Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian

7 selama 9 menit. Suhu tersebut diperoleh bila straw yang disusun di atas rak yang ditempatkan kurang lebih 4 cm di atas permukaan N 2 cair. Hal ini bertujuan sebagai proses adaptasi semen untuk tahap selanjutnya, supaya tidak terjadi temperatur shock, yang dapat menyebabkan abnormalitas atau kematian spermatozoa di dalam semen. Setelah pembekuan, semen beku disimpan di dalam storage kontainer yang berisi N 2 cair -196 C Nilna, 2010. Maxwell dan Watson 1996 menunjukkan pada saat pembekuan terjadi kerusakan membran plasma spermatozoa akibat terbentuknya peroksidasi lipid. Keadaan ini terjadi karena membran spermatozoa banyak mengandung asam laktat tak jenuh yang sangat rentan terhadap kerusakan peroksidasi. Menurut Parrish 2003, semen akan mengalami penurunan kualitas sekitar 10 —40 pada saat pembekuan. Menurut Said et al 2004, ketinggian straw dari permukaan nitrogen cair sebesar 10 cm dengan volume nitrogen cair delapan liter menghasilkan motilitas sperma sebesar 43 sehingga layak digunakan dalam proses IB karena masih diatas nilai minimal 40 yang ditentukan oleh Badan Standarisasi Nasional tahun 1998. Purwasih et al., 2013, menunjukkan ketinggian straw yang berisi semen diletakkan pada jarak ±4 cm di atas nitrogen cair pre freezing pada suhu -110 C menghasilkan gerakan individu spermatozoa 2,27 , spermatozoa hidup 41,72 artinya semen beku yang layak untuk diinseminasikan yaitu memiliki persentase hidup ≥40 Standar Operasional Pelayanan BIB Sidomulyo Ungaran, 2011. Menurut Amin et al 1999, lama waktu pre freezing adalah 10 menit dan ketinggian straw 8 cm di atas permukaan nitrogen cair suhu -130 C. 8 Menurut Imran 2012, jarak ketinggian straw dengan permukaan nitrogen cair sangat berpengaruh terhadap motilitas spermatozoa semen beku. Jarak ketinggian yang memberikan hasil motilitas spermatozoa yang baik pada jarak ketinggian straw dengan permukaan nitrogen cair 2 cm, sedangkan untuk lama waktu dan intensitas keduanya jarak ketinggian straw dengan permukaan nitrogen cair dan lama waktu pada tahap pre freezing tidak berpengaruh terdapat motilitas spermatozoa semen beku. Pada proses pembekuan semen akan mengakibatkan terjadinya cold shock dan perubahan intraseluler akibat pengeluaran air maka terjadi pembentukan kristal-kristal es yang berpengaruh terhadap kualitas spermatozoa. Masalah ini secara langsung akan menyebabkan penurunan kualitas semen beku yang dihasilkan. Jarak straw mempunyai pengaruh besar terhadap keadaan spermatozoa khususnya keutuhan spermatozoa dalam semen. Jarak antara straw dengan nitrogen cair yang berbeda mengakibatkan temperatur sekitar straw berbeda yaitu temperatur yang rendah dapat menyebabkan spermatozoa yang berada dalam straw akan mengalami cold shock dan temperatur yang tinggi dapat mematikan spermatozoa yang berada dalam straw Kaiin et al., 2004. Jarak straw dengan nitrogen cair pada proses pre freezing akan memengaruhi kualitas semen beku Sapi Limousin sehingga apabila telah diketahui jarak straw yang terbaik dengan nitrogen cair, maka penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada petugas laboratorium di berbagai Balai Inseminasi Buatan. 9

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. terdapat pengaruh jarak straw dengan nitrogen cair pada proses pre freezing terhadap kualitas semen beku Sapi Limousin; 2. terdapat salah satu jarak straw yang memberikan pengaruh terbaik terhadap kualitas semen beku Sapi Limousin. 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

Sapi Limousin Sapi Limousin merupakan keturunan sapi Eropa yang berkembang di Perancis. Karakteristik Sapi Limousin adalah pertambahan badan yang cepat perharinya sekitar 1,1 kg, tinggi mencapai 1,5 m, bulu tebal yang menutupi seluruh tubuh warnanya mulai dari kuning sampai merah keemasan, tanduknya berwarna cerah, bobot lahir tergolong kecil sampai medium sapi betina dewasa mencapai 575 kg dan pejantan dewasa mencapai berat 1100 kg, fertilitasnya cukup tinggi, mudah melahirkan, mampu menyusui, dan mengasuh anak dengan baik serta pertumbuhannya capat Blakely dan Bade, 1994. Sapi Limousin dapat berproduksi secara optimal pada daerah yang beriklim temperatur dengan suhu antara 4 —15 C dengan mendapat hijauan serta konsentrat yang bernilai tinggi Meyn, 1991. Menurut Thomas 1991, Sapi Limousin memiliki berat lahir rata-rata 39,95 kg dengan berat sapih pada umur 205 hari yaitu 198 kg.

