Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi Pada KPP Pratama Medan Petisah dan KPP Pratama Medan Barat)

PELAKSANAAN SUNSET POLICY PAJAK TAHUN 2008
(Studi pada KPP Pratama Medan Petisah dan KPP Pratama Medan Barat)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

SERE TIORIDA SIAHAAN
060200338

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN
PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

Disetujui Oleh:
Departemen Hukum Keperdataan
Ketua

(Prof. Dr. Tan Kamello SH. MS)
NIP. 131764556


Dosen Pembimbing I

(Prof. Dr. Tan Kamello SH. MS)
NIP. 131764556

Dosen Pembimbing II

(Dr. Utari SH. M. Hum)
NIP. 197501142002122002

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

KATA PENGANTAR
Terlebih dahulu penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah Bapa

di Surga atas kasih dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Telah menjadi kewajiban bagi mahasiswa tingkat akhir bahwa penulisan
skripsi adalah sebagai pemenuhan persyaratan untuk mendapat gelar Sarjana
Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Untuk itu penulis memberanikan diri untuk memilih judul skripsi, yaitu :
“PELAKSANAAN SUNSET POLICY PAJAK TAHUN 2008 (studi:Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Barat”)
Penulis menyadari bahwa skripsi yang diajukan ini jauh dari pada
memadai dan masih banyak kekurangan, baik dipandang dari segi kelengkapan
apalagi dari segi ilmiahnya. Hal ini terjadi karena pengetahuan dan kemampuan
yang ada penulis, serta dengan segala kerendahan hati penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca
sekalian guna menuju arah dan penyempurnaan dan menjadi bahan pertimbangan
serta bekal bagi penulis dimasa mendatang.
Terwujudnya skripsi ini bukanlah semata-mata merupakan jerih payah
penulis sendiri, tetapi tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini penulis mengaturkan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Runtung, SH, M. Hum, selaku Dekan FH USU.
2. Bapak Dr. Suhaidi, SH, MH, selaku Pembantu Dekan I FH USU.
Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, MH, DFM, selaku Pembantu Dekan II
FH USU.
4. Bapak M. Husni, SH, MH, selaku Pembantu Dekan III FH USU.
5. Bapak Prof. Tan Kamello, SH, MS, selaku Ketua Jurusan Hukum Perdata
sekaligus selaku Pembimbing I penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Utary, SH, M.Hum, selaku Pembimbing II penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Ramli Siregar, selaku dosen pembimbing akademis penulis.
8. Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah
menuangkan ilmu pengetahuan kepada penulis selama mengikuti
perkulihan

sehingga

berkat


ilmu

pengetahuan

penulis

mampu

menyelesaikan skripsi ini.
9. Bapak Nelson Siahaan selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Petisah yang memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan
riset di KPP Pratama Medan Petisah.
10. Bapak Saragi sebagai Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Barat yang memberikan izin kepada penulis mengadakan riset di KPP
Pratama Barat.
11. Bapak Gintar Ginting sebagai kepalasa seksi waskon IV KPP Pratama
Medan Petisah, Ibu Emenda di bagian pelayanan KPP Pratama Medan
Barat dan Bapak Bona Manurung sebagai AR di KPP Medan Barat yang
telah sabar memberikan data dan informasi yang saya butuhkan.

12. Teman-teman penulis di Fakultas Hukum yang penulis kasihi di FH USU.

Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Karihen Purba, SH,
M.Hum dan Ibu Maria Kaban, SH, M. Hum yang turut berjasa demi kelancaran
perkulihan penulis.
Pada tempatnyalah disini penulis mengucapkan terima kasih yang tiada
terhingga atas kasih sayang dan perhatian yang begitu dalam dari Ayahanda L.
Siahaan, SE dan Ibunda P. br. Tobing yang penulis sangat cintai, yang telah
membesarkan dan mendidik penulis dengan santun dan sabar.
Juga kepada kakak-kakak penulis, Florina Siahaan, S.E., Cory Siahaan,
dan Adik Albert Siahaan serta abang ipar penulis Yoss Panggabean, S.E., yang
sangat penulis sayangi, yang turut memberi dukungan kepada Penulis dalam
menyelesikan skripsi ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya skripsi ini.
Semoga penulisan skripsi ini akan berdaya guna dan berhasil serta
membawa manfaat bagi para pembaca khususnya civitas akademika Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.
Akhirnya Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan semua pihak yang menggunakannya.

Medan,

Desember 2009

Penulis

Sere Tiorida Siahaan
NIM 060200338
Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

ABSTRAK
Pajak merupakan penyumbang terbesar dari APBN yaitu hamper 70%
(tujuh puluh persen) dari total peneriamaan APBN. Oleh karena itu penerimaan
pajak senantiasa harus dioptimalkan, diantaranya melalui kebijakan-kebijakan
pajak. Utamanya adalah melalui kebijakan pajak yang bertujuan untuk menambah

wajib pajak baru sehingga turut berpengaruh terhadap penerimaan negara dari
pembayarab pajak. Di tahun 2008, melalui sunset policy Pasal 37A ayat (2) UU
No. 28 Tahun 2007, pememrintah memberikan fasilitas berupa penghapusan
sanksi bunga atas pajak yang belum dan/atau kurang dibayar pada tahun 2007 atau
sebelumnya, kepada wajib pajak orang pribai yang mendaftarkan diri sebagai
pemegang NPWP sepanjang tahun 2008. Sedangkan untuk wajib pajak baik
pribadi maupun badan yang memegang NPWP sebelum tahun 2008 pemerintah
memberikan fasilitas berupa penghapusan sanksi bunga atas pajak yang belum
dan/atau kurang dibayar pada tahun 2006 atau sebelumnya. Pada kenyataannya,
banyak sekali wajib pajak baik pribadi maupun badan yang mengikuti
pelaksanaan sunset policy ini.
Dalam kenyataan dan fakta yang terjadi di lapangan yang berkaitan
dengan pelaksanaan sunset policy pajak, banyak dijumpai berbagai masalah
diantaranya ketentuan yang tidak berlaku dalam UU No.28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Pelaksanaan Perpajakan sehubungan dengan
pelaksanaan sunset policy pajak, bagimana masa pelaksanaan sunset policy pajak
dan perpanjangan waktunya,bagaimana pengaruh kebijakan sunset policy pajak
pada masyarakat, dan bagaimana target dan realisasi sunset policy Pajak pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dan Medan Barat.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yuridis normatif dan yuridis

