Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan PPh Pasal 25/29 Wajib Pajak Badan Pada KPP Pratama Medan Polonia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PPH PASAL 25/29 WAJIB PAJAK BADAN

PADA KPP PRATAMA MEDAN POLONIA

Oleh : BIMA SINAGA NIM 120522048

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

ii

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “PENGARUH KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PPH PASAL 25/29 WAJIB PAJAK BADAN PADA KPP PRATAMA MEDAN POLONIA” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/ atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/ atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, April 2014

Bima Sinaga Nim. 120522048


(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan pengetahuan, kekuatan, dan kebijaksanaan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi dengan judul: “Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan PPh Pasal 25/29 Wajib Pajak Badan Pada KPP Pratama Medan Polonia”.

Penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya mengenai masalah yang diangkat dalam peneltitian ini. Selain itu penelitian ini dilaksanakan juga untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana ekonomi pada Universitas Sumatera Utara pada Program Studi Akuntansi.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan dan doa dari semua pihak baik secara moril maupun materil khususnya kepada kedua orang tua penulis Alm. K.Sinaga dan B.M Sirait. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak selaku Sekretaris Departemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak


(4)

iv

selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Arifin Hamzah, M.M., Ak selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi petunjuk, dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Drs. Abikusno Dharsuky, M.M., Ak. selaku Dosen Penguji yang telah

meluangkan waktunya untuk memberi petunjuk dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Tanda Pangaribuan, S.E., Ak, M.M. selaku Kepala KPP Pratama Medan Polonia yang telah memberikan izin riset kepada penulis.

7. Buat saudara-saudara dan keluarga penulis dan juga buat teman- teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih buat dukungan yang diberikan selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi Pembaca.

Medan, April 2014 Penulis,

Bima Sinaga Nim .120522048


(5)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia periode 2010-2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wajib pajak badan yang aktif pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia periode 2010--2012. Data dikumpulkan dengan wawancara, dokumentasi, dan observasi nonperilaku. Model regresi yang digunakan telah memenuhi uji asumsi klasik. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia periode 2010-2012. Kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia periode 2010--2012. Adapun faktor yang paling dominan berpengaruh adalah faktor pemeriksaan pajak.

Kata kunci: kepatuhan wajib pajak, pemeriksaan pajak, wajib pajak badan


(6)

ABSTRACT

The purpose of this research is to examine the impact of taxpayer compliance and tax audit on company income tax revenue 25/29 at Taxation Office KPP Pratama Medan Polonia for the period of 2010 to 2012. Population consists of active taxpayer during the period. Data are collected using several methods, including interview, documentation, and nonbehavioral observation. Regression model used has met the classical assumptions. Data are analyzed using multiple linear regressions. Based on analysis, it could be concluded that taxpayer compliance and tax audit simultaneously and partially affect company income tax revenue 25/29 significantly, and the dominant factor is tax audit.

Keywords: tax compliance, tax audit, company taxpayer


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah…… ... 1

1.2 Perumusan Masalah……… ... 5

1.3 Batasan Masalah……… ... 5

1.4 Hipotesis………... 6

1.5 Manfaat Penelitian………… ... 6

BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Kepatuhan dan Pemeriksaan Pajak.. ... 8

2.1.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak.. ... 8

2.1.2 Pengertian Pemeriksaan.. ... 8

2.1.3 Pengertian Wajib Pajak Badan.. ... 10

2.1.4 Pengertian PPh Pasal 25 Badan.. ... 11

2.2 Prosedur Pemeriksaan.. ... 11

2.3 Kriteria Pemeriksaan... 24


(8)

2.4 Jenis Pemeriksaan.. ... 25

2.5 Materi Pemeriksaan.. ... 26

2.6 Laporan Pemeriksaan.. ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian ... 32

3.1.1 Jenis dan Lokasi Penelitian ... 32

3.1.2 Lokasi Penelitian ... 32

3.2 Populasi dan Sampel ... 32

3.2.1 Populasi ... 32

3.2.2 Sampel ... 33

3.3 Defenisi Operasional ... 33

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 34

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.6 Teknik Pengujian dan Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 38

4.1.1 Gambaran Umum Kantor ... 38

4.1.2 Struktur Organisasi ... 38

4.1.3 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak ... 39

4.1.4 Kriteria Pemeriksaan ... 40

4.2 Pembahasan ... 42

4.2.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 42

4.2.2 Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 42


(9)

4.2.3 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda. ... 45 4.2.4 Hasil Pengujian Hipotesis ... 46 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 48 5.2 Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA ... 50


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

4.1 Rencana Penerimaan PPh Pasal 25/29 Badan 40 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif 42

4.3 Hasil Uji Multikolienaritas 43

4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas 43

4.5 Hasil Uji Autokorelasi 45

4.6 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda 45


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

4.1 Hasil Uji Normalitas 44


(12)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia periode 2010-2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wajib pajak badan yang aktif pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia periode 2010--2012. Data dikumpulkan dengan wawancara, dokumentasi, dan observasi nonperilaku. Model regresi yang digunakan telah memenuhi uji asumsi klasik. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia periode 2010-2012. Kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia periode 2010--2012. Adapun faktor yang paling dominan berpengaruh adalah faktor pemeriksaan pajak.

Kata kunci: kepatuhan wajib pajak, pemeriksaan pajak, wajib pajak badan


(13)

ABSTRACT

The purpose of this research is to examine the impact of taxpayer compliance and tax audit on company income tax revenue 25/29 at Taxation Office KPP Pratama Medan Polonia for the period of 2010 to 2012. Population consists of active taxpayer during the period. Data are collected using several methods, including interview, documentation, and nonbehavioral observation. Regression model used has met the classical assumptions. Data are analyzed using multiple linear regressions. Based on analysis, it could be concluded that taxpayer compliance and tax audit simultaneously and partially affect company income tax revenue 25/29 significantly, and the dominant factor is tax audit.

Keywords: tax compliance, tax audit, company taxpayer


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemerintah memenuhi kebutuhan dana dengan mengandalkan dua sumber pokok, yaitu sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri, sebagaimana yang tercantum dalam APBN. Sumber dana luar negeri, misalnya pinjaman luar negeri dan hibah (grant), sedangkan sumber dana dalam negeri misalnya penjualan migas dan non migas serta pajak. Sumber penerimaan Negara dalam negeri yang paling potensial adalah pajak.

Undang- Undang Perpajakan di Indonesia menganut sistem Self Assesment dalam hal pelaporan pajak. Sistem ini memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, dan menetapkan jumlah Pajak Penghasilan yang terutang dalam suatu tahun pajak, serta menyampaikan laporan setelah tahun pajak berakhir dengan menggunakan SPT Tahunan PPh. Dengan sistem ini tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak Wajib Pajak yang belum melaporkan kewajiban perpajakannya dengan benar sehingga penerimaan pajak yang selama ini belum optimal karena berhubungan dengan kejujuran Wajib Pajak itu sendiri dan untuk menguji kepatuhan wajib pajak akan pelaksanaan self assessment system maka perlu dilakukan pemeriksaan.

Kepatuhan wajib pajak, baik orang pribadi maupun badan, yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak dan telah melakukan kewajiban perpajakannya, yaitu


(15)

dengan melunasi dan melaporkan SPT masa dan tahunannya tepat waktu. Kepatuhan wajib pajak merupakan syarat agar penerimaan pajak negara meningkat. Dalam Fika Agusti (2010) disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif antara tingkat kepatuhan wajib pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan. Jadi, semakin patuh wajib pajak badan melaporkan dan melunasi kewajiban perpajakannya maka penerimaan pajak pada KPP akan meningkat.

Ketidakpatuhan wajib pajak dalam self assessment system dapat berkembang apabila tidak adanya ketegasan dari instansi perpajakan. Hal ini dapat mencapai suatu tingkat di mana sistem perpajakan akan menjadi lumpuh. Menjaga agar wajib pajak tetap berada dalam koridor peraturan perpajakan, maka diantisipasi dengan melakukan upaya intensifikasi pemeriksaan terhadap wajib pajak yang memenuhi kriteria untuk diperiksa.

Pemeriksaan pajak dapat berdampak pada peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak yang pada akhirnya pajak yang dibayarkan wajib pajak akan masuk dalam kas Negara. kerjasama antara pemeriksa dan Wajib Pajak merupakan hal yang mutlak diperlukan keberadaannya. Kerjasama yang terjalin akan memperlancar aktivitas pemeriksaan pajak. Namun kenyataannya, kerjasama tersebut sulit terbentuk. Di satu sisi, pemeriksa merasa diberikan tanggung jawab menjalankan tugas selaku pemeriksa pajak dari Kantor Pelayanan untuk menguji kebenaran pelaporan pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak, bukan semata-mata mencari kesalahan Wajib Pajak dengan berbagai temuan di lapangan.

