Hubungan Partisipasi Politik Masyarakat Terhadap Pembangunan Desa (Studi Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut Kabupaten Natuna Propinsi Kepulauan Riau)

(1)

HUBUNGAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT

TERHADAP PEMBANGUNAN DESA

(Studi Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut Kabupaten Natuna Propinsi Kepulauan Riau)

S K R I P S I

Disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S1) pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

DISUSUN OLEH:

TAMRIN

040903175

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

ABSTRAK

HUBUNGAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGUNAN DESA

(Di Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut)

Nama : Tamrin

Nim : 040903175

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara Pembimbing : Prof. Dr. Erika Revida, M.si

Hingga saat ini partisipasi masyarakat masih belum menjadi kegiatan tetap dan terlembaga khususnya dalam pembuatan keputusan. Sejauh ini, partisipasi masyarakat masih terbatas pada keikutsertaan dalam pelaksanaan program-program atau kegiatan pemerintah, padahal partisipasi masyarakat tidak hanya diperlukan pada saat pelaksanaan tetapi juga mulai tahap perencanaan pengambilan keputusan. Partisipasi merupakan kata kunci utama dalam masyarakat sipil yang menghubungkan antara rakyat biasa dengan pemerintah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, masyarakat menaruh harapan yang besar terhadap implementasi otonomi daerah. Tak terkecuali masyarakat ditingkat desa, memberikan dinamika dan suasana baru dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di desa. Sebab, masyarakat desa sangat sadar keberadaan institusi-institusi demokrasi desa selama ini berada dalam kondisi yang tidak kondusif dalam mendorong menegakkan demokrasi pada level akar rumput (masyarakat pedesaan).

Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui adakah hubungan yang positif dan signifikan antara Partisipasi Masyarakat terhadap Pembangunan Politik Masyarakat Desa.

Metodologi yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan kuantitatif, yakni dengan menyebarkan angket kepada 90 responden untuk memperoleh data, diolah/dianalisis dengan menggunakan uji statistik korelasi product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa besar variabel-variabel penelitian yaitu terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara partisipasi masyarakat terhadap pembangunan politik desa (0,553). Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara Partisipasi Masyarakat terhadap Pembangunan Politik Desa Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau. Ini berarti semakin baik Partisipasi Masyarakat maka semakin baik pula Pembangunan Politik Desa pada Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau. Dengan kata lain apabila salah satu variabel terjadi peningkatan maka variabel lain yang berkorelasi juga mengalami peningkatan pula. Sebaliknya apa bila salah satu variabel mengalami penurunan maka variabel lain yang berkorelasi juga mengalami penurunan.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam atas junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, yang telah menjadi utusan-Nya dan panutan bagi seluruh umat manusia.

Skripsi ini merupakan sebuah karya tulis ilmiah yang diperlukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana serta sebagai wahana untuk melatih diri dan mengembangkan wawasan berpikir dalam penulisan karya ilmiah ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah “HUBUNGAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGUNAN DESA ( Di Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut Kabupaten Natuna Kepulauan Riau )”

Penulis akui dengan sepenuh hati bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, kekurangan dan kelemahan, hal ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam penelitian, pengumpulan literatur, maupun penulisan karya ilmiah. Namun berkat bimbingan dan arahan dari semua pihak, kesulitan yang ada alhamdulillah dapat diatasi dan skripsi inipun dapat diselesaikan.


(4)

Oleh karena itu dengan penuh keikhlasan hati penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada :

1. Kepada Ibunda Norija dan Ayahanda tercinta Mansur, suatu kebanggaan

yang tidak bisa diukirkan melalui kata-kata untuk menggambarkan rasa cinta dan sayang. Pertalian kasih yang abadi dengan cinta yang tulus dan suci.

2. Kepada Bapak Prof. Dr. Muhammad Arif Nasution, MA. selaku Dekan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan.

3. Bapak Drs. Marlon Sihombing, MA. Selaku Ketua Departemen Ilmu

Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Kepada Ibu Hj.Betti Nasution sebagai Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi

Negara.

5. Kepada Ibu prof. Dr. Erika Revida, M.si selaku Dosen Pambimbing yang telah

memberikan pengarahan serta bimbingannya.

6. Kepada seluruh Staff Pengajar di Departemen Ilmu Administrasi Negara

FISIP-USU, dan tidak lupa buat Kak Emi dan Kak Mega, serta seluruh pegawai civitas akademika FISIP-USU terima kasih atas setiap bantuan dan pengetahuan selama penulis menjalani studi di FISIP-USU.

7. Pak Musalim selaku Kepala Desa Kelanga Kabupaten Natuna, atas

kerjasamanya memberikan segala informasi yang menunjang penelitian penulis.

8. Untuk my family’s…kakak& adikku ….Bang Kasah, Kak Roba’ah, Bang Jamian

&Kak Aisah, Kak Nur Aini & Bang Marjuni, Kak Ernawati & Bang Hasan, Kak Intan & Bang H. muhammadyani, Dinda Holid & istrinya (ayo..nyusul abang


(5)

ee..), dan Dinda Rika (belajar yang elok tu)…..syukron atas semuo bantuannyo, baik materil, stimulus, maupun snyuman yang selalu terukir indah saat kita hidup bersama dalam satu keluarga besar yang kan selalu menjadi kebanggaan. Kemudian, untuk semua ponakan2ku.. (@kbar), insya Allah “paman” akan belajar banyak bagaimana cara menjadi seorang Ayah yang baik heeee…

9. Khusus untuk adindaku Wilda Afrianti tersayang kan kuperjuangkan cintamu

untuk meraih kebahagiaanku..karena ku tahu setelah kehadiranmu ku takkan bisa memaknai senyumku, memaknai setiap rasa dihatiku…s’mangat, cinta, dan kasih yang telah kau berikan akan kuhargai dengan kebahagiaanmu…meski ku tak mampu tapi ku perjuangkan untukmu…(my secruite love’s)

10.Buat Ibu Roswati, Bpk. Ponijan, Bang Doni & istri, Rika, Dedek dan Revan yang paling ganteng, imut2 dan gemesin (hmmmm….) yang selalu memberikan perhatian dan semangat yang besar.

11.Sohibku AN04-Riau….M.Arif, S.Sos (Selamat sukses bro..dalam gapai cita dan

cinta lo, gw gk bakal nglupain tiap detik kebersamaan kita in the coss..), Abdul

Kholid, S.Sos, Fikrizal, S.Sos, Fuadi, S.Sos, Mandar Jupria, S.Sos (semangat!!!), (berjuanglah cuy…), Mahfud,S.Sos (moga najah ya akhi), Debi Chandra, S.Sos, Hendra Gusti Naim, S.Sos, Our is The bestfriends………

12. Untuk teman & adik-adikku; @n@...(mi2)…”lanjutkanlah perjuanganmu dek, dengan

semangat keikhlasan, hidup takkan pernah berpenghujung bila kita melihat secara sederhana,

hidup takkan pernah mundur meski kita berhenti melangkah…semangat terus ya!!!”...to Din@;

”semoga secepat mungkin dapat berlabuh hati pada seorang pangeran yang dicinta he…”to Mukhlis; “aku tunggu gebrakan transformative dari dikau lis…dalam memperjuangkan cita


(6)

dan cinta”…to Dewi,Uut, dkk…semoga kebersamaan kita menjadi pilar pengokoh silaturrahim antara kita..amiin.

13.Sahabat-sahabat seperjuangan khususnya stambuk 2004 yang telah berjuang

bersama menempuh berbagai hala dan rintangan, semoga apa yang telah kita lakukan akan mendapatkan hasil yang setimpal pula……

14.Kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan secara detil, makasih atas semua bantuan, baik berupa ide, maupun dorongan spirit kesuksesan yang akhirnya peneliti tempuh hingga selesainya tulisan ini.

Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Sebagai manusia biasa tak luput dari kekhilafan dan kekurangan, kepada semua penulis mohon maaf. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berperan serta sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan ganjaran yang berlipat atas semua bantuan dari seluruh pihak. Kepada Allah Subhanahu Wata’ala kita berserah, semoga skripsi ini bermanfaat tidak hanya bagi penulis sendiri tetapi juga para pembaca serta bisa menjadi suatu referensi dan masukan bagi peneliti-peneliti dalam kajian yang sama kedepannya.

Medan, 19 Desember 2008 Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGATAR………. i

DAFTAR ISI……… v

DAFTAR TABEL……… viii

ABSTRAKSI……….. xi

BAB I : PENDAHULUAN 1. Latar Belakang...………....………...1

2. Perumusan Masalah………...………...6

3. Tujuan Penelitian………...………...6

4. Manfaat Penelitian………...………...7

5. Kerangka Teori………...………...7

5.1. Desa...7

5.2. Pemerintah Desa...9

5.3. Partisipasi masyarakat...11

5.4. Pembangunana Politik Desa...15

5.5. Hubungan antara Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Politik Desa...24

6. Hipotesa …….………....………...27

7. Defenisi Konsep………...………...27

8. Defenisi Operasional………....…………...28


(8)

BAB II : METODE PENELITIAN

1.1. Bentuk Penelitian………...………..……...31

2.1. Lokasi Penelitian………....………...31

3.1. Populasi Dan Sampel..………...………...31

4.1 Teknik Pengumpulan Data……….……....…...33

5.1 Teknik Pengukuran Skor ………....….…………...34

6.1. Teknik Analisa Data..………....…………...35

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 1. Sejarah Singkat Berdirinya Desa Kelanga...38

1.1 luas dan Batas Wilayah Desa Kelanga...38

2. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Funsi...39

2.1 Kedudukan...39

2.2. Tugas Pokok...39

2.3. Fungsi...39

3. Susunan Organisasi Dan Uraian Tugas...40

3.1. Susunan Organisasi Kepala Desa Kelanga...40

3.2. Uraian Tugas dan Fungsi...40

BAB IV : PENYAJIAN DATA 1. Penyajian Data Masyarakat……….………..44

Identitas Responden Masyarakat………..………..44

Distribusi Jawaban Responden...46

2. Penyajian Data Pemerintah………...………….……...…...68


(9)

2.2. Distribusi Jawaban Informan Pemerintah Berdasarkan

hasil wawancara………..69

3 Klasifikasi Data………..………...73

4. Pengujian Hipotesis………...…..…….74

5. Koefisien Determinant……….…….77

6. Hubungan antara Variabel X dan Y...77

7. Pembahasan penelitian... BAB V : KESIMPULAN 1. Kesimpulan……….………..80

2. Saran...80


(10)

ABSTRAK

HUBUNGAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGUNAN DESA

(Di Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut)

Nama : Tamrin

Nim : 040903175

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara Pembimbing : Prof. Dr. Erika Revida, M.si

Hingga saat ini partisipasi masyarakat masih belum menjadi kegiatan tetap dan terlembaga khususnya dalam pembuatan keputusan. Sejauh ini, partisipasi masyarakat masih terbatas pada keikutsertaan dalam pelaksanaan program-program atau kegiatan pemerintah, padahal partisipasi masyarakat tidak hanya diperlukan pada saat pelaksanaan tetapi juga mulai tahap perencanaan pengambilan keputusan. Partisipasi merupakan kata kunci utama dalam masyarakat sipil yang menghubungkan antara rakyat biasa dengan pemerintah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, masyarakat menaruh harapan yang besar terhadap implementasi otonomi daerah. Tak terkecuali masyarakat ditingkat desa, memberikan dinamika dan suasana baru dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di desa. Sebab, masyarakat desa sangat sadar keberadaan institusi-institusi demokrasi desa selama ini berada dalam kondisi yang tidak kondusif dalam mendorong menegakkan demokrasi pada level akar rumput (masyarakat pedesaan).

Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui adakah hubungan yang positif dan signifikan antara Partisipasi Masyarakat terhadap Pembangunan Politik Masyarakat Desa.

Metodologi yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan kuantitatif, yakni dengan menyebarkan angket kepada 90 responden untuk memperoleh data, diolah/dianalisis dengan menggunakan uji statistik korelasi product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa besar variabel-variabel penelitian yaitu terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara partisipasi masyarakat terhadap pembangunan politik desa (0,553). Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara Partisipasi Masyarakat terhadap Pembangunan Politik Desa Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau. Ini berarti semakin baik Partisipasi Masyarakat maka semakin baik pula Pembangunan Politik Desa pada Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau. Dengan kata lain apabila salah satu variabel terjadi peningkatan maka variabel lain yang berkorelasi juga mengalami peningkatan pula. Sebaliknya apa bila salah satu variabel mengalami penurunan maka variabel lain yang berkorelasi juga mengalami penurunan.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Teori demokrasi mengajarkan bahwa demokratisasi membutuhkan hadirnya masyarakat sipil yang terorganisir secara kuat, mandiri, semarak, pluralis, beradab, dan partisipatif. Partisipasi merupakan kata kunci utama dalam masyarakat sipil yang menghubungkan antara rakyat biasa (ardinary people) dengan pemerintah. Partisipasi bukan sekedar keterlibatan masyarakat dalam pemilihan kepala desa dan BPD, tetapi juga partisipasi dalam kehidupan sehari-hari yang berurusan dengan pembangunan dan pemerintah desa. Secara teoretis, partisipasi adalah keterlibatan secara terbuka (Inclusion) dan keikutsertaan (involvement). Keduanya mengandung kesamaan tetapi berbeda titik tekannya. Inclusion (termasuk) menyangkut siapa saja yang terlibat, sedangkan involvement berbicara tentang bagaimana masyarakat terlibat. Keterlibatan berarti memberi ruang bagi siapa saja untuk terlibat dalam proses politik, terutama kelompok-kelompok masyarakat miskin, minoritas, rakyat kecil, perempuan, dan kelompok-kelompok marginal lainnya.

Dalam konteks pembangunan dan pemerintahan desa, partisipasi masyarakat terbentang dari proses pembuatan keputusan sehingga evaluasi. Proses ini tidak semata didominasi oleh elite-elite desa (Pamong Desa, BPD, Pengurus RT maupun Pemuka Masyarakat), melainkan juga melibatkan unsur-unsur lain seperti perempuan, pemuda, kaum tani, buruh dan sebagainya. Dari sisi proses, keterlibatan masyarakat biasa bukan dalam konteks mendukung kebijakan desa atau sekedar


(12)

menerima sosialisasi kebijakan desa, melainkan ikut menentukan kebijakan desa sejak awal.

Partisipasi politik dalam pembangunan desa, misalnya, bisa dilihat dari keterlibatan masyarakat dalam merumuskan kebijakan pembangunan (rencana strategis desa, program pembangunan dan APBDES, dan lain-lain), antara lain melalui forum RT, Musbangdus, Musbangdes maupun Rembuk Desa. Forum-forum itu juga bisa digunakan bagi pemerintah desa untuk mengelola akuntabilitas dan transparansi, sementara bagi masyarakat bisa digunakan untuk voice, akses dan kontrol terhadap pemerintah desa.

Secara substantif, partisipasi masyarakat mencakup tiga hal. Pertama, voice (suara): setiap warga mempunyai hak dan ruang untuk menyampaikan suaranya dalam proses pembangunan. Pemerintah, sebaliknya mengakomodasi setiap suara yang berkembang dalam masyarakat yang kemudian dijadikan sebagai basis perencanaan pembangunan. Kedua, akses, yakni setiap warga mempunyai kesempatan untuk mengakses atau mempengaruhi perencanaan pembangunan desa dan akses terhadap sumber daya lokal. Ketiga, kontrol, yakni setiap warga atau elemen-elemen masyarakat mempunyai kesempatan dan hak untuk melakukan pengawasan (kontrol) terhadap lingkungan kehidupan dan pelaksanaan pembangunan.

Sejak diberlakukannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, masyarakat menaruh harapan yang besar terhadap implementasi otonomi daerah. Tak terkecuali masyarakat ditingkat desa, memberikan dinamika


(13)

dan suasana baru dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di desa. Sebab, masyarakat desa sangat sadar keberadaan institusi-institusi demokrasi desa selama ini berada dalam kondisi yang tidak kondusif dalam mendorong menegakkan demokrasi pada level akar rumput (masyarakat pedesaan).

Partisipasi masyarakat memiliki banyak bentuk, mulai dari keikutsertaan langsung masyarakat dalam program pemerintahan maupun yang sifatnya tidak langsung, seperti sumbangan dana, tenaga, pikiran, maupun pendapat dalam pembuatan kebijakan pemerintah. Namun demikian, ragam dan kadar partisipasi sering kali ditentukan secara masif yakni dari banyaknya individu yang dilibatkan. Padahal partisipasi masyarakat pada hakikatnya akan berkaitan dengan akses masyarakat untuk memperoleh informasi. Hingga saat ini partisipasi masyarakat masih belum menjadi kegiatan tetap dan terlembaga khususnya dalam pembuatan keputusan. Sejauh ini, partisipasi masyarakat masih terbatas pada keikutsertaan dalam pelaksanaan program-program atau kegiatan pemerintah, padahal partisipasi masyarakat tidak hanya diperlukan pada saat pelaksanaan tetapi juga mulai tahap perencanaan pengambilan keputusan. (http//:www.jurnal kopertis.org)

Pembangunan melalui partisipasi masyarakat merupakan salah satu upaya untuk memberdayakan potensi masyarakat dalam merencanakan pembangunan yang berkaitan dengan potensi sumber daya lokal berdasarkan kajian musyawarah, yaitu peningkatan aspirasi berupa keinginan dan kebutuhan nyata yang ada dalam masyarakat, peningkatan motivasi dan peran serta kelompok masyarakat dalam


(14)

proses pembangunan, dan peningkatan rasa memiliki pada kelompok masyarakat terhadap program kegiatan yang telah disusun.

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan masyarakat Community Devlopment sangat bergantung kepada peranan pemerintah dan masyarakatnya. Keduanya harus mampu menciptakan sinergi. Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintah tidak akan dapat mencapai hasil pembangunan secara optimal. Pembangunan hanya akan melahirkan produk-produk baru yang kurang berarti bagi masyarakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Demikian pula sebaliknya, tanpa peran yang optimal dari pemerintah, pembangunan akan berjalan secara tidak teratur dan tidak terarah, yang akhirnya akan menimbulkan permasalahan baru. Selain memerlukan keterlibatan masyarakat, pembangunan juga membutuhkan strategi yang tepat agar dapat lebih efisien segi pembiayaan dan efektif dari segi hasil. Pemilihan strategi pembangunan ini penting karena akan menentukan di mana peran pemerintah dan di mana peran masyarakat, sehingga kedua pihak mampu berperan secara optimal dan sinergi. (http

Partisipasi masyarakat dalam otonomi desa berupa subtansi nyata dari kemampuan masyarakat setempat untuk mengakses potensi sumber daya yang ada di lingkungannya. Sehingga potensi sumber daya yang sangat melimpah ruah itu bisa dijadikan nilai tambahan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di desa-desa bersangkutan. Maka bantuan pemerintah daerah berupa financial (keuangan), program pembangunan, dan pelimpahan kewenangan merupakan syarat yang perlu


(15)

dipenuhi. Meskipun hasil harus terbatas pada beberapa hal yang dianggap penting bagi percepatan pembangunan kemandirian desa.

Kenyataan partisipasi masyarakat desa yang dianggap kunci keberhasilan pembangunan otonomi daerah justru hanya merupakan partisipasi manipulatif. Artinya masyarakat desa tidak diberikan kesempatan yang cukup untuk melibatkan diri dalam pembangunan di desanya. Bahkan banyak objek pembangunan pedesaan yang masih dilakukan secara sepihak dari atas (Top-Down). Sehingga sasaran pembangunan tidak sesuai dengan aspirasi dan harapan masyarakat setempat.

Partisipasi politik masyarakat dalam rencana pembangunan desa harus sudah dimulai sejak saat perencanaan kemudian pelaksanaan dan seterusnya pemeliharaan. Kegiatan masyarakat yang disebut partisipasi politik adalah perilaku politik lembaga dan para pejabat pemerintah yang bertanggung jawab membuat, melaksanakan dan menegakkan keputusan politik, perilaku politik masyarakat (individu/kelompok) yang berhak mempengaruhi lembaga dan pejabat pemerintah dalam pengambilan keputusan politik, karena menyangkut kehidupan masyarakat.

Dalam perspektif politik, Huntington (1993:270), partisipasi politik masyarakat merupakan ciri khas modernisasi politik dalam pembangunan desa, kemajuan demokrasi dapat dilihat dari seberapa besar partisipasi politik masyarakat. (Tjokroamidjojo, 1991:113), pertama, partisipasi politik aktif masyarakat berarti keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijakan; kedua, keterlibatan dalam memikul hasil dan manfaat pembangunan secara berkeadilan. Alexander Abe (2001:110), Partisipasi politik masyarakat merupakan hal terpenting dalam pembangunan desa, yaitu akan menjadi wahana political education yang sangat baik.