empiris. Langkah pertama dilakukan pada penelitian yuridis normatif yang
didasarkan pada bahan hukum sekunder yaitu inventarisasi peraturan-peraturan
yang berkaitan dengan perpajakan berdasarkan UU No. 28 Tahun 2008 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Pelaksanaan Perpajakan. Selain itu dipergunakan
juga bahan-bahan tulisan yang berkaitan dengan perpajakan. Kedua penulis
menggunakan metode penelitian lapangan yaitu dengan melakukan pengumpulan
data dengan mengadakan penelitian ke lapangan yaitu melalui interview (
wawancara ) secara informal pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama MedanPetisah dan Medan-Barat.
Pada kenyataannya ketentuan sunset policy berdasarkan Pasal 37A
Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 bersifat khusus dan hanya berlaku untuk
jangka waktu terbatas sehingga beberapa ketentuan umum yang diatur dalam
Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tidak berlaku. Ketentuan umum yang tidak
berlaku sehubungan dengan sunset policy seperti ketentuan yang terkait dengan
pembatasan jangka waktu pembetulan SPT Tahunan PPh paling lama 2 tahun
sejak berakhirnya bagian tahun pajak atau tahun pajak, persyaratan belum
dilakukan pemeriksaan, sebagaimana diatur dalam Pasal 8 Ayat (1) UndangUndang No. 28 Tahun 2007dan tentang sanki administrasi bagi wajib pajak yang
terlambat membayar pajak. Pelaksanaan sunset policy dimulai dari tanggal 1
Januari 2008 dan berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 dan diperpanjangan
sampai dengan tanggal 28 Febuari 2009. Pelaksanaan sunset policy diharapkan
membawa pengaruh positif bagi wajib pajak maupun pemerintah akan tetapi pada

Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

kenyataannya pelaksanaan sunset policy membawa pengaruh negative bagi
beberapa wajib pajak. Dengan dilaksanakannya sunset terjadi peningkatkan
jumlah wajib pajak baru dan dengan sendirinya meningkatkan jumlah penerimaan
pajak.

Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

DAFTAR ISI
Halaman Judul

................................................................................ i

Kata Pengantar

................................................................................ ii


Abstrak

................................................................................ v

Daftar Isi

................................................................................ vii

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………................................... 1
B. Rumusan Permasalahan ………...................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................... 5
D. Keaslian Penulisan ……………..................................... 7
E. Tinjauan Kepustakaan …………......................................7
F. Metode Penelitian ……………….................................. 10
G. Sistematika Pembahasan ……….................................... 11

BAB II


PAJAK DAN HUKUM PAJAK PADA UMUNMYA
A. Defenisi dan Unsur Pajak ............................................... 13
B. Asas-asas Pemungutan Pajak .......................................... 19
1. Asas Keadilan .................................................... 19
2. Asas Yuridis .........................................................20
3. Asas Ekonomis .....................................................21
4. Asas Finansial ..................................................... 22
C. Jenis-Jenis Pajak ............................................................. 22
1. Pajak Pusat .......................................................... 23
2. Pajak Daerah ...................................................... 24
D. Pengertian Hukum Pajak ............................................... 26
E. Kedudukan Hukum Pajak
Kaitannya dengan KUH Perdata ................................... 28
..

BAB III

SUNSET POLICY PAJAK
A. Pengertian dan Dasar Hukum Sunset Policy Pajak ......... 32
B. Jenis-Jenis dan Persyaratan Sunset Policy ....................... 35

Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

1. Jenis-Jenis Sunset Policy ....................................... 35
2. Persyaratan Susnet Policy ..................................... 36
C. Sunset Policy Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan
Penerimaan Negara Dalam Bentuk Pajak ....................... 39

BAB IV

PELAKSANAAN SUNSET POLICY PAJAK PADA
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN
PETISAH DAN MEDAN BARAT
A. Beberapa Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan yang Tidak Berlaku Sehubungan dengan
Pelaksanaan Sunset Policy Pajak ................................... 44
B. Masa Pelaksanaan Sunset Policy Pajak dan
Perpanjangan Waktunya ................................................ 47
a. Masa Pelaksanaan Sunset Policy ............................... 47
b. Latar Belakang Perpanjangan Susnet Policy Pajak ... 49
C. Pengaruh Kebijakan Sunset Policy Pajak kepada
Masyarakat
a. Aspek Positif Sunset Policy Pajak ........................ 59
b. Aspek Negatif Sunset Policy Pajak ...................... 60
D. Target dan Hasil Pelaksanaan Sunset Policy Pajak
Pada KPP Pratama Medan-Petisah dan KPP
Pratama Medan-Barat ....................................................... 61

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................ 68
B. Saran .................................................................................. 70

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................72

BAB I
PENDAHULUAN
Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

A. Latar Belakang
Tidak ada satupun negara di dunia yang tidak mengenal istilah pajak.
Bahkan boleh dibilang bahwa semua negara di dunia ini telah menerapkan sistem
perpajakan di negaranya. Pajak merupakan hal yang sangat esensial bagi
kelangsungan hidup suatu negara melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang sosial dan ekonomi.
Bertolak dari prinsip tersebut di atas, terlihat jelas betapa pajak memiliki
arti sangat penting bagi kelangsungan hidup masyarakat dan negara. Pajak
merupakan pungutan yang bersifat politis dan strategis sebagaimana yang
diamanatkan Undang-Undang Dasar 1945. Bersifat politis karena pemungutan
pajak adalah perintah konstitusi dan bersifat strategis karena pajak merupakan
tumpuan utama bagi negara dalam membiayai kegiatan pemerintahan dan
pembangunan. 1 Bagi masyarakat sendiri, pajak adalah sarana konkrit untuk
berkontribusi terhadap negara sehingga diharapkan kesejahteraan masyarakat dan
negara terakselerasi. Arti penting ini telah membuat pajak memilik peran dan
kontribusi sangat signifikan tidak hanya dalam aspek ekonomi tetapi juga di luar
aspek ekonomi. Sesuai dengan fungsi anggarannya, pajak menjadi organ penting
pemerintah dalam menyuplai APBN.
Pada beberapa tahun terakhir pajak ini, penerimaan dari sektor fiskal
mempunyai proporsi 50%

penerimaan dalam APBN 2. Namun, seiring waktu

pinjaman luar negeri justru menyedot sejumlah besar anggaran negara dan
Indonesia telah berubah status menjadi pengimpor migas disaat harganya terus
melangit, pajak kini telah menyumbang 70% terhadap APBN memang angka yang
1
2

H. Bohari, Pengantar Hukum Pajak, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2004), hal VII
www.anggaran.depkeu.go.id, “anggaran negara”, diakses tanggal 23 september 2009.

Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

sangat signifikan namun jika dilihat dari potensi pajak yang ada maka kontribusi
pajak masih belum optimal.
Pemerintah ditekan untuk meningkatkan penerimaan pajak pada tahun
2009 untuk keseluruhan penerimaan perpajakan non migas untuk 2009 ditargetkan
dalam RAPBN 2009 adalah sebesar Rp 669,119 triliun atau naik dari target dalam
Nota Keuangan yang sebesar Rp 660,54 triliun atau mengalami pertumbuhan
20,4% target pada 2008. Suatu angka yang fantastis jika dihubungkan dengan
kondisi perkonomian yang belum stabil di negara kita saat ini.
Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah: mampukah Direktorat Jendral
Pajak memenuhi target yang ditetapkan tersebut? Terlepas dari masalah mampu
ataupun tidak, secara administrasi dan operasional tetap akan menuntut
kemampuan Direktorat Jendral Pajak untuk menjalankan amanat

yang

dilimpahkan pemerintah kepadanya. Adapun hal yang paling penting adalah
memikirkan bagaiman sesuai harapan, serta mengajak masyarakat agar lebih
perduli dan memahami akan pentingnya pajak untuk membiayai kegiatan
pemerintahan. Karena pajak pada hakikatnya bukanlah tanggung jawab
institusional melainkan tanggung jawab bersama dan bangsa yang mandiri tidak
lepas dari peran serta masyarakatnya.
Bagi setiap warga negara, pajak merupakan yang paling tidak populer.
Kenyataannya, pajak hendak dijadikan primadona penerimaan negara di masamasa mendatang sehingga ini akan menjadi konflik antara pemerintah dengan
rakyatnya. Ini merupakan pilihan sulit bagi pemerintah. Pemerintah diwajibkan
melakukan pemungutan pajak yang harus berlandaskan pada peraturan

Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

perundang-undangan. Menurut Jimly Asshiddique, dalam bukunya Konsilidasi
Naskah UUD 1945 Setelah Amandemen Keempat sebagai berikut :
” Sesuai dengan prinsip kedaulatan rakyat, pemerintah tidak diperkenankan
memaksakan berlakunya suatu ketentuan yang mengikat rakyat yang bersifat
mengurangi arti kebebasan atau membebani rakyat dengan kewajiban material
tertentu yang mengurangi arti kebebasan hak milik, kecuali jika ketentuan tersebut
tersebut disetujui oleh rakyat sendiri melalui wakil-wakil mereka di parlemen
sesuai dengan prinsip demokrasi perwakilan.” 3

Pembenahan perpajakan sudah barang tentu tidak berpusat atau berpangkal
pada aspek penerimaan saja. Perpajakan juga harus mampu menjadi prangkat
strategis untuk mendinamiskan kegiatan-kegiatan ekonomi produktif, memajukan
indusrialisasi, dan mendorong daya saing. Oleh karena itu, pembaharuan
perpajakan harus bersifat menyeluruh, bukan sekadar pembenahan Direktorat
Jenderal Pajak.
Komitmen pemerintah untuk menjadikan penerimaan pajak sebagi tulang
punggung dalam pembiayaan kegiatan pemerintahan dalam pembangunan
diantisipasi oleh Direktorat Jendral Pajak dengan segera berbenah diri. Perubahan
mendasar dan radikal tengah dilakukan. Adapun yang menjadi upaya antisipasi
Direktorat Jendral Pajak mengahadapi meningkatnya peran pajak dalam anggaran
negara, yakni:
1. Reformasi perundang-undangan pajak
2. Moderenisasi organisasi dan administrasi
3. Peningkatan integritas sumber daya manusia
Seiring dengan reformasi perundang-undangan pajak dan diberlakukannya
Undang-Undang No.28 tahun 2007, maka Pemerintah melaksanakan progam
3

Jimly Asshidique ,Konsolidasi UUD 1945 Sesudah Amandemen Keempat, (Jakarta:Pusat Studi
Hukum Tata Negara Fakultas Hukum UI, 2002)hal. 37.

Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

sunset policy pajak yang berlangsung pada tahun 2008. Sunset policy pajak ini
adalah upaya yang paling populer dilaksanakan oleh pemerintah semenjak
diadakannya pengampunan pajak tahun 1983.
Adapun yang dimaksud dengan sunset policy adalah kebijakan pemberian
fasilitas perpajakan, yang berlaku hanya di tahun 2008, dalam bentuk
penghapusan sanksi administrasi perpajakan berupa bunga yang diatur dalam
Pasal 37A Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UndangUndang No. 28 Tahun 2008). 4 Jenis pajak yang diatur harnya terbatas pada pajak
penghasilan orang pribadi dan pajak penghasilan badan.
Dasar hukum pelaksanaan sunset policy pajak yaitu Pasal 37A ayat (1) dan
ayat (2) Undang-undang No. 28 tahun 2007. Pasal 37A ayat 1 berbunyi :
”Wajib Pajak yang menyampaikan pembetulan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan sebelum Tahun Pajak 2007, yang mengakibatkan
pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar dan dilakukan paling lama
dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah berlakunya Undang- Undang ini,
dapat diberikan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa
bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang
ketentuannyadiatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan”.
Sedangkan ayat (2) berbunyi : ” Wajib Pajak orang pribadi yang secara sukarela
mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lama 1
(satu) tahun setelah berlakunya Undang-Undang ini diberikan penghapusan
sanksi administrasi atas pajak yang tidak atau kurang dibayar untuk Tahun Pajak
sebelum diperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan tidak dilakukan pemeriksaan
pajak, kecuali terdapat data atau keterangan yang menyatakan bahwa Surat
Pemberitahuan yang disampaikan Wajib Pajak tidak benar atau menyatakan
lebih bayar.”
Ketentuan sunset policy berdasarkan Pasal 37A Undang-Undang No. 28
Tahun 2008 bersifat khusus dan hanya berlaku untuk jangka waktu terbatas
sehingga beberapa Ketentuan Umum yang diatur dalam Undang-Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan tidak berlaku yaitu yang terkait
adalah :
4

