nucronata ..................................... 31
24 Analisis Sidik Ragam Pertumbuhan Tinggi ............................................... 32
25 Hasil Uji Lanjut Duncan Media Semai Terhadap Tinggi Propagul ........... 32
26 Hasil Uji Lanjut Duncan Taraf Kadar Garam Air Siraman Terhadap
Pertumbuhan Tinggi Propagul ................................................................... 32
27 Analisis Sidik Ragam Pertumbuhan Jumlah Panjang Daun ...................... 33
28 Hasil Uji Lanjut Duncan Media Semai Terhadap Pertumbuhan Jumlah
Panjang Daun ............................................................................................. 33
29 Hasil Uji Lanjut Duncan Taraf Kadar Garam Air Siraman Terhadap
Pertumbuhan Jumlah Panjang Daun .......................................................... 34
30 Analisis Sidik Ragam Pertumbuhan Jumlah Daun .................................... 34
31 Uji Lanjut Duncan Interaksi Perlakuan Terhadap Jumlah Daun ............... 35
32 Analisis Sidik Ragam Pertumbuhan Diameter........................................... 35
33 Rata – Rata Berat Kering Pucuk ................................................................ 36
34 Rata – Rata Berat Kering Akar .................................................................. 36
35 Rata – Rata Nisbah Pucuk Akar ................................................................. 37
36 Indeks Mutu Bibit ...................................................................................... 38

ix

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Propagul Rhizophora mucronata yang Terseleksi ....................................... 12
2 Bagaian Pengukuran Tinggi Propagul ......................................................... 14
3 Bagaian Pengukuran Tinggi Propagul ......................................................... 15

x

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Lamanya Waktu antara Tanggal Tanam dan Tanggal Berkecambah
(Hari Ke..setelah tanam) Masing – Masing Ulangan Pada Eksperimen I .. 50
2 Pertambahan Tinggi (cm) Propagul Rhizophora mucronata Eksperimen I
(Juli-November 2005) ................................................................................ 50
3 Jumlah Panjang Daun (cm) Rhizophora mucronata Pada
Eksperimen I (Juli-November 2005).......................................................... 50
4 Jumlah Daun Propagul Rhizophora mucronata Eksperimen I
(Juli-November 2005) ................................................................................ 52
5 Pertambahan Diameter (cm) Propagul Rhizophora mucronata
Eksperimen (Juli-November 2005) ........................................................... 52
6 Kandungan Unsur Hara Media Semai Setelah Pemakaian
(diakhir penelitian) ..................................................................................... 53
7 Berat Kering Tanaman, Nisbah Pucuk Akar dan Indeks Mutu Bibit
Eksperimen I .............................................................................................. 54
8 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Ragam Tinggi, Jumlah Panjang
Daun, Jumlah Daun dan Diameter Eksperimen I ...................................... 55
9 Hasil Uji ANOVA Tinggi, Jumlah Panjang Daun, Jumlah Daun dan
Diameter Eksperimen I ............................................................................. 55
10 Hasil Uji Lanjut Duncan Terhadap Respon Tinggi, Jumlah Panjang Daun
dan Jumlah Daun Pada Eksperimen I......................................................... 56
11 Perkecambahan Propagul Rhizophora mucronata Masing – Masing
Perlakuan Pada Eksperimen I ................................................................... 57
12 Penampilan Propagul Rhizophora mucronata Pada Eksperimen I ........... 58
13 Sistem Perakaran Rhizophora mucronata Pada Eksperimen I................... 58
14 Waktu antara Tanggal Tanam dan Tanggal Berkecambah (Hari Ke..setelah
tanam) Masing – Masing Ulangan Pada Ekspperimen II........................... 59
15 Pertambahan Tinggi (cm) Propagul Rhizophora mucronata
Eksperimen I I (Juli-November 2005) ....................................................... 60
16 Jumlah Panjang Daun (cm) Propagul Rhizophora mucronata
Eksperimen II (Juli-November 2005) ........................................................ 60
17 Jumlah Daun Propagul Rhizophora mucronata Eksperimen II
(Juli-November 2005) ................................................................................ 61
18 Pertambahan Diameter (cm) Propagul Rhizophora mucronata
Eksperimen II (Juli-November 2005) ........................................................ 61
19 Berat Kering Tanaman, Nisbah Pucuk Akar dan Indeks Mutu Bibit
Eksperimen II ............................................................................................. 62
20 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Ragam Tinggi, Jumlah Panjang
Daun, Jumlah Daun dan Diameter Eksperimen II .................................... 63
21 Hasil Uji ANOVA Tinggi, Jumlah Panjang Daun, Jumlah Daun dan
Diameter Eksperimen II ............................................................................ 63
22 Hasil Uji Lanjut Duncan Terhadap Respon Tinggi, Jumlah Panjang Daun
dan Jumlah Daun Pada Eksperimen I......................................................... 64
23 Perkecambahan Propagul Rhizophora mucronata Masing – Masing
Perlakuan Pada Eksperimen II .................................................................. 65
24 Penampilan Propagul Rhizophora mucronata Pada Eksperimen II ........... 66
25 Sistem Perakaran Rhizophora mucronata Pada Eksperimen II .................. 66