B. Semen

Semen merupakan hasil sekresi organ reproduksi ternak jantan yang secara normal diejakulasikan melalui penis ke dalam saluran kelamin betina sewaktu 11 terjadi kopulasi, tetapi dengan kemajuan teknologi dapat pula ditampung dengan berbagai cara untuk keperluan Inseminasi Buatan. Semen mengandung dua unsur utama, yaitu plasma semen dan spermatozoa. Plasma semen merupakan cairan yang sebagian besar disekresikan oleh kelenjar vesikularis dan jumlah kecil disekresikan oleh testis. Plasma semen mempunyai pH sekitar 7,0 dan tekanan osmotik sama dengan darah, yaitu ekuivalen dengan 0,9 natrium chlorida Toelihere, 1993. Komponen yang terpenting dari semen tentu saja spermatozoa. Semen tanpa spermatozoa adalah plasma semen yang tidak memiliki sifat-sifat sangat penting dalam proses reproduksi hewan jantan, dengan fungsi utama membuahi ovum. Semen segar yang diejakulasikan oleh sapi jantan dikatakan normal, bila semen tersebut mengandung spermatozoa yang memperlihatkan daya gerak dan aktif, memiliki gerakan masa yang bergelombang. Banyaknya spermatozoa yang terdapat di dalam sejumlah semen tertentu, akan memengaruhi sifat penampakannya. Semen yang encer dan jernih mengandung spermatozoa yang sedikit jumlahnya sedangkan semen yang keruh dan kental dalam keadaan yang normal memiliki konsentrasi spermatozoa tinggi Salisbury dan Van Denmark, 1985. Semen dari suatu spesies hewan mempunyai perbedaan dalam sifat-sifatnya dengan spesies lain. Perbedaan itu terletak pada volume, kekentalan, pH, konsentrasi, warna, dan baunya. Pada sapi dan domba memiliki volume semen sedikit karena kelenjar asesoris mengeluarkan cairan dalam jumlah yang rendah Hardjopranjoto, 1995. 12 Semen sapi normal berwarna seperti susu atau krem keputih-putihan dan keruh. Derajat kekeruhannya tergantung pada konsentrasi spermatozoa. Sapi pejantan menghasilkan semen yang normal berwarna kekuning-kuningan. Warna ini disebabkan oleh pigmen riboflavin yang dibawakan oleh satu gene autosomal resesif dan tidak mempunyai pengaruh terhadap fertilitas. Semen yang berwarna merah gelap sampai merah muda menandakan adanya darah segar dalam jumlah berbeda dan berasal dari saluran kelamin urethra atau penis. Warna kecoklat- coklatan menunjukkan adanya darah yang telah mengalami dekomposisi. Suatu warna coklat muda atau warna kehijau-hijauan menunjukkan kemungkinan kontaminasi dengan faeces Toelihere, 1985. Menurut Partodihardjo 1992, volume semen bervariasi antara 1 —12 ml tiap ejakulasi untuk sapi yang masih muda dan untuk sapi yang telah dewasa dapat menghasilkan semen tiap ejakulat 10 —15 ml. Teknologi Inseminasi Buatan dilakukan dengan tujuan memperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih, menghindari terjadinya penyakit melalui sarana reproduksi dan untuk mengatasi bila terjadi kendala dalam proses perkawinan alami antara jantan dan betina. Menurut Susilawati et al., 2003, semen yang berkualitas dari seekor penjantan unggul dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain berat badan, umur pejantan, sifat genetik, suhu dan musim, frekuensi ejakulasi dan makanan. Toelihere 1985 menunjukkan bahwa penyimpanan dalam bentuk straw dapat menghemat tempat, ringan, dan praktis dibawa kemana-mana serta dapat dibuat berbagai warna dimana setiap warnanya untuk mengidentifikasi pejantan tertentu.