Direktorat Jendral Pajak, Buku Panduan Sunset Policy, 2008, hal 1

Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

a. pembatasan jangka waktu pembetulan SPT Tahun PPh paling lama
2 (dua) tahun sejak berakhirnya bagian tahun pajak;dan
b. persyaratan belum dilakukan pemeriksaan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis akan membahas pelaksanaan
akan membahas masalah yang diwujudkan dalam suatu skripsi yang berjudul :
Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi:Pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan-Petisah dan Medan-Barat).

B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan uraian diatas masalah yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Ketentuan apa saja yang tidak berlaku dalam UU No.28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Pelaksanaan Perpajakan
sehubungan dengan pelaksanaan sunset policy pajak?
2. Bagimana masa pelaksanaan sunset policy pajak dan perpanjangan
waktunya?
3. Bagaimana pengaruh kebijakan sunset policy pajak pada masyarakat?
4. Bagaimana target dan realisasi sunset policy Pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Petisah dan Medan Barat?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang
akan dicapai dalam penulisan ini adalah :

Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

1. Untuk mengetahui ketentuan yang tidak berlaku dalam UU No.28 Tahun
2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Pelaksanaan Perpajakan
sehubungan dengan pelaksanaan sunset policy pajak.
2. Untuk

mengetahui

masa

pelaksanaan

sunset

policy

pajak

dan

perpanjangan waktunya
3. Untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan sunset policy pajak pada Kantor
Pelayanan Pajak Medan-Petisah dan Medan-Barat.
4. Untuk mengetahui target dan realisasi sunset policy Pajak pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dan Kantor Pelayanan Pajak
Medan Barat.

Di samping tujuan yang akan dicapai sebagimana dikemukakan pada
bagian sebelumnya, maka penulisan skripsi ini juga diharapkan membawa
manfaat yang baik secara teoritis maupun secara praktis antara lain sebagai
berikut :

1. Segi Teori

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
perkembangan ilmu hukum, terutama hukum pajak.

2.

Segi Praktis
a. Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan
masukan kepada Direktorat Jendral Pajak, wajib pajak
baik individu maupun badan, dan juga praktisi hukum
khususnya yang menyangkut bidang pajak.

Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

b. Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan
informasi kepada pendidikan ilmu hukum mengenai
pelaksanaan kaidah-

D. Keaslian Penulisan

Sepanjang yang telah telusuri dan diketahui oleh penulis di lingkungan
Universitas Sumatera Utara khususnya Fakultas Hukum, maka penulisan tentang
permasalahan pelaksanaan Sunset Policy Pajak 2008 belum pernah dilakukan.

Dengan demikian dilihat dari permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai
dalam penulisan ini, maka dapat penulis katakan bahwa skripsi ini adalah
merupakan karya tulis penulis asli

E. Tinjauan Kepustakaan
Skripsi ini berjudul : “Pelaksanaan Sunset

Policy Pajak Tahun 2008

(Studi:Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan-Petisah dan MedanBarat)”.Untuk menghindari keragu-raguan maka terlebih dahulu dijelaskan
mengenai judul.
Dalam berbagai kepustakaan termasuk dalam peraturan perundangundangan perpajakan tidak dijabarkan mengenai pengertian sunset policy pajak.
Akan tetapi bila kita melihat dasar pelaksanaan sunset policy Pajak yaitu Pasal
37A UU No. 28 Tahun 2007 5. Maka penulis mendapatkan defenisi yang cukup
jelas yaitu bahwa sunset policy adalah suatu kebijakan pemerintah yang

5

Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Beserta
Ketentuan Pelaksanaannya

Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

memberikan kesempatan kepada wajib pajak untuk menyampaikan pembetulan
surat pemberitahuan pajak tahunan pajak penghasilan dengan tidak dikenakan
sanksi administrasi perpajakan berupa bunga yang hanya berlangsung di tahun
2008.
Pajak itu sendiri menurut Rochmat Soemitro adalah peralihan kekayaan
dari sektor swasta ke publik berdasarkan undang-undang yang dapat dipakasakan
denagn tidak mendapat imbalan secara langsung dapat ditujukan. Adapun yang
digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan yang digunakan sebagai alat
pendorong, pengamabat, untuk mencapai tujuan yang ada di luar bidang keuangan
negara. 6
Macam-macam pajak yang terdapat di Indonesia, baik yang tidak berlaku
lagi maupun yang masih berlaku saat ini adalah:
I.

Pajak Pusat
a. Pajak Penghasilan (PPh)
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
c. Pajak Penjualan Atas Barang Mewaha (PPn BM)
d. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
e. Bea Materai
f. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
g. Bea Masuk
h. Cukai Tembakau dan Ethil Alkohol beserta Hasil Olahannya 7

II.

Pajak Daerah
A. Pajak Daerah Provinsi

6

Rochmat Soemitro, Pengantar Singkat Hukum Pajak,(Bandung : PT. Eresco,1992),hal. 12.
Markus, Muda, Perpajakan Indonesia Suatu Pengantar,(Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Umum,2005),hal.3.

7

Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

a. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
a. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)
c. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah
dan Air Pemukiman
B. Pajak Daerah Kabupaten/Kota
a. Pajak Hotel dan resoran
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
f. Pajak Pengambilan dan Pengelolahan Bahan Balik
g. Pajak Parkir. 8
Dalam pelaksanaan sunset policy pajak, jenis pajak yang diatur hanyalah
terbatas pada pajak penghasilan orang pribadi dan badan (SPT Tahunan PPh).
Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan terhadap orang pribadi dan badan, berkenaan
dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak. 9
Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 tentang tentang Pajak Penghasilan (PPh)
berlaku sejak tanggal 1 januari 1984. Undang-undang ini telah mengalami
beberapa kali perubahan dan terakhir kali diubah dengan Undang-Undang No. 36
Tahun 2008.