xi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan mangrove merupakan salah satu tipe ekosistem hutan yang tidak
terlalu banyak terpengaruh oleh keadaan iklim, namun lebih banyak terpengaruh
oleh keadaan pasang surut air laut. Hutan mangrove terletak pada zona pasang
surut di daerah tropis dan sub tropis. Hutan mangrove mempunyai fungsi bagi
penunjang kehidupan makhluk hidup. Berdasarkan fungsinya, hutan mangrove
mempunyai tiga fungsi utama. Pertama, fungsi fisik yaitu sebagai penjaga garis
pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dan tebing sungai dari erosi air laut,
serta menahan tiupan angin kencang dari laut. Kedua, fungsi biologis yaitu
sebagai tempat memijah dan berkembangbiaknya berbagai macam ikan, kepiting,
kerang dan udang, serta sebagai sumber plasma nutfah dan sumber bahan genetik.
Ketiga, fungsi ekonomis yaitu sebagai pemasok kayu untuk kayu bakar maupun
bahan bangunan, serta sebagai tempat pariwisata, tempat penelitian dan
pendidikan.
Seiring dengan perkembangan jaman, banyak hutan mangrove yang
mengalami kerusakan. Penyebab kerusakan hutan mangrove sebagian besar
adalah manusia. Penyebab kerusakan hutan mangrove

antara lain adalah

eksploitasi hutan berlebihan tanpa mengindahkan prinsip silvikultur dan
kelestarian hasil. Konversi lahan mangrove antara lain untuk pertambakan ikan,
pembuatan garam, pemukiman, pertanian dan industri. Pencemaran limbah oleh
industri , rumah tangga dan pertanian. Tekanan pertambahan penduduk dan sosial
ekonomi masyarakat. Kerusakan hutan mangrove yang disebabkan oleh beberapa
faktor tersebut diatas, secara langsung akan mempengaruhi luas dari hutan
mangrove. Kerusakan hutan mangrove menurut Bengen dan Andrianto (1998)
dalam Bengan (2002), dalam kurun waktu 11 tahun dari tahun 1982 sampai 1993
mencapai 47.92% (dari 5.209.543 Ha menjadi 2.496.185 Ha). Mengingat kondisi
hutan mangrove yang tiap tahun mengalami degradasi, maka perlu dilakukan
rehabilitasi dalam upaya mempertahankan kelestaraian ekosistem. Salah satu
upaya dalam kegiatan rehabilitasi adalah kegiatan penanaman. Salah satu
keberhasilan dalam penanaman adalah tersedianya bibit dari beberapa spesies
tumbuhan mangrove.

2

Rhizophora mucronata merupakan salah satu spesies tanaman yang
tumbuh di hutan mangrove. Rh. mucronata banyak digunakan dalam kegiatan
rehabilitasi hutan mangrove. Soemodihardo dan Sorianegara (1994) dalam Anwar
(1997) melaporkan bahwa sekitar 20.000 Ha hutan mangrove yang rusak di pantai
utara Pulau Jawa telah berhasil direhabilitasi dengan tanaman utama Rhizophora
Spp. dan Avicennia Spp. Demikian pula sekitar 105 Ha hutan mangrove di
Cilacap telah berhasil direhabilitasi dengan menggunakan tanaman pokok
Rhizophora Spp. dan Bruguiera gymnorrhiza (Kusmana 1993).