Sedangkan di sisi lain, Wajib Pajak merasa bahwa dirinya telah


(16)

menjalankan kewajiban perpajakan dengan benar dan kegiatan pemeriksaan pajak yang dilakukan hanyalah usaha untuk mencari-cari kesalahannya saja. Hal inilah yang akhirnya menyebabkan Wajib Pajak merasa tidak nyaman ketika diperiksa. Ungkapan perasaan ketidaknyamanan dari Wajib Pajak ini, bagi pemeriksa pajak dianggap sebagai sikap tidak kooperatif, sehingga menimbulkan sikap saling mencurigai. Bagi Wajib Pajak yang diperiksa akan timbul rasa keengganan untuk memberikan data yang dibutuhkan dalam kegiatan pemeriksaan, dan akibatnya pemeriksa akan menetapkan secara jabatan hasil pemeriksaan dari data yang diberikan secara ‘seadanya’ tersebut oleh Wajib Pajak.

Untuk mengatasi hubungan yang kurang harmonis antara pemeriksa dan Wajib Pajak tersebut, diperlukan strategi yang mampu mendorong keterbukaan dalam administrasi perpajakan. Menjawab tantangan tersebut, pemerintah terus menerus melakukan reformasi perpajakan, yang salah satu hasilnya adalah Sistem Administrasi Perpajakan Modern (SAPM) atau biasa dikenal sebagai modernisasi perpajakan hal ini penting dilakukan mengingat penerimaan pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan negara. Upaya pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak salah satunya dengan uji kepatuhan yaitu pemeriksaan pajak, atau dapat dikatakan bahwa meningkatnya penerimaan pajak akan meningkatkan produktifitas suatu negara Oleh karena itu pemeriksaan pajak memiliki fungsi yang sangat penting untuk mengawasi pelaksanaan sistem self assesment tersebut. Dengan adanya pemeriksaan pajak tersebut diharapkan Wajib Pajak melaporkan pajak yang terhutang dengan benar sehingga rencana penerimaan pajak yang telah ditetapkan pemerintah tercapai. Salah satu pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh


(17)

Direktorat Jenderal Pajak adalah pemeriksaan terhadap Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 Badan. PPh Pasal 25 Badan adalah pajak atas penghasilan yang diperoleh oleh Wajib Pajak Badan dari kegiatan usah dilakukannya.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia melakukan pemeriksaan terhadap Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak PPh Pasal 25 Badan yang disampaikan Wajib Pajak dengan cara mengumpulkan dan mengolah data yang terdapat dalam SPT Tahunan. Pemeriksaan dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 17/ PMK.03/2013 tanggal 07 Januari 2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan. Tujuannya adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia adalah salah satu kantor unit pelaksana yang dibebani target penerimaan pajak setiap tahun. Target Penerimaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia setiap tahun semakin meningkat. Target penerimaan tersebut sebagian didukung dari hasil pemeriksaan pajak PPh Pasal 25 Badan berdasarkan ketetapan-ketetapan pajak yang diterbitkan.

Oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan PPh Pasal 25 Badan terhadap pencapaian target penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dan


(18)

menuangkannya dalam bentuk skripsi dengan memilih judul :

Pengaruh kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pph pasal 25/29 wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia ”

1.2 Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang diatas penulis mengadakan penelitian pendahuluan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia periode 2010-2012?

2. Apakah kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan 25/29 wajib pajak badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia periode 2010-2012?

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian dapat dilakukan secara terarah sehingga tidak menyimpang dari arah dan tujuan penelitian, maka penulis memutuskan untuk melakukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan – pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan pada Pemeriksaan PPh Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.


(19)

2. Data variabel bebas yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari persentase kepatuhan wajib pajak badan dan Jumlah nominal PPh terutang dari pemeriksaan PPh Badan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 . 3. Data untuk variabel tidak bebas yang digunakan dalam penelitian

diperoleh dari jumlah penerimaan PPh Pasal 25 Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012.

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang akan di uji dalam penelitian ini adalah untuk pengujian apakah pemeriksaan PPh pasal 25 Badan berpengaruh terhadap penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.. Secara konseptual hipotesis dapat dioperasikan sebagai berikut :

H

1: Kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia periode 2010-2012.

H

2: Kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia periode 2010-2012.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, adalah sebagai berikut :


(20)

1. Sebagai bahan masukan untuk melakukan evaluasi terhadap kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

2. Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian yang sama berkaitan dengan pemeriksaan PPh Pasal 25 Badan.

3. Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan penulis di bidang perpajakan khususnya mengenai pemeriksaan PPh Pasal 25 Badan.

4. Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan atas pendekatan pelayanan pemeriksaan pajak.


(21)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Kepatuhan dan Pemeriksaan Pajak 2.1.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan wajib pajak, baik orang pribadi maupun badan adalah dengan melunasi dan melaporkan SPT masa dan tahunannya tepat waktu. Kepatuhan wajib pajak merupakan syarat agar penerimaan pajak negara meningkat. Dalam Fika Agusti (2010) disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif antara tingkat kepatuhan wajib pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak. Jadi, semakin patuh wajib pajak badan melaporkan dan melunasi kewajiban perpajakannya maka penerimaan pajak pada KPP akan meningkat. Ketidakpatuhan wajib pajak dalam self assessment system dapat berkembang apabila tidak adanya ketegasan dari instansi perpajakan. Hal ini dapat mencapai suatu tingkat di mana sistem perpajakan akan menjadi lumpuh. Menjaga agar wajib pajak tetap berada dalam koridor peraturan perpajakan, maka diantisipasi dengan melakukan upaya intensifikasi pemeriksaan terhadap wajib pajak yang memenuhi kriteria untuk diperiksa.

2.1.2 Pengertian Pemeriksaan

Defenisi pemeriksaan menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan (UU KUP) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 adalah ”serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang


(22)

dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.

Pada dasarnya pemeriksaan adalah pemeriksaan atas buku-buku atau catatan-catatan yang dibuat oleh Wajib Pajak mengenai kegiatan usahanya, kemudian menguji kebenaran formal/material dari pembukuan tersebut, serta meneliti apakah kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang bersangkutan telah dilaksanakan dan apakah pelaksanaan kewajiban itu telah memenuhi ketentuan-ketentuan yuridis fiskal sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku.

Di lain pihak defenisi di atas memberikan suatu pandangan bahwa laporan keuangan yang disusun dengan berpedoman kepada Standar Akuntansi dan telah di audit oleh kantor akuntan publik, dengan melakukan prinsip-prinsip dasar dan teknik/prosedur audit seperti yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik

yang dinyatakan wajar tanpa syarat oleh akuntan publiknya. Jumlah laba bersih yang dilaporkan masih memerlukan beberapa penyesuaian yuridis fiskal.

Menurut Fauzi (1999:15) ”Pemeriksaan akuntan (auditing) adalah pemeriksaan secara objektif, independen dan sistematis yang dilakukan oleh akuntan publik terhadap ikhtisar keuangan suatu perusahaan atau kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk menyatakan pendapat tentang apakah ikhtisar keuangan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima secara umum”


(23)

Berdasarkan defenisi diatas pemeriksaan akuntan harus dilaksanakan secara:

1. Objektif, artinya pemeriksaan akuntan harus dilakukan berdasarkan data dan bukti secara apa adanya, dan tidak didasarkan pada kehendak atau prasangka subjektif dari pihak pemeriksa.

2. Independen, artinya pemeriksaan harus memiliki keabsahan di dalam melaksanakan tugasnya, adil di dalam tindakannya serta tidak memihak pada salah satu kepentingan. Tidak terpengaruh dengan konflik kepentingan dan tekanan dari pihak lain.

3. Sistematis, artinya pemeriksaan akuntan harus dilakukan berdasarkan seperangkat kaidah formal yang harus dipatuhi sebagai kriteria, ukuran mutu, dan pedoman bertindak dalam melakukan pemeriksaan.

2.1.3 Pengertian Wajib Pajak Badan

Menurut Undang-undang No.6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan STDD Undang-undang No.16 Tahun 2009 :

” Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan , meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”. ” Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroaan terbatas, perseroaan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,


(24)

organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap”. 2.1.4 Pengertian PPh Pasal 25 Badan

Definisi atau pengertian PPh Pasal 25 Menurut Waluyo dan Wirawan B. Ilyas (2002,;204) dalam buku yang berjudul Perpajakan Indonesia, menyatakan bahwa PPh Pasal 25 adalah:

“Pajak Penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulannya dalam tahun pajak berjalan. Dan angsuran pajak penghasilan pasal 25 tersebut dapat dijadikan sebagai kredit pajak terhadap pajak yang terhutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan”.

Kredit pajak merupakan pajak yang telah dilunasi setiap bulan atau masa lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dalam tahun berjalan, baik yang dibayar sendiri oleh wajib pajak maupun yang dipotong dan dipungut oleh pihak lain. Pajak penghasilan pasal 25 badan merupakan angsuran pajak yang dibayar sendiri oleh wajib pajak badan setiap bulan dan merupakan kredit pajak yang dapat dikurangkan dari pajak yang terhutang pada akhir Tahun Pajak yang bersangkutan.

2.2 Prosedur Pemeriksaan

Berdasarkan KEP-01/PJ.7/1990 tentang Pedoman Pemeriksaan Pajak, tahapan pemeriksaan pajak meliputi kegiatan persiapan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, dan penyusunan Laporan Pemeriksaan Pajak dan Kertas Kerja Pemeriksaan Pajak.


(25)

1. Persiapan pemeriksaan.

Tahapan persiapan pemeriksaan terdiri dari tahapan sebagai berikut: a. Mempelajari berkas Wajib Pajak termasuk berkas data.