(16)

Sedangkan menurut Conyers “Pertama, partisipasi politik masyarakat sebagai alat guna memperoleh suatu informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat yang tanpa kehadirannya program pembangunan desa serta proyek akan gagal; kedua, masyarakat akan lebih mempercayai program pembangunan didesa, jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya dan pengambilan keputusan terhadap priritas pembangunan yang sesuai kebutuhan masyarakat, karena akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek; dan ketiga, yang mendorong partisipasi umum dibanyak negara karena timbul anggapan bahwa hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat.” Katz ” partisipasi politik masyarakat diwujudkan melalui partisipasi politik dalam proses pembuatan keputusan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi.

, 13 Desember 2008).

Partisipasi politik dapat dianggap sebagai tolak ukur dalam menilai apakah proyek yang bersangkutan merupakan proyek pembangunan desa. Jika masyarakat desa, tidak berkesempatan untuk berpartisipasi politik dalam pembangunan suatu proyek didesanya. Proyek tersebut pada hakekatnya bukanlah proyek pembangunan desa (Ndraha, 1990:103).

Partisipasi politik masyarakat dalam pembangunan desa bertujuan untuk

menjamin agar pemerintah selalu tanggap terhadap masyarakat atau perilaku demokratisnya. Dan itu juga berarti bahwa metode yang digunakan dalam pembangunan desa harus sesuai dengan kondisi fisiologis sosial dan ekonomi serta


(17)

lingkungan kebudayaan didesa. (Bharracharyya,J, 1972:20) Dusseldorp (1994:10), salah satu cara untuk mengetahui kualitas partisipasi politik masyarakat dapat dilihat dari bentuk-bentuk keterlibatan seseorang dalam berbagai tahap proses pembangunan yang terencana mulai dari perumusan tujuan sampai dengan penilaian.

, 13 Desember 2008).

Desa Kelanga sebagai salah satu desa di daerah Kabupaten Natuna, dalam pembangunannya, salah satunya pembangunan desa telah berupaya menempatkan partisipasi politik masyarakat sebagai pihak utama atau pusat pengembangan terhadap pembangunan desa dengan melibatkan masyarakat dalam proses penyusunan program, pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi pembangunan desa sesuai dengan substansi yang terkandung dalam Undang-Undang No 32 Tahun 2004. Namun karena pelaksanaan pembangunan desa yang melibatkan peran aktif dari masyarakat merupakan fenomena baru bagi masyarakat, dimana selama ini pelaksanaan pembangunannya jarang sekali melibatkan partisipasi masyarakatnya. Walaupun ada, partisipasi masyarakat hanya bersifat manipulatif belaka. Pada Desa Kelanga, partisipasi politik masyarakat dalam pembangunan desa belum diimbangi dengan adanya proses pemilihan yang memadai, melainkan hanya sekedar bentuk baru dari tanggapan masyarakat terhadap manipulasi para elite atas kehidupan politik nasional mereka. Padahal proses partisipasi politik masyarakat merupakan bagian penting dari pembangunan desa di mana ia selalu berhadapan dengan berbagai rintangan dan halangan terhadap tindakan yang kaku ataupun penghasut-penghasut yang membahayakan. Partisipasi politik masyarakat nampaknya terbentur dengan


(18)

minimnya pertemuan untuk memusyawarahkan tentang program pembangunan desa yang akan dijalankan, hal ini terlihat dengan beberapa orang tertentu saja yang terlibat dalam pertemuan musyawarah desa. ( Hasil Wawancara Via Telepon dengan

Bapak Saleh Tokoh Masyarakat Desa Kelanga Tanggal 27 Maret 2008)

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti merasa tertarik terhadap permasalahan di atas dengan mencoba mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Partisipasi Politik Masyarakat terhadap Pembangunan Desa di Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut Kabupaten Natuna-Propinsi Kepulauan Riau”.

2. Perumusan Masalah

Untuk memudahkan peneliti nantinya, dan agar peneliti memiliki arah yang jelas dalam menginterprestasikan hasil penelitian dari skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan masalahnya.

Berdasarkan dari hal di atas, serta berpedoman pada perumusan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti merumuskan permasalahan dalam penelitian sebagai berikut:

“Adakah Hubungan yang Positif dan Signifikan antara Partisipasi Politik Masyarakat terhadap Pembangunan Desa di Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut Kabupaten Natuna-Propinsi Kepulauan Riau.”


(19)

3. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui sebelumnya. Menurut Arikunto (1997:51), tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui hubungan yang positif dan signifikan antara Partisipasi Politik Masyarakat terhadap Pembangunan Desa di Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut Kabupaten Natuna-Propinsi Kepulauan Riau.

4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dilaksanakan ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah

ilmu pengetahuan dan karya ilmiah di bidang administrasi, khususnya administrasi Negara (publik).

2. Secara praktis:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi

pemanfaatan partisipasi politik masyarakat dalam pembangunan Desa di Desa Kelanga Kecamatan Timur Laut Kabupaten Natuna-Propinsi Kepulauan Riau.

b. Bahan masukan bagi evaluasi pelaksanaan pembangunan Desa di

Desa Kelanga Kecamatan Timur Laut Kabupaten Natuna-Propinsi Kepulauan Riau.


(20)

c. Dapat dijadikan dasar penelitian yang lebih mendalam terhadap partisipasi politik masyarakat bagi pembangunan Desa di Desa Kelanga Kecamatan Timur Laut Kabupaten Natuna-Propinsi Kepulauan Riau.

5. Kerangka Teori 5.1. Desa

Menurut Undang-Undang No 32 Tahun 2004, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara Republik Indonesia.

Pengertian desa dari sudut pandang sosial budaya dapat diartikan sebagai komunitas dalam kesatuan geografis tertentu agar mereka saling mengenal dengan baik dengan corak kehidupan yang relatif homogen dan banyak bergantung secara langsung kepada alam. Oleh karena itu, desa diasosiakan sebagai masyarakat yang hidup secara sederhana pada sektor agraris, mempunyai ikatan sosial, adat dan tradisi yang kuat, bersahaja, serta tingkat pendidikan yang dikatakan rendah. Sedangkan dari sudut pandang politik dan hukum, desa sering diidentikkan sebagai organisasi kekuasaan. Melalui kaca mata ini, desa dipahami sebagai organisasi pemerintahan atau organisasi kekuasaan yang secara politis mempunyai wewenang tertentu dalam struktur pemerintah negara. (Juliantara, 2000:18)


(21)

Desa berdasarkan Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 2005 selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum memiliki batas-batas wilayah yurisdiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dibentuk dalam sistem pemerintah nasional dan berada di kabupaten atau kota, sebagaimana dimaksud dalam UU 1945. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan pemberdayaan masyarakat.

Sebagai wujud demokrasi, dalam penyelenggaraan pemerintah desa dibentuk Badan Permusyawaratan Desa atau sebutan lain sesuai dengan budaya yang berkembang di desa yang bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga pengaturan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, seperti dalam pembuatan dan pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan Kepala Desa. Di desa di bentuk lembaga kemasyarakatan yang berkedudukan sebagai mitra kerja pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat desa.

Kepala Desa pada dasarnya bertanggungjawab pada rakyat desa yang dalam tata cara dan prosedur pertanggungjawaban disampaikan kepada Bupati atau Walikota melalui Camat. Kepada Badan Permusyawaratan Desa, Kepala Desa wajib memberi keterangan laporan pertanggungjawabannya dan kepada rakyat menyampaikan informasi pokok-pokok pertanggungjawaban namun tetap memberikan peluang kepada masyarakat melalui BPD untuk menanyakan atau meminta keterangan lebih lanjut terhadap hal-hal yang bertalian dengan pertanggung jawaban yang dimakasud.


(22)

Pengaturan lebih lanjut mengenai desa seperti pembentukan, penghapusan, penggabungan, perangkat pemerintah desa, keuangan desa, pembangunan desa, dan lain sebagainya dilakukan oleh kabupaten dan kota yang ditetapkan dalam peraturan daerah mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah.

5.2. Pemerintahan Desa

Dalam pemerintah daerah Kabupaten/kota dibentuk pemerintahan desa yang terdiri dari pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa, pembentukan, penghapusan, dan penggabungan desa dengan memperhatikan asal usul dan prakarsa masyarakat. Desa di kabupaten secara bertahap dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan sesuai usul dan prakarsa pemeritah desa bersama BPD yang ditetapkan dengan peraturan daerah.

Pemeritah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Sekretaris desa diisi dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan.

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup: a. Urusan pemerintah yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa.

b. Urusan pemerintah yang menjadi kewenangan kabupaten yang diserahkan

pengaturannya kepada desa.

c. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah propinsi, dan pemeritah

kebupaten.

d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan


(23)

Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten kepada desa disertai dengan pembiayaan, sarana, dan prasarana, serta sumber daya manusia.

Di desa dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan yang ditetapkan dengan peraturan desa dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Lembaga kemasyarakatan bertugas membantu pemerintah desa dan merupakan mitra dalam pemberdayaan masyarakat desa.

Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik desa berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban tersebut menimbulkan pendapatan, belanja, dan pengolahan keuangan desa. Sumber pendapatan desa adalah :

a. Pendapat asli desa.

b. Bagi hasil pajak daerah dan distribusi kabupaten.

c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh

kabupaten.

d. Bantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintahan kebupaten

atau kota.


(24)

Pembangunan kawasan pedesaan yang dilakukan oleh kabupaten atau pihak ketiga mengikutsertakan pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa. Pelaksanaan pembangunan kawasan pedesaan diatur dengan perda, dengan memperhatikan:

a. Kepentingan masyarakat desa;

b. Kewenangan desa;

c. Kelancaran pelaksanaan investasi; d. Kelestarian lingkungan hidup;

e. Keserasian kepentingan antar kawasan dan kepentingan umum.

Pengaturan lebih lanjut mengenai desa ditetapkan dalam Perda dengan berpedoman pada peraturan pemerintah. Perda sebagaimana dimaksud wajib mengakui dan menghormati hak, asal usul, dan adat istiadat desa.