Tujuan
Tujuan penelitian ini yaitu mempelajari pengaruh media semai dan tingkat
kadar garam air siraman pada perkecambahan dan pertumbuhan
Rhizophora mucronata.

propagul

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Hutan Mangrove
Pengertian Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan sub
tropis,yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh
dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur ( Bengen 2002 ).
Menurut Schimidt (2000) mangrove mampu tumbuh di lingkungan berair
yang setiap hari digenangi air laut. Benihnya bersifat rekalsitran, tidak memiliki
masa dorman, dan biasanya berkecambah sejak masih berada pada pohon.
Secara umum hutan mangrove didefinisikan sebagai hutan yang terdapat di
sepanjang pantai atau muara yang terpengaruh oleh pasang surut air laut,
tergenang air laut, tetapi tidak terpengaruhi oleh iklim. Hutan mangrove terdapat
pada tanah berlumpur, berpasir, atau tanah berpasir. Mangrove merupakan
vegetasi khas di zona pantai, floranya berhabitus semak dan berhabitus pohon
besar dan tingginya antara 50-60 dan hanya mempunyai satu stratum tajuk
(Istomo 1992).

Karakteristik Habitat Hutan Mangrove
Menurut Bengen (2002) habitat hutan mangrove mempunyai suatu
karakteristik yang unik jika dibandingkan dengan dengan karakteristik karakteristik hutan lainnya. Karakteristik yang dimiliki oleh hutan mangrove
antara lain :


Umumnya tumbuh pada daerah interdal yang jenis tanahnya berlumpur,
berlempung atau berpasir.



Daerahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun yang
hanya tergenang pada saat purnama. Frekuansi genangannya menentukan
komposisi vegetasi hutan mangrove.



Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat.



Terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat. Air
bersalinitas payau (2-22 permil) hingga asin (mencapai 38 permil).

4

Manfaat Hutan Mangrove
Menurut Kusmana (1993), hutan mangrove mempunyai beberapa manfaat
yang sangat penting bagi makhluk hidup. Beberapa manfaat hutan mangrove
adalah sebagai berikut :


Mencegah abrasi pantai akibat terjangan ombak dan angin laut yang kuat.



Tempat bertelur, sumber makanan dan tempat hidup bagi organisme laut
yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.



Sebagai habitat satwa liar seperti burung, primata, reptilia dan mamalia.



Bernilai penting unutk pendidikan, pengkajian ilmu pengetahuan dan
rekreasi.



Di Asia Tenggara dan Wilayah Pasifik, areal mangrove digunakan
sebagai tempar tinggal, kolam ikan dan industri minyak.

Deskripsi Botanis Rhizophora mucronata
Tinjauan Umum Rhizophora mucronata
Rhizophora mucronata merupakan pohon dengan ketinggian mencapai 27
m. Batang memiliki diameter hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap
hingga hitam dan mempunyai celah horizontal (Noor dan Suryadiputra 1999).
Rhizophora mucronata merupakan salah satu jenis tanaman mangrove
yang termasuk dalam famili Rhizophorazceae. Taksonomi jenis Rhizophora
mucronata secara lengkap adalah sebagai berikut:
Divisi

: Spermatophyta

Sub Divisi

: Angiosperma

Kelas

: Dicotyledonae

Sub kelas

: Dialypetalae

Bangsa

: Myrtales

Family

: Rhizophoraceae

Genus

: Rhizophora

Spesies

: Rhizophora mucronata

(Ditjen RRL 1997)

5

Morfologi Rhizophora mucronata
Rhizophora mucronata memiliki bentuk morfologi antara lain : bunga
berbentuk gagang, kepala bunga berbentuk seperti cagak, bersifat biseksual dan
masing-masing menempel pada gagang individu yang panjuangnya 2,5-5 cm.
Letak bunga diketiak daun dengan formasi berkelompok (4-8 bunga
perkelompok). Daun mahkota berjumlah empat buah dan berwarna kuning pucat.
Benang sari berjumlah delapan dan tidak bertangkai. Buah membulat hingga
berbentuk telur berukuran 5 – 7 cm, berwarna hijau kecoklatan. Hipokotil
silindris, kasar dan berbintil. Hipokotil berukuran panjang 36 – 70 cm (Noor dan
Suryadiputra 1999).
Daun mempunyai gagang berwarna hijau dengan panjang 2,5 – 5,5 cm.
Bentuknya elips melebar hingga bulat memanjang dengan ujung meruncing dan
mempunyai ukuran 11 – 23 x 5 – 13 cm (Noor dan Suryadiputra 1999). Batang
diselimuti kulit berganda (4 – 5 cm) dan mengandung zat penyamak. Kulit
tersebut retak dan berkotak – kotak tidak berlenti sel dan bagaian dalamnya
berwarna kuning sampai orange (Ditjen RRL 1997).
Akar berbentuk tunjang yang dapat mendukung berdirinya batang dan
juga berfungsi sebagai banir pada pohon yang sudah tua. Akar tersebut berfungsi
sebagai untuk mengambil unsur hara dan menahan sedimen. Akar memiliki
lentisel yang berfungsi sebagai alat pernafasan (Bengen 2000).