Tujuannya adalah untuk memperolah gambaran umum mengenai kegiatan Wajib Pajak antara lain kegiatan usaha, kewajiban perpajakan, organisasi dan administrasi perusahaan, struktur permodalan dan susunan direksi. Sedangkan dalam pelaksanaannya adalah untuk mempelajari seluruh dokumen yang merupakan isi berkas Wajib Pajak dan berkas data termasuk mencocokkan segi pembayaran pajak. Hal ini dalam pelaksanaannya adalah membuat catatan mengenai hal-hal penting yang diketahui setelah mempelajari berkas Wajib Pajak yaitu berkas data, SPT dan laporan keuangan Wajib Pajak dan menuangkannya kedalam kertas kerja pemeriksaan.

b. Menganalisis SPT dan laporan keuangan Wajib Pajak.

Tujuannya adalah untuk menentukan hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu melakukan pemeriksaan dan untuk menentukan perkiraan-perkiraan yang diprioritaskan dan/atau dikembangkan pemeriksaannya.

Pelaksanaan untuk menganalisis SPT dan laporan keuangan Wajib Pajak, antara lain:

1). Melakukan perbandingan laporan keuangan tahun yang diperiksa dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Apabila memungkinkan agar dibuat perbandingan laporan keuangan untuk 5 tahun berturut-turut. Perbandingan dapat dilakukan secara vertikal maupun horizontal.


(26)

2). Membuat catatan mengenai perkiraan-perkiraan yang berdasarkan hasil analisis menunjukkan adanya gambaran atau perubahan yang cukup materil. Perkiraan tersebut merupakan perkiraan yang diprioritaskan dan/atau dikembangkan pemeriksaannya.

3). Melakukan analisis ratio, antara lain:

a). Ratio rentabilitas ekonomis, yaitu perbandingan antara pendapatan bersih setelah dikurangi pajak dengan investasi untuk mengetahui kemampuan usaha dalam memperoleh keuntungan dengan menggunakan modal sendiri dan modal pinjaman. Ratio ini dapat dipergunakan untuk menilai kewajiban laba bersih dengan melakukan perbandingan dengan usaha sejenis.

b). Ratio rentabilitas modal sendiri, yaitu perbandingan antara pendapatan bersih setelah dikurangi pajak dan modal sendiri untuk mengetahui kemampuan usaha dalam memperoleh keuntungan dengan menggunakan modal sendiri. Ratio ini dapat dipergunakan untuk nilai kewajaran laba bersih dengan melakukan perbandingan dengan usaha sejenis.

c). Ratio inventory turn over, yaitu perbandingan harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata untuk mengetahui kecepatan perputaran barang. Ratio ini dapat dipergunakan untuk menilai penjualan.

d). Ratio piutang dagang dengan penjualan kredit yaitu perbandingan antara pelunasan piutang dengan jumlah penjualan kredit yang


(27)

terjadi untuk meneliti kewajaran kebijaksanaan penjualan kredit. e). Ratio antara biaya-biaya perbaikan aktiva yang bersangkutan yaitu

perbandingan antara jumlah biaya perbaikan aktiva dengan nilai aktiva yang perbandingannya untuk jumlah biaya kewajaran pengeluaran tersebut.

4). Memperhatikan perkiraan tertentu yang tidak sesuai dengan sifat-sifat dan jenis-jenis usahanya.

5). Memperhatikan laporan pajak terdahulu serta mencatat masalah-masalah dan temuan-temuan pada pemeriksaan terdahulu.

6). Membuat catatan mengenai hal penting yang diketahui dari hasil analisis tersebut dan menuangkannya ke dalam kertas kerja pemeriksaan.

c. Mengindentifikasi masalah.

Tujuannya adalah untuk menentukan masalah yang memerlukan perhatian khusus dan sebagai bahan untuk menentukan ruang lingkup pemeriksaan yang akan dilakukan. Sedangkan pelaksanaannya adalah mempelajari dan mengindentifikasi:

1) Masalah yang ditemukan dalam berkas Wajib Pajak/berkas data, masalah yang ditemukan dalam SPT dan laporan keuangan dan masalah yang ditemukan dari data/informasi lainnya.

2) Membuat catatan mengenai masalah tersebut dan menuangkannya kedalam kertas kerja pemeriksaan.

d. Melakukan pengenalan lokasi.


(28)

Tujuannya adalah untuk mendapatkan kepastian mengenai alamat Wajib Pajak, lokasi usaha, denah usaha dan kebiasaan lain yang perlu diketahui misalnya jam kerja. Dalam pelaksanaanya adalah dengan melakukan pengenalan lokasi setempat sepengetahuan Wajib Pajak, apabila memungkinkan melakukan wawancara dengan pegawai Wajib Pajak maupun penduduk di sekitar lokasi dan membuat catatan mengenai hasil pengenalan lokasi dan menuangkannya ke dalam kertas kerja pemeriksaan.

e. Menentukan ruang lingkup pemeriksaan.

Himpunan Peraturan Pepajakan Tentang Pemeriksaan (1997:240) : ”Ruang lingkup pemeriksaan sederhana lapangan dapat dilakukan :

1. Di lapangan, meliputi seluruh jenis pajak dan/atau tujuan lain baik tahun berjalan dan/ atau tahun tahun sebelumnya yang dilakukan dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan dengan bobot dan kedalaman yang sederhana.

2. Di kantor, meliputi jenis pajak tertentu untuk tahun berjalan dan/atau tahun tahun sebelumnya yang dilakukan dengan menerapkan teknik pemeriksaan dengan bobot dan kedalaman yang sederhana.”

Dari keterangan di atas, ada dua jenis pemeriksaan berdasarkan lokasi, yaitu pemeriksaan kantor (room audit) dan pemeriksaan lapangan (field audit). Pada pemeriksaan kantor ada dua cara pemeriksaan yaitu penelaahan berkas-berkas dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak tanpa perlu memanggil Wajib Pajak yang bersangkutan, atau Wajb Pajak diminta datang dengan membawa berkas-berkasnya. Pada pemeriksaan lapangan petugas pemeriksa pajak


(29)

datang memeriksa ke lokasi usaha Wajib Pajak. f. Menyusun program pemeriksaan.

Program pemeriksaan adalah suatu daftar prosedur-prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan oleh pemeriksa dalam suatu pemeriksaan. Sedangkan prosedur pemeriksaan merupakan langkah-langkah pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan terhadap objek yang diperiksa. Program pemeriksaan disusun berdasarkan hasil penelaahan yang diperoleh pada tahap-tahap persiapan sebelumnya. Tujuan menyusun program pemeriksaan ini adalah agar pemeriksaan dapat mencapai hasil yang optimal, sebagai alat untuk mengawasi, menimbang, dan mengarahkan pelaksanaan pemeriksaan serta dapat merupakan referensi untuk pemeriksaan berikutnya.

g. Menentukan buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen yang akan dipinjamkan.

Berdasarkan hasil penelitian pada tahap-tahap persiapan pemeriksaan sebelumnya, pemeriksa harus dapat menentukan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen yang akan dipinjam, sekaligus menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada Wajib Pajak sesuai dengan program pemeriksaan yang telah disusun. Pemeriksaan harus menghindari terjadinya pinjaman buku-buku, catatan dan dokumen yang tidak diperlukan atau sebaliknya tidak meminjam buku, catatan dan dokumen yang sebetulnya diperlukan.

h. Menyediakan sarana pemeriksaan.

Agar pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar, maka sebelum melakukan pemeriksaan perlu dipersiapkan sarana sebagai berikut :


(30)

1) Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa.

2) Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SPPP).

3) Surat Pemberitahuan tentang pemeriksaan pajak kepada Kantor Pelayanan Pajak

4) Surat Pemberitahuan tentang pemeriksaan pajak kepada Wajib Pajak. 5) Formulir surat pernyataan penolakan pemeriksaan.

6) Formulir berita acara penolakan pemeriksaan.

7) Formulir surat pernyataan penolakan membantu kelancaran pemeriksaan.

8) Formulir permintaan keterangan kepada pihak ketiga.

9) Formulir surat permintaan peminjaman buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen lainnya.

10)Formulir daftar buku-buku, catatan-catatan dan dokumen lain yang akan dipinjam oleh pemeriksa.

11)Formulir surat persetujuan/penolakan perpanjangan batas waktu peminjaman buku, catatan dan dokumen lainnya.

12)Formulir bukti peminjaman buku-buku, catatan dan dokumen lainnya. 13)Formulir surat pernyataan telah menyerahkan foto copy buku-buku,

catatan dan dokumen lainnya.

14)Formulir bukti pengembalian buku-buku, catatan dan dokumen lainnya.

15)Formulir segel.

16)Formulir berita acara penyegelan.


(31)

17)Formulir kertas kerja pemeriksaan.

18)Formulir surat pernyataan mengenai persetujuan hasil pemeriksaan. 19)Formulir tanda terima penerimaan pemberitahuan hasil pemeriksaan

dan lembar pernyataan persetujuan. 20)Berita acara hasil pemeriksaan. 21)Formulir surat panggilan.

22)Formulir berita ketidakhadiran Wajib Pajak.

