Viabilitas Trichoderma harzianum Rifai Pada Beberapa Jenis Serasah dan Tanah

VEABILITAS Trichoderitta Izavzianunz Rifai PADA BEBERAPA
JENIS SERASAH DAN TANAH

DARUSSALIM

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenamya bahwa tesis yang
berjudul, Viabilitas Triclzoderitta harziartunz Rifai pada Beberapa Jenis
Serasah dan Tanah adalah hasil karya saya dengan arahan Komisi Pembimbing
dan belum pernah digunakan untuk memperoleh gelar sejenis pada perguman
tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
secara jelas dalam teks dan dicanturnkan dalam Dafiar Pustaka di bagian akhir
eesis ini.


Bogor,

Agustus 2009

Darussalim
G351070191

ABSTRACT
DARUSSALIM. Viability of Trichoderma harzianum Rifai on Several Kinds of
Leaf Litters and Soils. Under direction of LISDAR I. SUDIRMAN and OKKY
SETYAWATI DHARMAPUTRA.

Trichoderma harzianum have been extensively studied as antagonistic
fungal agent againts several plant pathogenic fungi caused by soil-borne fungi. In
the soil, the leaf litter residues affected of fungal viability. This research was
aimed to study the effect of four groups of media on viability T. harzianum. The
first group was leaf litters of acacia, onion, and peanut, respectively; the second
group was the soils containing decomposed leaf litters of each plant of the first
group; the third group was the mixtures of each media of both group above (1:1),

and the fourth group was natural top soil as a control. Each plastic bag filled with
0.5 kg of each medium was inoculated with ten ml of T harzianum conidia
(10~1mlof concentration) and incubated in open area for 8 weeks. Statistically, the
results showed that all treatments and control was significantly affected the fungal
viability in field, but they did not significantly reduce the abilities of growth,
conidial production and germination of T. harzianum on Potato Sucrose Agar
medium. The lowest number of colony was found on peanut's leaf litters. The
decreasing number of colony was found on all treatments and control during eight
weeks of incubation. The result analysis showed that carbon concentration,
nitrogen concentration, carbon to nitrogen ratio, lignin and cellulose concentration
on all treatments and control were negative correlation with T. harzianunz
population. It is suggested that T. harzianurn can be used as potential biofungicide
in the soils containing either those leaf litters or composts except peanut's leaf
litters.

Keywords: Trichoderma harzianum, viability, leaf litters, soils

DARUSSALIM. Viabilitas Trichoderma harzianum Rifai pada Beberapa Jenis
Serasah dan Tanah. Dibimbing oleh LISDAR I. SUDIRMAN dan OKKY
SETYAWATI DHARMAPUTRA.

Dalam upaya pengendalian berbagai penyakit pada tanaman hortikultura
maupun hutan tanaman industri terutama yang disebabkan cendawan patogen
tanaman, petani menggunakan pestisida kimia (termasuk fungisida) yang
berlebihan dan kurang bijaksana. Hal ini dapat menimbulkan pengaruh negatif
terhadap keseimbangan ekosistem, kesehatan manusia, serta dapat meningkatkan
biaya produksi. Oleh karena itu perlu dicari altematif teknologi pengendalian
cendawan patogen tanaman untuk menekan penggunaan fungisida kimia.
Altematif pengendalian yang dapat dikembangkan adalah penggunaan cendawan
antagonis sebagai agens pengendali hayati. Salah satu cendawan antagonis yang
dilaporkan efektif menekan berbagai cendawan patogen terbawa tanah adalah
T. harziantrm. Di lapangan, persistensi T. harzianum masih rendah dan hasilnya
tidak konsisten setelah diaplikasikan, sehingga menjadi faktor pembatas dalam
penggunaannya sebagai agens pengendali hayati. Hal ini terjadi karena
perkembangan populasinya dipengamhi berbagai faktor lingkungan seperti
kelembaban, suhu, pH, aplikasi pestisida, jenis sisa tanaman, kandungan bahan
organik, senyawa inetabolit tanaman, dan keberadaan mikroorganisme lain di
dalam tanah. Umumnya penelitian tentang pengaruh faktor lingkungan lebih
banyak dilakukan pada skala laboratorium, sedangkan di lapangan seperti
pengaruh serasah tanaman terhadap viabilitas T. harzianum beluln banyak
dilaporkan.

Penelitian dilakukan sejak bulan Januari 2009 sampai dengan April 2009 di
Laboratorium Mikrobiologi dan Biokimia Pusat Penelitian Studi Havati dan
Bioteknologi (PPSHB) ~nstitutPertanian Bogor (IPB) Dramaga Bogor. Pkrlakuan
menggunakan rancangan acak lengkap
(RAL) terdiri dari sepuluh perlakuan
deng& masing-masing tiga ulangan. Media perlakuan dikelokpokkai menjadi
empat kelompok. Kelompok pertama ( K1) terdiri dari jenis serasah: akasia (SA),
bawang merah (SB), dan kacang tanah (SK). Kelompok kedua (K2) yaitu tanah
yang mengandung masing-masing jenis serasah pada K1 yang telah
terdekomposisi yaitu akasia (TAD), bawang merah (TBD), dan kacang tanah
(TKD). Kelompok ketiga (K3) yaitu campuran masing-masing media K1 dan K2
dengan perbandingan 1:l. Kelompok keempat (TK) adalah tanah alami sebagai
kontrol. Media perlakuan dimasukkan ke dalam kantong plastik polybag (0.5 kg)
dan diinokulasi sebanyak 10 in1 konidium T. harzianurn umur 6 hari (konsentrasi
106/ml) dan diinkubasikan selama 8 minggu di lapangan terbuka.
Isolasi T harzianum dilakukan untuk menentukan populasi pada minggu
ke-1,2,3,4,5,6,7, dan 8 inkubasi. Pengamatan pertumbuhan, jumlah konidium
(Jk), dan persentase konidiurn yang berkecambah (PKb) menggunakan isolat
cendawan hasil isolasi pada minggu ke-1 (MI), ke-5 (M5), dan ke-8 (M8) dari
semua media perlakuan dengan masing-masing 3 ulangan. Pertumbuhan

cendawan diukur setiap 24 jam sampai biakan berumur 3 x 24 jam. Penghitungan
Jk dilakukan dengan menggunakan hemasitometer Levy-Neubauer. Pen&tungan
-

