Persepsi bukanlah suatu proses yang sama sekali tersirat karena sambutan terhadap penilaian berbagai isyarat indera dapat terjadi di bawah ambang
kesadaran’’. Hasil-hasil yang diperoleh dari kesan-kesan yang ditangkap oleh indera
ditafsirkan melalui suatu proses berfikir untuk menetapkan arti dari kesan-kesan yang ditangkap. Persepsi juga merupakan proses pengamatan seseorang yang
berasal dari komponen kognisi. Aspek kognisi merupakan penggerak perubahan karena informasi yang diterima akan menentukan perasaan dan kemauan untuk
berbuat. Dari komponen kognisi akan berpengaruh untuk bertindak senang atau tidak terhadap suatu objek, yang merupakan suatu jawaban atas pertanyaan apa
yang dipikirkan atau dipersepsikan tentang objek tertentu Mar`at, 1984: 21. Dalam kamus psikologi disebutkan bahwa persepsi adalah proses dimana
seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indra- indra yang dimilikinya, pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui
interpretasi data indra. Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi adalah
suatu tanggapan seseorang melalui proses pengamatan yang melibatkan kerja inderawi dan pemikiran. Sehingga seseorang tersebut mempunyai gambaran
tentang objek tertentu. Persepsi seseorang akan memotivasi tindakannya terhadap objek tersebut.
2. Proses Persepsi
Persepsi terbentuk melalui beberapa tahap atau proses, banyak hal yang mempengaruhi persepsi seseorang seperti yang dikatakan seorang ahli Sudiana
1986: 17 yang menyatakan bahwa:
“persepsi seseorang di pengaruhi oleh pengalaman masa lampau, melibatkan pula berbagai faktor seperti kecerdasan, sikap emosional, dan intensitas konsentrasi
berfikir pada saat tersebut. Demikianlah suatu gabungan dari masukan sensoris, pengalaman masa lampau, kecerdasan dan sikap, bekerja sedemikian rupa
sehingga menghasilkan persepsi tertentu terhadap stimulus dari suatu benda.”
Ada dua tahap dalam pembentukan persepsi yaitu: Tahap pertama terdapat saringan perhatian. Setiap orang sengaja atau tidak
sengaja mendapat serbuan stimulus dari objek disekitarnya, namun terkadang di anggap tidak menarik atau kurang relevan dan hal ini menyebabkan hanya
sebagian kecil saja yang berhasil lulus melalui saringan perhatian. Tahap kedua adalah proses penafsiran. Setiap individu mengorganisasi isi
stimulus yang diterimanya dalam model realitasnya sendiri. Ketika terjadi hal demikian, orang tersebut tidak jarang melakukan penyederhanaan, pengaturan
bahkan penciptaan stimulus juga. Keluaran output dari proses ini adalah suatu kesadaran mengamati dari penafsiran stimulus-stimulus suatu pengamatan.
Dua variable utama yang mempengaruhi proses persepsi yaitu pertama adalah masukan input proses, yakni suatu stimulus. Ukuran, intensitas, pesan, kebaruan,
posisi, dan konteks akan mempengaruhi kedua tahap proses. Variabel kedua di sebut “kondisi khalayak” atau berbagai variabel yang
mencerminkan perbedaan individu yang dapat berbentuk perbedaan status, pekerjaan, pendidikan, umur, dansebagainya. Sajogyo, 1986:13
Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa persepsi terbentuk melalui dua tahap yaitu tahap perhatian terhadap stimulus dan kedua adalah tahap penafsiran
yang kemudian dipengaruhi juga oleh faktor usia, dan untuk mempermudah penelitian persepsi masyarakat desa terhadap mahasiswa KKN dalam
pembangunan masyarakat desa ini penulis akan menggolongkan usia responden.
3. Umur