23)Formulir berita acara penolakan penandatanganan berita acara hasil pemeriksaan.

Tujuan persiapan pemeriksaan adalah agar pemeriksaan dapat memperoleh gambaran umum mengenai Wajib Pajak yang akan diperiksa, sehingga program pemeriksaaan yang disusun sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai.

2. Pelaksanaan Pemeriksaan

Pelaksanaan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan pemeriksa yang meliputi :

a.

Memeriksa di tempat Wajib Pajak.

Memeriksa di tempat Wajib Pajak adalah pemeriksaan yang dilakukan di Kantor atau Pabrik atau di tempat usaha atau di tempat tinggal atau ditempat lain yang diduga ada kaitannya dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak. Pemeriksaan dapat dilakukan di tempat lain yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Zulfikar Tahar (1999:13) Tujuan pemeriksaan di tempat lain adalah :

”1. Untuk mengetahui dan mendapatkan data-data/fakta-fakta mengenai


(32)

kegiatan Wajib Pajak yang sebenarnya.

2. Untuk dapat mengetahui dan menilai sistem pengendalian intern.

3. Untuk menyakinkan kebenaran/keberadaan secara fisik aktiva tetap yang dilaporkan dan kepemiliknya.”

Pelaksanaan pemeriksaan adalah :

1) Sebelum memulai tugasnya, pemeriksa terlebih dahulu harus memperkenalkan diri dengan menunjukkan tanda pengenal pemeriksa. Menyampaikan Surat Pemberitahuan pemeriksaan dan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SPPP), serta menjelaskan tujuan kedatangan pemeriksa agar Wajib Pajak mengetahui dengan jelas dan tujuan pemeriksaan yang akan dilakukan. Selanjutnya pemeriksa melakukan wawancara/tanya jawab berdasarkan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Wawancara dilakukan dengan orang-orang yang dianggap dapat mengungkapkan tambahan informasi yang akan bermanfaat untuk keberhasilan pemeriksaan.

2) Melakukan pemeriksaan pada bagian-bagian yang ada pada perusahaan sekaligus apabila diperlukan dan dimungkinkan melakukan pengujian fisik atas besarnya persediaan saldo uang yang ada dalam kas.

3) Melakukan tindakan penyegelan terhadap tempat atau ruangan tertentu yang diduga merupakan tempat penyimpanan buku-buku, catatan, dokumen atau barang-barang lainnya yang berhubungan dengan kegiatan Wajib Pajak apabila Wajib Pajak atau wakil kuasanya tidak memberikan


(33)

kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan dimaksud atau tidak berada di tempat pada saat pemeriksaan dilakukan.

4) Melakukan peminjaman buku-buku, catatan, dan dokumen yang diperlukan dengan membuat dan menyerahkan bukti peminjaman kepada Wajib Pajak.

b.

Melaksanakan penilaian atas sistem pengendalian intern.

Dilaksanakannya penilaian atas sistem pengendalian intern bertujuan untuk mengetahui lemah/kuatnya sistem pengendalian intern sebagai dasar untuk menentukan dalamnya pengujian-pengujian yang akan dilakukan. Dalam pelaksanaan penilaian sistem pengendalian dilakukan berdasarkan :

1) Pengumpulan data/informasi.

Mengumpulkan informasi mengenai sistem pengendalian intern dengan cara : mempelajari manual yang ada dalam perusahaan antara lain struktur organisasi, bagan perkiraan arus dokumen dan arus barang, melakukan wawancara mengenai pelaksanaan sistem pengendalian intern dengan pejabat berkompeten dan mengamati proses pelaksanaan sistem pengendalian intern.

2) Penelaahan.

Berdasarkan data yang telah terkumpul, pemeriksa melakukan penelaahan dengan membuat catatan yang dapat berupa : uraian singkat, bagan arus, daftar pertanyaan yang telah dijawab.

3) Penilaian sementara terhadap sistem pengendalian intern.


(34)

Berdasarkan hasil penelaahan, pemeriksa membuat penilaian sementara mengenai sistem pengendalian intern yang akan digunakan sebagai dasar untuk menentukan dalamnya pengujian-pengujian yang akan dilakukan.

a. Pengujian.

Berdasarkan hasil penilaian sementara terhadap sistem pengendalian intern, pemeriksa melakukan pengujian mengenai kepatuhan dalam mengikuti sistem/prosedur/metode/peraturan yang telah ditetapkan. b. Penilaian akhir dari sistem pengendalian intern.

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, pemeriksa dapat menentukan penilaian akhir mengenai lemah/kuatnya sistem pengendalian intern.

c.

Memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan.

Berdasarkan data/fakta yang diperoleh pada saat pemeriksaan setempat dan setelah memperhatikan hasil penilaian sistem pengendalian intern, pemeriksa menelaah dan menyusun kembali program pemeriksaan yang dibuat pada tahap persiapan pemeriksaan.

d.

Melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan, dan dokumen Tujuannya adalah :

1) Untuk meyakinkan kebenaran angka-angka yang dicantumkan dalam SPT dengan membandingkannya terhadap angka-angka yang ada dalam pembukuan dan dokumen-dokumen pendukungnya.


(35)

2) Untuk menentukan apakah angka-angka yang dilaporkan dalam SPT telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

e. Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga.

Tujuan melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga adalah untuk meneguhkan kebenaran data/informasi dari Wajib Pajak dengan bukti-bukti yang diperoleh dari pihak ketiga.

Bohari (2004:160) Pelaksanaan melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga adalah dengan :

“1) Meminta informasi melalui surat kepada pihak ketiga. 2) Melakukan pemeriksaan terhadap pihak ketiga yang terkait.” f. Memberikan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak.

Tujuannya adalah menjelaskan koreksi fiskal dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Prakoso (1999:134) Pelaksanaan memberitahukan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak adalah :

”1) Memberitahukan secara tertulis koreksi fiskal kepada Wajib Pajak. 2) Melakukan pembahasan atas koreksi fiskal dengan Wajib Pajak.

3) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada Wajib Pajak untuk menyampaikan pendapat, sanggahan, persetujuan atau meminta penjelasan lebih lanjut mengenai koreksi fiskal yang telah dilakukan.”

g. Melakukan sidang penutup.

Tujuannya adalah untuk membuat berita acara hasil pemeriksaan yang harus ditandatangani oleh Wajib Pajak dan pemeriksa. Pelaksanaannya adalah :


(36)

1) Memberitahukan kepada Wajib Pajak mengenai tempat dan waktu pertemuan.

2) Membuat dan menandatangani berita acara hasil pemeriksaan yang memuat secara rinci seluruh koreksi baik yang disetujui oleh pemeriksa maupun yang disanggah oleh Wajib Pajak tetapi sanggahan tersebut tidak disetujui oleh pemeriksa.

3) Dalam hal Wajib Pajak menolak untuk menandatangani berita acara hasil pemeriksaan, maka pemeriksa membuat berita acara penolakan penandatangan berita acara hasil pemeriksaan.

Hasil akhir Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL) dalam rangka ekstensifikasi Wajib Pajak adalah berupa pemberian NPWP dan/atau pengukuhan PKP secara jabatan yang merupakan kesimpulan dalam LPP serta usulan untuk ditindaklanjuti dengan pemeriksaan khusus apabila ada data tentang objek pajak yang cukup material, baik untuk tahun yang berjalan maupunn tahun-tahun sebelumnya.

3. Penyusunan Laporan Pemeriksaan Pajak dan Kertas Kerja Pemeriksaan Pajak

Sedangkan untuk tahap penyusunan Laporan Pemeriksaan Pajak dan Kertas Kerja Pemeriksaan Pajak terdiri dari:

(a) format LPP dan KKP. (b)pengesahan LPP.

(c) pembuatan Nota Penghitungan dan LHP.

(d)pengiriman LPP, nota penghitungan dan berkas Wajib Pajak.


(37)

(e) perekaman SP3.

Penelitian ini tidak membahas kepuasan Wajib Pajak atas hasil dari pemeriksaan pajakberupa Surat Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak, tetapi perbedaan tingkat kepuasan Wajib Pajak atas aktivitas pemeriksaan sebelum dan sesudah penerapan sistem administrasi perpajakan modern, maka penelitian ini hanya mencakup kejadian atau pengalaman yang dialami langsung oleh Wajib Pajak yang diperiksa mulai tahap persiapan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, hingga penyusunan Laporan Pemeriksaan Pajak dan Kertas Kerja Pemeriksaan Pajak.

Menurut Mardiasmo (2004:231) ”laporan pemeriksaan pajak adalah laporan yang dibuat oleh pemeriksa pada akhir pelaksanaan pemeriksaan yang merupakan ikhtisar dan penuangan semua hasil pelaksanaan tugas pemeriksaan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan”.

Laporan pemeriksaan pajak menyajikan penilaian serta pengujian atas ketaatan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang diperiksa, yang disarikan dari kertas kerja pemeriksa. Laporan pemeriksaan pajak digunakan sebagai dasar untuk penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP).