PKb dilakukan pada suspensi konidium yang telah diinkubasikan selama 24, 48,
72, dan 96 jam dengan bantuan hemasitometer di bawah mikroskop. Penghitungan
dilakukan pada 10 bidang pandang berdasarkan metode Sudirman et al. (2008).
Parameter yang digunakan untuk mengetahui dekomposisi yang terjadi pada
masing-masing media perlakuan adalah penentuan kandungan C-organik, N-total,
rasio C:N, lignin, dan selulosa pada minggu ke-1, ke-5, dan ke-8 setelah
introduksi T. harzianum. Kandungan C-organik ditentukan dengan metode
Walkey dan Black, N-total dengan metode Kjeldahl, kandungan lignin dan
selulosa dengan metode Van Soest.
Data dianalisis menggunakan program SPSS V.13 for Windows ~nelalui
One-way Analysis of Varians (ANOVA). Apabila terdapat perbedaan yang nyata
dari perlakuan maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan Multiple
Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua media perlakuan pada K1, K2,
K3, dan TK berpengamh terhadap populasi T. harzianum. Rata-rata populasi
T. harzianum pada K1, K2, dan K3 lebih rendah dibandingkan pada TK. Pada

minggu ke-1, populasi T. harziantlm pada K1 berkisar 5.33-29.83 x lo3 kolonilg
(rata-rata 18.28 x lo3kolonilg), K2 24.17-32.50 x lo3 kolonilg (rata-rata 29.06 x
1o3kolonilg), K3 13.17-26.50 x 10' kolonilg (rata-rata 21.44 x 10' kolonilg), dan
TK dengan rata-rata 43 x lo3kolonilg. Setelah delapan minggu inkubasi, rata-rata
populasi T. harzianum inengalami penurunan pada K1, K2, dan K3 masingmasing sebesar 13.16 x lo3, 14 x lo3, dan 12.11 x lo3kolonilg. Sebaliknya, ratarata populasi T. harzianum pada TK relatif tinggi yaitu 25.33 x lo3 kolonilg
setelah delapan minggu inkubasi. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa semua
media perlakuan berpengaruh sangat nyata (P < 0.01) terhadap fluktuasi populasi
T. harzianum pada minggu ke-1 sampai minggu ke-7, tetapi tidak berpengamh
nyata (P > 0.05) terhadap populasi T. harziantrm pada minggu ke-8.
Diameter koloni isolat M1 dari semua media perlakuan pada K1, K2, dan
K3 yang ditumbuhkan pada media PSA pada hari ke-1 pengamatan (HI) antara
13.17-16.17 mm, hari ke-2 (H2) antara 34.83-47.67 mm, hari ke-3 (H3) antara
64.67-84.17 mm, sedangkan TK pada HI, H2, dan H3 masing-masing 17 m n ,
51 mm, dan 85.5 mm. Diameter koloni isolat M5 pada H1 antara 30.67-33.5 nun,
H2 antara 65.5-70.5 mm, H3 antara 85.83-87 mm, sedangkan TK pada HI, H2,
dan H3 masing-masing 31.5 mm, 66.5 mm, dan 87 mm. Diameter koloni isolat
MS pada HI antara 26.33-36 mm, H2 antara 64.67-72.67 mm, H3 sebesar 87 mm,
sedangkan TK pada HI, H2, dan H3 masing-masing 26.83 mm, 64.67 mm, dan
87 mm. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata diameter koloni
isolat M1 pada H1 dan H2 lebih rendah dibandingkan diameter koloni isolat M5

dan M8 pada H1 dan H2. Sementara itu, rata-rata diameter koloni isolat MI pada
H3 relatif tidak berbeda dengan diameter koloni isolat M5 dan M8 pada H3.
Semakin lama isolat (M5 dan M8) berada di media perlakuan, maka
pertumbuhannya semakin baik ketika ditumbuhkan pada media PSA. Efek media
perlakuan hanya berpengaruh pada isolat MI. Jadi secara umum pengamh media
perlakuan TK tidak berbeda dengan pengamh media perlakuan lainnya terhadap
diameter koloni isolat MI, M5, dan M8 pada media PSA.
Jurnlah konidium (Jk) isolat M1 semua media perlakuan pada K1, K2, dan
K3 antara 2.93-3.28 x lo6 konidiumlg, sedangkan pada TK sebesar 3.43 x lo6
k o n i d i d g . Jk isolat M5 antara 3.23-4.23 x lo6k o n i d i d g , sedangkan pada TK

sebesar 3.48 x lo6 konidiudg. Jk isolat M8 antara 3.25-4.13 x lo6konidiudg,
sedangkan pada TK sebesar 3.33 x lo6 konidiudg. Jadi pengaruh media
perlakuan TK tidak berbeda dengan pengaruh media perlakuan lainnya terhadap
Jk isolat MI, M5, dan M8 pada media PSA.
PKb isolat M1 semua media perlakuan pada K1, K2, dan K3 yang
diinkubasikan dalam akuades setelah 24 jam inkubasi antara 33.71-34.83%,
48 jam antara 46.48-51.07%, 72 jam antara 62.65-70.24%, dan 96 jam antara
71.81-74.68%, sedangkan pada TK setelah 24, 48, 72, dan 96 jam inkubasi
masing-masing sebesar 35.17%, 55.23%, 75.06%, dan 81.15%. PKb isolat M5

setelah 24 jam inkubasi antara 34.42-35.87%, 48 jam antara 46.70-51.63%, 72
jam antara 66.13-71.73%, dan 96 jam antara 79.29-83.30%, sedangkan pada TK
setelah 24, 48, 72, dan 96 jam inkubasi masing-masing sebesar 35.65%, 55.65%,
72.65%, dan 83.58%. PKb isolat M8 setelah 24 jam inkubasi antara 34.8636.67%, 48 jam antara 47.22-51.90%, 72 jam antara 68.03-72.96%, dan 96 jam
antara 79.52-84.91%, sedangkan pada TK setelah 24, 48,72, dan 96 jam inkubasi
masing-masing 35.46%, 55.87%, 71.79%, dan 81.90%. Jadi pengaruh media
perlakuan TK tidak berbeda dengan pengaruh media perlakuan lainnya terhadap
PKb isolat M1, M5, dan M8 pada media PSA.
Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa kandungan
C-organik, N-total, rasio C:N, kandungan lignin dan selulosa semua media
perlakuan berkorelasi negatif terhadap populasi T. harzianunt pada minggu ke-1,
ke-5, dan ke-8.
Kata kunci: Trichoderma harzianum, viabilitas, serasah dam, tanah

OHak Cipta milik IPB tahun 2009
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh katya tulis ini tanpa nzencantzrnzkan
atau nzenyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untulc kepentingair pendidikan,
penelitian, penulisan katya ilmiah, penyusunan laporan, penulzsan iiritik atazr

tinjazran suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidalc merugilcan kcepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh katya ttrlis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

VIABILITAS Trichodevnza harzianum Rifai PADA BEBERAPA
JENIS SERASAH DAN TANAH

DARUSSALIM

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Mayor Mikrobiologi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009


LEMBAR PENGESAHAN
Judul Tesis

: Viabilitas Trichoderma harzianum Rifai pada Beberapa Jenis
Serasah dan Tanah

Nama

: Darussalim

NRP

: G351070191

Disetujui
Komisi Pembimbing

/

/ . I. Sudirman

Dr. Ir. Llsdal
Ketua

Dr. Okkv Setvawati Dharma~utra
Anggota

Diketahui :
..-

Ketua Mayor Mikrobiologi

Tanggal Ujian : 14 Agustus 2009

Tanggal Lulus :

