Semen Beku TINJAUAN PUSTAKA A.

16

D. Pembekuan Semen

Peraturan Direktur Jenderal Peternakan Nomor :1220HK.060F122007 Tentang Petunjuk Teknis Produksi dan Distribusi Semen Beku bahwa proses pembekuan semen dilakukan melalui 2 dua tahap yaitu : 1. Pra pembekuan pre freezing Proses pre freezing dilakukan dalam storage kontainer, straw disusun dirak dan dilakukan 2 —4 cm diatas permukaan N 2 cair selama 5 —9 menit. 2. Pembekuan freezing Pembekuan dilakukan setelah pre freezing, straw diletakkan dalam goblet dan canister, direndam dalam N 2 cair suhu -196 C. Keuntungan dengan dilakukannya pembekuan semen yaitu: 1. efisiensi penggunaan semen pajantan-pejantan unggul baik yang masih sehat maupun cacat sepanjang tahun; 2. mengatasi hambatan jarak dan waktu; 3. memungkinkan perkawinan pejantan-pejantan unggul untuk daerah luas; 4. biaya transportasi relatif murah. Tabel 1. Pengaruh ketinggian straw di atas permukaan N 2 cair terhadap kualitas semen beku. Ketinggian straw Motilitas Hidup Abnormal 4 cm 23 36 4 6 cm 29 46 10 8 cm 37 40 9 10 cm 43 39 12 Sumber : Kaiin et al., 2004. 17 Permasalahan yang sering terjadi saat proses pembekuan semen yaitu pengaruh cold shock terhadap sel yang dibekukan dan perubahan-perubahan intraseluler akibat pengeluaran air dengan terbentuknya kristal-kristal es. Kristal-kristal es intraseluler dapat merusak spermatozoa secara mekanik. Konsentrasi elektrolit yang berlebihan akan melarutkan selubung lipoprotein dinding sel sperma waktu pencairan kembali thawing, permeabilitas membran sel akan berubah dan menyebabkan kematian sel. Spermatozoa banyak mengalami kerusakan pada suhu antara -1,5 C dan -3,0 C rata- rata pada suhu -1,7 C. Kerusakan 20 dari seluruh sperma pada waktu pembekuan masih dianggap memuaskan Toelihere, 1993. Proses pembuatan semen beku terdiri dari: 1 proses pengenceran, yaitu perhitungan volume pengencer dan proses pengenceran dengan pengencer organik skim milk ataupun anorganik tris; 2 pemeriksaan before freezing, setelah proses pengenceran selesai maka dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik terhadap motilitas sel spermatozoa yang bergerak aktif maju ke depan progresif dengan nilai minimal 70; 3 proses filling dan sealing, dilakukan di dalam cool top yang bersuhu 3 – 5 C; 4 pre freezing, straw yang telah dikemas disusun diatas rak, kemudian diletakkan di atas nitrogen cair dalam kontainer, prosessing sampai suhunya mencapai -140 C, yang membutuhkan waktu sebanyak 9 menit; 5 freezing pembekuan, straw dimasukkan ke dalam gablet dan setelah itu direndam dalam nitrogen cair -196 C dalam kontainer. Proses pembekuan semen meliputi: 1. Cooling pendinginan merupakan proses pendinginan semen setelah proses pengenceran, dimasukkan dalam gelas ukur tertutup dan ditempatkan pada 18 beaker glass berisi air. Cooling sampai 5 C dapat dilakukan dengan memasukkan tabung-tabung yang berisi semen yang telah diencerkan dalam bak yang berisi air Toelihere, 1985. 2. Pre freezing pembekuan awal yaitu straw yang berisi semen diatur pada rak straw dan ditempatkan dalam uap N 2 cair sekitar 4,5 cm diatas permukaan nitrogen cair. Pembekuan ini berlangsung sekitar 10 menit, kemudian dimasukkan langsung ke dalam nitrogen cair Toelihere, 1985. 3. Freezing pembekuan Freezing merupakan proses penghentian sementara kegiatan hidup sel tanpa mematikan fungsi sel dan proses hidup dapat berlanjut setelah pembekuan dihentikan sedangkan semen beku adalah semen yang telah diencerkan menurut prosedur lalu dibekukan di bawah suhu 0 C atau titik beku air Partodiharjo, 1992. Pembekuan atau pencairan semen beku dapat menyebabkan kerusakan spermatozoa dan menghilangkan fertilitas spermatozoa. Untuk membuahi sel telur, spermatozoa harus mempertahankan kemampuannya untuk memasuki oosit dan flagellum dengan mendorong permukaan membran dan menghindari pencakupan oleh fagosit pada saluran reproduksi atau pengikatan ireversibel pada sel epitel Blakely dan Bade, 1994. Menurut Partodiharjo 1992, Freezing merupakan proses penghentian sementara kegiatan hidup sel tanpa mematikan fungsi sel dan proses hidup dapat berlanjut setelah pembekuan dihentikan. Sedangkan semen beku adalah semen yang telah diencerkan menurut prosedur lalu dibekukan di bawah suhu 0 C. 19 Menurut Toelihere 1993, pembekuan dapat menggunakan CO 2 padat, udara basah, O 2 cair dan nitrogen cair. Pembekuan dengan N 2 cair lebih sering digunakan karena suhunya yang sangat rendah dapat menyimpan semen dalam jangka waktu yang lama. Pada proses ini straw direndam dengan suhu -196 C. Volume N 2 cair harus dikontrol secara periodik, karena jika kehabisan akan menaikkan suhu sehingga akan mematikan spermatozoa. Untuk menjamin kelangsungan hidup spermatozoa yang terkandung di dalam straw maka N 2 cair di dalam kontainer tidak boleh kurang dari ukuran minimal yang ditentukan yaitu setinggi 13,3 cm. Seandainya 13,3 cm, maka penambahan N 2 cair harus dilakukan segera dalam waktu 12 jam. Salah satu kendala penyimpanan semen beku dengan nitrogen cair adalah sifat nitrogen cair yang mudah menguap. Faktor yang mempercepat terjadinya penguapan nitrogen cair diantaranya cara menyimpan kontainer, intensitas terbukanya tutup kontainer, jumlah akseptor, dan jenis kontainer. Kontainer merupakan bejana vakum yang terdiri dari bahan baja atau almunium dengan dinding berisi ruang vakum dan isolasi yang ketat. Kontainer yang kurang baik mutunya sering bocor karena dinding vakumnya tidak normal lagi atau tutupnya terlalu longgar dan menyebabkan penguapan nitrogen cair terlalu banyak dan terlalu cepat Tolihere, 1993. Kontainer merupakan bejana vakum yang umumnya terdiri dari bahan baja atau aluminium dengan dinding berisi ruang vakum dan isolasi yang ketat dengan ukuran yang berbagai ukuran sesuai dengan kebutuhan. Satu kontainer di Pusat IB dengan ukuran besar dapat memuat 45.000 —100.000 semen beku ampul atau