2.3 Kriteria Pemeriksaan

Pada prinsipnya pemeriksaan dapat dilakukan terhadap semua Wajib Pajak, namun karena keterbatasan sumber daya manusia atau tenaga pemeriksa di Direktorat Jenderal Pajak, maka pemeriksaan tidak dapat dilakukan terhadap semua Wajib Pajak. Pemeriksaan hanya dilakukan terutama terhadap Wajib Pajak yang SPT-nya menyatakan lebih bayar karena hal ini telah diatur dalam UU KUP.


(38)

Selain itu pemeriksaan dilakukan juga terhadap Wajib Pajak tertentu dan Wajib Pajak yang tingkat kepatuhannya dianggap rendah. Pada masa yang akan datang dengan kuasa Pasal 17 c UU KUP, pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang SPT-nya meSPT-nyatakan lebih bayar akan dikurangi jumlahSPT-nya, selanjutSPT-nya pemeriksaan dapat lebih diarahkan kepada Wajib Pajak yang tingkat kepatuhannya rendah atau Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu.

Kriteria pemeriksaan sederhana yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak (SE-28/PJ/2013,Tentang Kebijakan Pemeriksaan Pajak) adalah sebagai berikut: Terdapat 2 (dua) kriteria yang merupakan alasan dilakukannya pemeriksaan, yaitu:

1) Pemeriksaan Rutin,merupakan pemeriksaan yang dilakukan sehubungan dengan pemenuhan hak dan/atau pelaksanaan kewajiban perpajakan Wajib Pajak;Dan

2) Pemeriksaan Khusus atau pemeriksaan berdasarkan analisis risiko (risk based audit), merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak yang berdasarkan hasil analisis risiko secara manual atau secara komputerisasi menunjukkan adanya indikasi ketidakpatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. 2.4 Jenis Pemeriksaan

Pemeriksaan dapat dilakukan melalui 2 (dua) jenis pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan nomor 17/PMK.03/2013, yang meliputi :

1) Pemeriksaan Lapangan yaitu pemeriksaan yang dilakukan di tempat tinggal atau


(39)

tempat kedudukan Wajib Pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak dan/atau tempat lain yang dianggap perlu oleh Pemeriksa Pajak. 2) Pemeriksaan Kantor, yaitu pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak.

2.5 Materi Pemeriksaan

Dalam pelaksanaan pemeriksaan PPh Pasal 25 Badan terdapat materi – materi pemeriksaan yang harus diperiksa sesuai dengan prosedur pemeriksaan, antara lain :

1. Laporan Keuangan

Pemeriksa melakukan analisis terhadap laporan keuangan dan dokumen dokumen pembukuan Wajib Pajak dan membuat catatan mengenai perkiraan -perkiraan yang berdasarkan hasil analisis menunjukkan adanya gambaran atau perubahan yang cukup materil. Perkiraan tersebut merupakan prioritas dalam pemeriksaan untuk melakukan koreksi fiskal.

2. Daftar Pembayaran Wajib Pajak Badan

Mendapatkan daftar pembayaran bulanan PPh Pasal 25 Badan dengan rincian sebagai berikut :

 Pembayan angsuran untuk bulan Januari sampai Desember Tahun pajak yang diperiksa.

 Jumlah Pembayaran.

 Tanggal pembayaran.

 Nomor dan Tanggal STP (Surat Tagihan Pajak).

 Pembayaran PPN


(40)

3. Besarnya Angsuran

Meyakinkan bahwa besarnya angsuran pajak dalam Tahun berjalan (PPh Pasal 25 Badan ) untuk setiap bulan adalah sebesar pajak yang terhutang pada Tahun Pajak yang lalu dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan pajak ,Pasal 22, Pasal 23, (sebagai kredit pajak) dibagi dengan banyaknya masa pajak.

4. Bukti Pembayaran

Mencocokkan seluruh jumlah yang tercantum dalam daftar pembayaran angsuran dengan bukti asli pembayaran PPh Pasal 25 Badan (arsip Wajib Pajak).

5. Jumlah Kredit Pajak

Meyakinkan bahwa jumlah yang dikreditkan dengan hutang pajak penghasilan Wajib Pajak untuk Tahun berjalan sesuai dengan jumlah daftar pembayaran angsuran

6. Alket (Alat Keterangan)

Memanfaatkan data (alket/alat keterangan) yang ada di master file Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dan memperhitungkannya terhadap pajak yang terhutang.

7. Dokumen Lain

Memanfaatkan data atau dokumen lain yang diperoleh dari instansi eksternal yang berkaitan dengan transaksi keuangan wajib pajak badan seperti dokumen PEB, akte perubahan perusahaan, dan sebagainya.

2.6 Laporan Pemeriksaan


(41)

Setiap pemeriksaan selalu diakhiri dengan pertanggungjawaban yaitu dengan menyusun laporan pemeriksaan. Dalam pemeriksaan pajak, pembuatan laporan pemeriksaan itu menjadi keharusan. Laporan ini akan mencerminkan watak dan profesionalisme pemeriksa. Selain itu, dalam laporan ini akan diketahui kekurangan yang ditemui oleh pemeriksa dalam pembukuan atau diri Wajib Pajak yang berkaitan dengan Ketetapan Pajak.

Atas dasar hal itu, maka pemerintah perlu mengatur pedoman laporan pemeriksaan. Sophar (1999:393) Pedoman laporan pemeriksaan adalah sebagai berikut :

”1. Laporan pemeriksaan pajak disusun secara rinci, ringkas, jelas, memuat ruang lingkup sesuai dengan tujuan pemeriksaan, memuat kesimpulan pemeriksaan pajak yang didukung bukti yang kuat tentang ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan, dan memuat pula pengungkapan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Laporan pemeriksaan pajak yang berkaitan dengan pengungkapan penyimpangan Surat Pemberitahuan harus memperhatikan :

a. Berbagai faktor perbandingan. b. Nilai absolut dari penyimpangan. c. Sifat dari penyimpangan.

d. Bukti atau petunjuk adanya penyimpangan. e. Pengaruh penyimpangan.

f. Hubungan dengan permasalahan lainnya.

3. Laporan pemeriksaan pajak harus didukung oleh daftar yang lengkap dan rinci sesuai dengan tujuan pemeriksaan.”

Pembuatan Laporan Pemeriksaan Pajak dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut (Bambang,1999) :

” 1).Cara Penyusunan Laporan Pemeriksaan Pajak. 2). Pengesahan Laporan Pemeriksaan Pajak. 3). Pembuatan Nota Perhitungan dan DKHP.

4). Pengiriman LPP, Nota Penghitungan dan DKHP”


(42)

Berikut ini penulis akan menjelaskan keempat tahap pembuatan laporan pemeriksaan pajak :

Ad.1. Cara Penyusunan Laporan Pemeriksaan Pajak.

Laporan Pemeriksaan Pajak disusun dengan sistematika sebagai berikut : a. Umum.

Memuat keterangan-keterangan mengenai identitas Wajib Pajak, pemenuhan kewajiban perpajakan, gambaran kegiatan Wajib Pajak, penugasan dan alasan pemeriksaan, data/informasi yang tersedia dan daftar lampiran. b. Pelaksanaan pemeriksaan.

Memuat penjelasan secara lengkap mengenai pos-pos yang diperiksa, penilaian pemeriksaan atas pos-pos yang diperiksa dari temuan-temuan pemeriksaan.

c. Hasil pemeriksaan.

Merupakan ikhtisar yang menggambarkan perbandingan antara laporan Wajib Pajak (SPT) dengan hasil pemeriksaan dan penghitungan mengenai besarnya pajak-pajak yang terhutang.

d. Kesimpulan dan usul pemeriksaan.

Menggambarkan hasil pemeriksaan dalam bentuk perbandingan antara pajak-pajak yang terhutang berdasarkan laporan Wajib Pajak dengan hasil pemeriksaan, data/informasi yang diproduksi dan usul-usul pemeriksaan. Ad.2. Pengesahan LPP.

Konsep LPP yang telah ditandatangani oleh pemeriksa harus disampaikan bersama-sama dengan lembar pengawasan Laporan Pemeriksa


(43)

Pajak kepada Ketua Tim Pemeriksa dan Supervisor untuk ditelaah. Setiap konsep LPP yang diserahkan untuk ditelaah harus selalu disertai dengan berkas LPP. Bila telah disetujui, penelaah akan membubuhkan parafnya pada konsep LPP tersebut.

Setelah konsep LPP yang bersangkutan selesai ditelaah, maka konsep tersebut diteruskan untuk mendapatkan persetujuan dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang, yaitu :

1) Kepala Kantor Pelayanan Pajak bagi pemeriksaan yang dilakukan oleh KPP. 2) Direktur Pemeriksaan Pajak atau pejabat yang ditunjuk oleh Direktur Pemeriksaan Pajak bagi pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat Pemeriksaan Pajak.

Konsep yang telah disetujui oleh Kepala KPP diteruskan ke Bagian Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal berupa konsep dan SPHP untuk diberi nomor selanjutnya dikembalikan ke pemeriksa untuk dibuatkan risalah pembahasan selanjutnya setelah disetujui kepala KPP dibuatkan SPHP final dan Nota Penghitungan untuk ditandatangani Kepala KPP selanjutnya direkam dan dinomori kemabali oleh Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal.

Ad.3. Pembuatan Nota Penghitungan dan DKHP.