0 2 S EP 2009

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam
penelitian ini ialah Viabilitas Trichoderma harzianum Rifai pada Beberapa Jenis
Serasah dan Tanah. Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari 2009 sampai
dengan bulan April 2009.
Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya temtama kepada Pembimbing, yaitu Dr. Ir. Lisdar I. Sudirman
dan Dr. Okky Setyawati Dharmaputra yang telah banyak memberikan arahan,
bimbingan dan saran selama penulis menempuh studi S2. Terima kasih penulis
sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Meity S. Sinaga selaku Penguji Luar Komisi yang
telah banyak memberikan koreksi dan arahan untuk perbaikan tesis.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Departemen
Agama Republik Indonesia yang telah mengadakan kerjasama program beasiswa
pascasarjana dengan Institut Pertanian Bogor. Selanjutnya ungkapan telima kasih
juga disampaikan kepada Ayahanda (almarhum) H. Rajali, Ibunda Hj. Siti
Rahrnah, Ayahanda dan Ibunda mertua Sofyan Dt. Sinarosati dan Ridasmar
Dahlan, Isteriku Zulhima S.Pd dan anak-anak tercinta Muhammad Raihan
Pratama Salim dan Salsabila Salim atas do'a, pengorbanan dan kasih sayangnya.
Serta teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan tesis penelitian ini. Semoga
budi baiknya mendapat imbalan dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempuma, oleh karena itu
kritik dan saran sangat diharapkan. Demikian karya iliniah ini kami susun semoga
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor,

Agustus 2009

Darussalim

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Durian pada tanggal 8 Mei 1972 dari ayah
(Almarhum) H. Rajali dan ibu Hj. Siti Rahmah. Penulis nlerupakan putra ketujuh
dari sembilan bersaudara.
Pendidikan dasar penulis selesaikan di Sekolah Dasar Inpres 105341 Desa
Durian tahun 1985, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Negeri Pantai
Labu tahun 1988, kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di
SMA Negeri Lubuk Pakam dan lulus pada tahun 1991. Pada tahun yang sama,
penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan Tadris Biologi, Fakultas Tarbiyah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatera Utara dan lulus pada tahun 1997.
Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana, penulis menjadi guru di
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Medan Sumatera Utara sampai sekarang.
Selanjutnya pada tahun 2001, penulis mendapatkan kesempatan beasiswa untuk
melanjutkan pendidikan di Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Negeri Medan (UNIMED) Medan
dan lulus pada tahun 2004. Pada bulan Juli tahun 2007 penulis mendapat
beasiswa melanjutkan pendidikan pada Program Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor dengan mengambil Mayor Mikrobiologi dan dinyatakan lulus pada
tanggal 14 Agustus 2009.

Bogor,

Agustus 2009

Darussalim

DAFTAR IS1
DAFTAR TABEL ........................................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
PENDAHULUAN ........................................................................................
Latar Belakang ....................................................................................
Tujuan ..................................................................................................
Manfaat ...............................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
Biologi T. harzianum ...........................................................................
Potensi T. harzianum sebagai Agens Pengendali Hayati .....................
Persistensi T. harzianum ......................................................................
Dekomposisi Serasah ...........................................................................
BAHAN DAN METODE ............................................................................
Waktu dan Tempat ...............................................................................
Penyiapan Media Perlakuan ................................................................
Perbanyakan T. harzianum ..................................................................
Introduksi Konidium T harzianum ke dalam Media Perlakuan ..........
Populasi T harzianum dari Masing-masing Media Perlakuan ............
Pertumbuhan. Jumlah Konidium. dan Persentase Perkecambahan
Konidium T. harzianum ......................................................................
Penentuan Kandungan C.organik. N.total. Rasio C.N. Lignin. dan
Selulosa ................................................................................................
Analisis Data ........................................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................
Populasi T. harzianum pada Media Perlakuan .....................................
Pertumbuhan T harzianum pada Media PSA ......................................
Produksi Konidium T. harzianum pada Media PSA ...........................
Perkecambahan Konidium T Izarzianum ............................................
Kandungan C.organik, N.total. dan Rasio C:N ...................................
Kandungan Lignin-dan Selulosa .........................................................
SIMPULAN DAN SARAN ..........................................................................
DAFTAR PUSTAKA

...................................................................................

...

Xlll

DAFTAR TABEL
Halaman
Populasi T. harzianum (x103 kolonitg) pada keeinpat kelompok media
yang dihitung setiap minggu selama inkubasi ........................................

16

Hasil analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
populasi T. harzianum selama 8 minggu inkubasi .................................

17

Pertumbuhan isolat minggu ke-1 (MI), ke-5 (MS), dan ke-8 (M8) dari
semua media perlakuan pada media PSA yang diamati pada hari ke-1
(HI), ke-2 (H2), dan ke-3 (H3) ...........................................................

22

Produksi konidium isolat MI, M5, dan M8 dari semua media
perlakuan pada media PSA .....................................................................

23

Hasil analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
produksi konidium isolat MI, M5, dan M8 pada media PSA ................

24

Perkecambahan konidiuin isolat MI, M5, dan M8 dari semua media
perlakuan setelah 24,48, 72, dan 96 jam inkubasi dalam akuades .......

25

Hasil analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap PKb
isolat MI, M5, dan M8 setelah 24,48, 72, dan 96 jam inkubasi dalam
akuades....................................................................................................

26

Kandungan C-organik, N-total, rasio C:N, kandungan lignin dan
selulosa semua media perlakuan pada minggu ke-1, ke-5, dan

xii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Koloni T. harzianum setelah 6 hari inkubasi pada media PSA pada
suhu kamar dan foto mikrograf T. harzianum (400 x) .......................

5

Populasi T. harzianum pada berbagai kelompok perlakuan setelah
diinkubasi beberapa minggu ke dalam media perlakuan .....................

17

Populasi T. harzianum pada berbagai serasah setelah diinkubasi
beberapa minggu ke dalam media perlakuan ......................................

18

Populasi T. harziantlm pada berbagai tanah yang mengandung
serasah yang telah terdekomposisi setelah diinkubasi beberapa
minggu ke dalam media perlakuan .....................................................

19

Populasi T. harzianum pada berbagai campuran dari masing-masing
media kelompok pertama dan kedua...................................................

19

Morfologi konidium T. harzianum, konidium yang mulai
berkecambah setelah 24,48,72, dan 96 jam, dan tabung kecambah

27

Kandungan lignin semua inedia perlakuan pada minggu ke-1, ke-5,
dan ke-8 setelah diintroduksi T. harzianum ........................................

31

Kandungan selulosa semua media perlakuan pada minggu ke-1,
ke-5, dan ke-8 setelah diintroduksi T. harzianum ...............................

31

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Komposisi media Potato Sucrose Agar (PSA) ...............................

40

2 Temperatur, kelembaban relatif, dan curah hujan harian (mm)
pada bulan Januari, Februari, dan Maret tahun 2009 ......................

41

3 Kandungan C-organik dan N-total semua media perlakuan pada
minggu ke-1, ke-5, dan ke-8 setelah introduksi T. harzianum ........