5.3. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat telah sekian lama diperbincangkan dan didengungkan dalam berbagai forum dan kesempatan. Intinya adalah agar masyarakat ikut serta dengan pemerintah memberi bantuan guna meningkatkan, memperlancar, mempercepat, dan menjamin berhasilnya usaha pembangunan. Maka secara umum partisipasi dapat diartikan sebagian “pengikutsertaan” atau pengambil bagian dalam kegiatan bersama.

Secara umum ada 2 (dua) jenis definisi partisipasi yang beredar di masyarakat, menurut Soetrisno (1995:221), yaitu:


(25)

1. Partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan masyarakat terhadap rencana/proyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuan oleh perencana. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi masyarakat dalam defenisi ini pun diukur dengan kemauan masyarakat ikut menanggung biaya pembangunan, baik berupa uang maupun tenaga dalam melaksanakan pembangunan.

2. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan kerja sama erat antara perencana dan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Ukuran tinggi dan rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan tidak hanya diukur dengan kemauan masyarakat untuk menanggung biaya pembangunan, tetapi juga dengan ada tidaknya hak masyarakat untuk ikut menentukan arah dan tujuan proyek yang akan dibangun di wilayah mereka. Ukuran lain yang dapat digunakan adalah ada tidaknya kemauan masyarakat untuk secara mandiri melestarikan dan mengembangkan hasil proyek itu.

Dikaitkan dengan pelaksanaan pembangunan, maka pengertian partisipasi

setidak-tidaknya mengandung tiga pokok pikiran,yaitu:

1. Titik berat partisipasi adalah keterlibatan dari mental dan emosional,

kehadiran secara fisik semata-mata dalam suatu kelompok. Tampa keterlibatan tersebut bukanlah merupakan partisipasi.

2. Kesediaan memberikan kontribusi. Wujud kontribusi dalam pembangunan

dapat bermacam-macam, misalnya: barang, uang, jasa, bahan-bahan, sebuah pikiran, ketrampilan dan sebagainya.


(26)

3. Kebersediaan untuk bertanggung jawab sepenuh hati.

Suksesnya partisipasi langsung berhubungan dengan syarat-syarat tertentu. Kondisi seperti itu terjadi pada partisipasi yang ada dalam lingkungannya. Perkerjaan partisipasi lebih baik situasinya dari pada lainnya. Syarat-syarat tersebut yaitu:

1. Diperlukan banyak waktu untuk berpartisipasi sebelum bertindak. Partisipasi tidak akan terjadi dalam keadaan mendadak.

2. Biaya partisipasi tidak boleh melebihi nilai-nilai ekonomi dan sebagainya. 3. Subjek partisipasi harus relevan dengan organisasi, partisipasi sesuatu yang

akan menarik perhatian partisipasi atau akan dianggapnya sebagai perkerjaan yang sibuk.

4. Partisipasi harus mempunyai kemampuan, kecerdasan dan pengetahuan untuk

berpartisipasi secara efektif.

5. Partisipasi harus mampu berkomunikasi untuk saling bertukar gagasan.

6. Tidak seorangpun akan merasakan bahwa posisinya diancam dengan

partisipasi; partisipasi untuk memutuskan arah tindakan pada seluruh organisasi hanya dapat menempati lingkungan kebebasan kerja kelompok. Dengan demikian konsepsi partisipasi dalam pembangunan memiliki perspektif yang sangat luas. Seorang dikatakan telah berpartisipasi apabila ia telah terlibat secara utuh dalam proses pelaksanaan pembangunan baik secara pisik maupun mental. Keterlibatan individu dapat dimanifiestasikan dalam berbagai bentuk kontribusi.

Tingkat partisipasi yang tinggi akan memunculkan kemandirian masyarakat baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial budaya, yang secara betahap akan


(27)

menimbulkan jati diri, harkat dan martabat masyarakat secara maksimal. Partisipasi sendiri diterapkan dalam tiga sektor:

1. Sektor ekonomi fokusnya adalah mekanisme pasar

2. Sektor politik fokusnya adalah pengembangan demokrasi

3. Sektor sosial dan budaya fokusnya adalah partisipasi sosial.

Menurut Arnstein (dalam Yusran, 2006:11), ada delapan tangga partisipasi masyarakat yaitu sebagai berikut:

Gambar 1. Delapan Tangga Partisipasi Masyarakat

Penjelasan tingkat di atas adalah sebagai berikut: Manipulation bisa diartikan tidak ada komunikasi apalagi dialog, Therapy berarti telah ada komunikasi namun masih bersifat terbatas inisiatif datang dari atas dan bersifat searah, Information menyiratkan bahwa komunikasi sudah mulai banyak terjadi namun masih bersifat dua arah, placation berarti komunikasi sudah berjalan dengan baik dan sudah ada negoisasi antara masyarakat dengan pemerintah. Partnership adalah kondisi di mana pemerintah dan masyarakat adalah mitra sejajar, delegated power berarti bahwa

1 Citizen Control 2 Delegated Power 3 Partnership 4 Placation 5 Consultation 6 Information 7 Teraphy 8 Manifulation

Degree Of Citizen

Power Degree of Tokenism


(28)

pemerintah memberikan kewenangan kepada masyarakat untuk mengurus diri sendiri untuk beberapa keperluannya dan citizen kontrol bermakna bahwa masyarakat menguasai kebijakan publik, mulai dari perumusan, implementasi hingga evaluasi dan kontrol.

5.4. Pembangunan Politik Desa

Pembangunan adalah perubahan yang dilakukan secara terencana dan menyeluruh yang dilakukan oleh negara-bangsa dalam rangka memperoleh kemajuan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan.

Menurut Kuncoro (2004:3), pembangunan adalah suatu proses yang kompleks dan penuh ketidakpastian yang tidak dapat dengan mudah dikendalikan dan direncanakan dari pusat. Karena itu dengan penuh keyakinan para pelopor desentralisasi mengajukan sederet panjang alasan dan argumen tentang pentingnya desentralisasi dalam pembangunan.

Menurut Siagian (2003:4), pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan secara berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju moderenitas dalam rangka pembinaan bangsa. Lebih jauh lagi dia menyatakan bahwa pembangunan mengandung aspek yang sangat luas salah satunya mencakup pembangunan di bidang politik.

Ndraha (2000:15) mengartikan pembangunan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan manusia untuk mempengaruhi masa depannya. Sebaliknya dia mengatakan implikasi dari defenisi tersebut yaitu:


(29)

1. Pembangunan berarti membangkitkan kemauan optimal manusia baik dan kesejahteraan (Equity)

3. Menaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Kepercayaan ini dinyatakan dalam bentuk kesempatan yang sama, kebebasan memilih dan kekuasaan untuk memutuskan (Empowermwnt )

4. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan untuk membangun secara mandiri (Sustainability)

5. Pembangunan berarti mengurangi ketergantungan negara yang satu dengan yang lainnya dan menciptakan hubungan yang saling menggantungkan dan saling menghormati (Interdependece)

Ada beberapa ide pokok yang sangat penting diperhatikan tentang pembangunan yaitu sebagai berikut:

Pertama, bahwa pembangunan merupakan suatu proses berarti suatu kegiatan yang terus-menerus dilaksanakan meskipun sudah barang tentu bahwa proses itu dapat dibagi dan biasanya memang dibagi menjadi tahap-tahap tertentu yang berdiri sendiri. Pentahapan itu dapat dibuat berdasarkan jangka waktu, biaya, atau hasil tertentu yang diharapkan akan diperoleh.

Kedua, bahwa pembangunan merupakan usaha yang secara sadar dilaksanakan. Jika ada kegiatan yang kelihatannya nampak seperti pembangunan, akan tetapi sebenarnya tidak dilaksanakan secara sadar dan timbul hanya secara insedental di masyarakat tidaklah dapat digolongkan kepada kategori pembangunan.

Ketiga, bahwa pembangunan dilakukan secara berencana dan perencanaan itu berorientasi kepada pertumbuhan dan perubahan.

Keempat, bahwa pembangunan mengarah kepada modernitas. Modernitas disini diartikan sebagai cara hidup yang baru dan lebih baik dari pada sebelumnya serta kemampuan untuk lebih menguasai alam lingkungan dalam rangka peningkatan kemampuan swasembada dan mengurangi ketergantungan pada pihak lain.


(30)

Kelima, bahwa modernitas yang dicapai melalui pembangunan itu bersifat multi dimensional. Artinya bahwa modernitas itu mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa dan negara, terutama aspek politik, ekonomi, sosial budaya.

Keenam, bahwa semua hal yang telah disebutkan dimuka ditujukan kepada usaha membina bangsa yang terus menerus dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan bangsa dan negara yang telah ditentukan sebelumnya.

Sedangkan menurut Nugroho (2003:24) inti dari pembangunan pada dasarnya adalah pergerakan ekonomi rakyat. Ada pepatah mengatakan bahwa negara dalam kondisi paling berbahaya jika rakyatnya miskin. Kemiskinan mempunyai pengaruh paling buruk kepada setiap sisi kehidupan manusia. Oleh karena itu, tugas pembangunan adalah menanggunglangi kemiskinan. Dengan pemahaman ini dapat dikatakan bahwa inti pembangunan adalah menggerakan ekonomi agar rakyat mempunyai kemampuan untuk tidak berada dalam kemiskinan. Dalam bahasa politis disebut sebagai ” menggerakan ekonomi rakyat”.

Pembangunan yang mencapai hasil dapat secara efektif dicapai dengan melihat kekuatan pokok yang harus dibangun dan mengidentifikasikan tugas pokok dan fungsi dari lembaga-lembaga strategis pembangunan. Kekuatan pokok yang dibangun oleh indonesia adalah keunggulan bersaing. Hanya bangsa yang memiliki keunggulan bersaing yang pokok adalah keunggulan ekonomi. Dengan demikian, setiap bidang harus mendukung kearah terbentuknya daya saing ekonomi. Secara khusus prioritas bagi sektor ekonomi adalah membangun daya saing pelaku ekonomi baik secara sektoral maupun secara regional. Daya dukung ideologi, politik dan hukum adalah implementasi kebijakan otonomi daerah yang taat asas dan


(31)

penegakkan hukum yang konsisten. Daya dukung di bidang sosial budaya adalah membangun paradigma pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa. Tentu saja kesemuanya tidak akan terjadi jika tidak didukung keamanan dan ketertiban yang mantap. Dengan melihat kondisi tersebut, maka strategi untuk pelaku ekonomi/ usaha adalah mewajibkan implementasi good cooperate governance, dan untuk sektor bukan ekonomi bisnis dengan mewajibkan implementasi good governance.