Perkecambahan Benih
Perkecambahan menurut Kusmana et al. (2003)

merupakan proses

keluarnya bakal tanaman dari dalam biji. Proses ini sebenarnya sangat komplek,
yang dimulai dari proses imbibisi dan proses metabolisme karbohidrat didalam
lembaga. Namun untuk kepentingan praktis, ada dua macam pengertian dalam
perkecambahan, yaitu (1) pengertian teknis, perkecambahan dimulai apabila kulit
benih telah pecah dan radikel (calon akar) sudah muncul dan (2) pengertian
praktis, perkecambahan telah dimulai apabila kecambah telah
dipermukaan media.

muncul

6

Kompos
Kompos telah digunakan secara luas selama ratusan tahun dan telah
terbukti mampu menangani limbah pertanian sekaligus berfungsi sebagai pupuk
alami. Kompos merupakan hasil fermentasi atau hasil dekomposisi bahan organik
seperti tanaman, hewan atau limbah organik. Secara ilmiah kompos dapat sebagai
pertikel tanah yang bermuatan negatif sehingga dapat dikoagulasikan oleh kation
dan dan partikel tanah untuk membentuk granula tanah ( Djuarni et al. 2005).
Menurut Indriani (2004) kompos mempunyai beberapa sifat yang
menguntungkan antara lain :


Memeperbaiki struktur tanah berlempung sehingga menjadi ringan.



Memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak berderai.



Menambah daya ikat air pada tanah.



Memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah.



Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara.



Mengandung zat hara yang lengkap, walaupun jumlahnya sedikit (jumlah
hara tergantung dari bahan pembuatan pupuk organik).



Membantu proses pelapukan bahan mineral.



Memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikroba.



Menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan.
Kompos seperti halnya dengan pupuk anorganik mempunyai unsur hara

yang diperlukan bagi tanaman. Unsur hara tersebut yakni, unsur hara makro dan
unsur hara mikro. Unsur hara makro dibagi dua yaitu unsur hara makro primer
dan unsur hara makro sekunder. Unsur hara makro primer terdiri dari nitrogen
(N), fosfor (P), dan kalium (K). Unsur hara makro sekunder terdiri dari kalsium
(Ca), magnesium (Mg), dan belerang (S). Unsur hara mikro terdiri dari zat besi
(Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), dan seng (Zn). Berdasarkan analisa yang
dilakukan oleh Djuarni et al. (2005) komposisi bahan kimia yang terkandung
dalam kompos disajikan pada Tabel 1.

7

Tabel 1 Analisis Bahan Kimia Kompos Kotoran Ternak Sapi
Bahan

Kadar

Nitrogen (%)
P2O5 (%)
K2O (%)
Humus (%)
Kalsium (%)
Zat Besi (%)
Seng (ppm)
Timah (ppm)
Tembaga (ppm)
Kadmium (ppm)
pH

1.33
0.83
0.36
53.76
5.61
2.1
285
575
65
5
7.2

Sumber : Djuarni et al. (2005)

Salinitas
Salinitas menurut Kusmana et al. (2003) adalah kadar garam dari air di
ekosistem mangrove, yang disebut air disini adalah bisa berupa genangan air
diatas permukaan tanah, atau air yang terletak didalam sela – sela butir tanah,
salinitas air disela – sela butir tanah biasanya lebih tinggi dan fluktuasinya tidak
sebesar pada air yang menggenang diatas permukaan tanah. Salinitas dinyatakan
dalam persen (%) atau part per thousand (ppt atau ‰). Salinitas air laut bebas
adalah sekitar 30 ppt atau dengan perkataan lain, dalam satu liter air terdapat 30 gr
garam.
Menurut Steenis (1935) dalam Soeroyo (1993) jenis-jenis mangrove
seperti Acanthus illicifolius dan Acrosthicum aerum tidak mutlak tumbuh pada air
asin atau air payau. Demikian pula Lear dan Turner (1977) dalam Soeroyo (1993)
menyatakan bahwa berdasarkan observasi baik di lapangan maupun laboratorium
ternyata

mangrove

dalam

pertumbuhannya

tidak

memerlukan

garam.