44

4 Nilai rasio C:N (%) semua media perlakuan pada minggu ke-1,
ke-5, dan ke-8 setelah introduksi T. harzianum ..............................

45

5 Hasil analisis kandungan lignin (%) dan selulosa (%) semua
media perlakuan pada minggu ke-1, ke-5, dan ke-8 setelah
introduksi T. harzianum ............................................................

46

6 pH semua media perlakuan sejak tninggu ke-1 sampai dengan
minggu ke-8 setelah introduksi T. harziantim ...............................

47

7 Populasi T. harzianum (x10' koloniig) pada keempat kelompok
media yang dihitung setiap minggu selaina inkubasi .....................

48

8 Pertumbuhan isolat MI, M5, dan M8 dari semua media perlakuan
pada media PSA yang diamati pada hari ke-1 (HI), ke-2 (H2),
dan ke-3 (H3) .................................................................................

49

9 Jumlah konidium isolat MI, M5, dan M8 dari seinua media
perlakuan pada media PSA .............................................................

52

10 Perkecambahan konidium (%) isolat MI, M5, dan M8 dari semua
media perlakuan pada media PSA setelah 24, 48, 72, dan 96 jam
inkubasi dalam akuades..............................................................

55

11 Analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
populasi T. harzianum pada minggu ke-1 inkubasi ......................

59

12 Analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
populasi T. harzianum pada minggu ke-2 inkubasi .......................

59

13 Analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
populasi T. harzianum pada minggu ke-3 inkubasi ......................

59

14 Analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
populasi T. harzianum pada minggu ke-4 inkubasi .......................
15 Analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
populasi T. harzianum pada minggu ke-5 inkubasi .......................
16 Analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
populasi 7: harzianum pada minggu ke-6 inkubasi ......................
17 Analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
populasi T. harzianum pada minggu ke-7 inkubasi .......................
18 Analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
populasi T. harzianum pada minggu keg inkubasi ......................

19 Analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
pertumbuhan isolat MI pada media PSA pada hari ke-1 (HI) ......
20 Analisis ragam pengamh semua media perlakuan terhadap
pertumbuhan isolat MI pada media PSA pada hari ke-2 (H2) ......
21 Analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
pertumbuhan isolat M1 pada media PSA pada hari ke-3 (H3) ......
22 Analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
pertumbuhan isolat M5 pada media PSA pada hari ke-1 (HI) ......
23 Analisis ragam pengaruh semua inedia perlakuan terhadap
pertumbuhan isolat M5 pada media PSA pada hari ke-2 (H2) ......
24 Analisis ragam pengaruh semua inedia perlakuan terhadap
pertumbuhan isolat M5 pada media PSA pada hari ke-3 (H3) ......
25 Analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
pertumbuhan isolat M8 pada media PSA pada hari ke-1 (HI) ......
26 Analisis ragam pengamh semua media perlakuan terhadap
pertumbuhan isolat M8 pada media PSA pada hari ke-2 (H2) ......
27 Analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
pertumbuhan isolat M8 pada media PSA pada hari ke-3 (H3) ......
28 Analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap jumlah
konidium isolat M1 pada media PSA ..........................................

62

29 Analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
jumlah konidium isolat M5 pada media PSA ................................
30 Analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
jumlah konidium isolat M8 pada media PSA ................................
31 Analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
perkecambahan konidium isolat M1 setelah 24 jam inkubasi ......
32 Analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
perkecambahan konidium isolat M1 setelah 48 jam inkubasi ......
33 Analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
perkecambahan konidium isolat MI setelah 72 jam inkubasi ......
34 Analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
perkecambahan konidium isolat M1 setelah 96 jam inkubasi ......
35 Analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
perkecambahan konidium isolat M5 setelah 24 jam inkubasi ......
36 Analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
perkecambahan konidium isolat M5 setelah 48 jam inkubasi ......
37 Analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
perkecambahan konidium isolat M5 setelah 72 jam inkubasi ......
38 Analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
perkecambahan konidium isolat M5 setelah 96 jam inkubasi ......
39 Analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
perkecambahan konidium isolat M8 setelah 24 jam inkubasi ......
40 Analisis ragam penga~uh semua media perlakuan terhadap
perkecambahan konidium isolat M8 setelah 48 jam inkubasi ......
41 Analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
perkecambahan konidium isolat M8 setelah 72 jam inkubasi ......
42 Analisis ragam pengaruh semua media perlakuan terhadap
perkecambahan konidium isolat M8 setelah 96 jam inkubasi ......
43 Uji korelasi Pearson C-organik, N-total, rasio C:N, kandungan
lignin dan selulosa semua media perlakuan terhadap populasi T.
harzianum pada minggu ke-1 .........................................................

xvi

44 Uji korelasi Pearson C-organik, N-total, rasio C:N, kandungan
lignin dan selulosa sernua media perlakuan terhadap populasi T.
harzianum pada minggu ke-5 .........................................................

65

45 Uji korelasi Pearson C-organik, N-total, rasio C:N, kandungan
lignin dan selulosa semua media perlakuan terhadap populasi T
harzianum pada rninggu ke-8 ........................................................

65

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam upaya pengendalian berbagai penyakit pada tanaman hortikultura
maupun hutan tanaman industri terutama yang disebabkan cendawan patogen
tanaman, petani menggunakan pestisida kimia yang berlebihan untuk
mengendalikannya. Adiyoga et al. (1997) melaporkan bahwa 62-93% petani
responden melakukan penyemprotan pestisida (termasuk fungisida) secara rutin
3-7 hari sekali dan inelakukan pencampuran 2-4 jenis pestisida. Penggunaan
fungisida kimia yang berlebihan dan kurang bijaksana akan menimbulkan
pengaruh negatif terhadap keseimbangan ekosistem dan kesehatan manusia seperti
berkembangnya patogen yang resisten terhadap fungisida, kemunglunan
terjadinya penurunan kualitas genetik dalam populasi, dan berbahaya bagi
organisme yang bukan sasaran (Benitez et al. 2004), pencemaran lingkungan,
serta dapat meningkatkan biaya produksi mencapai 30-50% dari total biaya
produksi (Koster 1990). Oleh karena itu perlu dicari altematif teknologi
pengendalian cendawan patogen tanaman untuk menekan penggunaan fungisida
kimia.
Altematif pengendalian yang dapat dikembangkan adalah penggunaan
mikroorganisme seperti cendawan antagonis sebagai agens pengendali hayati
(biological control agents). Sitepu (1993) melaporkan bahwa dalam konsep
pengendalian hama terpadu (PHT), pemanfaatan agens pengendali hayati
merupakan teknik pengendalian yang perlu diutamakan, yang dalam aplikasinya
hams kompatibel dengan pengendalian lainnya. Selain itu penggunaan
mikroorganisme untuk pengendalian hayati relatif lebih aman, tidak terakumulasi
dalam rantai makanan, pemakaiannya tidak berulang-ulang, dapat dikombinasikan
dengan teknik pengendalian lain yang bukan bahan kimia dan tidak terjadi
resistensi pada organisme sasaran (Suwanto & Tjahjoleksono 1993).
Cendawan antagonis yang sudah dilaporkan berpotensi sebagai agens
pengendali hayati untuk menekan berbagai cendawan patogen terbawa tanah,
diantaranya adalah Trichoderma spp. (Cook & Baker 1988; Handelsman & Stabb
1996). Trichoderma spp. merupakan agens pengendali hayati yang telah dikenal

luas, terdapat dimana-mana, mudah diisolasi dari tanah, kayu membusuk dan
organ lain dari bahan organik tanaman, mudah dikulturkan, pertumbuhannya
cepat, menyerang patogen tanaman pada kisaran yang luas, dan jarang patogenik
pada tanaman (Howell 2003).
Salah satu spesies Trichoderma yang dilaporkan efektif sebagai agens
pengendali hayati patogen terbawa tanah pada berbagai tanaman adalah