Visi dari pembangunan adalah terwujudnya masyarakat yang maju, mandiri, sejatera, adil, dan setia kepada pancasila dan UU 45. Visi ini mempunyai jangka waktu tak terbatas, karena sifat dari ” kemajuan” bersifat tergantung dengan waktu. Oleh karena itu, dapat pula disusun visi lima tahunan, dan disesuaikan dengan tantangan dan kebutuhan yang harus dijangkau dalam lima tahun kedepan.

Misi pembangunan tidak berbeda dengan misi dari Negara Indonesia, seperti yang dituangkan dalam pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan atas kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Dikaitkan dengan konteks kekinian, maka misi pembangunan disempurnakan lagi dengan mencermati kondisi objektif dalam masyarakat yaitu adanya kesenjangan sebagai tantangan pembangunan. Oleh karenanya, secara lebih fokus, maka misi dari pembangunan adalah menanggulangi kesenjangan, mempersiapkan kompetisi global, dan menjaga kesinambungan hidup bangsa dengan pola pembangunan untuk rakyat, dilaksanakan oleh rakyat sesuai aspirasi yang tumbuh dari rakyat.


(32)

Manajemen strategi pembangunan yang diturunkan dari misi diatas adalah ”

Strategi Pembangunan Partisipatif”, atau dapat juga disebut sebagai ”Strategi Pembangunan Pemberdayaan ”. Pembangunan yang partisipatif sendiri diterapkan

dalam lima sektor:

1. Sektor Ekonomi fokusnya adalah mekanisme pasar 2. Sektor Politik fokusnya adalah pengembangan demokrasi 3. Sektor Sosial fokusnya adalah partisipasi sosial

4. Sektor Hukum fokusnya adalah membangun tertib hukum

5. Sektor Administrasi fokusnya adalah membangun good govertnance

Pembangunan nasional indonesia mengambil konsep dasar pembangunan sesuai dengan kondisi terkini dari negara indonesia, yaitu adanya keragaman potensi, kecakapan, keinginan dari setiap daerah di indonesia, dan telah disepakatinya desentralisasi sebagai pola penyelenggaraan pembangunan, dimana otonomi daerah diletakkan pada tingkat kabupaten dan kota. Dengan demikian konsep dasar pembangunannya adalah bahwa tugas dari pemerintah nasional adalah menyusun visi, misi, dan strategi pembangunan nasional. Pemerintah Kabupaten dan kota melaksanakan sesuai dengan potensi, kecakapan, dan aspirasi. Pemerintah Provinsi bertugas untuk menjadi pendamping dan penyelaraskan pembangunan natar daerah otonom tersebut.

Mengingat konsep dasar pembangunan tersebut, maka startegi pembangunan nasional yang disusun oleh Pemerintah Provinsi adalah menyusun secara rinci secara sektoral strategi-strategi pembangunan dimana setiap daerah dapat memilih sektor dan strateginya sesuai dengan potensi, kecakapan, dan aspirasi lokal. Jadi, ibaratnya,


(33)

strategi pembangunan nasional adalah menu yang lengkap untuk diberikan kepada masyarakat membangun di daerahnya untuk dapat memilih sesuai dengan prioritas pembangunan di daerahnya masing-masing.

Konsep pembangunan desa menjelaskan : pembangunan masyarakat adalah suatu gerakan untuk memajukan suatu kehiduapan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat, dengan partisipasi aktif, bahkan jika mungkin dengan swakarsa (inisiatif) masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu bagaimana menggugah dan menumbuhkembangkan partisipasi sangatlah diperlukan untuk proses pembangunan masyarakat itu sendiri ( DEPDAGRI).

Menurut Islamy (2004) partisipasi masyarakat berarti : (1). memberilkan kesempatan yang nyata kepada mereka untuk mempengaruhi pembuatan keputusan tentang masalah kehidupan ya ng mereka hadapi sehari-hari dan memperkecil jurang pemisah antara pemerintah dan rakyat (2). Memperluas pendidikan politik sebagai landasan bagi demokrasi, dengan demikian mereka akan terlatih dalam menyusun prioritas-prioritas kebutuhan melalui suatu pola kompromi yang sehat (3). Akan memperkuat solidaritas komunitas masyarakat lokal.

Masalah-masalah pembangunan merupakan suatu akibat dari modernisasi politik, pembangunan politik sering dilihat sebagai kapasitas sistem politik untuk menyelesaikan masalah ini. Pembangunan politik didefinisikan secara sempit sebagai meningkatnya diferensiasi dan spesialisasi struktur politik dan meningkatnya sekularisasi budaya politik. Pembangunan politik terjadi jika sistem politik berhasil mengatasai tantangan masalah pembangunan negara dan bangsa, distribusi, dan


(34)

lain-lain. Makna pembangunan seperti ini secara umum adalah meningkatnya efektivitas dan efisiensi perilaku sistem politik, serta meningkatkan kapabilitasnya.

Bahwa ukuran pembangunan politik adalah rasionalisasi wewenang, diferensiasi struktur, dan perluasan partisipasi massa, keberhasilan pemilihan pimpinan di berbagai tingkatan wilayah dapat dijadikan salah satu ukuran keberhasilan pembangunan politik nasional. Sebabnya, unsur-unsur yang terlibat dalam proses pemilihan pimpinan, baik masyarakat maupun pemerintah, mencerminkan tiga fungsi di atas. Pembangunan politik sebagai kemampuan penyelesaian masalah yang timbul dari modernisasi, diperlihatkan secara lebih sederhana, meskipun berbeda. Pembangunan politik didefinisikan tidak sebagai suatu proses dengan tujuan kondisi politik tertentu, tetapi proses yang menciptakan kerangka lembaga untuk menyelesaikan masalah sosial yang terus berkembang. Ini menandai keinginan untuk menghindari perincian tujuan pembangunan politik seperti menciptakan negara demokrasi liberal atau sosialis.Tapi yang lebih penting adalah masalah yang diselesaikan menjadi luas dan keluar dari batas-batas perangkat masalah pembangunan.

Menurut J.J. Rousseau (Zakaria Bangun, 2008:1) bahwa demokrasi bersipat mutlak dalam penyelenggaraan pemerintah sebuah negara. demokrasi merupakan sebuah cita-cita sekaligus cara pengelolaan pemerintah sebuah negara secara beradap. Dengan demokrasi segala tindakan penguasa dapat diawasi dan dikontrol oleh rakyat secara langsung maupun melalui wakil-wakil rakyat (parlemen). Dalam negara demokrasi penguasa tidak dapat bertindak sewenang-wenang. Kekuasaan tertinggi ada ditangan rakyat (aux mains du people). Di negara demokrasi setiap


(35)

warga negara mempunyai kedudukkan yang dhadapan pemerintah. Setiap warga negara berhak ikut menentukan kebijakan pemerintah dan mengontrol jalannya pemerintahan.

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos yang artinya rakyat dan

cratein yang berarti kekuasaanatau pemerintahan. Demokrasi harus menjadi alat

rakyat untuk mencapai tujuan rakyat. Bukan rakyat menjadi alat demokrasi, intansi demokrasi yang hakiki adalah kekuasaan politik berada ditangan rakyat. Oleh karena itu, demokrasi yang kuat adalah demokrasi yang bersumber dari nurani rakyat untuk mencapai keadilan dan kesejahteraan bersama.

Dalam pandangan ”Cillffod Geertzter” (Muhaimin, 1982:11) bahwa satu-satunya bentuk pembangunan politik yang bermakna adalah pembinaan demokrasi. Bahkan ada berapa orang menekankan pentingnya hubungan ini dan berpendapat bahwa pembangunan baru bermakna bila dikaitkan dengan suatu ideologi tertentu, apakah demokrasi, komunisme, ataupun totaliterisme. Menurut pandangan ini pembangunan baru berarti bila dihubungkan dengan penguatan nilai-nilai tertentu, dan usaha untuk berdalih bahwa hal itu tidak relevan adalah sama dengan menipu diri sendiri. Menggunakan pembinaan demokrasi sebagai kunci bagi pembangunan politik dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk memaksakan nilai-nilai dengan bangsa lain.

Masalah hubungan birokrasi dengan pembangunan politik sangat rumit tetapi karena hal ini merupakan issue penting. Untuk sementara hanya perlu diperhatikan bahwa banyak orang yang berpendapat bahwa pembangunan betul-betul ber beda dengan demokrasi, dan justru usaha untuk memperkenalkan demokrasi bisa menjadi


(36)

hambatan bagi pelaksanaan pembangunan. Banyak mereka merasa bahwa demokrasi itu tidak sesuai dengan pembangunan yang cepat memandang pembangunan hampir semata-mata dalam artian ekonomis dan tertib sosial. (Muhaimin, 1982:11)

Konsep pembangunan politik mengandung pengertian sebagai berikut:

- Perubahan politik perlu untuk mencapai tujuan khusus, yaitu demokrasi

liberal, masyarakat komunis atau negara Islam.

- Suatu proses perubahan umum dalam kawasan politik berkaitan erat dengan

aspek masyarakat lainnya, yaitu, a) perluasan dan sentralisasi kekuasaan pemerintah serta diferensiasi dan spesialisasi fungsi dan struktur politik, b) peningkatan partisipasi masyarakat dalam politik, c) peningkatan identifikasi masyarakat dengan sistem politik.

- Kemampuan sistem politik dalam a) menyelesaikan persoalan-persoalan

pembangunan, dan b) mengawali kebijaksanaan baru bagi masyarakat, menyusun struktur baru dan memperbaiki yang lama.

- Kemampuan belajar lebih baik dan bagaimana melaksanakan fungsi politik

dan menyusun struktur politik. (Dodd, C.H., 1986:6)

Masih ada tafsiran-tafsiran lain mengenai dengan pembangunan politik, misalnya pandangan yang umum dibanyak wilayah bekas jajahan bahwa pembangunan berarti membangkitkan rasa harga diri dan kebanggaan nasional dalam hubungan internasional, atau padangan yang lebih umum di negara-negara maju bahwa pembangunan politik harus mengarah pada jaman purna-nasionalisme


(37)

(post-nationalism) dimana negara bukan lagi merupakan unit utama kehidupan politik.