Setelah LPP disetujui, selanjutnya pemeriksa membuat Nota Penghitungan yang akan digunakan sebagai dasar untuk penerbitan Surat Ketetapan Pajak yang diparaf :

1) Kolom dihitung : diparaf oleh Ketua Tim Pemeriksa dan anggota.


(44)

2) Kolom disetujui : diparaf oleh Kepala Unit Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak

3) Kolom ditetapkan : diparaf oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

Sedangkan kolom-kolom lainnya diparaf oleh petugas pada Kantor Pelayanan Pajak yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Kemudian pemeriksa membuat DKHP yang merupakan lembar kesimpulan dari hasil pemeriksa.

Ad.4. Pengiriman LPP, Nota Penghitung dan DKHP.

LPP, Nota Penghitung dan berkas Wajib Pajak dikirim ke Kantor Pelayanan Pajak terkait, sedangkan DKHP dikirim ke Direktorat Pemeriksaan Pajak untuk diproses lebih lanjut.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis dan Lokasi Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah Penelitian Kuantitatif dengan jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berasal dari sumber internal dan merupakan data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber asli. Data primer berupa laporan realisasi penerimaan pajak dan data penerbitan surat ketetapan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. Penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda.

3.1.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, yang berlokasi di Jalan Sukamulia No.17 A Lantai I & V Medan.

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Menurut Sugiono (2004:72) “ Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik teertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Populasi penelitian yaitu Pemeriksaan Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.


(46)

3.2.2 Sampel

Menurut Sugiono (2004:73) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.” Dalam penelitian ini digunakan data PPh Pasal 25 badan terutang hasil pemeriksaan untuk tahun 2010, 2011, dan 2012 dan data penerimaan Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 Badan untuk Tahun 2010, 2011 dan 2012.

3.3 Defenisi Operasional

PPh Pasal 25 Badan merupakan angsuran pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak Badan setiap bulan dan merupakan kredit pajak yang dapat dikurangkan dari pajak yang terhutang pada akhir Tahun Pajak yang bersangkutan.

Kepatuhan Wajib Pajak Badan merupakan variabel independen. Kepatuhan wajib pajak badan yang digunakan adalah kepatuhan formal, yaitu ketepatan pelaporan SPT PPh pasal 25/29, dikatakan tepat apabila setoran dilakukan sampai dengan tanggal 15 dan pelaporan sampai dengan tanggal 20 tiap bulannya untuk PPh pasal 25. Sebaliknya, untuk SPT Tahunan atau PPh pasal 29 dikatakan tepat apabila pelaporan dilakukan paling lama tanggal 30 April tiap tahunnya.

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan


(47)

kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Penerimaan Pajakadalah angka penerimaan pajak yang berhasil dihimpun Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dalam satu Tahun Pajak.

Pemeriksa adalah tenaga fungsional Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan perpajakan.

SP3 (Surat Perintah Pemeriksaan Pajak)adalah instruksi untuk melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak tertentu di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

SKP ( Surat Ketetapan Pajak ) adalah hasil ketetapan pajak yang diperoleh dari hasil pemeriksaan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan sumber data yang diteliti, penelitian ini tergolong dalam penelitian data primer. Menurut Indriantoro (1999), data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data primer yang relevan dengan tujuan penelitian adalah metode observasi.

Penelitian ini menggunakan data primer yaitu data PPh Pasal 25 badan terutang hasil pemeriksaan untuk tahun 2010, 2011, dan 2012 dan data penerimaan Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 Badan untuk Tahun 2010, 2011 dan 2012 yang bersumber dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. Adapun data yang dimaksud antara lain; jumlah penerimaan pajak PPh Pasal 25


(48)

Badan setiap tahun, jumlah pemeriksaan PPh Pasal 25 Badan setiap tahun, dan jumlah pajak terutang dari hasil pemeriksaan PPh Pasal 25 Badan tersebut.

3.5 Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Wawancara adalah kegiatan untuk mengumpulkan data pada objek penelitian dengan cara melakukan tanya jawab terhadap Fungsional Pemeriksa pajak secara langsung.

b. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara menyalin laporan, data maupun catatan yang berkaitan dengan data penerimaan PPh Pasal 25 Badan , jumlah pemeriksaan PPh Pasal 25 Badan dan data-data lain yang diperlukan dalam penelitian ini.

3.6 Teknik Pengujian dan Analisis Data 3.6.1 Uji Asumsi Klasik

(1) Uji multikolinearitas, yaitu suatu pengujian untuk mengetahui apakah variabel-variabel yang dioperasikan mempunyai lebih dari satu hubungan linier. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance lebih dari 10% atau VIF kurang dari 10, maka dikatakan tidak ada multikolinearitas (Ghozali, 2002:57).

(2) Uji heteroskedastisitas, yaitu suatu pengujian untuk mengetahui apakah variabel-variabel yang dioperasikan sudah mempunyai varians yang sama (homogen) atau sebaliknya (heterogen). Untuk mendeteksi ada atau tidak adanya heteroskedastisitas digunakan metode Glejser.


(49)

(3) Uji normalitas, yaitu suatu pengujian untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi variabel bebas, variabel terikat, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Kenormalan suatu data dapat dilihat dan diamati dari kurva p-plot, yaitu apabila p-plot menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal sehingga distribusi normal.

(4) Autokorelasi, menguji apakah dalam sebuah model regresi ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Deteksi adanya autokorelasi, yaitu dengan melihat besaran Durbin Watson (D-W), setelah itu dilihat nilai kritis Durbin Watson. Dalam penelitian ini, uji autokorelasi menggunakan α = 0,05.

3.6.2 Teknik Analisis Data

Dalam analisis data, metode yang digunakan adalah metode statistik untuk menguji pengaruh satu variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat (Ghozali, 2002:6). Analisis yang dilakukan adalah menguji hipotesis dengan metode regresi linier berganda dan proses datanya menggunakan program komputer SPSS. Model tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan:

Y= a + b

1X1 + b2X2 + ei Keterangan:

Y = Penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 WP Badan a = Konstanta

X

1 = Kepatuhan Wajib Pajak Badan X

2 = Jumlah Pemeriksaan pajak b

1, b2 = Koefisien regresi


(50)

ei = Variabel penggangu

Uji F digunakan untuk menguji Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa variable bebas (X) yang digunakan dalam penelitian ini secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variable terikat (Y).

Uji t digunakan untuk menguji hipotesis kedua yang menyatakan bahwa variabel bebas (X) yang digunakan dalam penelitian ini secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y).


(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kantor

Kantor Wilayah DJP Sumatera Utara I sendiri membawahi satu KPP Madya dan delapan KPP Pratama. KPP Madya hanya membawahi wajib pajak badan usaha. Sedangkan KPP Pratama membawahi wajib pajak badan usaha dan orang pribadi. Pemilihan wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Polonia didasarkan atas wilayah domisili dan lokasi wajib pajak. Wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Polonia adalah wajib pajak badan usaha dan orang pribadi yang berdomisili dan berlokasi di Kecamatan Medan Polonia, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Baru, Kecamatan Medan Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan, dan Kecamatan Medan Johor.

4.1.2 Struktur Organisasi

KPP Pratama Medan Polonia dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang bertanggung jawab untuk melakukan koordinasi seksi-seksi di bawahnya demi kelancaran tugas KPP dalam rangka mencapai target penerimaan pajak. Susunan Organisasi KPP Pratama Medan Polonia terdiri dari :

1. Subbagian Umum, bertugas menangani urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan rumah tangga.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, bertugas menangani pengolahan data dan menyajikan informasi, dan penggalian potensi pajak


(52)

berdasarkan perkembangan ekonomi dan keuangan.

3. Seksi Penagihan, bertugas melakukan penatausahaan piutang pajak, pelaksanaan penagihan pajak, penundaan dan angsuran, serta pembuatan usulan penghapusan piutang pajak.

4. Seksi Pelayanan, bertugas melakukan penatausahaan surat, dokumen dan laporan Wajib Pajak seperti tata cara pendaftaran diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pokok Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) serta penghapusannya. 5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon), bertugas melakukan

pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban pajak oleh Wajib Pajak, membuat profil Wajib Pajak, memberikan bimbingan terkait konsultasi teknis perpajakan bagi wajib pajak. Terdapat 4 seksi Waskon di KPP Pratama Medan Polonia dan masing-masing seksi dibebani target penerimaan pajak setiap tahunnya.

6. Seksi Ekstensifikasi, bertugas untuk melakukan pengolahan data wajib pajak untuk meningkatkan jumlah wajib pajak yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan perpajakan.

7. Seksi Pemeriksaan, bertugas melakukan pemeriksaan lapangan dan kantor.

4.1.3 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak

Dalam penetapan rencana penerimaan pajak, KPP Pratama Medan Polonia membuat perkiraan yang diperoleh dari setiap seksi yang bersangkutan. Perkiraan ini juga mempertimbangkan realisasi penerimaan pajak pada tahun sebelumnya


(53)

disertai dengan perkiraan kondisi perekonomian sektor usaha yang mungkin terjadi pada tahun yang akan datang. Hasil perkiraan tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I dalam menetapkan perkiraan penerimaan pajak KPP Pratama Medan Polonia. Secara garis besar rencana penerimaan tersebut terbagi atas tiga kelompok utama yaitu jenis Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM), dan Pajak Lainnya.