Trichoderma harzianum (Elad et al. 1980). Aplikasinya telah banyak dilaporkan
pada skala laboratorium, sedangkan di lapangan

belum banyak dilaporkan.

Trichoderma harzianum dapat inengendalikan cendawan patogen tanaman seperti
Fusarium oxysporum dan Alternaria porri pada bawang merah (Imtiaj & Lee
2008), Sclerotium rolfsii dan Aspergillt~sj7avuspada kacang tanah (Dharmaputra

et al. 2003; Kuswinanti 2006; Gachomo & Kotchoni 2008), d m Rhizoctonia
solani Kuhn. pada akasia (Umarella 2006).
Persistensi agens pengendali hayati yang rendah dan hasilnya yang tidak
konsisten setelah aplikasi di lapangan

merupakan faktor pembatas dalam

penggunaannya sebagai agens pengendali hayati patogen terbawa tanah. Gachomo
dan Kotchoni (2008) melaporkan bahwa T. lzarzinnum mampu mengendalikan

Fusarium sp. 53.5%, Aspergillus Jlavus 22.8%, Aspergilltrs parasiticus 22.8%,
Aspergillus ochraceous 5.2%, dan Aspergillus niger 82.8%. Di lapangan, populasi
galur Trichoderma dipengaruhi faktor biotik dan abiotik lingkungan seperti jenis
tanah, sinar matahari, kelembaban, suhu, pH, salinitas, kandungan besi, aplikasi
pestisida, jenis sisa tanaman, kandungan bahan organik, senyawa metabolit
tanaman, dan keberadaan mikroorganisme lain di dalam tanah (Gardner & Storey
1977, Kredics et al. 2003). Tanaman bawang merah menghasilkan senyawa
metabolit berupa isotiosianat yang terakumulasi dalam konsentrasi tinggi di lahan
pertanaman (Inyang et al. 1999). Hasil penelitian Sudirman et al. (2008)
menunjukkan bahwa serasah daun dan tanah yang mengandung serasah bawang
merah yang telah terdekomposisi dapat menurunkan populasi dan menghambat
pertumbuhan Beauveria bassiana (Bals.) Vuill. Selain itu efektifitas pengendalian
hayati juga bergantung pada galur agens pengendali hayati, metode dan strategi
dalam mengintroduksikan dan mengaktifkan rnikroorganisme tersebut dalam
berasosiasi dengan tanaman (Cook & Baker 1988).

Mengingat persistensi T. harzianum

yang sangat rendah

dan tidak

konsisten, serta data pengaruh serasah tanaman terhadap viabilitas T. harzianum
belum banyak dilaporkan, maka perlu dilakukan penelitian tentang viabilitas

T. harzianum pada beberapa jenis serasah tanaman seperti akasia, bawang merah,
kacang tanah, dan tanah yang mengandung serasah yang telah terdekomposisi dari
masing-masing tanaman tersebut.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari viabilitas T. harzianum TBPH
pada beberapa jenis serasah tanaman seperti akasia, bawang merah, kacang tanah,
dan tanah yang mengandung serasah yang telah terdekomposisi dari masingmasing tanaman tersebut.

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat inemberikan infomasi tentang
viabilitas T. harzianum TBPH serta waktu yang tepat dan efektif ketika
diaplikasikan di lapangan terutama pada tananan akasia, bawang merah, dan
kacang tanah.

TINJAUAN PUSTAKA
Biologi T. knrziaizzc~~z
Trichoderma harzianum termasuk ke dalam kelas Deuteromycetes, famili
Moniliaceae, ordo Moniliales (Alexopolous
harzianum termasuk imperfect fungi

&

Mims 1996). Trichoderma

(cendawan tidak sempurna), tingkat

anamorfnya Hypocrea dan tidak mengenal tingkat teleomorf (Barnet & Hunter
1999; Monte 2001). Koloni T. harzianum yang ditumbuhkan pada media Potato
Sucrose Agar (PSA) memiliki pertumbuhan yang cepat, setelah 3-4 hari inkubasi
pada suhu kamar (27 OC) mampu memenuhi cawan Petri (7-9 cm), pertumbuhan
hifa datar dan membentuk daerah melingkar yang benvarna hijau terang sampai
gelap, kemudian koloni menjadi seperti beludru sampai menjadi tepung dan
membentuk cincin konsentris (Gambar la). Pada media Czapek Yeast Extract
Agar (CYA) dan Malt Extract Agar (MEA) pada umumnya koloni tumbuh
memenuhi cawan Petri, bentuk garis melingkar jelas dengan miselium benvarna
putih sampai kuning, sedangkan koloni pada media 25% Glycerol Nitrate Agar
(G25N) tumbuh lambat yaitu berdiameter kurang dari 5 mm (Pitt & Hocking
1997).
Trichoderma harzianum memiliki hifa bersekat, hercabang, dindingnya
halus, hialin, berukuran 1.5-12 pm, konidiofor tegak, bercabang, bentuknya
verticillate, menyangga fialid, fialid ampulliform (berbentuk botol), berukuran
3.5-7.5 x 2.5-3.8 pm. Konidium kecil, berbentuk bulat atau lonjong, berukuran
2.7-3.5 x 2.1-2.6 pm, dindingnya halus, benvarna subhialin sampai hijau muda
dan berkumpul pada bagian ujung fialid (Gambar lb) (Rifai 1969; Pitt & Hocking
1997; Fisher & Cook 1998; Gams & Bissett 1998).
Pada kondisi laboratorium, T. harzianum tumbuh pada pH 2-7 dan optimum
pH 4 dengan suhu sekitar optimum 30

OC

dan maksimum kurang dari 36

OC

(Domsch et al. 1980; Kredics et al. 2003). Sebaliknya, pada suhu 37 OC tidak ada
pertumbuhan (Pitt & Hocking 1997). Di lapangan, populasi T. harzianum
dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan seperti jenis tanah, kelembaban,
suhu, pH, C02, HCO-, kandungan garam, besi, aplikasi pestisida, sinar matahari,
jenis sisa tanaman, kandungan bahan organik, senyawa metabolit tanaman, dan

keberadaan mikroorganisme lain di dalam tanah (Gardner & Storey 1977;
Papavizas 1985; Kredics et al. 2003).
Pertumbuhan T. harzianum dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan di
dalam tanah, seperti pH tanah yang tinggi dapat mendegradasi beberapa antibiotik
yang dihasilkan oleh T. harzianum (Delgado et al. 2000), suhu yang tingg
menghambat pertumbuhan hlfa (Pitt & Hocking 1997), dan logam berat seperti
besi, seng, nikel, dan kobal bersifat toksik pada konsentrasi yang tinggi (Benitez
et al. 2004). Triclzoderma harzianum toleran terhadap pestisida hmia sehingga
dapat dikombinasikan dalam pengendalian patogen tanaman (Benitez et al. 2004),
dan toleran terhadap beberapa senyawa metabolit sekunder tanaman (Klein &
Eveleigh 1998).