Pertumbuhan mangrove tidak memerlukan garam. Hal ini berkaitan dengan
kemampuan beradaptasi dengan air asin, karena di dalam selnya terdapat tekanan
osmosis yang tinggi. Dengan sifat tersebut, tumbuhan mangrove mempunyai caracara untuk bertahan dalam lingkungan yang berkadar garam tinggi, yaitu (a)
mempunyai kadar internal yang tinggi dalam getahnya, (b) dapat memindahkan
garam dengan cara menyimpan garam dalam daun yang lebih tua, dan (c) dapat

8

mereduksi akumulasi garam internal dengan cara aktif memproses sekresi garam
dari akar ke daun dan juga pengembangan oleh tekanan getah negatif yang kuat.
Salinitas air dan salinitas tanah rembesan merupakan faktor penting dalam
pertumbuhan, daya tahan dan zonasi spesies mangrove. Tumbuhan mangrove
tumbuh subur di daerah estuaria dengan salinitas 10-30 ppt. Mangrove merupakan
vegetasi yang bersifat salt tolerant bukan salt demanding, oleh karenanya
mangrove dapat tumbuh secara baik di habitat air tawar. Kemampuan mangrove
untuk tumbuh di habitat maritim mungkin disebabakan oleh beberapa faktor,
antara lain : (a) penyebaran biji/propagul mangrove terbatas oleh daya jangkau
pasang surut, (b) anakan mangrove kalah bersaing dengan tumbuhan darat, dan (c)
mangrove dapat mentoleransi kadar garam (Kusmana et al. 2003).

Garam (NaCl)
Garam laut biasanya disebut garam NaCl, karena kandungan terbesar
adalah NaCl. Selain NaCl, garam juga mengandung berbagai unsur hara. Unsur
hara yang terkandung dalam garam laut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Komposisi Garam Laut
Bahan
Air (%)
Magnesium dan kalsium *(%)
Kalsium *(%)
Sulfat *(%)
Bagaian yang tidak larut dalam air *(%)
NaCl (%)
Iodium (mg/kg)

Kadar
7.17
2.19
0.38
0.81
0.59
93.60
14

Sumber : Sutarto (1990)
Ket *: terhadap berat kering

Menurut Bintoro (1989) garam ayang terlarut dalam tanah merupakan
unsur hara yang esensial bagi tanaman. Akumulasi NaCl yang melebihi dapat
kebutuhan tanaman, membatasi serapan hara dan tidak terjadi keseimbangan
unsur hara yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu dan
tertekan.

9

Unsur Hara
Hara atau nutrien merupakan faktor penting dalam keseimbangan
ekosistem mangrove. Menurut Aksornkoae (1993) hara pada ekosistem mangrove
dibagi dalam dua kelompok yaitu :
1. Hara anorganik, penting untuk kelangsungan hidup organisme mangrove.
Hara ini terdiri dari N, P, K, Mg, Ca dan Na. Sumber utama hara
anorganik adalah hujan, limpasan sungai, endapan, air laut dan bahan
organik yang terurai di mangrove.
2. Detritus organik, merupakan bahan organik yamg berasal dari bioorganik
yang melalui beberapa tahap pada proses mikrobial. Sumber utama
detritus organik ada dua, yakni (a) autochthonous, seperti fitoplankton,
diatom, bakteri, alga pada pohon atau akar dan tumbuhan lain di
mangrove, (b) allochthonus, seperti partikel – partikel dari aliran sungai,
partikel tanah dari erosi darat, tanaman dan hewan yang mati di daerah
pesisir atau laut.
Daya Hantar Listrik
Daya Hantar Listrik menunjukkan kemampuan air untuk menghantar
listrik. Konduktivitas air tergantung dari konsentrasi ion dan suhu air. Pada
umumnya asam, basa dan garam-garam an organik merupakan penghantar listrik
yang baik (Saeni 1989). Salin tidaknya suatu air atau tanah dapat diukur
berdasarkan Daya Hantar Listrik (DHL). Daya Hantar Listrik merupakan kadar
garam terlarut dalam air atau larutan yang berhubungan dengan pertumbuhan
(Bintoro 1989).
Asam, basa dan senyawa garam di dalam air merupakan konduktor dan
diketahui sebagai elektrolit. Didalam air elektrolit tersebut kadarnya berbeda
demikian pula konduktivitasnya juga berbeda. Bila elektrolit lemah maka
konduktivitasnya atau daya hantar listriknya redah dan sebaliknya, bila elektrolit
kuat maka daya hantar listriknya tinggi (Weich 1951), dan makin rendah salinitas
maka rendah pula daya hantar listrik (Wetzel 1983).