KPP Pratama Medan Polonia pada tahun 2012 telah merencanakan total penerimaan pajak sebesar Rp 848.422.099.000,00. Jumlah tersebut terdiri dari rencana penerimaan pajak penghasilan tahun 2012 adalah sebesar Rp 605.539.590.000,00, rencana penerimaan PPN dan PPnBM sebesar Rp 241.851.200.000,00, PBB Pertambangan sebesar Rp 13.990.000 dan rencana penerimaan Pajak Lainnya dan sebesar Rp 1.081.210.000,00.

Rincian jumlah rencana penerimaan pajak dan realisasi penerimaan pph pasal 25/29 wajib pajak badan tahun 2010-2012 pada KPP Pratama Medan Polonia :

Tabel 4.1. Rencana Penerimaan PPh Pasal 25/29 Badan

No Tahun Rencana Realisasi

1 2010 128.494.880.000.000 46.066.000.000 2 2011 58.103.780.000.000 56.416.360.000 3 2012 57.266.530.000.000 37.232.890.000 4.1.4 Kriteria Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Kriteria Seleksi


(54)

Pemeriksaan Kriteria Seleksi adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak yan terpilih berdasarkan skor kepatuhan secara komputerisasi dari kantor pusat. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi subjektivitas dalam pemilihan Wajib Pajak yang akan diperiksa.

b. Kriteria Pemeriksaa Khusus.

Pemeriksaan khusus pda KPP Pratama Medan Polonia dilakukan dengan PL (Pemeriksaan Lapangan) atau PSL (Pemeriksaan Sederhana Lapangan) untuk satu, beberapa atau selurus jenis kewajiban pajak, dalam hal ini termasuk Wajib Pajak yang diberikan fasilitas pemgembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak, berdasarkan:

1. Data baru atau data semula belm terungkap. 2. Permintaan Wajib Pajak.

3. SPT Tahunan lebih bayar hasil edit. c. Kriteria Pemeriksaan Lokasi.

Pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi dilakukan atas cabang, perwakilan tempat usaha dari Wajib Pajak Domisili yang berada di Wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia atas permintaan KPP Domisili.

d. Kriteria Pemeriksaan Tahun Berjalan.

Pemeriksaan Tahun Berjalan dapat dilakukan tanpa perlu dikaitkan dengan tahun pajak sebelumnya. Pemeriksaan tersebut dilakukan terhadap Wajib Pajak Badan yang akan tutup usaha, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan pajak tahun berjalan terhadap Wajib Pajak tersebut.


(55)

4.2 Pembahasan

4.2.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif

Pada Tabel 4.2 berikut disajikan statistik deskriptif dari tiap-tiap variabel. Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif

Sumber : data diolah, 2013

Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa rata-rata penerimaan PPh pasal 25/29 wajib pajak badan (dengan data 36 bulan) adalah Rp 3,88 × 109, dengan standar deviasi Rp 2,932 x 109. Rata-rata kepatuhan wajib pajak badan yang aktif (dengan data 36 bulan) adalah 20,6179 persen, dengan standar deviasi 2,68 persen. Rata-rata pemeriksaan pajak wajib pajak badan (dengan data 36 bulan) adalah Rp 1,22 × 109, dengan standar deviasi Rp 1,527 x 109.

4.2.2 Hasil pengujian asumsi klasik

Berikut disajikan uji asumsi klasik yang diolah dengan program SPSS versi 16.0.

a. Uji Multikolienaritas

Deteksi yang digunakan untuk mengetahui apakah terjadi multikolienaritas dalam penelitian ini adalah VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance.


(56)

Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolienaritas

Sumber : data diolah, 2013

Pada Tabel 4.3 di atas terlihat bahwa hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai tolerance kurang dari 10 persen yang berarti tidak ada korelasi antarvariabel bebas. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hasil yang sama bahwa tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10.

b. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Glejser.

Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber : data diolah, 2013

Pada Tabel 4.4 di atas terlihat bahwa variabel bebas kepatuhan tidak signifikan mempengaruhi nilai absolute residual statistik dari model regresi yang


(57)

digunakan. Hal ini terlihat dari nilai t hitung variabel kepatuhan yaitu sebesar

1,007, lebih kecil daripada nilai t tabel pada α/2 = 0,025, yaitu 2,02. Ini berarti

model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. c. Uji Normalitas

Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Hasil pengujian normalitas dapat dilihat pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas

Sumber : data diolah, 2013

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa data (titik-titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal tersebut. Hal ini membuktikan bahwa uji asumsi normalitas telah terpenuhi.

d. Autokorelasi

Deteksi adanya autokorelasi adalah dengan melihat besaran Durbin Watson (D-W), setelah itu dilihat nilai kritis Durbin Watson dengan

menggunakan α = 0,05.


(58)

Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi

Sumber : data diolah, 2013

Dari Tabel 4.5 terlihat bahwa angka D-W yang diperoleh yaitu 1,589. Angka tersebut terletak diantara -2 sampai +2. Ini artinya model regresi tidak terjadi autokorelasi.

4.2.3 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Model analisis yang digunakan adalah model regresi linier berganda (multiple regression analysis model) dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.0. Pada Tabel 4.5 di bawah ini dapat dilihat hasil analisis pengaruh kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada KPP Pratama Medan Polonia periode 2008-2012.

Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda


(59)

Sumber : data diolah, 2013

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas diperoleh suatu persamaan regresi linear berganda sebagai berikut (dalam jutaan).

Y = 4.305 + (– 66,22 X

1 ) + 0,772 X2+ ei

Hasil dari persamaan regresi di atas menunjukkan arah hubungan tiap-tiap variabel bebas terhadap variabel terikatnya yang ditunjukkan oleh masing-masing koefisien variabel bebasnya. Koefisien X

2 bernilai positif (0,772) berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak penghasilan 25/29 wajib pajak badan pada KPP Pratama Medan Polonia periode 2010-2012. Nilai R-square sebesar 0,169 menunjukkan bahwa variance variable bebas berpengaruh terhadap variance variable terikat sebesar 16,9 persen, sedangkan sisanya sebesar 83,1 persen dipengaruhi faktor lain yang tidak dijelaskan dalam model.

4.2.4 Hasil Pengujian Hipotesis a. Uji statistik F

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh signifikan variable


(60)

kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak secara simultan terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada KPP Pratama Medan Polonia periode 2010-2012. Hasil pengujian menunjukkan F hitung (3,355) > F table (3,23). H

1 diterima dan H0 ditolak, ini berarti bahwa kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak pada KPP Pratama Medan Polonia periode 2010-2012. Berdasarkan probabilitas diperoleh

nilai signifikansi sebesar 0,047 < α = 0,05 yang berarti bahwa Ho ditolak atau

kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak secara simultan berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia periode 2010-2012.

b. Uji statistik t

Pengaruh kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada KPP Pratama Medan Polonia periode 2010-2012. Dari hasil pengujian diperoleh t hitung (-0,380) < t table (2,02) dan

signifikansi sebesar 0,706 > α=0,05 maka H

0 diterima dan H1 ditolak. Ini berarti bahwa kepatuhan wajib pajak secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada KPP Pratama Medan Polonia periode 2010-2012.

Pengaruh pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada KPP Pratama Medan Polonia periode 2010-2012. Hasil pengujian menunjukkan t hitung (2,523) > t table (2,02) dan signifikansi

sebesar 0,047 < α=0,05 sehingga H

1 diterima dan H0 ditolak, ini berarti bahwa


(61)

pemeriksaan pajak secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada KPP Pratama Medan Polonia periode 2010-2012.


(62)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan adalah bentuk pengujian kepatuhan wajib Badan dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya dalam hal ini pemenuhan kewajiban PPh Pasal 25/29 Badan telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

2. Kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan periode 2010-2012. Adapun besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat adalah sebesar 16,9 persen sedangkan sisanya sebesar 83,1 persen dipengaruhi faktor lain yang tidak dijelaskan dalam model.

3. Kepatuhan wajib pajak secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak sedangkan pemeriksaan pajak secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan periode 2010-2012. Hal ini ditunjukkan oleh t

hitung (2,523) > t table (2,02) dan signifikansi sebesar 0,047 < α=0,05.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Penelitian selanjutnya agar dapat menambah jumlah tahun pajak yang digunakan dalam penelitian karena makin banyak data yang digunakan maka akan lebih representatif.


(63)

2. Penelitian selanjutnya agar dapat menambah jumlah variabel independen yang dapat mempengaruhi peningkatan penerimaan pajak seperti pelayanan pajak dan undang-undang perpajakan.

3. Direktorat Jenderal Pajak hendaknya lebih intensif dalam mengadakan penyuluhan-penyuluhan pajak terpadu untuk memberikan pemahaman yang luas kepada wajib pajak tentang pentingnya membayar pajak, seperti adanya Account Representatives (AR) yang memberikan pengawasan dan konsultasi bagi wajib pajak, proses penyuluhan, pembinaan, dan komunikasi dua arah dapat terwujud.