8

Ibid
www.forever2705wordpress.com, Pengertian Pajak Penghasilan, diakses tanggal 27 bulan 08
tahun 2009.

9

Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

F. Metode Penulisan
Metode dapat diartikan sebagai suatu jalan atau cara untuk mencapai
sesuatu. Untuk membuktikan sekaligus mewujudkan apa yang menjadi tujuan dari
penulisan skripsi ini diperlukan langkah-langkah metode guna menunjang
serangkaian kegiatan penulisan skripsi ini.
Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dan yuridis empiris.
Sifat penelitian ini deskriptif analitis yang mencakup penelitian terhadap kaidahkaidah hukum yang merupakan patokan-patokan berperilaku atau bersikap secara
pantas. 10 Data tersebut diperoleh dengan :
1. Penelitian kepustakaan ( Libary Research )
Melalui metode ini, penulis akan mengadakan penelitian kepustakaan
dengan cara membaca dan memahami buku-buku yang berhubungan
dengan materi skripsi yang akan penulis bahas dalam penulisan skripsi.
Selain itu penulis juga mengambil data dari Undang-Undang Perpajakan
serta Peraturan-Peraturan pelaksanaannya berupa Surat Keputusan Mentri
Keuangan, Surat Keputusan Direktur Jendral Pajak, dan Surat-Surat
ederan buku refernsi, buku catatan, dan lain-lain yang memiliki kaitan
dengan skripsi ini.
2. Penelitian Lapangan ( Field Research )
Melalui metode ini, penulis melakukan pengumpulan data dengan
mengadakan penelitian ke lapangan yaitu melalui interview ( wawancara )
secara informal pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan-Petisah dan
Medan-Barat.
10

Soejono Soekonto dan Sri Mamudji,Penelitian Hukum Normatf (Jakarta:PT. Raja Grafindo
Persada, 2004) hal.62.
Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

G. SISTEMATIKA PENULISAN
Skripsi ini disusun dalam 5 bab dan tiap-tiap bab dibagi lagi dalam
beberapa sub bab. Adapun gambaran untuk setiap bab adalah sebagai berikut :
BAB I

: Pendahuluan
Merupakan
memberikan

bab

yang

informasi

memberikan
yang

bersifat

ilustrasi
umum

guna
dan

menyeluruh secara sistematis, terdiri dari latar belakang
permasalahan, Rumusan Permasalahan, Tujuan dan
Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Metode dan
Sistematika Penulisan.

BAB II

: Pajak dan Hukum Pajak pada Umumnya
Hal ini terdiri dari pembahasan mengenai Defensi dan
Unsur Pajak, Asas-Asas Pemungutan Pajak, Jenis-jenis
pajak, Pengertian Hukum Pajak, dan Kedudukan Hukum
Pajak Kaitannya dengan KUHPerdata.

BAB III

: Pengertian Sunset Policy Pajak
Didalam dibahas mengenai Pengertian dan Dasar Hukum
Sunset Policy Pajak, Jenis dan Persyaratan Sunset Policy,
Sunset Policy Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan
Penerimaan Negara Dalam Bentuk Pajak.

Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

BAB IV

: Pelaksanaan Sunset Policy Pajak
Didalamnya dibahas mengenai Beberapa Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan Tidak Berlaku Sehubungan
dengan Pelaksanaan Sunset Policy, Pengaruh Kebijakan
Sunset Policy bagi Masyrakat,Masa Pelaksanaan Sunset
Policy Pajak dan Perpanjangan Waktunya, dan Target dan
Realisasi Sunset Policy Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Petisah.

BAB V

: Kesimpulan dan Saran
Merupakan

bagian

akhir

yang

berisikan

beberapa

kesimpulan dan saran dari hasil penulisan dalam kaitannya
dengan masalah yang diidentifikasi.

Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

BAB II
PAJAK DAN HUKUM PAJAK
A.

Defenisi dan Unsur Pajak
Apabila kita membicarakan sesuatu hal, maka pertama-tama yang
sering menjadi pertanyaan adalah pengertian atau defenisinya. Demikian
pula ketika kita membicarakan tentang pajak dan hukum pajak, kita tidak
luput dari keinginan untuk mengetahui terlebih dahulu mengenai apa
sebenarnya pajak itu. Jika pembicaraan itu mengarah kepada pengertian
mengenai sesuatu hal, biasanya kemudian muncul adalah batasan-batasan
atau defenisi-defenisi.
Dalam kaitanya dengan pajak, ada banyak pengertian yang
diberikan oleh para sarjana mengenai apa sebenarnya pajak itu. Berikut
beberapa di antaranya.
1. Rochmat Soemitro mengatakan bahwa pajak adalah peralihan kekayaan
dari sektor swasta ke publik berdasarakan undang-undang yang dapat
dipaksakan dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dapat
ditujukan. Adapun yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum
dan yang digunakan sebagai alat pendorong, pengamabat, untuk mencapai
tujuan yang ada di luar bidang keuangan Negara. 11
2. Soeparman Soemahamidjaja, dalam disertasinya “Pajak Berdasarkan Asas
Gotong Royong”, memberikan defenisi mengenai pajak sebagai berikut:
“Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh

11

Rochmat Soemitro, 1992, Op.cit., hal.12.

Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutupi biaya
produksi

barang-barang

dan

jasa-jasa

kolektif

dalam

mencapai

kesejahteraan umum”
3. PJA.A.Adriani mengatakan bahwa pajak adalah “Iuran wajib kepada (yang
dapat dipakasakan) yang terhutang oleh wajib pajak membayarnya
menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat mendapat prestasi
kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintah”. 12
4. Casavera mendefenisikan pajak adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memasak
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. 13
5. Boediono telah mengutip beberapa definisi mengenai pajak yang diberikan
oleh beberapa sarjana manca negara dan memberikan kesimpulan atas
defenisi pajak yang sesuai dengan perundang-undangan yang mendukung
berlakunya pemungutan pajak di Indonesia. Pajak adalah iuran rakyat
kepada negara, berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan,
dengan imbalan diberikan secara tidak langsung (umum) oleh pemerintah
dalam rangka penyelenggaraan pemerintah negara dan dapat digunakan
sehingga sarana untuk mengatur di bidang social ekonomi. 14

12

PJA.Adriani,Pengantar Ilmu Hukum Pajak,(Bandung : PT.Eresco,1991), hal 2.
Casavera,Perpajakan,(Yogyakarta:Graha Ilmu,2009),hal.3
14
Boedino, Perpajakan Indonesia,( Jakarta : Diadit Media, 2000) hal. 5.

13

Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

Dari berbagai defenisi tersebut, dapat ditarik adanya beberapa ciri atau
karakteristik dari pajak sebagai berikut:
a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang atau peraturan pelaksanaanya.
b. Terhadap pembayaran pajak, tidak ada prestasi yang ditunjukkan secara
langsung
c. Pemungutannya dapat dilakukan baik oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah, karena itu ada istilah pajak pusat dan pajak daerah.
d. Hasil dari uang pajak dipergunakan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan,
dan apabila terdapat kelebihan maka sisanya dipergunakan untuk public
investemen;
e. Disamping mempunyai fungsi sebagai alat untuk memasukkan dana dari
rakyat ke dalam kas Negara (fungsi budgeter), pajak juga mempunyai
fungsi yang lain, yakni fungsi mengatur.
Disamping karakteristik pajak juga mempunyai unsur-unsur. Unsur
adalah elemen/hal-hal yang membentuk sesuatu sehingga menyebabkan
sesuatu itu ada. Menurut Rochmat Soemitro, unsur-unsur pajak adalah:
a. ada masyarakat (kepentingan umum)
b. ada undang-undang
c. pemungut pajak-penguasa masyarakat
d. subjek pajak-wajib pajak
e. objek pajak
f. surat ketetapan pajak 15

15

Rochmat Soemitra,1992,Op.cit. hal.10.

Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

Untuk timbulnya pajak, masyarakat harus ada. Hal tersebut dapat
dimengerti karena pajak diadakan untuk memenuhi kebutuhan bersama
(masyarakat), atau kepentingan umum. Sementara itu, untuk memenuhi
kepentingan dan kebutuhan pribadi masing-masing, tidak perlu menggunakan
uang pajak. Tanpa adanya masyarakat tentu tidak akan ada pajak. Orang yang
tinggal sendirian di suatu tempat terbebas dari klaim negara manapun, dan dia
tidak memiliki kewarganegaraan, maka dia tentu tidak harus membayar pajak.
Oleh karenanya, masyarakat dipandang sebagai ajang untuk timbulnya pajak, atau
sering disebut sebagai referensi kader timbulnya pajak
Adanya undang-undang dan peraturan lain juga diperlukan karena disitu
tercermin adanya nilai demokrasi. Ini dikarenakan pembuat undang-undang tidak
hanya melibatkan pemerintah, tetapi juga melibatkan rakyat melalui wakilwakilnya yang duduk di DPR. Dengan demikian, melalui mekanisme musyawarah
antara pemerintah dan wakil-wakil rakyat, mekanisme musyawarah antara
pemerintah dan wakil-wakil rakyat, disepakati adanya undang-undang pajak.
Karena pajak dapat dipandang sebagai sebuah peralihan kekayan dari satu
pihak lain, yakni dari rakyat selaku wajib pajak kepada pemerintah, maka dengan
sendirinya tentu ada pihak yang melakukan pemungutan atau menerima peralihan
kekayaan itu.

Salah satu indikasi keberhasilan pemungutan pajak paa suatu

negara adalah adanya kepatuhan masyarakat (wajib pajak) untuk membayar pajak
terutang yang menjadi kewajibannya tepat pada waktunya. 16 Dalam hal ini adalah
pemerintah. Pemerintah adalah penyelenggara kepentingan umum sekaligus
penguasa, karena itu pemerintah pulalah yang melakukan pemungutan. Untuk
16

Marihot Siahaan, Utang Pajak, Pemenuhan Pajak dan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa,
(Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2004)hal. 1.
Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

memenuhi kepentingan bersama, diperlukan sejumlah sarana, prasarana, dan dana.
Dalam hal ini sarana, prasarana, dan dana tersebut diperoleh anatara lain rakyat.
Tetapi mengigat adanya berbagai hal, tidak semua rakyat itu pantas untuk
dibebani kewajiban pajak. Oleh karenanya, perlu adanya peralihan atas batasan
yang jelas terhadap hal ini. Dalam kaitannya dengan pajak dikenal adanya subjek
pajak dan wajib pajak.
Adapun yang dimaksud dengan subjek pajak adalah mereka (orang atau
badan) yang memenuhi syarat subyektif, yaitu sebagai orang yang dituju oleh
undang-undang untuk dikenakan pajak. 17 Sedangkan menurut Djoko Muljono
mendefenisikan subjek pajak adalah orang pribadi, warisan atau badan, termasuk
bentuk usaha tetap, baik yang berada di dalam negeri maupun berada di luar
negeri yang mempunyai atau memperoleh penghailan di Indonesia. 18 Sebagai
contoh, mereka yang tinggal di Indonesia, berkedudukan di Indonesia, didirikan di
Indonesia, berdomisili dan mempunyai keinginan menetap di Indonesia, dan
sebagainya. Sementara wajib pajak adalah mereka (orang atau badan) yang selain
memenuhi syarat subjektif, juga harus memenuhi syarat obyektif, misalnya
memiliki penghasilan untuk dikenakan pajak, melainkan lebih dari itu memang
sudah dikenakan kewajiban untuk membayar utang pajak.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa subyek pajak itu belum tentu
wajib pajak bila tidak memenuhi syarat obyektif , sedangkan wajib pajak dengan
sendirinya termasuk subyek pajak. Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan
yang menutut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakn ditentukan
untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong
17
18

Wulyono dan Wsirana,Perpajakan Indonesia,(Jakarta:PT Salemba Emban Patria,2002),hal.58.
D. Muljono ,Pengantar PPH dan PPH 21,(Yogyakarta:CV. Andi Offset,2009), hal .1.

Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

pajak tertentu. 19 Subyek pajak disamping itu, adanya pajak obyeknya, yakni
sasaran yang akan dikenai pajak, atau sering disebut sebagai tatbestan. Tatbestan
adalah keadaan, peristiwa, atau perbuatan yang menurut ketentuan undang-undang
dikenai pajak.
Untuk adanya pajak, terkadang diperlukan adanya Surat Ketetapan Pajak.
Surat Ketetapan Pajak dalam hal ini merupakan surat keputusan yang isinya
berupa penetapan utang pajak yang harus dibayar oleh seseorang atau suatu
badan. Wujudnya dapat bermacam-macam, misalnya dalam Pajak Bumi dan
Bangunan dikenal SPPT ( Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang) dan Surat
Ketepan Pajak, dalam Pajak Penghasilan dikenal SPT (Surat Pemberitahuan), dan
sebagainya. Akan tetapi, tidak semua pajak memerlukan surat ketetapan ini.
Surat Tagihan Pajak (SPT) khusus Pasal 14 ayat (1) huruf a UU KUP yang
diterbitkan olehDirjen Pajak memenuhi unsur-unsur suatu ketetapan (beschikkibg)
dan menjadi objek sengketa dalam peradilan pajak. Secara Materil/substansial
kaidah-kaidah hukum yang mengatur hukum pajak penghasilan, bertentangan
dengan asas-asas hukum administrasi (pajak), karena peraturan perundangundangan perpajakan menerapkan stelsel memungut pajak dengan sistem
campuran. 20
Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak
dari berbagai defenisi terlihat adanya dua fungsi pajak yaitu:
1. Fungsi penerimaan (Budgeteir)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan
19
20

pengeluaran

pemerintah.

Sebagi

contoh

yaitu

Mardiasono, Perpajakan, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2002) hal.20.
Syofrain Sofyan, Hukum Pajak dan Permasalahannya,(Bandung:PT. Refika Aditama),hal. 29.

Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam
negeri.
2. Fungsi Mengatur (Reguler)
Pajak berfungsi sebgai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh yaitu
dikenakannya pajak lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat
ditekan. Demikian pula terhadap barang mewah.

B. Asas-Asas Pemungutan Pajak
Sebelum membahas mengenai macam-macam asas-asas pemungutan
pajak, telebih dahulu akan dijelaskan mengenai pengertian asas itu sendiri.
Pengertian asas menurut adalah sebagai berikut:
a. Dasar, atas, fondamen, misalnya, batu yang baik untuk asas rumah.
b. Sesuatu kebenaran yang menjadi pokok dasar atau tumpuan
berpikir (berpendapat dan sebagainya; misalnya bertentangan
dengan asas hukum pidana)
c. Cita-cita

yang

menjadi

dasar

(perkumpulan

negara,

dan

sebagainya; misalnya membicarakan asas dan tujuan)
Sehingga

asas

itu

sangat

penting

sekali

keberadaannya

dalam

pembentukan suatu konsep norma dan/atau norma hukum. Terdapat beberapa
macam asas-asas pemungutan pajak yang dijadikan dasar oleh pemerintah dalam
melakukan pemungutan pajak, diantarannya yaitu:
1. Asas Keadilan

Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

Keadilan

merupakan

pengertian

yang

abstrak,

karena

pengertiannya tidak pernah dirumuskan baik dalam Undang –Undang
Dasar maupun dalam undang-undang suatu negara. Apakah pemungutan
pajak merupakan pencerminan dari keadilan. Memang secara sepintas lalu
pemungutan pajak seperti tindakan pemerasan uang yang dilakukan oleh
negara. Akan tetapi pemungutan pajak dapat dibenarkan apabila
pemungutan pajak diselenggarakan demi kepentingan umum yang dapat
menjamin kelangsungan hidup setiap warga negara.
Salah satu penerapan asas keadilan adalah mengenai tarif progresif
(progresissive rate) yaitu tarif yang makin besar persentase pengenaan
pajaknya, semakin besar jumlah yang harus dikenakan pajak. Hal ini tidak
lain utnuk menghindari kesenjangan sosial antara golongan masyarakat
kaya serta untuk meningkatkan pertumbuhan sektor usaha kecil menengah
(UKM) sebagai mayoritas pelaku usaha di Indonesia. Asas keadilan
pemungutan pajak menurut Edy Suandi Hamid, juga dapat diarahkan
kepada pemerataan. 21

2. Asas Yuridis
Menurut asas ini hukum pajak harus dapat memberikan jaminan
hukum yang perlu untuk menyatakan keadilan yang tegas baik untuk
negara maupun warganya. 22 Oleh karena itu, mengenai pajak di negara
hukum segala sesuatunya harus ditetapkan dalam undang-undang. Dengan
kata lain, hukum pajak harus dapat memberikan jaminan hukum bagi
21

Edy Suandi, Pajak dan Pembangunan Nasional, ( Jakarta: Yayasan Bina Pembangunan, 1986)
hal .215.
22
Santoso Brotodiharjo,Pengantar Ilmu Hukum Pajak,(Bandung:PT.Eresco,1991),hal.36.
Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

tercapainya keadilan, dan jaminan ini diberikan kepada pihak-pihak yang
bersangkutan di dalam pemungutan pajak, yakni, pihak fiscus dan wajib
pajak.
3. Asas Ekonomis
Pada prinsipnya pemungutan pajak merupakan suatu alat untuk
menentukan politik perekonomian suatu negara. Hal ini logis, sesuai
dengan asas kadilan, karena rakyat tidak boleh diberlakukannya dengan
pajak-pajak berat yang dapat menyulitkan kehidupan sehari-harinya,
walaupun memang pajak-pajak ini hasilnya adalah digunakan untuk
kesejahteraan umum. Pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat
mungkin, jangan sampai pemungutan pajak lebih besar dari penerimaan
pajak itu sendiri. 23 Oleh karena itu, suatu pemungutan pajak yang
diselenggarakan oleh negara haruslah mengandung pengertian bahwa : 24
a.

dengan adanya pemungutan pajak itu jangan sampai
menghambat lalu lintas perdagangan dan kelancaran
produksi

agar

tidak

mengganggu

keseimbangan

perekonomian dalam masyrakat.
b.