10

Derajat Kemasaman (pH)
Nilai pH suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa
dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan.
Adanya karbonat, hidroksida dan bikarbonat akan menaikkan kebasaan air,
sementara adanya asam-asam mineral bebas dan asam karbonat akan menaikkan
kemasaman (Saeni 1989) . Hesse (1961) dalam Aksornkoae (1993) melaporkan
bahwa komunitas Rhiozophora spp., hidup pada tanah dengan pH sekitar 6,6.

METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Laboratorium Silvikultur, Fakultas
Kehutanan IPB. Penelitian terdiri dari dua eksperimen, yaitu pada bulan Juli
sampai November 2005 untuk Eksperimen pertama dan Agustus sampai
Desember 2005 untuk Eksperimen kedua. Lama waktu pengamatan masing –
masing eksperimen selama 126 hari.

Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain, propagul
Rhizophora mucronata, polybag ukuran 20x25 cm dalam keadaan terlipat dan
dalam keadaan terbuka ukuran diameternya 18 cm dan tingginya 20 cm, tanah,
kompos, garam dapur (NaCl). Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu,
timbangan analitik, ayakan dengan ukuran kisi - kisi 0.5x0.5 cm, kamera, oven
dan alat tulis.
Propagul Rhizophora mucronata berasal dari Hutan Mangrove Muara
Angke di Pantai Utara Jakarta yang secara geografis terletak pada posisi sekitar
106O41’ BT dan 6O27’ LS. Tanah hutan mangrove Muara Angke tergolong aluvial
kelabu tua dan tergolong tanah liat berhumus rendah (Kusmana 1999). Kondisi
iklim termasuk tipe curah hujan C menurut Schmidt dan Fergusson. Curah hujan
rata - rata tahunan sekitar 2000 mm, temperatur rata – rata 27.2 OC (24.3–33.4 OC)
dan rata– rata kelembaban 70.5% (51 – 86.5%) (Kusmana et al. 1989).
Topsoil sebagai media diperoleh dari daerah Cikabayan. Pengambilan
topsoil menggunakan cangkul sebagai alat bantu. Topsoil diambil dari permukaan
tanah dengan kedalaman 0 – 50 cm.

Metode Penelitian
Tahap Persiapan
Pengunduhan Propagul
Pengunduhan propagul Rh. mucronata dilakukan dengan mengambil buah
yang masak secara langsung dari pohon dengan bantuan alat berupa galah.
Propagul yang diunduh mempunyai ciri kotiledon berwarna hijau muda atau

12

kuning dan hipokotil berwarna hijau. Pengunduhan propagul dibantu dengan
pengenal pohon untuk memastikan bahwa propagul yang diunduh berasal dari
pohon Rh. mucronata.

Seleksi Propagul
Seleksi propagul dilakukan untuk menyeragamkan propagul yang akan
disemai. Propagul yang akan di semai mempunyai kriteria panjang 40-60 cm,
bebas hama dan penyakit serta tidak mempunyai luka mekanis.

Gambar 1 Propagul Rhizopohra mucronata yang Terseleksi
Media Perkecambahan
Media perkecambahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dua
macam, yakni 1) media topsoil dan 2) media campuran antara topsoil dengan
kompos (perbandingan topsoil dan kompos 7:3 berdasarkan volume). Sebelum
digunakan sebagai media semai, tanah diayak dengan ukuran kisi – kisi ayakan
0.5x0.5 cm. Pengayakan ini bertujuan untuk menyeragamkan gumpalangumpalan strutur tanah dan menyaring benda asing.

Penyemaian Propagul
Penyemaian propagul dilakukan ketika media semai sudah siap dan
menggunakan propagul yang telah diseleksi. Propagul disemaikan dengan cara
menancapkan bagian bawah propagul (radikula) sedalam ± 7cm (Hachinohe
1998).