4. Pemeriksaan terhadap wajib pajak badan sebaiknya lebih meningkatkan jumlah dan kualitas pemeriksaan dengan menambah kriteria atau syarat wajib pajak untuk masuk dalam kategori WP yang harus diperiksa. Di samping itu, juga melakukan reformasi perubahan sumber daya manusia untuk meningkatkan kualitas aparat pajak agar tercipta fiskus yang professional, jujur, bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan amanat yang diemban sehingga mampu mengklarifikasi isu saat ini, yaitu aparat pajak sebagai “makelar kasus”.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Bakthi, Sri Darma Susanthi. 2008. “Evaluasi Penerimaan Pajak Penghasilan Melalui Ekstensifikasi Wajib Pajak Tahun Pajak 2003--2007 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur”. Skripsi Program Ekstensi FE Unud, Denpasar.

Bambang, Waluyo, Pemeriksaan dan Peradilan di Bidang Perpajakan, Edisi V, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 1999.

Direktorat Jendral Pajak, Pedoman Pemeriksaan Pajak, Jakarta, 1995

Fika Agusti, Asri. 2008. “Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak yang Dimoderasi oleh Pemeriksaan Pajak pada KPP Pratama”. Jurnal pada Simposium Akuntansi Nasional 12.

Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro.

Gunadi. 2005. “Fungsi Pemeriksaan Terhadap Peningkatan Kepatuhan Pajak”. Jurnal Perpajakan Indonesia. Vol 4, 5 : 4--9.

Hardi, Pemeriksaan Pajak, Edisi I, Penerbit Kharisma, Jakarta, 2003

H. Bohari, Pengantar Hukum Pajak, Edisi Revisi, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004

Ilyas, Wirawan B., Richard Burton, 2004, Hukum Pajak, Edisi Revisi, Jakarta: Penerbit Salemba Empat

Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Oktivani, Debby. 2007. “Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan Jumlah Pemeriksaan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Madiun”. Skripsi Sarjana Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang No.36 Tentang Pajak Penghasilan, 2008

Poerwadarminta, W. J. S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Resmi, S. 2004. Perpajakan. Buku Satu. Jakarta: Salemba Empat.


(65)

Salip & Wati, T. 2006. “Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak”. Jurnal Keuangan Publik. Vol 4, 2 : 61--81.

Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

Suryadi. 2006. “Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan Wajib Pajak dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Penerimaan Pajak”. Jurnal Keuangan Publik. Vol 4,1 : 105--121.

Undang-Undang No. 16, Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang No. 16, Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Zulfikar, Thahar, Dasar-dasar Teknik Pemeriksaan Pajak, Edisi I, Direktorat Pemeriksaan Pajak, Jakarta, 1999.


(1)

kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak secara simultan terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada KPP Pratama Medan Polonia periode 2010-2012. Hasil pengujian menunjukkan F hitung (3,355) > F table (3,23). H

1 diterima dan H0 ditolak, ini berarti bahwa kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak pada KPP Pratama Medan Polonia periode 2010-2012. Berdasarkan probabilitas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,047 < α = 0,05 yang berarti bahwa Ho ditolak atau kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak secara simultan berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia periode 2010-2012.

b. Uji statistik t

Pengaruh kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada KPP Pratama Medan Polonia periode 2010-2012. Dari hasil pengujian diperoleh t hitung (-0,380) < t table (2,02) dan signifikansi sebesar 0,706 > α=0,05 maka H

0 diterima dan H1 ditolak. Ini berarti bahwa kepatuhan wajib pajak secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada KPP Pratama Medan Polonia periode 2010-2012.

Pengaruh pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada KPP Pratama Medan Polonia periode 2010-2012. Hasil pengujian menunjukkan t hitung (2,523) > t table (2,02) dan signifikansi sebesar 0,047 < α=0,05 sehingga H

1 diterima dan H0 ditolak, ini berarti bahwa


(2)

pemeriksaan pajak secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan pada KPP Pratama Medan Polonia periode 2010-2012.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan adalah bentuk pengujian kepatuhan wajib Badan dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya dalam hal ini pemenuhan kewajiban PPh Pasal 25/29 Badan telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

2. Kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan periode 2010-2012. Adapun besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat adalah sebesar 16,9 persen sedangkan sisanya sebesar 83,1 persen dipengaruhi faktor lain yang tidak dijelaskan dalam model.

3. Kepatuhan wajib pajak secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak sedangkan pemeriksaan pajak secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29 wajib pajak badan periode 2010-2012. Hal ini ditunjukkan oleh t hitung (2,523) > t table (2,02) dan signifikansi sebesar 0,047 < α=0,05.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Penelitian selanjutnya agar dapat menambah jumlah tahun pajak yang digunakan dalam penelitian karena makin banyak data yang digunakan maka akan lebih representatif.


(4)

2. Penelitian selanjutnya agar dapat menambah jumlah variabel independen yang dapat mempengaruhi peningkatan penerimaan pajak seperti pelayanan pajak dan undang-undang perpajakan.

3. Direktorat Jenderal Pajak hendaknya lebih intensif dalam mengadakan penyuluhan-penyuluhan pajak terpadu untuk memberikan pemahaman yang luas kepada wajib pajak tentang pentingnya membayar pajak, seperti adanya Account Representatives (AR) yang memberikan pengawasan dan konsultasi bagi wajib pajak, proses penyuluhan, pembinaan, dan komunikasi dua arah dapat terwujud.

4. Pemeriksaan terhadap wajib pajak badan sebaiknya lebih meningkatkan jumlah dan kualitas pemeriksaan dengan menambah kriteria atau syarat wajib pajak untuk masuk dalam kategori WP yang harus diperiksa. Di samping itu, juga melakukan reformasi perubahan sumber daya manusia untuk meningkatkan kualitas aparat pajak agar tercipta fiskus yang professional, jujur, bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan amanat yang diemban sehingga mampu mengklarifikasi isu saat ini, yaitu aparat pajak sebagai “makelar kasus”.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bakthi, Sri Darma Susanthi. 2008. “Evaluasi Penerimaan Pajak Penghasilan Melalui Ekstensifikasi Wajib Pajak Tahun Pajak 2003--2007 pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur”. Skripsi Program

Ekstensi FE Unud, Denpasar.

Bambang, Waluyo, Pemeriksaan dan Peradilan di Bidang Perpajakan, Edisi V, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 1999.

Direktorat Jendral Pajak, Pedoman Pemeriksaan Pajak, Jakarta, 1995

Fika Agusti, Asri. 2008. “Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak yang Dimoderasi oleh

Pemeriksaan Pajak pada KPP Pratama”. Jurnal pada Simposium

Akuntansi Nasional 12.

Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro.

Gunadi. 2005. “Fungsi Pemeriksaan Terhadap Peningkatan Kepatuhan

Pajak”. Jurnal Perpajakan Indonesia. Vol 4, 5 : 4--9.

Hardi, Pemeriksaan Pajak, Edisi I, Penerbit Kharisma, Jakarta, 2003

H. Bohari, Pengantar Hukum Pajak, Edisi Revisi, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004

Ilyas, Wirawan B., Richard Burton, 2004, Hukum Pajak, Edisi Revisi, Jakarta: Penerbit Salemba Empat

Mardiasmo. 2009. Perpajakan.Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Oktivani, Debby. 2007. “Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan Jumlah Pemeriksaan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kantor

Pelayanan Pajak Madiun”. Skripsi Sarjana Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang No.36 Tentang Pajak

Penghasilan, 2008

Poerwadarminta, W. J. S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Resmi, S. 2004. Perpajakan. Buku Satu. Jakarta: Salemba Empat.


(6)

Salip & Wati, T. 2006. “Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan

Pajak”. Jurnal Keuangan Publik. Vol 4, 2 : 61--81.

Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

Suryadi. 2006. “Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan Wajib Pajak dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Penerimaan Pajak”. Jurnal Keuangan Publik. Vol 4,1 : 105--121.

Undang-Undang No. 16, Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang No. 16, Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Zulfikar, Thahar, Dasar-dasar Teknik Pemeriksaan Pajak, Edisi I, Direktorat Pemeriksaan Pajak, Jakarta, 1999.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan PPh Pasal 25/29 Wajib Pajak Badan Pada KPP Pratama Medan Polonia

8 154 65

Hubungan Antara Pemeriksaan Pajak Dengan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak PPh Badan dalam Pemenuhan Kewajiban Perpajakannya Pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia

0 30 133

Pengaruh Pemeriksaan PPh Pasal 25/29 Badan Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan

3 82 72

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bandung Karees)

11 50 87

Pengaruh Pemeriksaan Pajak dan Jumlah Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Studi Kasus pada KPP Pratama Majalaya)

0 3 1

Analisis Pemeriksaan Pajak Dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Pada KPP Pratama Di Wilayah Kota Bandung

0 3 1

Pengaruh Pemeriksaan Pajak Dan Manajemen Laba Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada 50 Wajib Pajak Badan Di Wilayah KPP Madya Bandung)

4 26 102

Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak Dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Badan Di KPP Pratama Bandung Tegallega)

0 9 44

Pengaruh Pemeriksaan Pajak Dan Pengetahuan Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Badan Di KPP Pratama Bandung Cicadas)

3 75 107

BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Kepatuhan dan Pemeriksaan Pajak 2.1.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak - Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan PPh Pasal 25/29 Wajib Pajak Badan Pada KPP Pratama Medan Polonia

0 1 24