Gambar 1 Koloni T. harzianum setelah 6 hari inkubasi pada media PSA pada
suhu kamar (a) dan foto mikrograf % lzarzianum (400x) (b) (Foto:
Darussalim 2009)
Potensi T.Izarzianum Sebagai Agens Pengendali Hayati

Pengendalian hayati suatu patogen tanaman merupakan serangkaian
tindakan menggunakan satu atau lebih mikroorganisine antagonis baik dalam
bentuk aktif maupun dorman untuk mengurangi kepadatan atau menekan aktivitas
patogen, sedangkan mikroorganisme antagonis yang menekan patogen disebut

agens pengendali hayati (Pal & Gardener 2006). Menurut Monte (2001) agens
pengendali hayati bekerja dengan beberapa cara yaitu (1) agens pengendali hayati
tumbuh sangat cepat atau menggunakan sumber nutrisi secara efisien
dibandingkan patogen, (2) melepaskan suatu produk yang dapat menekan atau
membunuh patogen, (3) menginduksi ketahanan tanaman terhadap patogen, dan
(4) membunuh patogen secara langsung (parasitisme).
Aplikasi pengendalian hayati di lapangan dapat dilakukan melalui

(1) praktik budidaya dan pengelolaan habitat dengan menciptakan suatu
lingkungan yang sesuai bagi organisme antagonis, (2) pemuliaan tanaman untuk
meningkatkan resistensi tanaman terhadap patogen, dan (3) introduksi massal satu
atau lebih organisme antagonis (Papavizas 1985; Cook & Baker 1988).
Trichoderma harzianzrm merupakan agens pengendali hayati yang efektif

terhadap berbagai cendawan patogen terbawa tanah antara lain S. rolfsii dan

R. solani (Elad et al. 1980), Verticilliunz dahliae (Chet & Inbar 1994),
Drechslera sorokiniana, Fusarium moniliforme, Fusarium cttlmortrnz dan
Gaeumannomyces graminis var. tritici (Kucuk & Kivanc 2002),

A. flavus

(Dharmaputra et al. 2003), Alternaria alternata (Sempere & Santamarina 2007),
Fusarium solani f. sp. phaseoli (Abeysinghe 2007), Sclerotinia sclerotiorum

(Akrami et al. 2008), A. porri (Nur 2005; Imtiaj & Lee 2008), dan F. oqsportrm

f. sp. ciceri (Jayalakshmi et al. 2009).
Keunggulan spesies Trichodernza seperti T harzianttm sebagai agens
pengendali hayati karena cendawan ini mampu beradaptasi pada kondisi yang
tidak menguntungkan, kapasitas reproduksi tinggi, efisien dalam menggunakan
nutrisi, mampu memodifikasi daerah rizosfir, unggul menekan cendawan patogen
tanaman, dan efisien merangsang pertumbuhan tanaman (Benitez et al. 2004).
Disamping itu ada beberapa faktor yang menyebabkan spesies Trichoderma
banyak digunakan sebagai agens pengendali hayati yaitu (1) patogen tidak resisten
terhadap produk agen pengendali hayati, (2) tidak berbahaya bagi kesehatan
manusia, (3) tidak berbahaya bagi lingkungan, (4) tidak meninggalkan residu, (5)
kisaran spesies patogen yang diserang luas dan bervariasi, (6) pertumbuhan di
tanah sangat cepat, serta (7) membantu tanaman inang dalam pengambilan nutrisi
dari lingkungan (Nederhoff 2001).

Mekanisme antagonis T. harzianum sangat kompleks dan bervariasi dalam
menekan cendawan patogen dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Howell
(2003) mengemukakan bahwa reaksi antara T. harzianum dengan berbagai inang
cendawan mendasari perbedaan mekanisme antagonis. Mekanisme antagonis

T. harzianum meliputi kompetisi (Delgado et al. 2004; Ozbay & Newman 2004),
rnikoparasitisme (Limon et al. 1999), antibiosis (Howell 2003; Benitez et al.
2004), dan induksi ketahanan (Howell 2003).
Kondisi kelaparan umumnya menyebabkan kematian mikroorganisme,
terutama pada kondisi nutrisi yang sangat terbatas antara agens pengendali hayati
dengan cendawan patogen. Trichoderma harziantlm mampu berkompetisi dengan
cendawan patogen dalam pengambilan oksigen, air, nutrisi, dan ruang untuk
kelangsungan hidup (Cook & Baker 1988). Tjamos et al. (1992) melaporkan

T. harzianum T35 mampu berkompetisi dengan F. oxysporum dalam pengambilan
nutrisi dan berkolonisisasi di daerah i-izosfir.
Mikoparasitisme merupakan salah satu mekanisme antagonis T. harziantmz
terhadap cendawan patogen. Prosesnya sangat kompleks ineliputi pengenalan
terhadap hifa inang, penempelan, penetrasi pada dinding sel inang dengan
menghasilkan enzim pendegradasi dinding sel seperti kitinase, glukanase,
protease, dan terakhir membunuh sel inang patogen dengan cara mengambil isi
hifa sebagai sumber nutrisi (Benitez et al. 2004). Trichoderma Izarziantcin
~nenghasilkanenzim Chit33 kitinase yang menghambat pertumbuhan R. solani
(Limon et al. 1999). Enzim kitinase dan a-1,3-glukanase yang dihasilkan