13

Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan setiap hari dengan volume air siraman sebanyak
250 ml/tanaman. Air siraman yang dipergunakan adalah air garam sesuai dengan
perlakuan yang ditetapkan. Perlakuan yang ditetapkan yaitu menggunakan kadar
garam dengan taraf 0 gr/l, 10 gr/l, dan 20 gr/l.
Pengendalian hama dilakukan apabila semai terserang hama. Hama yang
biasa menyerang yaitu serangga Basilepta Sp. yang merupakan larva dari Capua
endocypa, hama-hama tersebut biasanya menyerang daun. Pengendalian hama
dilakukan dengan cara mekanis yaitu mengambil dan kemudian membunuh hama
tanpa menggunakan pestisida.
Peubah yang diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini yaitu:
Daya Berkecambah
Berkecambah merupakan suatu proses mekar dan berkembangnya
struktur– struktur penting dari embrio benih yang menunjukan kemampuan untuk
menghasilkan tanaman minimal pada keadaan yang menguntungkan (Byrd 1968).
Dalam penelitian ini proses berkecambah didefinisikan sebagai munculnya
sepasang daun baru pada propagul yang semula belum mempunyai daun.
Pengamatan dan perkecambahan dilakukan setiap hari selama waktu pengamatan.
Daya berkecambah (DB) dihitung dengan rumus:
DB = Jumlah kecambah normal yang tumbuh X 100%
Jumlah benih yang dikecambahkan

Kecepatan Tumbuh (KT)
Kecepatan tumbuh propagul dihitung berdasarkan jumlah propagul normal
yang tumbuh pada hari tertentu. Kecepatan tumbuh dihitung berdasarkan rumus
Maguire dalam Surbakti (1997).

KT =

X1 X 2
Xn
+
+ ..... +
E1 E 2
En

Keterangan :
Xn = Persentase kecambah normal pengamatan hari ke- n
En = Pengamatan hari ke- n, dimana n = hari ke- 1,2,3........,126

14

Persentase kecambah normal (Xn) merupakan persentase dari kecambah
normal pada tiap perlakuan yang tumbuh pada hari tertentu. Pengamatan hari
ke –n (En), adalah hari dimana propagul berkecambah selama pengamatan. Lama
pengamatan penelitian ini 126 hari.
Nilai Perkecambahan

Nilai perkecambahan merupakan indeks yang menyatakan kecepatan dan
kesempurnaan untuk berkecambah. Nilai perkecambahan dihitung berdasarkan
rumus Sutopo (2002) :
GV = PV x FGD
Keterangan:
GV = Germination Value (nilai perkecambahan)
PV = Peak Value (perkecambahan puncak)
= % perkecambahan tertinggi
jumlah hari perkecambah
Persen kecambah tertinggi adalah persen kecambah yang nilainya tertinggi
tiap – tiap perlakuan. Jumlah hari berkecambah merupakan lamanya hari yang
diperlukan untuk mencapai perkecambahan tertinggi.
FGD = Final Germination Day (perkecambahan hari akhir)
= % perkecambah pada akhir pengamatan
jumlah hari uji
Jumlah hari uji pada penelitian ini selama 126 hari
Pengamatan Tinggi Propagul

Dalam penelitian ini tinggi didefinisikan pertambahan panjang plumula
pada bagian propagul. Pengukuran tinggi propagul dilakukan setiap 2 minggu
sekali. Pengukuran tinggi propagul dilakukan dibagian plumula.

Bagian
Pengukuran

Gambar : Arief, 2003

Gambar 2 Bagian Pengukuran Tinggi Propagul

15

Pengamatan Panjang Daun

Pengukuran panjang daun dimulai ketika propagul secara keseluruhan
telah berkecambah. Pengukuran daun dilakukan pada seluruh daun yang ada pada
propagul yang diamati dan diukur setiap dua minggu sekali. Pengukuran daun
dilakukan mulai dari pangkal daun sampai ujung daun. Pengamatan panjang daun
dilakukan untuk mengetahui jumlah panjang daun dari tiap – tiap propagul
tersebut.

Pengamatan Jumlah Daun

Pengamatan jumlah daun dimulai ketika propagul mulai berkecambah
sampai pengamatan berakhir pada tiap – tiap propagul. Pengamatan jumlah daun
bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan terhadap banyaknya daun
pada tiap perlakuan.

Pengamatan Diameter Propagul

Pengamatan diameter propagul dilakukan pada awal dan akhir
pengamatan. Pengukuran diameter dilakukan untuk mengetahui perkembangan
diameter pasca perkembangan dari pohon induknya. Diameter propagul yang
diukur adalah bagian yang terbesar dari propagul tersebut. Pada bagian propagul
yang mempunyai diameter terbesar diberi tanda untuk pengukuran berikutnya.
Bagian propagul yang diukur dapat dilihat pada Gambar 3.