Pembahasan itu sudah cukup banyak untuk menunjukkan kepada kita : pertama, tingkat kekacauan yang ada dalam hal istilah pembangunan politik, dan kedua, dibalik kekacauan itu masih ada kemungkinan membentuk dasar persetujuan tertentu yang lebih kokoh. Tanpa mencoba untuk mempertahankan salah satu orientasi filosofis atau kerangka teori tertentu, sangat bermanfaat untuk meneliti berbagai definisi atau pandangan yang dibahas untuk mencari ciri-ciri pembangunan politik yang paling dapat diterima umum dan paling fundamentil dalam pemikiran umum mengenai masalah-masalah pembangunan politik.

Ciri pokok pertama yang ditunjukan oleh kebanyakan konsep-konsep adalah semangat dan sikap umum terhadap persamaan (equality). Dalam kebanyakan pandangan mengenai hal ini, pembangunan politik betul-betul berkenaan dengan masalah partisipasi massa dan terlibatan rakyat dalam kegiatan-kegiatan politik. Partisipasi mungkin terwujud mobilisasi demogratis atau totaliter, tetapi yang penting adalah bahwa seorang harus menjadi warga negara yang aktif.

Persamaan berarti juga bahwa pemasukan ke dalam jabatan politik harus mencerminkan ukuran pecakapan berdasar prestasi dan bukan pertimbangan-pertimbangan status berdasarkan sistem sosial tradisionil. Asumsi dalam sistem politik yang sudah maju adalah bahwa orang harus menunjukan jasa yang cukup untuk menduduki jabatan pemerintahan dan para pejabat pemerintah harus lulus ujian kecakapan yang kompetitif.

Ciri pokok kedua ditemui dalam kebanyakan konsep pembangunan politik itu berkaitan dengan kapasitas atau kesanggupan dari suatu sistem politik. Dalam arti


(38)

tertentu, kapasitas berkaitan dengan output sistem politik, dan seberapa jauh sistem politik dapat mempengaruhi sistem sosial dan sistem ekonomi. Kapasitas juga berhubungan erat dengan prestasi pemerintah dan keadaan-keadaan yang mempengaruhi prestasi itu.

Lebih khususnya kapasitas pertama-tama melibat masalah besarnya, ruang lingkup dan skala prestasi politik dan pemerintah. Sistem yang telah maju dianggap bisa berbuat lebih banyak dan dapat menjangkau berbagai kehidupan sosial yang lebih luas dari pada sistem yang belum maju.

Kapasitas berarti efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan kebijaksanaan umum. Sistem yang sudah maju dianggap tidak hanya dapat berbuat lebih banyak dari sistem yang belum maju, tetapi juga dapat bekerja lebi cepat dan teliti. Di sini terdapat kecenderungan kearah profesionalisasi pemerintah. Diperhatikan efisiensi dan efektivitas mengakibatkan timbulnya ukuran-ukuran prestasi yang diakui secara universal.

Ciri ketiga yang sering muncul dalam diskusi masalah pembangunan politik adalah diferensiasi dan spesialisasi. Jadi segi pembangunan politik ini pertama-tama menyangkut diferensiasi dan spesialisasi struktur. Jabatan-jabatan dan badan-badan pemerintah masing-masing cenderung memiliki fungsi yang tersendiri dan terbatas, dan ada persamaan pembagian kerja didalam pemerintahan.

Dengan differensiasi timbul peningkatan spesialisasi fungsional dari berbagai peranan politik dalam sistem tersebut. Diferensiasi juga menyangkut integrasi dari struktur-struktur dan proses-proses yang rumit. Artinya, diferensiasi bukanlah


(39)

fragmentasi dan isolasi bagian-bagian yang berbeda dari sistem politik, tetapi spesialisasi yang didasarkan atas suatu pemahaman mengenai integrasi.

Dengan menerima tiga dimensi ini, yaitu persamaan, kapasitas dan diferensiasi, sebagai inti proses pembangunan tidaklah berarti kita menyatakan bahwa ketiganya mudah ditemukan satu sama lain. Bahkan sebaliknya menurut sejarah, biasanya terjadi ketegangan yang takut antara tuntutan akan persamaan, kebutuhan akan kapasitas dan proses differensiasi yang lebih besar.

Jadi sebetulnya kita dapat membedakan pola-pola pembangunan menurut sistem yang ditempuh oleh masyarakat dalam usaha menangani segi-segi yang berlainandari gejala pembangunan (development syndrome). Dalam pengertian ini pembangunan bukan proses yang unilinier (searah dan menaik), bukan pula proses yang dapat diatur berdasar tahap-tahap yang berbeda tegas, tetapi lebih ditentukan oleh luasnya cakupan masalah yang timbul, baik secara terpisah-pisah maupun bersama-sama.

Dalam usaha untuk mencari pola dari proses-proses pembangunan yang berbeda ini dapat untuk menganalisa berbagai tipe dari masalah ini, perlu diperhatikan bahwa masalah-masalah persamaan biasanya berkaitan erat dengan budaya politik dan perasaan-perasaan mengenai keabsahan dan keterikatan pada sistem; masalah-masalah kapasitas umumnya berkaitan erat dengan prestasi dan struktur-struktur pemerintahan yang memiliki wewenang resmi (authoritative); dan masalah-masalah diferensiasi terutama sekali berkaitan dengan prestasi struktur-struktur yang tidak memiliki wewenang resmi (non-authoritative) dan dengan proses politik dalam masyarakat umumnya. Ini berarti pada akhir masalah pembangunan


(40)

politik berkisar pada masalah hubungan antara budaya politik, struktur-struktur yang berwenang, dan proses politik umumnya. (Muhaimin 1982:16).

5.5. Hubungan antara Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Politik Desa

Tentang tujuan Otonomi Desa, baik undang-undang Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 1999 kemudian direvisi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 telah menjelaskan salah satu tujuan dari implementasi otonomi desa tersebut adalah: ” Otonomi Desa dapat menjadi wahana yang baik bagi peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan daerah, melalui implementasi otonomi desa, diharapkan prakarsa dari pembangunan tumbuh dan berkembang dari aspirasi masyarakat desa, sehingga masyarakat desa akan memiliki Sense of Belonging dari setiap derap dan hasil pembangunan di desanya”

Partisipasi Masyarakat adalah suatu hal yang sangat penting dalam pemerintahan demokratis, terutama dalam praktek pemerintahan daerah. Yusran (2006:10) mengartikan partisipasi masyarakat sebagai keterlibatan terus menerus dan aktif dalam pembuatan keputusan yang dapat mempengaruhi kepentingan umum. Partisipasi Masyarakat memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat agar masyarakat senantiasa memiliki dan turut bertanggung jawab terhadap pembangunan kehidupan bersama-sama warga desa. Partisipasi pada intinya adalah agar masyarakat ikut serta dengan pemerintah memberikan bantuan guna meningkatkan,


(41)

memperlancar, mempercepat, dan menjamin berhasilnya usaha pembangunan. Maka secara umum partisipasi dapat diartikan sebagai ”pengikutsertaan” atau pengambilan bagian dalam kegiatan bersama.

Pembangunan menyangkut pengertian bahwa manusia adalah objek dan subjek pembangunan. Karena manusia sebagai subjek pembangunan, maka dia harus diperhitungkan. Oleh karena itu, perlu mengajak subjek tadi berpartisipasi aktif dalam pembangunan. Sering kita mendengar bahwa pembangunan yang dilaksanakan tidak dapat sambutan rakyat, hal ini meminta pemimpin memiliki persepsi yang tajam dalam mendeteksi keinginan masyarakat untuk menggerakkan partisipasi masyarakat. Mengapa perlu partisipasi masyarakat dalam mengakses pembangunan? Karena pembangunan adalah usaha masyarakat sebanyak mungkin ikut serta dengan pemerintah, memberi bantuan guna meningkatkan, memperlancar, mempercepat dan menjamin keberhasilan pembangunan. Mengapa pemerintah perlu menghimbau masyarakat? Karena keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh partisipasi unsur masyarakat dapat bercorak pasif (memang tidak menolak program tapi tidak ada prakarsa) atau bercorak aktif (menerima) malahan aktif mengajak orang lain memperluas jangkauan (pemerataan) dan meningkatkan hasil pembangunan.

Pembangunan yang meliputi segala aspek segi kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya itu baru berhasil apabila kegiatan yang melibatkan seluruh masyarakat di dalam usaha negara. Tidak saja dalam pengambilan kebijakan tertinggi, perencanaan, pimpinan pelaksanaan operasional, tapi juga petani yang masih tradisional, buruh, nelayan dan lainnya. Telihat tiga aspek dalam rangka partisipasi pembangunan.


(42)

1. Terlibat dan ikut serta rakyat sesuai dengan mekanisme proses politik dalam sebuah negara turut menentukan arah, strategi dan kebijakan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah.

2. Meningkatkan artikulasi (kemampuan) untuk merumuskan tujuan dan arah serta strategi rencana yang telah ditentukan dalam proses politik

3. Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipasi dalam pembangunan berencana.

Menurut pandangan umum, pembangunan politik memang meliputi kegiatan perluasan partisipasi massa, akan tetapi sangat perlu membedakan kondisi-kondisi yang memungkinkan adanya perluasan tersebut. Dari sudut sejarah, di negara-negara Barat dimensi pembangunan politik erat bertalian dengan perluasan hak pilih dan pengikutsertaan kelompok-kelompok baru dalam masyarakat di dalam proses politik. Proses partisipasi massa ini berarti penyebarluasan pengambilan keputusan, di mana partisipasi tersebut berpengaruh pula terhadap masalah pilihan dan keputusan.(Gaffar, 1989:42)

6. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara yang masih diuji kebenarannya. Berdasarkan konsep dan teori sebagaimana penulis kemukakan di atas, maka penulis akan mengemukakan hipotesis penelitian yakni “Ada Hubungan yang Positif dan Singnifikan antara Partisipasi politik Masyarakat terhadap Pembangunan Desa di Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut Kabupaten Natuna Propinsi Kepulauan Riau.”


(43)

7. Defenisi Konsep

Menurut Singarimbun (1995;33) konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dan sejumlah karakteristik, kejadian keadaan, kelompok atau individu tertentu

Untuk memberikan batasan-batasan yang lebih jelas dari masing-masing konsep guna menghindari adanya salah pengertian, maka defenisi beberapa konsep yang dipakai dalam penelitian ini sesuai dengan kerangka teoritis yang telah dikemukakan di atas maka konsep operasional tersebut adalah sebagai berikut:

1. Partisipasi Masyarakat adalah keterlibatan mental dan emosional individu dalam situasi kelompok yang mendorongnya memberikan sumbangan terhadap tujuan kelompok serta mambagi tanggung jawab bersama mereka.