T. harziantlm galur T24 menghainbat cendawan patogen tanaman S. rolfsii
(El-Katatny et al. 2001). Mekanisme antagonis lainnya dari T. harziantlm
terhadap cendawan patogen adalah antibiosis. Antibiosis merupakan proses
sekresi senyawa antimikroba oleh cendawan antagonis nntuk menekan dan atau
membunuh cendawan patogen (Schirmbock et al. 1994). Benitez et al. (2004)
mengemukakan bahwa banyak isolat T. harzianum yang memproduksi antibiotik
pyrone yang efektif menekan Gaeumannomyces graminis var. tritici.
Mekanisme induksi ketahanan secara molekuler dapat meningkatkan
konsentrasi metabolit dan enzim yang berhnbungan dei~gan mekanisme
pertahanan pada tanaman, seperti enzim phenyl-alanine ammonio-lyase (PAL)

dan chalcone synthase (CHS), yang meliputi biosintesis phytoalexins (HR
response), kitinase, dan glukanase (Benitez et al. 2004). Harrnan et al. (2004a)

mengemukakan bahwa mekanisme induksi ketahanan berhubungan dengan
mikoparasitisme dan antibiosis. Harrnan et al. (2004b) melaporkan bahwa aplikasi
T. harzianum T22 pada tanaman jagung dapat meningkatkan pertumbuhan

tanaman secara signifikan, cendawan ini mampu menekan dan mengendalikan
patogen pada akar dan daun tanaman melalui induksi ketahanan, mengubah
komposisi mikroflora di daerah perakaran, meningkatkan penyerapan nutrisi,
meningkatkan solubilitas nutrisi tanah, meningkatkan perkembangan akar,
meningkatkan jumlah rambut akar, serta kedalaman perakaran. Selain itu,

T. harzianum yang diaplikasikan pada tanaman lettuce mampu meningkatkan
berat segar bibit dari 1.61 g/m2 inenjadi 15 g/m2 (Bal & Altintas 2008). Induksi
ketahanan penting bagi tanaman agar tanaman resisten terhadap toksin yang
dihasilkan oleh mikroflora tanah atau induksi akibat aktivitas manusia seperti
fungisida, logam berat, dan sekresi oleh berbagai faktor seperti antibiotik dan
enzim pendegradasi dinding sel.

Persistensi T. harzianu~~t

Kemampuan agens pengendali hayati untuk dapat bidup dan bertahan di
lingkungan merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan pengendalian
hayati. Propagul cendawan antagonis yang meiniliki persistensi yang baik akan
mempunyai peluang yang lebih besar untuk bisa kontak dan menimbulkan
penyakit pada cendawan patogen terbawa tanah.
Trichoderma harzianum memiliki persistensi yang lebih baik pada media

buatan di laboratorium daripada di lapangan, karena kondisi lingkungan di
laboratorium dapat disesuaikan dengan kebutuhan cendawan. Sedangkan kondisi
lingkungan di lapangan tidak dapat diperkirakan secara tepat, sehingga
persistensinya sangat rendah dan menjadi faktor pembatas dalam penggunaan
cendawan ini sebagai agens pengendali hayati. Kondisi lingkungan tersebut
meliputi jenis tanah, sinar matahari, kelembaban, suhu, pH, salinitas, aplikasi
pestisida, jenis sisa tanaman, kandungan bahan organik, organisme di dalam
tanah, dan senyawa metabolit tanaman (Gardner & Storey 1977; Kredics et al.

2003). Selain itu persistensi agens pengendali hayati juga bergantung pada metode
dan strategi dalam inengintroduksikan dan mengaktifkan agens tersebut dalam
berasosiasi dengan tanaman (Cook & Baker 1988).
Tanaman seperti akasia, bawang merah, dan kacang tanah adalah jenis-jenis
tanaman yang mengandung bahan kimia yang berbeda, ha1 ini sangat besar
pengaruhnya terhadap persistensi agens pengendali hayati. Bawang merah
menghasilkan senyawa metabolit tanaman berupa senyawa isotiosianat yang
terakumulasi dalam konsentrasi tinggi di lahan pertanaman (Inyang et al. 1999;
Klingen et al. 2001). Sudirman et al. (2008) melaporkan bahwa serasah daun dan
tanah yang mengandung serasah bawang merah yang telah terdekomposisi dapat
menurunkan populasi dan inenghambat pertumbuhan Beauvevia bassiana (Bals.)
Vuill.
Kacang tanah merupakan jenis tanaman yang banyak mengandung unsur
nitrogen dan mampu bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium dalam ha1
memfiksasi nitrogen. Unsur nitrogen merupakan unsur yang sangat dibutuhkan
oleh semua mikroorganisme termasuk cendawan berfungsi dalam proses sintesis
protein dalam sel. Sedangkan akasia merupakan tanaman hutan industri yang
mengandung selulosa dan lignin yang sangat tinggi. Menurut Rohiani (1996)
kandungan lignin pada serasah daun akasia umur 2 dan 3 tahun masing-masing
sebesar 45.82% dan 45.85%,

sedangkan kandungan selulosa masing-masing

sebesar 51.36% dan 51.45%.
Pada penelitian ini serasah tanaman akasia, bawang merah, dan kacang
tanah dijadikan media perlakuan, karena di lapangan serasah tanaman banyak
digunakan sebagai pupuk organik dengan cara dibenamkan kembali ke dalam
tanah seperti pada bawang merah dan kacang tanah. Sedangkan pada pohon akasia
serasahnya dibiarkan berada di permukaan tanah dan menutupi lantai hutan.
Apabila agens pengendali hayati diaplikasikan di lapangan, maka agens
pengendali hayati juga akan terintroduksi ke dalam serasah tanaman sehingga
kandungan senyawa bahan kimia pada serasah akan berpengaruh terhadap agens
pengendali hayati. Hasil yang diperoleh

dari penelitian ini dapat dijadikan

sebagai indikator untuk mengetahui persistensi dan viabilitas T. harzianum jika
diaplikasikan di lapangan.

Dekomposisi Serasah
Serasah merupakan bahan organik yang berasal dari tumbuhan yang
terdapat di atas permukaan tanah dan tersusun dari bahan-bahan yang telah mati
(Spurr & Burton 1980 dalam Hilwan 1993). Pada dasarnya proses dekomposisi
serasah melibatkan berbagai mikroorganisme tanah yang mampu mendaur ulang
nutrisi ke dalam lingkungan (Kunito & Nagaoka 2009). Mikroorganisme tanah
yang memilih peranan paling dominan sebagai dekomposer adalah cendawan
(Moore & Landecker 1996).
Proses

dekomposisi yang

dilakukan

cendawan mencakup

proses

pembusukan bahan organik yang dimulai dengan sekresi enzim ekstraseluler
yang mampu menghidrolisis molekul kompleks berukuran besar menjadi molekul
yang lebih kecil sehingga dapat dimanfaatkan oleh organisme lain (Irawan et al.
2008). Prosesnya dapat berlangsung beberapa bulan bahkan bertahun-tahun
sanpai bahan organik tersebut menjadi humus, dan akhirnya inenjadi tanah (Dix
& webster 1995).

Selama proses dekomposisi aktivitas cendawan dipengaruhi oleh rasio C:N,
kualitas substrat, komposisi kimia bahan organik, biomassa mikroorganisme
dalam serasah, dan berbagai faktor lingkungan seperti pH, suhu, dan kelembaban
tanah (Pometto & Crawford 1986; Broder &Wagner 1988). Menurut Moore dan
Landecker (1996) rasio C:N merupakan petunjuk terpenting dalam dekomposisi,
karena rasio C:N menjelaskan tingkat pertumbuhan mikroorganisme dan jumlah
dekotnposisi bahan organik yang terjadi. Nitrogen sangat penting bagi
mikroorganisme untuk sintesis protoplasma, sedangkan ketiadaan nitrogen akan
menghambat cendawan dalam mendekomposisi karbon. Disamping itu, kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan seperti pH asam, kelembaban, dan suhu
yang rendah menghambat aktivitas cendawan dalam mendekomposisi bahan
organik seperti lignin dan selulosa (Donnelly et al. 1990). Dengan demikian,
biomassa cendawan berhubungan erat dengan dekomposisi yang terjadi pada
serasah tanaman yang dijadikan sebagai substrat. Semakin tinggi tingkat
dekomposisi dan ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan cendawan, maka semakin
tinggi pertumbuhan biomassa cendawan di dalam serasah (Suberkropp 2001).