Posisis
Pengukuran

Gambar : Arief, 2003

Gambar 3 Posisi Pengukuran Diameter Propagul

16

Nisbah Pucuk Akar (NPA)

Nisbah Pucuk Akar (NPA) merupakan perbandingan antar berat kering
pucuk dengan berat kering akar. Pengukuran NPA dilakukan setelah pengamatan
berakhir. Metode Pengukuran NPA dilakukan dengan cara mengambil sampel
semai sebanyak 5 pada tiap perlakuan. Sampel yang diambil tiap perlakuan
tingginya bervariasi.. Pengukuran berat kering pucuk dan akar dilakukan dengan
cara memisahkan bagian pucuk dan akar. Pemisahan pucuk dan akar dilakukan
dengan cara memotong, pemotongan dilakukan tepat diatas serabut akar yang
muncul paling atas dari akar tersebut. Pada bagian pucuk, pucuk dipotong menjadi
tujuh bagian. Pemotongan pada bagian pucuk bertujuan untuk mempercepat dan
menghomogenkan pengeringan serta memudahkan dalam proses pengovenan.
Untuk proses pengovenana kedua bagian tersebut dimasukkan dalam amplop
kertas secara terpisah bagi masing – masing ulangan, kemudian sampel dioven
pada suhu 105 oC selama 24 jam. Setelah pengovenan selesai, dilakukan
pendinginan selama 48 jam. Pendinginan dilakukan dengan cara bahan tanaman
(sampel) diletakkan pada ruang terbuka dan tetap berada didalam amplop. Setelah
48 jam, dilakukan penimbangan sampel tiap – tiap perlakuan dengan
mengeluarkan sampel dari amplop.

Indeks Mutu Bibit (IMB)

Indeks Mutu Bibit (IMB) diukur untuk mengetahui mutu dari bibit
tersebut. Perhitungan IMB menggunakan rumus Dickson et al. dalam
Hendramono (1987):
IMB =

BKT
(T / D) + ( BKP / BKA)

Keterangan:
BKT

= Berat Kering Tanaman (g)

T

= Tinggi (cm)

D

= Diamter (mm)

BKP

= Berat Kering Pucuk (g)

BKA = Berat Kering Akar (g)

17

Analisis Unsur Hara Media Semai
Analisis kandungan unsur hara pada media dilakukan di Laboratorium
Kimia Tanah Departemen Tanah IPB. Analisis kandungan unsur hara dilakukan
pada tiap perlakuan. Media yang dianilisis adalah media semai eksperimen 1.
Pengambilan sampel media dilakukan dengan cara mengambil 5 polybag tiap
perlakuan, kemudian tanah dari kelima polybag tersebut dicampur dan diaduk
sampai rata. Unsur hara yang dianalisis meliputi kandungan pH H2O, C organik
dengan metode Walkley & Black, N total dengan Metode Kjeedhal, P, Ca, Mg, K,
Na, Al, dan H. Selain menganalisa kandungan unsur hara pada media semai,
dilakukan pula analisis Kapasitas Tukar Kation (KTK), tekstur media semai, dan
Daya Hantar Listrik (DHL).

Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah percobaan faktorial dengan
Rancangan Acak Lengkap dan dua faktor utama yaitu:
a. Faktor media (A), terdiri atas dua taraf :
A1 = Media topsoil
A2 = Media campuran antara kompos dengan topsoil.
b. Faktor Kadar garam air siraman (B), terdiri atas tiga taraf:
B1 = Kadar garam air siraman

0 gr/liter air

B2 = Kadar garam air siraman 10 gr/liter air
B3 = Kadar garam air siraman 20 gr/liter air
Kombinasi dari kedua faktor tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Kombinasi Kedua Faktor Perlakuan
Perlakaun
A1B1
A1B2
A1B3
A2B1
A2B2
A2B3

Keterangan
Media topsoil + kadar garam air siraman 0 g/l air
Media topsoil + kadar garam air siraman 10 g/l air
Media topsoil + kadar garam air siraman 20 g/l air
Media topsoil + kompos + kadar garam air siraman 0 g/l air
Media topsoil + kompos + kadar garam air siraman 10 g/l air
Media topsoil + kompos + kadar garam air siraman 20 g/l air

Adapun model statistik dari rancangan percobaan ini adalah :
Yijk = μ + αi + βj + αβij +εijk

18

Keterangan:
Yijk

= Nilai respon pengamatan pada perlakuan media ke- I untuk tingkat kadar
garam