2. Pembangunan Desa adalah sebagai upaya untuk menumbuhkan keadaan dari yang kurang dikehendaki menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan aspirasi, partisipasi, adat istiadat masyarakat setempat.

8. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun,1995:56). Menurut siagian, 2004:11 defenisi operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator agar lebih memudahkan operasionalisasi dari sudut penelitian. Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(44)

A. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah Partisipasi Politik Masyarakat dengan indikatornya sebagai berikut :

No Dimensi Indikator

1 2 3 4 Waktu Pikiran Tenaga Uang Meluangkan waktu Masukan dan Saran Kerjasama

Sumbangan dan Iuran

Menurut Max F. Millikan , (Muhaimin 1982:16). defenisi operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator agar lebih memudahkan operasionalisasi dari sudut penelitian. Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

B. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah pembangunan Desa dengan indikatornya sebagai berikut :

No Dimensi Indikator

1

2

3

Persamaan (equality)

Kapasitas

Diferensiasi dan spesialisasi

- Keterlibatan masyarakat dalam

kegiatan-kegiatan politik

- Persamaan hak dan kewajiban

masyarakat dalam sistem politik

- Persamaan peluang dan

kesempatan masyarakat dalam menduduki jabatan politik, dsb.

- Output penerapan suatu sistem

kebijakan

- Efektivitas dan efisiensi

pelaksanaan kebijaksanaan pemerintah

- Rasionalitas administrasi - Spesialisasi struktur - Spesialisasi fungsionil Sumber : Muhaimin (1982:16)


(45)

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan kuantitatif, karena penelitian ini bertujuan untuk mengukur Hubungan partisipasi politik masyarakat terhadap pembangunan desa di Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut Kabupaten Natuna Propinsi Kepulauan Riau.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut Kabupaten Natuna Propinsi Kepulauan Riau.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Kelanga sebanyak 930 orang. Kemudian populasi ini dibagi atas dua komponen yaitu:

a. Pemerintah Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut.

b. Masyarakat Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Sugiyono mengatakan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2002 : 57).


(46)

Dalam melakukan teknik pengambilan sampel, peneliti menggunakan metode

non probability sampling dimana dalam teknik ini jumlah atau ukuran sampel

disesuaikan dengan masalah dan tujuan dari penelitian. Spesifikasi metode non

probability sampling yang digunakan peneliti adalah purposive sampling, yaitu

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2002 : 96).

Berdasarkan jumlah populasi yang diambil, maka untuk menentukan sampel yang representatif penulis menggunakan teknik penarikan sampel berdasarkan Rumus Yamane (dalam Rahmat, 2005:82) yakni sebagai berikut:

N Nd2+1

Keterangan N: Populasi n : Sampel

d : Tingkat kesalahan penarikan sampel: 10 % dan tingkat kesalahan 90 %. Selanjutnya dengan mensubstitusikan jumlah populasi dan presisi kedalam rumus di atas, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

930 10 100 930 930( 0,1 )2 + 1 930 930 ( 0,01 ) + 1 n =

n =

n =


(47)

930 9,3 + 1

930 10,3 n = 90

Maka jumlah sampel untuk masyarakat yang digunakan dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 90 jiwa.

Sedangkan key informan yang akan diwawancarai oleh peneliti, yang merupakan bagian dari sampel penelitian ini dan diharapkan mampu untuk memberikan informasi yang valid adalah sebagai berikut:

1. Kepala Desa Kelanga

2. Perangkat Desa Kelanga, berjumlah 4 orang

Jadi keseluruhan key informan yang diwawancara berjumlah 5 orang.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan data yang diperlukan, penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data Primer

Yaitu perolehan data melalui kegiatan penulis langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yangn diteliti, kegiatan ini dilakukan dengan cara :

n =


(48)

a. Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan (angket) kepada responden. Pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan tertutup, responden memilih jawaban yang telah disediakan.

b. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan menanyakan langsung kepada responden tentang permasalah yang berhubungan dengan penelitian ini.

c. Observasi yaitu pengumpulan data malalui pengamatan secara langsung kelokasi penelitian

2. Data sekunder yaitu, cara pengumpulan data melalui studi kepustakaan, dokumentasi, dan bahan lain yang relevan dengan objek penelitian.

E. Teknik Pengukuran Skor

Instrumen penelitian sesuai dengan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini. penelitian ini menggunakan instrumen yang berbentuk kuesioner adapun format jawaban dari kuesioner menurut skala ordinal dengan Lima alternatif jawaban tiap alternatif itu diberikan skor.

Adapun skor dari setiap pertanyaan yang ditentukan sebagai berikut : 1. Untuk jawaban a diberi skor 5

2. Untuk jawaban b diberi skor 4 3. Untuk jawaban c diberi skor 3 4. Untuk jawaban d diberi skor 2 5. Untuk jawaban e diberi skor 1


(49)

Kemudian untuk Uji Skoring pada data dan informasi dengan cara memberi skor pada data dan infomasi yang dianalisis dan kemudian dihitung kumulatif yang akhirnya dapat dihitung rata-rata persentasenya, hasilnya dapat digunakan untuk pengambilan kesimpulan yang dapat memberikan arahan terhadap saran atau rekomendasi sebagai upaya pemecah masalahnya. Ali (1997:113)

Untuk mengetahui rata-rata skor dapat di gunakan rumus sebagai berikut:

Rata-rata = Jumlah Skor Jumlah Responden

Untuk mengetahui rata-rata persentase dari skor kita dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Rata-rata Persentase = Rata-rata Skor Jumlah Skala

F. Teknik Analisa Data

Korelasi sederhana digunakan untuk mengukur besarnya hubungan variabel bebas/Indevenden (X) dengan variabel terikat/Devenden (Y) Adalah korelasi Pearson Product Moment.

Penggunaan teknik korelasi seperti ini didasarkan atas sumber data yang diperoleh penulis serta adanya interval data yang berguna untuk melihat apakah jawaban responden tergolong Sangat Tinggi,Tinggi, Sedang, Rendah, Sangat Rendah.


(50)

1. Adapun rumus Koefisien Korelasi Pearson Product Moment (dalam Anas Sudjiono, 1996:193) adalah sebagai berikut :

xy

r =

( )( )

( )

}

{

( )

{

2 2 2 2

}

. . . .

− − y y N x x N y x xy N Keterangan :

Rxy = Angka Indeks Korelasi “r” Pearson Product Moment

N = Populasi

xy = Jumlah perkalian antara skor x dan y

∑x = Jumlah skor x

∑y = Jumlah skor y

Untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Nilai r yang positif menunjukkan hubungan kedua variabel positif, artinya

kenaikan nilai variabel yang satu diikuti oleh nilai variabel yang lain

b. Nilai r yang negatif menunjukkan hubugan kedua variabel negatif artinya

menurunnya nilai variabel yang satu diikuti dengan meningkatnya nilai variabel yang lain

c. Nilai r yang sama dengan nol menunjukkan kedua variabel tidak

menunjukkan hubungan, artinya variabel yang satu tetap meskipun yang lainnya berubah.


(51)

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi), digunakan penafsiran interprestasi angka yang dikemukakan oleh Sugiyono (2004:214), yaitu

Tabel 1. Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi Interpretasi Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah

Sedang Tinggi Sangat tinggi Sumber: Sugiono,2004

Dengan nilai Rxy yang diperoleh, kita dapat melihat secara langsung

melalui tabel korelasi yang menguji apakah nilai r yang kita peroleh tersebut berarti atau tidak, tabel korelasi ini mencantumkan batas-batas r yang signifikan tertentu, dalam hal ini signifikan, 5 % bila nilai r tersebut signifikan artinya, hipotesis alternatif dapat diterima.

2. Koefesien Determinant

Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh variabel bebas / indevenden (X) terhadap variabel terikat / devenden (Y). Perhitungan dilakukan dengan menguadratkan Nilai Keofesien Pearson Product Moment (Rxy)

2

x 100 %. D = (Rxy)2 x 100 %

D = Koefesien Determinan


(52)

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan kuantitatif, karena penelitian ini bertujuan untuk mengukur Hubungan partisipasi politik masyarakat terhadap pembangunan desa di Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut Kabupaten Natuna Propinsi Kepulauan Riau.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut Kabupaten Natuna Propinsi Kepulauan Riau.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Kelanga sebanyak 930 orang. Kemudian populasi ini dibagi atas dua komponen yaitu:

a. Pemerintah Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut.

b. Masyarakat Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Sugiyono mengatakan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2002 : 57).


(53)

Dalam melakukan teknik pengambilan sampel, peneliti menggunakan metode

non probability sampling dimana dalam teknik ini jumlah atau ukuran sampel

disesuaikan dengan masalah dan tujuan dari penelitian. Spesifikasi metode non

probability sampling yang digunakan peneliti adalah purposive sampling, yaitu

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2002 : 96).

Berdasarkan jumlah populasi yang diambil, maka untuk menentukan sampel yang representatif penulis menggunakan teknik penarikan sampel berdasarkan Rumus Yamane (dalam Rahmat, 2005:82) yakni sebagai berikut:

N Nd2+1

Keterangan N: Populasi n : Sampel

d : Tingkat kesalahan penarikan sampel: 10 % dan tingkat kesalahan 90 %. Selanjutnya dengan mensubstitusikan jumlah populasi dan presisi kedalam rumus di atas, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

930 10 100 930 930( 0,1 )2 + 1 930 930 ( 0,01 ) + 1 n =

n =

n =


(54)

930 9,3 + 1

930 10,3 n = 90

Maka jumlah sampel untuk masyarakat yang digunakan dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 90 jiwa.

Sedangkan key informan yang akan diwawancarai oleh peneliti, yang merupakan bagian dari sampel penelitian ini dan diharapkan mampu untuk memberikan informasi yang valid adalah sebagai berikut:

1. Kepala Desa Kelanga

2. Perangkat Desa Kelanga, berjumlah 4 orang

Jadi keseluruhan key informan yang diwawancara berjumlah 5 orang.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan data yang diperlukan, penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data Primer

Yaitu perolehan data melalui kegiatan penulis langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yangn diteliti, kegiatan ini dilakukan dengan cara :

n =


(55)

a. Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan (angket) kepada responden. Pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan tertutup, responden memilih jawaban yang telah disediakan.

b. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan menanyakan langsung kepada responden tentang permasalah yang berhubungan dengan penelitian ini.

c. Observasi yaitu pengumpulan data malalui pengamatan secara langsung kelokasi penelitian

2. Data sekunder yaitu, cara pengumpulan data melalui studi kepustakaan, dokumentasi, dan bahan lain yang relevan dengan objek penelitian.