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Ternpat
Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Biokimia Pusat
Penelitian Studi Hayati dan Bioteknologi (PPSHB) Institut Pertanian Bogor (IPB)
Darmaga Bogor, dari bulan Januari 2009 sarnpai dengan April 2009. Untuk
penentuan kandungan C-organik dan N-total dilaksanakan di Services Laborato~y
SEAMEO BIOTROP Bogor, sedangkan penentuan kandungan lignin dan selulosa
dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Petemakan IPB Darmaga Bogor.

Penyiapan Media Perlakuan
Media perlakuan terdiri dari sepuluh perlakuan dengan masing-masing tiga
ulangan. Media perlakuan dikelompokkan menjadi empat kelompok. Kelompok
pertama ( K1) terdiri dari jenis serasah: akasia (SA), bawang merah (SB), dan
kacang tanah (SK). Serasah dipotong dengan ukuran 2-3 cm, kemudian
dikeringanginkan pada suhu kamar di laboratorium selaina 7 hari. Kelompok
kedua (K2) yaitu tanah yang mengandung masing-masing jenis serasah pada K1
yang telah terdekomposisi yaitu akasia (TAD), bawang merah (TBD), dan kacang
tanah (TKD). Tanah diambil dengan kedalaman lapisan olah yaitu kurang lebih 15
cm dari permukaan tanah. Kelompok ketiga (K3) yaitu campuran masing-masing
media K1 dan K 2 dengan perbandingan 1:1. Kelompok keempat (TK) adalah
tanah alami sebagai kontrol. SA dan TAD diperoleh dari hutan akasia kampus IPB
Darmaga Bogor, SB dan TBD dari lahan pertanaman bawang merah di Brebes
Jawa Tengah, SK dan TKD dari lahan pertanaman kacang tanah di desa Babakan
Darmaga Bogor. TK adalah tanah alami sebagai kontrol diperoleh dari tanah
permukaan yang ditumbuhi rerumputan di belakang gedung Gimnasium kampus
IPB Darmaga Bogor. Masing-masing jenis media dimasukkan ke dalam kantong
plastik polybag hitam (500 gikantong), kemudian diletakkan di lahan terbuka di
kebun percobaan PPSHB IPB Darmaga Bogor hingga 8 minggu.

Perbanyakan T. harziaizuitt
Isolat TBPH adalah T. harzianum Rifai diperoleh dari Balai Penelitian dan
Pengembangan PT Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP) Riau, dan telah
diidentifikasi sampai spesies oleh Dr. Okky Setyawati Dharmaputra berdasarkan
pustaka acuan Rifai (1969). Biakan T. havzianum (diameter 3 mm) ditumbuhkan
pada media Potato Sucrose Agar (PSA) dalam cawan Petri (diameter 9 cm) dan
diinkubasi pada suhu ruang (27

OC)

selama 6 hari, kemudian ditambah akuades

steril (10 ml/cawan), selanjutnya

digunakan kuas halus untuk melepaskan

konidium dari fialid. Setelah itu suspensi konidium dibuat pengenceran berseri
dalam tabung reaksi yang berisi akuades steril dan dikocok dengan vorteks
selama 30 detik. Pada pengenceran 10" diperoleh suspensi konidium dengan
konsentrasi 1o61ml akuades yang dihitung dengan menggunakan hemasitometer
Levy-Neubauer (Hadioetomo 1993).

lntroduksi Konidium T. itarziant~trtke dalam Media Perlakuan
Suspensi konidium T. hartianum berulnur 6 hari (konsentrasi 1o61ml)
diintroduksikan pada masing-masing media perlakuan dengan cara disemprotkan
pada permukaan media (10 mllpolybag). Masing-masing perlakuan dibiarkan di
lahan terbuka di kebun percobaan PPSHB IPB Darmaga Bogor hingga 8 minggu.

Penghitungan Populasi T.harziartztnz dari Masiug-masing Media Perlakuan
Dari masing-masing media perlakuan diambil sampel masing-masing
sebanyak 5 g pada bagian tengah media dengan kedalaman yang bervariasi yaitu
lapisan permukaan, tengah (5 cm), dan bawah (10 cm). Setelah itu, masingmasing sampel dicampur hingga homogen dan diambil 5 g. Isolasi T. harzianum
dari setiap media perlakuan dilakukan dari masing-masing sa~npel untuk
menentukan populasi cendawan

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Fungi Aspergillus flavus, Aspergillus tereus, dan Trichoderma harzianum untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bruguiera gymnorrhiza

1 48 56

Pengaruh Fungi Aspergillus flavus, Aspergillus terreus dan Trichoderma harzianum Terhadap Pertumbuhan Bibit Avicennia officinalis

1 78 45

Pemanfaatan Fungi Aspergillus flavus, Aspergillus terreus dan Trichoderma harzianum untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Rhizophora mucronata Lamk

0 46 57

Pemanfaatan Fungi Aspergillus Flavus, Aspergillus Tereus Dan Trichoderma Harzianum Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Rhizophora Apiculata Di Desa Pulau Sembilan Kabupaten Langkat

0 42 51

Pemanfaatan Trichoderma Harzianum Dan Pupuk Kandang Dalam Menekan Pertumbuhan Penyakit Busuk Pangkal Batang (Sclerotium rolfsii) Pada Kacang Tanah (Arachis hipogaea L)

2 36 83

Uji Efektifitas Trichoderma harzianum dengan Formulasi Granular Ragi untuk Mengendalikan Penyakit Jamur Akar Putih {Rigidoporus microporus(Swartz:fr.)van Ov} pada Tanaman Karet di Pembibitan

3 50 87

Penggunaan Jamur Antagonis Trichoderma harzianum Rifai Dan Kompos Dalam Menekan Penyakit Layu Fusarium oxysporum f.sp. passiflora Pada Pembibitan Markisa

5 50 125

EFEKTIVITAS Trichoderma harzianum Rifai SEBAGAI BIOFUNGISIDA TERHADAP JAMUR PATOGEN PADA UMBI TALAS JEPANG

0 8 75

PRODUKSI DAN KARAKTERISASI ENZIM SELULASE JAMUR Trichoderma harzianum Rifai PADA SUBSTRAT SERBUK GERGAJI.

0 2 6

VIABILITAS TRICHODERMA HARZIANUM PADA BEBERAPA BAHAN PEMBAWA DAN LAMA WAKTU PENYIMPANAN YANG BERBEDA

0 0 10