Pemungutan

pajak

mengganggu

yang

dilakukan

keseimbangan

jangan

sampai

perekonomian

dalam

masyarakat.
c.

Pajak-pajak harus dapat dibayar dari penghasilan rakyat

d.

Pajak-pajak harus dipungut dari rakyat dalam waktu
tertentu.

23
24

Erly Suandy, Hukum Pajak,(Jakarta:Salemba Empat, 2002),hal.28
Ali, Chidir.Hukum Pajak Elementer.Cet.1(Bandung: PT.Eresco,1993)hal 121

Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

4. Asas Finansial
Asas finansial juga merupakan salah satu hal yang terpenting dalam
pemungutan pajak, karena tujuan utama pemungutan pajak adalah sebagai
sumber APBN yang digunakan untuk kepentingan rakyat. 25 Dalam asas
finansial terkandung pemikiran bahwa pemungutan pajak haruslah dilakukan
pada saat dan/atau waktu yang tepat bagi wajib pajak, sehingga pemungutan
pajak menjadi efektif bagi fiskus itu sndiri terutama pos-pos pengeluaran
negara yang kurang penting.
Misalnya dengan menekan semaksimal mungkin dengan biaya
(kegiatan) pemungutan pajak. Oleh karena itu asas finansial menurut Chidir
Ali : 26
a. Hendaknya pajak yang dipungut itu cukup untuk
menutup pengeluaran-pengeluaran negara;dan
b. Hendaknya

pajak

itu

tidak

memakai

biaya

negara

untuk

pemungutan yang besar.
Pemungutan

pajak

merupakan

salah

satu

hak

menyelenggarakan tugas negara demi kepentingan masyarakat. 27
C. Jenis-Jenis Pajak
Pajak dapat dikelompokkan ke dalam berbagai jenis dengan
mempergunakan kriteria-kriteria tertentu. Secara umum, pajak di
Indonesia dapat dibedakan berdasarkan tiga bagian yaitu berdasarkan
golongan, berdasarkan wewenang pemungut, dan berdasarkan sifat.

25

Brotodihardjo, Op. Cit, hal.42.

26

Chaidir, Op. Cit.,hal.12.

27

Subagio, Hukum Keuangan Negara, (Jakarta : Rajawali Press 1988) hal. 11.

Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

I. Berdasarkan golongannya pajak dapat dibedakan menjadi dua
bagian yaitu:
a. Pajak Langsung
Pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh wajib
pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada
pihak lain.
b. Pajak Tidak Langsung
Pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain.
Contoh: PPN
II. Berdasarkan wewenang pemungutunya, pajak dibedakan menjadi
dua bagian yaitu :
a. Pajak Pusat
Pajak pusat adalah jenis pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh
Deparetmen Keuangan yaitu Direktorat Jendral Pajak. Pajak
yang kewenangan pemungutannya berada pada pemerintah
pusat dan dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui
Dirjen Pajak yang diatur oleh Undang-Undang yang hasilnya
akan dimasukkan ke dalam APBN.
Yang tergolong jenis pajak ini yaitu:
1. Pajak Penghasilan (PPh)
2. Pajak Pertambahan Nilai atas Barang dan Jasa
(PPN)
3. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn.BM)
Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

4. Bea Materai
5. Bea Cukai
b. Pajak Daerah
Pajak yang kewenangan pemungutannya berada pada
pemerintah daerah, dan dilakukan oleh BPKD melalui Dinas
Pendapatan Derah yang diatur oleh peraturan daerah, dimana
hasilnya akan masuk pada APBD. Pajak Daerah terbagi atas
dua jenis yaitu:
1. Pajak Daerah Provinsi
c. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
d. Pajak

Bahan

Bakar

Kendaraan

Bermotor

Kendaraan

Bermotor

(PBBKB)
e. Bea

Balik

Nama

(BBNKB)
f. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Pemukiman
2. Pajak Daerah Kabupaten/Kota
h. Pajak Hotel dan restoran
i.

Pajak Restoran

j.

Pajak Hiburan

k. Pajak Reklame
l.

Pajak Penerangan Jalan

m. Pajak Pengambilan dan Pengelolahan Bahan
Balik
Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

n. Pajak Parkir.
Di samping jenis-jenis pajak yang telah disebutkan di
atas masih dimungkinkan adanya pajak Kabupaten/Kota
yang lain asalkan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
oleh undang-undang, misalnya yang ebrsifat pajak (bukan
retribusi), obyek pajaknya bukan menjadi obyek pajak
provinsi, dan sebagainya. Sebelum keluarnya UndangUndang Nomor 18 Tahun 1997 dulu dikenal adanya pajak
daerah, seperti pajak radio, pajak bangsa asing, pajak
pemotongan hewan, pajak rumah tangga, dan sebagainya
yang jenisnya begitu banyak.

III. Berdasarkan Sifatnya pajak dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
Pembagian pajak dengan mendasarkan sifatnya ini akan
memunculkan apa yang disebut sebagai pajak yang bersifat pribadi
(persoonlijk) dan pajak kebendaan (zakelijk). Pembagian yang
seperti itu kurang disetujui oleh PJA.Adriani dan Smeets sebagai
nama lain pajak subyetif dan obyektif, karena istilah pajak zakelijk
dapat disalahartikan seolah-olah dalam menetapkan pajak tidak
diindahkan sama sekali pribadi seseorang wajib pajak. Padahal
dalam banyak hal, keadaan wajib pajak mempengaruhinya,
walaupun bersifat sekunder. 28

28

Ibid.hal 90

Sere Tiorida Siahaan : Pelaksanaan Sunset Policy Pajak Tahun 2008 (Studi pada KPP Pratama Medan Petisah
dan KPP Pratama Medan Barat), 2010.

a.

Pajak yang bersifat pribadi (persoonlijk), yakni pajak yang
dalam

penetapannya memperhatikan keadaan dari diri

serta keluarga wajib pajak. Dalam penentuan besarnya
utang pajak, keadaan dan kemampuan wajib pajak
diperhatikan.
b.

Pajak yang be