E. Teknik Pengukuran Skor

Instrumen penelitian sesuai dengan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini. penelitian ini menggunakan instrumen yang berbentuk kuesioner adapun format jawaban dari kuesioner menurut skala ordinal dengan Lima alternatif jawaban tiap alternatif itu diberikan skor.

Adapun skor dari setiap pertanyaan yang ditentukan sebagai berikut : 1. Untuk jawaban a diberi skor 5

2. Untuk jawaban b diberi skor 4 3. Untuk jawaban c diberi skor 3 4. Untuk jawaban d diberi skor 2 5. Untuk jawaban e diberi skor 1


(56)

Kemudian untuk Uji Skoring pada data dan informasi dengan cara memberi skor pada data dan infomasi yang dianalisis dan kemudian dihitung kumulatif yang akhirnya dapat dihitung rata-rata persentasenya, hasilnya dapat digunakan untuk pengambilan kesimpulan yang dapat memberikan arahan terhadap saran atau rekomendasi sebagai upaya pemecah masalahnya. Ali (1997:113)

Untuk mengetahui rata-rata skor dapat di gunakan rumus sebagai berikut:

Rata-rata = Jumlah Skor Jumlah Responden

Untuk mengetahui rata-rata persentase dari skor kita dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Rata-rata Persentase = Rata-rata Skor Jumlah Skala

F. Teknik Analisa Data

Korelasi sederhana digunakan untuk mengukur besarnya hubungan variabel bebas/Indevenden (X) dengan variabel terikat/Devenden (Y) Adalah korelasi Pearson Product Moment.

Penggunaan teknik korelasi seperti ini didasarkan atas sumber data yang diperoleh penulis serta adanya interval data yang berguna untuk melihat apakah jawaban responden tergolong Sangat Tinggi,Tinggi, Sedang, Rendah, Sangat Rendah.


(57)

1. Adapun rumus Koefisien Korelasi Pearson Product Moment (dalam Anas Sudjiono, 1996:193) adalah sebagai berikut :

xy

r =

( )( )

( )

}

{

( )

{

2 2 2 2

}

. . . .

− − y y N x x N y x xy N Keterangan :

Rxy = Angka Indeks Korelasi “r” Pearson Product Moment

N = Populasi

xy = Jumlah perkalian antara skor x dan y

∑x = Jumlah skor x

∑y = Jumlah skor y

Untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Nilai r yang positif menunjukkan hubungan kedua variabel positif, artinya

kenaikan nilai variabel yang satu diikuti oleh nilai variabel yang lain

b. Nilai r yang negatif menunjukkan hubugan kedua variabel negatif artinya

menurunnya nilai variabel yang satu diikuti dengan meningkatnya nilai variabel yang lain

c. Nilai r yang sama dengan nol menunjukkan kedua variabel tidak

menunjukkan hubungan, artinya variabel yang satu tetap meskipun yang lainnya berubah.


(1)

apa bila salah satu variabel mengalami penurunan maka variabel lain yang berkorelasi juga mengalami penurunan.

Setelah mengetahui adanya pengaruh yang positif antara Partisipasi Politik Masyarakat terhadap Pembangunan Desa pada Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau, maka akan dapat pula diketahui bahwa besarnya pengaruh Partisipasi Politik Masyarakat terhadap Pembangunan Desa adalah 30,58 % dan selebihnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang belum diperhitungkan dalam penelitian ini.

Selanjutnya untuk mengetahui adanya pengaruh antara dua variabel berdasarkan nilai r koefisien korelasi, digunakan penafsiran / interpretasi angka yang dikemukakan oleh Sugiono (2004 : 214)

Tabel 28. Pedoman Untuk Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Interpretasi

0.00 - 0.199 Sangat Rendah

0.20 - 0.399 Rendah

0.40 - 0.599 Sedang

0.60 - 0.799 Tinggi

0.80 - 1.000 Sangat Tinggi

Sumber Data : Penelitian Tahun 2008

Melalui interpretasi di atas diketahui bahwa tingkat Hubungan Partisipasi Politik Masyarakat terhadap Pembangunan Desa pada Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau kategori Sedang. Dari hasil rxy sebesar 0,553 maka menurut interpretasi di atas jelas menunjukan adanya korelasi yang sedang antara 0.40 – 0.599.


(2)

7. Pembahasan Penelitian

Setelah keseluruhan data yang diperoleh dalam penelitian diuraikan, maka tahap perhitungan yang menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment antara Partisipasi Politik Masyarakat terhadap Pembangunan Desa, maka didapat hasil sebesar 0,553. Untuk menentukan taraf signifikan antara Partisipasi Politik Masyarakat terhadap Pembangunan Desa, maka harus diadakan perbandingan antara r yang diperoleh melalui perhitungan koefisien korelasi pearson product moment dengan r pada tabel. Jika dilihat pada r tabel koefisien korelasi pearson product moment dengan taraf (α) 5 % untuk N = 90 diperoleh nilai r tabel sebesar 0.207.

maka dapat diketahui bahwa r hitung lebih besar dari r tabel (0,553 > 0.207 ). Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh positif antara Partisipasi Politik Masyarakat terhadap Pembangunan Desa Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau. Ini berarti semakin baik Partisipasi Politik Masyarakat maka semakin baik pula Pembangunan Desa pada Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau. Dengan kata lain apabila salah satu variabel terjadi peningkatan maka variabel lain yang berkorelasi juga mengalami peningkatan pula. Sebaliknya apa bila salah satu variabel mengalami penurunan maka variabel lain yang berkorelasi juga mengalami penurunan. maka akan dapat pula diketahui bahwa besarnya pengaruh Partisipasi Politik Masyarakat terhadap Pembangunan Desa adalah 30,58 % dan selebihnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang belum diperhitungkan dalam penelitian ini.


(3)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau, dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil perhitungan koefisien korelasi Pearson Product Moment, terdapat hasil yang positif dengan kata lain jika terjadi kenaikan variabel yang satu maka akan diikuti oleh variabel lain yang berkorelasi dengan variabel tersebut.

2. Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Pembangunan Politik Desa pada Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau, berada pada interpretasi Sedang. Hal ini berdasarkan perhitungan koefisien korelasi pearson product moment yang menunjukan angka sebesar 0,553, antara 0,40 – 0,599.

3. Hubungan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan politik desa adalah sebesar 30,58 %.

B. Saran

Apapun dan bagaimanapun usaha yang dilakukan sudah tentu masih terdapat kekurangan, baik yang disebabkan oleh keterbatasan ilmu yang dimiliki oleh penulis maupun keterbatasan data yang penulis miliki serta pengalaman dalam bidang penelitian sangat minim. Namun, ada bebarapa hal yang dapat diambil dari penelitian ini baik yang menjadi masukan pada tempat penelitian dan juga pada aparat yang ada


(4)

di tempat penelitian. Oleh karena itu, penulis berusaha memberikan saran-saran semoga bermanfaat bagi berbagai pihak :

1. Saran untuk seluruh aparat Pemerintah Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau

Kepada Kepala Desa Kelanga sebagai pimpinan tentu berkeinginan agar setiap warga masyarakatnya memiliki Partisipasi yang Tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, penulis menemukan bahwa Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Politik Desa pada Desa Kelanga kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau sedang. Oleh karena itu, Kepala Desa sebagai pimpinan di desa diharapkan lebih meningkatkan partisipasi masyarakat yang berhubungan dengan pembangunan politik desa agar partisipasi yang sedang ini dapat terus ditingkatkan.

2. Saran untuk Masyarakat Desa Kelanga kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau.

Dari data-data yang penulis dapatkan dari responden tentang partisipasi masyarakat diketahui bahwa partisipasi masyarakat desa Kelanga Kecamatan Bunguran timur Laut, Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau sedang. Oleh kerena itu, diharapkan kepada masyarakat desa Kelanga harus mampu melibatkan diri dalam setiap kebijakan pembangunan di desa tersebut bahkan peran aktif masyarakat harus ditingkatkan lagi. Karena partisipasi masyarakat merupakan hal yang paling utama dan yang penting dalam proses pembangunan. Karena, tanpa ada partisipasi masyarakat dalam pembangunan khususnya pembangunan politik tidak akan berjalan dengan baik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. Suharsimi, 2004, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta.

Ali. Faried, 1997, Metodologi Penelitian Sosial dalam Bidang Ilmu Aministrsi dan Pemerintahan. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.

Dodd, C.H., 1986, Pembangunan Politik, Bina Aksara, Jakarta.

Gaffar, 1989, Beberapa Aspek Pembangunan Politik, Jakarta, Rajawali Press.

Islamy, Irfan, 2004, Prinsip–Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, Renika cipta, Jakarta.

Bangun, Zakakaria, 2008, Demokrasi Dan Kehidupan Demokrasi Di Indonesia,, medan

Juliantara, Dadang, 2000, Pembaharuan Kabupaten Mewujudkan Kabupaten Partisipatif, Bantul, Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajad, 2004, Otonomi dan Pembangunan Daerah, Erlangga, Jakarta.

Muhaimin,1982, Masalah-masalah pembangunan politik, Gadjah Mada Universitas Press, Yogyakarta.

Ndaraha, Taliziduhu, 1991, Demensi-Demensi Pemerintah Desa, Bumi Aksara. Jakarta.

Siagian. S. P. 2004 Teori Pengembangan Organisasi, Gunung Agung, Jakarta. Singarimbun. Masri. Sofian Efendi, 1995, Metode Penelitian Survei, Jakarta, LP3ES.


(6)

Sudjiono. Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, PT. Rajawali Grafindo Persada, Jakarta 1996.

Sugiono, 2004, Metodologi Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung.

Soetrisno, Loekman, 1995, Menuju Masyarakat Partisipatif, Cetakan Pertama, Kanisus, Yogyakarta.

Widjaja,HAW, 2002, Pemerintah Desa/Marga, Raja Grafindo, Jakarta.

Yusran, Andi, 2006 Kelembagaan Partisipasi Kewenangan, Suska Press,Riau. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang No.32 Tahun 2004. Pemerintah Daerah. Bandung:Citra Utama. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 Tentang Pemerintah Desa.